Clamydia
Clamydia
Clamydia
CHLAMYDIA TRACHOMATIS
Morfologi
Chlamydia merupakan bakteri obligat intraselular, gram negatif, hanya dapat
berkembang biak di dalam sel eukariot hidup dengan membentuk semacam koloni atau
mikrokoloni yang disebut Badan Inklusi (BI). Chlamydia membelah secara benary fision
dalam badan intrasitoplasma.
C. trachomatis berbeda dari kebanyakkan bakteri karena berkembang mengikuti
suatu siklus pertumbuhan yang unik dalam dua bentuk yang berbeda, yaitu berupa Badan
Inisial. Badan Elementer (BE) dan Badan Retikulat (BR) atau Badan Inisial. Badan
elementer ukurannya lebih kecil (300 nm) terletak ekstraselular dan merupakan bentuk
yang infeksius, sedangkan badan retikulat lebih besar (1 um), terletak intraselular dan
tidak infeksius.
Morfologi inklusinya adalah bulat dan terdapat glikogen di dalamnya. C.
trachomatis peka terhadap sulfonamida, memiliki plasmid, dan jumlah serovarnya adalah
Klasifikasi
Genus : Chlamydia
Spesies : Chlamydia trachomatis
Siklus Hidup
Secara singkat, perkembangan C.trachomatis adalah sebagai berikut:
Diagnosis uretritis pada pria dapat ditegakkan dengan pemeriksaan pewarnaan Gram atau
biru methylene dari sedian apus uretra. Bila jumlah lekosit PMN melebihi 5 pada
pembesaran 1000 x merupakan indikasi uretritis. Perlu diketahui bahwa sampai 25% pria
yang menderita gonore, diserta infeksi chlamydia. Bila uretritis karena chlamydia tidak
diobati sempurna, infeksi dapat menjalar ke uretra posterio dan menyebabkan
epididimitis dan mungkin prostatitis.
- Proktitis
C. trachomatis dapat menyebabkan proktitis terutama pada pria homoseks. Keluhan
penderita ringan dimana dapat ditemukan cairan mukus dari rektum dan tanda-tanda
iritasi, berupa nyeri pada rektum dan perdarahan.
- Epididimitis
Sering kali disebabkan oleh C. trachomatis, yang dapat diisolasi dari uretra atau
dari aspirasi epididimis. Dari hasil penelitian terakhir mengatakan bahwa C. trachomatis
merupakan penyebab utama epididimitis pada pria kurang dari 35 tahun (sekitar 70 -
90%).
Secara klinis, chlamydial epididimitis dijumpai berupa nyeri dan pembengkakan
scrotum yang unilateral dan biasanya berhubungan dengan chlamydial uretritis, walaupun
uretritisnya asimptomatik.
- Prostatitis
Setengah dari pria dengan prostatitis, sebelumnya dimulai dengan gonore atau
uretritis non gonore. Infeksi C. trachomatis pada prostat dan epididimis pada umumnya
merupakan penyebab infertilitas pada pria.
- Sindroma Reiter
Suatu sindroma yang terdiri dari tiga gejala yaitu: artritis, uretritis dan
konjungtivitis, yang dikaitkan dengan infeksi genital oleh C. trachomatis. Hal ini
disokong dengan ditemukannya Badan Elementer dari C. trachomatis pada sendi
penderita dengan menggunakan teknik Direct Immunofluerescence.
Bila tidak diobati, kendati tidak menimbulkan keluhan berarti, penyakit bisa
menjalar ke mana-mana bagian organ reproduksi baik pria maupun wanita.. Pengidap
chlamydia juga lebih rentan untuk terserang HIV/AIDS dibanding yang tidak
mengidapnya. Diperkirakan yang positif chlamydia 3 sampai 5 kali lebih berisiko
terserang HIV/AIDS.
Selain itu chlamydia juga lebih gampang berjangkit pada mereka yang sudah
memiliki penyakit menular seksual lain sebelumnya, dan berisiko tinggi pula pada
mereka yang pasangan seksnya sudah positif mengidap salah satu penyakit STD.
