Pengambilan Sample Urin
Pengambilan Sample Urin
Pengambilan Sample Urin
2. Folley kateter
6. Urine bag
7. Spuit
8. Arteri klem
Penatalaksanaan :
a. Nama pasien
b. Tanggal lahir
c. Tanggal pengambilan
d. Ruang rawat
Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Pengeluaran urine
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan
untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Secara umum urine berwarna kuning. Urine encer
warna kuning pucat (kuning jernih), urine kental berwarna kuning pekat, dan urine baru/segar
berwarna kuning jernih. Urine yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh.Urine
berbau khas jika dibiarkan agak lama berbau ammonia. Ph urine berkisar antara 4,8 7,5,
urine akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein, dan urine akan menjadi
lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urine 1,002 1,035. Secara
kimiawi kandungan zat dalan urine diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin dan
asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badan keton zat sisa
metabolisme lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat,Ca dan Mg), hormon, zat
toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darah Kristal
kapur dsb). Volume urine normal per hari adalah 900 1400 ml, volume tersebut dipengaruhi
banyak faktor diantaranya suhu, zat-zat diuretika (teh, alcohol, dan kopi), jumlah air minum,
hormon ADH, dan emosi.
1. Untuk mengetahui adanya kelainan urine secara langsung. Urine akan diambil
sebagai spesimen atau sampel laboratorium apabila diperlukan. Beberapa kasus yang
memerlukan sampel urine adalah diabetes, proteinuria, dan adanya gangguan ginjal.
2. Untuk membantu penegakan dini diagnosa awal. Urine terdiri dari air dengan
bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi
organik. Cairan dan materi pembentuk urine berasal dari darah atau cairan interstisial.
Komposisi urine berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting
bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul
pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan
berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar
tubuh. Materi yang terkandung di dalam urine dapat diketahui melalui urinalisis. Urea
yang dikandung oleh urine dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan
dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos.
b. Faktor Eksternal
1) Zat-zat diuretik
Misalnya teh, kopi, atau alkohol dapat menghambat reabsorpsi ion Na+. Akibatnya ADH
berkurang sehingga reabsorpsi air terhambat dan volume urine meningkat.
2) Suhu lingkungan
Ketika suhu sekitar dingin, maka tubuh akan berusaha untuk menjaga suhunya dengan
mengurangi jumlah darah yang mengalir ke kulit sehingga darah akan lebih banyak yang
menuju organ tubuh, di antaranya ginjal. Apabila darah yang menuju ginjal jumlahnya
samakin banyak, maka pengeluaran air kencing pun banyak.
3) Gejolak emosi dan stress
Jika seseorang mengalami stress, biasanya tekanan darahnya akan meningkat sehingga
banyak darah yang menuju ginjal. Selain itu, pada saat orang berada dalam kondisi emosi,
maka kandung kemih akan berkontraksi. Dengan demikian, maka timbullah hasrat ingin
buang air kecil.
4) Jumlah air yang diminum
Jumlah air yang diminum tentu akan mempengaruhi konsentrasi air dalam darah. Jika
meminum banyak air, konsentrasi air dalam darah akan tinggi, dan kosentrasi protein dalam
darah menurun, sehingga filtrasi menjadi berkurang. Selain itu, keadaan seperti ini
menyebabkan darah lebih encer, sehingga sekresi ADH akan berkurang. Menurunnya filtrasi
dan berkurangnya ADH akan menyebabkan menurunnya penyerapan air, sehingga urine yang
dihasilkan akan meningkat dan encer.
5) Kondisi penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus.
6) Life Style dan aktivitas
Seorang yang suka berolahraga, urine yang terbentuk akan lebih sedikit dan lebih pekat
karena cairan lebih banyak digunakan untuk membentuk energi sehingga cairan yang
dikeluarkan lebih banyak dalam bentuk keringat.
D. Pemeriksaan Urine
Yang dimaksud dengan pemeriksaan urine rutin adalah pemeriksaan makroskopik,
mikroskopik dan kimia urine yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan
yang dimaksud dengan pemeriksaan urine lengkap adalah pemeriksaan urine rutin yang
dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.
1. Pemeriksaan Makroskopik
Tes makroskopik dilakukan dengan cara visual. Pada tes ini biasanya menggunakan reagen
strip yang dicelupkan sebentar ke dalam urine lalu mengamati perubahan warna yang terjadi
pada strip dan membandingkannya dengan grafik warna standar. Tes ini bertujuan
mengetahui Warna, Kejernihan, bau,Volume pH, berat jenis (BJ), glukosa, protein, bilirubin,
urobilinogen, darah, keton, nitrit dan lekosit esterase.
