Kesalahan Pengobatan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

FARMASI FORENSIK

KESALAHAN PENGOBATAN

Kelompok 5

Fitria Lapasau

Hikmah Alamri

Nela Folaimam

Rasia Abdurasyid

Rizky A. Tambengi

1
Dosen Mata Kuliah : Dora Susetyaningdyah, S.Si. Apt.

Program Studi DIII Farmasi

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah

Manado

2017

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah ini dengan judul
Kesalahan Pengobatan dengan tepat waktu.

Adapun tujuan pembuatan tugas makalah ini untuk memenuhi tugas dari
Ibu Dora Susetyaningdyah, S.Si. Apt, selaku dosen dari mata kuliah Farmasi
Forensik

Kami sadar makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu saran dan
kritik sangat kami harapkan untuk perbaikan maupun penyempurnaan sehingga
Tugas Makalah ini lebih bermanfaat.

2
Manado, 3 Maret 2017

3
Daftar Isi

Kata Pengantar.........................................................................................................ii

Daftar Isi.................................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

I.1 Latar belakang...........................................................................................1

I.2 Rumusan masalah......................................................................................2

I.3 Tujuan.......................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

II.1 Keselamatan pasien (patient safety)..........................................................3

II.2 Kesalahan pengobatan...............................................................................4

II.2.1 Definisi obat.......................................................................................4

II.2.2 Kesalahan pemberian obat.................................................................4

II.3 Faktor penyebab kesalahan pengobatan....................................................7

II.4 Cara mencegah kesalahan pengobatan......................................................8

BAB III..................................................................................................................10

4
PENUTUP..............................................................................................................10

III.1 Kesimpulan..............................................................................................10

III.2 Saran........................................................................................................10

Daftar Pustaka........................................................................................................11

5
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Kesalahan pelayanan obat (medication error) menurut National Coordinating


Council Medication Error reporting and Prevention (NCC MERP) yaitu setiap
kejadian yang dapat dihindari yang menyebabkan atau berakibat pada pelayanan
obat yang tidak tepat atau membahayakan pasien sementara obat berada dalam
pengawasan tenaga kesehatan atau pasien. Menurut Kohn, C., et al. (1999)
kejadian ini dapat berhubungan dengan praktik profesi, produk, prosedur dan
sistem.
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan
yang seharusnya dilakukan (DepKesRI, 2006).
Tingkat pencapaian patient safety (keselamatan pasien) merupakan indikasi
dari kejadian medication error (kesalahan pengobatan) khususnya terhadap tujuan
tercapainya medikasi yang aman.
Dalam penelitian Dwiprahasto (2006), menyatakan bahwa 11 % medication
error baik di rumah sakit, puskesmas, dan apotek berkaitan dengan kesalahan saat
menyerahkan obat ke pasien dalam bentuk dosis atau obat yang keliru. Dalam
penelitian Aiken dan Clarke (2002) menyatakan bahwa kesalahan pengobatan dan
efek samping obat terjadi pada rata-rata 6,7% pasien yang masuk ke rumah sakit.
Di antara kesalahan tersebut, 25 hingga 50% adalah berasal dari kesalahan
peresapan (eliminasi) dan dapat dicegah.

1
Kesalahan pemberian obat adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan
yang masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan,
pasien atau konsumen, dan seharusnya dapat dicegah (Cohen, 1991).

Farmasi bertanggung jawab dalam pemberian obat - obatan yang aman.


Farmasi harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan
mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis
yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan. Secara hukum farmasi
bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya
tidak benar atau obat tersebut merupakan kontra indikasi bagi status kesehatan
klien. Sekali obat telah diberikan, farmasi bertanggung jawab pada efek obat yang
diduga bakal terjadi.

Dengan demikian pemberian obat merupakan bagian penting dalam


keselamatan pasien. Upaya pencegahan kesalahan pemberian obat akan efektif
jika dilakukan bersama dengan tenaga kesehatan lain terkait penggunaan obat,
terutama dokter dan perawat dan berdasarkan standar dan sasaran menurut
Internasional Patient Safety Goals (IPSG).

