Fix Protista Kelp 2 Filum Apicomplexa Dan Microspora

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hasil pengamatan terhadap fosil yang telah ditemukan, menunjukkan bahwa
sebenarnya semua organisme, semua filum protista dan filum hewan yang hidup
saat ini sudah ada selama periode Cambrian sekitar 550 juta tahun yang lalu.

Protozoa merupakan organisme bersel tunggal yang sudah memiliki


membran inti (eukariota). Protozoa berukuran mikroskopis, yaitu sekitar 100
sampai 300 mikron. Bentuk sel Protozoa sangat bervariasi ada yang tetap dan ada
yang berubah-ubah. Protozoa umumnya dapat bergerak aktif karena memiliki alat
gerak berupa kaki semu (pseudopodia), bulu cambuk (flagellum), bulu getar
(cilia), namun ada juga yang tidak memiliki alat gerak. Sebagian besar Protozoa
hidup bebas di air tawar dan laut sebagai komponen biotik. Beberapa jenis
Protozoa hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia. Protozoa hidup secara
heterotrop dengan memangsa bakteri, protista lain, dan sampah organisme.

Ukuran protozoa beranekaragam, yaitu mulai kurang dari 10 mikron sampai


ada yang mencapai 6 mm, meskipun jarang. Diperairan, protozoa adalah penyusun
zooplankton. Makanan protozoa meliputi bakteri, jenis protista lain, atau detritus
(materi organik dari organisme mati). Protozoa hidup soliter atau berkoloni. Jika
keadaan lingkungan kurang menguntungkan, protozoa membungkus diri
membentuk kista untuk mempertahankan diri. Bila mendapat lingkungan yang
sesuai hewan ini akan aktif lagi. Cara hidupnya ada yang parasit, saprofit, dan ada
yang hidup bebas (soliter).

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Bagaimana sistem hidup bagi organisme protozoa?
2. Bagaimana taksonomi organisme protozoa?
3. Bagaimana ciri khusus dari Filum Apicomplexa?
4. Bagaimana ciri khusus dari Filum Microspora?
5. Bagaimana perbedaan antara Filum Apicomplexa dan Filum
Microspora?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan pembuatan
makalah adalah sebagai berikut :
1. Memahami sistem hidup organisme protozoa.
2. Menyusun taksonomi terhadap organisme protozoa.
3. Mengetahui dan memahami ciri khusus dari Filum Apicomplexa.
4. Mengetahui dan memahami ciri khusus dari Filum Microspora.
5. Menjelaskan perbedaan antara Filum Apicomplexa dan Filum
Microspora.

1.4 Manfaat
Manfaat pembuatan makalah adalah sebagai berikut :
1. Dapat lebih memahami sistem bertahan hidup organisme
protozoa.
2. Dapat menyusun taksonomi organisme protozoa.
3. Dapat lebih memahami ciri khusus dari Filum Apicomplexa.
4. Dapat lebih memahami ciri khusus dari Filum Microspora.
5. Dapat menjelaskan perbedaan antara Filum Apicomplexa dan Filum
Microspora.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Protozoa


Protozoa berasal dari kata protos, terdiri dari dua kata yaitu proto : pertama
dan zoa: hewan, jadi protozoa berarti hewan yang pertama kali dikenal. Protozoa

2
merupakan mikroorganisme uniseluler, namun bukan mikroorganisme yang
sederhana.bahkan bisa dikatakan protozoa lebih kompleks daripada sel dari
organisme tingkat tinggi.
Ukuran protozoa beraneka ragam, mulai dari kurang dari 10 mikron
sampai ada yang mencapai6 mm, meskipun jarang. Diperairan protozoa adalah
penyusun zooplankton. Makanan protozoa meliputi bakteri, dan jenis protista lain
atau deritus (materi organic dari organisme mati). Protozoa hidup soliter atau
berkoloni. Jika keadaan lingkungan kurang menguntungkan, protozoa
membungkus kista untuk mempertahankan diri. Bila mendapat lingkungan yang
sesuai maka protozoa akan aktif lagi.
Protozoa dibagi menjadi 7 filum, yang anggotanya terdiri atas makhluk
hidup eukariotik sederhana yang mampu bergerak berpindah pindah tempat dan
dapat mencerna makanan, cara bergeraknya ada yang menggunakan flagela, silia
atau pseudopodia, bahkan ada yang tidak memiliki alat gerak.

