KincirAnginParaDewa Dewi SidneySheldon PDF
KincirAnginParaDewa Dewi SidneySheldon PDF
KincirAnginParaDewa Dewi SidneySheldon PDF
com/
Sidney Sheldon
KINCIR ANGIN PARA DEWA
Novel penuh suspence dari penulis buku-buku best-seller Malaikat
Keadilan, Bila Esok Tiba, Lewat Tengah Malam?
Sebagai bagian dari gerakan perdamaian yang dicanangkan Presiden
Amerika Serikat, Mary Ashley, profesor muda yang brilyan dan ibu dua anak,
dipilih menjadi Duta Besar Amerika Serikat untuk Rumania. Tapi, bahkan
sebelum menempati posnya, Mary Ashley sudah ditargetkan untuk dibunuh
oleh sekelompok orang yang sangat berkuasa, dari Barat dan dari balik Tirai
Besi yang tak ingin ada kedamaian dibumi ini.
Untuk itu Angel, pembunuh bayaran kaliber Internasional yang tak pernah
gagal melaksanakan kontrak pembunuhan telah disewa.
Sendiri, tanpa teman, hidup di negeri asing, Mary Ashley harus menghadapi
teror, ancaman pembunuhan, dan musuh-musuh yang tak terlihat. Dua orang
pria menawarkan bantuan. Dua-duanya amat menarik, tapi sekaligus penuh
teka-teki. Dua-duanya mampu mengacaukan hatinya yang kesepian. Mike
Slade, pria tampan bertabiat kasar dan seenaknya, diplomat karier dan Deputy
chief of Mission Kedutaan Amerika Serikat di Rumania dan Louis Desforges,
dokter Prancis yang lembut dan hangat, yang telah menyelamatkannya dari
usaha penculikan.
Kenyataannya, satu diantara mereka berdua ingin membunuhnya.....
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kita semua adalah korban, Anselmo. Nasib kita ditentukan oleh bergulirnya
dadu jagat rava, pengaruh rasi bintang, dan arah angin keberuntungan, yang
diembuskan dari kincir angin para dewa.
A Final Destiny, H.L. Dietrich.
PROLOG
Perho Finlandia
Pertemuan itu berlangsung dalam pondok tahan cuaca yang terpencil dalam
area berhutan, sekitar 200 mil dari Helsinki. Para anggota Komite Cabang
Barat telah tiba secara rahasia dengan selang waktu yang teratur. Mereka
datang dari delapan negara yang berbeda, tapi kedatangan mereka telah
diatur dengan diam-diam oleh seorang menteri senior di Valtioneuvosto,
Dewan Negara Finlandia, dan tak ada catatan kedatangan pada paspor
mereka. Pada waktu kedatangan mereka, para penjaga bersenjata mengawal
mereka memasuki pondok, dan ketika pengunjung terakhir muncul, pintu
pondok segera dikunci dan para penjaga mengambil tempat, bersiaga dalam
angin Januari yang bertiup kencang, waspada terhadap adanya tanda-tanda
pengacau.
Para anggota yang duduk mengelilingi meja persegi yang besar itu adalah
orang-orang yang mempunyai kekuasaan penuh dan jabatan tinggi dalam
dewan pemerintahan mereka masing-masing. Mereka telah bertemu
sebelumnva dalam lingkungan yang kurang tersembunyi, dan saling
mempercayai satu sama lain karena tak punya pilihan. Sebagai sistem
pengaman tambahan, masing-masing telah menggunakan nama samaran.
Pertemuan itu berlangsung hampir lima jam, dan pembicaraan mereka
berlangsung dengan hangat.
Akhirnya, ketua kelompok itu memutuskan bahwa waktunya telah tiba untuk
melakukan pemungutan suara. Ia berdiri, tampak tinggi, lalu ia menoleh
kepada orang yang duduk di sebelah kanannya.
"Sigurd?"
"Ya."
"Odin?"
"Ya."
"Balder?"
"Kita bergerak terlalu tergesa-gesa. Seandainya hal ini tercium oleh pihak
lain, jika kita mungkin....
"Ya, atau tidak?"
"Tidak..."
"Freyr?
"Ya."
"Sigmund?"
"Nein. Bahayanya....
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Thor?"
"Ya."
"Tyr?"
"Ya."
"Saya memilih ya, Pemecahan masalah selesai. Dengan demikian saya akan
melaporkan kepada Sang Pengawas. Pada pertemuan kita berikutnya, saya
akan memberikan rekomendasi beliau kepada orang terbaik yang pantas
melaksanakan gerakan ini. Kita akan mengambil tindakan seperti biasa dan
meninggalkan tempat ini dengan selang waktu dua puluh menit. Terima kasih,
Tuan-tuan."
Dua jam empat puluh lima menit kemudian, pondok itu telah dikosongkan.
Sejumlah pekerja ahli yang membawa minyak tanah bergerak masuk dan
menyulut pondok itu. Api yang menjilat-jilat udara dipermainkan angin Januari
yang dingin dan kelaparan.
Ketika Palokunta, barisan pemadam kebakaran dari Perho, akhirnya
mencapai tempat kejadian itu, tak ada yang tersisa kecuali bara api yang
menyala kecil pada rangka pondok, di atas salju yang meleleh mendesis-desis.
Asisten komandan barisan pemadam kebakaran mendekati puing-puing itu,
membungkuk, dan mengendus. "Minyak tanah," katanya. "Kebakaran yang
disengaja."
Komandan barisan pemadam kebakaran menatap puing-puing itu, dengan
ekspresi penuh teka-teki di wajahnya. "Aneh," ia menggumam.
"Apa?"
"Aku berburu di hutan ini minggu lalu. Waktu itu tak ada pondok di sini."
BUKU SATU
1
Washington, D.C.
Stanton rogers dipersiapkan untuk menjadi presiden Amerika Serikat. Ia
merupakan politikus yang mempunyai kharisma, tampak terpandang bagi
publik yang menerimanya, dan didukung oleh teman-teman yang mempunyai
kekuasaan. Malang bagi Rogers, gejolak libidonya menghalangi kariernya.
Seperti kata orang-orang Washington, "Stanton terjerumus karena nafsunya
dan terlempar ke luar dari kursi kepresidenan."
Sebenarnya Stanton Rogers bukanlah orang yang suka bermain cinta seperti
Casanova. Sebaliknya, sampai saat petualangan cinta yang fatal itu, ia adalah
seorang suami yang baik. Ia tampan, kaya, dan dalam perjalanannya menuju
ke kursi jabatan paling penting di dunia itu, ia tak pernah memberi tempat
bagi wanita lain dalam pikirannya, meski ia punya kesempatan yang luas
untuk memperdayakan istrinya.
Ada hal kedua, yang mungkin merupakan ironi lebih besar: istri Stanton
Rogers, Elizabeth, adalah wanita yang bersifat sosial, cantik, dan cerdas, dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka berdua mempunyai minat yang sama hampii dalam segala hal.
Sedangkan Barbara, kepada siapa Rogers jatuh cinta dan akhirnya menikah
setelah suatu perceraian yang menjadi berita utama di koran-koran, adalah
wanita yang lima tahun lebih tua daripada Stanton, dengan wajah
menyenangkan tapi tidak cantik, dan tampaknya tak punya minat yang sama
dengannya. Stanton menyukai olahraga, Barbara membenci segala bentuk
latihan olahraga. Stanton suka berkumpul dengan banyak orang, sementara
Barbara lebih suka berdua saja dengan suaminya atau menjamu kelompok
kecil. Hal yang paling mengerutkan bagi mereka yang mengenal Stanton
Rogers dari dekat adalah perbedaan pandangan politik mereka. Stanton
berpandangan liberal, sedangkan Barbara dibesarkan dalam sebuah keluarga
yang beraliran konservatif.
Paul Ellison, teman terdekat Stanton, pernah berkata Kau pasti sedang tak
sadar diri, Sobat! Kau dan Liz adalah pasangan yang pantas masuk dalam
Gumness Book of Records, sebagai pasangan suami-istri sempurna. Kau boleh
menghancurkan perkawinanmu hanya karena rasa tertarik sesaat
Rogers menjawab sengit, "Jangan ikut campur, Paul. Aku jatuh cinta pada
Barbara. Setelah aku bercerai, kami akan menikah."
Apakah kau tahu akibatnya terhadap kariermu?
Separuh perkawinan di negeri ini berakhir dengan perceraian. Tak ada
akibat apapun Stanton Rogers menjawab.
Ramalannya terbukti salah. Kabar perceraian yang diperjuangkan dengan
pahit itu merupakan makanan empuk bagi pers, dan surat kabar gosip
membesar-besarkan berita itu seseram mungkin, dengan foto-foto wanita
yang dicintai Stanton Rogers itu, serta kisah-kisah kencan rahasia di tengah
malam. Surat-surat kabar memuat berita itu selama mungkin, dan ketika
kehebohan itu telah mereda, teman-teman yang punya kekuasaan yang
mendukung Stanton Rogers sebagai calon presiden menghilang dengan diam-
diam. Mereka menemukan kesatria baru yang tanpa cela untuk didukung dan
diperjuangkan: Paul Ellison.
Ellison merupakan calon yang sesuai. Meskipun ia tak memiliki ketampanan
atau kharisma seperti Stanton Rogers, tapi ia cerdas, disukai orang, dan
memiliki latar belakang yang tepat. Perawakannya pendek, dengan wajah
biasa dan mata biru yang tulus. Pernikahannya yang telah berlangsung selama
sepuluh tahun dengan putri hartawan industri baja, berjalan dengan penuh
kebahagiaan. Ia dan Alice dikenal sebagai pasangan yang hangat dan penuh
cinta kasih.
Seperti Stanton Rogers, Paul Ellison juga bersekolah di Yale dan lulus dari
Harvard Law School. Kedua pria itu tumbuh bersama-sama. Keluarga mereka
mempunyai rumah musim panas yang berdampingan di Southampton, dan
kedua anak laki-laki itu berenang bersama, membentuk tim baseball serta
kemudian, berkencan bersama dengan pasangan masing-masing. Mereka
sekelas di Harvard. Paul Ellison murid yang pandai, tapi Stanton Rogers-lah
yang menjadi bintang kelas. Sebagai editor Harvard Law Review, ia menunjuk
sahabatnya, Paul untuk menjadi asisten editor. Ayah Stanton Rogers adalah
pengacara senior yang bekeria pada suatu biro hukum yang terkemuka di Wall
Street, dan ketika Stanton bekerja di sana selama liburan musim panas, ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengatur agar Paul juga ikut bekerja di sana. Begitu lulus dari fakultas
hukum, karier politik Stanton Rogers meroket bagai meteor, dan bila ia
diandaikan sebuah komet, maka Paul Ellison adalah ekor kometnya.
Perceraian itu mengubah segala-galanya. Kini Stanton Rogers-lah yang
menjadi pendamping bagi Paul Ellison. Jenjang menuju ke puncak gunung itu
memakan waktu hampir lima belas tahun. Ellison kalah dalam suatu pemilihan
senat, namun ia memenangkannya pada tahun berikutnya, dan dalam
beberapa tahun kemudian ia tampak menonjol sebagai penyusun undang-
undang. Ia berjuang melawan pemborosan dalam pemerintahan dan birokrasi
Washington. Ia sangat mendukung dan sangat percaya pada usaha gencatan
internasional. Ia diminta untuk memberikan pidato pencalonan sebagai
kewajiban seorang calon presiden dalam pemilihan umum kembali. Pidatonya
berisi gagasan yang cemerlang dan mengesankan sehingga membuat setiap
orang duduk terdiam dan memperhatikan. Empat tahun kemudian, Paul Ellison
terpilih sebagai presiden Amerika Serikat. Hal pertama yang dilakukannya
ialah menunjuk Stanton Rogers sebagai penasihat kepresidenan untuk
masalah-masalah luar negeri.
Teori Marshall McLuhan yang menyatakan bahwa televisi akan membuat
bumi menjadi suatu "kampung-dunia" telah menjadi kenyataan. Pelantikan
presiden Amerika Serikat keempat puluh dua disiarkan oleh satelit ke lebih dari
seratus sembilan puluh negara.
Di Black Rooster, sebuah tempat di mana para wartawan di Washington,
D.C. bisa berkumpul, Ben Cohn, reporter politik kawakan Washington Post,
duduk di depan sebuah meja bersama empat orang rekannya, menyaksikan
upacara pelantikan presiden melalui sebuah televisi besar di atas meja bar.
"Lelaki sialan itu membuatku kalah taruhan lima puluh dollar," salah seorang
reporter mengeluh.
"Kuperingatkan kau agar tidak bertaruh melawan Ellison," Ben Cohn
memarahinya. "Ia punya pesona gaib, Sobat. Sebaiknya kau percaya."
Kamera televisi yang meliput acara itu menunjukkan rakyat yang berkumpul
memadati Pennsylvania Avenue. Orang-orang itu membungkukkan badan
dalam jaket mereka, menahan angin bulan Januari yang dingin, sambil
mendengarkan jalannya upacara melalui pengeras suara ditempatkan di
sekuitar panggung. Jason Merli ketua Mahkamah Agung Amerika Serikat,
selesai mengambil sumpah presiden baru itu, yang kemudian menjabat
tangannya dan melangkah ke depan pengeras suara.
"Lihatlah orang-orang tolol yang berdiri kedinginan di sana itu," Ben Cohn
berkomentar. Tahukah kau mengapa mereka tidak berada di rumah saja,
seperti manusia normal lainnya yang menyaksikannya dari televisi?"
"Mengapa?"
"Karena seorang pria sedang membuat sejarah Rekan-rekan. Suatu hari
nanti orang-orang itu akan bercerita kepada anak-cucu mereka bahwa mereka
ada di sana pada hari Paul Ellison disumpah. Dan mereka semua akan
menyombongkan diri dengan berkata, 'Aku begitu dekat dengannya hingga
dapat menyentuhnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di Junction City, Kansas, hari itu adalah hari yang kelabu bagai dipenuhi
asap tungku, dingin dan muram, sementara salju turun terus-menerus hingga
pemandangan di Highway 6 hampir tak dapat dilihat. Mary Ashley menyetir
mobil station-wagon tuanya dengan hati-hati, ke tengah jalan raya bebas
hambatan, yang telah dibersihkan alat-alat pembersih salju. Badai salju
membuatnya terlambat tiba di kelas tempatnya mengajar. Ia mengendarainya
dengan perlahan-lahan dan hati-hati, agar mobilnya tidak selip. Dari radio di
mobilnya terdengar suara Presiden berpidato: ... banyak orang dalam badan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di St. Croix, matahari musim panas bersinar di langit biru yang tak berawan,
tapi Harry Lantz tak berniat menikmati udara luar. Ia tenggelam dalam
keasyikannya di kamar. Berbaring di atas tempat tidurnya tanpa busana, diapit
erat oleh Dolly bersaudara. Lantz tahu benar bahwa kenyataannya mereka
berdua bukanlah bersaudara. Annette seorang wanita tinggi dengan rambut
berwarna coklat alami, sedangkan Sally yang juga tinggi, berambut asli pirang.
Tapi Harry Lantz tak peduli apakah mereka bersaudara atau tidak. Yang lebih
penting adalah bahwa mereka berdua sangat ahli dalam bercinta dan apa yang
mereka perbuat membuat Lantz mendesah keras penuh kenikmatan.
Jauh di ujung kamar motel itu, wajah Presiden tertayang di layar televisi.
"... Karena saya percaya bahwa tak ada masalah yang tak dapat dipecahkan
dengan landasan niat baik dari kedua belah maka dinding beton yang
mengelilingi Berlin timur dan Tirai Besi yang mengelilingi negara-negara satelit
Uni Sovyet lain harus dirubuhkan
Sally menghentikan kesibukannya sejenak untuk bertanya, Apakah kau
ingin televisi sialan itu kumatikan, honey
Biarkan saja, aku ingin dengar apa yang akan dikatakannya
Annete mengangkat kepala, Apakah kau memilih dia?
Harry Lantz berseru, Hei kalian berdua kembali bekerja...
"Sebagaimana Anda semua mengetahui, tiga tahun yang lalu sejak
meninggalnya presiden Rumania Nicolae Ceaucescu, Rumania telah
memutuskan hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat. Sekarang saya
ingin mengumumkan bahwa kita telah mengadakan pendekatan dengan
pemerintah Rumania dan Presiden Alexandros Ionescu telah setuju untuk
membuka kembali hubungan diplomatik dengan negara kita
Terdengar sambutan meriah dari massa yang memadati Pennsylvania
Avenue.
Tiba-tiba Harry Lantz duduk tegak sehingga gigi Annete tersuruk ke dalam
alat vitalnya. Astaga Lantz menjerit, Aku telah disunat! Apa yang kau
lakukan?
"Untuk apa kau bergerak, honey?
Lantz tak memperdulikannya. Matanya menatap tak berkedip ke arah
pesawat televisi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Salah satu langkah resmi kita yang pertama kata Presiden, "adalah
mengirimkan seorang duta besar ke Rumania. Dan itu adalah satu langkah
awal....
Di Bucharest. saat itu malam hari. Cuaca musim dingin itu tak terduga
menjadi hangat dan jalan di pusat-pusat perbelanjaan dipadati oleh penduduk
yang berbaris antri sampai ke pintu toko swalayan dalam hangatnya cuaca
yang tidak seperti biasanya itu.
Presiden Rumania, Alexandros Ionescu duduk di kantornya di Peles, istana
yang kuno itu. di Calea Victoriei, dikelilingi setengah lusin ajudan.
mendengarkan siaran radio gelombang pendek
Saya tak berniat untuk berhenti sampai disitu saja, Presiden Amerika itu
berkata. "Albania memutuskan semua hubungan diplomatik dengan Amerika
Serikat pada tahun 1946. Saya berniat menyambung kembali hubungan itu.
Sebagai tambahan, saya juga berniat memperkokoh hubungan diplomatik kita
dengan Bulgaria, dengan Cekoslovakia, dan dengan Jerman Timur.
Melalui radio itu terdengar sambutan riuh dan tepuk tangan yang gemuruh.
''Pengiriman duta besar kita ke Rumania adalah awal gerakan dari rakyat ke
rakyat di seluruh dunia. Jangan pernah kita lupakan bahwa semua manusia
mempunyai asal yang sama, masalah yang sama, dan suatu akhir nasib yang
sama. Mari kita ingat bahwa masalah-masalah yang sama-sama kita hadapi
sebenarnya lebih besar daripada masalah-masalah yang memisahkan kita,
dan bahwa apa yang memisahkan kita sebenarnva adalah buatan kita sendiri.
Dalam sebuah vila yang dijaga ketat di Neuilly, di pinggiran kota Paris,
pemimpin revolusioner Rumania, Marin Groza, sedang menyaksikan pidato
pengangkatan presiden Amerika Serikat melalui Saluran 2.
"...Saya berjanji kepada Anda sekalian, bahwa sava akan melakukan tugas
saya sebaik mungkin, dan bahwa saya akan mencari hal-hal yang terbaik dari
pihak-pihak lain..."
Tepuk tangan gemuruh berlangsung selama lima menit penuh.
Marin Groza berkata dengan penuh pemikiran, "Kupikir saat kita telah tiba,
Lev. Ia benar-benar bermaksud demikian."
Lev Pasternak, komandan satuan pengawalnya, Tidakkah rencana ini justru
akan membantu Ionescu?"
Marin Groza menggelengkan kepalanya. "Ionescu seorang tiran, dan
akhirnya, tak akan ada yang mau membantunya. Tapi aku harus sangat
cermat meilih saatnya. Aku gagal ketika mencoba menggulingkan Ionescu.
Aku tak boleh gagal lagi
Pete Connors tidak mabuk paling tidak tak semabuk yang diinginkannya.
Ia telah menghabiskan hampir lima botol Scotch ketika Nancy, sekretaris
pribadi yang tinggal bersamanya, berkata, "Apakah kaupikir belum cukup juga
yang kauminum, Pete?" Pria itu tersenyum dan menamparnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
2
Paul ellison berkata, "Aku akan banyak memerlukan bantuanmu, Sobat.
''Kau pasti akan kubantu," Stanton Rogers menjawab dengan tenang.
Mereka duduk di Oval Office, kantor presiden di Gedung Putih. Presiden
duduk di belakang meja dengan bendera Amerika Serikat di belakangnya. Kala
itu merupakan pertemuan mereka yang pertama dalam ruang kepresidenan
itu, dan Presiden Ellison merasa canggung. Andaikata Stanton tidak melakukan
kesalahan itu, pikir Paul Ellison, ia yang akan duduk di belakang meja ini dan
bukan aku. Seakan dapat membaca pikirannya, Stanton Rogers berkata, "Aku
punya suatu pengakuan. Pada hari kau terpilih sebagai presiden, aku sangat iri
hati, Paul. Itu impianku, tapi kau yang mengalaminya sebagai kenyataan. Tapi
tahukah kau? Aku akhirnya menyadari bahwa jika aku tak dapat duduk di kursi
itu, tak ada orang lain di dunia ini yang kurelakan untuk duduk di situ selain
kau. Kursi itu pantas kaududuki.
Paul Ellison tersenyum kepada temannya itu dan berkata, "Terus terang
saja, Stan, ruang ini membuatku ngeri. Aku merasa dihantui roh
Washington, Lincoln, dan Jefferson."
"Kita juga pernah punya presiden yang...
"Aku tahu. Tapi presiden yang paling hebatlah yang ingin kita tiru."
Ia menekan tombol di mejanya, dan beberapa detik kemudian seorang
pelayan berjas putih memasuki ruangan.
"Ya, Bapak Presiden?"
Paul Ellison menoleh ke arah Rogers. "Kopi?"
"Kedengarannya sedap."
"Ingin makanan kecil?"
"Tak usah, terima kasih. Barbara menganjurkan agar aku menjaga lingkar
pinggangku."
Presiden mengangguk kepada Henry, pelayan itu, yang kemudian dengan
tenang meninggalkan ruangan itu.
Barbara. Wanita itu telah mengejutkan semua orang. Gosip yang beredar di
Washington adalah bahwa perkawinan itu tak akan bertahan sampai akhir
tahun pertama. Tapi ternyata, mereka telah bertahan hampir lima belas tahun
hingga saat ini, dan itu merupakan sukses. Stanton Rogers mendirikan suatu
kantor pengacara yang disegani di Washington, dan Barbara berhasil
menampilkan diri sesuai dengan citra nyonya rumah yang anggun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di Neuilly, saat itu pukul 02.00 dini hari. Vila Marin Groza terlelap dalam
kelamnya kegelapan, sementara bulan bersarang dalam lapisan tebal awan
yang mengandung badai. Jalan-jalan amat sunyi pada saat-saat seperti itu,
hanya sekali-sekali kesunyian itu dipecahkan oleh bunyi langkah orang yang
lewat. Sesosok tubuh berbaju hitam bergerak tanpa suara melalui pohon-
pohon menuju dinding bata yang mengelilingi vila. Di atas salah satu bahunya
ia membawa seutas tali dan sehelai selimut, dan di lengan kanan dan kirinya
berayun-ayun sebuah Uzi dengan peredam suara dan sebuah senapan
penembak anak panah. Ketika mencapai dinding, ia berhenti dan
mendengarkan. Ia menunggu, tanpa gerak, selama lima menit. Akhirnya
setelah puas dan yakin, ia melepas untaian tali nilonnya dan melemparkan kait
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemanjat yang terdapat pada ujungnya hingga mengait tepi tembok yang
tinggi. Dengan cepat, orang itu mulai memanjat. Ketika mencapai bagian
atas dinding itu ia melemparkan selimut ke atasnya untuk melindungi dirinya
dari ujung-ujung logam beracun yang berjajar membatasi sisi atas dinding. Ia
berhenti lagi untuk mendengarkan. Ia membalik kait di ujung tali, menarik tali
ke sebelah dalam dinding dan merosot turun. Ia memeriksa balisong di
pinggangnya, semacam pisau lipat Filipina yang mematikan, yang dapat
dijentik dengan satu tangan untuk membuka atau menutupnya.
Selanjutnya adalah anjing-anjing penyerang. Orang yang menyelinap itu
membungkukkan badan di sana, menunggu agar mereka dapat mencium
baunya. Ada tiga ekor Doberman yang terlatih untuk membunuh. Tapi mereka
barulah rintangan pertama. Halaman dan vila itu penuh jaringan elektronik,
dan secara terus-menerus dipantau dengan kamera televisi. Semua surat dan
paket diterima di pintu gerbang dan dibuka di sana oleh para penjaga. Pintu-
pintu vila itu anti bom. Vila itu mempunyai sumber air sendiri dan Marin Groza
mempunyai seorang pencicip hidangan. Vila itu sungguh tak tertembus.
Mungkin demikian. Bayangan hitam itu berada di situ malam ini untuk
membuktikan bahwa hal itu tidak benar.
la mendengar suara anjing-anjing berlari ke arahnya sebelum ia dapat
melihat mereka. Mereka datang bagai terbang dalam kegelapan, dengan
tujuan menggigit lehernya. Muncul dua ekor. Ia membidikkan senapan
penembak anak panah, dan menembak yang paling dekat di sisi kirinya lebih
dulu, kemudian yang lain di sisi kanannya, setelah itu ia menghindari tubuh
anjing-anjing yang terluka itu. Ia berputar ke sekeliling, waspada terhadap
anjing yang ketiga, dan ketika anjing itu muncul, ia menembak lagi, hingga
yang tinggal hanyalah kesunyian belaka.
Penyelinap itu tahu di mana jebakan tanda bahaya sonik dipendam di tanah,
dan ia menyusur menghindarinya. Dengan diam-diam ia menyelinap melalui
daerah yang tak terpantau oleh kamera televisi, dan kurang dari dua menit
setelah ia berhasil meiewati dinding, ia telah berada di pintu belakang vila.
Ketika mencapai pegangan pintu, ia terjebak dalam pancaran mendadak
lampu-lampu yang menyilaukan. Suatu suara membentak, "Berhenti! Jatuhkan
senjatamu dan angkat tangan!"
Orang berbaju hitam itu menjatuhkan senjatanya dan mendongak. Ada
setengah lusin lelaki berdiri tersebar di atas atap, dengan berbagai ragam
senjata mengarah padanya.
Lelaki berbaju hitam itu menggeram, "Kenapa kalian begitu lambat? Aku tak
pernah masuk sampai sejauh ini."
"Memang tidak," kepala penjaga itu menjelaskan. "Kami mulai mengamati
Anda sejak Anda belum memasuki dinding."
Lev Pasternak tidak terbujuk. "Kalau begitu kau seharusnya
menghentikanku lebih awal. Bisa saja aku membawa misi bunuh diri
dengan sejumlah granat atau mortir keparat. Aku ingin mengadakan rapat
dengan seluruh staf besok pagi, jam delapan tepat. Anjing-anjing itu telah
dibuat pingsan. Suruh seseorang menjaga mereka sampai mereka siuman.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahun lagi Itulah waktu yang kuperlukan untuk mengusir Ionescu keluar dari
negaraku." Tanpa sadar tangannva mengusap-usap bekas goresan luka di
pipinya. Tak seorang pun berhak memperbudak suatu negara. Kita harus
membebaskan Rumania dan membiarkan rakyat menentukan nasibnya
sendiri."
Lev Pasternak mulai bekerja menyusun sistem keamanan di vila di Neuilly
itu. Ia menggunakan beberapa anak buahnya sendiri, dan orang luar yang
disewanya diperiksa secara cermat dan menyeluruh. Setiap potong
perlengkapan keamanan merupakan hasil karya yang teruji.
Pasternak menemui pemimpin pemberontakan Rumania itu setiap hari, dan
makin sering ia bersamanya, makin kagum ia padanya. Ketika Marin Groza
memintanya untuk menetap terus sebagai komandan satuan pengaman,
Pasternak tidak bimbang lagi
Saya akan melakukannya" katanya, "sampai Anda siap untuk melakukan
gerakan. Lalu saya akan kembali ke Israel."
Mereka membuat perjanjian kerja.
Pada waktu-waktu yang tak teratur, Pasternak melakukan suatu serangan
kejutan terhadap vila itu, menguji penjagaan keamanannya. Kini, ia berpikir:
Beberapa penjaga mulai lalai. Aku harus mengganti mereka.
Ia berjalan melalui lorong-lorong, dengan cermat memeriksa sensor panas,
sistem tanda bahaya elektronik, dan sinar-sinar infra merah pada ambang
setiap pintu. Ketika ia mencapai kamar tidur Marin Groza, ia mendengar suara
lecutan cambuk yang keras, dan sesaat kemudian Groza mulai menjerit
kesakitan dengan penuh derita.
Lev Pasternak melewati kamar Groza dan terus berjalan.
3
Kantor pusat Central Intelligence Agency (ClA) terletak di Langlev, Virginia,
tujuh mil sebelah barat daya Washington, D. C. Pada jalan menuju ke kantor
CIA itu terdapat sebuah lampu merah yang menyalia terang di puncak pintu
gerbang. Gardu jaga di pintu gerbang dijaga dua puluh empat jam sehari, dan
pengunjung yang berwenang masuk diberi tanda lencana berwarna, yang
hanya memungkinkan mereka masuk ke departemen tertentu, departemen
yang langsung berurusan dengan mereka. Di luar bangunan kantor pusat
berlantai tujuh berwarna abu-abu, yang anehnya disebut "Toy Factory" itu,
ada patung besar Nathan Hale. Di dalam, pada lantai dasar, terdapat suatu
lorong berdinding kaca yang menghadap ke arah halaman dalam yang
merupakan taman dengan pohon-pohon magnolia tersebar di sana-sini. Di atas
meja penerima tamu, suatu sajak yang terukir pada marmer berbunyi sebagai
berikut:
Apabila Anda mengetahui kebenaran maka kebenaran akan membebaskan
Anda.
Masyarakat umum tak pernah diizinkan mrmasuki bagian dalam gedung,
dan tak ada fasilitas bagi pengunjung. Bagi siapa yang ingin memasuki bagian
gedung yang berkode "hitam" artinya "tak terlihat" terdapat suatu lorong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang berujung di ruang masuk yang berhadapan dengan suatu pintu lift
berlapis kayu mahoni, yang diawasi sepanjang hari oleh satu skuadron serdadu
berseragam wol abu-abu.
Di dalam ruang konperensi di lantai tujuh, yang dijaga satuan pengaman
bersenjata revolver kaliber 38 yang nampak menonjol di balik seragam
mereka, sedang berlangsung rapat staf eksekutif. Hari itu hari Senin. Duduk di
sekeliling meja besar dari kayu ek adalah: Ned Tillingast, Direktur CIA;
Jenderal Oliver Brooks, Kepala Staf Angkatan Bersenjata; Menteri Luar Negeri
Floyd Baker; Pete Connors, Kepala Staf Kontra-intelijen; dan Stanton Rogers.
Ned Tillingast, Direktur CIA, berusia enam puluh tahunan, seorang pria yang
dingin, pendiam, sarat dengan beban rahasia yang busuk. Di CIA ada cabang
yang "terang" dan cabang yang "gelap". Cabang "gelap" menangani kegiatan-
kegiatan rahasia, dan selama tujuh tahun ini, Tillingast telah melibatkan 4.500
pegawai yang bekerja di bagian tersebut.
Jenderal Oliver Brooks adalah militer lulusan West Point yang menjalani
kehidupan pribadi dan profesinya sesuai dengan buku pedoman. Ia orang yang
patuh pada perusahaan, dan perusahaan temparnva bekerja adalah Angkatan
Bersenjata Amerika Serikat.
Floyd Baker, menteri luar negeri, bersifat anakronistik, yaitu orang yang
ketinggalan zaman dan sepantasnya hidup di zaman sebelumnya. Ia berasal
dari daerah anggur di selatan, tinggi berambut keperakan, dan pandangan
matanya tegas, dengan pembawaan penuh sopan-santun yang bergaya kuno.
Ia lelaki yang punya mental baja. Ia memiliki serangkaian surat kabar yang
berpengaruh di seluruh negara, dan dikenal sebagai orang yang luar biasa
kayanya. Tak seorang pun di Washington yang punya pandangan politis yang
lebih tajam dirinya, dan antena Baker selalu mengudara dengan teratur unruk
memantau perubahan angin politik di ruang-ruang sidang Kongres.
Pete Connors adalah seorang Irlandia-hitam, dengan sifat keras kepala,
galak seperti anjing buldog, suka minum, dan tak kenal takut. Tahun ini adalah
tahun terakhirnya berdinas di CIA. Ia menghadapi masa pensiun wajib bulan
Juni nanti. Connors adalah Kepala Staf Kontra-intelijen, cabang CIA yang
paling bersifat rahasia dan dianggap paling bergengsi. Ia meniti jenjang
kariernya melalui berbagai jabatan di berbagai bagian badan intelijen itu, dan
telah lama bertugas pada masa kejayaan CIA, ketika agen-agen CIA terdiri
dari orang-orang cemerlang. Pete Connors diri pun pernah menjadi agen yang
cemerlang, terlibat dalam kudeta yang mengembalikan Syah ke Tahta Merak di
Iran, dan ia juga terlibat dalam Operasi Mongoose, yaitu usaha untuk
merobohkan pemerintahan Castro, di tahun 1961.
"Setelah peristiwa Teluk Babi, segalanya berubah," Pete menyesali.
Lamanya dia mencaci-maki tergantung pada seberapa mabuk dia. "Orang-
orang culas itu menelanjangi kita di halaman depan setiap surat kabar di
dunia. Mereka menyebut kita sekelompok badut pengecut, penipu yang tak
dapat mencari jalan keluar sendiri. Beberapa bajingan anti-CIA mempubli-
kasikan nama-nama agen kita, dan Dick Welch, kepala perwakilan kita di
Athena, terbunuh."
Perkawinan Pete Connors telah tiga kali gagal. Hal yang menyedihkan itu
terjadi karena tekanan dan kerahasiaan pekerjaannya, tapi sejauh yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tillingast berkata, "Ah. Itu yang menarik. Ingat beberapa tahun yang lalu
ketika Marin Groza hampir menumbangkan pemerintahan Ionescu?"
"Ya. Groza meninggalkan negaranya dengan susah-payah karena
dikhianati."
"Itu berkat bantuan kita. Informasi yang kita dapatkan yaitu: di sana timbul
dukungan masyarakat yang kuat, yang menginginkan dia kembali. Groza akan
mempunyai pengaruh baik bagi Rumania dan bila ia berhasil masuk, itu
sangat baik artinya bagi kita. Klni kita sedang mengawasi situasi dengan
cermat.
Stanton Rogers menoleh kepada menteri luar negeri. "Apakah Anda punya
daftar calon duta besar untuk Rumania?"
Floyd Baker membuka tasnya, tas kantor dari kulit yang bagus, mengambil
beberapa helai kertas dari dalamnya, dan memberikan selembar kepada
Rogers. "Inilah daftar calon-calon kita yang top. Mereka semuanya diplomat
dengan karier yang terpuji. Masing-masing telah diperiksa dan memang
bersih. Tak ada masalah keamanan, masalah keuangan, tak mempunyai
rahasia keluarga yang memalukan dan mengejutkan."
Ketika Stanton Rogers mengambil daftar itu, Menteri Luar Negeri
menambahkan, "Sebenarnya, Departemen Luar Negeri lebih suka memilih
seorang diplomat karier daripada duta besar yang dipilih karena pertimbangan
politis. Seseorang yang telah terlatih untuk tugas ini. Dalam situasi ini,
terutama. Rumania merupakan suatu pos yang sangat sensitif. Tempat itu
harus ditangani dengan sangat hati-hati."
"Saya setuju." Stanton Rogers berdiri. "Saya akan mendiskusikan nama-
nama ini dengan Presiden dan kembali menemui Anda. Beliau ingin sekali
mengisi lowongan jabatan itu secepat mungkin.
Ketika peserta rapat yang lain akan keluar, Ned Tillingast berkata, "Jangan
pergi dulu, Pete. Aku ingin bicara denganmu."
Setelah Tillingast dan Connors tinggal berdua, Tillingast berkata, "Kau
bersikap terlalu keras, Pete."
"Tapi aku benar," Pete Connors berkata dengan keras kepala. "Presiden
mencoba menggadaikan negara kita. Apa yang sebaiknya kita perbuat?"
"Tutup saja mulutmu."
"Ned, kita tidak terlatih untuk menemukan musuh dan membunuhnya. Apa
jadinya kalau musuh itu ada di belakang garis kitadan duduk di Oval Office?"
"Jaga mulutmu. Hati-hati."
Tillingast sudah lebih lama bekerja di CIA dibanding Pete Connors. Ia telah
menjadi anggota Wild Bill Donovan's OSS sebelum badan itu menjadi CIA. Ia
juga membenci apa yang diperbuat oleh para anggota Kongres yang berhati
busuk terhadap organisasi yang dicintainya. Nyatanya, ada perbedaan
pendapat yang tajam di CIA, antara yang berpandangan keras dengan mereka
yang percaya bahwa beruang Rusia dapat dijinakkan menjadi seekor hewan
peliharaan yang jinak. Kami harus berjuang untuk mempertahankan setiap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
4
"Saya tidak setuju, Profesor Ashley."
Barry Dylan, mahasiswa yang termuda dan terpandai dalam seminar ilmu
politik yang dipimpin Mary Ashley, melihat ke sekeliling dengan sikap
menantang. "Alexandres Ionescu lebih buruk daripada Ceausescu."
"Dapatkah kau memberikan beberapa fakta untuk mendukung pernyataan
itu?" tanya Mary Ashley.
Ada dua belas mahasiswa tingkat sarjana dalam seminar yang
diselenggarakan di Dykstra Hall, Kansas State University. Para mahasiswa
duduk setengah lingkaran menghadap ke arah Mary. Daftar tunggu untuk
dapat mengikuti kuliahnya lebih panjang daripada daftar profesor lain di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
universitas itu. Ia seorang dosen yang istimewa, dengan rasa humor yang
menyenangkan dan suatu kehangatan yang membuat siapa pun yang ada di
dekatnya merasa senang. Wajahnya bulat teiur, dan sering berubah-ubah dari
menarik sampai cantik, tergantung suasana hatinya. Tulang pipinya tinggi
seperti gadis model, dan matanya yang coklat ramah bentuknya seperti buah
almond. Rambutnya hitam dan tebal. Bentuk tubuhnya membuat para
mahasiswinya merasa iri, dan para mahasiswanya berkhayal, sementara itu ia
tak menyadari betapa cantiknya ia.
Barry bertanya-tanya dalam hati apakah wanita itu hidup bahagia bersama
suaminya. Dengan enggan ia memusatkan perhatiannya kembali pada masalah
yang dihadapinya.
"Baiklah. Ketika Ionescu mengambil-alih Rumania, ia membasmi seluruh
pendukung Groza dan mendirikan pemerintah pro-Soviet yang bergaris keras.
Ceausescu pun tidak seburuk itu."
Seorang mahasiswa lain berkata, "Lalu mengapa Presiden Ellison begitu
ingin membuka hubungan diplomatik dengannya?"
"Karena kita ingin merayunya agar masuk ke orbit Barat."
"Ingat," kata Mary, "Nicolae Ceausescu juga berdiri di atas kedua belah
pihak. Tahun berapa itu dimulai?"
Barry menjawab lagi, "Pada tahun 1960, ketika Rumania memihak kedua
kutub adikuasa, dalam pertentangan antara Rusia dan Cina, untuk
memperlihatkan kemandiriannya dalam peristiwa dan pertentangan
internasional."
"Bagaimana hubungan Rumania dewasa ini dengan negara-negara Pakta
Warsawa lainnya, terutama dengan Rusia?" tanya Mary.
"Menurut saya makin kuat."
Suara lain, "Saya tidak sependapat. Rumania mengkritik invasi Rusia ke
Afganistan, dan mereka mengkritik perjanjian Rusia dengan EEC. Juga,
Profesor Ashley"
Bel berbunyi. Waktu telah habis. Mary berkata, Senin yang akan datang
akan kita bicarakan faktor-faktor dasar yang mempengaruhi sikap Soviet
terhadap Eropa Timur, dan kita akan mendiskusikan konsekuensi yang
mungkin terjadi akibat rencana Presiden Ellison untuk memasuki Blok Timor.
Selamat berakhir pekan."
Mary menatap para mahasiswanya, berdiri, dan menuju pintu. "Anda juga,
Profesor."
Mary Ashley menyukai umpan-balik dalam seminar. Sejarah dan geografi
menjadi hidup dalam diskusi-diskusi yang hangar di antara para mahasiswa
tingkat sarjana yang masih muda dan cemerlang. Nama-nama dan tempat-
tempat asing tampaknya menjadi nyata, dan peristiwa-peristiwa bersejarah
dibicarakan sampai mendarah da-ging. Ini tahun kelima ia mengajar di
fakultas di Kansas State University, dan mengajar tetap mernbuatnya
bergairah. Ia mengajar lima kelas ilmu politik setahun, di samping seminar-
seminar tingkat sarjana, dan masing-masing kuliah dan seminarnya berkaitan
dengan Uni Soviet dan negara-negara satelitnya. Kadang-kadang ia merasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dirinya seperti penipu. Aku belum pernah berada di salah satu negara yang
kubicarakan dalam kuliah, pikirnya. Aku bahkan belum pernah pergi ke luar
Amerika Serikat.
Mary Ashley dilahirkan di Junction City, seperti halnya orang tuanya. Satu-
satunya anggota keluarganya yang pernah berada di Eropa hanyalah
kakeknya, yang berasal dari Voronet, suatu desa kecil di Rumania.
Mary telah merencanakan untuk berwisata ke luar negeri ketika ia meraih
gelar Master-nya, tapi pada musim panas itu ia berkenalan dengan Edward
Ashley, dan wisata ke Eropa itu berganti dengan suatu bulan madu selama tiga
hari di Waterville, 55 mil dari Junction City, di mana Edward sedang merawat
seorang pasien jantung yang kritis.
"Kita benar-benar harus berwisata ke luar negeri tahun depan," Mary
berkata kepada Edward segera sesudah mereka menikah. "Sungguh mati aku
ingin melihat Roma, Paris, dan Rumania.
"Begitu pula aku. Kita berjanji. Musim panas tahun depan."
Tapi musim panas berikutnya Beth lahir, dan Edward terjerat dalam
kesibukan kerjanya di Geary Community Hospital. Dua tahun kemudian, Tim
lahir. Mary mengambil program Ph.D. (Doktor) dan kembali mengajar di
Kansas State University, dan dengan demikian tahun demi tahun berlalu.
Kecuali wisata singkat ke Chicago, Atlanta, dan Denver, Mary belum pernah
keluar dari Negara Bagian Kansas.
Suatu hari, ia berjanji pada dirinya sendiri. Suatu hari nanti...
***
Mary mengemasi catatannya dan melirik ke luar jendela. Bekuan es telah
melukisi jendela dengan pemandangan kelabu musim salju, dan saat itu salju
mulai turun lagi. Mary mengenakan jaket bertepi kulit dan syal wol berwarna
me rah, lalu berjalan menuju Vattier Street, di mana ia memarkir mobilnya.
Kampus itu sangat luas, 145 hektar, ditebari dengan 87 bangunan,
termasuk beberapa laboratorium, sejumlah teater, dan satu-dua kapel.
Letaknya di tengah-tengah pepohonan dan pa-dang rumput yang sunyi dan
tenang. Dari kejauhan, bangunan-bangunan universitas yang terbuat dari
bam kapur berwarna coklat nampak bagaikan puri-puri kuno, dengan menara-
menara kecil di puncaknyasiap mengusir musuh-musuh yang berniat
menyerang. Ketika Mary melewati Denison Hall, seorang lelaki tak dikenal
yang membawa kamera Nikon berjalan ke arahnya. la membidikkan kamera
itu ke bangunan dan menekan tombol kamera, Mary berada di latar depan
gambar itu. Seharusnya aku tidak di hadapannya, pikirnya. Aku telah
menutupi sasaran fotonya.
Sejam kemudian, negatif film foto itu telah a dalam perjaianan ke
Washington, D.C.
Setiap kota memiliki karakteristik masing-masing, yakni denyut nadi
kehidupan yang ditimbulkan oleh rakyat dan tanahnya. Junction City, di Geary
County, merupakan daerah pertanian (dengan penduduk 20.381) yang terletak
130 mil di sebelah barat Kansas City, dan membanggakan diri sebagai pusat
geografis benua dan negara Amerika Serikat. Kota itu mempunyai sebuah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada hari Minggu, Mary merayakan ulang tahunnya yang ketiga puluh lima.
Edward telah mengatur suatu pesta kejutan untuknya di country club.
Tetangga mereka, Florence dan Douglas Schiffer, dan empat pasangan lain
telah menanti-kannya. Edward merasa gembira bagaikan anak kecil melihat
ketakjuban di wajah Mary ketika ia berjalan memasuki club dan melihat meja
yang ditata dalam suasana pesta dengan spanduk bertuliskan selamat ulang
tahun. Mary tidak sampai hati untuk mengatakan pada suaminya bahwa ia
telah mengetahui tentang pesta itu sejak dua minggu yang lalu. Ia mengagumi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Edward. Dan mengapa tidak?. Siapa yang tidak akan bersikap demikian?
Edward menarik, cerdas, dan penuh perhatian. Kakek dan ayahnya adalah
dokter, dan bagi Edward tak pernah terpikirkan untuk menjadi yang lain.
Edward adalah ahli bedah terbaik di Junction City, seorang ayah yang baik,
dan seorang suami yang hebat.
Ketika Mary meniup lilin-lilin di atas kue ulang tahunnya, ia memandang ke
arah Edward di hadapannya dan berkata dalam hati, Betapa beruntungnya
wanita seperti aku ini.
Senin pagi, Mary terbangun dengan kepala pening. Malam sebelumnya ia
harus melakukan toast sampanye berkali-kali dan ia tak terbiasa minum
minuman keras. Sungguh berat rasanya untuk turun dari tempat tidur.
Sampanye itu telah membuatku pusing. Takkan pernah kuminum lagi, ia
berjanji pada dirinya sendiri.
Dengan hati-hati ia menuruni tangga lalu mempersiapkan sarapan untuk
anak-anaknya, sambil mencoba mengabaikan denyutan di kepalanya.
"Sampanye" Mary berkata serak, "adalah balas dendam orang Prancis
terhadap kita."
Bedi berjalan memasuki ruangan dengan membawa serumpuk buku.
"Dengan siapa Mama berbicara, Ma?"
"Mama sendiri."
"Aneh"
"Kalau kau sehat, kau benar." Mary meletakkan sekotak cereal di atas meja.
"Mama membelikan cereal baru untuk sarapanmu. Kau akan menyukainya."
Beth duduk di depan meja dapur dan meneliti label kotak cereal itu. "Aku
tak mau makan ini. Bahannya bisa membuatku mati."
"Jangan ngaco!" ibunya mengingatkan. "Kau mau memakannya, kan?"
Tim, anak lelakinya yang berumur sepuluh tahun, lari memasuki dapur, Ia
menghempaskan pantatnya ke kursi di depan meja dan berkata, "Aku mau
makan bacon dan telur."
"Mana selamat paginya?" tanya Mary.
"Selamat pagi, Ma. Aku mau makan bacon dan telur."
"Silakan."
"Ayolah, Ma. Aku akan terlambat ke sekolah."
"Mama senang kau mengatakan demikian. Nyonya Reynolds menelepon
Mama. Kau mendapat nilai jelek untuk matematika. Apa tanggapanmu?"
"Ah, cuma berhitung saja, kok."
"Tim, apa itu kauanggap lelucon?"
"Aku sendiri menganggap itu tidak lucu," Beth mendengus.
Tim memonyongkan wajahnya kepada kakaknya. "Bila kau ingin lucu, coba
lihat tampangmu di kaca."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cukup, cukup," Mary berkata. Tahan diri kalian." Sakit kepalanya semakin
parah.
Tim bertanya, "Bolehkah aku pergi main ski sepulang sekolah, Ma?"
"Keadaanmu sekarang sama saja dengan main ski di atas es tipis. Kau harus
pulang langsung ke rumah dan belajar. Apakah pantas menurutmu, seorang
profesor mempunyai anak lelaki yang nilai matematikanya buruk?"
"Tampaknya tak apa-apa. Mama kan tidak mengajar matematika."
Mereka membicarakan tentang punya dua anak yang merepotkan, pikir Mary
muram. Bagaimana dengan yang sembilan sepuluh, sebelas, dan dua belas
Beth berkata, "Apakah Tim telah mengatakan pada Mama bahwa ia
mendapat nilai D' untuk pelajaran ejaan?"
Tim melirik kakaknya. "Kau belum pernah dengar tentang Mark Twain?"
"Apa hubungannya Mark Twain dengan masalah ini?" tanya Mary.
"Mark Twain berkata, bahwa ia tidak menaruh hormat kepada orang yang
hanya dapat mengeja kata-kata dari kiri ke kan an."
