Askep Striktur Uretra

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Urine di keluarkan melalui uretra. Uretra wanita jauh lebih pendek dari
pada uretra pria hanya 4 cm panjangnya di bandingkan dengan panjang sekitar 20
cm pada pria. Perbedaan anatomis menyebabkan insiden infeksi saluran kemih
asendens lebih tinggi pada wanita. dengan demikian hitung koloni yang lebih dari
100.000 sel bakteri permililiter urin di anggap bermakna patologis. Sfingter
internal bagian atas di tempat keluar dari kandung kemih, terdiri atas otot polos
dan dibawah pengendalian otonom. Sfingter eksternal adala otot rangka dan
berada di bawah pengendalian folunter.
Uretra pada pria memiliki fungsi ganda sebagai saluran untuk urin dan
spermatozoa melaluikoitus. Striktur urethra merupakan penyakit atau kelainan
yang berupa penyempitan atau konstriksi dari lumen urethra akibat adanya
obstruksi . Striktur urethra di sebut juga penyempitan akibat dari adanya
pembentukan jaringan fibrotik (jaringan parut) pada urethra atau daerah urethra.

1
1.2 Tujuan

1.TujuanUmum
Tujuan pada penulisan ini adalah memperoleh gambaran secara nyata tentang
asuhan keperawatan pada klien dengan striktur uretra.

2. Tujuan Khusus :

1. Untuk mengetahui definisi dari striktur uretra


2. Untuk mengetahui Etiologi dari striktur uretra
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari striktur uretra
4. Untuk mengetahui Patofisiologi dari striktur uretra
5. Untuk mengetahui WOC dari striktur uretra
6. Untuk mengetahui Tanda dan gejala struktur uretra
7. Untuk mengetahui komplikasi dari striktur uretra\
8. Untuk mengetahui pencegahan striktur uretra
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan striktur uretra
10. Untuk mengetahui klasifikasi striktur ureta

1.3 Manfaat

1. Manfaat bagi penulis untuk menambah pengetahuan bagi mahasiswa


dan dapat di aplikasikan dari pengetahuannya di dalam kelas. Sehingga
dapat saling memahami tentang striktur uretra.
2. Manfaat bagi pembaca dapat menambah wawasan baru sehingga dapat
memahami tentang stiktur uretra. Dari point point yang telah di
jelaskan oleh penulis.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP TEORI

2.1.1 Definisi

Striktur urethra adalah penyempitan atau konstriksi dari lumen urethra


akibat adanya obstruksi (long,1996).
Striktur uretra lebih sering terjadi pada pria daripada wanita terutama karena
perbedaan panjangnya uretra. (C. Long , Barbara;1996 hal 338)
Striktur urethra adalah penyempitan akibat dari adanya pembentukan
jaringan fibrotik (jaringan parut) pada urethra atau daerah urethra.(UPF Ilmu
Bedah, 1994).
Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra akibat adanya jaringan
perut dan kontraksi. (C. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468)

2.1.2 Etiologi

Stiktur uretra dapat terjadi secara:

1. Kongenital
Stiktur uretra dapat terjadi secara terpisah ataupun bersamaan dengan
anomaly saluran kemih yang lain.
2. Didapat
Cidera uretral (akibat insersi peralatan bedah selama operasi
transurethral,kateter indwelling,atau prosedur sitoskopi)
Cidera akibat peregangan
Cidera akibat kecelakaan
Uretritis gonorrheal yang tidak ditangani
Spasmut otot
Tekanan dari luar misalnya pertumbuhan tumor

3
3. Post operasi
Beberapa operasi pada saluran kemih dapat menimbulkan stiktur
uretra,seperti operasi prostat,operasi dengan alat endoskopi.
4. Infeksi
Merupakan faktor yang paling sering menimbulkan stiktur uretra,seperti
infeksi oleh kuman gonokokus yang menyebabkan uretritis gonorrhoika
atau non gonorrhoika telah menginfeksi uretra beberapa tahun sebelumnya
namun sekarang sudah jarang akibat pemakaian antibiotic,kebanyakan
striktur ini terlatak di pars membranaseaalaupun juga ,walaupun juga
terdapat pada tempat lain;infeksi chlamidia sekarang merupakan penyebab
utama tapi dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan individu
yang terinfeksi atau menggunakan kondom.