Gambar 1. Protozoa (Zoology Phylum, R.L Kotpal )

3
2.2 Homeostatis Protozoa
Protozoa memiliki organella yang sama dengan organella pada sel
eukariotik lainnya. Beberapa organella yang dimiliki oleh protozoa antara lain :
1. Pelikel
Merupakan mikrotubulus yang tersusun teratur dibawah membran plasma.
Adanya pelikel menyebabkan protozoa memiliki bentuk kaku dan fleksibel.
2. Sitoplasma
Pada protozoa sitoplasma dibedakan menjadi 2 daerah yaitu ektoplasma
(terletak dibawah pelikel) sifatnya lebih jernih dan lebih kental sedangkan
endoplasma (sitoplasma terletak lebih dalam ) bersifat granuler, dan lebih
cair. Perubahan sitoplasma dari endoplasma ke ektoplasma dan sebaliknya
berfungsi utuk pergeakan bagi beberapa anggota protozoa
3. Vakuola kontraktil
Organel ini berfungsi untuk mengeluarkan sisa makanan berbentuk cair ke
luar sel melalui membrane sel serta mengatur kadar air dalam sel. Vakuola
kontraktil merupakan vakuola yang selalu mengembang dan mengempis.
Pada beberapa anggota protozoa vakuola ini dibentuk dari penggabungan
vakuola yang berukura lebih kecil, sementara pad aanggota yang lain
vakuola ini bersifat tetap berupa tabung pengumpul dalam susunanradial
didalam sitoplasma.
4. Chytopharing
Organella ini merupakan analogi dengan ulut, dimana bebrapa anggota dari
protozoa memasukkan makanan pada organell ini. Sedangkan yang tidak
memiliki organell ini akan menyerap makanan berupa larutan melalui proses
transport aktif atau memlalui proses endositosis.
5. Vakuola makanan
Berfungsi untuk mencerna makanan dan mengedarkannya. Vakuola ini
terbentuk saat endositosis, proses pencernaan ini dibantu oleh enzim
pencernaan. Vakuola pencernaan akan bergabung dengan lisosom yang
mengandung enzim pencernaan, kemudian akan bergerak berkeliling
didalam sitoplasma untuk mengedarkan hasil proses pencernaan makanan.

4
6. Vakuola engesti
Vakuola yang berfungsi untuk pembuangan setelah vakuola makanan selesai
melakukan pencernaan dan mengedarkannya, vakuola makanan disebut
sebagai vakuola engesti.
7. Cytopige
Merupakan daerah tertentu pada membran plasma atau pelikel yang berfunsi
untuk melepaskan sisa pencernaan melalui proses eksositosis

Gambar 2. Organella Di dalam Tubuh Protozoa (George, 2006)

2.3 Reproduksi Protozoa


Protozoa dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual. Secara
aseksual protozoa dapat mengadakan pembeahan diri menjadi 2 anak sel (biner),
tetapi pada flagellata pembelahan terjadi secara longitudinal dan pada ciliata
secara transversal (gambar 3). Beberapa jenis protozoa membelah diri menjadi
banyak sel (schizogony). Pada pembelahan schizogony, inti membelah beberapa
kali kemudian diikuti pembelahan sel menjadi banyak sel anakan. Bentuk lain dari
reproduksi secara aseksual adalah dengan pembentukan tunas. Pada proses
tersebut terjadi melalui pembelahan mitosis dan sel anak berukuran lebih kecil
dari sel induknya. Perkembangan secara seksual dapat melalui cara
konjugasi,autogami, dan sitogami.

5
Protozoa yang memiliki inang lebih dari satu dapat mempunyai beberapa
cara perkembangbiakan. Sebagai contoh plsmodium dapat melakukan schizogony
secara aseksual didalam sel inang manusia, tetapi dalam sel inang nyamuk dapat
terjadi perkembangbiakan secara seksual. Reproduksi secara seksual memerlukan
gamet atau sel kelamin dan selanjutnya gamet akan bergabung membentuk zigot.
Pada sebagian besar protozoa,individu yang matang secara seksual adalah haploid.
Gamet akan dihasilkan melalui pembelahan mitosis dan meiosis engikuti tahapan
penggabungan gamet. Protozoa bersilia adalah perkecualian untuk pola tersebut.

