Aromaterapi Kayu Manis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

AROMATERAPI KAYU MANIS

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Aromaterapi dan Hidroterapi

BAGUS MAULANA
260110140030

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2017
A. Kayu Manis
Kayu manis merupakan produk rempah-rempah yang paling banyak
dijumpai di Indonesia. Ada empat jenis kulit kayu manis dalam dunia perdagangan
ekspor maupun lokal, yaitu : Cinnamomum burmanii, Cinnamomum zeylanicum,
cinnamomum cassia, cinnamomum cillialawan. Cinnamomum burmanii ini berasal
dari Indonesia (Rismunandar dan Paimin, 2001).

Klasifikasi morfologi kayu manis adalah :


Kingdom : Plantae
Divisi : Gymnospermae
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Subkelas : Dialypetalae
Ordo : Policarpicae
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum burmanii (Rismunandar dan Paimin, 2001)

Adapun spesifikasi kulit kayu manis dilihat dari persen kadar air, persen
kadar minyak, rasa, dan warna seperti yang ditunjukkan:

Warna Kuning Kecoklatan


Rasa Manis dan Pedas
Kadar Air Maksimal 14%
Kadar Minyak 2-2,5%
Panjang Kulit Kayu Manis Antara 1-10 cm
Batangan

B. Produk Kulit Kayu Manis


Produk kulit kayu manis merupakan hasil utama dari kayu manis, produk ini
berupa potongan kulit yang dikeringkan. Menghasilkan produk kayu manis sangat
sederhana, yaitu cukup dengan penjemuran. Sebelum dijemur, kulit dikikis atau
dibersihkan dari kulit luar, lalu dibelah-belah menjadi berukuran lebar 3-4 cm.
selanjutnya kulit yang sudah bersih ini dijemur dibawah terik matahari selama 2-3
hari, kulit dinyatakan kering kalau bobotnya sudah hilang sekitar 50% artinya
kalau bobot sbelum dijemur sekitar 1 kg maka kayu manis harus berbobot 0,5kg
kulit bermutu rendah karena kadar airnya masi tinggi, kadar air tinggi diakibatkan
oleh kurangnya waktu penjemuran selain kadar air masih tinggi, mutu kulit
dipengaruhi oleh kebersihan tempat penjemuran. Agar dapat menghasilkan mutu
kulit yang baik, penjemuran sebaiknya dilakukan dibawah sinar matahari penuh
(Rismunandar dan Paimin, 2001).
Kayu manis mengandung minyak terbang (sinamaldehida, eugenol, terpen)
pati, kalsium oksalat, dan lemak. Akarnya mengandung glisiridin, gula, asparagin,
dammar, dan kalsium oksalat (Sri, 2006). Komposisi kimia kulit kayu manis dapat
dilihat seperti yang ditunjukkan:

Parameter Komposisi
Kadar Minyak 7,90 %
Minyak Atsiri 2,40 %
Alkohol Ekstrak 10-12 %
Abu 3,55 %
Serat Kasar 20,30 %
Karbohidrat 59,55 %
Lemak 2,20 %
C. Minyak Atsiri Kulit Kayu Manis
Minyak atsiri adalah zat yang berbau yang terkandung dalam tanaman.
Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak esteris atau minyak essential
karena pada suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap di udara terbuka. Istilah
essensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya. Dalam
keadaan segar dan murni tanpa pencemaran, minyak atsiri umumnya tidak
berwarna. Namun, pada Penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi
membentuk resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua (gelap). Untuk
mencegah supaya tidak berubah warna, minyak atsiri harus terlindungi dari
pengaruh cahaya, misalnya disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap.
Bejana tersebut juga diisi sepenuh mungkin sehingga tidak memungkinkan
berhubungan langsung dengan oksigen udara, ditutup rapat serta disimpan
ditempat yang kering dan sejuk.
Minyak atsiri tersusun oleh bermacam komponen senyawa, memiliki bau
khas, umumnya bau ini mewakili bau tanaman asalnya. Mempunyai rasa getir,
kadang-kadang berasa tajam, menggigit, memberi kesan hangat sampai panas atau
dingin ketika terasa dikulit, tergantung dari jenis komponen penyusunnya. Dalam
keadaan murni (belum tercemar dengan senyawa lainnya) mudah menguap pada
suhu kamar, bersifat tidak bisa disabunkan dengan alkali dan tidak bisa berubah
menjadi tengik (rancid). Bersifat tidak stabil pada pengaruh lingkungan, baik
berupa oksigen udara, sinar matahari dan panas. Cukup larut dalam air sehingga
dapat memberikan baunya kepada air walaupun kelarutannya sangat kecil, sangat
mudah larut dalam pelarut organik.
Peranan utama minyak atsiri terhadap tumbuhan adalah sebagai pengusir
serangga (mencegah daun dan bunga rusak) serta sebagai pengusir hewan
pemakan daun. Namun, sebaliknya minyak atsiri juga berfungsi sebagai penarik
serangga guna membantu terjadinya penyerbukan silang dari bunga. (Gunawan
dan Mulyani 2004).
Minyak atsiri yang berasal dari kulit kayu manis komponen terbesarnya ialah
cinnaldehida 60-70% ditambah dengan eugenol, beberapa jenis aldehida, benzyl-
benzoat, phelandrene, dan lain-lainnya. Kadar eugenol rata-rata 80-66%. Dalam
kulit masih banyak komponen-komponen kimiawi misalnya damar. Pelekat,
tannin, gula, kalsium, oksalat, dan sebagainya (Rismunandar, 1995).
Sinamaldehida merupakan kandungan yang paling tinggi kadar persenya:

Parameter Zat/Ukuran
Warna, Penampilan, dan Bau Cairan kuning dengan bau kayu manis
dan rasa pedas yang membakar
o
Berat Jenis pada 25 C 1,010-1,030
Putaran Optik 0o-2o
Kandungan Sinamaldehida 55-78 %
Minyak atsiri mempunyai khasiat dan manfaat dalam kulit kayu manis yaitu
dapat sebagai daya bunuh terhadap mikroorganisme (antiseptis), membangkitkan
selera atau menguatkan lambung juga memiliki efek untuk mengeluarkan angin.
Selain itu minyaknya dapat digunakan dalam industri sebagai obat kumur dan
pasta, penyegar bau sabun , deterjen , lotion parfum dan cream. Dalam pengolahan
bahan makanan dan minuman minyak kayu manis digunakan sebagai pewangi atau
peningkat cita rasa, diantaranya untuk minuman keras, minuman ringan, agar-agar,
kue, kembang gula, bumbu gulai dan sup. Kayu manis berkhasiat sebagai obat
batuk, sariawan, encok, darah tinggi asma dan masuk angin (Sri, 2006).

D. Penetapan Kadar Minyak


Penentuan kadar minyak sesuatu bahan dapat dilakukan dengan soxhlet
apparatus. Cara ini dapat juga digunakan untuk ekstraksi minyak dari sesuatu
bahan yang mengandung minyak. Ekstraksi dengan alat soxhlet apparatus
merupakan cara ekstraksi yang efisien karena dengan alat ini pelarut yang
digunakan dapat diperoleh kembali. Bahan padat pada umumnya membutuhkan
waktu ekstraksi yang lebih lama, karena itu dibutuhkan pelarut yang lebih banyak.
Ekstraktor soklet adalah salah satu instrumen yang digunakan untuk
mengekstrak suatu senyawa. Umumnya metode yang digunakan dalam instrument
ini aadal mengekstrak senyawa yang kelarutannya terbatas dalam suatu pelarut
namun jika suatu senyawa mempunyai kelarutan yang tinggi maka digunakan
metode filtrasi. Adapun prisip kerja dari ekstraktor soxhlet adalah satu model
ekstraksi (pemisahan/pengambilan) yang menggunakan pelarut selalu baru dalam
mengekstraknya sehingga terjadi ekstraksi yang kontinyu dengan adanya jumlah
pelarut konstan yang juga dibantu dengan pendingin yang baik (kondensor).
Dalam penentuan kadar minyak contoh yang diuji harus cukup kering dan
biasanya digunakan contoh dari bekas penentuan kadar air. Jika contoh masih
basah maka selain memperlambat proses ekstraksi , air dapat turun ke dalam labu
suling (labu lemak) sehingga akan mempersulit penentuan berat tetap dari labu
suling.
Prosedur
Labu suling yang berisi beberapa butir batu didih harus dikeringkan
sebelumnya di dalam alat pengering pada suhu 105 0C sampai 1100C selama 1 jam.
Kemudian didinginkan di dalam desikator dan ditimbang. Sampel yang akan
diekstraksi ditimbang kira-kira 5 gram, lalu dimasukkan kedalam tabung
penyaring atau dapat digunakan kertas saring yang dibuat seperti kantong dan
ditutup dengan kapas yang tidak berlemak. Tabung penyaring atau kertas saring
yang berisi sampel dimasukkan kedalam soxhlet aparatus dan diekstrak dengan n-
heksan atau pelarut minyak lainnya. Diatas penangas air selama 24 sampai 48 jam.
Pelarut dapat dipisahkan dari minyak dengan cara menguapkan pelarut dengan
cara penyulingan.
Proses penyulingan selesai, yang dapat diketahui jika n-heksan sudah
kelihatan jernih. Selanjutnya labu dikeringkan dengan pompa kompresor untuk
menghilangkan n-heksan yang mungkin masih ada. Selanjutnya labu tadi
dikeringkan kedalam alat pengering pada suhu 1050C-1100C selama 1 jam,
kemudian didinginkan di dalam desikator dan ditimbang. pengeringan dan
penimbangan diulang sampai diperoleh berat yang tetap.
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, D, Mulyani, S. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I. Jakarta:


Penerbit Penebar Swadaya.
Rismunandar. 1995. Kayu Manis. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.
Rismunandar dan Farry B. Paimin. 2001. Kayu Manis Budidaya dan Pengolahan.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Sri, Iswati. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Surabaya: Universitas Airlangga.

Anda mungkin juga menyukai