I.2 Rumusan masalah

1. Apa pengertian keselamatan pasien (patient safety) ?

2. Apa yang dimaksud dengan obat?

3. Apa yang dimaksud dengan kesalahan pemberian obat (medication error)

4. Apa saja faktor kesalahan pemberian obat?

2
5. Bagaiman cara mencegah kesalahan pemberian obat?

I.3 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami indikator keselamatan pasien (patient safety)


pada

kesalahan pemberian obat.

2. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan obat

3. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan kesalahan pemberian


obat (medication error)

4. Mengetahui dan memahami faktor kesalahan pemberian obat.

5. Mengetahui dan memahami cara mencegah kesalahan pemberian obat.

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Keselamatan pasien (patient safety)

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi:
assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.

3
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan
yang seharusnya dilakukan (DepKesRI, 2006).

Keselamatan pasien (patient safety) mempunyai tujuan yaitu terciptanya


budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatnya akutanbilitas rumah
sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan
(KTD) di rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga
tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan (DepKesRI,2006).

Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu


ditangani segera di rumah sakit di Indonesia maka diperlukan standar keselamatan
pasien rumah sakit yang merupakan acuan bagi rumah sakit di Indonesia untuk
melaksanakan kegiatannya. Standar keselamatan pasien rumah sakit yang disusun
ini mengacu pada Hospital Patient Safety Standardsyang dikeluarkan oleh
Joint Commision on Accreditation of Health Organizations, Illinois, USA, tahun
2002, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi rumah sakit di Indonesia.
Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :

1. Hak pasien

2. Mendidik pasien dan keluarga

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi


dan program peningkatan keselamatan pasien

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

4
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
(DepKesRI, 2006).

Mempunyai kemampuan untuk mengelola, mengontrol dan memberikan obat


secara aman (safety). Sebelum memberikan obat ke pasien, farmasi harus
mengetahui secara pasti tentang:

a) Nama obat

b) Golongan obat / kelas farmakoterapi

c) Efek yang diinginkan & mekanisme aksi

d) Efek samping

e) Efek toksik

f) Interaksi obat

g) Kontraindikasi & tindakan pencegahannya

h) Regimen dosis & rute pemberian

i) Data farmakokinetika

5
II.2 Kesalahan pengobatan

II.2.1 Definisi obat

Obat adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk


mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi(PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993).

Menurut Kep. MenKes RI No. 193/Kab/B.VII/71, obat adalah suatu bahan


atau paduan bahan bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, penyakit atau
gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau
hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan
manusia.

II.2.2 Kesalahan pemberian obat

Kesalahan pemberian obat adalah suatu kesalahan dalam proses


pengobatan yang masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi
kesehatan, pasien atau konsumen, dan seharusnya dapat dicegah (Cohen, 1991).
Kesalahan pemberian obat, selain memberi obat yang salah, mencakup
faktor lain yang sekaligus sebagai kompensasi, memberi obat yang benar pada
waktu yang salah atau memberi obat yang benar pada rute yang salah, jika terjadi
kesalahan pemberian obat, farmasi yang bersangkutan harus segera menghubungi
dokternya atau apoteker penanggung jawab setelah kesalahan itu diketahuinya.
Farmasi bertanggung jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman.
Farmasi harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan
mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis
yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan. Secara hukum farmasi
bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya

6
tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan
klien. Sekali obat telah diberikan, farmasi bertanggung jawab pada efek obat yang
diduga bakal terjadi.
Pada umumnya jumlah kejadian kesalahan pelayanan obat di Rumah sakit
dan di Apotek sama, terutama kesalahan mengenai :

a. Peresepan

Pada instalasi farmasi kesalahan yang dapat diamati pada penerimaan


resep yaitu kesalahan peresepan, paling banyak dilakukan oleh dokter dalam
penulisan resep 86,0% tidak dicantumkannya umur dan 48,7% tidak
dicantumkannya berat badan pasien. seringkali pada resep hanya disebutkan
anak, perhitungan dosis pada anak didasarkan pada berat badan pasien. anak
pada usia yang sama dengan badan yang kurus dan gemuk tentu berbeda dalam
berat badan, pelayanan resep seperti ini dapat menyebabkan dosisi yang tidak
tepat. dokter juga sering, 14,4% salah menuliskan aturan pakai (fitnah).
sebanyak 37,4% menigkat nama obat dengan singkatan yang tidak lazim
dimana hal ini dapat memberikan interpretasi yang keliru dan tidak etis. tetapi
tampaknya hal ini disengaja sehingga hanya apotik tertentu saja yang mengerti
apa yang dimaksud dengan singkatan tersebut. terdapat 7,4% penulisan resep
kelebihan dosis dan 7,4% salah ukuran pemberian yang bisa menyebabkan
kejadian fatal.

b. Peracikan

Terdapat 1,9% kesalahan perhitungan jumlah dan 3,9% kesalahan


pembagian puyer yang sering merupakan masaalah. kesalahan ini
kemungkinan disebabkan oleh lingkungan kerja yang kurang menyenangkaqn

7
atau fakTor manusia. kesalahan pembagian puyer dapat menyebabkan
kelebihan atau kurang dosis. terdapat 4,9% kekeliruan nama pasien karena
tidak digunakannya sistem penomoran atau pengecekan nomor dimana nama
bisa saja serupa atau sama tetapi bila sistem yang diterapkan baik dapat
mencegah kejadiaan ini.

c. Penyerahan obat

Terjadi 2,4% kesalahan nama ketika obat diserahkan kepada pasien yang
bukan pemilik resep. kesalahan lain yaitu 5,4% tidak memberitahu efek lain,
misalnya obat bila dimakan akan memberikan warna air seni menjadi merah :
atau 3,4% tidak mengingatkan efek samping dimana hal ini merupakan
kesalahan yang dapat mengakibatkan kejadian yang tidak diinginkan, misalnya
efek kantuk pada pengemudi mobil atau operator alat berat atau efek samping
yang dapat menyebabkan ketidak patuhan atau akibat fatal lain.

Resep pada sistem distribusi diinstalasi farmasi dirumah sakit dipisahkan


berdasarkan kelompok pembayar obat yaitu askes, BJPS atau umum. Resep
dengan pembayar askes atau BJPS dilayani diapotik askes. Setelah obat
diperoleh dari kedua jenis apotik, obat dapat diserahkan kepada dan disimpan
oleh pasien atau diambil sendiri oleh keluarga pasien kedepo farmasi,
kemudian disimpan dilemari obat diruang perawatan. obat dikirim dari depo
farmasi berupa unit dose atau untuk penggunaan 3 hari. pemberian obat kepada
pasien pada umumnya dilakukan oleh perawat terutama obat suntik.

Kriteria medication error menurut Lisby et al (2005) terjadi pada tahap


order/permintaan, transkripsi, dispensing, administering, dan lain-lain.

a Prescribing Error

8
Jenis prescribing error antara lain kesalahan dosis dan kesalahan penulisan
desimal, dosis obat tidak sesuai kekuatan sediaan, tulisan resep yang tidak jelas,
aturan yang pakai yang tidak ada, dan resep yang tidak lengkap.

b Transcription Error

Jenis transcription error antara lain kesalahan pembacaan resep untuk


proses dispensing karena tulisan yang tidak jelas, salah dalam menerjemahkan
order pembuatan resep dan kesalahan signature pada resep.

c Dispensing Error

Jenis dispensing error antara lain kesalahan dalam pembacaan resep atau
LASA (looks a like sound a like), jumlah obat yang tidak tepat, jenis obat yang
tidak sesuai resep, pemberian dosis yang tidak tepat, dan kesalahan bentuk
sediaan.

d Administration Error

Jenis administration error antara lain waktu pemberian obat yang tidak
tepat, tekhnik pemberian obat yang tidak tepat, dan obat tertukar pada pasien yang
namanya sama.

e Lain-lain

Lingkungan kerja yang tidak memadai, petugas kerja yang lalai, pihak
pasien yang ceroboh, sikap pasien yang tidak kooperatif sehingga obat tidak
tersedia saat akan digunakan mengakibatkan keterlambatan pemberian obat.