2.1.3Manifestasi Klinis

Menurut C. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468 tanda dan gejala dari striktur uretra
adalah:
Kekuatan pancaran dan jumlah urin berkurang.
Gejala infeksi.
Retensi urinarius.
Adanya aliran balik dan mencetuskan sistitis, prostatitis dan pielonefritis.
Menurut Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 derajat penyempitan uretra terbagi
menjadi:
Ringan: jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen.
Sedang: oklusi 1/3 s.d 1/2 diameter lumen uretra.
Berat: oklusi lebih besar dari diameter lumen uretra.
Ada derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum
yang dikenal dengan spongiofibrosis.

4
2.1.4 Patofisiologi

Stuktur uretra terdiri atas lapisan mukosa dan lapisan submukosa.Lapisan


mukosa pada uretra merupakan lanjutan dari mukosa pada mukosa buli-
buli,ureter,dan ginjal.Mukosanya terdiri atas epitel kolumnar,kecuali pada daerah
dekat orifisium eksterna epitelnya skuamosa dan berlapis.Submukosanya terdiri
atas lapisan erektil vascular.

Striktur uretra dapat diakibatkan dari proses peradangan ,iskemik,atau


traumatic. Apabila terjadi iritasi uretra,maka akan terjadi proses penyembuhan
cara epimorfosis,artinya jaringan yang rusak diganti oleh jaringan ikat yang tidak
sama dengan semula.Jaringan ikat ini menyebabkan terbentuknya jaringan perut
yang memberikan manifestasi hilangnya elastisitas dan memperkecil lumen uretra
frekuensi,urgensi,disuria,inkontinensia,urine yang menetes,kadang-kadang dengan
penis yang menbengkak,infiltrate,abses,dan fistel.Keluhan yang lebih berat adalah
tidak bisa mengeluarkan urine/tidak bisa miksi(retensi urine)

Pada pemeriksaa fisik dengan palpasi pada penis didapatkan adanya suatu
kelainan akibat fibrosis di uretra,infiltrat,abses,atau terbentuknya suatu fistula

5
2.1.5 WOC

Congenital Didapat infeksi,


Anomalai saluran spame otot, tekanan
kemih yang lain dari luar tumor, cidera
uretra, cidera
peregangan, uretritis
gonorhoe

Jaringan parut

Total tersumbat Penyempitan lumen uretra

Obstruksi saluran Kekuatan pancaran dan


kemih yang bermuara jumlah urine berkurang
kevesika urinari
Perubahan pola eliminasi

Refluk urine Peningkatan tekanan


vesika urinari
Hodroureter
Penebalan dinding Gangguan rasa nyaman
Hidronefrosis VU

Pylonefritis Penurunan kontraksi


otot VU
Gagal ginjal kronik
Kesulitan berkemih

Retensi urine

Resiko infeksi Silostomi

Luka insisi Perubahan pola berkemih

Gangguan rasa Retensi urine


nyaman nyeri

6
2.1.6 Tanda dan Gejala

Gejala dari striktur uretra yang khas adalah pancaran air seni kecil dan
bercabang gejala yang lain iritasi dan infeksi seperti frekuensi, urgensi, disuria,
kadang-kadang dengan infiltrat, abces dan fistel. Gejala lanjut adalah retensio
urine.