Bayi baru lahir berisiko tertular chlamydia pada matanya jika tidak dicegah dengan
salep mata begitu dilahirkan. Kuman chlamydia bisa juga menyerang selaput lendir
bolamata yang dikenal sebagai penyakit trachoma. Bila dibiarkan tanpa pengobatan,
trachoma bisa berakhir dengan kebutaan. Pada bayi, kuman chlamydia bisa menyerang
paru-paru dan menimbulkan radang paru-paru (pneumonia).
Gejala
Gejala mula timbul dalam waktu 3-12 hari atau lebih setelah terinfeksi. Pada penis
atau vagina muncul lepuhan kecil berisi cairan yang tidak disertai nyeri. Lepuhan ini
berubah menjadi ulkus (luka terbuka) yang segera membaik sehingga seringkali tidak
diperhatikan oleh penderitanya. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar getah bening
pada salah satu atau kedua selangkangan.
Kulit diatasnya tampak merah dan teraba hangat, dan jika tidak diobati akan
terbentuk lubang (sinus) di kulit yang terletak diatas kelenjar getah bening tersebut.
Dari lubang ini akan keluar nanah atau cairan kemerahan, lalu akan membaik; tetapi
biasanya meninggalkan jaringan parut atau kambuh kembali. Gejala lainnya adalah
demam, tidak enak badan, sakit kepala, nyeri sendi, nafsu makan berkurang, muntah,
sakit punggung dan infeksi rektum yang menyebabkan keluarnya nanah bercampur darah.
Akibat penyakit yang berulang dan berlangsung lama, maka pembuluh getah bening bisa
mengalami penyumbatan, sehingga terjadi pembengkakan jaringan. Infeksi rektum bisa
menyebabkan pembentukan jaringan parut yang selanjutnya mengakibatkan penyempitan
rektum.
3. PENCEGAHAN
Cara yang paling baik untuk mencegah penularan penyakit ini adalah abstinensia
(tidak melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang diketahui menderita
penyakit ini). Untuk mengurangi resiko tertular oleh penyakit ini, sebaiknya menjalani
perilaku seksual yang aman (tidak berganti-ganti pasangan seksual atau menggunakan
kondom).
4. PENGOBATAN
Penting untuk dijelaskan pada pasien dengan infeksi genital oleh C. trachomatis,
mengenai resiko penularan kepada pasangan seksualnya, Contact tracing (pemeriksaan
dan pengobatan partner seksual) diperlukan untuk keberhasilan pengobatan.
Untuk pengobatan dapat diberikan:
- Tetrasiklin
Tetrasiklin adalah antibodi pilihan yang sudah digunakan sejak lama untuk infeksi
genitalia yang disebabkan oleh C.trachomatis. Dapat diberikan dengan dosis 4 x 500
mg/h selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama 14 hari. Analog dari tetrasiklin
seperti doksisiklin dapat diberikan dengan dosis 2 x l00 mg/h selama 7 hari. Obat ini
yang paling banyak dianjurkan dan merupakan drug of choice karena cara
pemakaiannya yang lebih mudah dan dosisnya lebih kecil.
- Azithromisin
Azithromisin merupakan suatu terobosan baru dalam pengobatan masa sekarang.
Diberikan dengan dosis tunggal l gram sekali minum.
Regimen alternatif dapat diberikan:
-Erythromycin 4 x 500 mg/hari selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama l4 hari.
-Ofloxacin 2 x 300 mg/hari selama 7 hari.
Regimen untuk wanita hamil:
-Erythromycin base 4 x 500 mg/hari selama 7 hari.
DAFTAR PUSTAKA
Geo.F. Brooks, dkk.1996.Mikrobiologi Kedokteran edisi 20.Jakarta:EGC Penerbit Buku
Kedokteran.
Harris JRW, Foster SM.1991.Genital Chlamydial Infection; Clinical Aspects, Diagnosis,
Treatment and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases and AIDS.New
York:Churcill Livingstone..
Hutapea NO, Tarigan J.1992.Infeksi Chlamydia di antara Mitra Seksual: Kumpulan
Makalah Ilmiah Konas VII PERDOSKI.Bukit Tinggi.