9
II.3 Faktor penyebab kesalahan pengobatan

a. Kurang menginterpretasikan dengan tepat resep obat yang dibutuhkan.

Farmasi juga sering tidak bertanggung jawab untuk melakukan


interpretasi yang tepat terhadap orde obat yang diberikan. Saat orde obat
yang dituliskan tidak dapat dibaca,maka dapat terjadi kesalahan
interpretasi terhadap order obat yang akan diberikan.

b. Kurang tepat dalam menghitung dosis obat yang akan diberikan.

Dosis merupakan faktor penting, baik kekurangan atau kelebihan


obat dapat menyebabkan dan bisa membehayakan,sehingga perhitungan
dosis yang kurang tepat dapat membayakan klien.

c. Kurang tepat mengetahui dan memahami prinsip enam benar.

Dalam memberikan pengobatan,kita sebagai perawat sering


melakukan kesalahan yang fatal,hal tersebut bisa terjadi apabila kita
kurang mengetahui dan memahami prinsip enam benar yang tepat.

i. Tepat Obat : mengecek program terapi pengobatan dari dokter,


menanyakan ada tidaknya alergi obat, menanyakan keluhan pasien
sebelum dan setelah memberikan obat, mengecek label obat,
mengetahui reaksi obat, mengetahui efek samping obat,hanya
memberikan obat yang di siapkan diri sendiri.

10
ii. Tepat dosis : mengecek program terapi pengobatan dari dokter,
mengecek hasil hitungan dosis dengan dengan perawat lain,
mencampur/mengoplos obat.

iii. Tepat waktu : mengecek program terapi pengobatan dari dokter,


mengecek tanggal kadaluarsa obat, memberikan obat dalam rentang
30 menit.

iv. Tepat pasien : mengecek program terapi pengobatan dari dokter,


memanggil nama pasien yang akan diberikan obat, mengecek identitas
pasien pada papan/kardeks ditempat tidur pasien

v. Tepat cara pemberian : mengecek program terapi pengobatan dari


dokter, mengecek cara pemberian pada label/kemasan obat.

vi. Tepat dokumentasi : mengecek program terapi pengobatan dari dokter,


mencatat nama pasien, nama obat, dosis, cara, dan waktu pemberian
obat (Kozier,2000).

II.4 Cara mencegah kesalahan pengobatan

1. Baca label obat dengan teliti. Banyak produk tersedia dalam kotak,warna
dan bentuk yang sama.

2. Pertanyakan pemberian banyak tablet atau vial untuk dosis tunggal.


Kebanyakan dosis terdiri dari satu atau dua tablet atau kapsul atau satu
vial dosis tunggal. Interprestasi yang salah terhadap program obat dapat
mengakibatkan pemberian dosis tinggi yang berlebihan.

11
3. Waspada obat-obatan bernama sama. Banyak nama obat yang terdengar
sama (misalnya digoxin dan digitoxin).

4. Cermati angka belakang koma. Beberapa obat tersedia dalam jumlah


yang merupakan perkalian satu sama lain (contoh: tablet cumadin dalam
tablet 2,5 dan 25mg).

5. Pertanyakan peningkatan dosis yang tiba-tiba dan berlebihan.


Kebanyakan dosis di programkan secara bertahap supaya dokter dapat
memantau efek teraupetik dan responnya.

6. Ketika suatu obat baru atau obat yang tidak lazim di


programkan,konsultasikan kepada sumbernya. Jika dokter tidak lazim
dengan obat tersebut maka resiko pemberian dosis yang tidak akurat
menjadi lebih besar.