1. Volume urine. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urine seperti umur,
berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas
orang yang bersangkutan. Rata-rata di daerah tropik volume urine dalam 24 jam
antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urine selama 24
jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri. Bila volume urine selama 24
jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri, keadaan ini mungkin didapat
pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis menahun. Anuri adalah suatu
keadaan dimana jumlah urine selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin
dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal
2. Warna urin. Warna urine ditentukan oleh besarnya dieresis. Makin besar dieresis,
makin muda warna urine itu. Biasanya warna urine normal berkisar antara kuning
muda dan kuning tua. Warna itu disebabkan oleh beberapa macam zat warna, terutama
urochrom dan urobilin. Jika didapat warna abnormal disebabkan oleh zat warna yang
dalam keadaan normal pun ada, tetapi sekarang ada dalam jumlah besar.
Kemungkinan adanya zat warna abnormal, berupa hasil metabolisme abnormal, tetapi
mungkin juga berasal dari suatu jenis makanan atau obat-obatan. Beberapa keadaan
warna urine mungkin baru berubah setelah dibiarkan
3. Berat jenis urine. Pemeriksaan berat jenis urine bertalian dengan faal pemekatan
ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop,
gravimetri, menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens 'pita'
4. Bau urine. Bau urine normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap.
Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan
seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria.
6. Buih. Buih pada urine normal berwarna putih. Jika urine mudah berbuih,
menunjukkan bahwa urine tersebut mengandung protein. Sedangkan jika urine
memiliki buih yang berwarna kuning, hal tersebut disebabkan oleh adanya pigmen
empedu(bilirubin) dalam urine
2. Pemeriksaan Mikroskopik
Tes mikroskopik dilakukan dengan memutar (centrifuge) urine lalu mengamati endapan urine
di bawah mikroskop. Tes ini bertujuan untuk mengetahui :
(1) unsur-unsur organik (sel-sel : eritrosit, lekosit, epitel), silinder, silindroid, benang lendir;
(2) unsur anorganik (kristal, garam amorf);
(3) elemen lain (bakteri, sel jamur, parasit Trichomonas sp., spermatozoa).
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini
penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat
ringannya penyakit.
1. Eritrosit. Dalam keadaan normal, terdapat 0 2 sel eritrosit dalam urine. Jumlah
eritrosit yang meningkat menggambarkan adanya trauma atau perdarahan pada ginjal
dan saluran kemih, infeksi, tumor, batu ginjal.
2. Lekosit. Dalam keadaan normal, jumlah lekosit dalam urine adalah 0 4 sel.
Peningkatan jumlah lekosit menunjukkan adanya peradangan, infeksi atau tumor.
3. Epitel. Ini adalah sel yang menyusun permukaan dinding bagian dalam ginjal dan
saluran kemih. Sel-sel epitel hampir selalu ada dalam urine, apalagi yang berasal dari
kandung kemih (vesica urinary), urethra dan vagina.
4. Silinder (cast). Ini adalah mukoprotein yang dinamakan protein Tam Horsfal yang
terbentuk di tubulus ginjal. Terdapat beberapa jenis silinder, yaitu : silinder hialin,
silinder granuler, silinder eritrosit, silinder lekosit, silinder epitel dan silinder lilin
(wax cast). Silinder hialin menunjukkan kepada iritasi atau kelainan yang ringan.
Sedangkan silinder-silinder yang lainnya menunjukkan kelainan atau kerusakan yang
lebih berat pada tubulus ginjal.
6. Silindroid. Ini adalah material yang menyerupai silinder. Tidak memiliki arti yang
banyak, mungkin sekali berrati adanya radang yang ringan.
7. Benang lendir (mucus filaments). Ini didapat pada iritasi permukaan selaput lendir
saluran kemih.
8. Spermatozoa. Bisa ditemukan dalam urine pria atau wanita dan tidak memiliki arti
klinik.
10. Sel jamur . Menunjukkan infeksi oleh jamur (misalnya Candida) atau mungkin hanya
cemaran saja.
11. Trichomonas sp. Ini adalah parasit yang bila dijumpai dalam urin dapat menunjukkan
infeksi pada saluran kemih pada laki-laki maupun perempuan.
1. Pemeriksaan glukosa. Dalam urine dapat dilakukan dengan memakai reagens pita.
Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi
cupro. Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang
mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa,
pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin
C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik
dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi
hanya sampai 250 mg/dl.
2. Benda- benda keton, dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-
hidroksi butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus
segar. Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam
asetoasetat lebih dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka untuk aseton dan tidak
bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin didapat bila
urine mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8-hidroksi-
quinoline yang berlebihan. Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam
urin negatif. Pada keadaan puasa yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti
pada diabetes mellitus, kelainan metabolisme lemak didalam urin didapatkan benda
keton dalam jumlah yang tinggi.
1. Urine sewaktu / urine acak (random). Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan
setiap saat dan tidak ditentukan secara khusus. Mungkin sampel encer, isotonik, atau
hipertonik dan mungkin mengandung sel darah putih, bakteri, dan epitel skuamosa
sebagai kontaminan. Jenis sampel ini cukup baik untuk pemeriksaan rutin tanpa
pendapat khusus.