Orang tua tak mungkin menang, pikir Mary. Anak-anak itu jauh lebih pintar.
Mary telah mengepak makan siang untuk mereka masing-masing, tapi ia
prihatin akan Beth, yang tampaknya sedang mengikuti suatu diet baru yang
aneh.
"Beth, Sayang, makanlah bekalmu siang ini sampai habis."
"Ya, kalau tak ada bahan pengawet di dalamnya. Aku tak akan membiarkan
kerakusan industri makanan menghancurkan kesehatanku."
Apakah zaman kejayaan makanan kemasan telah berlalu Mary bertanya-
tanya dalam hati.
Tim merenggut sehelai kertas lepas dari salah satu buku catatan Beth.
"Lihat ini!" ia berseru. "Beth, Sayang, mari kita duduk bersama selama jam
pelajaran. Aku mengingatmu sepanjang hari kemarin dan"
"Kembalikan padaku!" Beth menjerit. "Itu punyaku," la berusaha
merebutnya dari Tim, tapi Tim meloncat menghindar.
Tim membaca tanda-tangan di bagian bawah catatan itu. "Hei! Ini
ditandatangani oleh Virgil. Kupikir kau sedang pacaran sama Arnold."
Beth merampas catatan itu dan menjauhkannya dari Tim. "Apa yang
kauketahui tentang cinta?" Putri Mary yang berusia dua belas tahun itu
bertanya. "Kau masih anak-anak."
Denyutan di kepala Mary semakin tak tertahankan.
"Anak-anakMama ingin tenang."
Ia mendengar bunyi klakson bis sekolah di luar. Tim dan Beth berlari
menuju pintu.
"Tunggu dulu! Kalian belum makan sarapan kalian," kata Mary.
Ia mengikuti mereka keluar, ke ruang tengah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, Tuhan! Semoga Anda tidak kemari untuk mengabarkan bahwa Doug
telah merampok bank!"
Agen rahasia itu tersenyum sopan. "Tidak, Nyonya. Bukan itu yang kami
urus. Saya ingin menanyakan pada Anda beberapa hal mengenai tetangga
Anda, Nyonya Ashley."
Florence Schiffer menatap petugas itu dengan rasa khawatir yang
mendadak. "Mary? Ada apa dengannya?"
"Bolehkah saya masuk?"
"Ya. Tentu saja." Florence Schiffer menyilakannya memasuki ruang duduk.
"Silakan duduk. Apakah Anda mau minum kopi?"
"Tidak, terima kasih. Saya hanya minta waktu Anda beberapa menit."
"Mengapa Anda ingin bertanya tentang Mary?"
Pria itu tersenyum menenangkan. "Ini hanya pemeriksaan rutin. Ia tidak
diduga melakukan suatu tindak-kejahatan."
"Saya harap tidak," Florence Schiffer berkata dengan kesal. "Mary Ashley
adalah orang yang paling menyenangkan, bila Anda mengenalnya." Ia
menambahkan, "Sudahkah Anda mengenalnya?"
"Belum, Nyonya. Kunjungan ini rahasia, dan saya akan berterima kasih pada
Anda bila Anda tetap menyimpannya sebagai rahasia. Berapa lama Anda telah
mengenal Nyonya Ashley?"
"Sekitar tiga belas tahun. Sejak saat mereka pindah ke rumah sebelah
"Apakah Anda telah mengenalnya dengan baik?"
"Tentu saja. Mary adalah sahabat terdekat saya. Apakah
"Apakah ia dan suaminya hidup rukun?"
"Setelah Douglas dan saya, mereka adalah pasangan paling bahagia yang
saya kenal." Ia berpikir sejenak. "Saya tarik kembali pernyataan saya itu.
Merekalah pasangan paling bahagia yang saya kenal. Setahu saya Nyonya
Ashley punya dua anak. Seorang gadis berusia dua belas tahun dan seorang
anak laki-laki sepuluh tahun?"
"Benar. Beth dan Tim."
"Apakah menurut Anda, ia ibu yang baik?"
"Ia ibu yang hebat. Apakah ?"
"Nyonya Schiffer, menurut pendapat Anda, apakah Nyonya Ashley seorang
wanita yang dapat mengendalikan emosinya?"
'Tentu saja."
"Sejauh Anda kenal, ia tak mempunyai masalah emosional?"
"Tentu saja tidak."
"Apakah ia suka minum?"
"Tidak. Ia tak suka minuman keras."
"Bagaimana dengan obat bius?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anda salah datang ke kota kami, Tuan. Di Junction City tak ada masalah
obat bius."
"Nyonya Ashley menikah dengan seorang dokter?"
"Ya."
"Bila ia ingin mendapatkan obat bius"
"Anda tidak sopan. Ia bukan pecandu obat bius. Ia tidak pernah 'teler' dan ia
tak pernah ketagihan."
Pria itu mengamatmya sejenak. "Tampaknya Anda tahu semua istilah itu."
"Saya menonton Miami Vice, seperti orang-orang lain." Florence Schiffer
mulai naik darah. "Apakah Anda masih punya pertanyaan lain?"
"Kakek Mary Ashley lahir di Rumania. Apakah Anda pernah mendengarnya
mendiskusikan Rumania?"
"Oh, sesekali ia bercerita tentang kisah-kisah yang diceritakan kakeknya
kepadanya tentang negara tua itu. Kakeknya lahir di Rumania tapi ia datang
kemari ketika berusia belasan tahun."
"Pernahkah Anda mendengar Nyonya Ashley mengungkapkan pendapat
yang negatif tentang pemerintah Rumania dewasa ini?"
"Tidak. Sepanjang ingatan saya, tidak."
"Satu pertanyaan terakhir. Apakah Anda pernah mendengar Nyonya Ashley
atau Dokter Ashley berkata sesuatu yang menentang pemerintah Amerika
Serikat?"
"Sama sekali tidak!"
"Jadi menurut penilaian Anda, mereka berdua warganegara Amerika yang
setia?"
"Begitulah kiranya. Maukah Anda memberi tahu saya"
Orang itu berdiri. "Saya ingin mengucapkan terima kasih atas kesediaan
Anda meluangkan waktu, Nyonya Schiffer. Dan saya ingin menekankan kepada
Anda sekali lagi, bahwa hal ini adalah sangat rahasia. Saya sangat menghargai
Anda apabila Anda tidak membicarakannya dengan orang laintidak pula
dengan suami Anda."
Sesaat kemudian pria itu telah keluar. Florence Schiffer berdiri terpaku
menatapnya. "Percakapan tadi rasanya cuma mimpi belaka," katanya keras-
keras.
Kedua agen rahasia itu mengendarai mobil sepanjang Washington Street,
menuju ke utara. Mereka melewati suatu papan iklan yang bertulisan:
"Selamat berwisata di Tanah Ah's."
"Hmm... boleh juga," Rex Olds menggerutu.
Mereka melaju terus melalui kantor Kamar Dagang dan bangunan Royal
Order of the Elks, Irma's Pet Grooming dan sebuah bar yang bernama The Fat
Chance. Deretan bangunan komersial itu berakhir mendadak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Donald Zamlock berkata, "Demi Tuhan, jalan utama ini cukup dua blok
panjangnya. Ini bukan kota. Cuma tempat perhentian bis saja."
Rex Olds berkata, "Bagimu dan bagiku ini cuma tempat perhentian bis, tapi
bagi orang-orang itu, ini sebuah kota."
Zamlock menggelengkan kepalanya. "Mungkin ini tempat tinggal yang
menyenangkan, tapi sungguh mati aku tak ingin berwisata ke sini."
Sedan itu menepi di depan State Bank dan Rex Olds masuk ke dalam.
Ia kembali dua puluh menit kemudian. "Bersih," ia berkata sambil masuk ke
dalam mobil. "Keluarga Ashley punya tujuh ribu dollar di bank, sebagai
jaminan rumah mereka, dan mereka membayar rekening-rekening mereka
tepat pada waktunya. Kepala bank itu menganggap dokter itu terlalu lembut
hati untuk menjadi orang bisnis yang berhasil, tapi sejauh pengamatannya,
merupakan penanggung kredit yang paling baik."
Zamlock melihat ke papan penjepit di sisinya "Mari kita periksa beberapa
nama lagi dan kembali ke daerah yang beradab sebelum aku mulai melenguh
seperti sapi."
Douglas Schiffer pada dasarnya orang yang menyenangkan dan tak suka
menyusahkan orang lain, tapi saat itu wajahnya tampak cemberut. Pasangan
Schiffer dan pasangan Ashley tengah asyik bermain bridge, dan pasangan
Schiffer ketinggalan nilai 10.000. Untuk keempat kalinya.
Malam itu, Florence Schiffer telah gagal mengikuti permainan.
Douglas Schiffer membanting kartunya. "Florence!" kemarahannya meledak.
"Kau bermain di pihak mana? Apakah kau sadar berapa banyak kita kalah?"
"Maaf," Florence berkau dengan gugup. "Akuaku tak dapat
berkonsentrasi."
"Sudah jelas," suaminya mendengus.
"Apakah ada yang mengganggu pikiranmu?" Edward Ashley bertanya pada
Florence.
"Aku tak boleh mengatakannya padamu."
Mereka semua menatapnya he ran. "Apa maksudmu?" tanya suaminya.
Florence Schiffer menghela napas dalam-dalam. "Maryini mengenai
dirimu."
"Ada apa denganku?"
"Kau sedang dalam kesulitan, bukan?"
Mary menatapnya heran. "Kesulitan? Tidak. Akumengapa kau berpikir
demikian?"
"Aku tidak boleh mengatakannya. Aku telah berjanji."
"Kepada siapa?" tanya Edward.
"Seorang agen rahasia federal dari Washington. Ia datang ke rumah pagi ini
dan menanyaiku berbagai macam pertanyaan tentang Mary, sedemikian rupa,
hingga tampaknya Mary terlibat dalam kegiatan mata-mata internasionaL"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
5
Abbeywoody Inggris
"Pertemuan ini sesuai dengan prosedur biasa," Ketua mengumumkan. Tak
ada rekaman yang akan disimpan, rapat ini tak akan pernah didiskusikan, dan
kita akan saiing menghubungi satu sama lain dengan nama sandi yang telah
ditetapkan.
Ada delapan orang di ruang perpustakaan Kastil Claymore yang dibangun di
abad kelima belas. Dua orang bersenjata berpakaian sipil, yang mengenakan
jaket amat tebal, menjaga di luar dengan waspada, sementara yang ketiga
menjaga pintu perpustakaan. Kedelapan orang di dalam ruangan itu datang ke
tempat itu secara terpisah-pisah, tak lama sebelumnya.
Ketua melanjutkan. "Sang Pengawas telah menerima informasi yang
mengganggu. Marin Groza sedang menyiapkan kudeta terhadap Alexandres
Ionescu. Suatu kelompok perwira senior angkatan bersenjata telah setuju
untuk mendukung Groza. Kali ini, kemungkinan besar ia akan berhasil."
Odin berkata, "Bagaimana pengaruhnya terhadap rencana kita?"
"Hal itu dapat mengacaukan rencana kita, sebab akan membuka terlalu
banyak jembatan hubungan ke Barat."
Freyr berkata, "Jadi kita harus mencegah terjadinya hal itu."
Balder bertanya, "Bagaimana?"
"Kita bunuh Groza," Ketua menjawab.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hari itu Minggu, dan Kopral Leslie Hanson polisi desasedang berpiknik
dalam rumah-kaca di halaman kastil, padahal seharusnya ia tidak berhak
berada di sana. Ia tidak sendirian, hal itu harus dijelaskannya kepada
atasannya di kemudian hari. Saat itu hangat di dalam rumah kaca, dan
pasangannya, Annie, seorang gadis desa yang montok, telah berhasil
membujuk kopral yang baik itu untuk membawa keranjang bekal piknik.
"Kau membawa makanan," Annie terkikik, "dan aku akan membawa pencuci
mulut."
Makanan "pencuci mulut" itu tingginya seratus enam puluh lima sentimeter,
dengan buah dada dan pinggul yang berbentuk indah, yang membuat seorang
lelaki tergiur untuk menggigitnya.
Sayangnya, ketika tengah asyik menikmati pencuci mulut, konsentrasi
Kopral Hanson pecah oleh deru sebuah Limousine yang melaju ke luar gerbang
kastil itu.
"Tempat sialan ini sebenarnya tutup pada hari Minggu," ia menggerutu.
"Jangan-jangan salah tempat," Annie merayu.
"Tampaknya tidak, Sayang."
Dua puluh menit kemudian, kopral itu mendengar mobil kedua
meninggalkan tempat itu. Kali ini ia cukup ingin tahu hingga bangkit dan
mengintip ke luar jendela. Tampaknya seperti sebuah Limousine kenegaraan,
dengan kaca jendela gelap yang dapat menyembunyikan penumpangnya.
"Kau akan segera masuk, Leslie?"
"Ya. Aku cuma tak dapat menduga siapa yang ada di dalam kastil. Kecuali
hari-hari biasa, kastil itu ditutup."
"Tepat seperti yang terjadi pada diriku, Sayang, bila kau tidak
melompatinya."
Dua puluh menit kemudian, ketika Kopral Hanson mendengar mobil yang
ketiga pergi, nafsu berahinya hilang dan berganti dengan instingnya sebagai
seorang polisi. Ada lima buah kendaraan lagi, semua Limousine, semua pergi
dengan jeda dua puluh menit satu sama lain. Karena salah satu mobil itu
berhenti cukup lama untuk membiarkan seekor rusa lari menyeberang, Kopral
Hanson berhasil mencatat nomor pelat polisinya?.
"Hari ini mungkin hari libur sialmu," Annie menggerutu.
"Mungkin saja kejadian itu penting," Kopral Hanson berkata. Namun
demikian ia ragu-ragu, apakah akan melaporkannya atau tidak.
"Apa yang kauperbuat di Kastil Claymore?" Sersan Twill bertanya.
"Melihat-lihat, Pak."
"Kastil itu tutup."
"Ya, Pak. Rumah kaca itu buka."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika pintu ditutup oleh Inspektur Pakula, Sir Alex Hyde-White mengangkat
telepon merah di atas mejanya. "Saya ada pesan untuk Balder. Kita punya
masalah kecil. Saya akan menjelaskannya pada rapat yang akan datang.
Sementara itu, saya ingin agar Anda mengatur tiga mutasi. Sersan Polisi Twill,
Inspektur Pakula, dan Kopral Leslie Hanson. Pisahkan mereka dalam beberapa
hari. Saya ingin agar mereka dikirim ke pos-pos terpisah, sejauh mungkin dari
London. Saya akan melapor kepada Sang Pengawas dan menanyakan kalau-
kalau ia ingin mengambil tindakan lebih lanjut."
lapar). Marihuana na libre (Mariyuana bebas). Droga, sexo y mucho rock (Obat
bius, sex, dan rock 'n' roll). Juicio y castigo a los adpables (Pengadilan dan
hukuman bagi yang bersalah).
Ya, menyenangkan untuk kembali ke sini.
Siestawaktu tidur siangtelah selesai dan jalan-jalan dipenuhi oleh orang
yang dengan malas berjalan dari dan ke tujuan mereka. Ketika taksi tiba di
Hotel El Conquistador di jantung kota, Barrio Norte, kawasan yang penuh
gaya, Lantz membayar sopir taksi dengan selembar satu juta peso.
"Ambil kembalinya," katanya. Mata uang mereka seperti gurauan saja,
karena amat rendah nilai tukarnya.
Ia mendaftarkan diri di meja penerima tamu dalam lobi hotel yang sangat
luas dan modern, mengambil sehelai Buenos Aires Herald dan La Prensa, serta
membiarkan asisten manajer mengantarnya ke suite-nya. Enam puluh dollar
sehari untuk sebuah kamar tidur, kamar mandi, kamar duduk, dan dapur,
lengkap dengan televisi dan ber-AC. Di Washington, kamar selengkap ini
makan biaya banyak, pikir Harry Lantz. Aku akan menyelesaikan urusanku
dengan si Neusa ini besok pagi, dan tinggal disini beberapa hari untuk
bersenang-senang.
Ternyata Harry Lantz memerlukan waktu dua minggu lebih untuk
menemukan jejak Neusa Munez.
Pencariannya dimulai dengan buku petunjuk telepon kota. Lantz memulai
dengan tempat-tempat di jantung kota: Area Contitucion, Plaza San Martin,
Barrio Norte, Catalinas Norte. Tak ada satu pun daftar yang memuat nama
Neusa Munez. Begitu pula dalam daftar daerah-daerah tepi kota, seperti Bahia
Blanca atau Mar del Plaza.
Setan, di mana dia? Lantz bertanya-tanya dalam hati. Ia menyusuri jalan-
jalan, mencari-cari penghubung-penghubung lama.
Ia berjalan memasuki La Biela, dan bartender-nya berteriak, "Senior Lantz!
Por diossaya dengar Anda sudah meninggal"
Lantz menyeringai. "Dulu, tapi aku sangat kehilangan kau, Antonio, maka
aku kembali."
"Apa yang Anda kerjakan di Buenos Aires?"
Lantz membiarkan suaranya terdengar sendu. "Aku kembali ke sini untuk
mencari seorang kekasih lama. Kami dulu merencanakan untuk menikah, tapi
keluarganya pindah dan aku kehilangan jejaknya. Namanya Neusa Munez
Bartender itu menggaruk-garuk kepalanya. "Belum pernah dengan nama itu.
Lo siento."
"Maukah kau bertanya-tanya untukku, Antonio?"
"Poir gue no?"
Selanjutnya Lantz mampir untuk menemui seorang teman di kantor polisi
pusat. "Lantz! Harry Lantz! Dios! Que pasa?
"Halo, Jorge. Senang bertemu kembali, amigo."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekeliling sebuah meja. Ia harus muncul, pikir Lantz. Bila tidak, aku hanya bisa
mengucapkan salam perpisahan kepada lima puluh ribu dollar itu.
Ia bertanya dalam hati, bagaimana kira-kira penampilan wanita itu. Ia
pastilah wanita yang menarik. Lantz diberi wewenang untuk menawari kekasih
wanita itu, Angel, si pembunuh berdarah dingin, uang sejumlah dua juta dollar
untuk membunuh seseorang. Angel mungkin telah kaya. Ia pasti mampu
memelihara seorang wanita piaraan yang muda dan cantik. Setan, ia mungkin
bahkan mampu memelihara selusin wanita cantik. Neusa ini pastilah seorang
aktris atau gadis model. Siapa tahu, mungkin aku bisa sejenak bersenang-
senang dengannya sebelum aku meninggalkan kota ini. Tak ada yang lebih
mengasyikkan ripada menggabungkan bisnis dan kesenangan, pikir Harry
Lantz puas.
Pintu terbuka dan Lantz menengok dengan penuh harap. Seorang wanita
berjalan sendirian. Usianya setengah baya dan tampak tak menarik. Tubuhnya
sangat gembrot dan payudaranya yang sangat besar bergoyang-goyang ketika
ia berjalan. Wajahnya penuh bekas cacar, dan rambutnya dicat pirang. Tapi
raut mukanya menunjukkan darah mestizo yang diwarisinva dari nenek
moyang Indian yang telah bercampur dengan Spanyol. Ia memakai rok
bawahan dan sweater yang tak serasi dan seharusnya dipakai oleh seorang
wanita yang jauh lebih muda. Kalau ada yang mau menggaet, dia beruntung,
Lantz membatin.Tapi setan mana yang mau bercinta dengannya
Wanita itu melihat sekeliling bar dengan pandangan kosong, tanpa tujuan.
Ia mengangguk tak jelas kepada beberapa pengunjung bar, lalu menerjang
kerumunan orang dan berjalan menuju bar.
"Mau mentraktirku minum?" Ia berbicara dengan aksen Spanyol yang
kental, dan dari dekat ia tampak semakin tak menarik.
la tampak seperti seekor sapi gemuk yang tak dapat diperah, pikir Lantz.
Dan ia mabuk. "Minggir, Non."
"Esteban bilang kau mencariku. Tidak?"
Lantz menatapnya. "Siapa?"
"Esteban. Bartender itu."
Harry Lantz masih belum dapat mempercayainya. "Ia pasti keliru. Aku
mencari Neusa Munez."
"Si. Yo soy Neusa Munez."
Tapi yang keliru, pikir Harry Lantz. Sialan! "Apa kau teman Angel?"
Wanita itu tersenyum mabuk. "Si."
Harry Lantz cepat tersadar. "Baik, baiklah." Ia memaksa tersenyum.
"Dapatkah kita pergi ke meja di sudut dan bicara?"
Wanita itu mengangguk acuh tak acuh. "Ess okay"
Mereka berkutat mencari jalan di tengah bar yang penuh asap dan padat
pengunjungnya. Ketika mereka telah duduk, Harry Lantz berkata, "Aku ingin
bicara tentang"
"Kau traktir aku rum, si?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Harry Lantz merasa bingung. Bedebah macam apa si Angel ini wanita
piaraannya bukan saja betina terjelek di seluruh Amerika Selatan, tapi juga
sangat rakus.
Lantz tak suka berurusan dengan orang mabuk. Mereka tak dapat dipercaya.
Tapi sebaliknya, ia benci kalau ingat bahwa ia bisa kehilangan komisi 50.000
dollar. Ia menonton saja ketika Munez meneguk minumannya. Lantz mengira-
ngira berapa banyak sudah minuman keras yang dimihum wanita itu sebelum
datang untuk menemuinya.
Lantz tersenyum dan berkata dengan penuh alasan, "Neusa, kalau aku tak
dapat bicara dengan Angel, bagaimana aku dapat melakukan bisnis
dengannya?"
"Sederhana saja. Kaukatakan padaku apa yang kaumau. Aku bilang pada
Angel. Kalau ia bilang si, aku bilang padamu si. Kalau ia bilang no, aku bilang
no."
Harry Lantz tak mempercayai wanita itu sebagai perantara, tapi ia tak punya
pilihan lain. "Kau pernah dengar tentang Marin Groza."
"Belum."
Tentu saja ia tidak tahu. Karena itu bukan merek rum. Betina goblok ini
akan keliru menyampaikan semua pesan dan menghambat segala urusan.
"Aku perlu minum lagi, huh?"
Lantz menepuk tangannya yang gemuk. "Tentu saja." Lantz memesan
double rum lagi. Angel akan tahu siapa Groza itu. Kau bilang saja Marin
Groza. Ia akan tahu."
"Ya? Lalu apa?"
Ia bahkan lebih goblok daripada tampangnya. Sialan, apa pikirnya yang
harus dilakukan Angel dengan bayaran dua juta dollar mencium orang itu.
Harry Lantz berkata hati-hati, "Orang yang mengirimku ke sini ingin dia
disingkirkan."
Mata wanita itu berkedip-kedip. "Apa itu ,disingkirkan,?"
Astaga! "Dibunuh!"
"Oh." Ia mengangguk acuh tak acuh. "Aku akan tanya Angel" Suaranya lebih
tidak jelas daripada sebelumnya. "Siapa katamu nama orang
Lantz ingin mengguncang-guncang badannya. "Groza. Marin Grola."
Tapi kekasihku di luar kota. Aku akan mencarinya dan menemuimu di
sini besok malam. Bisa aku minta rum lagi?"
Neusa Munez telah berubah menjadi suatu mimpi buruk bagi Harry Lantz.
Malam berikutnya, Harry Lantz duduk di meja yang sama di bar itu mulai
tengah malam sampai pukul empat pagi, ketika bar tutup. Munez tak muncul
Tahukah kau di mana ia tinggal? Lantz bertanya kepada si bartender.
Bartender itu menatapnya dengan pandangan tak bersalah. "Quien sabe"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
6
Malam berikutnya, pada pukul sebelas malam, Harry Lantz duduk di meja
yang sama di Pilar, sambil mengunyah kacang dan kuku jari tangannya
berselang-seling. Pada pukul 02.00 dini hari ia melihat Neusa Munez
terhuyung-huyung di pintu, dan hati Harry bersorak. Ia menatap wanita itu
berjalan menuju mejanya.
"Hai," ia menggumam, dan menjatuhkan diri ke kursi.
"Apa yang terjadi denganmu?" Harry bertanya. Hanya dengan begitulah ia
dapat menahan rasa marahnya.
Wanita itu mengedipkan matanya. "Huh?"
"Kau seharusnya menemuiku di sini tadi malam."
"Yah?"
"Kita punya janji, Neusa."
"Oh. Aku pergi ke bioskop dengan seorang teman wanita. Ada film baru,
tahu? Tentang seorang pria yang jatuh cinta pada seorang biarawati sialan
dan...
Lantz begitu putus asa, hingga rasanya ingin ia menangis. Daya tarik apa
yang dilihat Angel pada betina pemabuk yang dungu ini. Pasti betina ini jagoan
main cinta, Lantz akhirnya menyimpulkan.
"Neusaapakah kau ingat untuk bicara dengan Angel?"
Ia menatap Lantz dengan pandangan kosong, berusaha untuk mengerti
pertanyaan itu. "Angel? Si. Bisa aku minta minum, huh?"
Lantz memesan segelas double rum untuk wanita itu dan segelas double
scotch untuk dirinya sendiri. Rasanya ia sangat memerlukan minuman itu.
"Apa kata Angel, Neusa?"
"Angel? Oh, ia bilang yah, Ess okay."
Harry Lantz merasa lega luar biasa. "Bagus sekali!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
a tak lagi peduli dengan misinya sebagai kurir pembawa pesan. Ia punya
gagasan lebih baik. Betina pemabuk ini akan membawanya ke Angel. Satu juta
dollar, uang hadiah yang lumayan.
Ia melihat wanita itu meneguk minumannya, dan menumpahkan sebagian di
atas blusnya yang telah kotor. "Apa lagi yang dikatakan Angel?"
Alisnya berkerut ketika memusatkan perhatian. "Angel bilang ia ingin tahu
siapa majikanmu."
Lantz tersenyum penuh kemenangan. "Kau bilang padanya itu rahasia,
Neusa. Aku tak dapat memberitahukannya."
Wanita itu mengangguk, acuh tak acuh. "Kalau begitu Angel bilang untuk
mengatakan persetan padamu. Bisa minta minum sebelum aku pergi?
Pikiran Harry Lantz mulai bekerja dengan kecepatan penuh. Bila wanita ini
pergi, Lantz yakin ia tak akan pernah menemuinya lagi. "Aku beritahu kau apa
yang akan kuperbuat, Neusa. Aku akan menelepon majikanku, dan bila
mereka memberiku izin, aku akan memberitahukan namanya padamu. Oke?"
Neusa mengangkat bahu. "Aku tak peduli."
"Memang tidak," Lantz menerangkan dengan sabar, "tapi Angel peduli. Jadi
beri tahu dia bahwa aku akan memberikan jawaban untuknya besok.. Apa ada
tempat untuk menghubungimu?"
"Kupikir begitu."
Lantz maju selangkah. "Di mana?"
"Di sini."
Minumannya datang, dan Lantz melihatnya meneguknya bagaikan binatang
kelaparan. Lantz ingin membunuhnya.
Lantz melakukan telepon dengan cara call collect, supaya permintaan
sambungan itu tak dapat di lacak jejaknya, dari sebuah box telepon umum di
Calvo Street. Satu jam kemudian barulah ia mendapat sambungan.
Tidak," Sang Pengawas berkata, "Aku beri tahu kau bahwa tak ada nama
yang boleh disebut."
"Ya, Pak. Tapi ada masalah. Neusa Munez, wanita piaraan Angel,
mengatakan bahwa Angel mau melakukannya, tapi ia tak akan bergerak tanpa
mengetahui dengan siapa ia berurusan. Tentu saja, saya memberitahunya
bahwa saya harus menanyakannya kepada Anda terlebih dulu.
"Bagaimana penampilan wanita itu?" Sang Pengawas bukanlah yang bisa
diajak bermain-main. "Ia gemuk, jelek, dan bodoh, Pak."
"Terlalu berbahaya untuk menggunakan namaku."
Harry Lantz dapat merasakan bisnis itu meleset dari tangannya. "Ya, Pak,"
ia berkata dengan jujur. "Saya mengerti. Satu hal, Pak, reputasi Angel
diperoleh berkat kemampuannya menutup mulut. Bila ia bicara, ia tak akan
bertahan lima menit pun dalam bisnis ini."
Hening lama. "Kau benar." Hening kembali, bahkan lebih lama. "Baiklah, kau
boleh memberikan namaku pada Angel. Tapi ia tak boleh membocorkannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengejutkannya: Gabrielas oleh Jorge Amado; Fire From The Mountain, oleh
Omar Cabezas; One Hundred Years of Solitude, oleh Garcia Marquez; At Night
The Cats, oleh Antonio Cisneros. Jadi Angel seorang intelek. Buku-buku itu tak
sesuai dengan apartemennya dan wanita simpanannya.
Lantz berjalan mendekati wanita itu dan melingkarkan lengannya di
sekeliling pinggangnya yang lebar dan kendur. "Kau sangat manis', tahukah
kau?"
Ia meraih dan mengelus-elus buah dadanya. Ukurannya sebesar semangka.
Lantz membenci wanita-wanita berpayudara besar. "Kau punya tubuh yang
hebat."
"Huh?" Mata Neusa berkilat-kilat.
Lengan Lantz bergerak turun dan mengelus-elus pahanya yang gemuk
ditutupi gaun katun tipis yang dikenakannya. "Bagaimana rasanya?" Lantz
berbisik.
"Apa?"
Lantz tak merasakan apa pun. Ia mencari siasat untuk dapat membawa
raksasa itu ke tempat tidur. Tapi ia tahu ia harus melakukan gerakannya
dengan hati-hati. Bila ia menyinggung perasaannya, wanita itu mungkin akan
berbalik dan melaporkannya kepada Angel, dan itu berarti akhir urusan itu. Ia
akan berusaha untuk berbicara dengan manis, tapi wanita itu terlalu mabuk
untuk mengerti apa yang dikatakannya.
Ketika Lantz dengan putus asa berusaha memikirkan langkah pancingan
yang tepat, Neusa mengguman, "Mau bercinta?"
Lantz menyeringai lega. "Itu gagasan yang bagus, Sayang."
"Yuk, ke kamar tidur,"
Wanita itu terhuyung-huyung ketika Lantz mengikutinya ke kamar tidurnya
yang kecil. Di dalamnya terdapat sebuah lemari dengan pintu yang terbuka
sedikit, sebuah tempat tidur besar yang kusut-masai, dua kursi, dan sebuah
meja tulis dengan kaca yang retak di atasnya. Lemari itulah yang menarik
perhatian Harry Lantz. Sekelebatan ia melihat di dalamnya terdapat sederet
pakaian pria yang digantung.
Neusa berdiri di tepi tempat tidur, meraba-raba kancing blusnya. Dalam
keadaan biasa, Harry Lantz akan berada di sisi wanita itu, melepaskan
busananya, mengelus-elus tubuhnya dan menggumamkan kata-kata yang
merangsang di telinganya. Tapi pandangan terhadap Munez membuatnya
mual. Ia berdiri saja melihat rok bawahnya jatuh ke lantai. Ia tak mengenakan
apa-apa di baliknya. Tanpa busana, ia tampak lebih jelek lagi daripada ketika
berbusana. Payudaranya yang besar menggelantung, dan perutnya yang
buncit bergoyang seperti agar-agar ketika ia bergerak. Pahanya yang gemuk
adalah gumpalan daging yang menjijikkan. Betina ini merupakan makhluk
terburuk yang pernah kulihat, pikir Lantz. Berpikirlah positif, Lantz berkata
kepada dirinya sendiri. Ini cuma berlangsung beberapa menit saja. Sejuta
dollar itu akan cukup untuk seumur hidup.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan Angel. Harry Lantz berusaha menutupi rasa gembiranya. "Tak apa-
apa. Aku tidak lapar. Kenapa kau tidak pergi saja memenuhi janjimu dan kita
bertemu lagi untuk makan malam nanti malam." Ia melingkarkan lengannya di
sekeliling Neusa, dan membelai-belai buah dadanya yang menggelantung. "Di
mana kau ingin makan malam? Restoran yang terbaik untuk pacarku." Aku
seharusnya jadi seorang aktor, pilar Lantz.
"Aku tak peduli."
"Kau tahu Chiquin di Cangallo Avenue?"
"Tidak."
"Kau akan menyukainya. Bagaimana kalau aku menjemputmu di sini pukul
delapan malam? Aku punya banyak urusan hari ini." Padahal ia tak punya
urusan lain.
"Oke."
Dengan mengerahkan segenap kemauannya, ia membungkuk dan mencium
Neusa sebagai ucapan selamat berpisah. Bibir wanita itu lembek, basah, dan
menjijikkan. "Pukul delapan malam."
Lantz berjalan ke luar apartemen itu dan melambai sebuah taksi. Ia
mengharap Neusa melihat dari jendela.
"Belok kanan di pojok depan itu," ia memerintah si sopir taksi.
Ketika mereka telah berbelok ke kanan, Harry Lantz berkata, "Saya turun di
sini."
Sopir taksi itu menatapnya heran. "Anda cuma naik satu blok, tenor"
"Benar. Kaki saya lemah. Cedera akibat perang."
Harry Lantz membayarnya, lalu bergegas kembali ke toko tembakau di
seberang gedung apartemen Neusa. Ia menyalakan sebatang rokok dan
menanti.
Dua puluh menit kemudian, Neusa keluar dari gedung apartemen itu. Harry
menatap tatkala ia menyusuri jalan, dan mengikutinya dengan jarak yang
tepat. Tak ada kesempatan untuk kehilangan wanita itu. Ia seakan sedang
membuntuti Lusitania,
Tampaknya Neusa Munez tidak tergesa-gesa. Ia berjalan sepanjang Avenida
Belgrano, melewati Perpustakaan Spanyol, dan terus berjalan perlahan tanpa
berhenti di Avenida Cordoba. Lantz melihat ia memasuki Berenes, sebuah toko
kulit di San Martin. Ia berdiri di seberang jalan dan mengamatinya mengobrol
dengan seorang pegawai pria. Lantz bertanya dalam hati kalau-kalau toko itu
ada hubungannya dengan Angel. Ia mencatatnya dalam hati.
Neusa keluar beberapa menit kemudian sambil membawa sebuah
bungkusan kecil. Kemudian ia berhenti di sebuah heladeria di Corrientes, untuk
membeli es krim. Ia berjalan sepanjang San Martin, bergerak dengan
perlahan-lahan. Tampaknya ia berjalan-jalan tanpa tujuan yang khusus dalam
pikirannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di Oval Office di Gedung Putih, saat itu malam hari. Hari itu merupakan hari
kerja yang panjang bagi Paul Ellison. Dunia sekelilingnya tampaknya terdiri
atas berbagai komite, dewan, dan kawat berita-berita sangat penting, rapat-
rapat serta sidang tertutup, hingga ia tak punya waktu sejenak pun untuk
dirinya sendiri. Tapi ia tidak sendirian. Stanton Rogers duduk di seberangnya,
dan Presiden merasakan kesantaian untuk pertama kalinya hari itu.
"Aku menyita waktumu untuk keluargamu, Stan."
"Tak apa-apa, Paul."
"Aku ingin bicara denganmu tentang penyelidikan atas Mary Ashley.
Bagaimana hasilnya?"
"Hampir lengkap. Kita harus mengadakan pemeriksaan final terhadapnya
besok atau lusa. Sejauh ini tampaknya sangat baik. Aku mulai harap-harap
cemas tentang gagasan ini. Kupikir ini akan berjalan."
"Kita akan membuatnya berjalan. Mau minum lagi?"
"Tidak, terima kasih. Kecuali bila kau memerlukanku untuk hal lain, aku
pamit untuk pergi bersama Barbara menghadiri suatu acara pembukaan di
Kennedy Centre."
"Pergi sajalah," kata Paul Ellison. "Alice dan aku harus menjamu beberapa
kerabatnya."
"Sampaikan salamku untuk Alice," kata Stanton Rogers. Ia berdiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
7
Presiden paul ellison meletakkan laporan penyelidikan terakhir atas diri Mary
Ashley dan berkata, "Tak tercela, Stan."
"Aku tahu. Kupikir ia merupakan calon yang sempurna. Tentu saja,
Departemen Luar Negeri tak akan gembira."
"Kita akan kirimkan handuk pengusap air mata pada mereka. Kita tinggal
berharap agar Senat bersedia mendukung kita."
Kantor Mary Ashley di Kedzie Hall adalah ruangan kecil yang
menyenangkan, yang dibatasi oleh lemari buku yang padat dengan buku-buku
referensi tentang negara-negara Eropa Timur. Perabotannya sedikit, hanya
terdiri dari meja tulis dengan sebuah kursi putar, sebuah meja kecil di dekat
jendela, penuh tumpukan kertas ujian, sebuah kursi dengan sandaran
berlajur, dan sebuah lampu baca. Pada dinding di belakang meja tulis
terdapat sebuah peta Balkan. Sebuah foto kuno kakek Mary tergantung di
dinding. Foto itu dibuat sekitar pergantian abad ini, dan sosok dalam foto itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdiri dengan gaya amat kaku, serta mengenakan pakaian masa itu. Foto itu
merupakan salah satu harta Mary yang berharga. Kakeknyalah yang telah
menumbuhkan rasa ingin tahunya yang dalam tentang Rumania. Kakeknya
telah menceritakan padanya kisah-kisah romantis tentang Ratu Marie, para
barones dan putri-putri ningrat lainnya, kisah-kisah tentang Albert, Prince
Consort dari Inggris, dan Alexander II, Tsar Rusia, serta lusinan tokoh-tokoh
yang mendebarkan.
Sebenarnya kita masih mempunyai darah bangsawan. Seandainya tidak ada
revolusi, kau sudah jadi seorang putri raja.
Ia dulu sering bermimpi tentang hal itu.
Mary tengah memeriksa kertas-kertas ujian kenaikan tingkat ketika pintu
dibuka dan Mr. Hunter, Dekan, masuk.
"Selamat pagi, Nyonya Ashley. Apakah Anda ada waktu sejenak?" Itulah
pertama kalinya Dekan mengunjungi kantornya.
Mary merasakan suatu kegembiraan mendadak. Hanya ada satu alasan bagi
Dekan untuk secara pribadi mengunjungi kantornya. Ia akan memberitahunya
bahwa Universitas memberinya jabatan yang dinanti-nantikannya.
"Tentu saja," katanya. "Silakan duduk."
Mr. Hunter duduk di kursi bersandaran. "Bagaimana kuliah-kuliah Anda?"
"Sangat lancar, saya kira." Mary tak sabar menanti untuk menyampaikan
berita itu kepada Edward. Suaminya pasti akan bangga. Jarang ada orang
seusianya yang menerima jabatan dari suatu universitas.
Mr. Hunter tampak tidak tenang. "Apakah Anda sedang dalam kesulitan,
Nyonya Ashley?"
Pertanyaan itu sama sekali di luar dugaannya. "Kesulitan? Saya Tidak.
Mengapa?"
"Beberapa orang dari Washington telah menemui saya, dan menanyakan
berbagai pertanyaan tentang Anda."
Mary Ashley mendengar gema kata-kata Florence Schiffer. Seorang agen
rahasia federal dari Washington... Ia menanyai berbagai pertanyaan tentang
Mary, sedemikian rupa, seakan-akan Mary terlibat dalam kegiatan mata-mata
internasional.... Apakah ia seorang warga negara Amerika yang setia? Apakah
ia seorang istri dan ibu yang baik...
Jadi, ternyata semua itu tak ada hubungannya dengan jabatannya. Tiba-tiba
ia merasa sukar untuk berbicara. "Apaapa yang ingin mereka ketahui, Mr.
Hunter?"
"Mereka bertanya tentang reputasi Anda sebagai seorang profesor dan
mereka bertanya-tanya tentang kehidupan pribadi Anda."
"Saya tak mengerti. Saya benar-benar tidak tahu apa yang terjadi. Setahu
saya, saya tidak mengalami kesulitan apa pun," ia menambahkan dengan
lemas.
Dekan menatapnya dengan kesan tak percaya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pintu terbuka lebar dan Beth serta Tim bergegas masuk. Beth berkata, "Aku
baru saja menelepon Virgil dan menceritakan padanya bahwa Mama akan jadi
duta besar."
"Nah, lebih baik kautelepon dia lagi, dan mengatakan bahwa Mama tak akan
jadi duta besar."
"Mengapa tidak?" tanya Beth. "Mama telah memutuskan ia akan tetap
tinggal di sini."
"Mengapa?" Beth meratap. "Aku belum pernah ke Rumania. Aku belum
pernah ke mana-mana."
"Aku juga," kata Tim. Ia menoleh kepada Beth. "Aku kan sudah bilang
padamu, kita tak pernah akan lolos dari tempat ini."
"Pembicaraan ditutup," Mary memberi tahu mereka.
Keesokan paginya Mary memutar nomor telepon yang telah diberikan
Presiden kepadanya. Ketika seorang operator menjawab, Mary berkata, "Ini
Nyonya Edward Ashley. Saya ingin bicara dengan asisten PresidenTuan
Greene yang sedang menunggu telepon saya."
"Tunggu sebentar, Nyonya."
Suara seorang pria di ujung sana berkata, "Halo, Nyonya Ashley?"
"Ya," Mary berkata. "Dapatkah Anda menyampaikan kepada Presiden, pesan
dari saya?"
"Tentu saja."
"Dapatkah Anda menyampaikan pada beliau, bahwa saya merasa mendapat
kehormatan besar atas tawaran beliau, tapi suami saya terikat pada
pekerjaannya di sini, jadi saya kira tak mungkin bagi saya untuk menerima
tawaran itu. Saya harap beliau mengerti."
Saya akan menyampaikan pesan Anda," suara itu berkata tanpa komentar.
"Terima kasih, Nyonya Ashley." Hubungan diputus.
Perlahan-lahan Mary meletakkan gagang telepon. Selesailah sudah. Dalam
waktu yang singkat, suatu impian yang menggoda telah ditawarkan padanya.
Tapi itu telah berlalu. Sebuah impian. Ini duniaku yang nyata. Lebih baik aku
menyiapkan kuliah sejarah periode yang keempat.
Manama, Bahrain
Rumah batu putih itu tak bernama, tersembunyi di antara lusinan rumah
yang serupa, dekat souks, pasar terbuka yang besar dan berwarna-warni.
Rumah tersebut milik seorang pedagang yang bersimpati dan mendukung
organisasi triots for Freedom.
"Rita cuma akan memakainya sehari saja," sebuah suara di ujung telepon
mengatakan padanya.
Semua telah diatur. Kini ketuanya sedang berbicara dengan orang-orang
yang berkumpul di ruang duduk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suatu masalah telah muncul," Ketua berkata. "Gerakan yang baru-baru ini
kita laksanakan telah menimbulkan suatu masalah."
"Masalah apa?" Balder bertanya.
"Perantara yang kita pilihHarry Lantztelah mati."
"Mati? Mati, bagaimana?"
"Ia dibunuh. Mayatnya ditemukan terapung di pelabuhan di Buenos Aires."
"Apakah polisi tahu siapa yang melakukannya? Maksudku dapatkah mereka
menghubungkan hal itu dengan kita?"
"Tidak. Kita sepenuhnya aman."
Thor bertanya, "Bagaimana dengan rencana kita? Dapatkah kita
meneruskannya?"
"Tidak pada saat ini. Kita tak punya gagasan bagaimana caranya
menghubungi Angel. Meskipun demikian, Sang Pengawas memberi izin pada
Harry Lantz untuk memberitahukan namanya padanya. Bila Angel tertarik
pada tawaran kita, ia akan menemukan cara untuk menghubunginya. Yang
dapat kita lakukan hanyalah menunggu."
Berita utama koran Daily Union di Juction City berbunyi: MARY ASHLEY DARI
JUNCTION CITY MENOLAK TAWARAN JABATAN DUTA BESAR.
Ada kisah sepanjang dua kolom tentang Mary, dan sebuah fotonya. Di KJCK,
siaran radio siang dan malam menyiarkan kisah-kisah yang menarik tentang
tokoh baru kota itu. Kenyataan bahwa Mary Ashley telah menolak tawaran
Presiden membuat kisah itu lebih menarik daripada bila ia menerimanya. Di
mata warga kota itu, Junction City, Kansas, jadi lebih penting daripada
Bucharest, Rumania.
Ketika Mary Ashley mengendarai mobilnya,
pergi berbelanja untuk makan malam, ia mendengar namanya disebut-sebut
di radio.
"... Sebelumnya, Presiden Ellison telah mengumumkan bahwa jawaban Duta
Besar untuk Rumania akan menjadi awal gerakan dari rakyat ke rakyat, dan
merupakan tonggak awal kebijaksanaan politik luar negerinya. Bagaimana
Mary Ashley menolak untuk menerima jabatan itu akan mempengaruhi"
Mary mengganti dengan siaran stasiun radio yang lain.
"...menikah dengan Dokter Edward Ashley, dan dapat dipercaya, bahwa"
Mary mematikan radio. Ia telah menerima paling tidak tiga lusin telepon
pagi itu dari teman-teman, tetangga, mahasiswa-mahasiswa, dan orang-orang
asing yang ingin tahu. Para wartawan telah menelepon dari jarak jauh, seperti
dari London dan Tokyo, Mereka telah membesar-besarkan berita ini di luar
proporsinya, pikir Mary. Bukan salahku kalau Presiden memutuskan untuk
melandaskan keberhasilan politik luar negerinya di Rumania. Aku ingin tahu
sampai berapa lama kegemparan ini akan berlangsung? Hal ini mungkin akan
berlalu dalam sehari dua hari.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa?"
Mary melihat daftar di tangannya. "Tanpa pemanis buatan, tanpa sodium,
lemak, karbohidrat, kafein, pewarna karamel, asam folik, atau bahan pemberi
rasa buatan."
Nyonya Dillon mempelajari daftar itu. "Apakah ini semacam eksperimen
medis?"
"Kalau dipandang dengan cara khusus. Itu untuk Beth. Ia cuma mau makan
makanan alamiah."
"Mengapa tidak Anda bawa ia ke padang rumput dan biarkan ia merumput?"
Mary tertawa. "Itulah yang disarankan oleh anak laki-laki saya." Mary
mengambil sebuah kotak makanan dan meneliti labelnya. "Memang salah
saya. Seharusnya saya tidak mengajarinya membaca."
Mary mengendarai mobilnya dengan hati-hati-dalam perjalanan pulang,
menanjak bukit di hadapan Danau Milford yang berangin kencang. Saat itu
suhu udara beberapa derajat di bawah nol, tapi faktor angin dingin membuat
temperatur turun jauh di bawah nol, karena tak ada yang dapat menahan
angin dari embusannya yang menggigit melalui dataran luas tak bertepi.
Padang-padang rumput tertutup salju, dan Mary teringat musim salju tahun
lalu, ketika badai es menyapu daerah itu dan menghancurkan jaringan listrik.
Tak ada aliran listrik selama hampir seminggu. Ia dan Edward bercinta setiap
malam. Mungkin kami berdua akan beruntung lagi musim salju ini, ia
tersenyum lebar sendinan.
Ketika Mary tiba di rumah. Edward masih di rumah sakit. Tim ada di ruang
belajar sedang menonton siaran fiksi ilmiah. Mary meletakkan belanjanya di
dapur dan menemui anak laki-lakinya.
"Bukankah seharusnya kau sedang mengerjakan pekerjaan rumahmu?"
"Tidak bisa."
"Dan mengapa tidak?"
"Karena aku tidak mengerti."
"Kau tak akan mengerti lebih baik dengan menonton Star Trek. Coba Mama
lihat pelajaranmu."
Tim menunjukkan buku matematika kelas lima kepada ibunya. "Soal-soal ini
bodoh," kata Tim,
"Tak ada soal-soal yang bodoh, yang ada hanya murid-murid yang bodoh.
Sekarang coba lihat ini."
Mary membaca soal-soal itu keras-keras. "Sebuah kereta yang
meninggalkan Minneapolis ditumpangi oleh seratus empat puluh sembilan
orang. Di Atlanta banyak penumpang naik lagi, Jadi terdapat dua ratus dua
puluh tiga orang di kereta. Berapa banyak penumpang yang naik di Atlanta? Ia
menoleh. "Ini mudah saja, Tim. Kau harus mengurangkan seratus empat puluh
sembilan dari. dua ratus dua puluh tiga."
"Tidak, bukan begitu caranya," Tim berkata muram. "Harus dibuat
persamaan. Seratus empat puluh sembilan ditambah N sama dengan dua ratus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dua puluh tiga. N sama dengan dua ratus dua puluh tiga dikurangi seratus
empat puluh sembilan. N sama dengan tujuh puluh empat."
"Itu bodoh kata Mary,
Ketika Mary melewati kamar Beth, ia mendengar berbagai suara. Mary
masuk. Beth duduk di lantai, bersila, sedang menonton televisi, sambil
mendengarkan rekaman musik rock, dan mengerjakan pekerjaan rumahnya.