Gambar 3. Pembelahan Biner secara Longitudinal dan Transversal


(Harris, 1996)

6
7
2.4 Taksonomi Protozoa
Protozoa mirip hewan dibagi atau diklasifikasikan menjadi 4 filum
berdasarkan alat geraknya (gambar 4) yaitu :
a. Rhizopoda
Alat geraknya berupa pseudoposia (kaki semu), bergerak menggunakan
pseudoposia yang merupakan penjuluran protoplasma sel. Contohnya adalah
Amoeba proteus, Entamoeba histolityca, Foraminifera sp, Radilaria sp.
b. Flagellata
Alat geraknya berupa flagel (bulu cambuk). Bergerak mengunakan flagel
yang digunakan juga sebagai alat indera dan alat bantu untuk menangkap
makanan. Contohny antara lain Euglena viridis, Noctiluca milliaris, Volvox
globator, Trypanosoma gambiense.
c. Ciliata
Alat gerak berupa silia (rambut getar) rambut getar ini digunakan sebagai
alat gerak dan mencari makanan. Ukurannya lebih pendek dari flagel.
Contoh anggotanya antara lain Paramaecium caudatum, Stentor, Didinium,
Vorticella, Balantidium coli.
d. Sporozoa
Merupakan protozoa yang tidak memiliki alat gerak. Cara bergeraknya
degan cara mengubah kedudukan tubuhnya. Sporozoa tidak memiliki alat
gerak khusus, dan menghasilkan spora sebagai cara perkembang biakannya.
Anggotanya antara lain Plasmodium falciparum, Plasidium malarie,
Plasmodium vivax.

7
Gambar 4. Protozoa 4 Filum berdasarkan Alat Gerak
(Haris, 1996)

Sedangkan menurut para ahli atau protozoologist sepakat bahwa protozoa


adalah subingdom yang terdiri atas 7 filum. Ketujuh filum tersebut dibagi
berdasarkan tipe inti sel, tipe produksi, dan mekanisme pergerakan. Ke tujuh
filum tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Filum Sarcomastigophora
Terdiri dari protozoa yang memiliki flagella, kaki semu (pseudopodia) atau
meiliki keduanya, yang digunakan untuk bergerak dan makan. Filum ini terdiri
dari tiga subfilum :
a. Subfilum Mastigophora
Memliki satu atau lebih flagela untuk pergerakan, bersifat autotrofik,
heterotrofik dan saprozoik. Subfilum ini terbagi menjadi dua kelas yaitu
kelas Phytomastigophora (memiliki klorofil) dan kelas
Zoomastigophora (tidak memiliki klorofil).

8
b. Subfilum Sarcodina
Memiliki pseudopodia untuk bergerak dan makan, tidak bercangkang
atau ada yang memiliki cangkang. Subfilum ini terbagi menjadi 2
superkelas yaitu superkelas Rhizopoda (pseudopodia bertipe lobopodia,
filopodia, reticulopodia) dan superkelas Actinopodia (plangtonik,
berbentuk spherikal, memiliki pseudopodia bertipe axopodia).
c. Subfilum Opalina
Tubuhnya berbentuk silindris, tertutup oleh silia.
2. Filum Labyrinthomorpha
Fase topik sebagai hubungan ektoplasma dengan bentuk spindel atau
sperikel, sel tidak bersifat amoeboid, bersifat saprozoik atau parasit pada alga atau
rumput laut, umumnya hidup dilaut atau di air payau contoh Labyrinthula
3. Filum Apicomplexa
Bersifat parasit dengan ujung apikal tubuhnya digunakan unuk masuk ke sel
induk, tidak memiliki flagel ata silia, kecuali pada tahap tertentu dari tahapan
reproduksi. Cntoh anggotanya Monocystis, Eimeria, Sarcocystis.
4. Filum Microspora
Spora yang tergolong uniseluler, bersifat parasit intraseluler pada hamir
semu hewan. Contoh mikrospora (Nosema).
5. Filum Acetospora
Tergolong multiseluler, semua bersifat parasit pada hewan invertebrata.
Contohnya Paramyxa, Haplosporidium.
6. Filum Myxozoa
Spora yang ergolog multiseluler dan semua bersifat parasitik. Contohnya
Myxosoma.
7. Filum Ciliophora
Protozoa yang memiliki silia sederhana atau kompleks pada semua tahap
kehidupannya. Bersifat heterotrof dengan sitosotoma yang berkembang baik dan
memliki organella untuk makan. Contohnya Paramaecium, Stentor, Euplotes.