2.1.7 Komplikasi

Komplikasi dari striktur uretra:

Retensi urin di dalam kantung kemih


Penumpukan urin dalam kantung kemih beresiko tinggi untuk
terjadinya infeksi,yang dapat menyebab ke kantung kemih, prostat,
dan ginjal
Abses di atas lokasi striktur juga dapat terjadi
Menyebabkan kerusakan uretra dan jaringan di bawahnya
Resiko terjadinya batu kandung kemih
Timbul gejala sulit ejakulasi
Fistula uretrokutaneus (hubungan abnormal antara uretradengan
kulit)
Gagal ginjal

2.1.8 Pencegahan
Elemen penting dalam pencegahan adalah menangani infeksi uretral
dengan tepat. Pemakaian kateter uretral untuk drainase dalam waktu lama harus
dihindari dan perawatan menyeluruh harus dilakukan pada setiap jenis alat uretral
termasuk kateter.

(C. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468)

7
2.1.9 Penatalaksanaan
1) Terapi
Kalau penderita datang dengan retensio urine maka pertolongan pertama
dengan cystostomi kemudian baru dibuat pemeriksaan uretrogafi untuk
memastikan adanya striktura urethra.
Kalau penderita datang dengan infiltrat urine atau abses dilakukan insisi
infiltrat dan abses dan dilakukan cystostomi baru kemidian dibuat
uretrografi.
2) Trukar Cystostomi
Kalau penderita datang dengan retensio urine atau infiltrat urine, dilakukan
cystostomi
Tindakan cystostomie dilakukan dengan trukar, dilakukan dengan lokal
anestesi, satu jari di atas pubis di garis tengah, tusukan membuat sudut 45
derajat setelah trukar masuk, dimasukan kateter dan trukar dilepas, kater
difiksasi dengan benar sutra kulit.
3) Uretraplasti
Indikasi untuk uretroplasti adalah membarikan dengan setriktura urethra
panjang lebih 2 cm atau dengan fistel urethrokutan atau penderita residif
striktur pasca urethratomi sachse

Operasi urethroplasti ini bermacam macam , pada umunya setelah


daerah striktur diexsisi, urethra diganti dengan kulit preputium atau kulit
penis dan dengan free graf atau pedikel graf yaitu dibuat tambung urethra
baru dari kulit preputium atau kulit penis dengan menyertakan pembuluh
darahnya.
4) Bedah endoskopi
Setelah dibuat diagnosis striktura urethra ditentukan lokasi dan panjang
striktura
Indikasi untuk melakukan bedah endoskopi dengan alat sachse adalah
striktura urethra anterior atau posterior masih ada lumen walaupun kecil
dan panjang tidak lebih 2 cm serta tidak fistel kateter dipasang selama 2
hari pasca tindakan

8
Setelah penderita dipulangkan, penderita harus kontrol tiap minggu sampai
1 bulan kemudian.Tiap bulan sampai 6 bulan dan tiap 6 bulan seumur
hidup.Pada waktu kontrol dilakukan pemeriksaan uroflowmer kalau Q
maksimal <10 dilakukan bauginasi
5) Otis uretomie
Tindakan otis uretrotomi di kerjakan pada striktura urethra anterior
terutama bagian distal dari pendulan urethra dan fossa manicularis.
Otis uretrotomi ini juga dilakukan pada wanita dengan striktura urethra
6) Striktura urethra pada wanita
Etiologi striktura pada wanita berbeda dengan laki laki , etiologi striktura
urethra pada wanita radang kronis.Biasanya diderita oleh wanita diatas 40
tahun dengan syndroma systitis berulang yaitu dysuria, frekuensi dan
urgency.
Diagnosa striktura urethra dibuat dengan bougie aboule, tanda khas dan
pemeriksaan bougie aboule adalah pada waktu dilepas terdapat flik atau
hambatan.
Pengobatan dari striktura urethra pada wanita dengan dilatasi, kalau gagal
dengan otis uretromi

2.1.10 Klasifikasi
Striktur urethra dibagi dalam 3 jenis, yaitu :
1. Striktur urethra congenital
Striktur urethra congenital sering terjadi di fossa nafikularis dan pars
membranasae. Sifat striktura ini adalah stationer.
2. Striktur urethra traumatic
Trauma pada daerah kemaluan dapat menimbulkan rupture uretra. Timbul
striktura traumatic dalam waktu 1 bulan. Striktura akibat trauma lebih
progresif dari pada striktura akibat infeksi. Pada rupture uretra ditemukan
hematuri gross.
3. Striktur akibat infeksi
Striktura jenis ini biasanya disebabkan oleh infeksi veneral. Timbulnya lebih
lambat dari pada striktura traumatic.

