Syn Depositional Dan Post Depositional
Syn Depositional Dan Post Depositional
Syn Depositional Dan Post Depositional
Disusun Oleh :
Ryanto Nitiyoga P.
111.140.111
A. Pengertian
1. Syn Depositional
Syn-depositional adalah proses geologi yang berlangsung bersamaan
dengan pembentukan batubara. Proses-proses ini seperti perbedaan kecepatan
sedimentasi serta bentuk morfologi pada dasar cekungan, pola struktur yang sudah
terbentuk sebelumnya dan kondisi lingkungan saat batubara terbentuk.
Secara umum sedimen pembawa batubara diendapkan mulai dari tepi
hingga tengah cekungan, sedangkan struktur geologi sangat berpengaruh terhadap
akumulasi sedimen dan jumlah suplai material rombakan yang diperlukan guna
mengetahui
runtunan
lapisan
batubara,
sebaran
dan
ciri
lingkungan
2. Post Depositional
Sesar
LIPATAN
Lipatan
B. Batubara di Indonesia
yang ditutupi secara langsung oleh stratum marine (William & Keith, 1963 dalam
B. Kuncoro 1996).
Lapisan yang terakumulasi pada daerah yang berkondisi marin, seperti
lingkungan back barrier dan lower delta plain yang lebih banyak ditumpangi oleh
sedimen-sedimen marin atau brackish daripada lingkungan upper delta plain atau
lingkungan fluviatil dan sebagian terdiri dari pirit framboidal.Menurut Caruccio et
al (1977) dalam B. Kuncoro 1996. Kandungan sulfur yang hadir sebagai markasit
atau pirit terjadi dalam bentuk butiran euhedral, massa berbutir kasar (lebih besar
dari 25 mikron) yang menggantikan material asli tanaman, berupa massa lembaran
(platy) yang mengisi cleat atau rekahan dan framboidal pirit. Dari hasil penelitian
sulfur pirit berbentuk framboidal dihasilkan karena pengurangan sulfur oleh
mikroba organisme yang dijumpai di lingkungan marin hingga air payau dan tidak
pada air tawar.
Pengendapan Batubara
estuarin, lagun dan teluk: pada lingkungan ini terjadi deposisi sedimen
klastik dan material organik dari marsh/swamp (paya/rawa) di sekitarnya
serta kontribusi alga in situ.
Estuari
Crevasse Splay
Crevasse Splay
mangrove.
Lower delta plain marsh/swamp: fasies ini terutama berupa daratan/pulau
interdistributer yang ditumbuhi tumbuhan (mangrove) pada delta bagian
depan yang berhadapan dengan laut. Pada saat terjadi pasang tinggi dan
badai, air laut yang masuk dapat menyebabkan penambahan sulfur
sehingga menyebabkan terbentuknya deposit gambut yang kaya akan pirit.
Selain itu pada saat banjir, sedimen berbutir halus dapat diendapkan
bersama material tanaman sehingga terbentuk gambut yang kandungan
abunya tinggi.
fluvial swamp (termasuk upper delta plain swamp): rawa fluvial banyak
terdapat pada dataran banjir fluvial oleh karena terlindung dari suplai
sedimen oleh adanya leeve sepanjang teras sungai. Gambut/batubara yang
dihasilkan dapat berselang-seling dengan lapisan pasir atau lempung yang
terbawa oleh adanya banjir. Kadang pembentukan gambut pada
lingkungan ini juga diselingi dengan adanya fasies danau.
Definisi Geometri
a. Geometri adalah cabang Matematika yang pertama kali diperkenalkan oleh
Thales (624-547 SM) yang berkenaan dengan relasi ruang. Dari
pengalaman, atau intuisi, kita mencirikan ruang dengan kualitas
fundamental tertentu, yang disebut aksioma dalam geometri. Aksioma
demikian tidak berlaku terhadap pembuktian, tetapi dapat digunakan
bersama dengan definisi matematika untuk titik, garis lurus, kurva,
permukaan dan ruang untuk menggambarkan kesimpulan logis.
b. Geometri dalam aplikasinya diartikan sebagai suatu gambaran ataupun
model yang mengandung unsur unsur seperti titik, garis, arah,
kemiringan, , volume, bentuk dalam tampialan 2 dimensi ( 2D ) maupun 3
dimensi ( 3D ).