9
2.5 Filum Apicomplexa
Semua anggota dari filum Apicomplexa bersifat parasitik. Karakteristik
filum ini adalah sebagai berikut :
a. Ujung apikal tubuh digunakan untuk penetrasi sel inang.
b. Inti sel memiliki satu tipe
c. Tidak memiliki silia atau flagella, kecuali pada tahap tertentu pada
reproduksi.
d. Siklus hidup meliputi fase aseksual (schizogoni, sporogony) dan fase
seksual (gametogoni)

1. KELAS SPOROZOEA

Nama kelas Sporozoea berasal dari sebagian besar anggota sporozoea


menghasilkan spora yang resisten atau ookista diikuti reproduksi seksual.
Beberapa anggota kelas ini termasuk Plasmodium dan coccidia menyebabkan
penyakit pada hewan dan manusia. Hewan yang bersifat parasit, siklus hidup
terdiri atas tiga fase. Schizogony merupakan pembelahan berulang dari tahap
aseksual dan berlangsung di dalam sel induk untuk membentuk individu yang
lebih banyak yang disebut merozoit. Merozoit akan meninggalkan sel induk dan
selanjutnya menginfeksi sel lainnya (Schizogoni untuk menghasilkan merozoit
dan juga disebut merogony). Beberapa merozoit mengalami gametogony, yang
memulai fase seksual pada siklus hidupnya.
Hewan parasit akan membentuk mikrogametosit dan makrogametosit.
Mikrogametosit mengalami pembelahan berulang menghasilkan mikrogamet yang
memiliki dua flagel (biflagel) yang berasal dari sel induk yang terinfeksi.
Sedangkan makrogametosit berkembang secara langsung menjadi sebuah
makrogamet. Mikrogamet membuahi makrogamet dan menghasilkan zigot
memiliki pelindung disebut ookista. Zigot mengalami pembelahan meiosis dan
selanjutnya sel-sel akan membelah secara berulang melalui pembelahan mitosis.
Proses ini disebut sporogony yang menghasilkan beberapa sporozoit (Gambar 5)
dalam ookista. Sporozoit menginfeksi sel dari sel inang baru setelah menelan
ookista atau sporokista ditularkan melalui gigitan nyamuk.

10
Gambar 5. Struktur Sporozoit (Rahayu, Sofia E., 2014)

Anggota sporozean yaitu Plasmodium merupakan penyebab penyakit


malaria. Pada tahun 1970 an, penyakit malaria muncul di semua bagian negara.
Lebih dari 100 telah menyerang manusia dan diperkirakan sebanyak 100 manusia
atau secara anual untuk kontak dengan penyakit. Siklus hidup Plasmodium
berlangsung di tubuh vertebrata dan nyamuk (Gambar 6).
Schizogoni terjadi pertama di dalam sel hati, selanjutnya di dalam sel darah
merah, dan gametogoni terjadi di dalam sel darah merah juga. Nyamuk akan
memperoleh gametocyt selama menghisap darah, dan sesudah itu gametocyte
berfusi. Zigot yang terbentuk akan menembus lambungnya dan berubah menjadi
bentuk okista. Bentuk sporogoni berupa sporozoit yang haploid dapat berpindah
ke hospes baru bersamaan ketika nyamuk menghisap darah hospes baru. Gejala
dari penyakit malaria berlangsung berulang kali disebut dengan serangan hebat.
Kondisi kedinginan dan panas berhubungan dengan proses kematangan parasit,
pemecahan sel darah merah, dan pelepasan racun hasil

11
metabolisme. Empat spesies Plasmodium yang penting bagi manusia yaitu P.
vivax menyebabkan malaria dengan serangan hebat setiap 48 jam. Spesies ini
berada di daerah beriklim sedang dan hampir diberantas di berbagai daerah di
dunia. P. falciparum menyebabkan bentuk virulen dari malaria pad manusia.
Serangan hebat tidak konstan dibandingkan spesies lainnya. Spesies ini tersebar di
seluruh dunia, namun sekarang utamanya di daerah tropis dan subtropis. Spesies
ini merupakan penyebab kematian manusia terbesar, khususnya di Afrika. P.
malariae tersebar di seluruh dunia dan menyebabkan malaria dengan serangan
hebat terjadi setiap 72 jam. P. ovale sangat jarang ditemukan diantara keempat
spesies Plasmodium dan utamanya tersebar di daerah tropis.

Gambar 6. Siklus Hidup Plasmodium (Rahayu, Sofia E., 2014)

Anggota kelas Sporozoea lainnya yang menyebabkan penyakit adalah


coccidiosis. Coccidiosis menyebabkan penyakit pada ternak unggas, domba,
ternak lembu dan kerbau, dan kelinci. Dua genus yaitu Isospora dan Eimeria
(Gambar 7) merupakan parasit pada ternak unggas.