2. Urine pagi. Pengumpulan sampel pada pagi hari setelah bangun tidur, dilakukan
sebelum makan atau menelan cairan apapun. Urine satu malam mencerminkan
periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsur-unsur yang terbentuk
mengalami pemekatan. Urine pagi baik untuk pemeriksaan sedimen dan pemeriksaan
rutin serta tes kehamilan berdasarkan adanya HCG (human chorionic gonadothropin)
dalam urine.
3. Urine tampung 24 jam. Urine tampung 24 jam adalah urine yang dikeluarkan selama
24 jam terus-menerus dan dikumpulkan dalam satu wadah. Urine jenis ini biasanya
digunakan untuk analisa kuantitatif suatu zat dalam urine, misalnya ureum, kreatinin,
natrium, dsb. Urine dikumpulkan dalam suatu botol besar bervolume 1.5 liter dan
biasanya dibubuhi bahan pengawet, misalnya toluene.
D. Wadah Spesimen
Wadah untuk menampung spesimen urine sebaiknya terbuat dari bahan plastik, tidak mudah
pecah, bermulut lebar, dapat menampung 10-15 ml urine dan dapat ditutup dengan rapat.
Selain itu juga harus bersih, kering, tidak mengandung bahan yang dapat mengubah
komposisi zat-zat yang terdapat dalam urine
1. Pada hari pengumpulan, pasien harus membuang urine pagi pertama. Catat tanggal
dan waktunya. Semua urine yang dikeluarkan pada periode selanjutnya ditampung.
2. Jika pasien ingin buang air besar, kandung kemih harus dikosongkan terlebih dahulu
untuk menghindari kehilangan air seni dan kontaminasi feses pada sampel urin
wanita.
3. Keesokan paginya tepat 24 jam setelah waktu yang tercatat pada wadah, pengumpulan
urine dihentikan.
3. Bersihkan labia dan vulva menggunakan kasa steril dengan arah dari depan ke
belakang
4. Bilas dengan air bersih dan keringkan dengan kasa steril yang lain.
5. Selama proses ini berlangsung, labia harus tetap terbuka dan jari tangan jangan
menyentuh daerah yang telah dibersihkan.
6. Keluarkan urine, aliran urine yang pertama dibuang. Aliran urine selanjutnya
ditampung dalam wadah steril yang telah disediakan. Pengumpulan urine selesai
sebelum aliran urine habis. Diusahakan agar urine tidak membasahi bagian luar
wadah.
7. Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium.
2. Jika tidak disunat, tarik preputium ke belakang. Keluarkan urine, aliran urine yang
pertama dibuang. Aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah steril yang telah
disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis. Diusahakan agar
urine tidak membasahi bagian luar wadah.
2. Kateter Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang
steril. Pada cara ini juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan
ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Tempat penusukan kateter sebaiknya
sedekat mungkin dengan ujung kateter yang berada di dalam kandung kemih (ujung
distal). Penilaian urin yang diperoleh dari kateter sama dengan hasil biakan urine yang
diperoleh dari punksi suprapubik.
3. Urine Porsi Tengah . Urine porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis
merupakan teknik pengambilan yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan
ketidak nyamanan pada penderita. Akan tetapi resiko kontaminasi akibat kesalahan
pengambilan cukup besar. Tidak boleh menggunakan antiseptik untuk persiapan
pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan menyebabkan kultur false-
negative.
Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina dan muara
uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril
dibasahi air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering.
Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula
wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan daerah vagina selesai
Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan potongan
kasa steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan ke belakang.
Kemudian buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang
dibasahi dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan kedua labia
dengan 2 jari dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra. Lakukan pembilasan
sekali lagi, kemudian keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang
kering. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter
urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin selanjutnya ke dalam
wadah steril sampai kurang lebih sepertiga atau setengah wadah terisi.
Setelah selesai, tutup kembali wadah urine dengan rapat dan bersihkan dinding luar
wadah dari urine yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut
dan kirim segera ke laboratorium.
Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan muara
uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril
dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air atau salin hangat
dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik
untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka
tutupnya sebelum pembersihan selesai.
Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung penis
dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat
sampah.
Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi sekali lagi,
lalu keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa
yang telah dipakai ke dalam tempat sampah.
Setelah selesai, tutup kembali wadah urine dengan rapat dan bersihkan dinding luar
wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan
kirim segera ke laboratorium.
Porsi kedua (VB2) : sama dengan urin porsi tengah, menunjukkan kondisi buli-buli.
Sumber
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Colby,
1992, Ringkasan Biokimia Harper, Alih Bahasa: Adji Dharma, Jakarta, EGC
wilmar musram, 2000, Praktikum Urine, Penuntun Praktikum Biokimia, Widya Medika,
Jakarta. Gandasubrata, R. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat. 2004