"Bagaimana kau bisa memusatkan perhatian dalam keributan ini?" Mary
berteriak.
Ia berjalan ke pesawat televisi dan mematikannya, lalu ia mematikan
piringan hitam....
Beth mendongak terkejut. "Mengapa dimatikan, Ma? Itu George Michael."
Dinding kamar Beth penuh dengan poster para pemusik. Ada Kiss dan Van
Halen, Motley Crue dan Aldo Nova, serta David Lee Roth. Di atas tempat tidur
berserakan majalah: Seventeen dan Teen Idol serta berbagai majalah remaja
lainnya. Baju Beth berserakan di lantai.
Mary melihat sekeliling kamar yang berantakan itu dengan putus asa.
"Bethbagaimana kau tahan hidup di kamar semacam ini?"
Beth mendongak menatap ibunya dengan keheranan. "Hidup seperti apa?"
Mary menggertakkan giginya. "Tak apa-apa."
Ia melihat sebuah amplop di atas meja anak perempuannya. "Kau menulis
surat kepada Rick Springfield?"
"Aku jatuh cinta padanya."
"Kupikir kau jatuh cinta pada George Michael."
"Aku tergila-gila pada George Michael. Aku jatuh cinta pada Rick Springfield.
Mama, pada masa remaja Mama dulu, pernahkah Mama tergila-gila pada
seseorang?"
"Pada masa remaja Mama dulu, kami terlalu sibuk berusaha menumpang
mobil tertutup untuk berkeliling ke seluruh negeri."
Beth menghela napas. "Apakah Mama tahu bahwa Rick Springfield
mempunyai masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan?"
"Terus terang saja, Beth, Mama tidak tahu hal itu."
"Sungguh menyedihkan. Ayahnya masuk militer dan keluarganya berpindah-
pindah terus. Ia juga vegetarian. Seperti aku. Ia sungguh mengagumkan."
Oh, jadi itu latar belakang diet gila Beth!
"Mama, bolehkah aku pergi nonton malam Minggu nanti, dengan Virgil?"
"Virgil? Ada apa dengan Arnold?"
Hening sejenak. "Arnold ingin mempermainkanku. Ia dorky."
Mary memaksa diri untuk tetap tenang. "Apa maksudmu dengan
'mempermainkan' ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hanya karena aku mulai punya payudara, anak laki-laki lalu mengira aku ini
gadis gampangan. Ma, apakah Mama pernah merasa tidak nyaman karena
tubuh Mama?"
Mary mendekati Beth dan memeluknya erat, "Ya, Sayang. Ketika Mama
seusiamu dulu, Mama merasa sangat tidak nyaman."
"Aku benci datang bulan dan mempunyai payudara dan rambut di mana-
mana. Mengapa?"
"Hal itu terjadi pada setiap gadis, dan kau akan terbiasa, nantinya,"
"Tidak, aku tidak." Beth menarik diri menjauh dan berkata dengan marah.
"Aku tak keberatan jatuh cinta, tapi aku tak akan mau bercinta. Tak seorang
pun boleh melakukannya terhadapku. Tidak Arnold, atau Virgil, tidak pula
Kevin Bacon."
Mary berkata penuh pengertian, "Baiklah, kalau itu keputusanmu...."
"Tentu saja. Ma, apa yang dikatakan oleh Presiden Ellison ketika Mama
mengatakan tak mau menjadi duta besar?"
"Ia menerimanya dengan lapang dada," Mary meyakinkannya. "Mama pikir
sudah waktunya menyiapkan makan malam."
Memasak adalah rahasia bete noire Mary Ashley. Ia benci memasak, dan
tentu saja tak bisa memasak dengan baik. Karena ia selalu ingin melakukan
segala sesuatunya dengan baik, ia jadi lebih membencinya. Hal itu menjadi
cacatnya yang berkurang dengan adanya Lucinda, yang datang tiga kali
seminggu untuk memasak dan membersihkan rumah. Hari ini adalah salah
satu hari libur Lucinda.
Ketika Edward pulang dari rumah sakit, Mary berada di dapur, sedang
menggosongkan kacang. Ia mematikan kompor, dan mencium Edward. "Halo,
Sayang. Bagaimana hari ini? Dorky
"Pasti kau habis berkomunikasi dengan anak perempuan kita," kata Edward.
"Terus terang, memang dorky. Aku merawat seorang berusia tiga belas tahun
sore ini, yang terserang herpes kelamin."
"Oh, Sayang!" Ia membuang kacang yang gosong dan membuka sekaleng
tomat.
"Kau tahu, itu membuatku khawatir akan Beth."
"Kau tak perlu khawatir," Mary menenangkannya. "Ia merencanakan untuk
mati perawan
Pada waktu makan malam Tim bertanya, "Pa bolehkah aku minta papan
selancar untuk hadiah uiang tahunku?"
"TimPapa tak ingin menghancurkan impianmu, tapi kau kebetulan tinggal
di Kansas."
"Aku tahu. Tapi Johnny mengajakku ke Hawaii musim panas yang akan
datang. Keluarganya punya rumah pantai di Maui."
Nah," Edward berkata penuh alasan, "kalau Johnny punya rumah pantai,
kemungkinan besar ia juga punya papan selancar."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
8
Dalam sebuah skandal yang telah mengguncangkan organisasi agen rahasia
internasional, Mehdi Ben Barka, penentang Raja Hassan II dari Maroko, telah
diculik dari pengasingannya di Paris dan dibunuh dengan bantuan Dinas
Rahasia Prancis. Setelah kejadian itu Presiden Charles de Gaulle mengambil
alih Dinas Rahasia Prancis dari pengawasan Kantor Perdana Menteri, dan
menempatkannya di bawah wewenang Departemen Pertahanan. Jadi itulah
sebabnya, Menteri Pertahanan dewasa ini, Roland Passy, bertanggung jawab
atas keselamatan Marin Groza, yang telah diberi suaka oleh pemerintah
Prancis. Polisi-polisi ditempatkan di depan vila di Neuilly secara bergiliran
selama dua puluh empat jam penuh. Meskipun demikian, Passy baru merasa
percaya akan jaminan keselamatan Marin Groza ketika ia mengetahui bahwa
Lev Pasternak bertugas menjaga keamanan bagian dalam vila. Ia telah melihat
sendiri sistem jaringan keamanan itu, dan merasa sangat yakin bahwa rumah
itu tak bisa ditembus.
Dalam minggu-minggu terakhir ini, suatu kabar burung telah tersebar di
dunia diplomatik, bahwa suatu kudeta akan segera terjadi; bahwa Marin Groza
sedang merencanakan untuk kembali ke Rumania; dan bahwa. Alexandros
Ionescu akan didepak oleh perwira-perwira militer seniornya.
Lev Pasternak mengetuk pintu dan memasuki perpustakaan penuh buku
yang digunakan sebagai kantor Marin Groza. Groza duduk di belakang meja
tulisnya, sedang bekerja. Ia mendongak ketika Lev Pasternak masuk.
"Semua orang ingin tahu kapan revolusi itu akan terjadi," kata Pasternak.
"Ini merupakan rahasia dunia yang tak dapat dirahasiakan,"
"Katakan pada mereka untuk bersabar. Maukah kau ikut ke Bucharest
bersamaku, Lev?"
Lebih dari segalanya, Lev Pasternak sangat ingin kembali ke Israel. Saya
menjalankan tugas di sini untuk sementara waktu saja, ia pernah berkata pada
Marin Groza. Sampai Anda siap untuk melakukan gerakan. Sementara ternyata
berubah menjadi berminggu-minggu dan berbulan-bulan, hingga akhirnya kini
telah menjadi tiga tahun. Dan kini saatnya untuk membuat keputusan lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam dunia yang penuh orang kerdil, pikir Lev Pasternak, aku telah
mendapat wewenang untuk melayani seorang raksasa. Marin Groza adalah
orang paling idealis, yang tak pernah mementingkan diri sendiri, yang pernah
dikenal Lev Pasternak.
Ketika Pasternak datang untuk bekerja bagi Groza, ia telah bertanya-tanya
tentang keluarga lelaki itu. Groza tak pernah mau membicarakan mereka, tapi
perwira yang telah mengatur Pasternak untuk menemui Groza, menceritakan
padanya kisah itu.
"Groza dulu dikhianati. Securitate menahannya dan menyiksanya selama
lima hari. Mereka berjanji akan melepaskannya bila ia mau memberikan pada
mereka nama-nama pengikutnya dalam gerakan bawah tanah. Ia tak mau
bicara. Mereka menahan istrinya dan anak perempuannya yang berusia empat
belas tahun dan membawa mereka ke ruang interogasi. Groza dihadapkan
pada pilihan: bicara atau melihat mereka mati. Itulah pilihan paling berat yang
harus diambil oleh seorang lelaki. Pilihan akan hidup istri dan anaknya yang
tercinta di satu pihak, dan hidup ratusan orang yang mendukungnya di pihak
lain." Perwira itu berhenti bicara sejenak, lalu melanjutkan dengan lebih
perlahan-lahan. "Kupikir yang akhirnya membuat Groza mengambil keputusan
itu adalah bahwa ia yakin, bagaimanapun juga, ia dan keluarganya akan
dibunuh. Ia menolak untuk memberi tahu mereka. Para prajurit mengikatnya
di kursi dan memaksanya menyaksikan istri dan anaknya diperkosa beramai-
ramai sampai mereka mati. Tapi mereka belum merasa cukup menyiksa
Groza. Mereka meletakkan mayat istri dan anaknya yang berlumuran darah di
kakinya, lalu mereka mengebirinya."
"Oh, Tuhanku!"
Perwira itu menatap Lev Pasternak dan berkata, "Hal paling penting yang
harus kau mengerti adalah bahwa Marin Groza tak ingin kembali ke Rumania
untuk membalas dendam. Ia ingin membebaskan rakyatnya. Ia ingin
meyakinkan bahwa hal-hal semacam itu tak pernah terjadi lagi."
Lev Pasternak telah menjaga Groza sejak hari itu dan selanjutnya, dan
makin lama ia berada dekat pejuang itu, semakin ia menyukinya. Kini, ia harus
memutuskan apakah akan menunda kepulangannya ke Israel dan pergi ke
Rumania mengikuti Groza.
Pasternak sedang berjalan di lorong rumah malam itu, dan ketika melewati
pintu kamar tidur Marin Groza, ia mendengar jeritan kesakitan yang telah
dikenalnya. Jadi ini hari Jumat, pikir Pasternak. Hari wanita tuna susila datang
ke sana. Mereka dipilih dari Inggris, Amerika Utara, Brazilia, Jepang, Thailand,
dan setengah lusin negara lain, yang dipilih dengan acak. Mereka tak tahu ke
mana tujuan mereka, atau siapa yang akan mereka temui. Mereka dijemput di
Charles de Gaulle Airport, dibawa langsung ke vila, dan setelah beberapa jam,
dibawa kembali ke bandar udara dan dinaikkan kembali ke pesawat terbang.
Setiap Jumat malam, lorong rumah menggemakan jeritan Marin Groza. Para
staf mengira bahwa di balik pintu terjadi hubungan seks yang tidak wajar.
Satu-satunya yang tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi di balik pintu
kamar tidur itu hanya Lev Pastenak. Karena kunjungan para wanita tuna susila
itu tak ada hubungannya dengan seks. Mereka hanyalah penebus dosa. Sekali
seminggu Groza menelanjangi dirinya sendiri dan seorang wanita akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Telepon itu berdering sepuluh hari setelah mayat Harry Lantz ditemukan.
Sang Pengawas sedang mengadakan rapat staf di ruang konperensi ketika
interkom berbunyi.
"Saya tahu Anda memerintahkan untuk tidak diganggu, Pak, tapi ada
telepon dari luar negeri untuk Anda. Tampaknya sangat penting. Seseorang
bernama Miss Neusa Munez menelepon dari Buenos Aires. Saya telah
mengatakan padanya...
"Baiklah' Ia menahan emosinya dengan ketat. "Akan kuterima telepon itu di
kantor pribadiku." Ia minta maaf, menuju kantornya, dan mengunci pintu, Ia
mengangkat telepon. "Halo. Apakah ini Miss Munez?"
"Yah." Soaranya beraksen Amerika Selatan kasar, dan tak terpelajar, "Saya
ada pesan dan Angel untukmu. Ia tak suka kurir yang mencampuri urusan
orang lain seperti kurir yang kau kirim."
Sang Pengawas harus memilih kata-katanya dengan hati-hati. "Maaf. Tapi
kami tetap ingin Angel melanjutkan perjanjian kita. Apakah itu mungkin?"
"Yah. Ia bilang ia mau melakukannya."
Pria itu menahan desahan rasa leganya. "Bagus sekali. Bagaimana aku akan
mengatur tindak lanjutnya?"
Wanita itu tertawa. "Angel, ia tak perlu janji lanjutan. Tak seorang pun
dapat mempermainkan Angel." Entah bagaimana, kata-kata itu membuat bulu
roma berdiri. "Kalau tugas itu selesai, katanya kau harus kirim uangnya ke
tunggu duluaku telah menulisnyaini diaState Bank of Zurich. Tempatnya
di Swiss." Kedengarannya ia seperti orang dungu.
"Saya memerlukan nomor rekening korannya."
"Oh, yah. Nomornya adalah astaga. Akulupa, Tunggu dulu. Kusimpan entah
di mana." Ia mendengar gemerisik kertas, dan akhirnya wanita itu kembali ke
telepon. "Ini dia. Tiga empat sembilan-kosong tujuh tujuh."
Sang Pengawas mengulang nomor itu. "Berapa lama ia dapat menangani
persoalan itu?"
"Kalau ia sudah selesai, senor Angel bilang kau akan tahu kapan hal itu
dilakukan. Kau akan membacanya di surat kabar."
"Bagus sekali. Aku akan memberimu nomor telepon pribadiku, kalau-kalau
Angel perlu meng-hubungiku."
Ia menyebutkan nomor itu kepadanya perlahan-lahan.
***
Tbilisi, Rusia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kode Biro! Kode Biru!" suara yang berteriak lewat pengeras suara bergenia
di seluruh lorong rumah sakit. Bahkan ketika para petugas gawat-darurat
mulai mempersiapkan pintu masuk ambulans, suara sirene yang meraung-
raung makin jelas terdengar. Geary Community Hospital adalah sebuah
bangunan berlantai tiga, berwarna coklat dan tampak sederhana, terletak di
atas sebuah bukit di St. Mary's Road, di bagian barat daya Junction City.
Rumah sakit itu mempunyai sembilan puluh dua tempat tidur, dua ruang
operasi modern, dan serangkaian ruang periksa serta kantor administrasi.
Hari Jumat itu hari yang sibuk, dan bangsal di lantai paling atas penuh
dengan orang-orang terluka yang datang ke kota dari Fort Riley yang
merupakan markas First Infantry Division, yang dikenal dengan nama The Big
Red One. Orang-orang itu datang ke Junction City untuk melewatkan akhir
pekan mereka yang disebut R & Rakhir pekan.
Dokter Edward Ashley sedang menjahit kulit kepala seorang prajurit yang
kalah dalam perkelahian di bar. Edward Ashley telah menjadi dokter di Geary
Community Hospital selama tiga belas tahun, dan sebelum membuka praktek
swasta, ia pernah menjadi ahli bedah terbang Angkatan Udara dengan pangkat
kapten. Beberapa rumah sakit terkemuka di kota-kota besar telah mencoba
untuk membujuknya pindah, tapi ia memilih untuk tetap tinggal di tempatnya
semula.
Ia selesai dengan pasien yang sedang dirawatnya, lalu melihat sekeliling.
Paling tidak, ada selusin prajurit yang menunggu untuk dijahit. Ia mendengar
suara sirene ambulans mendekat. "Mereka memainkan lagu kita."
Dokter Douglas Schiffer, yang sedang merawat seorang korban yang luka
akibat tembakan, mengangguk. "Tampaknya seperti BERSERAKAN di sini.
Seakan kita berada di medan pertempuran."
Edward Ashley berkata, "Inilah satu-satunya perang yang mereka hadapi,
Doug. Itulah sebabnya mereka datang ke kota setiap akhir minggu dan
bertingkah laku gila. Mereka frustrasi." Ia menyelesaikan jahitan terakhir.
"Nah, selesailah sudah, Bung. Kau jadi baru kembali." Ia menoleh kepada
Douglas Schiffer. "Lebih baik kita turun ke Bagian Gawat-Darurat."
Pasien itu mengenakan seragam sipil, dan tampaknya usianya tak lebih dari
delapan belas tahun. Ia tak sadarkan diri. Keringatnya mengalir deras dan ia
sukar bernapas. Dokter Ashley memeriksa denyut nadinya. Lemah dan lambat.
Segumpal darah menggumpal di bagian depan jaket seragamnya. Edward
Ashley menoleh kepada salah seorang perawat yang membawa pasien
tersebut. "Kenapa pasien ini?"
"Dadanya tertusuk pisau, Dokter."
"Coba lihat apakah parunya menguncup." Ia menoleh kepada seorang
perawat wanita. "Saya minta foto rontgen dadanya. Waktunya hanya tiga
menit."
Dokter Douglas Schiffer mengamati vena juglaris. Tampak adanya kenaikan
volume darah di dalamnya. Ia menatap Edward. "Terjadi distensi. Mungkin ada
penetrasi pada perikardium-nya,"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berarti bahwa kantung yang melindungi jantung telah terisi darah, sehingga
menekan jantung dan mengakibatkan jantung tak dapat berdenyut dengan
teratur.
Perawat yang memeriksa tekanan darah pasien itu berkata, Tekanan
darahnya menurun cepat." Alat pemantau yang merekam elektrokardiogram
pasien itu mulai melambat. Pasien itu tampaknya mulai mendekati ajal.
Seorang perawat lain datang tergopoh-gopoh membawa hasil foto rontgen
dada pasien itu. Edward melihatnya dengan lampu penerang foto. "Pericardial
tamponade."
Jantungnya berlubang. Paru-parunya menguncup.
"Masukkan pipa ke saluran napas dan tiup parunya." Suaranya tenang, tapi
tak salah lagi ada kesan mendesak di dalamnya. "Panggil dokter anestesi. Kita
akan mengoperasinva. Intubasi dia."
Seorang perawat memberikan sebuah pipa endotrakbeal kepada Dokter
Schiffer. Edward Ashley mengangguk kepadanya. "Sekarang."
Dengan hati-hati Douglas Schiffer mulai mendorong pipa itu masuk ke
batang tenggorokan prajurit yang tak sadarkan diri itu. Ada kantung di ujung
pipa itu. dan Schiffer mulai memijitnya dengan irama yang teratur, untuk
memasukkan udara ke paru-paru. Alat pemantau mulai melambat, dan kurva
pada monitor itu sama sekali datar. Pasien itu di ambang kematian.
"Ia hampir mati."
Tak ada waktu untuk mendorong pasien itu ke ruang operasi. Dokter Ashley
harus membuat keputusan kilat. "Kita akan melakukan thorakotomi. Pisau."
Pada saat pisau bedah telah di tangannya, Edward memegang dan mengiris
dada pasien itu membujur. Hampir tak ada darah yang keluar, karena
jantungnya terjepit dalam perikardium. "Retraktor."
Ketika alat itu diletakkan di tangannya, ia menyelipkannya ke dalam dada
pasien itu untuk merentangkan tulang-tulang iganya.
"Gunting. Mundur!"
Ia maju lebih dekat sehingga dapat mencapai kantung perikardial. Ia
menusukkan gunting ke dalamnya, dan darah terbebas dari kungkungan
kantung jantung, menyembur ke luar dan mengenai para perawat dan Dokter
Ashley. Dokter Ashley memegang jantung dan mulai memijatnya. Alat
pemantau mulai berdenyut, dan nadinya mulai teraba. Terdapat sebuah luka
kecil di puncak jantung sebelah kiri.
"Bawa dia ke kamar operasi."
Tiga menit kemudian pasien itu telah berada di atas meja operasi.
"Tranfusiseribu cc."
Tak ada waktu untuk menentukan golongan darahnya, jadi golongan O
Negatifyang merupakan golongan darah donor universaldigunakan.
Ketika transfusi darah dimulai, Dokter Ashley berkata, "Tabung dada nomor
tiga puluh dua."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mary duduk, lalu saling berbisik satu sama lain. Mary mulai terbiasa akan hal
itu.
Edward menatap istrinya, "Kau menyesal?"
Tentu saja ada penyesalan. Tapi itu hanyalah penyesalan bagai pungguk
merindukan bulan, tentang berbagai macam kemewahan dan impian yang tak
mungkin dicapai setiap orang. Seandainya aku seorang putri raja; seandainya
aku seorang jutawan; seandainya aku menerima hadiah Nobel atas
penyembuhan kanker; seandainya... seandainya... seandainya...
Mary tersenyum. "Tak apa-apa, Sayang. Suatu kebetulan saja kalau mereka
menawarkan jabatan itu kepadaku. Bagaimanapun juga, tak mungkin aku
dapat meninggalkan engkau dan anak-anak." Ia menggenggam tangan
Edward. "Aku tak menyesal. Aku lega telah menolak tawaran itu."
Edward mencondongkan badan ke Mary dan berbisik, "Aku akan memberimu
tawaran yang tak dapat kautolak."
"Ayolah," Mary tersenyum.
Pada mulanya, ketika mereka baru saja menikah, mereka bercinta dengan
menggebu-gebu dan berapi-api. Mereka mempunyai kebutuhan fisik yang tak
henti-hentinya satu sama lain, yang tak dapat dipuaskan hingga mereka
berdua benar-benar kehabisan tenaga. Desakan itu meleleh bersama
berlalunya waktu, tapi emosi yang terlibat tetap ada, terus-menerus, terasa
manis dan saling melengkapi.
Ketika mereka pulang ke rumah saat itu, mereka melepaskan busana tanpa
tergesa dan menuju ke tempat tidur.
Edward mendekap Mary erat-erat, lalu mulai membelai tubuhnya dengan
lembut, merambah pegunungan indah dan menggapai puncaknya, lalu
menelusuri ke bawah ke kelembutan beledru.
Mary mendesah penuh kebahagiaan. "Rasanya menyenangkan."
Ia berpindah ke atas suaminya dan mulai mengelusnya dengan lidahnya,
dan merasakan kejantanannya mulai bangkit. Ketika mereka berdua telah
siap, mereka bercinta hingga kecapekan. Edward mendekap istrinya erat-erat.
"Aku sangat mencintaimu, Mary."
"Aku dua kali lebih mencintaimu. Selamat malam, Sayang."
Pada pukul tiga pagi, telepon berdering keras. Dengan mengantuk Edward
meraih pesawat telepon dan mendekatkan gagangnya ke telinganya. "Halo..."
Suara seorang wanita yang cemas berkata, "Dokter Ashley?"
"Ya..."
"Pete Grimes mengalami serangan jantung. Ia merasa sangat kesakitan.
Saya pikir ia hampir meninggal. Saya tak tahu harus berbuat apa."
Edward duduk tegak di tempat tidur, berusaha mengusir rasa kantuknya.
"Jangan berbuat apa pun. Biarkan ia tenang. Saya akan tiba di sana dalam
seperempat jam." Ia meletakkan gagang telepon, turun dari tempat tidur dan
mulai berpakaian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Edward..."
Ia menoleh kepada Mary.
Mata istrinya separuh terbuka. "Ada apa?"
"Tak apa-apa. Tidurlah kembali."
"Bangunkan aku kalau kau kembali," Mary menggumam. "Kurasa aku ingin
bercinta lagi."
Edward tersenyum lebar. "Aku akan bergegas'
Lima menit kemudian, ia telah berada dalam perjalanan menuju ke
peternakan Grimes.
Ia mengendarai mobilnya menuruni bukit di Old Milford Road menuju J Hill
Road. Saat itu dini hari yang dingin dan suram, dengan embusan angin barat
laut yang mengakibatkan suhu turun jauh di bawah nol. Edward memasang
pemanas suhu dalam mobil. Ketika sedang mengendarai mobil, ia mengira-
ngira apakah tidak seharusnya ia menelepon ambulans sebelum tadi
meninggal-kan rumah. Dua kali "serangan jantung" Pete Grimes yang lalu
ternyata hanyalah bisul berdarah. Tidak. Ia harus memeriksanya dulu.
Ia membelokkan mobil ke Route 18, jalan bebas hambatan dua jalur yang
melintasi Junction City. Kota itu masih tidur, rumah-rumah berkelompok
menahan angin dingin yang menggigil.
Ketika Edward tiba di ujung 6th Street, ia membelok ke Route 57, yang
menuju Grandview Plaza, Berapa kali sudah ia mengendarai mobilnya melalui
jalan-jalan ini pada hari-hari musim panas dengan udara yang beraroma
keharuman jagung manis dan bau rumput kering di padang rumput, melewati
hutan-hutan kecil pohon kapas, cemara, dan pohon zaitun Rusia, serta
timbunan rumput kering bulan Agustus yang diikat bertumpuk-tumpuk di
sepanjang jalan. Ladang-ladang waktu itu penuh bau asap pohon cemara yang
dibakar untuk dimusnahkan secara teratur, karena kalau tidak, pohon-pohon
itu akan mengalahkan tanaman pertanian. Dan berapa kali musim dingin ia
telah mengendarai mobil di jalan ini melewati pemandangan yang membeku
dengan tiang-tiang listrik yang dihiasi es dengan indahnya, dan asap yang
membubung kesepian dari cerobong-cero-bong di kejauhan? Ada suatu rasa
kesendirian yang menyenangkan, terkurung dalam kegelapan dini hari,
menyaksikan ladang-ladang dan pepo-honan di tepi jalan berlarian ke
belakang dengan hening.
Edward mengemudi secepat mungkin, tapi tetap waspada akan jalan licin
yang berbahaya di bawah roda mobilnya. la teringat Mary yang berbaring di
tempat tidur mereka yang hangat, menunggunya kembali. Bangunkan aku bila
kau pulang. Kurasa aku ingin bercinta lagi.
Ia merasa sangat beruntung. Aku akan melakankan segala-galanya
untuknya, Edward berjanji pada dirinya sendiri. Aku akan memberinya bulan
madu paling indah yang pernah dialami oleh seorang wanita.
Di depan, di perempatan Highway 57 dan 77 ada sebuah lampu lalu lintas.
Edward membelok di Route 77, dan ketika ia mulai memasuki perempatan,
sebuah truk muncul entah dari mana. Ia mendengar suara derungan
mendadak, dan mobilnya dijepit oleh dua sorot lampu besar yang terang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di Neuilly, hari itu hari Minggu dan suara lonceng-lonceng gereja berdentang
menggema di udara tengah hari yang tenang. Para polisi yang menjaga vila
Marin Groza tak punya alasan untuk memperhatikan sebuah mobil Renault
berdebu yang melintas lewat. Angel mengendarai mobil perlahan-lahan, tapi
tidak terlalu lambat untuk menimbulkan kecurigaan, sambil memperhatikan
segala sesuatu yang dilewatinya. Dua orang penjaga di depan, dinding pagar
yang tinggi, mungkin beraliran listrik, dan di dalam, tentunya, dipasang
berbagai tanda bahaya, alat sensor dan sinar-sinar elektronik yang sangat
canggih. Diperlukan sepasukan angkatan perang untuk menghancurkan vila
itu. Tapi aku tak perlu angkatan perang, pikir Angel. Hanya kejeniusanku.
Marin Groza orang yang sekarat. Seandainya saja ibuku masih hidup untuk
melihat hetapa kayanya aku kini. Betapa bhahagianya ia.
Di Argentina, keluarga-keluarga miskin hidupnya amat papa, dan ibu Angel
telah menjadi salah satu descamidos yang tak beruntung. Tak seorang pun
tahu atau peduli siapa ayahnya. Dari tahun ke tahun Angel telah menyaksikan
teman-teman dan kerabatnya meninggal karena kelaparan atau wabah
penyakit. Kematian adalah suatu cara hidup, dan Angel merenungkannya
secara filosofis: Karena kematian pasti akan terjadi dengan jalan apa pun,
mengapa tidak mengambil keuntungan darinya Pada mulanya ada beberapa
orang yang meragukan bakat Angel yang gemar menghabisi nyawa orang, tapi
siapa pun yang berusaha menghalanginya, biasanya lalu hilang tak berbekas.
Reputasi Angel sebagai pembunuh terus berkembang. Aku tak pernah gagal,
pikir Angel. Aku Angel, Malaikat. Malaikat Pencabut Nyawa.
9
Jalan bebas hambatan. Kansas yang tertutup salju menjadi terang-
benderang karena adanya berbagai kendaraan dengan lampu-lampu merah
yang menyala dan mengubah udara beku menjadi semerah darah. Sebuah
truk pemadam kebakaran, ambulans, truk derek, empat mobil patroli jalan
bebas hambatan, sebuah mobil sheriff, dan di tengah-tengah, dikelilingi oleh
lampu-lampu kendaraan itu, trailer-traktor militer M 871 berbobot lima ton,
serta sebagian tertindih di bawahnya adalah mobil Edward Ashley yang remuk.
Belasan perwira polisi dan petugas pemadam kebakaran berkerumun di
sekelilingnya, mengayun-ayunkan lengan mereka dan mengentak-entakkan
kaki mereka, berusaha menghangatkan badan dalam hawa dingin dini hari
yang membekukan. Di tengah jalan bebas hambatan itu, tertutup oleh kain
terpal, ada sesosok mayat. Sebuah mobil sheriff mendekati, dan ketika mobil
itu berderit untuk berhenti, Mary Ashley lari keluar. Ia gemetar begitu hebat
hingga ia hampir tak dapat berdiri. Ia melihat kain terpal dan bergerak menuju
ke sana. Sheriff Munster memegang tangannya. "Saya tak akan melihatnya
seandainya jadi Anda, Nyonya Ashley."
"Biarkan saya melihatnya!" ia menjerit. Ia meronta melepaskan diri dari
pegangan Sheriff dan menuju ke kain terpal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa yang dilakukan oleh seorang pastor, dua biarawati, dan seorang
kolonel di Highway 77 pada pukul 04.00 dini hari?"
"Tak ada yang misterius. Pastor dan biarawati-biarawati itu sedang dalam
perjalanan menuju Leonardville, dan kolonel itu akan kembali ke Fort Riley."
Sheriff berkata, "Saya menanyakan ke DMV. Kartu tilang terakhir yang
didapat oleh Dokter Ashley sudah enam tahun yang lalu, karena salah parkir.
Ia tak pernah ditilang karena kecelakaan."
Orang CID itu memperhatikannya. "Sheriff, jadi apa yang Anda duga?"
Munster mengangkat bahu. "Saya tidak menduga sesuatu. Saya hanya
merasa kejadian itu aneh."
"Kita berbicara tentang sebuah kecelakaan yang dilihat oleh lima orang
saksi. Bila Anda mengira ada suatu komplotan yang terlibat, ada sebuah
lubang besar dalam teori Anda. Bila"
Sheriff mengangkat bahu. "Saya tahu. Bila itu bukan suatu kecelakaan, yang
perlu dilakukan oleh truk milker itu hanya menabraknya dan meninggalkannya
begitu saja. Tak perlu mendatangkan semua saksi dan mengarang cerita
omong kpsong ini."
"Tepat." Orang CID itu berdiri dan merentangkan badannya. "Nah, saya
harus kembali ke markas. Sejauh pengamatan saya, pengemudi truk itu,
Sersan Walks, tak bersalah." Ia menatap Sheriff. "Apakah kita sependapat?"
Sheriff Munster berkata dengan enggan, "Yah. Kejadian itu pastilah
kecelakaan biasa."
Kantor CID di Fort Riley berpusat di Building Number 169, dalam sebuah
gedung batu kapur yang kuno, dikelilingi pepohonan, dengan anak tangga
yang menuju ke atas sampai ke pintu bangunan. Dalam sebuah kantor di
lantai satu, Shel Planchard, perwira CID itu, sedang berbicara dengan Kolonel
Jenkins.
"Saya kira saya membawa kabar buruk, Pak. Sersan Wallis, sopir truk yang
telah membunuh dokter sipil itu"
Ya?"
"Ia telah mendapat serangan jantung fatal tadi pagi."
"Kasihan."
Orang CID itu berkata datar, "Ya, Pak. Jenazahnya akan dikremasi pagi ini.
Hal itu sangat mendadak."
"Malang sekali." Kolonel itu berdiri. "Saya akan dipindahkan ke luar negeri."
Ia tersenyum kecil sendiri. "Suatu kenaikan pangkat yang agak penting."
"Selamat, Pak. Sudah sepantasnya."
Mary Ashley kemudian berpendapat bahwa satu-satunya hal yang telah
menyelamatkan kesehatan jiwanya adalah keadaannya yang tetap shock
selama beberapa waktu. Segala sesuatu yang terjadi seakan terjadi pada
orang lain. Ia seakan tidak sadar, bergerak dengan perlahan-lahan,
mendengarkan suara seakan dari kejauhan, dengan telinga yang seakan
tertutup kapas.
Upacara pemakaman berlangsung di Mass-Hinitt Alexander Funeral Home, di
Jefferson Street. Bangunan itu berwarna biru dengan serambi depan bertiang
putih dan jam putih besar yang digantung di atas pintu masuk. Ruang tamu di
gedung itu penuh dengan teman-teman dan kolega Edward. Tampak banyak
krans dan buket bunga yang dikirimkan. Salah satu krans yang terbesar
disertai kartu ucapan yang bertulisan sederhana: "Turut berdukacita sedalam-
dalamnya. Paul Ellison."
Mary dan Beth serta Tim duduk menyendiri dalam ruang keluarga yang
kecil, yang terpisah, di salah satu sisi ruang tamu. Mata anak-anak itu merah
dan mereka berdiam diri.
Peti jenazah Edward telah ditutup. Mary tak berani mengingat apakah sebab
kejadian itu.
Pendeta yang memimpin upacara berkata, "Tuhan. Kau telah menjadi
tempat kediaman kami. Sejak zaman dahulu, sebelum gunung-gunung
diciptakan, bahkan sebelum Engkau membentuk bumi dan langit, dahulu,
sekarang, dan selama-lamanya, Engkauiah Tuhan kami. Karenanya, kami tak
akan merasa takut, meski bumi berubah dan meskipun gunung-gunung
ditenggelamkan ke dalam samudra..."
Ia dan Edward waktu itu naik perahu layar kecil di Milford Lake.
"Apakah kau suka berlayar?" Edward bertanya ketika mereka berkencan
untuk pertama kalinya.
"Aku belum pernah berlayar."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ia bahkan tidak tahu aku ada di sana," Florence menceritakannya pada
suaminya malam itu. "Ia memusatkan perhatian begitu rupa pada
pertandingan itu."
Florence bergidik. "Mengerikan."
"Kenapa?"
"Mary membenci sepak bola. Edward-lah yang selalu menonton setiap
pertandingan."
Mary memaksakan diri untuk menangani sisa-sisa urusan yang ada setelah
kematian Edward. Ada surat wasiat, asuransi, rekening bank, pajak dan surat
tagihan, serta badan hukum medis Edward, pinjaman dan saham serta
devisitnya, sehingga Mary ingin menjerit kepada para pengacara, bankir, dan
akuntan itu agar mereka meninggalkannya sendirian,
Aku tak ingin menanganinya, ia menangis. Edward telah pergi, dan semua
orang hanya ingin membicarakan uang.
Akhirnya, ia terpaksa mendiskusikannya.
Frank Dunphy, akuntan Edward, berkata, "Saya khawatir bahwa tagihan
utang dan pajak kematian akan menghabiskan uang dari asuransi jiwa,
Nyonya Ashley. Suami Anda agak lalai dan membiarkan pasien-pasiennya tak
membayar. Ia mempunyai banyak utang. Saya akan mengatur agar suatu
agen penagihan utang melakukan penagihan kepada orang-orang yang
berutang"
"Tidak," Mary berkata dengan marah. "Edward tak menginginkan hal itu."
Dunphy putus asa. "Baiklah kalau begitu, saya kira harta milik Anda
akhirnya tinggal tiga puluh ribu dollar uang tunai dan rumah ini, yang
mempunyai tanggungan surat pinjaman. Bila Anda menjual rumah ini"
"Edward tak akan mengizinkan untuk menjual rumah kami."
Mary duduk diam, kaku dan terjerat dalam kesedihannya, hingga Dunphy
berpikir: Aku mohon pada Tuhan agar istriku juga mengenangku seperti itu.
Kini tibalah saat terburuk. Saat untuk membuang barang-barang pribadi
Edward. Florence menawarkan diri untuk membantunya, tapi Mary berkata,
"Tidak. Edward pasti menginginkan aku melakukannya sendiri."
Terdapat begitu banyak benda-benda kecil yang sangat pribadi. Selusin pipa
cangklong, sekaleng tembakau baru, dua buah kacamata serta catatan kuliah
kedokteran yang belum sempat diberikannya. Ia menuju lemari Edward dan
mengelus-elus setelan pakaian yang tak akan pernah dipakainya lagi. Dasi biru
yang dipakainya pada malam terakhir mereka. Kaus tangan dan syalnya yang
menghangatkannya di hari-hari musim salju yang dingin berangin. Ia tak akan
membutuhkannya lagi di dalam kuburnya yang dingin. Dengan hati-hati Mary
membuang pisau cukur dan sikat gigi Edward, dan ia bergerak bagaikan
sebuah robot.
Ia menemukan catatan harian penuh cinta yang saling mereka tulis satu
sama lain, yang mengingatkan kembali hari-hari penuh kenangan ketika
Edward mulai membuka praktek sendiri, makan malam Hari Thanksgiving
tanpa hidangan kalkun, piknik-piknik musim panas dan naik kereta kuda di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
musim salju, saat ia hamil pertama dan mereka berdua membacakan cerita
dan memainkan musik klasik untuk Beth ketika ia masih dalam kandungan,
lalu surat cinta yang ditulis Edward ketika Tim lahir, ada juga apel berlapis
emas yang diberikan Edward ketika ia mulai mengajar, serta seratus benda-
benda indah lainnya yang membuat air matanya menetes. Kematian Edward
bagaikan suatu tipuan sulap yang kejam. Sesaat Edward ada di sana, hidup,
berbicara, tersenyum, mencintainya, dan sesaat kemudian ia telah lenyap ke
dalam bumi yang dingin.
Aku seorang pribadi yang dewasa. Aku harus menerima kenyataan. Aku
tidak dewasa. Aku tak dapat menerimanya. Aku tak ingin hidup.
Ia berbaring dengan mata terbuka lebar sepanjang malam, memikirkan
betapa sederhananya untuk menyusul Edward, untuk menghentikan
penderitaan yang tak tertahankan, untuk berada dalam kedamaian. Kita
dibesarkan untuk mengharapkan akhir yang penuh kebahagiaan, pikir Mary.
Tapi tak ada akhir yang penuh bahagia. Hanya ada kematian yang menunggu
kita. Kita menemukan cinta dan kebahagiaan, tapi direng-gutkan kembali dari
kita tanpa irama dan tanpa alasan. Kita berada dalam suatu pesawat ruang
angkasa yang ditinggalkan, yang mengarungi angkasa luar tanpa tujuan, di
antara bintang-bintang. Dunia ini bagaikan Dachau, dan kita semua orang
Yahudi.
Ia akhirnya tertidur sejenak, tapi di tengah malam buta, jeritannya yang
melengking membuat anak-anaknya terjaga, dan mereka berlarian ke sisi
tempat tidurnya lalu meringkuk di tempat tidur bersamanya, mendekapnya
erat-erat.
"Mama tak akan meninggal, bukan?" Tim berbisik.
Mary berpikir: Aku tak boleh bunuh diri. Mereka memerlukan diriku. Edward
tak akan memaafkanku bila aku meninggalkan mereka.
Ia harus tetap hidup. Untuk mereka. Ia harus memberi mereka cinta, yang
tak mampu lagi diberikan Edward kepada mereka. Kami semua sangat
kehilangan Edward. Kami benar-benar saling membutuhkan satu sama lain.
Sungguh ironis bahwa kematian Edward lebih menyedihkan karena kami
pernah mengalami suatu kehidupan yang sangat indah bersama-sama. Ada
lebih banyak alasan lain yang membuat kami merasa kehilangan dia, begitu
banyak kenangan yang tak pernah akan terjadi lagi. Di manakah Engkau, ya
Tuhan Apakah kau mendengarkan hamba. Tolonglah hamba. Oh, Tuhan
tolonglah hamba.
Ring Lardner berkata, Tiga dari tiga akan mati, maka jangan bicara dan
bekerjalah." Aku harus bekerja. Aku telah mementingkan diriku sendiri. Aku
bertingkah laku buruk, seakan-akan akulah satu-satunya orang di dunia ini
yang sedang menderita. Tuhan tidak mencoba meng-hukumku. Hidup ini
adalah suatu kesatuan semesta. Pada saat ini, di suatu tempat di dunia,
seseorang sedang kehilangan anaknya, ada orang yang sedang bermain ski di
gunung, ada yang mencapai orgasme, ada yang sedang memotong rambut,
berbaring di tempat tidur karena sakit, menyanyi di panggung, basah-kuyup
kehujanan, menikah, menderita kelaparan dalam sebuah selokan. Pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akhirnya, bukankah kita semua merupakan pribadi yang sama. Satu aeon
adalah seribu juta tahun, dan satu aeon yang lalu setiap atom dalam tubuh
kita adalah bagian dari sebuah bintang. Berilah hamba perhatian, ya Tuhan.
Kami semua adalah bagian dari semestaMu, dan bila kami mati, sebagian dari
semestamu mati bersama kami
Edward terasa ada di mana-mana.
Edward adalah nyanyian yang didengar Mary dari radio, di bukit-bukit yang
pernah mereka jelajahi bersama. Edward ada di tempat tidur di sisinya, ketika
ia terjaga waktu fajar menyingsing.
Harus bangun lebih pagi hari ini, Sayang. Aku ada operasi histerektomi dan
operasi paha.
Suara Edward jelas didengarnya. Ia mulai bercakap-cakap dengannya, Aku
khawatir memikirkan anak-anak, Edward. Mereka tak mau bersekolah. Beth
mengatakan mereka takut kalau-kalau mereka pulang aku tak ada di rumah.
Mary pergi ke makam Edward setiap hari, dan berdiri dalam udara dingin,
meratapi apa yang bilang dari sisinyahilang untuk selamanya. Tapi hal itu
tak membuatnya tenang. Kau tak ada di sini, pikir Mary. Katakan padaku di
mana kau berada, Sayang.
Ia teringat kisah karya Marguerite Yourcenar yang berjudul Bagaimana
Want-Fo Diselamatkan. Kisah itu menceritakan seorang seniman Cina yang
dihukum mati oleh kaisarnya karena menipu, karena menciptakan lukisan
dunia yang keindahannya berlawanan dengan kenyataan. Tapi pelukis itu
mempermainkan sang kaisar dengan cara melukis sebuah perahu dan berlayar
pergi dengan perahu itu. Aku ingin melarikan diri juga, pikir Mary. Aku tak
sanggup menghadapi hidup ini tanpa kau, Sayang.
Florence dan Douglas berusaha untuk menyenangkan hatinya, Ia telah
berada dalam kedamaian," mereka membujuk Mary.
Dan seratus kata-kata klise lainnya. Kata-kata pelipur lara yang mudah
diucapkan, tapi tidak menjadi kenyataan. Tidak sekarang. Tidak selamanya.
Mary kadang-kadang terbangun di tengah malam dan menghambur ke
kamar anak-anaknya untuk meyakinkan diri bahwa mereka aman. Anak-
anakku akan mati, pikir Mary. Kami semua akan mati. Orang-orang dengan
tenang berjalan di jalanan. Acuh tak acuh, tertawa, bahagiadan mereka
semua akan mati. Waktu hidup mereka dihitung jam demi jam, tapi mereka
memboroskannya dengan bermain kartu, serta pertandingan sepak bola yang
tak bernilai. Bangunlah! ia ingin menjerit. Bumi adalah rumah jagal Tuhan, dan
kita adalah sapinya. Apakah mereka tahu apa yang akan terjadi pada did
mereka dan setiap orang yang mereka cintai?
Jawabannya datang padanya, dengan perlahan-lahan, menyakitkan,
menembus kabut dukacita yang men dalam. Tentu saja mereka tahu.
Permainan mereka adalah suatu bentuk tantangan, tawa mereka adalah
tindakan keberaniansuatu keberanian yang lahir dari pengetahuan bahwa
hidup ini terbatas, bahwa setiap orang mengha-dapi nasib yang sama; dan
perlahan-lahan keta-kutan dan kemarahannya meleleh dan berubah menjadi
pernyataan kekaguman terhadap keberanian manusia-manusia lain yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jauh lebih menderita darinya. Aku malu terhadap diriku sendiri. Aku harus
menemukan jalan melalui garis-garis waktu. Pada akhirnya, kita masing-
masing sendirian, tapi saat ini kita semua harus meringkuk bersama untuk
saling memberi kenyamanan dan kehangatan.
Injil berkata bahwa kematian bukanlah suatu akhir, tetapi hanya merupakan
suatu peralihan. Edward tak akan meninggalkan dirinya dan anak-anak
mereka. Ia ada di sana, di suatu tempat.
Ia membuka percakapan dengan almarhum suaminya. "Aku bercakap-cakap
dengan guru Tim hari ini. Nilai-nilainya makin baik. Beth sedang sakit flu dan
tiduran di tempat tidur. Ingat bagaimana biasanya ia sakit begitu musim
'seperti ini? Kami bertiga diundang makan malam di rumah Florence dan
Douglas malam ini. Mereka sangat menyenangkan, Sayang."
Dan, di tengah malam buta, ia berkata, "Dekan mampir ke rumah. Ia ingin
tahu apakah aku merencanakan untuk kembali mengajar di Universitas. Aku
mengatakan padanya, tidak untuk saat ini. Aku tak ingin meninggalkan anak-
anak sendirian, meskipun hanya sejenak. Mereka sangat membutuhkanku.
Apakah menurutmu sebaiknya aku kembali mengajar suatu hari nanti?"
Beberapa hari kemudian, "Douglas mendapat kenaikan jabatan, Edward. Ia
menjadi kepala staf di rumah sakit."
Dapatkah Edward mendengarnya? Ia tidak tahu. Apakah ada Tuhan dan
adakah akhirat? Ataukah itu hanya sebuah dongeng belaka? T.S. Eliot berkata,
"Tanpa adanya Tuhan, manusia tak begitu menarik."
Presiden Paul Ellison, Stanton Rogers, dan Floyd Baker sedang rapat di Oval
Office. Menteri Luar Negeri berkata, "Bapak Presiden, kita berdua mendapat
banyak tekanan. Saya pikir kita tak dapat menunda lebih lama lagi penunjukan
duta besar untuk Rumania. Saya ingin agar Anda melihat daftar yang saya
berikan pada Anda dan memilih
Terima kasih, Floyd. Aku menghargai usahamu. Aku tetap berpendapat
bahwa Mary Ashley sangat tepat untuk jabatan itu. Situasi rumah tangganya
telah berubah. Apa yang menjadi nasib buruknya mungkin dapat membawa
kebaikan bagi kita. Aku ingin menawarinya lagi."
Stanton Rogers berkata, "Bapak Presiden, biarlah saya yang terbang ke sana
dan mencoba membujuknya."
"Mari kita coba."
Mary sedang mempersiapkan makan malam ketika telepon berdering, dan
ketika ia mengangkatnya, seorang operator berkata, "Ini dari Gedung Putih.
Presiden menelepon Nyonya Edward Ashley."
Tidak sekarang, pikirnya. Aku tak ingin berbi-cara dengannya atau siapa pun
yang lain.
Ia ingat betapa gembiranya dulu ia menerima telepon itu. Kini hal itu tak
berarti lagi. Ia berkata, "Ini Nyonya Ashley, tapi"
"Jangan ditutup dulu, ya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pigalle, di tengah suatu daerah yang didiami para wanita tuna susila dan
mucikari. Angel masuk ke dalam, berjalan dengan lambat sepanjang gang,
dengan cermat melihat barang-barang yang diperdagangkan. Ada borgol,
rantai, dan helm berpaku besi, celana kulit dengan celah di depannya, pemijat
penis, boneka karet yang dapat ditiup dan kaset-kaset video porno. Ada pipa
penyemprot kemaluan lelaki dan krim anus, serta cambuk-cambuk kulit yang
dikepang sepanjang hampir dua meter, dengan potongan kulit kecil yang keras
dan tajam di ujungnya.
Angel membeli sebuah cambuk, membayar lunas dan pergi.
Keesokan harinya, Angel membawa cambuk itu kembali ke toko. Manajer
toko memandangnya dan menggerutu. "Tak dapat dikembalikan."