9
2.2 KONSEP ASKEP
2.2.1 Pengkajian
1. Anemnesis

a. Identitas
1) Identitas klien
meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register,
diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut
untuk menentukan tindakan selanjutnya.
2) Identitas penanggung jawab
identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan
jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul
meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien
dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit sekarang.
Merupakan keluhan klien pada saat dikaji, klien yang mengatakan tidak
dapat BAK seperti biasa dan merasakan nyeri pada daerah post op striktur
uretra (cystostomi).
Riwayat penyakit dahulu.
Akan memberikan informasi-informasi tentang kesehatan atau penyakit
masa lalu yang pernah diderita pada masa lalu.
3. Pemeriksaan Fisik
1. TTV
TD: biasanya>120/80 mmHg
RR: biasanya normal.
N: biasanya >100 x/menit
S: biasanya >37,5OC
2. Kepala dan leher: biasanya tidak ada kelainan.
3. Thoraks: biasanya tidak ada kelainan.
4. Abdomen: biasanya tidak ada kelainan.

10
5. Genitalia: biasanya terjadi tanda dan gejala infeksi, retensi urin, pancaran
dan jumlah urin berkurang.
6. Ekstremitas: biasanya tidak ada kelainan.

4. Pola fungsi kesehatan


1. Pola aktivitas: biasanya klien mengalami penurunan aktivitas.
2. Pola nutrisi: biasanya tidak ada masalah.
3. Pola eliminasi: biasanya frekuensi BAK klien menurun akibat striktur
uretra.
4. Pola istirahat: biasanya tergangg karena nyeri.

5. Sistem pernafasan
Perlu dikaji mulai dari bentuk hidung, ada tidaknya sakit pada lubang
hidung, pergerakan cuping hidung pada waktu bernafas, kesimetrisan
gerakan dada pada saat bernafas, auskultasi bunyi nafas dan gangguan
pernafasan yang timbul. Apakah bersih atau ada ronchi, serta frekuensi
nafas. hal ini penting karena imobilisasi berpengaruh pada pengembangan
paru dan mobilisasi secret pada jalan nafas.

6. Sistem kardiovaskuler
Mulai dikaji warna konjungtiva, warna bibir, ada tidaknya peninggian
vena jugularis dengan auskultasi dapat dikaji bunyi jantung pada dada dan
pengukuran tekanan darah dengan palpasi dapat dihitung frekuensi denyut
nadi.

7. Sistem pencernaan
Yang dikaji meliputi keadaan gigi, bibir, lidah, nafsu makan, peristaltik
usus, dan BAB. Tujuan pengkajian ini untuk mengetahui secara dini
penyimpangan pada sistem ini. Sistem genitourinaria Dapat dikaji dari ada
tidaknya pembengkakan dan nyeri pada daerah pinggang, observasi dan
palpasi pada daerah abdomen bawah untuk mengetahui adanya retensi
urine dan kaji tentang keadaan alat-alat genitourinaria bagian luar

11
mengenai bentuknya ada tidaknya nyeri tekan dan benjolan serta
bagaimana pengeluaran urinenya, lancar atau ada nyeri waktu miksi, serta
bagaimana warna urine.

8. Sistem muskuloskeletal
Yang perlu dikaji pada sistem ini adalah derajat Range of Motion dari
pergerakan sendi mulai dari kepala sampai anggota gerak bawah,
ketidaknyamanan atau nyeri yang dilaporkan klien waktu bergerak,
toleransi klien waktu bergerak dan observasi adanya luka pada otot harus
dikaji juga, karena klien imobilitas biasanya tonus dan kekuatan ototnya
menurun.