7. Jangan beri obat yang di programkan dengan nama pendek atau


singkatan yang tidak resmi. Banyak dokter menggunakan nama pendek
atau singkatan tidak resmi untuk obat yang sering di programkan.
Apabila perawat atau ahli farmasi tidak mengenal singkatan tersebut obat
yang diberikan atau dikeluarkan bisa salah.

8. Jangan berupaya menguraikan dan mengartikan tulisan yang tidak dapat


di baca. Apabila ragu tanya ke dokter kesempatan terjadinya interprestasi
kecuali, farmasi mempertanyakan program obat yang sulit di baca.

9. Kenali klien yang memiliki nama sama juga minta klien,menyebutkan


nama lengkapnya,cermati nama yang tertera pada tanda pengenalan.

12
10. Sering kali satu atau dua klien memiliki nama akhir yang sama atau mirip
label khusus pada buku,obat dapat memberi peringatan tentang
peringatan masalah yang potensial.

11. Cermati ekuivalen.Saat tergesa-gesa salah baca ekuivalen mudah terjadi.


Contoh: di baca milligram padahal mililiter.

BAB III

PENUTUP

13
III.1 Kesimpulan

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman Sistem tersebut diharapkan dapat
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan
(DepKesRI, 2006).

Kesalahan pemberian obat adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan


yang masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan,
pasien atau konsumen, dan seharusnya dapat dicegah (Cohen, 1991).
Pada umumnya jumlah kejadian kesalahan pelayanan obat di Rumah sakit
dan di Apotek sama, terutama kesalahan mengenai : peresepan , peracikan,
penyerahan obat.

Kriteria medication error menurut Lisby et al (2005) terjadi pada tahap


order/permintaan, transkripsi, dispensing, administering, dan lain-lain.

Sistem pencegahan dan perbaikan kesalahan pengobatan; dicegah dengan


resep dicek kelengkapannya, untuk resep yang tidak jelas ditanyakan ke dokter
penulis resep atau dikembalikan kepada pasien bila dokter penulis resep tidak
dapat dihubungi. Farmasis melakukan asesmen pasien dengan menggali
keterangan berupa nama, usia, berat badan, apakah sedang hamil atau tidak,
riwayat alergi, riwayat penyakit dan kontrasepsi yang dipakai bila ada.

III.2 Saran

Diharapkan epada pabrik obat sebagai sumber kesalahan yang paling dulu
disarankan untuk memperbaiki kemasan, pelabelan dan penamaan produknya agar

14
tidak menimbulkan pembacaan yang salah serta sebaiknya penulisan resep
dilakukan dengan mesin ketik atau computer sehingga terbaca jelas

Daftar Pustaka

Cohen, M.R. 1991. Causes of Medication Error, in: Cohen. M.R., (Ed),
Medication Error. American Pharmaceutical Association: Washington DC.

Kozier, Barbara. 2000. Fundamental of Nursing: Concept, Prosess, and Practice:


Sixh edition. Menlo Park, California.

Lisby M, et al. 2005.Errors in the medication process: frequency, type,


andpotential. International Journal for Quality in Health Care: 17 (1): 15-22.

Anonim. 2014. Makalah Kesalahan Pemberian Obat. Dalam URL :


https://ar.scribd.com/mobile/document/264673478/Makalah-Kesalahan-
Pemberian-obat. (Diakses tanggal 3 Maret 2017)

Purba A.V, et al. 2007. Kesalahan Dalam Pelayanan Obat (Medication Error)
Dan Usaha Pencegahannya. Dalam URL :
http://ejournal.litbang.depkes.go .id. (Diakses tanggal 3 Maret 2017)

Arrahman I. 2015. Medication Error Gentamicin. Dalam URL :


http://www.academia.edu/Medication_Error_Gentamicin. (Diakses tanggal
3 Maret 2017

15
16

Anda mungkin juga menyukai