"Saya tak ingin mengembalikan," Angel menjelaskan. "Saya merasa
canggung membawa-bawa benda ini ke mana-mana. Saya akan senang sekali
bila Anda mau mengirimkannya untuk saya. Akan saya bayar ekstra, tentu
saja."
Sore itu juga, Angel telah berada di pesawat terbang menuju Buenos Aires.
Cambuk yang dibungkus rapi itu, tiba di vila di Neuilly keesokan harinya.
Kiriman itu dihadang oleh penjaga di gardu jaga. Ia membaca label toko
pengirim di atas paket itu, membukanya, dan meneliti cambuk itu dengan rasa
ingin tahu. Kupikir lelaki kawakan itu telah cukup punya barang macam ini.
Ia memberikan ke dalam dan seorang penjaga lain membawanya ke lemari
di kamar tidur Marin Groza, di mana ia menempatkannya bersama cambuk-
cambuk yang lain.
10
Fort riley, benteng militer tertua di Amerika Serikat, dibangun pada tahun
1853 ketika Kansas masih disebut sebagai "Indian Territory". Benteng itu
dibangun untuk melindungi gerbong kereta dari kecamuk perang Indian.
Dewasa ini markas itu digunakan terutama untuk basis helikopter dan
landasan pesawat terbang militer ukuran kecil bersayap tancap.
Ketika Stanton Rogers mendarat dengan pesawat DC-7, ia disambut oleh
komandan stafnya. Sebuah Limousine telah menunggu, untuk mengantarkan
Stanton ke rumah keluarga Ashley. Ia telah menelepon Mary setelah Presiden
menelepon.
"Saya berjanji untuk membuat kunjungan saya sesingkat mungkin, Nyonya
Ashley. Saya merencanakan naik pesawat terbang hari Senin sore untuk
mengunjungi Anda, apakah Anda setuju?"
Ia begitu sopan. Padahal ia orang yang begitu penting. Mengapa Presiden
mengirimkannya kemari untuk berbicara denganku "Ya, saya kira begitu."
Dengan suatu spontanitas, Mary bertanya, "Maukah Anda makan malam
bersama kami?"
Stanton bimbang. Terima kasih." Wah malam itu pasti akan terasa lama
dan menjemukan, pikir Stanton.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mr. Hunter, Anda seorang dosen yang sempurna, dan tentu saja Anda ahli
tentang Rumania. Anda memiliki langkah awal yang bagus sekali. Yang
terakhir dan yang terpenting, Anda memiliki citra yang diinginkan oleh
Presiden Ellison atas utusan dalam proyek negara-negara Tirai Besi, di mana
mereka menyebarkan propaganda yang berlawanan tentang kita."
Mary mendengarkan, wajahnya tampak penuh pemikiran. "Tuan Rogers,
saya ingin Anda dan Presiden mengetahui bahwa saya menghargai segaia yang
Anda katakan. Tapi saya tak dapat menerimanya. Saya harus memikirkan Beth
dan Tim. Saya tak dapat mencabut mereka dengan begitu saja dari sekolah
seperti"
"Ada sekolah yang baik untuk anak-anak diplomat di Bucharest." Rogers
memberitahunya. "Tim dan Beth akan mengalami masa pendidikan yang
menyenangkan dengan pengalaman hidup di negara asing. Mereka akan
mempeiajari hai-hai yang tak akan dapat mereka pelajari di sekolah di sini."
Percakapan itu tidak berlangsung seperti yang telah direncanakan oleh Mary.
"Saya tidakSaya akan memikirkannya. "saya akan menginap di kota, kata
stanton Rogers. "Saya akan menunggu jawaban Anda di All Seasons Motel.
Percayalah, Nyonya Ashley, saya tahu betapa besar arti keputusan ini bagi
Anda. Tapi program ini sangat penting, tidak hanya bagi Presiden, tapi bagi
negara kita juga. Cobalah renungkan hal itu."
Ketika Stanton Rogers telah pergi, Mary naik ke lantai atas. Anak-anaknya
sedang menunggunya, dengan mata terbuka lebar dan hati berdebar-debar.
"Apakah Mama akan menerima tugas itu?" tanya Beth.
"Kita harus membicarakannya. Bila Mama memutuskan untuk menerimanya,
itu berarti bahwa kalian harus meninggalkan sekolah dan teman-teman kalian
di sini. Kalian akan hidup di suatu negara asing di mana kita tak dapat
berbicara bahasanya, dan kalian akan bersekolah di sekolah yang baru."
"Tim dan aku telah membicarakan itu semua," kata Beth, "dan Mama tahu
apa pendapat kami?"
"Apa?"
"Bahwa negara mana pun akan benar-benar beruntung jika memiliki
seorang duta besar seperti Mama."
Ia berbicara kepada Edward malam itu. Kau seharusnya mendengarkannya,
Sayang. Ia membuat kesan seakan-akan Presiden benar-benar
membutuhkanku. Mungkin ada sejuta orang yang dapat melakukan tugas itu
lebih baik daripada yang dapat kulakukan, tapi ia menyanjungku. Apakah
kauingat ketika kita membicarakan betapa menggembirakannya hal itu? Nab,
kini aku mendapat kesempatan itu lagi, dan aku tak tahu harus berbuat apa.
Terus terang saja, aku merasa ngeri. Ini rumah kita. Bagaimana aku tega
untuk meninggalkannya Betapa banyaknya kenangan akan dirimu di sini. Ia
menangis. Hanya inilah yang kautinggalkan untukku. Tolonglah aku untuk
mengambil keputusan. Tolonglah aku, Sayang....
Dalam pakaian tidur, ia duduk di dekat jendela, sambil memandang ke luar,
ke arah pepohonan yang menggigil ditiup angin yang menderu-deru tak henti-
hentinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
11
Yang ini jauh lebih cantik daripada yang lain-lain sebelumnya, pikir penjaga
itu. Penampilannya tidak seperti seorang pelacur. Ia mungkin dapat menjadi
seorang bintang film atau foto model. Usianya dua puluhan, dengan rambut
pirang panjang dan kulit bersih seputih susu. Ia mengenakan gaun karya
perancang busana.
Lev Pasternak menyambut sendiri di pintu gerbang, untuk mengantarnya
masuk ke rumah. Gadis itu, Bisera, berasal dari Yugoslavia, dan kali itu adalah
perjalanannya yang pertama kali ke Prancis. Melihat penjaga keamanan yang
bersenjata, dia merasa gugup. Aku ingin tahu siapa yang akan kuhadapi ini.
Yang diketahui Bisera hanyalah bahwa mucikarinya memberinya tiket pesawat
terbang pulang-pergi dan memberitahunya bahwa ia akan dibayar 2.000 dollar
untuk satu jam kerja.
Lev Pasternak mengetuk pintu kamar tidur dan suara Groza menyahut,
"Masuk."
Pasternak membuka pintu dan mengantar gadis itu masuk. Marin Groza
berdiri di dekat kaki tempat tidur. Ia mengenakan baju tidur luar, dan Bisera
dapat menduga bahwa pria itu tak mengenakan apa pun di baliknya.
Lev Pasternak berkata, "Ini Bisera." Ia tak menyebut nama Marin Groza.
"Selamat malam, Sayang. Mari masuk."
Pasternak keluar, dengan cermat menutup pintu di belakangnya. Marin
Groza tinggal sendiri dengan gadis itu.
Bisera mendekatinya dan tersenyum merayu. "Kau tampak menyenangkan.
Sebaiknya aku melepaskan pakaian dan kita berdua dapat bersenang-senang."
Ia mulai menanggalkan pakaiannya.
"Tidak. Pakai saja pakaianmu."
Bisera menatapnya heran. "Apakah kau tidak ingin aku"
Groza berjalan ke lemari dan memilih sebuah cambuk. "Aku ingin kau
menggunakan ini."
Oh, jadi begitu rupanya. Seorang pemuja budak. Aneh. Pria ini tak nampak
seperti jenis itu. Orang tak dapat menduga, pikir Bisera. "Baiklah, Sayang.
Tergantung apa yang kausukai."
Marin Groza membuka baju luarnya dan membalikkan badan. Bisera merasa
sangat terkejut melihat tubuhnya penuh bekas luka. Punggungnya penuh bilui-
bilur mengerikan. Ada sesuatu dalam ekspresi wajahnya yang menjadi teka-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
teki bagi Bisera, dan ketika ia menyadari hal itu, ia menjadi semakin bingung.
Suatu penderitaan batin. Lelaki ini menderita kesakitan yang luar biasa.
Mengapa ia ingin dicambuk? Bisera menatapnya ketika Groza berjalan ke
sebuah bangku dan duduk di atasnya.
"Yang keras," ia memerintahkan. "Cambuk aku keras-keras."
"Baiklah." Bisera mengambil cambuk kulit yang panjang itu. Sadomasochism
bukanlah hal yang baru baginya, tapi ada sesuatu yang lain dalam diri pria itu
yang tak dimengertinya. Ah, tapi itu bukan urusanku, pikir Bisera. Ambil
uangnya dan pergi.
Ia mengangkat cambuk itu dan mencambukkannya ke punggung telanjang
pria itu.
"Lebih keras," Groza mendesak. "Lebih keras."
Pria itu meringis kesakitan ketika cambuk itu mendera kulitnya. Sekali... dua
kali... lagi... dan lagi... lebih keras dan lebih keras. Bayangan yang telah
dinantinya kemudian timbul. Bayangan istri dan anak perempuannya yang
diperkosa membekukan otaknya. Perkosaan itu dilakukan beramai-ramai, dan
serdadu-serdadu yang tertawa-tawa bergiliran mendekati istrinya, lalu
putrinya, dengan celana ditarik ke bawah, menunggu giliran mereka dalam
barisan. Marin Groza duduk kaku di bangku, seakan-akan diikat. Dan ketika
cambuk itu mengenai kulitnya berkali-kali, ia dapat mendengar jeritan anak
dan istrinya yang memohon ampun, tersedak karena harus mengulum penis
para serdadu di mulut mereka, diperkosa dan sekaligus disiksa, hingga darah
mulai mengalir dan tangis mereka makin melemah. Melemah... melemah...
hingga tak terdengar lagi, lalu Marin Groza menamparku.
Bersamaan dengan lecutan cambuk itu, ia merasakan irisan tepi pisau yang
tajam menyayat alat kelaminnya, mengebirinya. Ia merasa sesak napas.
"Panggil-panggil" Suaranya serak. Paru-paru-nya terasa lumpuh.
Gadis itu berhenti mencambuk, menahan cambuknya di udara. "Hei! Apakah
kau baik-baik saja? Aku"
Ia terus terbelalak, menatap lelaki itu roboh ke lantai. Mata Groza terbuka
menatap kekosongan.
Bisera menjerit, "Tolong! Tolong!"
Lev Pasternak berlari masuk, dengan senjata di tangan. Ia melihat tubuh
yang tergeletak di lantai situ. "Apa yang terjadi?"
Bisera histeris. "Ia mati. Ia mati! Aku tak berbuat apa-apa. Aku cuma
mencambuknya seperti yang diperintahkannya padaku. Aku bersumpah!"
Dokter pribadi, yang tinggal di vila itu juga, datang memasuki kamar
beberapa detik kemudian. Ia melihat tubuh Marin Groza, dan membungkukkan
badan untuk memeriksanya. Kulitnya telah menjadi biru, dan otot-ototnya
kaku.
Ia mengambil cambuk itu dan mencium baunya
"Apa?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bedebah! Curare. Suatu sari tumbuhan dari Amerika Selatan. Bangsa lnca
menggunakannya di ujung anak panah untuk membunuh musuh mereka.
Dalam tiga menit seluruh jaringan saraf akan lumpuh."
Dua orang itu berdiri terpaku, dengan putus asa menatap pemimpin mereka
yang mati.
Kabar terbunuhnya Marin Groza diberitakan ke seluruh dunia lewat satelit.
Lev Pasternak berhasil menyimpan detil peristiwa yang keji itu dari pers. Di
Washington, D.C., Presiden mengadakan rapat dengan Stanton Rogers.
"Siapa menurutmu dalang kejadian ini, Stan?"
"Mungkin orang Rusia atau Ionescu. Pada akhirnya, tujuannya sama, bukan?
Mereka tak ingin status quo itu terganggu."
"Jadi kita akan berurusan dengan Ionescu. Baiklah. Mari kita ajukan
penunjukan Mary Ashley secepat mungkin."
"Ia sedang dalam perjalanan kemari, Paul."
"Bagus."
Ketika mendengar berita itu, Angel tersenyum. Peristiwa itu terjadi lebih
cepat daripada yang kuduga.
Pada pukul 22.00 telepon pribadi itu berdering dan Sang Pengawas
mengangkatnya. "Halo."
Ia mendengar suara Neusa Munez yang tersekat di tenggorokan. "Angel
membaca surat kabar pagi ini. Ia bilang uang itu harus didepositokan di
rekening banknya."
"Beri tahu ia bahwa hal itu akan diurus dengan segera. Dan, Miss Munez,
beri tahu Angel bahwa saya sangat senang. Juga beri tahu ia bahwa saya
mungkin memerlukannya lagi segera apakah anda punya nomor telepon yang
dapat saya hubungi?
Hening lama sekali. Lalu, saya kira Anda punya nomor teleponnya, apakah
bisa...
Hening lama sekali, lalu, "Saya kira begitu ia memberitahukannya
kepadanya. "Baiklah. Bila Angel
Hubungan diputus.
Uang itu didepositokan di suatu rekening bank di Zurich pagi itu, dan sejam
setelah diterima langsung ditransfer ke suatu bank Saudi Arabia di Jenewa.
Seseorang harus sangat berhati-hati dewasa ini pikir Angel. Para banker
terkutuk itu akan mempermainkan kita bila ada kesempatan.
12
Kesibukan sebelum berangkat itu lebih dari sekadar mengemasi barang-
barang rumah tangga. Bagi Mary, kepindahan itu terasa bagaikan mengemasi
suatu kehidupan. Suatu ucapan selamat berpisah terhadap kehidupan tiga
belas tahun yang penuh impian, kenangan, dan cinta. Seakan mengatakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selamat tinggal terakhir kepada Edward. Rumah itu telah menjadi istana
mereka, dan kini akan menjadi rumah biasa lagi, yang ditempati oleh orang
asing tanpa menyadari kegembiraan dan duka, air mata dan tawa yang telah
terjadi di balik dinding-dindingnya.
Douglas dan Florence Schiffer sangat gembira mendengar Mary memutuskan
untuk menerima jabatan itu.
"Kau pasti akan berhasil," Florence meyakinkan Mary. "Doug dan aku akan
kehilangan kau dan anak-anak."
"Berjanjilah bahwa kalian akan datang ke Rumania mengunjungi kami."
"Janji."
Mary sibuk luar biasa karena berbagai urusan terperinci yang harus
dibereskan, karena aneka-ragam tanggung jawab yang tidak biasa. Ia
membuat daftar:
Panggil perusahaan pergudangan untuk mengambil barang-barang pribadi
yang ditinggalkan.
Hentikan langganan susu.
Hentikan langganan surat kabar.
Beri alamat baru kepada tukang pos.
Tanda-tan gani perjanjian kontrak rumah.
Urus asuransi.
Ganti utilitas.
Bayar semua rekening.
Jangan Panik!
Suatu absen jangka panjang untuk waktu yang tak tentu dari Universitas
telah diatur bersama Mr. Hunter.
"Saya akan mencarikan ganti pengajar pada kelas sarjana muda. Itu bukan
masalah. Tapi mahasiswa kelas seminar sarjana pasti akan kehilangan Anda."
Ia tersenyum. "Saya yakin Anda akan membuat kami semua bangga, Nyonya
Ashley. Selamat jalan."
"Terima kasih."
Mary memamitkan anak-anak dari sekolah mereka. Ia juga harus membuat
perjanjian perjalanan dan membeli tiket pesawat terbang. Di masa lalu, Mary
tak pernah mengurusi transaksi keuangan karena Edward ada di sisinya untuk
menangani semuanya. Kini tak ada Edward.
kecuali dalam ingatan dan kalbunya, dan Edward akan tetap ada di sana.
Mary merasa khawatir akan Beth dan Tim. Pada mulanya, mereka begitu
antusias akan hidup di negara asing, tapi kini ketika menghadapi kenyataan,
mereka dipenuhi kecemasan. Mereka masing-masing menemui Mary sendiri-
sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Buku Dua
13
Ketika pesawat mereka mendarat di Washington's Dulles Airport, Mary dan
anak-anaknya dijemput oleh seorang pria muda dari Departemen Luar Negeri.
"Selamat datang di Washington, Nyonya Ashley. Nama saya John Burns.
Tuan Rogers meminta saya untuk menjemput Anda dan mengawasi agar Anda
tiba di hotel dengan selamat. Saya telah memesankan tempat di Riverdale
Towers. Saya pikir Anda sekeluarga akan merasa nyaman di sana."
"Terima kasih."
Mary memperkenalkan Beth dan Tim.
"Bila Anda memberikan tanda pengambilan bagasi Anda, Nyonya Ashley,
saya akan mengawasi agar semuanya dibereskan."
Dua puluh menit kemudian mereka semua telah duduk dalam sebuah
Limousine yang dikemudikan seorang sopir, menuju ke pusat kota Washington.
Tim menatap ke luar jendela mobil, terpesona. "Lihat!" ia berseru. "Itu
Lincoln Memorial!"
Beth melihat ke luar jendela yang lain, itu Washington Monument!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mary melihat kepada John Burns dengan malu. "Saya minta maaf kaiau
anak-anak kurang terkendali. Anda tahu mereka belum pernah pergi jauh dan
ia melirik ke luar jendela, dan matanya melebar. "Oh, Tuhan!" ia berseru.
"Lihat! Itu Gedung Putin!'
Pete Connors, Kepala Staf Kontra-intelijen CIA, sedang bekerja hingga iarut
malam dan tugasnya masih jauh dari selesai. Setiap pagi pada pukul 03.00
dini hari sebuah tim melapor untuk mempersiapkan daftar intelijen harian
untuk Presiden, yang dikumpulkan dari kawat-kawat berita malam hari.
Laporan yang diberi nama kode 'Tickles" itu, harus sudah siap menjelang pukul
06.00 pagi, supaya dapat berada di meja tulis Presiden pada awal hari
kerjanya. Seorang kurir bersenjata membawa daftar itu ke Gedung Putih,
lewat gerbang sebelah barat. Pete Connors mempunyai perhatian yang baru
dalam lalu-lintas kawat yang disadap, yang datang dari negara-negara Tirai
Besi, karena banyak yang menyangkut penunjukan Mary Ashley sebagai Duta
Besar Amerika untuk Rumania.
Uni Sovyet khawatir bahwa rencana Presiden Ellison adalah suatu ploy
(siasat) untuk melakukan penetrasi terhadap negara-negara satelit mereka,
untuk memata-matai mereka atau membujuk mereka.
Orang-orang komunis itu tidak sekhawatir aku, pikir Pete Connors kesal. Bila
ide Presiden itu berjalan, seluruh negara ini akan menjadi rumah yang terbuka
bagi mata-mata mereka.
Pete Connors telah mendapat informasi saat Mary Ashley mendarat di
Washington. Ia telah melihat foto-foto Mary dan anak-anaknya. Mereka akan
menjadi utusan yang sempurna, pikir Connors dengan puas.
Riverdale Towers, satu blok jauhnya dari Watergate Complex, adalah sebuah
hotel keluarga dengan kamar-kamar yang nyaman dan berdekorasi indah.
Seorang pembawa barang membawakan kopor, dan ketika Mary mulai
mengeluarkan barang-barang, telepon berbunyi. Mary mengangkatnya. "Halo."
Suara seorang pria terdengar berkata, "Nyonya Ashley?"
"Ya."
"Nama saya Ben Cohn. Saya wartawan Washington Post. Saya ingin
menanyakan apakah kita dapat bercakap-cakap beberapa menit."
Mary bimbang. "Kami baru saja tiba dan saya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tur pribadi ke Gedung Putih itu diatur untuk keesokan harinya. Seorang
pemandu wisata menemani mereka. Mereka dibawa melalui Taman Bunga
Mawar Jacqueline Kennedy dan Taman Amerika bergaya abad keenam belas
yang berisi sebuah koiam, pohon-pohonan, dan tanaman apotek hidup serta
bumbu-bumbu yang biasa digunakan di dapur Gedung Putih.
"Di depan ini," pemandu wisata mengumumkan, "adalah Sayap Timur.
Tempat kantor militer, kantor penghubung Kongres dengan Presiden, kantor
penerima tamu, dan kantor Ibu Negara."
Mereka menuju Sayap Barat dan melongok Oval Office, kantor Presiden.
"Berapa ruangan yang ada di tempat ini?" tanya Tim.
"Ada seratus tiga puluh dua ruang, enam puluh sembilan lemari, dua puluh
sembilan perapian, dan tujuh belas kamar mandi."
"Mereka pasti sering ke kamar mandi."
"Presiden Washington membantu mengawasi sebagian besar pembangunan
Gedung Putih. Dialah satu-satunya presiden yang tak pernah bertempat
tinggal di sini."
"Aku tak akan menyalahkannya," Tim menggumam. "Rumah ini terlalu
besar."
Mary menyikutnya perlahan, dengan wajah merah.
Tur itu memakan waktu hampir dua jam, dan di akhir kunjungan itu
keluarga Ashley merasa amat lelah dan sangat terkesan.
Di sinilah semuanya dimulai, pikir Mary. Dan kini aku akan menjadi bagian
darinya.
"Ma?"
"Ya, Beth?"
"Wajah Mama kok lucu sih?"
Telepon dari kantor Presiden datang keesokan paginya.
"Selamat pagi, Nyonya Ashley. Presiden Ellison bertanya apakah Anda dapat
meluangkan waktu untuk menemuinya sore ini?"
Mary menelan ludah. "Ya, sayatentu saja."
"Bagaimana kalau pukul tiga sore?"
"Baiklah."
"Sebuah Limousine akan menanti Anda pada pukul dua empat puluh lima."
Paul Ellison berdiri ketika Mary diantarkan masuk ke Oval Office, la berjalan
mendekat untuk menjabat tangannya, tersenyum lebar dan berkata, "Gotcha
Mary tertawa. "Saya gembira Anda melakukannya, Bapak Presiden. Ini
merupakan suatu kehormatan besar bagi saya."
"Duduklah, Nyonya Ashley. Bolehkah kupanggil Mary saja?"
"Silakan."
Mereka duduk di kursi empuk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Presiden Ellison berkata, "Kau akan menjadi doppelganger-ku. Kau tahu apa
artinya itu?"
"Suatu semangat jiwa yang sama dari dua orang pribadi yang masih hidup."
"Benar. Dan itulah kita. Aku tak dapat menceritakan betapa gembiranya aku
ketika membaca artikelmu yang terbaru, Mary. Seakan-akan aku membaca
sesuatu yang telah kutulis sendiri. Banyak orang yang tak percaya bahwa
gerakan 'dari-rakyat-ke-rakyat' kita dapat berjaian, tapi kau dan aku akan
membuktikannya kepada mereka."
Gerakan 'dari-rakyat-ke-rakyat' kita. Kita akan membuktikannya kepada
mereka. Ia benar-benar mempesona, pikir Mary. Dengan keras ia berkata,
"Saya ingin melakukan apa saja semampu saya, Bapak Presiden."
"Aku mempercayaimu. Percaya sepenuhnya. Rumania adalah tempat
percobaan. Karena Groza terbunuh, perkenalanmu akan menjadi lebih sulit.
Bila kita berhasil di sana, kita pasti dapat juga melaksanakannya di negara-
negara komunis yang lain."
Mereka melewatkan tiga puluh menit berikutnya untuk mendiskusikan
beberapa masalah yang akan timbul di masa mendatang, dan kemudian Paul
Ellison berkata, "Stanton Rogers akan tetap menjaga hubungan yang dekat
denganmu. Ia telah menjadi seorang pengagummu." Ia mengulurkan tangan.
"Semoga berhasil, Doppelganger."
Siang berikutnya Stanton Rogers menelepon Mary. "Kau ada janji besok
pukul sembilan pagi dengan Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri Senat."
Kantor-kantor Komisi Hubungan Luar Negeri terletak di Russell Building,
bangunan pemerintah yang tertua di Washington. Sebuah plakat lempengan
iogam di lorong di sebelah kanan pintu itu bertulisan:
KOMISI HUBUNGAN LUAR NEGERI SD-419.
Ketua Komisi itu perawakannya gemuk-bulat, rambutnya abu-abu, dan
matanya tajam berwarna hijau, serta berpembawaan seorang politikus
profesional.
Ia menyambut Mary di pintu. "Charlie Campbell. Senang bertemu Anda,
Nyonya Ashley. Saya telah mendengar banyak tentang Anda."
Baik atau buruk Mary bertanya dalam hati.
Ia menyilakan Mary duduk di kursi. "Kopi?"
"Tidak, terima kasih, Senator." Mary merasa terlalu gugup untuk memegang
sebuah cangkir di tangannya.
"Baiklah, kalau begitu, mari kita langsung membahas pokok
permasalahannya. Presiden sangat menginginkan Anda mewakili kita di
Rumania. Tentu saja, kita semua ingin memberi dukungan kepada beliau,
dengan segenap kemampuan. Pertanyaannya adalah, apakah Anda pikir Anda
merasa mampu untuk menangani tugas itu, Nyonya Ashley?"
"Tidak, Pak."
Jawaban Mary tidak diduganya. "Maaf, bagaimana?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
14
Seperti yang telah diramalkan oleh Stanton Rogers, pemungutan suara
seluruh anggota Senat itu hanyalah suatu formalitas. Mary mendapat
persetujuan dengan mayoritas suara. Ketika Presiden Ellison mendengar berita
itu, ia berkata kepada Stanton Rogers, "Rencana kita mulai berjalan, Stan. Tak
ada lagi yang dapat menahan kita sekarang."
Stanton Rogers mengangguk. "Tak ada," ia menyetujui.
Pete Connors ada di kantornya ketika ia menerima kabar itu. Dengan segera
ia menulis suatu pesan dan memberinya kode. Salah seorang anak buahnya
sedang bertugas di ruang kawat-berita CIA.
"Aku ingin menggunakan Roger Channel" kata Connors. "Tunggu di luar."
Roger Channel adalah jaringan kawat ultra pribadi CIA, yang hanya dapat
digunakan oleh eksekutif tingkat atas. Pesan-pesan dikirimkan melalui suatu
transmiter sinar laser, dengan frekuensi tingkat tinggi yang kecepatannya
seper... mengirimkan kawat itu. Berita itu ditujukan kepada Sigmund.
Selama minggu berikutnya, Mary menemui Deputi Menteri Luar Negeri untuk
Urusan Politik, Direktur CIA, Menteri Perdagangan, Direktur New York Chase
Manhattan Bank, dan beberapa organisasi Yahudi penting lainnya. Mereka
masing-masing memberi peringatan, nasihat, dan permintaan.
Ned Tillingast, Direktur CIA, sangat antusias. "Senang sekali dapat
mengirimkan orang kita kembali beraksi di sana, Madam Duta Besar. Rumania
telah menjadi suatu titik gelap bagi kita sejak kita di-personal non gratae.
Saya akan menugaskan seseorang di kedutaan besar Anda sebagai salah satu
atase Anda." Ia menatapnya penuh am. "Saya yakin Anda akan bekerja sama
dengan baik dengannya."
Mary bertanya dalam hati apa sebenarnya yang ia maksudkan. Jangan
tanya, ia memutuskan dalam hati.
Upacara pengambilan sumpah para duta besar "biasanya dipimpim oleh
Menteri Luar Negeri, dan biasanya terdapat dua puluh lima sampai tiga puluh
calon yang disumpah pada saat yang bersamaan. Pada pagi hari sebelum
pelantikannya berlangsung, Stanton Rogers menelepon Mary.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atau Prancis, Sobat. Mereka selalu memilih para diplomat karier. Apa mungkin
Angkatan Bersenjata meminta seorang amatir untuk menjadi jenderal? Nah, di
luar negeri, para duta besar amatir sialan kita berlagak jadi jenderal."
"Kau mabuk, Jimbo."
"Aku pasti akan lebih mabuk lagi."
Ia mempejhatikan Mary Ashley kini, ketika wanita itu duduk di seberang
mejanya.
Mary juga memperhatikan Stickley. Pandangan Stickley mengandung
ancaman tertentu. Aku tak ingin menganggapnya sebagai musuh, pikir Mary.
"Anda menyadari bahwa Anda akan dikirim ke suatu pos yang sangat
sensitif, Nyonya Ashley?"
"Ya, tentu saja. Saya"
"Duta Besar kita untuk Rumania yang lalu telah salah, sehingga seluruh
hubungan itu meledak di depan kita. Kita membutuhkan waktu tiga tahun
untuk mengetuk pintu mereka kembali. Presiden akan sangat marah bila kita
meledakkannya lagi."
Bila aku meledakkannya, maksudnya tentu "Kita harus membuat Anda jadi
ahli dalam waktu singkat. Kita tak punya banyak waktu." Ia memberikan
setumpuk arsip kepada Mary. "Anda dapat mulai dengan membaca arsip-arsip
ini."
"Saya akan menggunakan waktu saya di pagi hari untuk membacanya."
"Tidak. Tiga puluh menit lagi Anda dijadwalkan untuk muiai mengikuti
kursus bahasa Rumania. Kursus ini biasanya makan waktu berbulan-bulan,
tapi saya mendapat perintah untuk mempersingkat waktunya bagi Anda."
Waktu menjadi kabur, dengan kegiatan yang sangat beraneka-ragam,
hingga Mary merasa amat lelah. Setiap pagi ia dan Stickley memeriksa arsip-
arsip harian di Kantor Urusan Rumania, bersama-sama.
"Saya akan membaca kawat-kawat yang Anda kirimkan," Stickley memberi
tahu. "Lembar berwama kuning untuk dilaksanakan atau berwama putih untuk
informasi. Tembusan kawat-kawat Anda akan dikirim ke Departemen
Pertahanan, CIA, ISA, Departemen Keuangan, dan belasan departemen
lainnya. Salah satu dari sekian masalah yang diharapkan dapat Anda
selesaikan adalah penahanan orang-orang Amerika di penjara Rumania. Kami
ingin mereka dibebaskan."
"Apa yang telah mereka lakukan?"
"Spionase, pemakaian obat bius, pencurian apa saja yang ingin
dituduhkan oleh orang Rumania kepada mereka."
Mary heran, bagaimana caranya melenyapkan orang-orang yang dituduh
melakukan suatu kegiatan mata-mata? Aku akan mencari jalan.
"Baiklah," ia menjawab dengan cepat.
"IngatRumania adalah salah satu negara Tirai Besi yang lebih independen,
tak tergantung. Kita harus menyokong pandangan mereka itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja.
Stickley berkata, "Saya akan memberi Anda sebuah paket. Jangan biarkan
paket itu lepas dari tangan Anda. Hanya untuk Anda pribadi. Bila Anda telah
membaca dan menghafalnya, saya ingin agar Anda mengembalikannya secara
pribadi kepada saya besok pagi. Ada pertanyaan?"
"Tidak, Pak."
Ia memberikan sebuah amplop karton manila tebal yang disegel dengan
selotip merah. "Tanda-tangani dulu, please."
Mary menandatangani tanda terima.
Selama perjalanan kembali ke hotel, Mary memeganginya erat-erat di
pangkuannya, dengan perasaan seolah memerankan suatu tokoh dalam film
James Bond.
Anak-anaknya telah menunggunya di hotel dengan pakaian rapi.
Astaga, Mary ingat. Aku telah berjanji untuk mengajak mereka makan
malam di restoran Cina dan menonton bioskop.
"Anak-anak," ia berkata. "Ada perubahan rencana. Kita harus menunda
acara hiburan kita untuk lain kali. Malam ini kita harus tinggal di hotel dan
makan di kamar. Mama punya tugas penting yang harus segera dilaksanakan."
"Baik, Ma."
"Baiklah."
Dan Mary berpikir: Sebelum Edward meninggalkan mereka pasti akan
menjerit seperti hantu kalau menghadapi hal seperti ini. Tapi kini mereka
terpaksa bersikap dewasa. Kami semua terpaksa bersikap dewasa.
Ia memeluk anak-anaknya. "Mama akan mengajak kalian pergi lain kali," ia
berjanji.
***
Bahan yang diberikan oleh James Stickley kepadanya sangat tak masuk
akal. Tak mengherankan bila ia ingin bahan ini dikembalikan, pikir Mary. Ada
laporan terperinci tentang setiap perwira penting Rumania, dari Presiden
sampai Menteri Perdagangan. Ada berkas tentang tingkah-laku seksual
mereka, keadaan keuangan mereka, persahabatan, dan sifat-sifat pribadi yang
baik dan yang buruk. Beberapa bagian dari bahan itu sungguh mengerikan.
Menteri Perdagangan, misalnya, ternyata tidur dengan istri simpanannya dan
sopirnya, sementara istrinya mempunyai hubungan cinta dengan pembantu
wanitanya.
Mary melewatkan waktu hingga tengah malam untuk menghafalkan nama-
nama dan sifat-sifat buruk orang-orang yang akan berurusan dengannya di
Rumania. Aku tidak yakin apakah aku mampu menunjukkan wajah yang biasa
bila aku bertemu dengan mereka.
Keesokan harinya, ia mengembalikan dokumen-dokumen rahasia itu.
Stickley berkata, "Baiklah, kini Anda tahu segala sesuatu yang harus Anda
ketahui tentang para pemimpin Rumania."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Stan, biayanya pasti mahal! Di samping itu, aku tak punya waktu untuk
berbelanja. Aku sibuk sejak pagi sampai larut malam. Kalau"
"Tak ada masalah. Helen Moody."
"Apa?"
"Ia adalah salah satu ahli belanja profesional yang top di Washington.
Serahkan saja segala sesuatunya kepadanya."
Helen Moody adalah seorang wanita berkulit hitam yang menarik dan suka
berbelanja. Ia pernah menjadi seorang gadis model yang sukses sebelum
membuka usaha jasa pembelanjaan pribadi miliknya sendiri. Ia muncul di
kamar hotel Mary sangat awal pada suatu pagi dan melewatkan waktu satu
jam untuk meneliti isi almari pakaian Mary.
"Sangat manis, untuk Junction City," ia berkata jujur, "tapi Anda harus
tampil mempesona d Washington, D.C., bukan?"
"Saya tak punya uang berlebihan untuk"
Helen Moody tersenyum lebar. "Saya tahu tempat barang-barang yang
dapat ditawar. Dan kami akan melakukannya dengan cepat. Anda akan
memerlukan sebuah gaun malam yang panjangnya sampai ke lantai, sebuah
gaun untuk acara jamuan teh dan jamuan makan siang, sepasang setelan
untuk dikenakan di jalan atau di kantor, sebuah gaun hitam serta penutup
kepala yang sesuai untuk acara berkabung, ziarah, atau pemakaman resmi."
Acara berbelanja itu memakan waktu tiga hari. Ketika telah selesai, Helen
Moody memperhatikan wajah Mary Ashley. "Anda seorang wanita yang cantik,
tapi kita dapat membuat Anda lebih menarik lagi. Saya ingin membawa Anda
ke Susan di Rainbow untuk tata rias wajah, lalu saya akan membawa Anda ke
Billy di Sunshine untuk menata rambut."
Beberapa malam berikutnya Mary mendekati Stanton Rogers pada suatu
jamuan makan malam resmi yang diselenggarakan di Corcoran Gallery.
Stanton menatap Mary dan tersenyum. "Kau tampak sangat menarik."
Pemberitaan media massa dimulai. Acara itu dipimpin oleh Ian Villiers,
Kepala Hubungan Masyarakat Departemen Luar Negeri. Villiers berusia hampir
lima puluh tahun, seorang bekas wartawan yang dinamis, yang tampaknya
tahu semua orang koran.
Mary mendapati dirinya ada di depan kamera untuk acara Good Morning
Amerika, Meet the Press, dan Firing Line. Ia diwawancarai oleh Washington
Post, New York Times, serta setengah lusin surat kabar harian penting lainnya.
Ia diwawancarai pula oleh London Times, Der Spiegel, Oggi, dan Le Monde.
Majalah Time dan People memuat kisah pribadinya tentang ia dan anak-anak.
Foto Mary Ashley muncul di mana-mana, dan apabila ada suatu kabar tentang
suatu kejadian di suatu tempat yang terpencil di dunia, ia ditanya tentang
komentarnya.
Tim berkata, "Mama, rasanya sungguh ngeri melihat gambar-gambar kita di
sampul depan semua majalah."
"Memang begitulah, ngeri," Mary menyetujui.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ben Cohn dan Akiko sedang berbaring di atas tempat tidur, tanpa busana.
Akiko adalah gadis Jepang yang cantik, sepuluh tahun lebih muda dari
wartawan itu. Mereka berkenalan beberapa tahun yang lalu, ketika wartawan
itu sedang menulis sebuah cerita tentang gadis-gadis model, dan sejak itu
mereka hidup bersama. Cohn sedang menghadapi suatu persoalan. "Ada apa,
Sayang?" Akiko bertanya dengan lembut. "Apakah kau ingin aku melayanimu
lagi?"
Pikiran wartawan itu melayang jauh. "Tidak. Aku sudah merasa cukup."
"Aku tidak melihatnya," Akiko menggoda.
"Dalam pikiranku, Akiko. Aku sudah merasa cukup mendapat bahan untuk
suatu cerita. Ada sesuatu yang aneh terjadi di kota ini."
"Lalu apa lagi yang baru?"
"Ini lain. Aku tak dapat memecahkannya."
"Apakah kau ingin membicarakannya?"
"Tentang Mary Ashley. Aku telah melihatnya menjadi sampul depan enam
majalah dalam dua minggu terakhir ini, padahal ia belum menempati posnya
sama sekali? Akiko, seseorang sedang membuat kesan seorang bintang film
terhadap Nyonya Ashley. Ia dan kedua anaknya muncul di semua surat kabar
dan majalah. Mengapa?"
"Seharusnya akulah yang mempunyai jalan pikiran Timur yang berbelit-belit
seperti itu. Kukira kau... mempersukar hal yang sangat sederhana."
Ben Cohn menyalakan sebatang rokok dan mengembuskan asapnya dengan
marah. "Mungkin kau benar," ia menggerutu.
Akiko memeluknya dan mulai mengelus-elusnya. "Bagaimana kalau kau
mematikan rokok itu dan menyalakan diriku...?"
"Ada sebuah pesta yang diadakan untuk Wakil Presiden Bradford," Stanton
Rogers memberi tahu Mary, "dan aku telah mengatur agar kau diundang.
Acaranya berlangsung hari Jumat malam di Pan American Union."
Pan American Union adalah sebuah gedung yang besar, tenang, dengan
halaman luas, dan sering digunakan untuk acara-acara diplomatik. Makan
malam untuk Wakil Presiden merupakan suatu acara yang diselenggarakan
dengan teliti, dengan perangkat makan terbuat dari perak yang berkilau dan
gelas-gelas Baccarat yang berkilauan di atas meja-meja makan yang ditata
rapi. Ada orkestra kecil. Daftar tamu terdiri dari golongan elite di kota itu. Di
samping Wakil Presiden dan istrinya, ada beberapa senator, duta besar, serta
orang-orang terkenal dari berbagai bidang kehidupan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
15
"Semuanya semakin lama semakin aneh," kata Ben Cohn. Ia duduk di
tempat tidur, tanpa busana. Gadis simpanannya, Akiko Hadaka, di sisinya.
Mereka sedang menonton Mary Ashley dalam acara Meet the Press.
Mary mengatakan, "Saya percaya bahwa daratan Cina makin menjadi
masyarakat komunis individualistis yang lebih manusiawi dalam kerjasamanya
dengan Hong Kong dan Makao."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa yang diketahui wanita itu tentang Cina?" Ben Cohn menggerutu. Ia
menoleh kepada Akiko. "Kau sedang menonton seorang ibu rumah tangga dari
Kansas yang berubah menjadi ahli politik dalam semalam."
Tampaknya ia sangat cerdas," kata Akiko.
"Cerdas bukan hal yang pokok. Setiap kali ia diwawancarai, para wartawan
seakan tergila-gila. Tampaknya kegembiraan dan minat berlebihan itu seperti
diumpankan. Bagaimana ia bisa masuk di Meet the Press! Aku beri tahu, ya.
Seseorang telah sengaja membuat Mary Ashley menjadi orang terkenal. Siapa?
Mengapa? Charles Lindbergh saja tak pernah disanjung-sanjung seperti ini."
"Siapa Charles Lindbergh?"
Ben Cohn menghela napas. "Itulah masalah kesenjangan generasi. Tak ada
komunikasi."
Akiko berkata lembut, "Ada cara-cara lain untuk berkomunikasi."
Wanita itu mendorongnya perlahan-lahan hingga berbaring di tempat tidur,
dan bergerak ke atas pria itu. la mengeluskan rambutnya yang panjang dan
halus bagai sutera di dada pria itu, di perutnya, lalu di celah kakinya, hingga
kejantanannya bangkit. Ia mengelusnya dan berkata, "Halo, Arthur."
"Arthur ingin memasukimu."
"Jangan dulu. Aku akan segera kembali padanya."
Wanita itu bangkit dan berjalan ke dapur. Ben Cohn menyaksikan wanita itu
keluar dari ruangan. Ia kembali memusatkan perhatian ke pesawat televisi dan
berpikir: Wanita itu membuatku berteka-teki. Banyak hal berlebihan yang
samar-samar, dan sungguh mati aku harus membongkarnya.
"Akiko!" ia berteriak. "Apa yang kaulakukan? Arthur mulai tidur kembali."
"Katakan padanya untuk menunggu," Akiko berseru. "Aku akan segera ke
sana."
Beberapa menit kemudian, Akiko kembali, sambil membawa sebuah wadah
makanan berisi es krim, krim putih, dan sebutir cherry.
"Astaga," kata Ben. "Aku tidak ingin makan. Aku ingin menanduk."
"Berbaringlah kembali." Akiko meletakkan sebuah handuk di bawahnya,
mengambil es krim dari wadah dan mulai mengoleskannya di sekitar buah
zakarnya. Ben Cohn berteriak, "Hei! Dingin."
"Sst!" Akiko menaruh krim putih di atas es krim lalu memasukkan alat vital
pria itu ke mulutnya hingga bangkit kembali.
"Oh! Oh!" Ben mendesah. "Jangan berhenti."
Akiko menaruh buah cherry di atas puncak kejantanan pria itu. "Aku sangat
menyukai banana split," ia berbisik.
Dan ketika ia mulai mengunyahnya, Ben merasakan suatu paduan berbagai
rasa yang tak terhingga nikmatnya. Ketika ia tak dapat menahannya lebih
lama, ia menggulingkan Akiko dan memasuki dirinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di televisi Mary Ashley berkata, "Salah satu cara terbaik untuk mencegah
peperangan dengan negara-negara yang menentang ideologi Amerika adalah
dengan meningkatkan perdagangan kita dengan mereka..."
Kemudian malam itu, Ben Cohn menelepon Ian Villiers. "Hai, Ian."
"Benjie, Sobatkuapa yang dapat kubantu?"
"Aku perlu bantuan."
"Sebutkan saja, nanti kaudapatkan."
"Aku mengerti bahwa kau yang mengatur jumpa pers Duta Besar untuk
Rumania yang baru."
Ian menjadi waspada. "Ya...?"
"Siapa yang ada di belakang itu semua, Ian? Aku tertarik untuk"
"Maaf, Ben. Itu urusan Departemen Luar Negeri. Aku cuma tangan yang
disewa. Kau bisa saja mengirim surat ke Menteri Luar Negeri."
Setelah ditutup, Ben berkata, "Mengapa ia tidak bilang saja padaku untuk
menyelidikinya sendiri?" Ia membuat keputusan. "Kukira aku harus pergi ke
luar kota beberapa hari."
"Ke mana kau akan pergi, Sayang?"
"Junction City, Kansas."
Kenyataannya, Ben Cohn berada di Junction City hanya satu hari saja. Ia
melewatkan waktu satu jam untuk berbicara dengan Sherriff Munster dan
salah satu deputi-nya, lalu mengendarai sebuah mobil sewaan ke Fort Riley, di
mana ia mengunjungi Kantor CID. Ia naik pesawat kecil, senja itu, ke
Manhattan, Kansas, lalu menaiki penerbangan selanjutnya, pulang.
Ketika pesawat Ben Cohn mengudara, suatu pembicaraan telepon antar
pribadi berlangsung dari Fort Riley ke suatu nomor di Washington, D.C.
Duta Besar Corbescue berusaha membuat suatu pembicaraan kecil, tapi itu
hanya membuat situasinya makin buruk. Sesegera dan sebijaksana mungkin,
Mary bangkit.
Terima kasih banyak, Yang Mulia. Sangat menyenangkan berkenalan
dengan Anda. Selamat tinggal."
Dan ia terbang dari tempat itu.
Ketika Mary kembali ke kantornya, James Stickley dengan segera
menemuinya.
"Nyonya Ashley," ia berkata dingin, "maukah Anda menjelaskan kepada
saya dengan tepat apa yang kiranya telah Anda lakukan?"
Ternyata hal itu tidak jadi rahasia yang kubawa hingga ke liang kubur, pikir
Mary akhirnya. "Oh. Maksud Anda tentang Kedutaan Besar Rumania? Saya
saya kira saya hanya ingin mampir dan berkenalan dan....
"Di sini tidak ada cara berkenalan seperti dengan tetangga lewat kebun
belakang yang nyaman," Stickley membentak. "Di Washington Anda tidak
boleh hanya mampir di suatu kedutaan besar. Kalau seorang duta besar
mengunjungi seorang duta besar lain, itu hanya karena diundang saja. Anda
telah amat mengejutkan Corbescue. Saya harus berbicara dengannya agar ia
tidak mengajukan protes resmi kepada Departemen Luar Negeri. Ia yakin
bahwa Anda pergi ke sana untuk memata-matainya dan menemuinya ketika ia
sedang lengah."
"Apa! Baiklah, yang paling....
"Berusahalah untuk mengingat bahwa Anda kini bukan lagi seorang warga
negara biasaAnda seorang wakil Pemerintah Amerika Serikat. Lain kali kalau
Anda mempunyai dorongan hati untuk tiba-tiba bertindak yang tidak bersifat
sepribadi menyikat gigi Anda, Anda harus menanyakannya dulu kepada saya.
Apakah itu jelasmaksud saya sangat jelas?"
Mary menelan ludah. "Baiklah."
"Bagus." Ia mengangkat telepon dan memutar sebuah nomor "Nyonya
Ashley ada di sini dengan saya. Maukah Anda masuk? Benar." Ia meletakkan
gagang telepon.
Mary duduk diam, merasa bagaikan seorang anak kecil yang dihukum berat.
Pintu terbuka dan Mike Slade masuk.
Ia menatap Mary dan tersenyum lebar. "Hai. Saya menuruti nasihat Anda
dan telah bercukur."
Stickley menatap mereka bergantian. "Kalian berdua telah berkenalan?"
Mary melirik Slade. "Sebenarnya belum. Saya menemukannya mengintip di
meja tulis saya."
James Stickley berkata, "Nyonya Ashley, Mike Slade. Tuan Slade akan
menjadi Deputy Chief of Mission Anda."
Mary membelalak. "Ia, apa?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oh, saya tahu Mike memang mempunyai tabiat khusus yang agak aneh,
tapi"
"Tabiat khususl Ia badak yang tak tahu malu. Saya meminta dengan resmi
agar Anda memberi penggantinya."
"Apakah Anda telah selesai berbicara?"
"Ya."
"Nyonya Ashley, Mike Slade kebetulan merupakan ahli kita di lapangan,
dalam urusan Eropa Timur. Tugas Anda adalah menjalin persahabatan dengan
orang-orang di Rumania. Tugas saya adalah mengawasi agar Anda mendapat
bantuan sepenuhnya dari saya. Dan yang dapat membantu adalah Mike Slade.
Saya sungguh-sungguh tak ingin mendengar lagi keluhan itu. Apakah
pernyataan saya sudah jelas bagi Anda?"
Tak ada gunanya, pikir Mary. Tak ada gunanya sama sekali.
Ia kembali ke kantornya, dengan putus asa dan marah. Aku dapat
membicarakannya dengan Stan, pikirnya. la akan mengerti. Tapi itu akan
menunjukkan kelemahanku. Aku akan menangani Mike Slade dengan caraku
sendiri.
"Mimpi di siang bolong?"
Mary mendongak, terkejut. Mike Slade telah berdiri di depan mejanya,
sambil membawa setumpuk besar catatan-catatan.
"Ini akan membuat Anda bebas dari kesukaran nanti malam," ia berkata. Ia
meletakkan tumpukan berkas itu di atas meja Mary.
"Ketuk pintu lain kali, kalau Anda ingin masuk ke kantor saya."