Parameter Geometri Batubara
Parameter geometri lapisan batubara meliputi :
a. Ketebalan
Ketebalan lapisan batubara berhubungan langsung dengan perhitungan
cadangan, perencanaan produksi, sistem panambangan dan umur tambang.
Karenanya, maka faktor pengendali terjadinya arah perubahan ketebalan,
penipisan, pembajian, splitting dan kapan terjadinya perlu diketahui. Apakah
etrjadi selama proses pengendapan, antara lain akibat perbedaan kecepatan
akumulasi batubara, perbedaan morfologi dasar cekungan, hadirnya channel, sesar
dan proses karst atau terjadi setelah pengendapan, antara lain karena sesar atau
erosi permukaan. Pengertian tebal perlu dijelaskan, apakah tebal tersebut termasuk
parting (gross coal thickness), tebal lapisan batubara tidak termasuk parting (net
coal thickness) atau tebal lapisan batubara yang dapat ditambang (mineable
thickness).
b. Kemiringan
Dianjurkan pengukuran kedudukan lapisan batubara menggunakan
kompas dengan metode dip direction, sekaligus harus mempertimbangkan
kedudukan lapisan batuan yang mengapitnya. Pengertian kemiringan, selain
besarnya kemiringan lapisan juga masih perlu dijelaskan :
a. Apakah pola kemiringan lapisan batubara tersebut bersifat menerus dan sama
besarnya sepanjang cross strike maupun on strike atau hanya bersifat setempat.
b. Apakah pola kemiringan lapisan batubara tersebut membentuk pola linier, pola
lengkung atau pola luasan (areal).
c. Mengenai faktor-faktor pengendalinya.
c. Pola sebaran lapisan batubara
Faktor pengendalinya harus diketahui, yaitu apakah dikendalikan oleh
struktur lipatan (antiklin, sinklin, menunjam), homoklin, struktur sesar dengan
pola tertentu atau dengan pensesaran kuat. Karena Pola sebaran lapisan batubara
akan berpengaruh pada penentuan batas perhitungan cadangan dan pembagian
blok penambangan.
d. Kemenerusan lapisan batubara
Faktor pengendalinya adalah jarak dan apakah kemenerusannya dibatasi
oleh proses pengendapan dan split, sesar,, intrusi atau erosi. Contoh pada split,
kemenerusan lapisan batubara dapat terbelah oleh bentuk membaji dari sedimen,
bukan batubara. Berdasarkan penyebabnya dapat karena proses sedimentasi
(autosedimentational split) atau tektonik yang ditunjukkan oleh perbedaan
penurunan dasar cekungan yang mencolok akibat sesar (Warbroke, 1981 dalam
Diessel, 1992).
e. Keteraturan lapisan batubara
Faktor pengendalinya adalah pola kedudukan lapisan batubara (jurus dan
kemiringan), artinya :
1. Apakah pola lapisan batubara di permukaan menunjukkan pola teratur
(garis menerus yang lurus, melengkung pada elevasi yang hampir sama)
atau membentuk pola tidak teratur (garis yang tidak menerus, melengkung
pada elevasi yang tidak sama).
2. Apakah bidang lapisan batubara membentuk bidang permukaan yang
hampir rata, bergelombang lemah atau bergelombang.
3. Juga harus dipahami factor pengendali keteraturan lapisan batubara.
f. Bentuk lapisan batubara
Bentuk lapisan batubara adalah perbandingan antara tebal lapisan batubara
dan kemenerusannya, apakah termasuk kategori bentuk melembar, membaji,
melensa, atau bongkah.
g. Floor dan roof
Kontak
batubara
dengan
roof
merupakan
fungsi
dari
proses
mekanisme pengendapan
petrografi batubara
derajat batubara
aktifitas penambangan
Menurut
Jeremic,
1986
dalam
Kuncoro,
2007
berdasarkan
ganesanya
2.