Sop & Ka Afp

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

PENYELIDIKAN EPIDEMOLOGI

KASUS AFP

SOP No.Dokumen :
No.Revisi :
Tanggal terbit:
Halaman : 1/
Disahkan oleh Kepala
PUSKESMAS Puskesmas Dr.Suparto Hary Wibowo, Mkes
SIWULUH NIP.196707032002121003

1. Pengertian
Pencarian Kasus AFP

2. Tujuan Memastikan apakah kasus yang dilaporkan


benar-benar kasus AFP
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. 00../201 tentang
Petugas Survailens / peyelidikan Epidemologi
kasus AFP
4. Referensi - Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 585/MENKES/SK/V/2007
tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Puskesmas
- Buku tentang teknik-teknik Promkes
5. Langkah- 1. Menerima Laporan kasus AFP
langkah
2. Lapor pada kepala Puskesmas
3. Berangkat ke lokasi
4. Lapor pada kepala desa
5. Melakukan pelacakan
6.Hasil pelacakan karena ruda paksa maka stop
pelacakan
7. kalau bukan ruda paksa lanjutkan pelacakan
8. Hasil pelacakan ditemukan lumpuh dalam
waktu <=14 hari ambil; spesimen tinja dan isi
form .FP1
9.Hasil pelacakan ditemukan lumpuh dalam
waktu > 14 hari s/d <= 2 bulan,ambil spesimen
tinja kasus dan kontak minimal 5 spesimen
dan isi form.FP1
10.Hasil pelacakan ditemukan lumpuh dalam
waktu > 2 bulan isi FP1 saja
11.Laporkan ke DKK yang diketahui Kepala
Puskesmas

6. Unit Terkait

7. Dokumen Pencatatan dan pelaporan


terkait
8.Rekaman No Yang Isi Tgl Mulai
History Dirubah Perubahan Diberlakukan
Perubahan
Nomor
Revisi Ke
Berlaku Tgl.

KERANGKA ACUAN
PELACAKAN KASUS AFP
PUSKESMAS SIWULUH

Ditetapkan Kepala Puskesmas


Siwuluh

Dr. Suparto Hary Wibowo,M.Kes


NIP: 196707032002121003

DINAS KESEHATAN KABUPATEN BREBES

PUSKESMAS SIWULUH
Jalan Raya Siwuluh Bulakamba Brebes 52253

KERANGKA ACUAN
KEGIATAN SURVEILANCE ACUTE FLACCID PARALYSIS (AFP)
PUSKESMAS SIWULUH

a. Pendahuluan
Acute Flaccid Paralysis adalah kelumpuhan yang bersifat
layuh terjadi dalam waktu kurang dari 14 hari yang bukan
disebabkan oleh trauma- trauma akan tetapi karena gangguan
lower motor neuron. Dalam rangka mendapatkan sertifikasi
Indonesia bebas polio, diperlukan surveillance kasus AFP/
lumpuh layuh akut yang maksimal. Diharapkan tidak ada
seorang anakpun mengalami lumpuh layuh akut yang tidak
dilaporkan oleh tenaga kesehatan, masyarakat ke kesehatan
setempat. Angka cakupan AFP pada beberapa daerah masih
sangat rendah
b. Latar Belakang
Upaya pemberantasan polio dilakukan melalui 4 strategi
yaitu : imunisasi rutin, imunisasi tambahan, surveilans AFP, dan
pengamanan VPL di laboratorium. Dengan intensifnya program
imunisasi polio, maka kasus polio makin jarang ditemukan.
Berdasarkan rekomendasi WHO tahun 1995 dilakukan kegiatan
surveilans AFP yaitu menjaring semua kasus dengan gejala mirip
polio yaitu lumpuh layuh mendadak (Accute Flaccid Paralysis/
AFP), untuk membuktikan masih terdapat kasus polio atau tidak
di populasi.
Surveilans AFP adalah pengamatan yang dilakukan terhadap
semua kasus kelumpuhan yang sifatnya layuh (flaccid) seperti
kelumpuhan pada poliomielitis dan terjadi pada anak berusia <
15 tahun, dalam upaya untuk menemukan adanya transmisi
virus polio liar. WHO memperkirakan terdapat lebih 200 diagnosa
yang dapat digolongkan kepada kasus AFP, sebagian besar (30-60
%) kasus AFP yang dilaporkan adalah GBS. Di Indonesia sampai
saat ini dilaporkan sekitar 32 diagnosa yang termasuk sebagai
kasus AFP.
Strategi penemuan kasus AFP dilaksanakan melalui
surveilans berbasis Puskesma dan berbasis masyarakat. Oleh
sebab itu tenaga kesehatan di puskesmas, maupun masyarakat
mempunyai peran yang sangat penting dalam surveilans AFP.

c. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengidentifikasi daerah resiko tinggi AFP di wilayah kerja
Puskesmas
b. Tujuan Khusus

1. Menemukan semua kasus AFP di wilayah kerja Puskesmas


2. Melacak semua kasus AFP di wilayah kerja Puskesmas
3. Mengambil 2 specimen semua kasus AFP sesegera mungkin
bila kelumpuhan terjadi < 2 bulan.
d. Tata Nilai Program
Dalam pelaksanaan kegiatan penyelidikan Epidmologi
sesuai dengan tata nilai Puskesmas Siwuluh yaitu Profesional,
Kerjasama tim, ikhlas, inisiatif dan inovatif, empati.
e. Hubungan Lintas Program Lintas Sektor
Peran lintas sektor terkait dengan penyelidikan epidemologi
adalah peranannya menindak lanjuti dan menfasilitasi kegiatan
tersebut
Peran lintas program terkait adalah promkes membantu
dalam kegiatan promosi Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan
tersebut.

f. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


1. Surveilans AFP
2. Pengambilan 2 specimen Tinja
3. Penyuluhan

g. Cara Melaksanakan Kegiatan


1. Surveilans AFP
- Melacak setiap kelumpuhan yang dilaporkan oleh
masyarakat untuk memastikan bahwa kelumpuhan
tersebut adalah AFP
- Mengisi format pelacakan (FP1)
- Melaporkan setiap kasus AFP ke Dinas Kesehatan Kota
Surabaya
2. Pengambilan 2 specimen Tinja
- Mengambil specimen tinja bila kelumpuhan terjadi < 2
bulan
- Pengumpulan specimen diupayakan dalam kurun waktu
14 hari pertama setelah kelumpuhan
- Pengumpulan 2 specimen dilakukan dengan tenggang
waktu minimal 24 jam.
- Specimen harus tiba di laboratorium paling lambat 3 hari
3. Penyuluhan
- Menyiapkan Leaflet tentang AFP atau Imunisasi Polio

h. Sasaran
Anak berusia kurang dari 15 tahun yang mengalami lumpuh
layuh.

i. Jadual Pelaksanaan Kegiatan


a. Pelacakan ke lapangan terhadap anak umur kurang dari 15
tahun yang mengalami lumpuh layuh akut.
b. Penyuluhan dilakukan di wilayah yang terjadi kasus AFP
j. Sumber biaya

BLUD

k. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan .


- Hasil dari pendataan jumlah kasus AFP setiap bulan
dilaporkan melalui Kepala Puskesmas dengan menggunakan
format PD3I..
l. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi

No Kegiatan Pencatatan Pelaporan Evaluasi


1. Surveilance Pencatatan di Pelaporan Evaluasi
kasus AFP Format ada di dalam kegiatan
(acute pelacakan laporan hasil dilaksanakan
Flaccid FP1 pelacakan 1 tahun
Paralysis) kemudian sekali untuk
dilaporkan ke menjadi
Dinas acuan
Kesehatan pelaksanaan
kegiatan
pada periode
berikutnya

Anda mungkin juga menyukai