Matanya mengejek Mary. "Mengapa saya merasa bahwa Anda sangat tidak
menyukai saya?'
Mary merasa darahnya mendidih kembali "Akan saya katakan sebabnya,
Tuan Slade. Karena saya rasa Anda sombong, tidak menyenangkan, besar
kepala"
Mike mengangkat telunjuknya. "Anda mengulang-ulang hal yang tidak
berguna."
"Jangan berani memperolok-olokkan saya," Mary menjerit.
Suara Mike merendah dan terdengar berbahaya. "Maksud Anda, saya tak
dapat bekerja sama dengan orang lain? Anda kira apa yang dikatakan orang-
orang di Washington tentang Anda?"
"Saya tak peduli apa yang mereka katakan."
"Oh, tapi harus." Ia mencondongkan badan di atas meja Mary. "Setiap orang
bertanya apa hak Anda untuk duduk di depan meja tulis duta besar. Saya
pernah bertugas selama empat tahun di Rumania, Nyonya. Tempat itu
merupakan segumpai dinamit yang siap meledak, dan pemerintah akan
mengirimkan seorang anak kecil yang bodoh untuk bermain-main di sana."
Mary duduk mendengarkan sambil menggertakkan giginya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
16
Undangan itu berbunyi: "Duta Besar Republik Sosialis Rumania mengharap
kehadiran Anda untuk jamuan cocktails dan makan malam di Kedutaan Besar,
1607 23rd Street, N.W., pada pukul 19.30, Pakaian Resmi, RSVP 232-6593."
Mary ingat ketika ia mengunjungi kedutaan besar itu dan betapa bodohnya
tingkah-lakunya. Baiklah, hal itu tak akan terjadi lagi. Aku sudah melewati
masa itu. Kini aku adalah bagian dari panggung Washington.
Ia mengenakan salah satu pakaiannya yang baru. Sebuah gaun malam
berlengan panjang dari bahan beludru berwarna hitam. Dikenakannya pula
sepatu bertumit tinggi yang berlapis bahan sutera hitam dan seuntai kalung
mutiara.
Beth berkata, "Mama tampak lebih cantik daripada Madonna."
Mary memeluknya. "Ah, Mama kalah jauh. Kalian berdua boleh makan
malam di ruang makan di bawah, lalu naik kembali ke kamar dan menonton
televisi. Mama akan pulang cepat. Besok pagi kita akan pergi mengunjungi
rumah Presiden Washington di Mount Vernon."
"Selamat berpesta
Telepon berdering. Resepsionis menelepon. "Madam Ambasador, Tuan
Stickley sedang menunggu Anda di lobi."
Aku ingin dapat pergi sendirian, pikir Mary. Aku tak memerlukan dia atau
orang lain untuk membuatku terhindar dari kesalahan.
Kedutaan Besar Rumania tampak sama sekali berbeda dengan yang dilihat
Mary pada saat kunjungannya yang pertama dulu. Kini suasana pesta terasa
memeriahkan gedung itu. Mereka disambut di pintu depan oleh Gabriel Stoica,
Deputy Chief of Mission.
"Selamat malam, Tuan Stickley. Selamat datang."
James Stickley mengangguk ke arah Mary. "Perkenankan saya
memperkenalkan duta besar kami untuk negara Anda."
Tak ada sebersit kesan mengenali Mary di wajah Stoica. "Senang berkenalan
dengan Anda, Madam Ambasador. Mari, silakan masuk."
Ketika mereka memasuki ruang tengah, Mary memperhatikan bahwa semua
ruangan terang-benderang dan terasa hangat. Ia mendengar suara musik
yang dimainkan oleh orkestra kecil di lantai atas. Di mana-mana terdapat
bunga yang diletakkan dalam vas-vas bunga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suatu hari kelak saya dan anak-anak mungkin akan berkunjung ke negara
Anda."
"Ah, Anda telah berputra. Berapa usia mereka?"
Tim sepuluh dan Beth dua belas. Ini mereka." Mary membuka dompetnya
dan mengeluarkan foto anak-anaknya. Dari seberang meja James Stickley
menggeleng tak setuju.
Olaf Peterson mempelajari foto itu. "Mereka cantik dan tampan!" serunya.
"Pasti karena ibunya."
"Mata mereka seperti mata ayahnya."
Mary dan Edward sering "bertengkar" tentang siapa yang paling mirip
dengan mereka masing-masing.
Beth pasti akan cantik seperti kau, begitu kata Edward. Kalau Tim, aku tak
yakin. Kau yakin dia benar-benar mirip denganku
Dan setelah bertengkar seru begitu, mereka biasanya lalu bercinta.
Olaf Peterson sedang berbicara padanya.
"Maaf?"
"Saya berkata, saya membaca tentang kecelakaan yang menyebabkan
suami Anda meninggal. Saya ikut berduka. Pasti sulit bagi seorang wanita
untuk hidup tanpa pria yang mendampinginya." Suaranya penuh simpati.
Mary mengambil gelas anggurnya dan mencicip isinya sedikit. Dingin dan
menyegarkan. Dan akhirnya diteguknya sampai habis, dan segera diisi lagi
oleh pelayan berkaus tangan putih, yang selalu siap berdiri di belakang para
tamu.
"Kapan Anda akan mulai bertugas di Rumania?" tanya Peterson.
"Setahu saya dalam beberapa minggu mendatang." Mary mengambil gelas
anggurnya lagi. "Demi Bucharest." Dan diteguknya isinya sampai habis.
Anggur itu benar-benar enak, dan semua orang tahu, anggur sangat sedikit
mengandung alkohol.
ketika pelayan menawarkan untuk mengisi gelasnya lagi, dengan riang Mary
mengangguk. Mary memandang sekitarnya, ke para tamu yang mengenakan
setelan mahal dan gaun-gaun anggun, yang berbicara dalam berbagai bahasa,
dan dia berpikir: Di Junction City takkan pernah ada jamuan makan malam
seperti ini. Tidak, Bung, Kansas Urn sama garingnya dengan sepotong tulang.
Dan Washington ini basah sepertiseperti apa, ya Mary mengerutkan dahi,
berpikir menca-ri persamaan.
"Anda tidak apa-apa, kan?" tanya Olaf Peterson
Ditepuknya lengan pria itu, "Uh, hebat. Aku merasa hebat Aku mau anggur
segelas lagi, Olaf
"Tentu saya."
Dia memanggil pelayan, dan gelasnya diisi kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Di rumah," Mary bicara dengan meyakinkan, "aku tak pernah minum
anggur." Diangkatnya gelasnya dan diteguknya isinya. "Ah, nyatanya aku
memang tak pernah minum apa-apa." Kata-katanya mulai tak terkendali.
"Tentu saja tidak termasuk air putih." Olaf Peterson memandanginya,
tersenyum.
Di meja tengah, Duta Besar Rumania, Corbescue, berdiri Ladies and
gentlemen para-hadirin yang terhormatmarilah kita mengangkat toast."
Ritus pun dimulai, Ada toast untuk Presiden Rumania, Alexandros Ionescu.
Ada toast untuk malam Alexandros Ionescu. Ada toast untuk Presiden dan
Wakil Presiden Amerika Serikat, untuk bendera Rumania dan bendera Amerika.
Bagi Mary, seakan ada beribu-ribu toast malam itu, Aku seorang duta besar,
diingatkannya dirinya, ini tugasku.
Di tengah-tengah acara itu, Duta Besar Rumania berkata, "Saya yakin, kita
semua ingin mendengar sepatah dua patah kata dari tamu kita yang
menawan, Duta Besar Amerika untuk Rumania."
Mary mengangkat gelasnya dan bersiap meneguk toast ketika tiba-tiba
disadarinya, dirinyalah kini yang jadi pusat perhatian. Sejenak dia tetap duduk
diam, akhirnya dipaksanya dirinya berdiri. Berpegang pinggir meja, supaya
tidak jatuh. Dia memandang mereka dan melambai. "Hai, kalian. Selamat
bersenang-senang."
Belum pernah Mary merasa seriang itu. Semua yang hadir dalam ruangan
itu begitu ramah padanya. Semua tersenyum padanya. Bahkan ada yang
mengajaknya tertawa. Dia menoleh pada James Stickley dan menyeringai.
"Pesta ini hebat," katanya. "Saya suka Anda bisa datang." Dengan
mengempaskan badan Mary terduduk di kursinya dan berpaling pada Olaf
Peterson. "Mereka memasukkan sesuatu ke gelas anggurku,"
Pria itu menggenggam tangannya. "Saya pikir yang Anda butuhkan adalah
sedikit udara segar. Di dalam sini sangat sumpek,"
"Yeah. Sumpek. Yang benar, saya merasa pusing."
"Man saya antarkan ke luar." Dibantunya Mary berdiri, dan Mary heran,
betapa sulitnya berjalan dengan anggun.
James Stickley sedang sibuk berdiskusi dengan tamu di sebelahnya dan tak
melihat Mary meninggalkan meja. Mary dan Olaf Peterson melewati meja Mike
Slade, dan pria itu memandangnya dengan kening berkerut.
Dia iri, pikir Mary. Mereka tak memintanya untuk pidato.
Dia berbisik pada Peterson, "Kau tahu kan mengapa dia begitu? Dia ingin
menjadi duta besar. Dia tak tahan melihatku dipilih jadi duta besar
"Siapa yang kaumaksud?" tanya Olaf Peterson.
"Tak penting. Dia bukan orang penting,"
Kini mereka berdiri di luar. Angin dingin menerpa mereka. Mary bersyukur
karena tangan Olaf menopangnya. Segalanya nampak kabur.
Aku ditunggu Limousine," kata Mary.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Biarkan saja. Suruh sopirnya pulang," usul Olaf Peterson. "Kita akan ke
apartemenku untuk ngobrol sejenak."
"Jangan anggur lagi."
Tidak, tidak. Cukup sedikit brandy untuk menetralkan isi perutmu."
Brandy. Di buku-buku semua orang terkenal minum brandy. Brandy dan
soda. Itu pula yang biasa diminum Cary Grant.
"Dengan soda?" tentu saja."
Olaf Peterson membantu Mary naik ke taksi dan menyebutkan sebuah
alamat kepada sopir. Ketika mereka berhenti di depan sebuah apartemen yang
luas, Mary memandang Peterson, bingung. "Di mana kita?"
"Kita di rumah," jawab Olaf Peterson. Dirangkulnya Mary ketika akan turun
dari taksi, karena wanita itu hampir terjatuh.
"Aku mabuk, eh?"
"Tentu saja tidak," hibur pria itu.
"Rasanya aneh."
Peterson membawa Mary ke lobi gedung itu dan memencet tombol lift.
"Sedikit brandy akan membuatmu enak."
Mereka masuk ke dalam lift dan Olaf menekan tombol.
"Tahukah kau, aku ini orang yang tak pernah minum minuman keras?
Maksudku"
"Tidak. Aku tak tahu itu."
"Sungguh!"
Peterson mengelus lengannya yang telanjang.
Pintu lift terbuka, dan Peterson membimbing Mary keluar.
"Tahukah kau, lantai ini tidak rata?"
"Aku akan menjagamu," janji Olaf.
Dirangkulnya Mary dengan sebelah tangan sementara tangannya yang lain
mencari-cari kunci di sakunya dan dibukanya pintu apartemennya. Mereka
melangkah masuk. Apartemen itu remang-remang. "Gelap benar di sini kata
Mary.
Olaf Peterson memeluknya. "Aku suka gelap, kau juga kan?"
Benarkah? Mary tak yakin.
"Kau wanita yang sangat cantik. Tak sadarkah kau?"
"Terima kasih. Dan kau pria yang amat tampan."
Didudukkannya Mary di atas sofa. Mary merasa pusing dan kacau. Bibir Olaf
menyentuh bibirnya dan dirasanya tangan pria itu merayap ke pangkal
pahanya.
"He, apa yang kaulakukan?"
"Relax. Pasti akan nikmat sekali."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ben Cohn mendengar cerita itu dari tiga orang yang berbeda yang juga hadir
pada jamuan makan malam di Kedutaan Rumania itu. Dia mencari-cari di
seluruh koran terbitan Washington dan New York. Tak satu pun yang
menyebut-nyebut insiden itu. Seseorang telah memeti-eskan kasus itu. Pasti
seseorang yang sangat berkuasa.
Cohn duduk di biliknya yang sempit, yang disebut kantor oleh para kuli
tinta. Dia sibuk berpikir. Dia memutar nomor Ian Villiers. "Halo, Tuan Villiers
ada?"
"Ya. Dengan siapa ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ben Cohn."
"Tunggu sebentar." Gadis itu kembali semenit kemudian. "Maaf sebesar-
besarnya, Tuan Cohn. Tuan Villiers rupanya baru saja pergi lagi."
"Kapan saya bisa menghubunginya kembali?"
"Maaf, hari ini Tuan Villiers sibuk sekali."
"Baiklah." Diletakkannya pesawat itu dan diputarnya nomor seorang
wartawan gosip yang bekerja di koran lain. Tak ada yang terjadi di Washington
tanpa dia tahu atau setidaknya mendengar ceritanya.
"Linda," katanya, "bagaimana cuaca hari ini?"
"Plus ga change, plus c'est la mime chose."
"Ada sesuatu yang menarik yang terjadi di pusat pusaran air ini?"
"Tidak, Ben. Semua tenang-tenang saja." .
Dengan nada biasa dia berkata, "Kudengar semalam ada sesuatu di
Kedutaan Rumania, ya."
"Oh, ya?" Suara Linda tiba-tiba jadi waspada
"Uh. Apa kaudengar sesuatu tentang Duta Besar untuk Rumania, yang
baru?"
"Tidak. Aku harus pergi sekarang, Ben. Ada interlokal."
Hubungan diputuskan.
Ben memutar nomor telepon temannya di Departemen Luar Negeri. Ketika
sekretaris kawannya telah menghubungkannya, dia berkata, "Hello, Alfred."
"Benjie! Ada apa?"
"Ah, sudah lama kita tidak ngobrol-ngobrol. Bagaimana kalau kita makan
siang bersama?"
"Boleh. Kau sedang menggarap apa, sih?"
"Sebaiknya nanti saja kukatakan, kalau kita sudah ketemu."
"Cukup adil. Kebetulan hari ini aku tidak penuh. Kau ingin kita ketemu di
Watergate?"
Ben Cohn ragu-ragu sejenak. "Di Mama Regina saja, Silver Spring."
"Itu kan terlalu jauh."
Ben berkata, "Ya."
Hening sejenak. "Aku mengerti."
"Jam satu, ya?"
"Baik."
Ben Cohn sudah duduk di meja, di sudut restoran ketika tamunya, Alfred
Shuttleworth, datang. Tony Sergio, pemilik restoran, mengantarkan tamunya
itu ke mejanya. "Mau minum apa, gentlemen" Shuttleworth pilih Martini.
Untukku, tak usah," kata Ben Cohn.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Alfred Shuttleworth adalah seorang pria setengah baya, pucat, nampak tidak
sehat, dan bekerja di Seksi Eropa di Departemen Luar Negeri. Beberapa tahun
yang lalu, dia terlibat dalam kasus kecelakaan lalulintas karena mabuk ketika
menyetir, dan Ben Cohn ditugaskan oleh korannya untuk meliput kejadian itu.
Karier Shuttleworth rerancam, dan Cohn tak jadi memuat cerita itu.
Shuttleworth menunjukkan rasa terima kasihnya dengan memberi berbagai
informasi pada Ben, dari waktu ke waktu.
"Aku butuh bantuanmu, Al."
"Katakan saja. Kubantu sebisaku."
"Aku ingin tahu informasi dari dalam mengenai Duta Besar untuk Rumania."
Dahi Alfred Shuttleworth langsung berkerut. "Apa maksudmu?"
"Tiga temanku bilang bahwa dia semalam mabuk di jamuan makan malam
di Kedutaan Rumania, dan membiarkan dirinya dibawa lelaki Swediadi depan
semua orang penting di Washington. Dan, kau sudah baca koran pagi ini, atau
koran yang terbit siang ini?"
"Ya. Mereka menyebut-nyebut jamuan di kedutaan itu, tapi sama sekali tak
menyinggung Mary Ashley."
"Tepat. Silver Blaze."
"Apa?"
"Sherlock Holmes. Anjingnya tidak menggonggong. Anjing itu dibungkam.
Mengapa para penulis gosip tak mau menelan cerita manis ini? Seseorang
telah membunuh cerita itu. Seseorang yang amat penting. Jika VIP lain yang
bertingkah seperti dia, ah... orang-orang koran pasti akan dapat panen besar."
"Tak harus begitu jalan ceritanya, Ben."
"Al, dia itu seperti Cinderella dari kampung. Dengan lambaian tongkat sakti
Presiden, tiba-tiba berubah jadi Grace Kelly, Putri Diana, dan Jacqueline
Kennedy digabung jadi satu. Ya, dia memang cantik, kuakui itutapi tak
cukup cantik untuk itu. Dia memang cerdastapi tak cukup hebat untuk itu.
Menurut jalan pikiranku yang sederhana, menjadi dosen ilmu politik di Kansas
State University tidak berarti bahwa dia lalu cukup cakap untuk menjadi duta
besar untuk negara yang paling 'panas' di dunia. Dan masih ada lagi yang lain.
Aku telah terbang ke Junction-City dan bicara dengan sheriff di sana."
Alfred Shuttleworth meneguk habis sisa Martini-nya. "Kurasa aku butuh
segelas lagi. Kau membuatku gugup."
"Silakan," Ben Cohn memesan martini lagi.
"Lanjutkan," kata Shuttleworth.
"Nyonya Ashley menolak tawaran Presiden karena suaminya tak mungkin
meninggalkan prakteknya. Kemudian Dr. Edward terbunuh dalam kecelakaan
yang disengaja. Voila! Nyonya Ashley pun lalu terbang ke Washington, dalam
perjalanan ke Bucharest. Tepat dan sesuai dengan rencana semula. Rencana
seseorang."
"Rencana? Siapa?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itulah pertanyaannya."
"Benapa dugaanmu sebenarnya?"
"Aku tak punya dugaan apa-apa. Biar kuceritakan apa dugaan Sheriff
Munster. Katanya, aneh sekali bahwa tiba-tiba, entah dari mana, muncul enam
saksi mata pada saat yang tepat untuk menyaksikan bagaimana kecelakaan itu
terjadi. Dan malam itu turun hujan salju yang membekukan. Dan, apa kau
masih ingin dengar cerita yang lebih ajaib lagi? Saksi mata itu semuanya
kemudian menghiiang. Semuanya."
"Lanjutkan."
"Aku pergi ke Fort Riley, untuk bicara dengan sopir truk yang menggilas Dr.
Ashley."
"Apa katanya?"
Tak bilang apa-apa. Dia sudah mati. Serangan jantung. Umurnya baru dua
puluh tujuh."
Alfred mengusap-usap bibir gelasnya. "Pasti ada lagi cerita lain."
"Oh, ya. Banyak. Aku pergi ke kantor CID di Fort Riley untuk mewawancara
Kolonel Jenkins, perwira yang menangani penyelidikan militer untuk kasus
sipil, boleh dibilang dia saksi mata juga. Kolonel itu tak ada lagi di sana. Dia
sudah dipromosi dan dipindahkan ke lain tempat. Sekarang pangkatnya mayor
jenderal, bertugas di luar negeri, entah di mana. Tak ada yang tahu."
Alfred Shuttleworth menggeleng-nggeleng. "Ben, aku tahu, kau ini reporter
yang hebat, tapi dengan jujur kukatakan ya, kali ini kau telah salah langkah.
Kau telah mengarang sejumlah cerita kebetulan, untuk mendukung skenario
picisan macam karangan Hitchcock. Orang bisa saja mati dalam kecelakaan
lalu lintas. Orang bisa saja mati karena serangan jantung, dan sudah lumrah
jika seorang perwira mendapat kenaikan pangkat. Kau menganggap ini semua
ulah sebuah komplotan, padahal nyatanya tak ada apa-apa."
"Al, pernahkah kaudengar sebuah organisasi yang menyebut dirinya Patriots
for Freedom?"
"Belum. Sesuatu yang mirip DAR?" Ben Cohn bicara pelan.
"Bukan semacam DAR. Aku selalu dengar desas-desus tentang itu, tapi tak
ada sesuatu yang bisa dijadikan pegangan. Tak ada yang bisa dilacak."
"Desas-desus macam apa?"
"Katanya organisasi itu didirikan oleh orang-orang sayap kanan yang
berkedudukan tinggi dan amat berkuasa, bersama orang-orang yang sangat
fanatik dari negara-negara Barat dan Timur. Ideologi mereka memang
bertolak-belakang, tapi yang membuat mereka mau berkomplot adalah
kecemasan mereka. Orang komunis mengira rencana Presiden Ellison itu
adalah tipu-daya kaum kapitalis untuk menghancurkan Blok Timur. Sebaliknya,
orang-orang sayap kanan bilang, rencana itu akan membuat orang-orang
komunis berhasil menyusup kemari dan menghancurkan kita dari dalam. Jadi
mereka lalu membentuk komplotan sialan ini."
"Astaga! Aku tak percaya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Masih ada lagi. Di samping orang-orang VIP, kudengar juga bahwa berbagai
jabatan penting di badan keamanan negara telah mereka kuasai. Apa kau bisa
mengecek itu semua untukku?"
"Aku tak tahu. Tapi akan kucoba."
"Sebaiknya kaulakukan diam-diam. Jika organisasi itu memang ada, mereka
takkan membiarkan seseorang mengendus-endus seenaknya."
"Nanti kuhubungi lagi, Ben."
"Terima kasih. Sekarang mari pesan makan siang."
Spaghetti carbonara-nya benar-benar lezat.
Alfred Shuttleworth bersikap skeptis terhadap teori Ben Cohn. Reporter
memang suka membuat cerita-cerita sensasional, pikir Shuttleworth. Dia suka
gaya Ben Cohn, tapi Shuttleworth tak tahu bagaimana dia bisa melacak kerja
sebuah organisasi yang mungkin hanya desas-desus saja adanya. Jika desas-
desus itu benar, pasti sudah ada data komputernya di CIA. Dia sendiri tak
punya akses dengan komputer. Tapi aku kenal seseorang yang punya akses
komputer, Alfred Shuttleworth ingat. Akan kutelepon dia.
Alfred Shuttleworth sedang meneguk gelas Martini-nya yang kedua ketika
Pete Connors masuk ke bar.
"Maaf, terlambat," kata Connors. "Ada kekacauan sedikit di kantor."
Pete Connors memesan straight scotch, dan Shutdeworth memesan segelas
Martini lagi.
Keduanya saling kenal karena pacar Connors dan istri Shuttleworth bekerja
di perusahaan yang sama dan mereka saling berteman. Connors dan
Shuttleworth benar-benar bertolak-belakang; yang seorang kenyang
pengalaman penuh bahaya sebagai seorang agen rahasia, dan yang seorang
menghabiskan waktunya sebagai birokrat di belakang meja. Justru perbedaan
inilah yang membuat mereka bisa akrab, dan bila bertemu, mereka selalu
saling tukar informasi. Ketika mula-mula Shutdeworth mengenalnya, Pete
Connors adalah seorang kawan yang menyenangkan. Kemudian terjadi
sesuatu entah apa, dan dia berubah menjadi orang yang selalu bertampang
masam, bersikap pahit, dan reaksioner.
Shuttleworth meneguk Martini-nya. "Pete, aku butuh bantuanmu. Maukah
kau mencarikan informasi untukku di komputer CIA? Mungkin tak ada di sana,
tapi aku sudah terlanjur berjanji pada seorang teman."
Dalam hati Connors tersenyum. Orang ini mungkin ingin tahu, siapa yang
menggoda istrinya. "Boleh. Aku masih punya utang padamu. Siapa yang ingin
kaukorek?"
"Bukan 'siapa' tetapi 'apa'. Dan mungkin saja yang kusebutkan ini bahkan
tidak pernah ada. Aku ingin tahu tentang organisasi yang menyebut dirinya
Patriots for Freedom. Pernah dengar?"
Dengan hati-hati Pete Connors meletakkan gelasnya. "Rasanya belum Al.
Siapa nama kawanmu itu?"
"Ben Cohn. Reporter Washington Post."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sang Pengawas mencoba bersikap sabar. "Kapan Anda akan dapat kabar
darinya?"
"Entahlah."
Betina sialan. "Dengarkan." Dia berbicara pelan-peian dan dengan hati-hati,
seperti bicara pada anak kecii saja. "Katakan pada Angel dia harus
mengerjakan ini segera. Aku ingin dia..."
"Tunggu. Aku mau ke toilet dulu."
Didengarnya perempuan itu menggantungkan gagang telepon. Sang
Pengawas duduk menunggu, frustrasi.
Tiga menit kemudian, perempuan itu kembali ke telepon. "Terlalu banyak bir
membuatku kencing melulu," katanya keras-keras.
Digertakkannya giginya. "Ini penting sekali." Sang Pengawas cemas, jangan-
jangan perempuan sialan itu takkan bisa mengingat pesannya. "Ambil pensil
dan catat pesan saya. Saya akan bicara pelan-pelan."
Malam itu Mary menghadiri jamuan makan malam yang diadakan Kedutaan
Kanada. Ketika dia bersiap-siap pulang untuk berganti pakaian, James Stikley
berkata, "Kali ini saya harap Anda hanya akan mencicip sedikit saja toast-toast
itu."
James Stickley dan Mike Slade akan jadi pasangan yang hebat.
Kini, di tengah acara makan, dia menyesal karena telah meninggalkan Beth
dan Tim. Wajah-wajah yang duduk semejanya tak dikenalnya. Di sebelah
kanannya raja kapal Yunani. Di sebelah kirinya diplomat Inggris.
Seorang wanita, tokoh masyarakat dari Philadelphia, yang boleh dikatakan
"mandi berlian" bertanya padanya, "Anda menyukai Washington, Madam
Ambasador?"
"Ya. Terima kasih."
"Anda pasti lega bisa melarikan diri dari Kansas."
Mary memandangnya, tak mengerti. "Melarikan diri dari Kansas?"
Wanita itu melanjutkan. "Saya belum pernah pergi ke Amerika Tengah, tapi
saya bisa membayangkan, di sana segalanya pasti menyedihkan. Petani-petani
miskin dan pemandangan yang membosankanhanya ladang-ladang yang
ditanami jagung dan gandum. Anda sungguh hebat, tahan hidup di tempat
seperti itu."
Mary marah sekali, tapi dia berhasil mengendalikan suaranya. "Jagung dan
gandum yang Anda cemoohkan itu," katanya sopan, "itulah sumber pangan
yang menghidupi dunia."
Wanita itu tak mau kalah. "Mobil kita dijalankan dengan bensin, tapi aku tak
suka tinggal di ladang-ladang minyak. Sebagai orang yang berbudaya,
selayaknyalah jika kita tinggal di Timur. Secara jujur saja sekarangdi
Kansas, kalau Anda tidak ke ladang untuk memetik panen, pastilah tak ada
sesuatu yang menarik yang bisa Anda kerjakan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
17
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebenarnya, aku tak suka padanya. Dan rasanya aku tak bisa
mempercayainyaentah mengapa. Tak adakah orang yang bisa menggantikan
dia?"
Stanton Rogers berkata sambil merenung, "Aku tak kenal baik dengan Mike
Slade, tapi setahuku dia bisa diandalkan. Dia menjalankan tugasnya dengan
baik sekali di Timur Tengah dan Eropa. Dia bisa memberimu nasihat dan saran
seorang ahli yang benar-benar kaubutuhkan."
Mary mengeluh. "Itu pula yang dikatakan James Stickley."
"Kukira aku setuju dengannya, Mary. Slade ini bisa diandalkan jika ada
kasus-kasus yang bersifat gawat."
Keliru. Slade sendirilah yang merupakan kasus yang gawat. Seandainya kau
mempunyai kesulitan dengannya, laporkan saja padaku. Pendek kata, jika kau
punya masalah dengan seseorang, siapa saja, laporkan padaku. Aku sungguh-
sungguh ingin membantumu sejauh yang aku bisa."
"Terima kasih."
"Satu hal lagi. Kau tahu, semua bentuk komunikasi yang kaubuat akan
dicopy dan copy-nya dikirimkan ke berbagai departemen di Washington. Kau
tahu itu, kan?"
"Ya."
"Nah, jika kau ingin mengirim pesan untukku tapi tidak ingin orang lain
membacanya, beri tanda silang tiga di sampulnya. Hanya aku yang boleh
membuka sampul bertanda seperti itu."
"Akan kuingat."
Bagi Mary, masuk ke Charles de Gaulle Airport rasanya seperti terjebak
dalam sebuah tempat aneh yang hanya ada dalam cerita fiksi ilmiah, dengan
berpuluh-puluh langit-langit lengkung dan beratus-ratus eskalator yang tak
henti-hentinya bergerak. Dan bandar udara itu penuh sesak dengan orang-
orang yang datang dan pergi.
"Jangan jauh-jauh dari Mama, Anak-anak!" katanya tegas.
Ketika mereka turun dari eskalator, Mary memandang berkeliling dengan
putus asa. Dia menyapa seorang pria Prancis yang sedang lewat, dan bertanya
dalam kalimat Prancis yang terpatah-patah, "Pardon, monsieur, oh sont les
bagages?"
Dalam bahasa Inggris yang kental aksen Prancis-nya, pria itu menjawab
dengan ketus, "Sorry, Madame. Saya tak bisa bahasa Inggris." Lalu pergi
meninggalkan Mary yang terbelalak menatap punggungnya.
Tepat saat itu, seorang pria Amerika yang mengenakan setelan apik
bergegas menghampirinya. "Madam Ambasador, maafkan saya! Saya
diperintahkan untuk menjemput Anda di tangga pesawat, tapi saya terlambat
karena ada kecelakaan lalu-lintas. Nama saya Peter Callas. Saya pegawai
Kedutaan Amerika."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sungguh senang bertemu dengan Anda," kata Mary. "Saya kira saya telah
tersesat." Dikenalkannya anak-anaknya. "Di mana kita bisa mengambil
bagasi?"
"Tenang saja," Peter Callas meyakinkannya. "Semua sudah ada yang
mengurus."
Kata-katanya bisa dipercaya. Lima belas menit kemudian, ketika para
penumpang lainnya antri di depan Bagian Pemeriksaan Paspor, Mary, Beth,
dan Tim sudah berjalan ke arah pintu keluar.
Inspektur Henri Durand dari Direktorat Jenderal Keamanan Warga Asing,
dari Dinas intelijen Prancis, memperhatikan mereka naik ke Limousine. Ketika
mobil itu sudah keluar dari lapangan parkir, Inspektur Durand berjalan ke
deretan telepon umum, masuk ke dalam boks, mengeluarkan uang logam, dan
memutar sebuah nomor.
Ketika sebuah suara menjawabnya, dia bicara dalam bahasa Prancis,
"Veuillez dire a Thor que son paquet est arrive a Paris."
Ketika Limousine memasuki Kedutaan Amerika, sejumlah reporter Prancis
langsung menyerbu.
Peter Callas melihat ke luar jendela mobil dan berseru, "Ya, Tuhan! Seperti
ada huru-hara saja."
Duta Besar Amerika untuk Prancis, Hugh Simon, telah menantikan mereka
di ruang utama. Dia berasal dari Texas, setengah baya, dengan mata bulat
penuh selidik, wajah bulat, dan rambut ikal berwarna merah.
"Semua orang-sudah amat ingin bertemu dengan Anda, Madam Ambasador.
Reporter-reporter itu membuntuti saya ke mana-mana sejak pagi tadi."
Acara jumpa pers Mary ternyata berlangsung lebih dari satu jam, dan ketika
telah selesai, dia benar-henar capek. Mary dan anak-anaknya diamankan di
kantor Duta Besar Simon.
"Well," kata Simon, "saya lega acara itu sudah selesai. Waktu saya datang
kemari untuk menempati pos ini, saya hanya mendapat jatah satu-dua
paragraf di halaman belakang Le Monde." Dia tersenyum. "Tentu saja saya tak
secantik Anda."
Dia ingat sesuatu. "Saya tadi mendapat telepon dari Stanton Rogers. Saya
mendapat instruksi dari Gedung Putih, dengan ancaman hidup atau mati
bahwa saya haras membuat Anda, Beth, dan Tim menikrnati liburan Anda di
Paris."
"Benar begitukah katanya?" tanya Tim.
Duta Besar Simon mengangguk. "Dia memang bilang begitu. Dia suka sekali
pada kalian."
"Kami memang suka padanya," kata Mary.
"Saya sudah memesan suite untuk Anda di Ritz. Sebuah hotel yang indah di
Place de la Concorde. Saya yakin, Anda akan senang menginap di sana."
"Terima kasih." Lalu ditambahkannya dengan cemas, "Mahalkah?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yatapi tidak untuk Anda. Stanton Rogers telah mengatur agar seluruh
pengeluaran Anda ditanggung Departemen Luar Negeri."
Mary berkata, "Dia pria yang luar biasa."
"Menurut dia, Andalah yang luar biasa."
Koran sore dan koran malam menjadikan kedatangan Maryduta besar
pertama yang diangkat Presiden Amerika dalam programnya yang dikenal
sebagai gerakan dari-rakyat-ke-rakyat sebagai berita utama. Peristiwa itu juga
ditayangkan oleh televisi, dan dimuat lagi dalam edisi koran pagi.
Inspektur Durand memandangi tumpukan koran itu dan tersenyum. Semua
berjalan sesuai dengan rencana. Bahkan lebih baik dari yang diharapkan. Dia
bahkan sudah bisa meramalkan bagaimana keluarga Ashley akan masuk koran
terus selama tiga hari mendatang. Mereka akan mengunjungi semua tempat
yang membosankan itu, yang umumnya ingin dilihat turis Amerika, pikirnya.
Mary dan anak-anaknya makan siang di Restoran Jules Verne di Menara
Eiffel, kemudian mengunjungi Arc de Triomphe.
Esok harinya, sepanjang pagi mereka habiskan untuk mengagumi keindahan
koleksi Museum Louvre, makan siang di dekat Istana Versailles, dan makan
malam di Tour d'Argent.
Dari jendela restoran Tim memandang Notre Dame dan bertanya, "Di mana
mereka menyembunyikan si Bongkok, Ma?"
Tapi saat yang mereka lewatkan di Paris amat menyenangkan. Mary
mengingatkan dirinya, dan membuat dirinya senantiasa berpikir... seandainya
Edward ada di sisinya.
Keesokan harinya, sesudah makan siang, mereka diantar ke airport.
Inspektur Durand memperhatikan mereka, ketika rombongan itu check in
untuk terbang ke Roma.
Wanita itu menarikbahkan cantik. Wajahnya cerdas. Tubuhnya bagus,
kakinya indah, dan pantatnya aduhai. Bagaimana dia di tempat tidur, ya?
Anak-anak itu juga luar biasa. Terlalu sopan bahkan, untuk ukuran anak-anak
Amerika.
Ketika pesawat telah tinggal landas, Inspektur Durand pergi ke boks telepon
umum. "Veuillez dire a Tbor que son paquet est en route a Rome."
Di Roma para paparazzi telah menanti di Michaelangelo Airport. Ketika Mary
dan anak-anaknya muncul di pintu pesawat, Tim berseru, "Lihat, mereka
mengikuti kita, Ma!"
Ya, bagi Mary pun nampaknya perbedaannya hanya pada aksen Italia
mereka.
Pertanyaan pertama yang diajukan para reporter itu adalah, "Apakah Anda
menyukai Italia?"
Duta Besar Oscar Viner sama bingungnya dengan Duta Besar Simon di Paris.
"Frank Sinatra saja takkan mendapat kehormatan sebesar ini. Adakah
sesuatu pada diri Anda, Madam Ambasador, yang tidak saya ketahui?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya kira saya bisa menjelaskannya," jawab Mary. "Bukan saya yang
menarik mereka, tetapi gerakan dari-rakyat-ke-rakyat yang dicanangkan
Presiden Ellison yang membuat mereka memburu saya. Kita akan segera
mempunyai utusan atau wakil di setiap negeri Tirai Besi. Suatu langkah besar
menuju perdamaian dunia telah dimulai. Itulah yang membuat pers tertarik."
Sesudah terdiam beberapa saat, Duta Besar Viner berkata, "Banyak sekali
yang ingin menungganggi Anda, bukan?"
Kapten Caesar Barzini, kepala Polisi Rahasia Italia, juga bisa meramalkan
dengan tepat tempat-tempat yang akan dikunjungi Mary dan anak-anaknya.
Inspektur itu menunjuk dua polisi berpakaian preman untuk menguntit
keluarga Ashley, dan setiap bari, apa yang mereka laporkan tepat seperti yang
telah diramaikannya.
"Mereka makan es krim di Doney, berjalan-jalan sepanjang Via Veneto, dan
mengelilfngi Colosseum."
"Mereka mengunjungi Air Mancur Trevi. Melemparkan uang Jogam."
"Pergi ke Terme di Caracaiia dan kemudian ke Catacombs. Si bocah laki-laki
jatuh sakit dan cepat-cepat dibawa kembaii ke hotel."
"Mereka naik kereta kuda di Taman Borghese, dan berjalan-jalan sepanjang
Piazza Navona."
Selamat bersenang-senang, pikir Kapten Barzini sinis.
Duta Besar Viner mengantarkan Mary dan anak-anaknya ke bandar udara.
"Saya punya titipan, dokumen diplomatik, yang harus disampaikan ke
Kedutaan Rumania. Maukah Anda membawakannya?"
Tentu saja," kata Mary.
Kapten Barzini berada di bandara untuk mengawasi sampai keluarga Ashley
masuk ke pesawat Tarom Airlines, penerbangan langsung ke Bucharest.
Ditunggunya sampai pesawat lepas-landas, lalu ia menelepon. "Saya punya
pesan untuk Balder. Semua berjalan lancar. Laporan para wartawan sungguh
luar biasa."
Barulah ketika pesawat telah benar-benar mengangkasa, kesadaran akan
tugas berat yang sebentar lagi harus dihadapinya benar-benar terasa nyata
baginya. Mary Ashley sampai berbicara keras-keras. "Kita dalam perjalanan ke
Rumania, tempatku akan bertugas sebagai Duta Besar dari Amerika."
Beth memandanginya dengan pandangan aneh. "Ya, Mama. Kami pun tahu.
Untuk itulah kami di sini."
Tapi bagaimana mungkin Mary bisa menerangkan gairah dan sukacitanya
yang luar biasa itu pada anak-anaknya?
Makin dekat pesawat itu ke Bucharest, makin tidak sabar Mary.
Aku akan menjadi duta besar paling baik yang pernah mereka lihat,
pikirnya. Sebelum masa tugasku selesai, Amerika dan Rumania sudah akan
menjadi sekutu yang saling menghargai dan memahami.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
BUKU TIGA
18
Otopeni airport, kira-kira dua puluh lima mil jauhnya dari pusat kota
Bucharest, adalah sebuah bandara yang modern dibangun untuk melayani arus
penumpang yang datang dari negeri-negeri Tirai Besi di sekitar Rumania, dan
juga untuk para turis Baratyang sangat sedikit jumlahnya yang datang
mengunjungi negeri ini.
Di dalam terminal, serdadu-serdadu bertampang dingin, berseragam coklat,
dan dilengkapi dengan senapan dan pistol, tegak menjaga.
Di mana-mana di dalam terminal ada serdadu berseragam coklat yang
dipersenjatai pistol dan senapan. Terasa ada suasana dingin di situ, tapi itu tak
ada hubungannya dengan cuaca yang membekukan di luar bangunan bandara.
Tanpa sadar Tim dan Beth merapat ke ibunya. Jadi mereka pun
merasakannya, pikir Mary.
Dua orang pria mendekati mereka. Yang satu jangkung, atletis, dan
bertampang khas pria Amerika, dan yang satunya lebih tua, serta mengenakan
setelan asing yang kelihatan jelek.
Si Amerika memperkenalkan diri. "Selamat datang di Rumania, Madam
Ambasador. Saya Jerry Davis, Konsul Masalah Umum. Ini Tudor Costache,
Kepala Protokol Kepresidenan."
"Sungguh senang menerima Anda dan putra-putri Anda di negeri kami,"
kata Costache. "Selamat datang di negeri kami."
Dengan satu cara, pikir Mary, ini juga akan menjadi negeriku. "Mulptmesc,
domnule," katanya.
"Anda bisa bahasa Rumania!" seru Costache. "Cu placere!"
Mary berharap orang itu tidak menyangkanya hebat. Sedikit-sedikit," di
tarmbahkannya cepat-cepat.
Tim berkata, "Buna diminefeata."
Mary begitu bangga hingga serasa mau meledak dadanya. Dikenalkannya
Tim dan Beth. Jerry Davis berkata, "Limousine Anda telah menunggu Anda,
Madam Ambasador. Kolonel McKinney menanti di luar."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa itu?" tanya Mary. Wajah Florian berkerut seperti orang sakit. "Penjara
Ivan Stelian. Tempat orang-orang yang menentang pemerintah Rumania
dijebloskan."
Di jalan Kolonei McKinney menunjukkan sebuah tombol merah di dekat
pintu. "Ini alat darurat," dia menerangkan, "Jika Anda dalam bahayadiserang
teroris, misalnyatekanlah tombol ini. Ini akan menghidupkan sistem
pemancar radio dalam mobil? yang selalu dimonitor di Kedutaan, dan akan
menyalakan iampu merah di atas mobil ini. Dengan demikian kami akan
segera mengetahui posisi Anda dalam beberapa menit."
Mary berkata penuh harap, "Mudah-mudahan saya tak perlu
menggunakannya."
"Saya pun punya harapan yang sama, Madam Ambasador."
Pusat kota Bucharest sangat indah. Taman-taman, monumen-monumen,
dan air mancur-air mancur ada di mana-mana. Kakeknya dulu selalu bilang,
"Bucharest itu sama saja dengan miniatur Paris, Mary. Mereka bahkan punya
tiruan Menara Eiffel." Itulah dia. Kini Mary berada di negeri leluhurnya.
Jalan-jalan penuh dengan orang-orang, bis-bis, dan trem-trem listrik.
Limousine itu terus-menerus membunyikan klakson mencari jalan di sela-sela
padatnya orang yang berjalan kaki. Kini mobil membelok masuk ke sebuah
jalan sempit berjalur tiga.
"Kediaman resmi Duta Besar ada di depan sana," kata Kolonel McKinney.
"Nama jalan ini diambil dari nama seorang jenderai Rusia. Ironis sekali, ya?"
Kediaman resmi Duta Besar adaiah sebuah bangunan bergaya kuno, luas
dan cantik, bertingkat tiga, dan dikelilingi kebun amat luas yang terpelihara
baik.
Staf rumah tangga telah menanti mereka di tangga. Menantikan kedatangan
duta besar yang baru. Ketika Mary turun dari mobil, Jerry Davis
memperkenalkan mereka.
"Madam Ambasador, perkenalkan, staf Anda. Mihai, kepala pelayan; Sabina,
sekretaris sosial Anda; Rosica, pelayan rumah tangga Anda; Cosma, kepala
koki, dan Delia dan Carmen, pelayan pribadi Anda."
Mary berjalan di depan mereka, menerima salam hormat dan sikap hormat
mereka yang membungkuk-bungkuk itu, sambil berpikir, Ya, Tuhan, apa yang
harus kulakukan dengan mereka? Di rumah aku cukup minta tolong Lucinda
seminggu tiga kali, untuk memasak dan membersihkan rumah.
"Kami merasa mendapat kehormatan berkenalan dengan Anda, Madam
Ambasador," kata Sabina, si sekretaris sosial.
Nampak mereka semua memandangnya, menunggunya mengucapkan
sesuatu. Mary mengambil napas dalam-dalam. "Bund ziua. Mutyu-mesc. Nu
vorbese..." Semua kata Rumania yang telah dihafalnya hilang dari kepalanya.
Mary memandang mereka dengan tak berdaya.
Mihai, kepaia pelayan, maju ke depan dan membungkuk hormat. "Kami
semua bicara Inggris, Madam. Kami senang Anda datang dan kami siap
melayani Anda."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kau bisa memberi tahu aku tentang segel yang dirusak itu, pikir Mary. Tapi
dengan tegas dia berkata, "Tidak, terima kasih. Saya kira sebaiknya saya
beristirahat sejenak." Tiba-tiba dia merasa tubuhnya tak bertenaga.
Sepanjang malam itu dia terbaring nyalang. Segala macam perasaan
campur-aduk dalam hatinya, perasaan kesepian dan tak berdaya, bercampur
dengan gairah dan semangat akan tugasnya yang baru.
Sekarang semua terserah padaku, Sayang. Aku tak punya siapa pun untuk
bergantung. Oh, betapa inginnya aku kau ada di sisiku, memberiku semangat
agar aku tak takut, meyakinkanku bahwa aku pasti takkan gagal. Aku tak
boleh gagal.
Ketika akhirnya dia jatuh tertidur, dia memimpikan Mike Slade yang
berkata, Aku benci orang amatir. Mengapa kau tidak pulang saja?
Kedutaan Amerika di Bucharest, di Jalan Soseava Kiseieff 21, adalah sebuah
bangunan bercat putih, bergaya semi-Gotik, bertingkat dua, dan dikelilingi
pagar besi. Pintu gerbangnya juga dari besi, dan dijaga serdadu berseragam
yang mengenakan mantel abu-abu dan topi merah. Seorang penjaga lain
duduk di gardu jaga di samping gerbang. Ada porte-cochere khusus untuk
mobil, dan tangga pualam merah jambu yang langsung naik ke lobi.
Di dalam, lobi itu penuh hiasan. Lantainya terbuat dari pualam. Ada dua
teievisi closed circuit yang dijaga serdadu marinir, sebuah perapian dengan
tirai bermotif seekor naga sedang menyemburkan api. Koridor-koridornya
dihias dengan dereran potret presiden-presiden Amerika. Di ujung lobi, ada
tangga luas yang membelok, menghubungkan lobi dengan lantai dua di mana
terletak ruang konferensi dan kantor-kantor.
Seorang serdadu marinir telah menantikan Mary. "Selamat pagi, Madam
Ambasador," katanya. "Saya Sersan Hughes. Teman-teman memanggil saya
Gunny."
"Selamat pagi, Gunny."
"Mereka telah menantikan Anda di kantor Anda. Saya bertugas mengawal
Anda ke sana."
Terima kasih."
Mary mengikuti sersan itu naik ke lantai atas, ke ruang tunggu. Seorang
wanita setengah baya duduk di balik sebuah meja.
wanita itu berdiri. "Selamat pagi, Madam Ambasador. Saya Dorothy Stone,
sekretaris Anda."
"Senang berkenalan denganmu."
Dorothy melaporkan, "Banyak yang menunggu Anda di dalam sana."
Dibukanya pintu, dan Mary masuk ke dalam ruangan. Ada sembiian orang
yang duduk mengelilingi meja konferensi. Ketika Mary melangkah masuk,
mereka semua berdiri dan memandangnya tajam. Mary tiba-tiba merasa asing
dan tak berdaya. Orang yang pertama dilihatnya adalah Mike Slade. Dia ingat
akan mimpinya semalam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Untung Anda selamat sampai di sini," Mike berkata. "Mari saya perkenalkan
dengan pimpinan-pimpinan staf Anda. Ini Lucas Janklow, Konsul Administrasi;
Eddie Maltz, Konsul Politik; Patricia Hatfield, Konsul Ekonomi; David Wallace,
Kepala Administrasi; Ted Thompson, Konsul Pertanian. Anda telah bertemu
dengan Jerry Davis, Konsul Masalah Umum; David Victor, Konsul Perdagangan,
dan Anda telah kenal pula dengan Kolonel Bill McKinney."
"Silakan duduk," kata Mary. Mary beranjak ke kursi di kepala meja dan
mengamati orang-orang itu. Rasa permusuhan bisa muncul dari siapa saja,
dari segala umur, dalam segala ukuran, dan bentuk, pikir Mary.
Patricia Hatfield bertubuh gemuk dan berwajah menarik. Lucas Janklow,
yang paling muda di antara mereka, memakai setelan buatan Ivy League.
Yang lain-lain lebih tua, berambut kelabu, kurus, botak, tapi ada juga yang
gemuk. Dibutuhkan waktu untuk menaklukhan mereka semua.
Mike Slade berkata, "Kami semua berada di bawah dan tunduk pada
kebijaksanaan Anda. Anda, bisa mengganti atau memecat kami kapan saja."
Itu bohong, pikir Mary sengit. Aku sudah mencoba menggantimu.
Pertemuan itu berlangsung lima belas menit.
Pembicaraannya hanya bersifat umum. Akhirnya Mike Slade berkata,
"Dorothy akan mengatur agar Anda sekalian bisa bertemu secara terpisah-
pisah dengan Duta Besar siang nanti. Terima kasih."
