Ejournal GRACE Publish (07-27-13-07-21-50)
Ejournal GRACE Publish (07-27-13-07-21-50)
Ejournal GRACE Publish (07-27-13-07-21-50)
Abstract
REDD + is the provision of incentives to rainforest nations to protect their
forests in order to reduce greenhouse gas emissions, protection sustainable
management of forests and enhancement of carbon reserves. REDD has not
become part of a global deal on climate change, but is proposed to be included
in the new agreement that will replace the Kyoto Protocol. In the meantime,
REDD pilot schemes are being implemented and funding mechanisms being
drafted UN agencies, international financial institutions, private companies,
government and environmental organizations. REDD is needed to rehabilitate
the forests in Kapuas, Central Kalimantan that damaged and converted to
agriculture.
Pendahuluan
Pada Konferensi para Pihak (COP) ke 11 di Montreal pada tahun 2005, Papua
Nugini dan Costa Rica yang didukung negara-negara yang tergabung dalam
Coalition for Rainforest Nations (CfRN) mengungkapkan kekhawatiran mereka
atas wilayahnya apabila iklim tidak segera distabilkan, sehingga mengusulkan
perlunya mekanisme yang mengganti protocol Kyoto, yaitu sebuah mekanisme
insentif untuk pencegahan deforestasi yang dikenal dengan Reducing Emissions
from Deforestation and Forest Degradation (REDD). REDD akan mengatasi
sumber gas rumah kaca (GRK) lebih besar dari seluruh emisi yang dihasilkan
sektor transportasi di dunia. Tanpa REDD, tujuan menstabilkan iklim 2C tidak
akan tercapai. REDD menjadi mekanisme kerjasama antar negara-negara industri
untuk mendukung negara-negara berkembang yang memilik hutan tropis seperti
Indonesia, baik dalam bentuk dana maupun teknologi. Konteks REDD kemudian
ditambah dengan + dimana REDD tidak hanya pengurangan emisi dari
deforestasi dan degradasi hutan saja tetapi memasukkan konservasi hutan,
pengelolaan hutan lestari atau peningkatan cadangan karbon, agar partisipasi
1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman. Email: [email protected]
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 1, 2013: 451-462
Hutan Indonesia yang merupakan hutan tropis terbesar ketiga didunia yang juga
memiliki lahan gambut, menjadi harapan dunia untuk memegang peranan penting
dalam mengurangi emisi karbon. REDD secara resmi hadir di Indonesia ditandai
dengan penandatanganan Surat Kesepakatan (Letter of Intent atau LoI) pada 26
Mei 2010 dengan pemerintah Norwegia yang merespon komitmen Indonesia
untuk menurunkan gas emisi 26% pada 2020 saat menghadiri KTT Perubahan
Iklim di Kopenhagen. Dalam LoI ini juga provinsi Kalimantan Tengah terpilih
menjadi provinsi percontohan utama REDD di Indonesia.
452
Implementasi REDD+ di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah (Grace Gerda R)
3. Beralih ke industri yang lebih bersih dan sehat, dimana didalamnya termasuk
program 3R (Recycling, Reuse, Reduce).
4. Pengaturan tata kelola lingkungan hidup yang baik dan terarah
5. Melakukan aksi nyata secara nasional dan menyeluruh.
Dalam etika lingkungan, negara-negara maju dihimbau untuk menghentikan
kecenderungan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi dan membantu negara
berkembang untuk menciptakan suatu kualitas kehidupan yang layak bagi
penduduknya. Termasuk didalamnya, komitmen dan upaya politik untuk
memulihkan kehancuran ekologis yang terjadi selama ini karena cara pandang
antroposentrisme.
Ada empat pilar utama yang menjadi landasan konsepsional dari teori Green
Politic dalam menetapkan kriteria kebijakan yang bersifat Green basic oleh suatu
negara antara lain :
a. Pembangunan berwawasan lingkungan hidup.
b. Berbasis keadilan ekonomi & sosial terhadap masyarakat.
c. Berasaskan pada Grass Root Democracy.
d. Melakukan perdamaian tanpa kekerasan.
Apabila keempat pilar diatas dapat dilakukan oleh suatu negara dalam
menjalankan kebijakan pembangunannya, maka secara tidak langsung telah
menaati aturan pembangunan berwawasan lingkungan dan telah turut serta dalam
kegiatan pemeliharaan lingkungan hidup. Berkaitan dengan hal ini rezim
lingkungan hidup global melahirkan sebuah mekanisme yaitu mekanisme REDD
yang menjembatani negara-negara maju dan negara-negara berkembang sebagai
upaya bersama untuk memperbaiki krisis ekologi yang terjadi.
Implementasi Program
Implementasi program atau kebijakan merupakan salah satu tahap yang penting
dalam proses kebijakan publik. Suatu program kebijakan harus diimplementasikan
agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Grindle menyatakan, implementasi
merupakan proses umum tindakan administratif yang dapat diteliti pada tingkat
program tertentu. Proses implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan
sasaran telah ditetapkan, program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap dan
telah disalurkan untuk mencapai sasaran (rudisalam.files.wordpress.com, diakses
10 Agustus 2012).
453
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 1, 2013: 451-462
Metode Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analisis yang memaparkan proses
implementasi REDD+ di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah dan hambatan-
hambatan yang terjadi selama program ini diimplementasikan. Data yang
disajikan merupakan data sekunder yang diperoleh melalui telaah pustaka, yakni
dengan mengumpulkan data dari buku-buku, surat kabar, jurnal dan internet yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti
454
Implementasi REDD+ di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah (Grace Gerda R)
455
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 1, 2013: 451-462
456
Implementasi REDD+ di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah (Grace Gerda R)
dilaksanakan atau dikoordinir oleh Sekber REDD+, yaitu dalam rangka menopang
keberlanjutan program serta mendorong kesadaran masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan-kegiatan pro lingkungan hidup di masing-masing desa
pada masa mendatang. Sesuai tujuan tersebut, maka target desa untuk pelaksanaan
kegiatan ini adalah pada desa-desa yang telah melaksanakan kegiatan CBFFM dan
eks-PLG. Kegiatan yang telah dilaksanakan yaitu lokakarya persiapan review
RPJM dan RKP Desa di Kuala Kapuas dihadiri oleh 11 Desa dari 3 kecamatan.