12
Gambar 7. Eimeria (Rahayu, Sofia E., 2014)

Anggota coccidia lainnya yaitu Cryptosporodium menjadi lebih dikenal


setelah AIDS setelah hewan tersebut menyebabkan diare kronis pada penderita
AIDS. Hewan tersebut diketahui tahan terhadap klorinasi dan sebagian besar
mematikan pada individu yang kekebalannya menurun.
Toxoplasma merupakan penyakit yang menyerang mammalia termasuk
manusia dan burung. Reproduksi seksual Toxoplasma berlangsung di tubuh
kucing. Infeksi terjadi saat ookista tertelan bersama makanan yang terkontaminasi
feses kucing atau ketika daging yang mengandung merozoit dalam bentuk kista
termakan karena masaknya kurang baik. Senbagian besar infeksi pada manusia
tidak menimbulkan gejala, dan jika sekali infeksi terjadi , maka akan diikuti
perkembangan imunitasnya. Namun, jika wanita terinfeksi saat mendekati waktu
hamil atau ketika sudah hamil, maka toksoplasma kongenital dapat berkembang di
dalam janin. Toksoplasma kongenital penyebab utama bayi lahir mati atau
keguguran. Langkah pencegahan terhadap infeksi Toxoplasma yaitu menjaga agar
kucing tidak berkeliaran pada kotak pasir tempat bermain anak-anak atau
menggunakan penutup kotak pasir anak-anak, dan kesadaran pasangan yang ingin
memiliki anak untuk memakan daging yang telah dimasak sampai matang.

13
2.6 Filum Microspora
Anggota filum Microspora umumnya disebut mikrosporodia. Tubuh
berukuran kecil dan bersifat parasit obligat intraseluler. Beberapa spesies anggota
filum ini parasit pada serangga yang menguntungkan. Nosema bombicus parasit
pada ulat sutera, menyebabkan penyakit pebrine (Gambar 8), dan N. apis
menyebabkan disentri yang serius pada lebah madu. Hewan parasit tersebut
kemungkinan sebagai agen pengendali hayati untuk hama-hama serangga.

Gambar 8. Siklus Hidup Nosema bambicus (Rahayu, Sofia E., 2014)

14
BAB IV
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Hidup di air tawar, air laut, atau tanah. Tubuh hewan tersusun atas satu sel,
sehingga ukuran protozoa adalah mikro sampai beberapa millimeter. Hidup
soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok), hidup bebas, saprofit atau
parasit. Melakukan reproduksi seksual (generatif) maupun aseksual
(vegetatif).
2. Protozoa adalah subkingdom yang terdiri atas 7 filum. Ketujuh filum
tersebut meliputi Sarcomastigophora, Labirynthomorpha, Apicomplexa,
Microspora, Acetospora, Myxozoa, dan Cilophora.
3. Karakteristik filum Apicomplexa adalah inti sel memiliki satu tipe, tidak
memiliki silia atau flagella kecuali pada tahap tertentu pada reproduksi,
siklus hidup meliputi fase aseksual dan seksual, ujung apikal tubuh
digunakan untuk penetrasi sel inang.
4. Karakteristik filum Microspora adalah tubuh berukuran kecil, bersifat
parasit obligat intraseluler, spora dapat berbentuk sferis, oval atau
memanjang dan spora berdinding tebal yang mengandung suatu bahan
infeksi.
5. Perbedaan Filum Apicomplexa dan Filum Microspora teletak pada bentuk
tubuh. Bentuk tubuh filum Apicomplexa yaitu bulat panjang, sedangkan
pada Filum Microspora tubuh berukuran kecil.

3.2 Saran
1. Sebaiknya kita lebih memahami sistem bertahan hidup organisme
protozoa.
2. Sebaiknya kita lebih memahami taksonomi organisme protozoa.
3. Sebaiknya kita lebih memahami ciri khusus dari Filum
Apicomplexa.
4. Sebaiknya kita lebih memahami ciri khusus dari Filum Microspora.
5. Sebaiknya kita lebih memahami perbedaan antara Filum Apicomplexa dan
Filum Microspora.

15
16
DAFTAR RUJUKAN

George, H. Fried. 2006. Biologi Edisi Ke Dua. Jakarta : Erlangga.

Kotpal, R.L, Agarwal, Khetarpal. 1981. Modern Textbook of Zoology


Invertebrates. Fifth Edition. Rastogi Publications. Shivaji Road. Meerut-
250. India.

Levine, Norman D. 1995. Protozoologi Veteriner. Yogyakarta : Gajah Mada


University Press.

Rahayu, Sofia E. 2014. Bahan Ajar Protista Mirip Hewan. Malang : Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang.

Sri Dwiastuti dan Puguh Karyanto. 2003. Keanekaragaman dan Klasifikasi


Hewan I. Surakarta: UNS Press.

16

Anda mungkin juga menyukai