9. Sistem integumen
Yang perlu dikaji adalah keadaan kulitnya, rambut dan kuku, pemeriksaan
kulit meliputi : tekstur, kelembaban, turgor, warna dan fungsi perabaan.

10. Sistem neurosensori


Sisten neurosensori yang dikaji adalah fungsi serebral, fungsi saraf cranial,
fungsi sensori serta fungsi refleks.

11. Pola aktivitas sehari-hari


Pola aktivitas sehari-hari pada klien yang mengalami post op striktur
uretra meliputi frekuensi makan, jenis makanan, porsi makan, jenis dan
kuantitas minum dan eliminasi yang meliputi BAB (Frekuensi, warna,
konsistensi) serta BAK (frekuensi, banyaknya urine yang keluar setiap hari
dan warna urine). Personal hygiene (frekuensi mandi, mencuci rambut,
gosok gigi, ganti pakaian, menyisir rambut dan menggunting kuku).
Olahraga (frekuensi dan jenis) serta rekreasi (frekuensi dan tempat
rekreasi).

12
12. Data psikososial
Pengkajian yang dilakukan pada klien imobilisasi pada dasarnya sama
dengan pengkajian psikososial pada gangguan sistem lain yaitu mengenai
konsep diri (gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran diri, dan identitas
diri) dan hubungan interaksi klien baik dengan anggota keluarganya
maupun dengan lingkungan dimana ia berada. Pada klien dengan post op
striktur uretra dan imobilisasi adanya perubahan pada konsep diri secara
perlahan-lahan yang mana dapat dikenali melalui observasi terhadap
adanya perubahan yang kurang wajar dan status emosional perubahan
tingkah laku, menurunnya kemampuan dalam pemecahan masalah dan
perubahan status tidur. Data spiritual Klien dengan post op striktur uretra
perlu dikaji tentang agama dan kepribadiannya, keyakinan : harapan serta
semangat yang terkandung dalam diri klien yang merupakan aspek penting
untuk kesembuhan penyakitnya.

2.1.2 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk pelengkap pelaksanaan
pembedahan. Selain itu, beberapa dilakukan untuk mengetahui
adanya tanda-tanda infeksi melalui pemeriksaan urinalisis dan
kultur urine.
b. Uroflowmetri
Uroflowmetri adalah pemeriksaan untuk menentukan kecepatan
pancaran urine. Volume urine yang dikeluarkan pada waktu miksi
dibagi dengan lamanya proses miksi. Kecepatan pancaran urine
normal pada pria adalah 20 ml/detik dan pada wanita 25 ml/detik.
Bila kacepatan pancaran kurang dari harga normal menendakan
adanya obstruksi.

13
c. Radiologi
Diagnosis pasti dibuat dengan uretrografi sehingga dapat melihat
letak penyempitan dan besarnya penyempitan utretra. Untuk
mengetahui lebih lengkap mengenai panjang striktur adalah dengan
sistoureografi yaitu memasukkan bahan kontras secara antegrad
dari buli-buli dan secara retrograf dari uretra. Dengan pemeriksaan
ini, panjang striktur dapat diketahui sehingga penting untuk
perencanaan terapi atau operasi.

2.1 3 Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan insisi bedah sitostomi suprapubik


b. Perubahan pola eliminasi perkemihan berdasarkan sitostomi suprapublik
c. Resiko infeksi berdasarkan adanya kateter suprapublik, insisi bedah
sitostomi suprapublik
d. Nyeri berhubungan post operasi cystostomi
e. Defisiensi pengetahuan berdasarkan kurang informasi, salah interpretasi
informasi
f. Retensi urine