Mary merasa kesal karena Mike mengambil-alih wewenangnya. Ketika
mereka tinggal berdua, Mary bertanya, "Yang mana di antara mereka yang
agen CIA? Agen CIA yang ditanam di Kedutaan?"
Mike memandangnya sesaat dan berkata, "Mengapa Anda tidak ikut saya
saja?"
Dia berjalan keiuar dari ruang konferensi. Setelah ragu sejenak, Mary
mengambil keputusan untuk mengikutinya. Mereka berjalan sepanjang
koridor, yang di kanan-kirinya berderet pintu kantorseperti kandang kelinci
saja. Dia sampai ke sebuah pintu besar yang dijaga serdadu marinir. Penjaga
itu melangkah ke samping, ketika Mike mendorong pintu hingga terbuka. Dia
berpaling dan memberi isyarat pada Mary supaya masuk.
Mary melangkah masuk dan memandang sekelilingnya dengan takjub.
Ruangan itu merupakan kombinasi logam dan kaca, di lantai, di seluruh
dindingnya, bahkan juga di atapnya.
Mike Slade menutup pintu berat itu di belakangnya. "Ini yang disebut Bubble
Room. Semua kedutaan di negeri Tirai Besi punya ruangan seperti ini. Ini satu-
satunya ruangan di Kedutaan amerika yang tak bisa disadap
Dilihatnya Mary memandangnya tak percaya. "Madam Ambasador, tidak
hanya gedung kedutaan saja yang disadap, berani taruhan, kediaman resmi
Anda juga disadap, dan jika Anda pergi ke restoran untuk makan malam, meja
Anda pun akan disadap. Anda berada di daerah musuh."
Mary terduduk di kursi. "Bagaimana Anda bisa menanganinya?" tanyanya.
"Maksud saya, tak mungkin bisa bicara dengan bebas."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Setiap pagi kami melakukan apa yang disebut electronic sweeping. Kami
menemukan alat penyadap mereka dan mencopotnya. Kemudian mereka akan
memasang yang baru, dan kami akan mencopotnya lagi."
"Mengapa kita mengizinkan orang-orang Rumania bekerja di kedutaan kita?"
"Bagi mereka, gedung ini seperti taman bermain saja. Mereka bermain di
kandang sendiri. Kita harus mengikuti aturan mereka, atau balon akan
meletus. Mereka tak bisa memasang mikropon mereka dalam ruangan ini
karena di luar selalu dijaga serdadu marinir selama dua puluh empat jam
penuh. Nah... apa pertanyaan Anda sekarang?"
"Saya hanya menebak-nebak, mana yang orang CIA?"
"Eddie Maltz, Konsul Politik Anda."
Mary mencoba mengingat tampang Eddie Maltz. Rambut kelabu, tubuh
kekar. Bukan, itu pasti Konsul Pertanian. Eddie Maltz... Ah, pasti pria setengah
baya itu, kurus-kering, dan tampangnya jahat. Ataukah dia
membayangkannva bertampang jahat karena kini Mary tahu bahwa dia orang
CIA?
"Apakah hanya dia orang CIA di staf saya?"
"Ya."
Benarkah dia ragu-ragu sebelum mengatakan
Mike Slade melihat jam tangannya. "Setengah jam lagi Anda harus
menyerahkan Surat Kepercayaan Anda. Florian sudah menunggu di luar.
Bawalah Surat Kepercayaan Anda. Yang asli harap diserahkan pada Presiden
Ionescu dan copy-nya harap disimpan di lemari besi Anda."
Mary mendapatkan dirinya sedang menggertakkan gigi. "Saya tahu itu, Tuan
Slade."
"Beliau ingin Anda datang bersama anak-anak. Saya telah menyuruh mobil
menjemput mereka."
Tanpa konsultasi dulu denganku. Terima kasih
Kantor Pusat Pemerintah Rumania terletak dalam sebuah bangunan
berpenampilan seram, terbuat dari batu, di jantung kota Bucharest Bangunan
itu dikelilingi dinding baja, dan pintu gerbangnya dijaga serdadu bersenjata. Di
bagian dalam, di balik gerbang, lebih banyak lagi serdadu yang menjaga.
Seorang ajudan mengantarkan Mary dan anak-anaknya ke lantai atas,
Presiden Alexandros Ionescu menyambut Mary dan anak-anaknya dalam
ruangan luas berbentuk segi empat di lantai dua. Presiden Rumania itu tampil
penuh wibawa. Kulitnya gelap, wajahnya mirip wajah elang, dan rambutnya
hitam ikal. Dia punya hidung paling mancung dan paling angkuh yang pernah
dilihat Mary, Matanya mempesona dan menyorot tajam.
Ajudan itu berkata, "Yang Mulia, perkenalkan, inilah Madam Ambasador dari
Amerika Serikat."
Presiden menyambut tangan Mary, membungkuk, dan menciumnya sekilas.
"Anda bahkan lebih cantik daripada foto Anda."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih, Yang Mulia. Ini Beth, putri saya, dan Tim, putra saya."
"Anak-anak yang tampan dan cantik," kata Ionescu. Dipandangnya Mary
seperti menanti sesuatu. "Anda membawa sesuatu untuk saya?"
Mary hampir saja lupa. Cepat-cepat dibukanya dompetnya dan diulurkannya
Surat Kepercayaannya dari Presiden Ellison.
Alexandras Ionescu melirik dokumen itu sekilas, tak peduli. "Terima kasih.
Saya menerimanya atas nama Pemerintah Rumania. Anda telah resmi menjadi
Duta Besar Amerika untuk negeri kami." Kini wajahnya menjadi cerah. Dia
tersenyum pada Mary. "Saya telah menyiapkan resepsi untuk Anda malam ini.
Anda akan bertemu dengan orang-orang kami, dengan siapa Anda akan
bekerjarsama selanjutnya."
"Anda baik sekali."
Digenggamnya tangan Mary sekali lagi. "Kami punya ungkapan di sini.
'Seorang duta besar datang dengan air mata berlinang, karena dia tahu, akan
bertugas di negara yang sangat asing baginya, jauh dari kawan-kawannya.
Tapi, ketika dia meninggaikan tempat tugasnya, dia pun akan berurai air mata,
karena tahu, sebentar lagi akan ditinggalkannya kawan-kawannya yang baru,
kawan dari negeri yang mulai dicintainya.' Saya berharap Anda akan jatuh
cinta pada negeri kami, Madam Ambasador." Ia meremas tangan Mary dengan
lembut.
"Saya yakin, saya pasti akan jatuh cinta pada negeri ini." Dikiranya aku ini
seperti gadis-gadis cantik pada umumnya, pikir Mary muram. Harus
kubuktikan bahwa aku punya kelas tersendiri.
Mary menyuruh anak-anaknya pulang dan menghabiskan waktu sepanjang
siang sampai sore di Kedutaan, di ruang konferensi, mengadakan pertemuan
dengan kepaia-kepalJa staf, KonsulJ Politik, Ekonomi, Pertanian, Administrasi,
dan Konsul Perdagangan. Kolonei McKinney diperkenalkan sebagai atase
mihter.
Mereka semua duduk mengelilingi meja empat persegi panjang itu. Berderet
menempel di dinding yang dicat hitam, para staf junior dari berbagai bagian.
Konsul Perdagangan sedang bicara. Orangnya pendek, sombong, dan apa
yang dikatakannya hanya terdiri dari fakta-fakta serta angka-angka. Mary
memandang berkeliling, berpikir: Aku harus menghapal nama-nama mereka
semua.
Kemudian giliran Ted Thompson, konsul pertanian. "Menteri Pertanian
Rumania menghadapi masalah berat yang tak mungkin dapat ditanganinya.
Panen tahun ini sangat mengecewakan dan kita tak mungkin membiarkan
mereka begitu saja.
Konsul Ekonomi, Patricia Hatfield, memprotes, "Kita sudah cukup membantu
mereka, Ted. Pemerintah Rumania dijalankan dengan bantuan negara-negara
yang bersimpati. Termasuk negara GSP." Dia menoleh, memandang Mary
secara sembunyi-sembunyi.
Dia sengaja, pikir Mary, mencoba mempermalukan aku.
Dengan lagak sok Patricia Hatfield berkata, "Negara GSP adalah..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
19
Supaya tidak ketinggalan, Mary mengawali hari-harinya yang sibuk dengan
menyuruh Florian menjemputnya pukul 6.30. Dalam perjalanan menuju
Kedutaan Amerika, dia membaca laporan-laporan dan komunike dari
kedutaan-kedutaan lain yang diantarkan ke kediaman resminya setiap malam.
Ketika Mary melangkah sepanjang koridor dan melewati kantor Mike Slade,
dia berhenti karena kaget. Pria itu telah duduk di belakang mejanya, sedang
sibuk bekerja. Dia belum bercukur. Mary menduga, pria itu telah bekerja
sepanjang malam. "Anda pagi sekali," kata Mary.
Mike Slade mendongak. "Pagi. Saya ingin berbicara dengan Anda."
"Baikiah." Mary melangkah masuk.
"Tidak di sini. Di kantor Anda."
Mike mengikuti Mary ke kantornya, lewat pintu penghubung kantor mereka.
Mary memandangnya ketika Mike melangkah ke sudut ruangan dan
menunjukkan suatu alat. "Ini mesin penghancur kertas," katanya memberi
tahu Mary.
"Saya tahu."
Oh, ya? Ketika Anda meninggalkan ruangan ini semalam, Anda
meninggalkan beberapa surat di atas meja Anda. Sekarang, kertas-kertas itu
telah difoto dan hasilnya dikirim ke Moskow."
"Ya, Tuhan! Saya pasti lupa. Surat-surat apa itu?"
"Daftar kosmetik, bon kertas toilet, dan daftar belanjaan barang-barang
yang biasa dibeli kaum wanita. Tapi bukan itu masalahnya. Wanita yang
bertugas membersihkan ruangan adalah agen Securitate. Orang Rumania
selalu mencari informasi apa pun yang bisa mereka peroleh, dan mereka suka
sekali merangkai-rangkaikan segala hal. Pelajaran pertama: setiap malam,
semua dokumen berharga harus aman terkunci dalam lemari besi Anda, atau
dihancurkan."
"Apa pelajaran kedua?" tanya Mary dingin.
Mike Slade menyeringai. "Duta Besar harus mengawali hari kerjanya dengan
minum kopi bersama DCM-nyaDeputy Chief of Mission. Bagaimana kopi Anda
biasanya?"
Mary tak pernah ingin minum kopi bersama bajingan tengik yang sombong
itu. "Sayatanpa gula tanpa campuran."
"Bagus. Anda harus menjaga penampilan Anda di sini. Makanan di sini bisa
membuat Anda gemuk." Dia bangkit dan berjalan ke pintu yang
menghubungkan kantor Mary dengan kantornya. "Saya biasa menyeduh
sendiri. Anda pasti akan menyukainya."
Mary tetap duduk, merasa jengkel dan marah pada pria itu. Aku harus bati-
hati menghadapinya, Mary memutuskan. Aku akan segera mendepaknya ke
luar, secepat mungkin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mike Slade kembali sambil membawa dua cangkir kopi yang panas
mengepui. Diletakkannya cangkir-cangkir itu di meja Mary.
"Bagaimana saya bisa mendaftarkan Beth dan Tim untuk masuk ke sekolah
Amerika di sini?"
"Sudah saya atur. Florian akan mengantarkan mereka pagi-pagi, dan
sorenya menjemput."
Mary tergagap. "Teterima kasih."
"Anda harus mengunjungi sekolah itu begitu sempat. Sekolah itu tidak
besar, muridnya hanya kira-kira seratus. Satu kelas isinya delapan atau
sembilan. Mereka berasal dari seluruh dunia Kanada, Israel, Nigeriamana
saja. Guru-gurunya hebat."
"Saya akan mampir ke sana."
Mike menghirup kopinya. "Saya dengar Anda semalam asyik mengobrol
dengan pemimpin kita yang mengerikan."
"Presiden Ionescu? Ya. Nampaknya dia cukup menyenangkan."
"Oh, dia memang menyenangkan. Dia pria yang tampan asalkan tidak
dikecewakan oleh seseorang. Orang yang berani membuatnya berang akan
kehilangan kepalanya."
Mary berkata gugup, "Tidakkah sebaiknya kita berbicara di Bubble Room?"
Tidak perlu. Saya sudah membersihkan kantor Anda dari alat penyadap
pagi ini. Bersih dan aman. Tapi, Anda harus waspada jika tukang sapu dan
para petugas pembersih telah datang. Ngomong-ngomong, jangan biarkan diri
Anda terjebak oleh daya tarik Ionescu. Dia itu serigala berbulu domba. Setan
yang amat licik. Rakyatnya membencinya, tapi tak bisa berbuat apa-apa. Polisi
rahasia ada di mana-mana. Kejamnya gabungan antara KGB dan polisi rahasia
mana pun. Perbandingannya, satu di antara tiga orang di sini bekerja untuk
Securitate atau KGB. Orang-orang Rumania dilarang bergaul dengan orang
asing. Jika seorang asing ingin diundang makan oleh orang Rumania, dia harus
mendapat izin dari Departemen Luar Negeri."
Mary merinding.
"Seorang Rumania bisa ditangkap gara-gara menulis petisi, mengkritik
pemerintah, membuat graffiti..."
Mary telah berkali-kali membaca di koran dan di majalah-majalah tentang
kehidupan yang serba terkekang di sebuah negara komunis, tapi benar-benar
hidup di tengah keadaan seperti itu, membuatnya merasa bahwa segala
sesuatu itu bukanlah kenyataan yang sebenarnya.
"Mereka kan punya lembaga pengadilan," kata Mary.
"Oh, mereka toh harus mengadakan pengadilan sekali waktu, dengan
mengundang reporter-reporter dari Barat. Pengadilan yang sudah diatur. Tapi,
kebanyakan orang yang ditangkap mati atau corat-coret di dinding di tempat-
tempat umum menjadi cacat dalam tahanan polisi. Ada banyak gulag di
Rumania, tapi kita takkan diizinkan melihatnya. Ada di daerah Delta, dan di
sekitar muara Sungai Donau, di repi Laut Hitam. Saya pernah berbincang-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Mike Slade mendengar kabar itu, dia datang ke kantor Mary. "Saya
sudah mencoba memberi tahu Anda."
Tuan Slade..."
"Hal-hal seperti ini selalu dianggap masalah serius di lingkungan dunia
diplomatik. Pernah, di tahun 1661 pengawal-pengawal Duta Besar Spanyol di
London menyerang kereta kuda Duta Besar Prancis, membunuh pengawalnya
yang berkuda, mencederai kusirnya, dan menebas putus lutut dua ekor kuda
penarik kereta tersebut hanya supaya kereta Duta Besar Spanyol bisa tiba
lebih dulu di Istana. Saran saya, kirimkan surat permintaan maaf ke Kedutaan
Gabon,"
Mary tahu hidangan apa yang menantinya dalam jamuan makan malam
nanti. Gagak hitam,
Mary merasa terganggu oleh komentar-komentar yang dilontarkan
mengenai kemunculannya bersama anak-anak di hampir segala bentuk
terbitan di dunia. "Bahkan Pravda pun memuat artikel tentang Anda."
Tengah malam Mary menelepon Stanton Rogersdia pasti baru saja datang
ke kantornya. Dia segera mendapat jawaban. "Apa kabar, Duta Besar
favoritku?"
"Aku baik-baik saja. Bagaimana kau, Stan?"
"Kecuali jadwal kerja yang empat puluh delapan jam sehari, aku tak layak
mengeluh lagi. Pokoknya aku menikmati setiap menit hari-hari kerjaku.
Bagaimana kau? Ada masalah yang bisa kubantu?"
"Sebenarnya tidak bisa disebut masalah. Aku hanya ingin tahu." Mary
berhenti, ragu-ragu. Dicobanya mencari kalimat yang tepat, sehingga Stanton
tidak akan salah menangkap maksudnya. "Kukira kau juga telah melihat
fotoku bersama anak-anak di terbitan Pravda minggu lalu?"
"Ya. Hebat sekali!" seru Stanton Rogers. "Kita akhirnya bisa menembus
benteng mereka."
"Apakah duta besar-duta besar lain juga mendapat publisitas sebanyak yang
kuperoleh?"
"Tentu saja tidak. Tapi Bos telah memutuskan untuk bekerja habis-habisan
demi kau, Mary. Kau sebagai tombol kematian, atau sebagai lambang bahwa
seseorang harus mengakui kesalahannya dengan rendah hati tapi bisa juga
diartikan "gunjingan" atau caci-maki
adalah apa yang kami sebur contoh teladan. Presiden Ellison berharap dapat
menampilkan citra Amerika yang bersih, yang menawan, sebagai lawan dari
apa yang selama ini dikenal dengan istilah the ugly American. Kami telah
susah-payah menemukan itu dalam dirimu dan kini kami ingin
menunjukkannya pada dunia. Kami ingin dunia melihat yang terbaik dari
negeri kita."
"Saya... saya merasa terbuai."
"Teruslah bekerja sebaik-baiknya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebab, bagi saya, kasus ini nampaknya memang sebuah perangkap yang
sengaja disiapkan. Saya kira, sebaiknya kita publikasikan saja. Pers
internasional pasti akan tertarik."
"Tidak mungkin. Itu tidak bisa," katanya.
Mary mengeluarkan kartu as-nya. "Sebab letnan itu adalah menantu Anda?"
Tentu saja bukan.'" seru Kapten Istrase marah. "Saya hanya ingin hukum
dilaksanakan sebaik-baiknya."
"Saya juga," kata Mary meyakinkan pria itu.
Menurut dokumen James Stickley, menantu Kapten Istrase itu punya
keahlian untuk membujuk dan mempengaruhi turis-turis mudalaki-laki atau
perempuanmengajak mereka tidur, memberi informasi tentang pasar-pasar
gelap tempat obat bius diperdagangkan, dan kemudian menangkap mereka.
Mary menawarkan jalan damai, "Menurut saya, putri Anda sebaiknya tidak
usah tahu apa yang diperbuat suaminya. Saya kira lebih baik bagi siapa saja,
bagi pihak Anda dan pihak kami, jika Anda keluarkan Hannah Murphy diam-
diam dari penjara, dan saya akan langsung menerbangkannya ke Amerika
Serikat. Bagaimana pendapat Anda, Kapten?"
Dia duduk diam, sibuk berpikir. "Anda seorang wanita yang amat menarik,
Madam," katanya akhirnya.
"Terima kasih. Anda pun pria yang sangat menarik. Saya harap Miss Murphy
bisa diantarkan ke kantor saya sore ini. Dan saya akan mengatur agar dia bisa
ikut terbang flight pertama keluar Bucharest."
Istrase mengangkat bahu. "Saya akan gunakan sedikit kekuasaan yang saya
punya."
"Saya yakin Anda akan bersedia, Kapten Istrase. Terima kasih."
Keesokan paginya, Hannah Murphy telah terbang ke Amerika Serikat.
"Bagaimana Anda melakukannya?" tanya Mike Slade tidak percaya.
"Saya menuruti nasihat Anda. Saya membuatnya terpesona."
20
Hari pertama ketika Tim dan Beth masuk sekolah, Mary mendapat telepon
pukul lima pagi dari Kedutaan, memberitahukan bahwa NIACT night action
cableberita kawat tengah malam telah masuk dan membutuhkan jawaban
segera. Itu adalah awal dari hari yang panjang dan amat sibuk. Ketika Mary
sampai di rumah kembali, hari sudah lewat pukul tujuh malam. Tim dan Beth
sudah menunggunya.
"Well," kata. Mary, "bagaimana sekoiah kalian?"
"Aku suka," jawab Beth. "Apa Mama tahu, muridnya berasal dari dua puluh
dua negara? Ada anak laki-Iaki Itali yang tampan dan dia terus-menerus
memandangku sepanjang jam pelajaran. Sekolah itu benar-benar hebat."
"Laboratoriumnya juga asyik," tambah Tim. "Besok pagi kami akan belajar
mencincang katak-katak Rumania."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi aneh juga rasanya," kata Beth. "Mereka semua bicara Inggris dengan
aksen yang lucu."
"Ingatlah," Mary menasihati anak-anaknya, "jika ada murid yang bicara
Inggris dengan aksen asing, itu berarti dia menguasai sekurang-kurangnya
satu bahasa lainlebih banyak dari kalian. Well, Mama senang kalian tidak
mendapat kesulitan di sekolah."
Beth berkata, "Memang. Mike menjaga kami."
"Siapa?"
"Tuan Slade. Dia bilang, kami boleh memanggilnya Mike."
"Apa urusan dia dengan sekoiah kalian?"
"Dia tidak cerita sama Mama? Dia menjemput kami dan mengantar kami ke
sekolah. Kami dikenalkannya dengan guru-guru di sana. Dia kenal semua guru
di sana."
"Dia juga kenal murid-murid di sana," kata Tim. "Dia kenalkan kami pada
mereka. Semua orang senang padanya. Dia laki-laki hebat."
Terlalu, hebat, pikir Mary.
Keesokan harinya, ketika Mike datang ke kantornya, Mary berkata, "Terima
kasih, Anda telah mengantarkan Beth dan Tim ke sekolah."
Pria itu mengangguk. "Bagi anak-anak tidak mudah untuk menyesuaikan diri
di negeri asing. Mereka anak-anak yang baik."
Apakah pria itu punya anak? Mary tiba-tiba menyadari, betapa sedikitnya
yang diketahuinya tentang kehidupan pribadi Mike Slade. Mungkin lebih baik
begini, pikirnya. Dia ingin benar melihatku gagal.
Dan Mary ingin benar berhasil.
Hari Sabtu sore Mary mengajak anak-anaknya ke Diplomatic Club yang
bersifat pribadi, tempat masyarakat dipiomatik berkumpul, mengobrol, dan
tukar-menukar gosip.
Ketika Mary memandang ke seberang patio, dilihatnya Mike Slade sedang
minum bersama seorang wanita, dan ketika wanita itu menoleh, Mary terkejut
melihat bahwa dia adalah Dorothy Stone. Mary merasa shock. Rasanya seperti
sekretarisnya sendiri yang bersekongkol dengan pihak musuh. Sejauh mana
hubungan Dorothy dengan Mike Slade? Aku harus hati-hati. Aku tak boleh
mempercayai Dorothy sepenuhnya, pikir Mary. Atau siapa saja.
Harriet Kruger sedang duduk sendirian. Mary mendekatinya. "Bolehkah saya
menemani Anda?"
"Saya akan senang sekali." Harriet mengeluarkan rokok Amerika. "Mau
rokok?"
"Terima kasih. Saya tidak merokok."
"Orang tak bisa hidup tanpa rokok di negeri ini," kata Harriet.
"Saya tidak mengerti."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suatu malam dia turun jam dua dan pergi ke dapur. Ketika Mary membuka
lemari es, didengarnya Suara di belakangnya. Dia berpaling dan lihatnya Mihai,
kepaia pelayan, masih dalam piyamanya, dan Rosica, dan Delia dan Carmen
berdiri di sana.
"Ada yang bisa saya bantu, Madam?" tanya Mihai.
"Tidak," jawab Mary. "Saya hanya ingin makan sesuatu!"
Cosma, kepala koki, datang dan berkata dengan nada tersinggung, "Madam
Ambasador cukup mengatakan apa yang ingin Anda makan dan saya yang
akan menyiapkannya."
Mereka semua memandangnya dengan pandangan mencela.
Mary berkata, "Saya rasa saya tidak terlalu lapar. Terima kasih." Dan berlari
kembali ke kamarnya.
Esok paginya diceritakannya pengalamannya itu pada anak-anaknya. "Kalian
tahu, Mama merasa seperti seorang istri kedua dalam kisah Rebecca."
"Rebecca apa?" tanya Beth.
"Sebuah buku yang bagus yang harus kaubaca suatu saat kelak."
Ketika Mary masuk ke kantornya, didapatinya Mike Slade telah
menunggunya.
"Ada anak sakit yang sebaiknya Anda tengok," katanya.
Diantarkannya Mary ke sebuah kantor sempit di ujung koridor. Di kursi
duduk seorang serdadu marinir yang masih muda. Wajahnya seputih kapas,
dan dia mengerang-erang kesakitan.
"Apa yang terjadi?" tanya Mary. "Dugaan saya, radang usus buntu."
"Kalau begitu sebaiknya segera kita kirim kerumah sakit."
Mike berpaling padanya. "Tidak di sini."
"Apa maksud Anda?"
"Dia harus diterbangkan ke Roma atau ke Zurich."
"Itu tidak masuk akal," bentaknya. Direndahkannya suaranya, supaya
serdadu itu tidak bisa mendengar. "Tidakkah Anda lihat betapa parah
sakitnya?"
"Masuk akal atau tidak masuk akal, tapi, tak seorang pun dari Kedutaan
Amerika boleh dirawat di sebuah rumah sakit di negeri Tirai Besi."
"Tapi, mengapa...?"
"Sebab dengan begitu kita mudah diserang. Kita lalu berada di bawah belas
kasihan pemerintah Rumania dan Securitate. Mereka bisa membius kita
dengan ether atau menyuntikkan scopolaminedan memerah segala macam
informasi dari kita. Ini sudah peraturan Departemen Luar Negerikita harus
menerbangkannya ke luar."
"Mengapa Kedutaan Amerika tak punya dokter?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebab kita ini termasuk kedutaan yang diberi kategori C. Dengan demikian
kita tak punya anggaran khusus untuk menggaji dokter sendiri. Tiga bulan
sekali ada dokter Amerika yang diterbangkan ke sini, tapi untuk kasus-kasus
ringan, kita cukup ditangani oleh ahli farmasi." Mike melangkah ke sebuah
meja dan mengambil sehelai kertas. "Tandatangani saja, dan dia akan
langsung saya kirim. Saya sudah memesan pesawat khusus untuknya."
"Baiklah." Mary menandatangani surat itu. Dia mendekati serdadu muda itu
dan memegang tangannya. "Kau akan segera sembuh," katanya lembut. "Pasti
sembuh."
Dua jam kemudian, serdadu marinir itu telah terbang ke Zurich.
Esok paginya ketika Mary bertanya pada Mike bagaimana nasib si serdadu
marinir itu, Mike cuma mengangkat bahu. "Mereka telah mengoperasi dia,"
katanya sambil lalu. "Dia baik-baik saja."
Betapa dinginnya sikapnya, pikir Mary. Pernahkah hatinya tersentuh
21
Tak peduli betapa paginya pun Mary sampai ke kantornya, Mike selalu telah
ada di sana menunggunya. Di pesta-pesta diplomatik dia jarang kelihatan, dan
Mary merasa bahwa pria itu pandai mencari hiburan sendiri bila malam tiba.
Mike selalu penuh kejutan. Suatu sore Mary mengizinkan Florian
mengantarkan Beth dan Tim untuk main ski di Floreasca Park. Mary
meninggalkan kantornya lebih awal, untuk bergabung dengan mereka, dan
ketika. tiba di sana, dilihatnya Mike Slade sedang asyik main ski bersama
anak-anaknya. Mereka bertiga nampaknya menikmati betul acara sore itu.
Dengan telaten Mike mengajarkan bagaimana membuat angka delapan. Aku
harus memperingatkan anak-anak agar hati-hati terhadapnya, pikir Mary. Tapi
Mary tak tahu, bagaimana caranya mengingatkan anak-anak itu.
Keesokan harinya ketika Mary tiba di kantornya, Mike masuk lewat pintu
penghubung. "Dua jam lagi datang sebuah codel. Saya kira..."
"Codel?
"Istilah diplomatik untuk delegasi kongres. Empat senator bersama istri dan
ajudan masing-masing. Mereka berharap dapat bertemu dengan Anda. Saya
sudah mengatur perjanjian pertemuan dengan Presiden Ionescu dan menyuruh
Harriet agar mengatur acara wisata dan acara belanja para nyonya."
"Terima kasih."
"Mau kopi buatan saya?"
"Ya."
Mary memandanginya ketika pria itu pergi ke kantornya sendiri, lewat pintu
penghubung. Laki-laki aneh. Kasar dan tak tahu sopan-santun. Tapi, sangat
sabar dan telaten meladeni Beth dan Tim.
Ketika pria itu kembali sambil membawa dua cangkir kopi, Mary bertanya,
"Apakah Anda punya anak?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Angel menjemput gadis itu suatu malam di La Boca, di tepi pantai. Si gadis
sedang berdiri bersama puta-puta yang lain, mengenakan blus ketat dan rok
jeans yang dipotong pendek-pendek dan memperlihatkan pahanya yang
mulus. Umurnya mungkin belum ada lima belas. Tidak cantik, tapi itu tidak
menjadi masalah bagi Angel.
"Va'monos, querida. Kita akan saling menghibur."
Gadis itu tinggal di sebuah apartemen murahan di sekitar situ, terdiri dari
satu kamar tidur yang kotor, berisi satu tempat tidur, dua kursi, satu lampu,
dan keranjang sampah.
"buka bajumu, estrelita. Aku ingin menikmati tubuh teianjangmu."
Gadis itu ragu-ragu. Sesuatu dalam diri Angel membuatnya takut. Tapi hari
itu adalah salah satu hari sialnya, padahal dia harus membawa pulang uang
untuk Pepe, kalau tidak dia akan dipukuli. Pelan-pelan dilepasnya pakaiannya
satu per satu.
Angel berdiri memperhatikan. Mula-mula blus-nya, lalu jeans itu. Di balik
itu, si gadis tak mengenakan apa-apa. Tubuhnya pucat dan kurus.
"Jangan copot sepatumu. Kemari dan berlututlah di sini." Gadis itu menurut.
"Nah, sekarang lakukan apa yang kuperintahkan."
Gadis itu mendengarkan, mendongak dengan mata memancarkan
ketakutan. "Saya belum pernah me..."
Angel menendang kepalanya. Gadis itu terjungkal, mengerang. Angel
menjambak rambutnya dan ke tempat tidur. Ketika gadis itu mulai menjerit-
jerit, Angel meninju wajahnya keras-keras. Dia mengerang lagi.
"Bagus," kata Angel. "Aku suka mendengar eranganmu."
Sebuah tinju yang keras menghantam hidung gadis itu, dan membuat tulang
hidungnya patah. Tiga puluh menit kemudian, ketika Angel sudah puas, gadis
itu terbaring tak sadarkan diri di atas tempat tidur.
Angel tersenyum kejam melihat tubuh yang rusak itu dan melemparkan
beberapa pesos ke atasnya. "Gracias."
Sedapat mungkin Mary selalu menghabiskan waktu luangnya bersama anak-
anaknya. Mereka suka berjalan-jalan. Banyak museum dan gereja-gereja kuno
yang mereka kunjungi, tapi bagi anak-anak yang paling menarik adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
.... dengan orang-orang Yahudi itu. Hanya sedikit sekali yang pernah
diizinkan keluar dari negeri ini."
Mary memandang keluar, memandang wajah-wajah yang tanpa harapan itu.
"Harus ada suatu cara," kata Mary.
"Tak periu membuat hati Anda tersentuh," Mike menasihati.
Perbedaan waktu benar-benar menguji ketahanan saraf. Jika di Washington
siang bolong, maka di Bucharest adalah tengah malam, dan Mary setiap kali
terpaksa bangun karena ada telegram atau telepon pada pukul tiga atau
empat pagi. Setiap kali sebuah kawat tengah malam masuk, serdadu marinir
yang sedang bertugas di Kedutaan Amerika akan melaporkannya pada perwira
yang bertugas hari itu, yang lalu akan mengirimkan seorang asisten staf ke
kediaman resmi untuk membangunkan Mary. Bila sudah begitu, Mary takkan
bisa tidur lagi.
Di sini segalanya luar biasa, Edward. Aku sungguh-sungguh mengira aku
bisa mengadakan perubahan di sini. Pendeknya, aku sudah berusaha.
Seandainya kau ada di sini dan memberiku semangat, 'Kau bisa, kau pasti
berhasil, Kekasih'. Oh, betapa aku kehilangan kau. Dapatkah kau
mendengarku, Edward? Apakah kau di sini tapi tak bisa kulihat? Kadang-
kadang, kupikir kerinduan ini bisa membuatku gila....
Mereka sedang menikmati kopi pagi, seperti biasa.
"Kita ada masalah," Mike Slade memulai.
"Ya?"
"Sebuah delegasi yang terdiri dari selusin pastor Rumania ingin bertemu
dengan Anda. Sebuah gereja di Utah telah mengundang mereka untuk
berkunjungtapi pemerintah Rumania tak bersedia mengeluarkan visa bagi
mereka."
"Mengapa?"
"Hanya sedikit sekali orang Rumania yang diizinkan meninggalkan negeri ini.
Mereka membuat lelucon pada hari Ionescu mulai berkuasa. Presiden itu
berdiri di sayap timur istananya, pada pagi ketika dia dilantik, dan memberi
salam pada matahari yang sedang terbit. 'Selamat pagi, Kamerad Matahari,'
kata Ionescu. 'Selamat pagi, jawab matahari. 'Semua orang gembira karena
kini Andalah Presiden Rumania yang baru.' Sorenya, Ionescu pergi ke sayap
barat istananya, memperhatikan matahari yang sedang tenggelam. Katanya,
'Selamat sore, Kamerad Matahari.' Matahari diam saja. 'Tadi pagi kau
menyambut salamku dengan hangat. Mengapa sekarang kau tak mau bicara
padaku?' 'Aku ada di barat sekarang,' kata matahari. 'Kau boleh pergi ke
neraka.' Ionescu khawatir, sekali para pejabat gereja itu diizinkan
meninggalkan negeri ini, mereka akan mencaci-maki pemerintah Rumania di
luar sana."
"Saya akan bicara dengan Menteri Luar Negeri dan melihat apa yang bisa
saya lakukan nanti."
Mike bangkit. "Anda suka tarian rakyat?" tanyanya.
"Mengapa?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mary beranjak dan mulai berjalan ke arah Central Square. Bucharest adalah
kota eksotis yang mempesona. Di persimpangan-persimpang-an jalan
terpampang papan-papan penunjuk jalan ke tempat-tempat yang misterius:
Tuten... Gospo-dina... Chimice...
Mary menyusuri Avenue Mosiior lalu membelok ke Piata Rosetti, di mana
terdapat kereta angkutan umum berwarna merah yang penuh sesak. Bahkan
di tengah malam pun toko-toko masih buka, dengan antrian panjang di
depannya. Kedai-kedai kopi menyajikan gogoase, kue donat lezat Rumania.
Trotoar penuh dengan orang-orang yang berbelanja di malam hari, sambil
membawa pungas, tas belanja yang terbuat dan anyaman tali. Orang-orang itu
nampak begitu diam di mata Mary. Mereka melotot memandangnya, dan
wanita-wanitanya dengan rasa iri memandang gaun yang dikenakannya. Mary
mulai melangkah lebih cepat.
Ketika dia sampai di ujung Jalan Calea Victoria, langkahnya terhentiragu-
ragu, tak yakin arah mana yang harus diambilnya. Dia bertanya pada orang
yang kebetulan lewat. "Maafdapatkah Anda...?"
Orang itu memandangnya dengan kaget, ketakutan, dan cepat-cepat pergi
dari situ.
Mereka tak boleh bicara dengan orang asing, Mary teringat itu.
Bagaimana dia bisa pulang? Dicobanya mengingat jalan-jalan yang
dilaluinya bersama Florian tadi. Nampaknya kediaman resminya ada di sebelah
timur sana. Mary mulai melangkah ke arah itu. Tiba-tiba dia mendapati dirinya
terjebak dalam sebuah lorong sempit yang remang-remang. Di ujung sana
dilihatnya jalan raya yang terang-benderang. Aku bisa memanggil taksi di
sana, pikir Mary lega.
Ada detak langkah yang berat mendekat di belakangnya. Secara refleks
Mary menoleh. Seorang lelaki bertubuh besar, mengenakan mantel panjang,
datang mendekat dengan cepat. Mary mempercepat langkahnya.
"Maaf," orang itu berseru dalam bahasa Rumania beraksen kental. "Anda
tersesat?"
Mary lega. Orang itu barangkali polisi. Mungkin dia mengikutinya karena
ingin memastikan bahwa Mary tak apa-apa.
"Ya," kata Mary dengan penuh terima kasih. "Saya ingin kembali ke..."
Tiba-tiba terdengar deru mobil yang mendekat dari arah belakang Mary. Si
lelaki bermantel panjang menarik Mary, ketika mobil itu makin dekat dan tiba-
tiba berhenti dengan rem mendecit-decit. Mary bisa mencum bau napasnya
yang busuk, dan merasakan jari-jarinya yang gemuk mencengkeram
pinggangnya. Lelaki itu menariknya ke arah pintu mobil yang terbuka. Mary
melawan untuk membebaskan diri....
"Masuk ke mobil!" geram orang itu.
"Tidak!" teriak Mary. "Tolong! Tolong!"
Terdengar teriakan dari seberang jalan, lalu sesosok tubuh terlihat berlari ke
arah mereka. Sosok ituseorang pria asing berhenti, tak tahu apa yang
harus diperbuatnya. Pria itu berseru, "Lepaskan dia!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
22
Sepanjang malam Mary berusaha mengenyahkan bayangan dua lelaki itu
dari mimpinya, tapi setiap kali dia terbangun lagi dengan pikiran kalut dan
panik. Tidur, bangun, tidur, bangun. Kejadian itu terus terbayang jelas dalam
pikirannya bunyi langkah yang tiba-tiba terdengar dan mendekat dengan
cepat, mobil yang direm mendadak, lalu lelaki yang mencoba memaksanya
naik ke mobil mereka. Apakah mereka tahu siapa dia? Ataukah mereka hanya
perampok biasa, yang ingin merampok seorang turis berpakaian Amerika?
Ketika Mary tiba di kantornya pagi itu, Mike Slade telah menunggunya
dengan dua cangkir kopi. Dia duduk di seberang meja Mary dan bertanya,
Bagaimana pertunjukannya semalam?"
"Bagus." Apa yang terjadi sesudahnya bukan urusan pria itu.
"Apakah Anda teriuka?"
Mary menatapnya kaget. "Apa?"
Dengan sabar Mike bertanya, "Ketika mereka berusaha menculik Anda,
apakah Anda terluka?"
"Sayabagaimana Anda bisa tahu?" Suaranya terdengar penuh ironi.
"Madam Ambasador, Rumania adalah sebuah rahasia besar yang terbuka
dan bisa dibaca siapa saja. Anda tak mungkin mandi tanpa ketahuan oleh
seseorang. Anda telah berbuat tolol dengan memutuskan untuk berjalan-jalan
sendirian di tengah malam."
"Saya akan waspada sekarang," kata Mary dingin. "Itu takkan terulang lagi."
"Bagus." Nada suaranya terdengar tajam. "Apakah lelaki itu berhasil
mengambil sesuatu dari Anda?"
"Tidak."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anak-anaknya jadi takut. Dia akan menjaga, agar anak-anaknya selalu dalam
pengawasan dan pengawalan yang cukup.
Malam itu ada pesta koktil di Kedutaan Prancis, untuk menghormati seorang
pianis Prancis yang sedang berkunjung. Mary merasa lelah, gugup, dan
rasanya mau memberi apa saja asalkan jangan disuruh menghadiri pesta itu,
tapi dia sadardia harus pergi.
Dia mandi dan memilih sebuah gaun malam, dan ketika ingin mengenakan
sepatunya, dilihatnya salah satu tumit sepatunya patah. Dipanggilnya Carmen.
"Ya, Madam Ambasador?"
"Carmen, tolong bawa ini ke tukang sepatu dan suruh dia memperbaikinya."
"Baik, Madam. Ada lagi?"
"Tidak. Itu saja. Terima kasih.
Ketika Mary tiba di Kedutaan Prancis, tamu-tamu sudah memenuhi ruangan.
Di pintu masuk, Mary disambut oleh ajudan Duta Besar Prancis, yang telah
dikenalnya pada kunjungannya ke kedutaan itu sebelumnya. Pria itu
menyambut kedatangannya dan mencium tangannya.
"Selamat malam, Madam Ambasador. Sungguh senang Anda bersedia
datang."
"Anda yang telah berbaik hati mengundang saya," kata Mary.
Mereka berdua sama-sama tersenyum, karena basa-basi yang tak ada
artinya itu.
"Izinkan saya mengantarkan Anda menemui Duta Besar." Dia mengantarkan
Mary menyeberangi ruang dansa yang penuh tamu, dan Mary melihat wajah-
wajah yang telah dikenalnya. Mary menyalami Duta Besar Prancis, dan
keduanya saling berbasa-basi.
"Anda akan menikmati permainan Madame Dauphin. Dia pianis yang hebat."
"Saya sudah ingin benar menyaksikan pertun-jukannya," Mary berbohong.
Seorang pelayan lewat sambil membawa nampan penuh gelas-gelas berisi
sampanye. Mary kini telah belajar mencicip seteguk-dua teguk minuman di
berbagai pesta diplomatik. Ketika dia berpaling untuk menyapa Duta Besar
Australia, matanya menangkap sosok tubuh penolongnya, yang telah
membebaskannya dari para penculik. Pria itu sedang berdiri di sudut, asyik
berbincang dengan Duta Besar Italia dan ajudannya.
"Maafkan saya," kata Mary.
Dia melangkah menyeberangi ruangan, ke arah pria Prancis itu.
Dia sedang bicara, "Tentu saja saya merindukan Paris,-tapi saya berharap
tahun depan..." Dia berhenti ketika melihat Mary mendekat. "Ah, the lady in
distress."Anda berdua sudah saling kenal?" tanya Duta Besar Italia.
"Kami belum pernah diperkenalkan secara resmi," jawab Mary.
"Madam Ambasador, izinkan saya memperkenalkan Dr. Louis Desforges."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ekspresi wajah pria Prancis itu berubah. Madam Ambasador? Maafkan saya!
Saya tak menyangka." Suaranya terdengar kemalu-maluan. "Seharusnya saya
bisa mengenali Anda."
"Anda telah melakukan yang lebih baik dari itu." Mary tersenyum. "Anda
telah menyelamatkan saya."
Duta Besar Italia memandang dokter itu dan berkata, "Ah, jadi Andalah
orangnya." Dia berpaling pada Mary. "Saya mendengar tentang pengalaman
Anda yang tidak menyenangkan."
"Pasti ceritanya akan lain seandainya Dr. Desforges tidak segera datang
menolong. Terima kasih
Louis Desforges tersenyum. "Saya gembira karena berada di tempat yang
cepat pada saat yang tepat."
Duta besar dan ajudannya melihat rombongan Inggris datang.
Duta Besar Italia berkata, "Maafkan kami, ada yang harus kami temui."
Kedua orang itu bergegas pergi. Mary tinggal berdua dengan si Dokter.
"Mengapa Anda melarikan diri ketika polisi datang?"
Dipandangnya Mary sejenak sebelum menjawab, Tak baik dan tak
bijaksana terlibat urusan dengan polisi Rumania. Mereka suka menahan para
saksi mata dan memaksa tawanan mereka mengeluarkan berbagai informasi.
Saya adaiah dokter yang ditugaskan di Kedutaan Prancis di sini, dan saya tidak
memiliki kekebalan diplomatik. Tentu saja saya tahu cukup banyak tentang
kedutaan kami di sini pengetahuan yang mungkin berguna bagi pemerintah
Rumania." Dia tersenyum. "Jadi maafkan saya jika saya bersikap seperti itu."
Sikapnya yang terus-terang sangat menarik hati. Sesuatu dalam sikapnya,
yang tak bisa diterangkan oleh Mary, mengingatkannya akan Edward. Mungkin
karena Louis Desforges seorang dokter. Tapi, tidak, lebih dari itu. Dia punya
keterusterangan yang mirip Edward, senyumnya pun mirip.
"Bila Anda izinkan," Dr. Desforges berkata, "saya harus pergi dan menjadi
binatang sosial."
"Anda tak suka pesta?"
Desforges mengedipkan matanya. "Saya membenci pesta."
"Apakah istri Anda suka pesta?"
Dia akan mengatakan sesuatu, tapi ragu-ragu. "Ya... dia suka. Dia suka
sekali berpesta."
"Apakah dia ada di sini malam ini?"
"Dia dan dua anak kami telah meninggal dunia."
Wajah Mary menjadi pucat. "Oh, astaga. Maafkan saya. Bagaimana...?"
Wajah Desforges nampak kaku. "Sayalah yang salah. Waktu itu kami tinggal
di Aljazair. Saya bergabung dengan kegiatan bawah tanah, menyamar,
memerangi teroris." Kata-katanya menjadi pelan dan terputus-putus. "Mereka
berhasil mengetahui identitas saya dan meledakkan rumah kami waktu saya
sedang tidak di rumah."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf," kata Mary lagi. Tak kuasa menemukan kata-kata yang tepat.
"Terima kasih. Ada pepatah usang yang mengatakan, waktu menyembuhkan
segalanya. Tapi saya tak percaya itu." Suaranya terdengar pahit.
Mary teringat akan Edward dan betapa sampai kini pun ia masih selalu
merindukan almarhum suaminya. Tapi pria ini telah lebih lama hidup dalam
kerinduan yang menyakitkan.
Desforges memandang Mary dan berkata, "Maafkan saya sekarang, Madam
Ambasador...."
Dia berpaling dan berjalan menyeberangi ruangan untuk menyambut tamu-
tamu yang baru datang.
Dia mengingatkanku akan engkau, Edward. Kau pasti akan menyukainya.
Orangnya sangat tabah. Dia telah lama hidup menderita, dan kupikir, itulah
yang membuatku merasa dekat dengannya. Aku juga menderita, Kekasih.
Mungkinkah aku akan pernah berhenti merasa kehilangan dirimu Di sini aku
kesepian. Tak ada seorang pun tempatku mencurahkan isi hati. Aku sangat
ingin berhasii. Mike Slade mencoba menyuruhku kembali ke Amerika. Tapi aku
tak mau. Tapi oh, betapa aku merindukan kehadiranmu. Selamat malam,
Sayang.
"Tak apa-apa," kata Mary. "Kita punya masalah, dan teknisi ini yang akan
memecahkan masalah tersebut." Dipandangnya orang yang baru masuk itu.
"Silakan."
"Baik. Saya harap Anda semua tetap duduk di kursi masing-masing."
Semua mata tertuju padanya. Dengan tenang lelaki itu berjalan mendekati
Mike Slade dan mengarahkan kotaknya padanya. Jarum penunjuk tetap
menunjuk angka nol. Lalu dia melangkah ke arah Patricia Hatfield. Jarum
penunjuk tetap diam. Kemudian Eddie Maltz mendapat giiiran, lalu Jerry Davis
dan Lucas Janklow. Jarum tetap tidak bergovang. Kemudian dia berpindah ke
David Victor, dan akhirnya mendekati Kolonel McKinney, tapi jarum penunjuk
tetap tidak bergerak. Satu-satunya orang yang belum diperiksa tinggal Mary.
Ketika orang itu mendekatinya, jarum penunjuk langsung bergoyang-goyang
dengan cepat.
Mike Slade berseru, "Sialan..." Dia berdiri dan melangkah cepat mendekati
Mary. "Kau yakin?" tanyanya pada si teknisi.
Jarum penunjuk masih terus bergerak cepat. "Tes saja dengan alatnya,"
jawab orang itu.
Mary berdiri kebingungan.
"Bagaimana kalau kita bubarkan pertemuan ini?" tanya Mike.
Mary menoleh pada yang lain. "Cukup sekian untuk kali ini. Terima kasih."
Mike Slade memerintahkan si teknisi "Kau tetap di tempat."
Ketika yang lain sudah keluar ruangan, Mike bertanya, "Dapatkah kau
menunjukkan, di mana tepatnya alat penyadap itu dipasang?"
"Tentu saja." Pelan-pelan teknisi itu menurunkan kotak hitamnya, sedikit
menjauhi Mary. Ketika makin mendekati kakinya, jarum penunjuk bergerak
makin cepat. Kini si teknisi berdiri tegak. "Sepatu Anda."
Mary terbelalak tak percaya. "Kau keliru. Saya membeli sepatu ini di
Washington."
Mike berkata, "Maukah Anda mencopot sepati itu?"
"Saya..." Semua itu tak masuk akal. Alat pelacak itu pasti rusak. Atau
seseorang telah sengaja menjebaknya. Mungkin justru Mike Slade memakai
cara ini untuk secara halus mengusirnya. Dia akan melaporkan ke Washington
bahwa Mary tertangkap sedang memata-matai dan membocorkan informasi ke
pihak musuh. Well, dia takkan berhasii dengan cara ini.
Mary mencopot sepatunya, dan mengulurkannya ke tangan Mike. "Silakan
lihat sendiri," katanya marah.
Mike menimang-nimang sepatu itu dan memeriksanya. "Tumitoya baru, ya?"
"Tidak, sudah..." Dan kemudian dia ingat: Carmen, tolong bawa ini ke
tukang sepatu dan suruh dia memperbaikinya.