Selanjutnya me-review RPJM dan RKP Desa yang mana perhatian khusus pada
program hijau dibahas selama proses tersebut. Indikator yang digunakan untuk
menilai kesesuaian usulan kegiatan dengan program hijau berbasis REDD+ adalah
: memberikan kontribusi untuk mengurangi alih fungsi hutan (deforestasi) dan
penurunan daya dukung hutan (degradasi), berdampak pada peningkatan stok
karbon dan konservasi, dan mempromosikan pengelolaan hutan lestari.
457
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 1, 2013: 451-462
Dokumen Desain Proyek mengatakan bahwa trust fund dibuat untuk mendukung
pengeluaran selama beberapa tahun di luar penyelesaian kegiatan proyek lainnya.
Dana tersebut dikelola oleh Bank Dunia, didirikan dengan suntikan modal sekitar
A$ 8juta dari KFCP. Sedangkan rancangan TOR untuk mekanisme pembayaran
dan tata kelola kelompok kerja sedang disiapkan. Selain itu model pengusahaan
REDD yang dikaitkan dengan pengembangan KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan)
sedang dalam proses.
458
Implementasi REDD+ di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah (Grace Gerda R)
459
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 1, 2013: 451-462
sebagai alat membersihkan hutan dan menciptakan sumber pendapatan baru yang
tidak menekan hutan. Di lain hal, dalam setiap tahap implementasi proyek, tim
telah berusaha untuk menyampaikan maksud dan tujuan program ini kepada
masyakat maupun agen yang yang terlibat dalam program ini dan telah
menspesifikasikan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh partisipan. Kebijakan
telah diimplentasikan pada teori sebab-akibat yang valid, dimulai dari penutupan
kanal sampai mekanisme pembayaran.
460
Implementasi REDD+ di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah (Grace Gerda R)
kasus, orang yang sama yang menandatangani kedua surat. Permasalan ini telah
diselesaikan dengan perdamaian tanpa kekerasan sesuai pilar Green Politics.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Implementasi REDD+ di Kabupaten Kapuas,
Kalimantan Tengah terdiri dari 3 kegiatan utama yaitu : Penanggulangan
Kebakaran Hutan berbasis Masyarakat (Community Based Forest Fire
Management-CBFFM), Kegiatan khusus di daerah eks-Pengembangan Lahan
Gambut (eks-PLG); dan Inisiatif pengembangan kegiatan Desa Hijau (Green
Village), Ketiga kegiatan utama ini dikoordinasikan atau dilaksanakan oleh
Sekber REDD+.
461
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 1, 2013: 451-462
bergantung kepada staf yang lain agar target tercapai; Kesadaran kerja harus
ditingkatkan dikalangan Pemerintah setempat untuk selalu memantau dan
merekrut tim yang memiliki kemampuan teknis yang berkaitan dengan REDD.
Daftar Pustaka
Buku
Baldo-Soriano, Eleonor, et.al. 2010. Apa itu REDD? Sebuah Panduan untuk
Masyarakat Adat. Jakarta: Rumah AMAN.
Keraf, Sonny. 2002. Etika Lingkungan. Jakarta: Kompas.
Nugroho , Riant. 2006. Kebijakan Publik Untuk Negara-Negara Berkembang.
Jakarta: PT.Elex Media Komputindo
Olbrei, E and Howes, S. 2012. A Very Real and Practical Contribution? Lessons from
the Kalimantan Forests and Climate Partnership. Development Policy Centre
Discussion Paper #16, Crawford School of Public Policy, The Australian
National University, Canberra
Parsons, Wayne. 2001. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktek Dalam Analisis
Kebijakan. Jakarta: Kencana.
Subarsono, AG.2005. Analisis Kebijakan Publik : Konsep, Teori Dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suryatmojo, Hatma.2012. Adaptasi Masyarakat di Kawasan Ekosistem Lahan
Gambut Dalam Mengantisipasi Perubahan Iklim.Yogyakarta:Insist.
Topatimasang, Roem, et.al. 2012. Lahan Gambut dan Perubahan Iklim:Distorsi Sains,
Politik,dan Kebijakan.Yogyakarta:Insist.
Laporan-laporan:
Departemen Kehutanan.2008. IFCA Consolidation Report: REDD in Indonesia.
Jakarta
Sekretariat Bersama REDD+ Kalimantan Tengah. 2012. Laporan Akhir Tahun 2012.
Media Elektronik:
ARTIKULASI KONSEP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN: Perspektif, Model
dan Kriteria Pengukurannya, diakses dari rudisalam.files.wordpress.com
pada tanggal 10 Agustus 2012.
Australian Embassy, Australian Ambassador and Minister for Forestry visit
Central Kalimantan, diakses dari :
http://www.indonesia.embassy.gov.au/jakt/MR11_067.html
Booklet REDD+ dan Satgas Kelembagaan REDD+ Sebuah Pengantar diakses
dari http://www.redd-indonesia.org pada tanggal 26 September 2012.
462