14
2.1.4 Intervensi dan Implementasi

N Diagnosa Keperawatan Tujan dan Kriteria Intervensi


o. Hasil
1.Nyeri
1 Akut NOC NIC
Pain level Pain management
Pain control - Lakuakan pengkajian
Comfort level nyeri secara
Kriteria hasil: komperhensif
Mampu termasuk lokasi,
mengontrol karateristik, durasi,
nyeri (t ahu frekuensi, kualitas,
penyebab nyeri, dan faktor presipitasi
mampu - Observasi reaksi non
menggunakan verbal dari
tehnik ketidaknyamanan
nonfarmalogi - Gunakan tekhik
untuk komunikasi terapeutik
memgurangi untuk menggetahui
nyeri, menceri pengalaman nyeri
bantuan) pasien
Melaporkan - Kaji kultur yang
bahwa nyeri mmpengaruhi respon
berkurang nyeri
dengan - Evaluasi pengalaman
menggunakan nyeri masa lampau
manajemen - Evaluasi bersama
nyeri pasin dan tim
Mampu kesehatan lain tentang
menggendalikan ketidak efektifan
nyeri(skala,inten kontrol nyeri masa
sitas, lampau

15
frekkuensi, dan - Bantu pasien dan
tanda nyeri) keluarga untuk
Menyatakan rasa mencari dan
nyaman setelah nyeri menemukan dukungan
berkurang - Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan, dan
kebisingan
- Kurang i faktor
presipitasi nyeri
- Pilih dan lakukan
penenganan nyeri
(farmakologi dan
nonfarmakologi dan
interpersonal)
- Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan intervensi
- Ajarkan tentang
tekhik
nonfarmakologi
- Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
- Evaluasi kefektifan
kontrol nyeri
- Tingkat istirahat
- Kolaborasikan dengan
dokter jikan ada
keluhan dan tindakan

16
nyeri tidak evektif
- Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

Analgesic administration
- Tentukan lokasi,
karasteristik, kualitas
dan derajat nyeri
sebelum memberikan
pbat
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih nalgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
- Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
- Tentukan analgesik
pilihan, rute
pembrian, dan dosis
optimal
- Pilih rute pemberian
secara IV,IM untuk
mengobati nyeri

17
secara teratur
- Monitpr vitak sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
- Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
Evaluasi efektifitas analgesik,
tanda dan gejala
2 Gangguan Eliminasi NOC NIC
Urine Urinary Urinary Retention Care
elimination - Lakukan penilaian
Urinary kemih yang
contineunce komperhensif
Kriteria hasil: berfokus pada
Kandung kemih inkontensia(misalnya,
kosong secara output urine, pola
penuh berkemih kemih,
Tidak ada residu fungsi kognitif, dan
urine>100-200 masalah kencing
cc praksien)
Intake cairan - Memantau
dalam rentang penggunakan obat
normal dngan sifat
Bebas dari ISK antikolinergik atau
Tidak ada properti alpha agonis
spasme bladder - Memonitor efek dari
Balane cairan seimbang obat-obatan yang
diresepkan, seperti
calcium channel
blockers dan

18
antikolinergik
- Menyediakan
penghapusan privasi
- Gunakan kekuatan
sugesti dengan
menjalankan air atau
disiram toilet
- Merangsang refleks
kandung kemih
dengan menerpkan
dingin untuk perut,
membelai tinggi batin,
atau air
- Sediakan waktu yang
cukup untuk
pengosongan kandung
kemih (10 menit)
- Gunakan spirit
wintergreen di pispot
atau urinal
- Menyediakan
manuver Crede, yang
diperlukan
- Gunakan double-void
tekhik
- Memasukkan kateter
kmih, sesuai
- Anjurkan pasien/
keluarga untuk
merekam output urine,
sesuai
- Instruksiakn cara-cara

19
untuk menghindari
konstipasi atau
impaksi tinja
- Memantau asupan dan
keluaran
- Mamntau tingkat
distensi kandung
kemih dengan palpasi
dan perkusi
- Membantu dengan
toilet secara berkala,
sesuai
- Memasukkan pipa ke
dalam lubang tubuh
untuk sisa, sesuai
- Menerapkan
katterisasi intermiten,
sesuai
Merujuk ke spesialis
kontinensia kemih, sesuai
3 Resiko infeksi NOC: NIC:
Definisi :mengalami imunitas status Infection control
peningkatan terserang knowlage bersihkan lingkungan
organism patogenik :infection setelah dipakai pasien
Factor-faktor resiko: control lain
Penyakit kronis risk control pertahankan teknik
- Diabetes Kriteria hasil isolasi
mellitus klien bebas dari batasi pengunjung bila
- Obesitas tanda dan gejala perlu
Pengetahuan infeksi instruksikan pada
yang tidak mendiskripsikan pengunjung untuk
cukup untuk proses mencuci tangan saat