Mike sedang merusak tumit sepatu itu. Di dalamnya tersembunyi sebuah
tape recorder mini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, ini dia mata-matanya," kata Mike datar. Dia mendongak. "Di mana
Anda mereparasi sepatu ini?"
"Saya... saya tak tahu. Saya suruh salah satu pelayan di rumah untuk
membawanya ke tukang sepatu."
"Bagus," katanya sinis. "Untuk selanjutnya, kami semua akan sangat
berterima kasih, Madam Ambasador, jika Anda mengizinkan sekretaris Anda
untuk menangani hal-hal semacam ini."
Ada teleks untuk Mary.
"Komisi Masalah-masalah Luar Negeri Senat telah menyetujui permohonan
yang kauajukan. Akan diumumkan besok pagi, Selamat. Stanton Rogers."
Mike membaca telek itu. "Kabar baik. Neguiesco pasti akan senang."
Mary tahu bahwa Neguiesco, Menteri Keuangan Rumania, sedang berada
dalam posisi sulit. Persetujuan pemberian pinjaman ini akan membuatnya jadi
pahlawan di mata Ionescu.
"Mereka takkan mengumumkannya sebelum besok pagi," kata Mary. Dia
duduk, sibuk berpikir. "Saya ingin Anda mengatur pertemuan antara saya
dengan Neguiesco pagi ini."
"Anda ingin saya ikut hadir?"
"Tidak. Saya akan menanganinya sendiri."
Dua jam kemudian, Mary telah duduk di ruang tamu kantor Menteri
Keuangan Rumania. Wajah Neguiesco bersinar-sinar. "Anda pasti punya berita
baik untuk saya, ya?"
"Saya khawatir, kenyataannya tidak begitu," kata Mary dengan nada
kecewa. Dilihatnya senyum Neguiesco menghilang dari wajahnya.
"Apa Setahu saya, pinjaman itu sudahapa istilahnya?'ada di tangan'
Mary mendesah. "Setahu saya juga begitu, Pak Menteri."
"Apa yang terjadi? Apa yang keliru?" Wajahnya tiba-tiba berubah jadi
kelabu.
Mary mengangkat bahu. "Saya tak tahu."
"Saya telah berjanji pada Presiden..." Kata-katanya terhenti, ketika implikasi
berita itu benar-benar mulai disadarinya. Dipandangnya Mary dan dia berkata
dengan suara serak, "Presiden Ionescu takkan suka ini. Apakah tak ada
sesuatu yang bisa Anda lakukan?"
Mary berkata dengan sungguh-sungguh, "Saya pun sama kecewanya
dengan Anda, Bapak Menteri. Pengambilan suara berjalan lancar sampai salah
seorang senator mengemukakan fakta bahwa sejumlah pastor Rumania telah
ditolak permohonan visanya untuk mengunjungi gereja-gereja di Utah.
Senator itu orang Mormon, dan dia merasa sakit hati."
"Sejumlah pastor?" Suara Neguiesco naik satu oktaf. "Maksud Anda
pengambilan suara itu gagal hanya karena ada seorang senator dan...?"
"Itu yang saya ketahui."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
23
Mary tak bisa mengusir bayang-bayang Dr. Louis Desforges dari pikirannya.
Pria itu telah menyelamatkan nyawanya, dan kemudian menghilang begitu
saja. Mary senang karena bisa bertemu kembali dengannya. Tanpa berpikir
panjang, Mary pergi ke American Dollar Shop dan membeli sebuah mangkuk
perak yang indah, yang kemudian dikirimkannya ke Kedutaan Prancis. Sebuah
tanda ucapan terima kasih yang menurut pertimbangannya cukup memadai,
mengingat apa yang telah dilakukan pria itu.
Sorenya, Dorothy Stone berkata, "Dr. Desforges menelepon. Apakah Anda
ingin bicara sendiri dengannya?"
Mary tersenyum. "Ya." Diangkatnya pesawat telepon. "Selamat sore."
"Selamat sore, Madam Ambasador." Suaranya yang beraksen Prancis
terdengar riang. "Saya menelepon untuk mengucapkan terima kasih atas
hadiah Anda yang amat berharga itu. Sungguhpoun begitu, sebetulnya itu
tidak perlu. Saya cukup senang jika bisa menolong Anda bukan sekadar
menolong,"
"Seandainya ada suatu cara, sehingga Saya bisa menunjukkan betapa saya
sangat berterima kasih...."
Hening sejenak. "Sudikah Anda..." Dia ber-henti.
"Ya?" Mary menukas.
"Ah, tidak, tidak penting." Suranya tiba-tiba terdengar malu.
"Katakan saja."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bapak Presiden..."
"Kebijaksanaan kami terhadap orang-orang Yahudi lebih lunak
dibandingkan dengan Negeri-negeri Tirai Besi lainnya. Di tahun 1967, selama
perang Arab-Israel, Uni Soviet dan semua negara Blok Timur, kecuali Rumania,
memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel."
"Saya tahu, Bapak Presiden, tapi..."
"Apakah Anda sudah mencicipi kaviar? Ini Beluga segar."
Dr. Louis Desforges telah menawarkan diri untuk menjemput Mary, tapi
Mary telah mengatur agar Florian yang mengantarkannya ke Restoran Taru.
Dia telah menelepon Dr. Louis Desforges, mengabarkan bahwa dia akan
terlambat beberapa menit. Dia harus kembali ke Kedutaan untuk memasukkan
laporan mengenai pembicaraannya dengan Presiden Ionescu ke dalam file.
Gunny sedang bertugas. Serdadu marinir itu memberi hormat dan membuka
pintu. Mary masuk ke kantornya dan menyalakan lampu. Dia berdiri kaku di
ambang pintu. Di dinding, seseorang telah menyemprotkan cat merah dan
menulis, PULANGLAH SEBELUM KAU MATI. Mary mundur. Wajahnya pucat-
pasi. Dia lari sepanjang lorong, ke arah meja resepsionis.
Gunny berdiri tegak. "Ya, Madam Ambasador?"
"Gunny... oh... si... siapa yang telah masuk ke kantorku?" tanya Mary.
"Mengapa? Tak ada siapa-siapa setahu saya."
"Coba lihat daftarmu." Mary berusaha keras agar suaranya tidak terdengar
gemetar.
"Baik, Madam."
Gunny mengambil Daftar Tamu dan menyerahkannya pada Mary. Setiap
nama dibubuhi keterangan waktu ketika masuk ke Kedutaan. Mary mulai dari
pukul 17.30, saat ketika dia meninggalkan kantornya, dan menelusuri daftar
itu. Ada selusin nama.
Mary menatap serdadu marinir itu. "Orang-orang dalam daftar iniapakah
mereka dikawal ketika pergi ke kantor-kantor yang mereka tuju?"
"Selalu, Madam Ambasador. Tak seorang pun diizinkan pergi ke lantai dua
tanpa pengawalan ketat. Ada sesuatu yang terjadi?"
Ya, sesuatu yang sangat serius. Mary berkata, "Suruh seseorang ke
kantorku, dan membersihkan cat sialan di dinding itu."
Mary segera bergegas keluar, khawatir dirinya akan jatuh sakit. Teleks itu
bisa menunggu sampai besok pagi.
Dr. Louis Desforges sudah menanti Mary ketika dia tiba di restoran. Dia
berdiri ketika Mary melangkah ke arah mejanya.
"Maaf, saya terlambat." Mary berusaha agar suaranya terdengar wajar.
Pria itu menarikkan kursi untuknya. "Tak apa-apa. Saya telah menerima
pesan Anda. Anda baik sekali bersedia menemani saya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
24
Pukul delapan lewat empat puluh lima menit keesokan harinya, ketika Mary
sedang memimpin rapat, Dorothy Stone menerjang masuk ke ruangan dan
berseru, "Anak-anak diculik!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Well, 'melakukan apa saja' jelas belum cukup," sembur Mary. "Saya
perintahkan seorang serdadu marinir berjaga di depan pintu kantor saya,
setiap malam. Mengerti?"
"Ya, Madam Ambasador. Akan saya sampaikan pada Kolonel McKinney."
"Tak usah repot-repot. Saya sendiri yang akan menyampaikannya."
Mary memperhatikan Mike Slade ketika pria itu meninggalkan kantornya,
dan tiba-tiba dia punya firasat bahwa Mike Slade sebetulnya tahu siapa orang
yang mengancamnya itu. Jangan-jangan justru Mike Slade sendiri.
Kolonel McKinney meminta maaf. "Percayalah, Madam Ambasador, saya pun
sama jengkelnya dengan Anda. Saya akan meningkatkan pengawasan di
koridor dan akan saya perintahkan penjaga mengawasi pintu masuk kantor
Anda selama dua puluh empat jam penuh."
Mary tak mau dibujuk. Seseorang di dalam kedutaan itu bertanggung jawab
atas apa yang terjadi.
Kolonel McKinney adaiah staf inti Kedutaan Amerika.
Mary mengundang Louis Desforges makan malam di kediamannya, bersama
kira-kira dua belas tamu lainnya. Dan, ketika tamu-tamu lain telah pulang,
Louis berkata, "Bolehkah aku naik ke atas sebentar untuk menjenguk anak-
anak?"
"Mungkin mereka sudah tidur, Louis."
"Aku takkan membangunkan mereka," janjinya. "Aku cuma ingin melihat
mereka."
Mary naik menemaninya dan memperhatikan pria itu dari ambang pintu,
asyik memandangi Tim yang sedang tidur pulas.
Beberapa saat kemudian Mary berbisik, "Kita ke kamar Beth, yuk."
Mary membawa tamunya ke kamar tidur lain di koridor itu, dan membuka
pintunya. Beth tidur meringkuk, dan selimutnya berantakan. Pelan-pelan Louis
mendekatinya dan dengan lembut membetulkan selimut itu. Dia berdiri di
sana, matanya terpejam. Akhirnya, cukup lama kemudian, dia berbalik dan
keluar dari kamar itu.
"Anak-anak yang manis," bisik Louis. Suaranya serak.
Mereka berdiri berhadapan, dan terasa ada arus kuat di antara mereka. Pria
itu kini tak bisa berpura-pura lagi.
Pasti akan terjadi juga, pikir Mary. Kami tak mungkin menghentikannya.
Dan, keduanya berpelukan, dan bibir pria itu menciumnya dengan penuh
nafsu.
Akhirnya Louis melepaskan pelukannya. "Seharusnya aku tak datang. Kau
tahu apa yang kulakukan, kan? Aku mencoba menghidupkan masa laluku." Dia
diam sejenak. "Atau, justru masa depanku. Siapa tahu?"
Mary berkata lembut, "Aku tahu."
David Victor, Konsul Perdagangan, menerobos masuk ke kantor Mary
dengan tergesa-gesa. "Ada kabar buruk. Saya baru saja mendengar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sepuluh menit kemudian, Mary bicara dengan Jenderal Ralph Zukor, Kepala
Staf Angkatan Udara, di Washington.
"Selamat pagi, Madam Ambasador. Well, ini suatu kejutan yang
menyenangkan. Saya dan istri saya adaiah pengagum Anda. Bagaimana...?"
"Jenderal, saya membutuhkan bantuan Anda."
"Katakan saja. Apa pun yang Anda inginkan."
"Saya membutuhkan jet Anda yang paling cepat."
"Maaf?"
"Saya membutuhkan sebuah jet untuk menerbangkan sejumlah serum ke
Bucharest. Sekarang juga."
"Oh!"
"Bisakah?"
"Well, ya. Saya terangkan apa yang harus Anda kerjakan. Anda harus
mendapat izin dari Menteri Pertahanan. Ada sejumlah formulir yang harus
Anda isi. Satu copy Anda kirimkan pada saya, copy satunya disimpan
Departemen Pertahanan. Kami akan meneruskannya ke..."
Mary mendengarkan, tak sabar. "Jenderal... saya akan menerangkan apa
yang harus Anda lakukan. Anda harus berhenti bicara dan segera menyiapkan
jet itu. Jika..."
"Tak ada cara untuk..."
"Nyawa seorang anak lelaki menjadi taruhannya. Dan anak itu kebetuian
adaiah putra Presiden Rumania."
"Maaf, tapi saya tak punya wewenang..."
"Jenderal, jika anak itu mati gara-gara sejumlah formulir yang tidak diisi,
saya akan mengadakan jumpa pers yang paling besar yang pernah Anda lihat.
Akan saya beberkan bagaimana Anda telah menyebabkan kematian putra
Ionescu."
"Saya tak mungkin memerintahkan pelaksanaan operasi ini tanpa izin dari
Gedung Putih. Jika..."
Mary membentak. "Cari izin itu. Serumnya telah siap menunggu di Atlanta
Airport. Dan, Jenderalsetiap menit yang terbuang berarti terancamnya
nyawa putra Presiden Rumania."
Mary memutuskan hubungan, dan duduk terhenyak sambil berdoa diam-
diam.
"Jelas sekali. Tapi kita masih bisa cari jalan lain. Sambungkan dengan
Stanton Rogers."
Lima menit kemudian Jenderal Ralph Zukor telah berbicara dengan
Penasihat Presiden untuk Masalah-masalah Luar Negeri. "Saya hanya akan
melaporkan bahwa ada permintaan, dan tentu saja permintaan itu telah saya
tolak. Jika..."
Stanton Rogers berkata, "Jenderal, berapa lama waktu yang Anda butuhkan
untuk menerbangkan SR-71 ?"
"Sepuluh menit, tapi..."
"Kerjakan."
Sistem saraf Nicu Ionescu telah terkena. Dia terbaring tak sadarkan diri,
pucat dan berkeringat, hidungnya dihubungkan ke alat pernapasan. Tiga
dokter mengerumuninya.
Presiden Ionescu masuk ke kamar putranya. "Apa yang terjadi?"
"Yang Mulia, kami sudah menghubungi kolega-kolega kami di seluruh Eropa
Timur dan Eropa Barat. Tak ada yang punya persediaan antiserum."
"Bagaimana dengan Amerika Serikat?"
Dokter itu mengangkat bahu. "Waktu kita berhasil mengatur agar seseorang
bersedia menerbangkan serum ke sini..." Dia berhenti, lalu melanjutkan
dengan nada hati-hati, "...saya khawatir, akan sudah terlambat."
Ionescu berjalan ke tempat tidur dan menggenggam tangan putranya.
Tangan itu lembab dan basah. "Kau takkan mati, Anakku," tangisnya. "Kau tak
boleh mati."
Ketika jet itu mendarat di Atlanta International Airport, sebuah Limousine
Angkatan Udara telah menunggu dengan serum anti keracunan makanan,
dikemas dalam es. Tiga menit kemudian, jet itu mengudara lagi, ke arah timur
laut.
SR-71, jet supersonik milik Angkatan Udara Amerika, terbang dengan
kecepatan tiga kali kecepatan suara. Di atas Atlantik, kecepatannya dikurangi
sedikit untuk mengisi bahan bakar. Jarak empat ribu mil ke Bucharest
ditempuhnya dalam waktu dua jam lebih sedikit.
Kolonel McKinney telah menanti di bandara. Pengawal dari satuan millter
melancarkan jalan ke Istana Kepresidenan.
Mary tetap tinggal di kantornya malam itu, mengikuti laporan terakhir dari
menit ke menit. Laporan terakhir masuk pukul enam pagi.
Kolonel McKinney menelepon. "Mereka telah menyuntikkan serum itu. Kata
dokter, anak itu bisa diselamatkan.
"Terima kasih, ya, Tuhan."
Dua hari kemudian, seuntai kalung bertatahkan berlian dan zamrud
dikirimkan ke kantor Mary dengan sebuah pesan:
"Tak mungkin saya ungkapkan betapa saya sangat berterima kasih pada
Anda.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Alexandros Ionescu"
"Astaga!" Seru Dorothy ketika melihat kalung itu. "Harganya paling sedikit
setengah juta dollar."
"Ya," kata Mary. "Kembalikan."
Esok paginya, Presiden Ionescu memanggil Mary.
Seorang ajudan Presiden menyambutnya. "Presiden telah menunggu di
kantor beliau."
"Bolehkah saya menengok Nicu dulu?"
"Tentu saja." Diantarkannya Mary ke lantai atas.
Nicu berbaring sambil membaca. Dia mendongak ketika Mary masuk.
"Selamat pagi, Madam Ambasador,"
"Selamat pagi, Nicu."
"Ayah menceritakan apa yang telah Anda lakukan. Saya ingin mengucapkan
terima kasih pada Anda."
Mary berkata, "Saya tak mungkin membiarkan kau mati. Saya
menyelamatkanmu demi. Beth, suatu saat kelak."
Nicu tertawa. "Ajak dia kemari, supaya kami bisa mengobrol."
Presiden Ionescu telah menunggu Mary di bawah. Dia bicara tanpa basa-
basi, "Anda mengembalikan hadiah saya."
"Ya, Yang Mulia."
Dia menunjuk sebuah kursi. "Duduklah." Dia memandangi Mary sejenak.
"Apa yang Anda inginkan?"
Mary menjawab, "Saya tidak memperdagangkan nyawa seorang anak."
"Anda telah menyelamatkan nyawa anak saya. Saya harus memberi sesuatu
pada Anda."
"Anda tidak berutang apa-apa, Yang Mulia."
Ionescu meninju meja dengan kepalan tangannya. "Saya tak mau berutang
pada Anda. Sebut saja berapa yang Anda minta."
Mary berkata, "Yang Mulia, tak ada hubungannya dengan masalah berapa.
Saya sendiri punya dua anak. Saya bisa mengerti bagaimana perasaan Anda."
Ionescu memejamkan matanya. "Oh, ya? Nicu adaiah anak saya satu-
satunya. Jika sesuatu terjadi atasnya..." Dia terhenti, tak kuasa melanjutkan.
"Saya sempat menjenguknya tadi. Dia sudah kelihatan segar." Mary bangkit.
"Jika tak ada yang lainnya Yang Mulia, saya banyak urusan di Kedutaan." Mary
beranjak pergi.
"Tunggu!"
Mary berpaling.
"Anda tak bersedia menerima hadiah?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mary, di Time minggu lalu ada artikel panjang-lebar tentang kau, lengkap
dengan fotomu dan foto anak-anak. Namamu ada di majalah-majalah di sana.
Ketika Stanton Rogers mengadakan konferensi pers tentang masalah-masalah
luar negeri, dia menyebut-nyebut kau dan menjadikanmu contoh keberhasilan.
Presiden pun suka menyebut-nyebut kau. Pokoknya, namamu menjadi buah
bibir di mana-mana."
"Kurasa aku ketinggalan zaman," kata Mary
Diingatnya apa yang dikatakan Stanton: Presiden sendiri yang
memerintahkan publikasi ini.
"Berapa lama kalian bisa tinggal di sini?" tanya Mary.
"Aku sih mau saja tinggal selamanya di sini, tapi rencana kami cuma tiga
hari, lalu kami langsung pulang ke Amerika."
Douglas bertanya, "Bagaimana kabarmu, Mary? Maksudkukau tahutanpa
Edward?"
"Baik-baik saja," kata Mary pelan. "Tiap malam aku bicara padanya. Apa itu
gila?"
"Tidak, tidak persis begitu."
"Rasanya seperti di neraka. Tapi aku terus berusaha. Aku terus berusaha."
"Apakah kau sudah menemukanerseseorang?" Florence bertanya hati-
hati.
Mary tersenyum. "Sejujurnya, mungkin sudah. Kalian akan kuperkenalkan
padanya nanti malam."
Pasangan Schiffer segera akrab dengan Dr. Louis Desforges. Mereka telah
mendengar bahwa pria Prancis biasanya angkuh dan snobbish, tapi Louis lain
orangnya hangat, ramah, dan terbuka. Dia dan Douglas asyik berdiskusi
tentang masalah-masalah kedokteran. Malam itu menjadi salah satu malam
yang paling indah bagi Mary, sejak kedatangannya di Bucharest. Sejenak Mary
merasa aman dan santai.
Pukul sebelas malam, pasangan Schiffer mengundurkan diri ke kamar yang
telah disiapkan untuk mereka di lantai atas, sementara Mary mengantarkan
Louis sampai ke pintu.
Kata pria itu, "Aku suka kawan-kawanmu. Mudah-mudahan kami bisa
bertemu lagi."
"Mereka juga menyukaimu. Mereka akan kembali ke Kansas lusa," kata
Mary.
Louis memandangnya dalam-dalam. "Mary kau tidak ikut puiang, kan?"
"Tidak," kata Mary. "Aku tetap di sini."
Pria itu tersenyum. "Bagus." Dia ragu-ragu, kemudian berkata dengan
tenang, "Akhir pekan ini aku akan berlibur ke pegunungan. Alangkah
senangnya aku jika kau mau menemaniku."
"Ya."
Ternyata hanya sesederhana itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Malamnya, Mary berbicara pada Edward. Sayangku, aku akan selalu dan
akan tetap mencintaimu, seperti cintaku selalu padamu, tapi aku tak boleh
mengharapkanmu lagi. Sudah waktunya aku memulai hidup baru. Kau akan
tetap menjadi bagian hidupku, tapi akan datang seorang pria lain mengisi
kekosongan ini. Louis bukan kau, tapi Louis. Dia kuat, dia baik, dan dia tabah.
Rasanya aku seperti menemukan pengganti diri-mu. Tolonglah mengerti diriku,
Edward. Oh, Edward...
Mary mengantarkan pasangan Schiffer melihat-lihat kota Bucharest, dan
membuat hari-hari mereka di Rumania benar-benar terisi padat. Tiga hari
berlalu cepat sekali, dan ketika mereka meninggalkannya, Mary merasa
kesepian, merasa dirinya tercerabut dari akar keberadaannya, dan sekali lagi
terlempar ke tanah yang asing dan penuh bahaya itu.
Mary sedang menikmati kopi pagi bersama Mike Slade, sambil
mendiskusikan acara hari itu.
Akhirnya, Mike berkata, "Saya mendengar desas-desus."
Mary telah mendengar kabar itu pula. "Tentang Ionescu dan simpanannya
yang baru? Kelihatannya dia..."
"Tentang Anda."
Tubuhnya menjadi kaku. "Oh, ya? Desas-desus apa?"
"Bahwa Anda sering berkencan dengan Dr. Louis Desforges."
Mary marah sekali. "Dengan siapa saya berkencan bukanlah urusan Anda."
"Saya tak setuju, Madam Ambasador. Itu menjadi urusan setiap orang di
Kedutaan. Kita punya aturan ketat, kita tak boleh terlibat dengan orang asing,
dan dokter itu orang asing. Dia juga seorang agen musuh."
Mary hampir tak kuasa bicara karena marahnya. "Tidak masuk akal!"
semburnya. "Apa yang Anda ketahui tentang Dr. Louis Desforges?"
"Ingatlah bagaimana Anda bertemu dengannya pertama kali," kata Mike
Slade. "Seorang wanita yang malang dan pahlawan yang datang
membebaskannya. Itu tipuan yang paling kuno saya sendiri pernah
mempraktekkannya."
"Saya tak peduli apa yang pernah dan belum pernah Anda lakukan," Mary
menyela jengkel "Dia jauh lebih baik daripada Anda. Dia pernah bertempur
melawan teroris di Aljazair mereka membunuh istri dan kedua anaknya
Mike berkata ringan, "Menarik sekali. Saya sudah mempelajari file tentang
dia. Dokter Anda itu tak pernah punya anak dan istri."
25
Mereka berhenti untuk makan siang di Timisoara dalam perjalanan ke
Pegunungan Carpathia. penginapannya bernama Hunter's Friday, dengan
dekorasi mirip gudang anggur di abad pertengahan.
"Hidangan khas di sini adaiah daging binatang buruan," kata Louis pada
Mary. "Saya usulkan kita pilih venison"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Boleh." Dia belum pernah makan venison. Daging rusa itu benar-benar
lezat.
Louis memesan sebotol Zghihara, anggur putih buatan lokal. Terasa oleh
Mary, betapa Louis nampak percaya diri, nampak tenang dan bisa dipercaya.
Dan Mary merasa aman di sampingnya.
Dia menjemput Mary di suatu tempat di kota, jauh dari Kedutaan Amerika.
"Lebih baik tak ada yang tahu ke mana kau pergi," katanya, "kalau tidak, kita
akan jadi bahan omongan semua diplomat di kota ini."
Terlambat, pikir Mary pahit.
Louis meminjam mobil kawannya di Kedutaan Prancis. Pelatnya berwarna
hitam-putih, berbentuk oval, dan dimulai dengan CD.
Mary tahu bahwa pelat nomor berguna bagi polisi lalu-lintas. Orang-orang
asing diberi pelat nomor yang dimulai dengan angka dua belas. Pelat yang
berwarna kuning hanya untuk mobil pejabat.
Sesudah makan siang, mereka berangkat lagi. Mereka melewati petani-
petani yang mengendarai kereta yang masih primitif, terbuat dari cabang-
cabang pohon yang dianyam, mereka juga melihat karavan-karavan kaum
gipsy.
Louis seorang pengemudi yang mahir. Mary memandanginya dari samping,
sambil mengulang-ulang kata-kata Mike Slade dalam hati: Saya sudah
mempelajari file tentang dia. Dokter Anda itu tak pernah punya anak dan istri.
Dia juga seorang agen musuh.
Mary tak mempercayai Mike Slade. Setiap insting dalam tubuhnya
mengatakan pria itu berbohong. Bukan Louis yang menyelinap ke dalam
kantornya dan mencoretkan ancamannya di dinding dengan cat merah. Pasti
orang lain yang mencoba mengancamnya. Mary percaya sepenuhnya pada
Louis. Tak seorang pun bisa berpura-pura, ketika aku melihat betapa emosi
yang dalam tergambar di wajahnya waktu dia bermain-main dengan anak-
anak. Tak seorang pun bisa berakting sebagus itu. Udara makin sejuk dan
tipis, ladang-ladang sayuran serta pohon-pohon ek berganti peman-dangan
dengan pohon-pohon ash, cemara, dan fir.
"Banyak binatang buruan di daerah ini," kata Louis. "Babi hutan, rusa kerdil,
anjing hutan, serigala, dan chamois rusa hitam yang bulunya lembut
sekali."
"Aku belum pernah berburu."
"Suatu hari kelak mungkin aku akan mengajakmu."
Gunung-gunung di depan sana persis seperti yang dilihat Mary di kartu pos-
kartu pos bergambar tentang Pegunungan Alpen di Swiss. Puncak-puncak
gunung itu tertutup kabut dan awan. Sepanjang jalan mereka melewati hutan-
hutan yang menghijau dan padang-padang rumput yang berhiaskan sapi-sapi
yang asyik merumput. Awan es di atas sana bagaikan baja yang berkilauan,
dan Mary merasa, bila dia mengulurkan tangan meng-gapainya, awan itu akan
melekat di ujung jarinya, bagaikan logam dingin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hari sudah gelap ketika mereka sampai ke tujuan, Cioplea, sebuah dusun
yang indah di pegunungan. Penginapan mereka adalah sebuah tiruan kastil
kecil. Mary menunggu di mobil sementara Louis memesan kamar untuk
mereka berdua.
Seorang pelayan yang sudah tua mengantar mereka ke suite yang telah
dipesan. Suite itu dilengkapi dengan sebuah kamar tamu yang sedang luasnya,
nyaman, dan perabotannya sederhana. Lalu ada kamar tidur, kamar mandi,
dan teras yang membuka ke arah pemandangan pegunungan yang luar biasa
indahnya.
"Untuk pertama kalinya dalam hidupku," desah Louis, "aku berharap bisa
jadi pelukis."
"Pemandangannya memang indah sekali." Pria itu berjalan mendekatinya.
"Bukan itu. Maksudku, aku ingin melukismu."
Mary mendapati dirinya berkata dalam hati: Aku merasa seperti gadis tujuh
belas tahun yang pergi kencan untuk pertama kali. Aku gugup.
Pria itu memeluknya erat-erat. Mary menyembunyikan kepalanya di
dadanya, dan bibir Louis pun melumat bibirnya, dan tangan Louis
mengelusnya, dan membawa tangan Mary ke kejantanannya yang mengeras,
dan Mary pun lupa segalanya, kecuali apa yang sedang terjadi pada dirinya..
Ada dambaan yang meletup-letup dalam dirinya, bukan sekadar gairah
seksual. Kerinduan akan seseorang untuk memeluknya, menghiburnya,
melindunginya, dan meyakinkannya bahwa kini. dia tak sendiri lagi. Mary
mendambakan Louis dalam dirinya, ingin dia bersatu, menjadi satu jiwa dan
raga dengannya.
Mereka pindah ke tempat tidur yang besar, dan Mary merasakan bagaimana
lidah pria itu menelusuri tubuhnya yang tanpa busana, makin lama makin ke
bawah, sampai akhirnya dirasakannya Louis di dalam tubuhnya. Mary menjerit
keras jeritan yang penuh dambaan yang lama terpendam di bawah sadarnya,
dan akhirnya dia mendesah lega ketika mencapai puncak kebahagiaan. Sekali
lagi, dan sekali lagi, sampai rasa kebahagiaan itu tak tertahankan lagi.
Louis pandai bercinta. Dia pria yang luar biasa, lembut dan penuh perhatian,
tapi bisa juga penuh gairah dan penuh damba. Lama kemudian, akhirnya
keduanya terbaring puas. Mary meringkuk dalam pelukan Louis yang hangat,
dan mereka pun berbincang-bincang.
"Aneh," kata Louis. "Aku merasa diriku utuh lagi. Sejak Renee dan anak-
anak terbunuh, aku bagaikan hidup dalam bayang-bayang, mengembara tanpa
arah."
Aku juga, pikir Mary.
"Aku benar-benar kehilangan dia, dalam segala hal yang penting, tapi juga
dalam hal-hal yang sebelumnya tak pernah kubayangkan. Aku merasa tak
berdaya tanpa dia. Yah, hal-hal sepele. Aku tak bisa memasak, tak bisa
mencuci baju, bahkan menata tempat tidur pun aku tak bisa. Laki-laki
memang maunya tahu beres saja."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Louis, aku juga merasa tak berdaya. Edward adaiah payungku, dan ketika
hujan turun dan dia tak ada untuk melindungiku, aku pun rasanya bagai
tenggelam ditelan banjir."
Mereka tidur.
Mereka bercinta lagi, pelan dan penuh kelembutan kini. Gairah yang
meledak-ledak telah terpuaskan tadi, yang tinggal adaiah kelembutan dan
kehalusan.
Kebahagiaan itu hampir sempurna. Hampir. Karena dalam benak Mary
terngiang-ngiang pertanyaan yang ingin ditanyakannya, tapi tak berani
dikemukakannya: Apakah kau punya anak dan istri, Louis?
Mary sadar, begitu pertanyaan itu diucapkannya, hubungan mereka akan
putus. Louis takkan memaafkan kalau Mary meragukan kesungguhannya.
Persetan Mike Slade, pikirnya. Persetan dengannya.
Louis menatapnya. "Apa yang kaupikirkan?"
"Tak ada, Sayang."
Apa yang sedang kaulakukan di lorong yang gelap itu ketika mereka
mencoba menculikku, Louis?
Mereka makan malam di teras luar, dan Louis memesan Cemurata,
minuman strawberry yang dihasilkan dusun di pegunungan itu.
Hari Sabtu mereka naik kereta gantung ke puncak gunung. Kembali dari
sana keduanya berenang di kolam renang tertutup, bercinta di dalam sauna
yang khusus mereka sewa, dan main bridge dengan pasangan Jerman yang
sedang berbulan madu.
Malamnya, mereka bermobil ke Eintrul, sebuah restoran terpencil di
pegunungan. Makan malam disajikan dalam ruangan yang luas, dengan
perapian terbuka, dan potongan-potongan kayu yang menyala menebarkan
kehangatan. Tempat-tempat lilin kuno dari kayu tergantung di langit-langit,
dan berbagai kepala binatang menghiasai dinding di atas perapian. Ruangan
luas itu hanya diterangi sinar lilin, dan lewat jendela mereka bisa menikmati
pemandangan bukit-bukit berselimut salju di luar sana. Suasana yang tepat,
tempat yang tepat, dan pasangan yang serasi. Dan akhirnya, tibalah saat
untuk pulang. Terlalu cepat rasanya.
Sudah waktunya kembali ke dunia nyata, pikir Mary. Dan apakah dunia
nyata itu? Sebuah tempat yang penuh ancaman, penculikan, dan graffiti yang
mengerikan yang dicoretkan dengan cat merah di dinding kantornya.
Perjalanan pulang amat menyenangkan. Gairah seksual yang tertahan-tahan
waktu berangkat telah terpuaskan. Sebagai gantinya, keduanya merasa santai
dan merasa menyatu. Louis adaiah seorang teman yang menyenangkan dan
memberi rasa aman.
Mendekati kota Bucharest, mereka melewati padang-padang yang penuh
ditanami bunga matahari. Bunga-bunga itu mekar indah dan mengarahkan
kelopaknya menghadap matahari.
Itulah aku, pikir Mary bahagia. Kini aku pun telah menemukan matahariku.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beth dan Tim sudah menanti-nanti kedatangan ibu mereka. "Mama akan
menikah dengan Dr. Louis?" tanya Beth.
Mary terpana. Anak-anaknya telah mengucapkan pertanyaan yang bahkan
dia sendiri pun tak berani memikirkannya. "Well, benarkah, Mama?"
"Mama belum tahu," jawabnya hati-hati. "Apakah kalian akan keberatan?"
"Dia bukan Papa," kata Beth perlahan, "tapi Tim dan aku telah mengambil
suara. Kami suka padanya."
"Mama juga," sambut Mary bahagia. "Mama juga."
Mary menerima selusin mawar merah dengan kartu bertuliskan: Terima
kasih untukmu.
Mary membacanya. Dan menduga-duga, apakah Louis juga suka
membelikan bunga untuk Renee. Dan bertanya-tanya dalam hati, benarkah
ada Renee dan dua putri mereka? Dan membenci dirinya sendiri karena pikiran
itu. Mengapa Mike Slade membohonginya seperti itu? Tak ada cara untuk
mengecek kebenarannya. Tepat pada saat itu, Eddie Maltz, Konsul Politik dan
agen CIA, masuk ke kantornya.
"Anda tampak segar, Madam Ambasador. Akhir pekan yang menyenangkan,
pasti."
"Ya, terima kasih."
Mereka mendiskusikan seorang kolonel yang mendekati Maltz untuk minta
suaka.
"Dia akan menjadi asset yang amat berguna bagi kita. Dia akan memberikan
berbagai informasi yang sangat berharga. Saya akan mengirim 'kawat hitam'
malam ini, tapi sebaiknya Anda sudah tahu lebih dulu supaya siap menerima
omelan Ionescu."
"Terima kasih, Tuan Maltz." Dia beranjak pergi.
Tanpa pikir panjang Mary berkata, "Tunggu. Sayasayabolehkah saya
minta tolong pada Anda?"
"Tentu saja."
Tiba-tiba Mary sadar, rasanya kikuk untuk melanjutkannya. "Ini... ini
sifatnya pribadi dan rahasia."
"Seperti motto kita, bukan?" Maltz tersenyum.
"Saya membutuhkan informasi mengenai Dr. Louis Desforges. Pernahkah
Anda dengar namanya?"
"Ya, Madam. Dia bertugas di Kedutaan Prancis. Apa yang ingin Anda ketahui
tentang dia?"
Lebih sulit dari yang diduganya. Ini seperti sebuah pengkhianatan, rasanya.
"Sayasaya ingin tahu, apakah Dr. Louis Desforges pernah menikah dan
punya dua putri. Apakah Anda bisa mendapatkan informasi itu?"
"Apakah dua puluh empat jam terlalu lama?" tanya Maltz.
"Tidak. Terima kasih.''
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mary berbaring dengan pikiran melayang-layang. Dia akan tidur saja dan tak
menghadiri jamuan itu. Duta Besar Cina akan menyambut tamu-tamunya
sambil gelisah menantikan kehadirannya. Akhirnya jamuan makan itu terpaksa
dimulai. Duta Besar Amerika tidak hadir. Itu berarti suatu penghinaan dengan
sengaja. Cina akan kehilangan muka. Duta Besar Cina akan mengirim kawat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hitam, dan bila kawat itu sampai ke tangan Perdana Menteri, dia akan marah
sekali. Dia akan menelepon Presiden Amerika Serikat untuk mengajukan
protes. "Anda dan siapa saja tak berhak memaksa duta besar saya untuk
menghadiri suatu jamuan makan malam," Presiden Ellison akan berteriak.
Perdana Menteri akan membalas membentak, "Tak seorang pun boieh
menghina saya. Kami sudah punya bom atom sekarang, Tuan Presiden." Dua
pemimpin negara itu akan memencet tombol perang nuklir, dan hujan bom
atom akan menghancurkan kedua negara itu.
Mary bangkit dan berpikir dengan enggan: Sebaiknya aku pergi ke pesta
sialan itu.
Malam itu segalanya tampak kabur di mata Mary. Wajah-wajah para
diplomat yang telah dikenalnya. Bahkan mereka yang duduk semeja
dengannya pun tak bisa diingatnya dengan jelas. Ingin benar rasanya segera
lari pulang.
Ketika Florian mengantarkannya kembali ke kediaman resminya, Mary
tersenyum bagai dalam mimpi: Apakah Presiden Ellison sadar, malam ini aku
telah berhasil mencegah meletusnya perang nuklir?
Esok paginya ketika masuk ke kantor, Mary merasa keadaannya makin
memburuk. Kepalanya sakit, dari rasanya seperti mau pingsan. Satu-satunya
yang membuatnya gembira adaiah laporan Eddie Maltz. Agen CIA itu
melaporkan, "Saya sudah memperoleh informasi yang Anda minta. Dr. Louis
Desforges pernah menikah selama tiga belas tahun. Istrinya bernama Renee.
Anaknya dua, perempuan semua, sepuluh dan dua belas tahun, Pliillipa dan
Genevieve. Mereka terbunuh di Aljazair, di tangan para teroris, mungkin
sebagai balas dendam terhadap dokter itu, yang secara diam-diam ikut aksi
pemberantasan teroris. Anda butuh informasi lebih lanjut?"
"Tidak," jawab Mary gembira. "Itu sudah cukup. Terima kasih."
Sambil menikmati kopi pagi, Mary dan Mike Slade mendiskusikan acara
kunjungan rombongan mahasiswa dalam waktu dekat ini.
"Mereka ingin bertemu dengan Presiden Ionescu
"Akan saya bantu semampu saya," kata Mary. Suaranya tak jelas.
"Anda baik-baik saja?"
"Saya hanya terlalu capek."
"Yang Anda butuhkan adaiah secangkir kopi. Akan saya buatkan. Tidak,
jangan memprotes."
Menjelang sore, Mary merasa makin tak keruan. Diteleponnya Louis dan
dibatalkannya janji makan malam mereka. Dia merasa tidak sehat dan tidak
siap menerima siapa pun. Ah, seandainya dokter Amerika itu sedang bertugas
di Bucharest. Tapi mungkin Louis bisa memeriksa apa penyakitnya. Jika tidak
bertambah baik, aku akan menelepon dia.
Dorothy Stone menyuruh perawat mengambilkan Tylenol dari apotek, tapi
tak ada gunanya
Sekretaris Mary cemas sekali. "Anda benar-benar sakit, Madam Ambasador.
Anda harus tidur."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika naik ke tempat tidur malam itu, Mary merasa tubuhnya makin panas.
Seluruh tubuhnya sakit. Aku benar-benar sakit, pikirnya. Rasanya aku hampir
mati. Dengan tenaga yang tersisa, ditariknya tali lonceng. Carmen muncul.
Aiangkah kagetnya dia waktu melihat Mary. "Madam Ambasador!
Apakah...?"
Suara Mary serak. "Suruh Sabina menelepon Kedutaan Prancis. Saya
membutuhkan Dr. Desforges...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mary merasa capek sekali untuk melanjutkan percakapan itu. Ingin rasanya
supaya Louis pergi saja. Dipejamkannya matanya.
Dengan lembut Louis mengguncang-guncang tubuhnya. "Mary, tahanlah.
Dengarkan aku." Ada nada mendesak dalam suaranya. "Apakah kau selalu
makan dengan seseorang tertentu?"
Mary mengerjap-ngerjap mengusir kantuknya. "Tidak." Mengapa dia
menanyakannya? "Virus," gumamnya.
"Pasti virus, bukan?"
Louis menarik napas dalam-dalam. "Bukan. Seseorang telah meracunimu."
Jawaban itu membuat Mary tersentak. Matanya terbelalak lebar-lebar. "Apa?
Aku tak percaya."
Pria itu mengerutkan keningnya. "Menurutku ini racun arsenikum, tapi
arsenikum tak dijual di Rumania."
Mary tiba-tiba merasa takut sekali. "Siapasiapa yang telah meracuniku?"
Louis meremas tangannya. "Sayangku, kau harus memeras otakmu. Kau
yakin, kau tak pernah melakukan sesuatu secara rutin, sehingga seseorang
bisa memberi makanan atau minuman yang sama setiap hari?"
"Tentu saja tidak," protes Mary lemah. "Sudah kukatakan, aku..." Kopi. Mike
Slade. Kopi seduhanku pasti istimewa. "Oh, Tuhan!"
"Apa?"
Mary berdehem, berusaha bicara sebaik-baiknya, "Mike Slade memberiku
kopi setiap pagi. Dia selalu sudah menungguku di kantor."
Louis terbelalak memandangnya. "Tidak. Tak mungkin Mike Slade. Apa
alasannya maka dia ingin membunuhmu?"
"Dia... dia ingin menyingkirkan aku."
"Kita bicarakan hal ini nanti saja," kata Louis mendesak. "Yang pertama
harus kita lakukan adaiah merawatmu. Sebenarnya aku ingin membawamu ke
rumah sakit di sini, tapi kedutaanmu pasti akan melarang. Aku akan
mengambil sesuatu untukmu. Aku akan segera kembali."
Mary terbaring nyalang, berusaha mencerna arti kata-kata Louis. Arsenikum.
Seseorang mencoba meracuniku dengan arsenikum. Apa yang Anda butuhkan
adaiah secangkir kopi. Akan membat Anda lebih tenang. Saya seduh sendiri.
Mary tak sadarkan diri, dan tersadar karena mendengar suara Louis. "Mary!"
Ia berusaha membuka matanya. Louis berdiri di samping tempat tidurnya,
sedang mengeluarkan jarum suntik dari tasnya.
"Halo, Louis. Aku lega kau bisa ke sini," gumam Mary.
Louis meraba tangannya dan menyuntikkan jarum itu. "Kuberi kau suntikan
Bal. Antidot untuk racun arsenikum. Nanti akan kuselang-seling dengan
Penicillamine. Besok pagi kusuntik sekali lagi. Mary?" Mary telah tertidur.
Esok paginya Dr. Louis Desforges menyuntik Mary, dan sekali lagi
malamnya. Efek obat itu luar biasa. Satu per satu gejala keracunan itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghilang. Esok harinya lagi, suhu badan Mary serta kerja organ-organnya
yang vital sudah kembali normal.
Louis sedang di kamar Mary, memasukkan jarum suntik ke dalam kantung
kertas, supaya tidak terlihat oleh para peiayan yang selalu ingin tahu. Mary
merasa tubuhnya lemah dan tenaganya habis terkuras, seperti kalau baru saja
sembuh dari sakit parah yang lama. Tapi kini, segala rasa nyeri dan tidak enak
itu telah hilang.
"Sudah dua kali kau menyelamatkan nyawaku."
Louis memandanginya dengan murung. "Sebaiknya kita bongkar siapa
pelakunya."
"Bagaimana caranya?"
"Aku sudah mengecek ke berbagai kedutaan. Tak ada di antara mereka
yang punya persediaan arsenikum. Tapi aku tak bisa menembus Kedutaan
Amerika. Aku ingin kau yang melakukannya untukku. Apa kau merasa kuat
untuk kembali ke kantor besok pagi?"
"Rasanya bisa."
"Aku ingin kau pergi ke apotek di kedutaanmu. Katakan kau butuh pestisida.
Bilang, kebunmu dirusak serangga. Mintalah Antrol. Obat pembasmi hama itu
mengandung arsenikum."
Mary memandangnya bingung. "Apa maksudmu?"
"Dugaanku, racun itu pasti diterbangkan kemari. Jika memang ada di
Bucharest, pastilah terselip di salah satu apotek kedutaan. Siapa pun yang
meminta racun harus menandatangani formulir tertentu. Jika kau
menandatangani permintaan untuk Antrol, lihat dalam daftar itu, nama siapa
yang tertera di sana...."
Gunny mengawal Mary. Dia berjalan sepanjang koridor, ke arah apotek.
Seorang perawat sedang bertugas di balik kawat pembatas.
Dia berpaling ketika melihat Mary. "Selamat pagi, Madam Ambasador. Anda
sudah sembuh?"
"Ya, terima kasih."
"Anda membutuhkan sesuatu?"
Mary menjadi gugup. "Tukangtukang kebun saya melaporkan, kebun kami
dirusak serangga. Apakah Anda punya pembasmi hama Antrol?"
"Tentu saja. Kami punya persediaan cukup," jawab perawat itu. Dia meraih
ke rak di belakangnya dan menurunkan sebuah kaleng berlabel racun. "Hama
semut yang mengamuk tidak biasa terjadi pada bulan-bulan ini." Dia
meletakkan selembar formulir di depan Mary. "Silakan menandatangani
formulir ini. Dan daftar ini. Antrol mengandung arsenikum.''
Mary terbelalak memandang daftar yang terbuka di depannya. Hanya ada
satu nama di situ.
Mike Slade.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
26
Ketika Mary berusaha menelepon Louis Desforges untuk melaporkan
penemuannya, teleponnya sedang sibuk. Dr. Louis Desforges sedang bicara
dengan Mike Slade. Instingnya mengatakan, dia harus melaporkan usaha
pembunuhan itu, tapi dia tak percaya bahwa Mike Slade adaiah pelakunya.
Akhirnya, diputuskannya untuk menelepon Mike dan bicara sendiri dengannya.
"Saya baru saja meninggalkan duta besar Anda," kata Louis Desforges. "Dia
akan tetap hidup."
"Well, itu berita gembira, Dokter. Ada apa sebenarnya?"
Louis menjadi hati-hati. "Seseorang sengaja meracuninya."
"Apa maksud Anda?" tanya Mike Slade mendesak.
"Saya kira Anda sudah tahu apa maksud saya."
"Tunggu! Anda hendak mengatakan bahwa sayalah yang bertanggung
jawab? Anda keliru. Anda dan saya sebaiknya bertemu muka. Kita bicara
empat mata, di tempat yang tak seorang pun bisa menguping. Bisakah Anda
menemui saya malam ini?"
"Jam berapa?"
"Saya ada acara sampai jam sembilan. Beberapa menit sesudah jam
sembilan di Baneasa Woods? Saya akan menunggu dekat air mancur dan
menjelaskan segalanya."
Louis Desforges ragu-ragu. "Baiklah. Saya akan temui Anda di sana."
Diletakkannya pesawat telepon dan berpikir: Tak mungkin Mike Slade berdiri di
belakang ini semua.
Ketika Mary mencoba menelepon Louis lagi, pria itu telah pergi. Tak seorang
pun tahu akan ke mana dia.
Mary dan anak-anaknya makan malam di rumah mereka.
"Mama kelihatan segar sekarang," kata Beth. "Kami khawatir sekali."
"Mama sudah sembuh, Sayang," Mary meyakinkan putrinya. Dan memang
benar begitu. Untung Tuhan mengirim Louis.
Mary tak bisa mengenyahkan Mike Slade dari pikirannya. Terngiang-ngiang
di telinganya kata-katanya: Ini kopi Anda. Saya seduh sendiri. Membunuhnya
pelan-pelan. Mary menggigil.
"Mama kedinginan?" tanya Tim.
"Tidak, Sayang."
Dia tak boleh melibatkan anak-anaknya pada masalah yang dihadapinya.
Apakah sebaiknya mereka kukirim pulang sebentar? pikir Mary. Mereka bisa
tinggal di rumah Florence dan Doug. Kemudian pikirnya lagi: Aku pun bisa
pulang bersama mereka. Tapi itu artinya pengecut dan kemenangan di pihak
Mike Slade dan pada siapa pun yang berdiri di belakangnya. Hanya satu orang
yang bisa membantunya. Stanton Rogers. Stanton pasti tahu, bagaimana
caranya menghukum Mike Slade.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi aku tak bisa menuduhnya tanpa bukti, dan bukti apa yang kumliki
Bahwa dia membuatkan aku kopi setiap pagi.
Tim sedang bicara padanya. ".. .jadi kami minta izin, boiehkah kami pergi
bersama mereka."
"Maaf, Sayang. Apa katamu?"
"Kubilang, Nikolai mengajak kami ikut berkemah bersama keluarganya akhir
pekan ini."
"Jangan!" Terlalu cepat dan kasar, padahal bukan maksudnya begitu. "Mama
ingin kalian selalu berada dekat rumah ini."
"Bagaimana kalau ke sekolah?" tanya Beth.
Mary ragu-ragu. Tak mungkin memenjarakan mereka di rumah ini, dan lagi
pula, Mary tak ingin anak-anaknya jadi takut.
"Ke sekolah tak apa-apa. Asalkan Florian yang mengantar dan menjemput
kalian. Tak boleh orang lain."
Beth menatapnya. "Mama, apa yang terjadi?"
Tak ada apa-apa, Sayang," jawab Mary cepat. "Mengapa kautanyakan itu?"
"Entahiah. Pokoknya aku tahu, pasti ada apa-apa."
"Ah, jangan ganggu Mama," kata Tim. "Dia baru sembuh dari flu Rumania."
Kalimat yang lucu, pikir Mary. Keracunan arsenikumflu Rumania.
"Kami mau nonton film malam ini. Boleh, kan?" tanya Tim.
"Mama, kami boleh nonton film malam ini?"
Mary mengoreksinya. "Apa itu berarti 'ya'?"
Mary tak punya rencana nonton film, tapi akhir-akhir ini dia jarang
berkumpul dengan anak-anaknya. Diputuskannya untuk menghibur mereka.
"Maksud Mama, ya'."
"Terima kasih, Madam Ambasador," teriak Tim. "Kuambil alatnya dulu, ya."
"Jangan, kau tak boleh. Yang terakhir dulu kan kau yang memilih. Boiehkah
kami nonton American Graffiti lagi?"
American Graffiti. Dan tiba-tiba Mary tahu, bukti macam apa yang akan
ditunjukkannya pada Stanton Rogers.
Tengah malam, Mary menyuruh Carmen memanggil taksi. "Anda tidak ingin
diantarkan Florian?" tanya Carmen. "Dia..."
"Tidak."
Ini harus dilakukan diam-diam.
Beberapa menit kemudian ketika taksi datang, Mary pun langsung naik.
"Kedutaan Amerika."
Sopir taksi itu menjawab. "Malam-malam begini pasti sudah tutup. Tak
seorang pun..." Dia berpaling dan mengenalinya. "Madam Ambasador! Ini
suatu kehormatan besar." Dia menjalankan mobilnya. "Saya mengenali Anda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
27
Di kedutaan Amerika, di Bubble Room, Mary sedang menelepon Stanton
Rogers lewat saluran khusus. Waktu itu pukul satu dini hari di Bucharest dan
pukul delapan pagi di Washington D.C. Mary tahu, sekretaris Stanton Rogers
selalu datang ke kantor pagi-pagi benar.
"Kantor Tuan Rogers."
"Ini Duta Besar Ashley. Saya tahu Tuan Rogers sedang mengikuti kunjungan
Presiden Ellison ke Cina, tapi saya punya urusan mendesak yang harus segera
saya sampaikan padanya. Bagaimana caranya saya bisa menghubunginya?"
"Maaf, Madam Ambasador. Jadwal acara beliau sering berubah-ubah. Saya
tak punya nomor telepon beliau."
Mary merasa hatinya kacau. "Kapan Anda akan menerima kabar dari Tuan
Rogers?"
"Sulit untuk mengetahui. Beliau dan Presiden jadwalnya amat penuh.
Mungkin seseorang di Departemen Luar Negeri bisa membantu Anda."
"Tidak," kata Mary seperti orang tolol. "Tak seorang pun bisa membantu
saya. Terima kasih."
Mary duduk sendirian di ruangan itu, memandang kosong ke depan,
dikelilingi segala macam alat elektronik yang paling canggih di dunia, tapi tak
satu pun dapat membantunya. Mike Slade telah berusaha membunuhnya. Dia
harus memberi tahu seseorang. Tapi siapa? Siapa yang dapat ia percaya?
Satu-satunya orang yang tahu perbuatan Mike Slade adaiah Louis Desforges.
Mary memutar nomor telepon apartemen dokter itu, tapi tetap tak ada
jawaban. Dia ingat benar apa yang di katakan Stanton Rogers: Jika kau ingin
mengirim pesan yang amat rahasia padaku, dan tak ingin orang lain
membacanya, beri kode tiga X di sampulnya.
Mary bergegas kembali ke kantornya dan menulis pesan yang sangat
mendesak untuk Stanton Rogers. Dibubuhkannya tiga X di sampulnya.
Dikeluarkannya buku kode hitam dari lacinya yang terkunci, lalu dengan hati-
hati disalinnya pesannya ke dalam bahasa sandi. Setidak-tidaknya, jika
sesuatu terjadi pada dirinya, Stanton Rogers akan tahu siapa yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang memegang jas, tangan itu gemetar. "Ada label penjahit Herrera di sini,
jadi, kupikir Bung bisa kasih tahu, ke mana mesti kukembalikan jas ini."
Si Manajer memeriksa jas itu. "Ya, kami memang menjahit jas ini. Saya
harus melihat daftar pesanan dulu. Di mana saya bisa menghubungi Anda?"
"Tak bisa," gumam Lev Pasternak. "Aku mau main poker lagi. Punya kartu
nama? Aku yang akan menelepon ke sini."
"Ya." Manajer itu mengulurkan kartu namanya.
"Bung tidak boleh mencuri jas itu, ya?" kata Lev dengan gaya orang mabuk.
"Tentu saja tidak," si Manajer berkata dengan nada tersinggung.
Lev Pasternak menepuk-nepuk punggungnya dan berkata, "Bagus.
Kutelepon Bung sore nanti."
Sore itu ketika Lev menelepon dari kamar hotelnya, si Manajer menjawab,
"Jas itu milik Senor H.R. de Mendoza. Dia tinggal di Suite 417, Hotel Aurora."
Lev Pasternak memeriksa pintu kamarnya. Terkunci rapat. Diambilnya
sebuah kopor kecil dari dalam lemari, diletakkannya di atas tempat tidur, lalu
dibukanya. Di dalamnya tersimpan pistol SIG-Saur kaliber 45 lengkap dengan
peredam, pinjaman seorang kawannya yang bekerja di Dinas Rahasia
Argentina. Pasternak mengecek dan memastikan bahwa pistol itu berisi penuh
dan peredamnya terpasang baik. Dikembalikannya kopor itu ke dalam lemari,
lalu tidur.
Pukul lima pagi, Lev Pasternak berjalan tenang tapi hati-hati sepanjang
koridor lantai empat Hotel Aurora. Ketika sampai di depan kamar nomor 417,
dia menoleh ke sekelilingnya, memastikan bahwa tak seorang pun
mengintipnya. Dia mengutak-atik pintu yang terkunci itu dengan sebatang
kawat tipis. Ketika dirasanya kunci membuka, dikeluarkannya pistolnya.
Punggungnya terembus angin ketika pintu di seberang kamar 417
membuka, dan sebeium Pasternak sempat menoleh, dirasanya sesuatu yang
keras dan dingin ditempelkan ke tengkuknya.
"Aku tak suka dikuntit," kata Angel.
Lev Pasternak mendengar bunyi "klik" ketika picu ditarik, sedetik sebeium
kepalanya pecah dan otaknya berhamburan.
Angel tak tahu apakah Pasternak bekerja sendirian atau ada kawan-
kawannya, tapi tak ada salahnya untuk ekstra hati-hati. Dia sudah ditelepon,
dan sudah waktunya dia beraksi. Mula-mula dia harus berbelanja. Ada sebuah
toko pakaian dalam yang bagus di Pueyerredon, mahal, tapi Neusa harus
diberi yang terbaik. Bagian dalam toko itu sejuk dan tenang.
"Saya ingin membeli baju tidur, yang tipis, mini, dan penuh renda," kata
Angel.
Pramuniaga itu terbelalak.
"Dan beberapa celana dalam yang bagian depannya terbuka...."
Lima belas menit kemudian, Angel masuk ke Frenkel. Rak-rak di toko itu
penuh dengan dompet-dompet kulit, sarung tangan, dan tas-tas kantor.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mike melangkah makin dekat. "Anda kelihatan tgang. Sebaiknya Anda ajak
anak-anak berlibur ke tepi danau. Beberapa hari."
Dan di sana aku akan lebih mudah dibunuh.
Hanya memandang pria itu, Mary sudah merasa takut setengah mati dan
napasnya sesak. Interkomnya berdering. Menyelamatkannya.
"Maaf..."
"Silakan."
Mike diam sejenak, menatapnya, kemudian memutar tubuhnya dan pergi ke
kantornya sendiri, membawa bayang-bayangnya. Mary hampir menangis
karena lega. Diangkatnya pesawat telepon. "Halo?"
Dari Jerry Davis, Konsul Masalah Umum. "Madam Ambasador, maaf terpaksa
mengganggu Anda, tapi ada berita buruk yang harus saya sampaikan pada
Anda. Kami baru saja menerima laporan polisi bahwa Dr. Louis Desforges
ditemukan terbunuh."
Ruang kantornya serasa berputar. "AndaAnda yakin?"
"Ya, Madam. Dompetnya ditemukan dalam sakunya."
Kenangan yang terkubur dalam kini muncul ke permukaan, dan sebuah
suara di telepon berkata: Ini Sheriff Munster. Suami Anda tewas dalam
kecelakaan mobil. Dan luka hatinya berdarah kembali, membuat jantungnya
nyeri. Mary merasa dirinya hancur.
"Bagaimanabagaimana terjadinya?" suaranya tercekik.
"Ditembak."
"Apa merekaapa mereka tahu siapa pelakunya?"
"Belum, Madam. Securitate dan Kedutaan Prancis sedang mengadakan
penyelidikan."
Dijatuhkannya telepon itu, tubuh dan pikirannya serasa lumpuh. Mary duduk
bersandar di kursinya, menatap langit-langit dengan pandangan kosong.
Langit-langit itu retak, bocor. Aku harus membenahinya, pikir Mary. Tak boleh
ada kebocoran di Kedutaan ini. Ada juga kebocoran yang lain. Kebocoran di
mana-mana. Hidup ini gila dan kita lemah. Dan kalau kita lemah, yang jahat
akan menindas kita. Edward sudah jadi korban. Louis pun mati. Mary tak
berani mengingat-ingat itu. Dia mencari-cari kebocoran yang lain. Aku takkan
bisa menahan penderitaan seperti ini lagi, pikirnya. Siapa yang ingin
membunuh Louis?
Jawabannya langsung muncul begitu pertanyaan itu terlintas dalam
benaknya. Mike Slade. Louis tahu bahwa Mike Slade sengaja meracuninya
dengan arsenikum. Slade barangkali mengira, dengan terbunuhnya Louis,
mungkin tak seorang pun punya bukti untuk menuduhnya.
Kesadaran itu membuatnya makin ngeri. Dengan siapa Anda Bicara? Dr.
Desforges. Padahal Mike pasti tahu bahwa Dr. Desforges sudah terbunuh.
Mary tetap di kantornya sepanjang hari itu, merencanakan langkah
selanjutnya. Aku takkan membiarkan dia mengusirku. Aku takkan membiarkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pasti akal Mike Slade yang lain, pikir Mary. Biarlah, aku tak takut. Aku akan
berusaha menghindari orang itu.
Kolonel McKinney mempelajari surat itu. Dia menggelengkan kepala.
"Banyak orang gila di luar sana." Dia memandang Mary. "Anda harus
menghadiri upacara peletakan batu pertama pembangunan bangunan
tambahan Perpustakaan Amerika. Saya akan membatalkannya dan..."
Jangan
"Madam Ambasador, terlalu berbahaya untuk Anda jika..."
"Saya takkan apa-apa." Mary tahu, di mana sesungguhnya bahaya itu, dan
dia sudah punya rencana untuk menghindarinya. "Di mana Mike Slade?"
tanyanya.
"Sedang menghadiri pertemuan di Kedutaan Australia."
"Tolong panggil dia dan katakan saya ingin bicara dengannya sekarang
juga."
"Siapa?"
Mary tak mau memberitahukan namanya. Mike Slade pasti akan
mencelakakan gadis itu. "Itu tidak penting. Saya ingin Anda membawanya
kemari."
Dahi Mike berkerut. "Apakah pemerintah Rumania ingin
mempertahankannya?"
"Ya."
"Well, itu akan mengakibatkan timbulnya banyak..."
Mary memotong kata-katanya. "Saya perintahkan Anda berangkat ke
Roscow Inn di Moldavia dan menjemputnya."
Mike akan membantah lagi, tapi dilihatnya ekspresi wajah Mary. "Jika itu
keinginan Anda, saya akan menyuruh..."
"Tidak." Suara Mary sedingin baja. "Saya ingin Anda sendiri yang pergi ke
sana. Saya akan perintahkan dua serdadu menemani Anda."
Dengan dikawal Gunny dan seorang serdadu marinir lainnya, Mike takkan
mungkin bertingkah. Mary telah memberi pesan pada Gunny agar sedetik pun
tak melepaskan Mike dari pengawasannya.
Mike memandang Mary. Wajahnya bingung. "Jadwal acara saya padat sekali.
Besok barangkali..."
"Saya ingin Anda segera berangkat. Gunny telah menunggu di kantor Anda.
Anda harus membawa orang itu kemari." Mary tak mau dibantah lagi.
Pelan-pelan Mike mengangguk. "Baiklah."
Mary memperhatikan pria itu berlalu. Hatinya lega. Tadi dia begitu tegang,
sampai pusing rasanya. Jika Mike tak ada di dekatnya, Mary akan aman.
Diputarnya nomor telepon Kolonel McKinney. "Saya akan menghadiri
pertemuan itu," katanya.
"Menurut saya, sungguh, sebaiknya Anda tidak pergi, Madam Ambasador.
Mengapa Anda ingin menjadikan diri Anda sasaran yang empuk sementara...?"
"Saya tak punya pilihan lain. Saya mewakili negara kita. Bagaimana jadinya
jika saya selalu bersembunyi di lemari pakaian setiap kali menerima surat
ancaman? Sekali saja saya melakukannya, seterusnya saya akan malu sekali
dan takkan berani lagi tampil di depan umum. Lebih baik saya pulang saja.
Dan, Kolonelsaya tak pernah berkeinginan meninggalkan tugas."
28
Upacara peletakan batu pertama pembangunan bangunan tambahan gedung
Perpustakaan Amerika dijadwalkan akan dimulai pukul empat sore di
Alexandra Sahia Square, di atas tanah kosong yang luas, di samping bangunan
utama Perpustakaan Amerika. Pukul tiga siang khalayak ramai sudah mulai
berdatangan. Kolonel McKinney telah mengadakan pertemuan dengan Kapten
Aurel Istrase, kepala Securitate.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pukui enam sore, Mike Slade masuk ke kantor Mary. Langsung marah-
marah.
"Saya sembunyikan Corina Socoli di sebuah kamar di atas," katanya jengkel.
"Harusnya Anda katakan pada saya, siapa yang harus saya jemput. Anda
membuat kekeliruan besar. Kita harus mengembalikannya. Dia adalah permata
kebanggaan bangsa Rumania. Tak mungkin pemerintah Rumania akan
memberinya izin meninggalkan negeri ini, dan kita pun tak mungkin
menyelundupkannya ke luar. Jika..."
Kolonel McKinney bergegas masuk. Langkahnya terhenti ketika dia melihat
Mike Slade.
"Kami sudah berhasil mengetahui identitas mayat itu. Dia Angel. Nama
aslinya H.R. de Mendoza."
Mike terbelalak menatapnya. "Apa yang kau katakan itu?"
"Oh, lupa aku," kata Kolonel McKinney. "Kau tak ada waktu peristiwa itu
terjadi, Apakah Duta Besar belum cerita padamu bahwa seseorang berusaha
membunuh beliau?"
Mike berpaling dan menatap Mary. "Belum."
"Beliau menerima surat ancaman dari Angel. Orang itu berusaha membunuh
beliau pada waktu upacara peletakan batu pertama tadi sore. Anak buah
Istrase berhasil menembaknya."
Mike berdiri terdiam, matanya menatap Mary dalam-dalam.
Kolonel McKinney berkata, "Angel ini buronan utama dinas rahasia semua
negara yang ada di dunia."
"Di mana mayatnya?"
"Di kamar mayat, di kantor polisi."
Mayat itu telanjang, dibaringkan di atas meja batu. Orangnya biasa-biasa
saja, tingginya sedang, garis-garis tulangnya tak menonjol, salah satu
tangannya ditato dengan gambar jangkar, hidungnya tipis dan mulutnya
terkatup rapat, kakinya kecil, dan rambutnya tipis. Baju dan barang-barang
miliknya ditumpuk di sebuah meja.
"Boleh saya melihatnya?"
Sersan polisi itu mengangkat bahu. "Silakan. Saya yakin, dia takkan
keberatan." Sersan itu nyengir mendengar leluconnya sendiri.
Mike mengambil jas orang itu dan memeriksa labelnya. Dari sebuah toko di
Buenos Aires. Sepatu kulitnya juga berlabel Argentina. Setumpuk uang
diletakkan dekat pakaian-pakaian itu, sejumlah lei, beberapa helai franc,
beberapa pound Inggris, dan sekurang-kurangnya sepuluh ribu dollar dalam
bentuk mata uang pesobeberapa dalam bentuk mata uang peso yang baru,
dan sisanya lembaran satu juta peso yang sudah tak ada nilainya.
Mike berpaling pada si Sersan. "Apa yang Anda ketahui tentang orang ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia datang dari London, naik Tarom Airlines, dua hari yang lalu; Dia check
in di Intercontinental Hotel dengan nama de Mendoza. Menurut paspornya, dia
tinggal di Buenos Aires. Paspor itu palsu."
Polisi itu mendekat, memperhatikan mayat itu lebih baik. "Dia tidak mirip
pembunuh bayaran kaliber internasional, bukan?"
"Tidak," Mike menyetujui. "Sama sekali tidak."
Dua lusin blok dari situ, Angel berjalan melewati kediaman resmi Duta Besar
Amerika Serikat. Cukup cepat, agar tidak menarik perhatian empat serdadu
marinir yang menjaga pintu gerbang, tapi tidak terlalu cepat, sehingga dia
masih bisa melihat sekilas dengan teliti, detil-detil bagian depan bangunan itu.
Foto-foto yang dikirimkan padanya sangat bagus dan jelas, tapi Angel lebih
suka mengeceknya sendiri. Dekat pintu masuk utama, seorang penjaga
berpakaian preman berdiri sambil memegang dua tali pengikat dua ekor anjing
Doberman.
Angel menyeringai membayangkan keributan dan kepanikan yang terjadi di
Alexandru Sahia Square. Hanya soal kecil, menyewa seorang pecandu obat
bius dengan sejumlah uang untuk membeli cocaine. Buat mereka lengah.
Biarkan mereka panik dulu. Rencana yang sesungguhnya akan segera
dijalankan. Demi uang lima juta dollar aku akan membuat pertunjukan yang
takkan mungkin mereka lupakan. Apa istilahnya menurut televisi mereka?
Spektakular. Mereka akan melihat warna-warna yang spektakular, bertebaran.
Akan diadakan pesta Empat Juli di kediaman resmi Duta Besar, kata suara
itu. Dimeriahkan dengan balon-balon, band marinir, dan berbagai pertunjukan.
Angel tersenyum dan berkata dalam hati: Pertunjukan spektakular seharga
lima juta dollar.
Dorothy Stone masuk ke kantor Mary. "Madam Ambasador, Anda ditunggu
telepon di Bubble Room. Tuan Stanton Rogers menelepon dari Washington."
"Mary, aku tak bisa mengerti kata-katamu. Pelan-pelan. Ambil napas dalam-
dalam dan mulai lagi."
Ya, Tuhan, pikir Mary. Aku tergagap-gagap kayak nenek-nenek histeris.
Berbagai emosi campur-aduk dalam dirinya, sampai membuatnya tak mampu
berkata-kata. Mary cemas, lega, marah, campur-aduk jadi satu, dan suara
yang keluar dari mulutnya seperti suara orang tercekik.
Mary mengambil napas dalam-dalam, suaranya bergetar. "Maaf, Stanapa
kau tidak terima kawatku?"
"Tidak. Aku baru saja kembali. Tak ada kawat darimu. Ada yang tak beres di
situ?"
Mary berusaha meredam rasa paniknya. Darimana harus kumulai? Dia
mengambil napas dalam-dalam. "Mike Slade mencoba membunuhku."
Hening. Hening karena pria di ujung sana kaget sekali. "Marykau yakin
itu..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sungguh. Aku tahu itu betul. Aku punya kenalan seorang dokter dari
Kedutaan Prancis Louis Desforges. Aku jatuh sakit, dan dia bilang aku
keracunan arsenikum. Mike yang meracuniku."
Kali ini suara Stanton Rogers lebih tajam. "Apa yang membuat kau menarik
kesimpulan begitu?"
"LouisDr. Desforgesyang menyimpulkannya. Mike Slade membuatkan
kopi untukku setiap pagi, dan meracuninya dengan arsenikum, sedikit-sediktt.
Aku punya bukti bahwa dia menyimpan arsemkum. Semalam Louis terbunuh,
dan sore ini seseorang yang bekerja sama dengan Mike berusaha
membunuhku."
Hening. Hening yang lebih lama lagi. Ketika Stanton Rogers bicara kembali,
suaranya terdengar mendesak, "Apa yang ingin kutanyakan ini sangat penting,
Mary. Pikirlah baik-baik. Tidak mungkinkah pelakunya orang lain, bukan Mike
Slade?"
"Tidak. Dia selalu berusaha mengusirku dari Rumania, sejak aku tiba di sini."
Stanton Rogers berkata dengan cepat dan singkat, "All right. Akan. saya
laporkan pada Presiden. Kami yang akan menangani Slade. Sementara itu
akan kuatur pengamanan ekstra untukmu di situ."
"StanMinggu malam nanti aku akan mengadakan pesta Empat Juli di
kediaman resmiku. Undangan sudah dikirimkan. Apa sebaiknya kubatalkan
saja acara itu?"
Hening lagi. "Tapi, sesungguhnya, pesta itu justru sebuah gagasan yang
baik. Kau harus selalu berada di antara orang banyak. Maryaku tak ingin
membuatmu lebih takut lagi, tapi sebaiknya anak-anak jangan kaubiarkan
lepas dari pengawasanmu. Semenit pun jangan. Slade mungkin akan
mencederai mereka."
Mary merasa tubuhnya dingin. "Ada apa di balik semua ini? Mengapa
dilakukannya semua ini?"
"Aku pun ingin tahu. Tak masuk akal. Tapi aku pasti akan berhasil
membongkarnya. Sementara itu, jauh-jauhlah darinya."
Mary menjawab muram, "Jangan khawatir. Aku takkan berarii dekat-dekat
dia."
"Akan kuhubungi lagi kau."
Ketika pesawat itu diletakkannya, Mary merasa beban berat telah terangkat
dari pundaknya. Semua akan beres, hiburnya pada diri sendiri. Anak-anak dan
aku tidak akan apa-apa.
Eddie Maltz mengangkat pesawat telepon begitu dering pertama terdengar.
Pembicaraan itu berlangsung sepuluh menit.
"Akan saya siapkan semuanya di sana," janji Eddie Maltz.
Angel meletakkan pesawat. Eddie Maltz mengumpat dalam hati: Heran aku,
untuk apa si Angel memesan itu semua. Diliriknya jam tangannya. Empat
puluh delapan jam lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
29
Sofia, Bulgaria Sabtu, 3 Juli
Dalam sebuah bangunan kecil yang tak mencolok di Prezviter Kozma 32,
sejumlah anggota Komite Cabang Timur sedang mengadakan pertemuan. Yang
duduk mengelilingi meja adalah orang-orang yang sangat berkuasadari
Rusia, Cina, Cekoslovakia, Pakistan, India, dan Malaysia.
Ketua sedang bicara, "Kita ucapkan selamat kepada saudara-saudara kita
dari Komite Cabang Timur yang bergabung dengan kita hari ini. Saya ingin
menyampaikan kabar gembira dari Komite Pusat. Semua berjalan sesuai
rencana. Tahap terakhir rencana kita akan segera selesai, dan pasti sukses.
Rencana itu akan dilaksanakan besok malam di kediaman resmi Duta Besar
Amerika Serikat di Bucharest. Kita sudah mengatur agar peristiwa itu diliput
oleh jaringan pers dan televisi internasional."
Kali (nama kode) bicara. "Duta Besar Amerika dan kedua anak itu...?"
"Akan dibunuh, bersama kira-kira seratus orang Amerika lainnya. Kita
semua sudah menyadari risikonya, dan kekacauan yang mungkin timbul
sesudahnya. Sudah saatnya kita mengambil suara."
Dimulainya dengan pria yang duduk di ujung meja. "Brahma?"
"Setuju."
"Wisnu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Setuju."
"Ganesha?"
"Setuju."
"Yama?"
"Setuju."
"Indra?"
"Setuju."
"Krishna?"
"Setuju."
"Rama?"
"Setuju."
"Kali?"
"Setuju."
"Jadi keputusan ini kita ambil dengan suara bulat," kata sang Ketua. "Kita
semua berutang budi dan harus mengucapkan terima kasih pada saudara kita
yang telah banyak membantu demi terlaksananya rencana ini."
Dia berpaling pada si orang Amerika.
"Terima kasih kembali," kata Mike Slade.
Pukul empat sore itu, truk militer Amerika Serikat berhenti di depan pintu
gerbang dan penjaga yang sedang bertugas menanyai pengemudinya, "Apa
yang kaubawa?"
"Dekorasi dan hiasan-hiasan untuk pesta."
"Saya periksa dulu."
Penjaga itu melongok ke dalam truk. "Apa isi peti-peti itu?"
"Helium, balon, bendera-bendera, dan lain-lain."
"Buka."
Lima belas menit kemudian, truk itu diizinkan masuk. Di halaman kediaman
resmi, seorang kopral dan dua serdadu marinir menurunkan peti-peti itu dan
menyimpannya di gudang yang luas, yang dihubungkan ke ruang dansa utama
dengan sebuah pintu samping.
Ketika mereka mulai membongkar peti-peti itu, salah seorang serdadu
marinir itu berseru, "Lihat balon-balon itu? Sialan! Siapa yang akan meniup
semua ini?"
Tepat saat itu, Eddie Maltz masuk, ditemani seseorang dalam pakaian militer
yang tak serasi.
"Tenang saja," kata Eddie Maltz. "Sekarang zaman teknologi." Dia
mengangguk ke arah si orang asing. "Orang ini yang akan bertugas mengisi
balon. Perintah dari Kolonel McKinney
Serdadu marinir itu menyeringai pada si orang asing. "Lebih cocok kamu
daripada saya."
Dua serdadu marinir itu pun keluar.
"Kau punya waktu satu jam," Eddie Maltz memberi tahu si orang asing.
"Kerjakan segera. Banyak sekali balon yang harus kauisi."
Maltz mengangguk ke arah kopral itu dan keluar.
Si Kopral mendekati salah satu tabung. "Apa isi tabung-tabung ini?"
"Helium," jawab si orang asing, ketus.
Di bawah pengawasan kopral itu, si orang asing mengambil sebuah balon,
memasang lubangnya di ujung tabung, dan mengisinya, lalu diikatnya erat-
erat. Balon pun membubung ke atap. Satu balon hanya butuh waktu kurang
dari satu detik.
"Hebat betul!" seru kopral itu sambil tersenyum.
membicarakan hal ini dengan Presiden Ellison, dan beliau setuju. Presiden
selalu kami beri laporan perkembangan terakhir. Yang selalu beliau pesankan
adalah, agar kami menjaga keselamatan Anda dan anak-anak. Beliau tak
berani memberi tahu Anda atau orang lain, sebab Ned Tillingast, Direktur CIA,
telah memperingatkan beliau bahwa ada kebocoran di tingkat atas."
Kepala Mary berdenyut-denyut. Katanya pada Mike, "Tapikau mencoba
membunuhku."
Mike mendesah. "Lady, aku berusaha melindungimu. Sudah kucoba segala
cara untuk membawamu pulang, sehingga kau dan anak-anak akan aman."
"Tapikau meracuniku."
"Bukan dosis yang fatal Aku ingin kau sakit, cukup sakit tapi tidak parah,
sehingga kau akan terpaksa meninggalkan Rumania. Dokter-dokter kita telah
siap menantimu. Tentu saja aku tak mungkin berterus terang padamu, sebab
itu akan mengacaukan rencana dan kami takkan punya kesempatan untuk
menangkap mereka. Bahkan, sampai saat ini pun kami tak tahu siapa yang
menggerakkan organisasi ini. Orang itu tak pernah hadir dalam rapat-rapat
mereka. Orang hanya tahu sebutannya, Sang Pengawas."
"Dan Louis?"
"Dokter itu orang mereka juga, Dia adalah back-up Angel. Louis sebenarnya
ahli peledak. Mereka sengaja menempatkannya di sini, sehingga dia bisa
memata-mataimu. Sebuah penculikan palsu dilaksanakan, dan kau
diselamatkan oleh sang Pangeran Tampan."
Dilihatnya betapa ekspresi wajah Mary. "Kau kesepian dan dengan demikian
itulah kelemahanmu, dan mereka menggarap kelemahan ini. Kau bukan yang
pertama jatuh cinta pada dokter tampan itu."
Mary ingat sesuatu. Sopir yang tersenyum. Tak ada orang Rumania yang
hidup bahagia, hanya orang asing. Saya tak ingin istri saya menjadi janda.
Mary berkata pelan, "Florian pasti terlibat. Dia sengaja mengempiskan ban
itu supaya aku tak jadi naik mobil."
"Kami akan menangkapnya."
Sesuatu mengganggu pikiran Mary. "Mike mengapa kau membunuh
Louis?"
"Aku tak punya pilihan lain. Rencana mereka adalah membunuhmu bersama
anak-anak, di depan umum dan dengan cara sedramatis mungkin. Louis tahu,
aku anggota kelompok mereka. Ketika dia berhasil menyimpulkan bahwa
akulah yang meracunimu, dia jadi curiga. Itu bukan cara kematian yang sesuai
dengan rencana mereka. Aku terpaksa membunuhnya sebelum dia membuka
kedokku."
Mary duduk terpaku, mendengarkan, sementara berbagai potongan
peristiwa mulai membentuk sebuah gambaran yang jelas. Orang yang
dicurigainya sengaja meracuninya untuk menyelamatkan nyawanya, dan orang
yang dicintainya menyelamatkannya dari penculikan untuk disiapkan demi
kematian yang lebih dramatis. Dia dan anak-anaknya telah dipakai sebagai
alat. Aku ini seperti domba kurban, pikir Mary. Semua kehangatan dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
30
Di kedutaan Amerika, di kantor Kolonel McKinney, dua lusin serdadu marinir
sedang mendapat perintah.
"Saya perintahkan menjaga kediaman resmi Duta Besar seperti menjaga
Fort Knox," Kolonel McKinney membentak. "Pihak Rumania telah bersedia
bekerja sama. Orang-orang Ionescu akan menjaga jalan-jalan. Tak seorang
pun diizinkan lewat tanpa kartu pass khusus. Dan kita menyiapkan pos-pos
penjagaan di setiap jalan masuk ke rumah itu. Siapa pun yang melewati pos
itu, baik keluar ataupun masuk, harus diperiksa dengan metal detector.
Seluruh kompleks bangunan, termasuk taman yang mengelilinginya harus
dijaga ketat. Para penembak tepat akan kita siagakan di atas atap. Ada
pertanyaan?"
No, sir."
"Kerjakan."
Udara penuh ketegangan. Lampu-lampu sorot yang besar menerangi
kediaman resmi Duta Besar Amerika Serikat, dan membuat langit di atasnya
terang-benderang. Orang-orang yang datang berkerumun diusir oleh polisi
militer Amerika dan polisi Rumania. Petugas-petugas berpakaian preman
berbaur dengan massa, mencari-cari orang yang mencurigakan. Beberapa di
antara mereka membawa anjing pelacak, yang mendengus-dengus mencari
bom.
Liputan dari pers juga luar biasa. Ada juru foto dan wartawan dari selusin
negara. Mereka semua telah diperiksa dengan teliti, alat-alat mereka diperiksa
sebelum diizinkan masuk ke kompleks kediaman resmi itu.
"Seekor kecoa pun takkan mungkin bisa menyelinap masuk ke sini," perwira
marinir yang memimpin penjagaan itu menyombong.
Di gudang, kopral marinir yang mengawasi pengisian balon-balon itu mulai
bosan. Dikeluarkannya sebatang rokok, dan mulai menyulutnya.
Angel membentak, "Matikan itu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seribu balon cantik berisi gas yang mematikan. Semua aman mengambang di
langit-langit. Angel mengeluarkan sebuah kamera dan memasuki ruangan itu.
"Hei! Kau tak boleh masuk kemari," seru si Kopral.
"Aku cuma mau memotret, untuk kiiperlihatkan pada anakku."
Anaknya pasti mirip dia, pikir kopral itu sengit.
"Baiklah. Tapi cepat!"
Angel melirik ke seberang ruangan, ke arah pintu masuk. Duta Besar Mary
Ashley dan kedua anaknya sedang memasuki ruangan. Angel menyeringai.
Tepat. Perhitungan waktu yang tepat.
Ketika kopral itu memunggunginya, cepat-cepat Angel meletakkan
kameranya di bawah salah satu meja, yang bertaplak panjang sampai ke
lantai. Tak seorang pun akan melihat benda itu di situ. Alat pengatur waktu
otomatis itu telah disetel untuk sejam kemudian. Semua sudah siap.
Si Kopral marinir mendekat.
"Aku sudah selesai," kata Angel.
"Akan kusuruh seseorang mengawalmu keluar."
"Terima kasih."
Lima menit kemudian, Angel telah keluar dari kompleks kediaman resmi
Duta Besar Amerika Serikat, dan menyusuri Jalan Alexandru Sahia.
Walaupun udara malam itu panas dan lembab, kawasan di sekitar kediaman
resmi itu kacau-balau. Polisi-polisi berusaha mengusir ratusan orang Rumania
yang berdatangan, ingin menon-ton. Semua lampu di gedung itu dinyalakan,
dan rumah itu bagaikan kristal, berkilau-kilau dengan latar belakang langit
malam yang gelap.
Sebelum pesta mulai, Mary telah memanggil anak-anaknya ke kamarnya.
"Kita harus mengadakan rapat," katanya. Mary merasa harus berterus-
terang pada anak-anaknya.
Mereka duduk tenang, mendengarkan baik-baik, sementara Mary
menerangkan semua yang telah terjadi, dan mungkin akan segera terjadi.
"Mama sudah mengatur, agar kalian tak perlu terlibat daiam bahaya ini,
kata Mary. "Kalian akan dibawa ke suatu tempat yang aman."
"Tapi bagaimana Mama sendiri?" tanya Beth. "Seseorang berusaha
membunuh Mama. Tidak dapatkah Mama ikut kami?"
"Tidak, Sayang. Tidak. Karena kita ingin menangkap orang itu."
Tim berusaha keras agar tidak menangis. "Bagaimana Mama bisa yakin
mereka akan berhasil menangkapnya?"
Mary berpikir sejenak dan berkata, "Sebab Mike Slade bilang begitu. Oke?"
Beth dan Tim saling berpandangan. Wajah mereka pucat-pasi, takut
setengah mati. Hati Mary serasa hancur. Mereka terlalu muda untuk
mengalami semua ini, pikirnya. Siapa pun di sini masih terlalu muda untuk
mengalami ini semua.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Silakan," kata Mike. Ditutupnya pintu. "Kita ke lantai bawah lagi." Mereka
kembali ke dapur.
"Bagaimana dengan racun?" tanya Kolonel McKinney. "Apa dia akan
menggunakan racun?"
Mike menggelengkan kepalanya. "Kurang bagus kalau difoto. Rencana Angel
pasti mengejutkan, pasti spektakular."
"Mike, tak ada cara untuk menyelundupkan bahan peledak ke sini. Ahli-ahli
kita telah memeriksanya, anjing-anjing pelacak jugatempat ini bersih. Dia
tak mungkin masuk lewat atap, sebab kita telah menempatkan sejumlah
penembak tepat di sana. Tidak mungkin!"
"Pasti ada satu cara."
Kolonel McKinney memandang Mike. "Bagaimana caranya?"
"Aku tak tahu. Tapi Angel tahu."
Mereka memeriksa ruang perpustakaan dan ruang-ruang lainnya. Tak ada.
Mereka lewat di gudang, di mana si Kopral dibantu empat kawannya sedang
melepaskan balon-balon terakhir, sambil memperhatikan balon-balon itu
membubung naik ke langit-langit.
"Manis-manis, ya?" kata si Kopral.
"Yeah."
Mereka beranjak pergi. Mike tiba-tiba menghentikan langkahnya. "Kopral,
dari mana balon balon ini?"
"Dari pangkalan militer Amerika di Frankfurt, sir."
Mike menunjuk ke tabung-tabung helium itu, "Dan ini?"
"Sama. Diangkut ke gudang kita atas perintah Anda, sir."
Mike berkata pada Kolonel McKinney. "Kita naik lagi."
Keduanya melangkah ke Juar. Kopral itu berkata, "Oh, Kolonelorang yang
Anda kirim lupa mengisi daftar. Apakah akan dimasukkan ke daftar militer atau
orang sipil?"
Kolonel McKinney mengerutkan keningnya. "Orang macam apa?"
"Orang yang Anda perintahkan mengisi balon-balon ini."
Kolonel McKinney menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku tak pernahsiapa
yang bilang itu perintahku?"
"Eddie Maltz. Katanya Anda..."
Mike berpaling pada si Kopral, suaranya mendesak. "Bagaimana tampang
laki-laki itu?"
"Oh, bukan laki-laki, sir. Perempuam Perempuan bertampang aneh.
Mengerikan. Gembrot dan jelek sekali. Omongannya berlogat asing. Mukanya
penuh bekas cacar dan pipinya bergelambir."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mary dan Mike Slade duduk di Bubble Room, mendengarkan laporan yang
masuk dari segala penjuru dunia.
Mike sedang menerima telepon. "Vreeland," katanya. "Anggota parlemen
pemerintah Afrika Selatan." Diletakkannya pesawat penerima dan berpaling
pada Mary. "Sebagian besar telah berhasil ditangkap. Kecuali Sang Pengawas
dan Neusa MunezAngel."
"Tak seorang pun tahu bahwa Angel itu sesungguhnya wanita?" Mary
bertanya penuh kagum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tak ada. Aku akan menemui anak-anakku dulu. Nanti kutelepon kau."
Diletakkannya pesawat itu, dan Mary pun terduduk, kaku.
Mike memandangnya. "Ada apa?"
Mary berpaling pada pria itu. "Katamu, Harry Lantz memberi gambaran
bagaimana tampang Neusa Munezhanya pada orang-orang tertentu saja?"
"Ya."
"Stanton Rogers tahu."
Setelah pesawatnya mendarat di Dulles Airport, Angel pergi ke telepon
umum dan memutar nomor pribadi Sang Pengawas.
Suara yang sudah dikenalnya menjawab, "Stanton Rogers."
Dua hari kemudian, Mike, Kolonel McKinney, dan Mary duduk di Ruang
Konferensi di gedung Kedutaan Amerika. Seorang ahli elektronik baru saja
selesai membuang alat-alat penyadap.
"Sekarang kita mempunyai gambaran yang jelas," kata Mike. "Sang
Pengawas temyata Stanton Rogers sendiri, tapi kita semua tak pernah
menduga ke arah itu."
"Tapi mengapa dia ingin membunuhku?" tanya Mary. "Mula-mula dia
menentang penunjukanku menjadi duta besar. Dia sendiri bilang begitu."
Mike menerangkan. "Begitu dia menyadari bahwa kau dan anak-anak
merupakan simbol Amerika yang baik, semua jadi cocok dengan rencananya.
Setelah itu, dia berjuang keras agar kaulah yang terpilih. Itulah yang membuat
kami salah melacak, dan tidak mencurigainya. Dia selalu siap mendukungmu,
membuatmu tampil di berbagai media-massa, dan mengatur agar kau selalu
berada di tempat-tempat yang tepat bersama orang-orang yang tepat."
Mary bergidik. "Mengapa dia mau terlibat dalam..."
"Stanton Rogers tak pernah memaafkan Paul Ellison yang telah berhasil
menjadi presiden. Dia merasa terhina. Mula-mula dia orang liberal kemudian
dia menikah dengan wanita penganut paham ultra kanan. Menurut dugaanku,
istri-nyalah yang telah mengubah pandangan politiknya."
"Apakah mereka sudah menemukannya?"
"Belum. Dia menghilang. Tapi dia takkan bisa sembunyi lama-lama."
Kepala Stanton Rogers ditemukan di tempat pembuangan sampah dua hari
kemudian. Matanya hilang dicungkil.
31
Presiden paul ellison menelepon dari Gedung Putih. "Aku menolak
permohonan pengunduran dirimu."
"Maaf, Bapak Presiden, tapi saya..."
"Mary, aku tahu betapa berat dan berbahayanya apa yang telah kaualami,
tapi kumohon kau tetap bersedia menempati posmu di Rumania."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aku tahu betapa berat dan berbahayanya apa yang telah kaualami.
Benarkah? Ketika mulai bertugas waktu itu, Mary masih sangat polos,
pikirannya penuh cita-cita yang mulia. Dia akan menjadi simbol spirit
negaranya. Dia akan menunjukkan pada dunia, betapa beradab dan hebatnya
bangsa Amerika; padahal, kenyataannya, dia hanya dijadikan boneka. Dia
diperalat oleh presidennya, oleh pemerintahnya, dan oleh semua orang di
sekitarnya. Dia dan anak-anaknya telah diumpankan pada bahaya yang terus-
menerus mengancam. Pikirannya melayang pada Edward, dan bagaimana
suaminya itu mati terbunuh. Dia juga terkenang akan Louis, kebohongan-
kebohongannya dan bagaimana pria itu menemui ajalnya. Mary teringat,
betapa besar kehancuran yang mungkin akan berhasil dilakukan Angel.
Aku bukan lagi aku yang sama dengan aku yang tiba di sini waktu itu, pikir
Mary. Dulu aku masih polos. Tapi aku cepat menjadi dewasa, dengan cara
yang keras dan pahitdan kini aku benar-benar telah dewasa. Aku telah
mencatat beberapa keberhasilan di sini. Hannah Murphy kubebaskan dari
penjara, aku berhasil mendapat kontrak pembelian jagung dan kedelai. Aku
telah menyelamatkan nyawa putra lonescu, dan membantu pemerintah
Rumania mendapatkan pinjaman dari bank-bank kami. Aku juga telah
menolong orang-orang Yahudi.
"Halo. Kau masih di situ?"
"Yes, sir." Mary memandang Mike Slade yang duduk seenaknya di seberang
meja. Pria itu sedang memandanginya.
"Kau telah melakukan tugasmu dengan luar biasa," kata Presiden. "Kami
semua bangga padamu. Sudah membaca koran?"
Mary tidak peduli apa kata koran-koran.
"Kaulah orang yang kami butuhkan di situ. Kau akan sangat berjasa bagi
negara kita, Mary."
Presiden menunggu jawabannya. Mary berpikir-pikir, mempertimbangkan
keputusannya. Aku memang telah menjadi duta besar yang berhasil, dan
masih banyak tugas yang harus kuselesaikan di sini.
Akhiraya dia berkata, "Bapak Presiden, jika saya setuju tetap mengerjakan
tugas saya di sini, saya mohon negara kita memberi suaka kepada Corina
Socoli."
"Maaf, Mary. Sudah kuterangkan. kita tak mungkin melakukannya. Itu akan
membuat lonescu berang dan..."
"Dia akan menerima kenyataan itu, akhirnya. Saya kenal dan tahu persis
siapa lonescu, Bapak Presiden. Dia sengaja menggunakan gadis itu untuk
senjata tawar-menawar."
Presiden diam sejenak, berpikir-pikir. "Bagaimana kau akan
menyelundupkannya ke luar Rumania?"
"Pesawat perbekalan militer akan mendarat di sini besok pagi. Akan saya
terbangkan dia dengan pesawat itu."
Hening lagi. "Hmm, baiklah. Aku yang akan menghadapi Departemen Luar
Negeri. Kalau tidak ada lagi..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mary memandang Mike Slade lagi. "Ada sir. Satu permintaan lagi. Saya ingin
Mike Slade tetap ditugaskan di sini. Saya membutuhkan dia. Kami berdua bisa
bekerja sama dengan baik."
Mike memandanginya terus. Kini bibirnya tersenyum hangat.
"Itu tidak bisa kukabulkan. Tidak mungkin," tegas Presiden. "Slade
dibutuhkan di sini. Dia akan segera mendapat tugas baru."
Mary tetap memegangi pesawat itu, tapi tak menjawab sepatah kata pun.
Presiden melanjutkan. "Akan kami kirim orang lain. Kau boleh pilih. Siapa
saja."
Tak ada jawaban.
"Kami benar-benar membutuhkan Mike di sini, Mary memandang Mike lagi.
Presiden berkata, "Mary? Halo? Apaapa ini pemerasan?"
Mary tetap diam. Menunggu.
Akhirnya Presiden berkata dengan jengkel, "Well, kalau kau memang benar-
benar membutuhkannya di sana, kuberi dia izin untuk sementara.
Mary merasa lega. "Terima kasih, Bapak Presiden. Saya akan tetap
menjalankan tugas saya sebagai duta besardengan senang hati."
Presiden mengomel sekali lagi. "Anda seorang negosiator yang hebat,
Madam Ambasador. Aku sudah punya rencana menarik untukmu setelah kau
selesai bertugas di sana. Selamat bekerja. Dan jangan memancing-mancing
bahaya."
Hubungan terputus.
Pelan-pelan Mary meletakkan pesawat itu. Kini dia memandang Mike. "Kau
akan tetap bertugas di sini. Katanya, aku tak boleh memancing-mancing
bahaya."
Mike Slade menyeringai. "Punya rasa humor juga dia."
Pria itu bangkit dan melangkah mendekati Mary. "Kau ingat waktu pertama
kali aku melihatmu dan menyebutmu 'si Sepuluh Sempurna?
Mary takkan pernah melupakan hari itu. "Ya."
Ternyata aku keliru. Sekarang barulah kau benar-benar sempurna."
Mary merasa hatinya berbunga-bunga. "Oh, Mike..."
"Karena saya tetap akan bertugas di sini, Madam Ambasador. Sebaiknya kita
mendiskusikan masalah yang timbul antara kita dengan Menteri Keuangan
Rumania." Mike menatap matanya dalam-dalam dan berkata lembut, "Mau
kopi?"
EPILOG
Alice Springs, Australia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sang ketua sedang memimpin rapat. "Kita telah gagal, tapi kita juga
mendapat pengalaman yang sangat berharga, yang akan memperkuat
organisasi kita. Sekarang, sudah waktunya kita mengambil suara. Aphrodite?"
"Ya."
"Athena?"
"Ya."
"Cybele?"
"Ya."
"Selena?"
"Dengan mempertimbangkan betapa mengerikannya kematian Sang
Pengawas, pemimpin kita, tidakkah sebaiknya jika kita menunggu sampai..."
"Ya atau tidak. Pilih."
"Tidak."
"Nike?"
"Ya."
"Nemesis?"
"Ya."
"Rencana kita telah disetujui. Harap Anda sekalian, ladies, memperhatikan
langkah-langkah pengaman seperti biasa...."
TENTANG PENGARANG
Sidney Sheldon adalah penulis buku Malaikat Keadilan, Lewat Tengah
Malam, Bila Esok Tiba, A Stranger in the Mirror, Bloodline, dan Master of the
Game. Semuanya menjadi bestseller. Bukunya yang pertama dan lain daripada
yang lain, Wajah Sang Pembunuh, oleh New York Times dipilih sebagai "kisah
misteri paling baik tahun ini". Semua novel Sheldon sukses difilmkan atau
ditayangkan sebagai mini-seri di televisi. Bahkan sebelum menjadi novelis,
Sidney Sheldon telah memenangkan Tony Award untuk Redhead yang
dipentaskan di Broadway, dan Academy Award untuk The Bachelor and the
Bobby Soxer. Ia telah menulis skenario untuk dua puluh tiga film, di antaranya
Easter Parade (dengan pemain utama Judy Garland) dan Annie Get Your Gun.
Kecuali itu ia juga menulis enam karya lain yang sukses di Broadway dan
menciptakan empat film seri televisi yang masa putarnya bertahan lam antara
lain Hart to Hart dan Dream of Jeanni.
Kedua film sen tersebut diproduksi dan disutradarainya sendiri.
Sidney Sheldon tinggal di Southern California dan mengaku sebagai penulis
yang penuh pemikiran aneh. "Saya tak dapat menahan hasrat saya," katanya,
"saya sangat suka menulis."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/