20
menghindari penularan berkunjung dan
pemanjanan penyakit,faktor setelah berkunjung
pathogen yang meninggalkan pasien
Pertahanan mempengaruhi gunakan sabun
tubuh primer penularan serta antimikroba untuk
yang tidak penatalaksanaan cuci tangan
adekuat nya cuci tangan setiap
- Ganggua menunjukkan sebelum dan sesudah
n kemampuan tindakan keperawatan
peristalsi untuk mencegah gunakan baju,sarung
s timbulnya tangan sebagai alat
- Kerusaka infeksi pelindung
n jumlah eritrosit pertahankan
integritas dalam jumlah lingkungan antiseptic
kulit(pe normal selama pemasangan
masanga menunjukkan alat
n kateter perilaku hidup ganti letak IV perifer
intrevena sehat dan line central dan
,prosedur dressing sesuai
infasif) petunjuk umum
- Perubaha gunakkan kateter
n sekresi intermiten untuk
Ph menurunkan infeksi
- Penuruna kandung kencing
n kerja tingkatkan intake
siliaris nutrisi
- Pecah berikan terapi
ketuban antibiotic
dini proteksi terhadap infeksi
- Pecah
monitor tanda dan
ketuban
gejala infeksi sistemik
lama
dan local

21
- Merokok monitor hitung
- Statis granulosit,WBC
cairan monitor kerentanan
tubuh terhadap infeksi
- Trauma batasi pengunjung
jaringan( sering pengunjung
mis. terhadap penyakit
Trauma menular
destruksi pertahankan teknik
jaringan) aspesis pada pasien
Ketidak beresiko
adekuatan pertahankan teknik
pertahanan isolasi k/p
sekunder berikan perawatan
- Penurunan kulit pada area
hemoglobin epidema
- Imunosupresi(m inspeksi kulit dan
is.imunitas
membrane mukosa
didapat tidak terhadap
adekuat,agen
kemerahan,panas,drai
farmaseutikal nase
termasuk
inspeksi kondisi
imunosupresan,s
luka/insisi bedah
teroid,antiboby
dorong masukkan
monoclonal,imo
nutrisi yang cukup
nomudulator)
dorong masukkan
Vaksinasi tidak
caiaran
adekuat
dorong istirahat
Pemajanan
instruksikan pasien
terhadap
untuk minum
patogen
antibiotic sesuai resep
lingkungan

22
meningkat ajarkan pasien dan
- Wabah keluarga tanda dan
Prosedur invasif gejala infeksi
malnutrisi ajarkan cara
menghindari infeksi
laporkan kecurigaan
infeksi
laporkan kultur positif
4 Kurang Pengetahuan NOC : NIC :
Definisi : Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
Tidak adanya atau process Berikan penilaian tentang
kurangnya informasi Kowledge : health tingkat pengetahuan pasien
kognitif sehubungan Behavior tentang proses penyakit yang
dengan topic spesifik. Kriteria Hasil : spesifik
Batasan karakteristik : Pasien dan keluarga Jelaskan patofisiologi dari
memverbalisasikan menyatakan penyakit dan bagaimana hal
adanya masalah, pemahaman tentang ini berhubungan dengan
ketidakakuratan penyakit, kondisi, anatomi dan fisiologi, dengan
mengikuti instruksi, prognosis dan program cara yang tepat.
perilaku tidak sesuai. pengobatan Gambarkan tanda dan
Faktor yang Pasien dan keluarga gejala yang biasa muncul
berhubungan : mampu melaksanakan pada penyakit, dengan cara
keterbatasan kognitif, prosedur yang yang tepat
interpretasi terhadap dijelaskan secara benar Gambarkan proses
informasi yang salah, Pasien dan keluarga penyakit, dengan cara yang
kurangnya keinginan mampu menjelaskan tepat
untuk mencari kembali apa yang Identifikasi kemungkinan
informasi, tidak dijelaskan perawat/tim penyebab, dengna cara yang
mengetahui sumber- kesehatan lainnya tepat
sumber informasi. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat

23
Hindari harapan yang
kosong
Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
Diskusikan perubahan
gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang tepat
Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan,
dengan cara yang tepat

6 Retensi urine NOC: NIC:


Definisi :pengosongan Urinary Urinary retention care

24
kandung kemih tidak elimination - Monitor intake dan
komplit Urinary output
Batasan karakteristik continence - Monitor penggunaan
Tidak ada Criteria hasil obat antikolionergik
haluaran urine Kandung kemih - Monitor derajat
Distensi kosong secara distensi bladder
kandung kemih penuh - Instruksikan pada
Menetes,disuria Tidak ada residu pasien dan keluarga

Sering berkemih urine>100- untuk mencatat output

Inkontinensia 200cc urine

aliran berlebih Bebas dari ISK - Sediakan privasi

Residu Tidak ada untuk eliminasi

urine,berkemih spasme bladder - Stimulasi reflek

sedikit Balance cairan bladder dengan


seimbang kompres dimgin pada
Sensasi kandung
abdomenerisasi jika
kemih penuh
perlu
Factor yang
- Monitor tanda dan
berhubungan
gejala
Sumbatan
ISK(panas,hematuria,
Tekanan ureter
perubahan baud an
tinggi
konsistensi urine)
Inhibisi arkus
Urinary elimination
reflek,sfingter
management
kuat

25
2.1.5 Evaluasi

Evaluasi adalah merupakan pengukuran dari keberhasilan rencana


keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien. Tahap evaluasi merupakan kunci
keberhasilan dalam menggunakan proses keperawatan. Adapun evaluasi klien
dengan post op striktur uretra yang dipasangi kateter tetap dilakukan berdasarkan
kriteria tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan asuhan keperawatan
dikatakan berhasil apabila dalam evaluasi terlihat pencapaian kriteria tujuan
perawatan yang diberikan

26
BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

Striktur urethra merupakan penyakit atau kelainan yang berupa


penyempitan atau konstriksi dari lumen urethra akibat adanya obstruksi . Striktur
urethra di sebut juga penyempitan akibat dari adanya pembentukan jaringan
fibrotik (jaringan parut) pada urethra atau daerah urethra.

Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine keluar dari buli-buli


melalui proses miksi. Pada pria organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan
cairan mani. Berdasarkan penyebab/etiologinya striktur dibagi menjadi 3 jenis :
Struktur urethra congenital, Struktur urethra traumatic dan Struktur akibat infeksi

3.2 Saran

jika keluarga atau orang terdekat menemukan adanya kelainan pada uretra
seseorang hendaknya sesegera mungkin menghubungi pelayanan kesehatan untuk
mendapatkan penanganan yang sesuai. Selain itu untuk meningkatkan
keberhasilan penatalaksanaan dari striktur uretra diperlukan penilitian penilitian
lanjut.

27
DAFTAR PUSTAKA

Adinata.2013.Asuhan keperawatan askep striktur uretra.


http://adinata007.blogspot.com/2013/02/asuhan-keperawatan-askep-
striktur-uretra_8053.html. Diakses : 20 maret 2014 Jam 18.30
Rustamtam.2013.asuhan keperawatan striktur
uretra.http://rustamtamtam.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-
striktur-uretra-kmb.html. Diakses : 19 maret 2014 Jam 11.00
Muttaqin arif.sari kumala.2011.asuhan keperawatan system
perkemihan.Jakarta:Salemba medika.

28

Anda mungkin juga menyukai