Utilitas Bahan Bakar Senin Fix
Utilitas Bahan Bakar Senin Fix
Utilitas Bahan Bakar Senin Fix
DISUSUN OLEH
1. Randy Dwi Pramono
2. Hanifah Adami Rahmatul Mila
3. Verna Rahmalia O.
4. Gebyar Adisukmo
5. Ryan Primaldi
6. Rikky Andreanto
7. Faradilla Driastuti
8. Rio Sanjaya
9. Fatma Tsaniya Chamdani
10. Mukhtar Dzaki Ramadhan
11. Ardhan Hilfiyanda
12. Rinda Ameliya Firdhaus
13. Fauzia Dara Qonita
14. Shesar Anis Rahmatullah
15. Iksan Hariyanto
16. Eni Sumarsih
21030114140127
21030114130195
21030114130166
21030114120023
21030114120098
21030114120005
21030114120033
21030114130150
21030114120055
21030114140153
21030114120100
21030114120054
21030114130139
21030114130133
21030114130168
21030114120066
KATA PENGANTAR
Segalapuji bagi Allah yang telah memberikan kemudahan sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin makalah ini tidak terselesaikan dengan baik.
Dan tak lupa ucapan terima kasih kepada Ir. Slamet Priyanto, MS selaku dosen
pembimbing yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Ucapan terimakasih juga
kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah membantu baik langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "Sistem Penyediaan
Bahan Bakar dan Aplikasinya di Industri", dari berbagai sumber. Makalah ini disusun dengan
berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari dalam diri maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan. Makalah ini memuat tentang Sistem Penyediaan Bahan Bakar dan Aplikasinya di
Industri yang sangat banyak dibutuhkan di berbagai industri di Indonesia.
Walaupun makalah ini kurang sempurna dan memerlukan perbaikan tetapi juga memiliki
detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya. Tak bisa dipungkiri pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu perlu adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan ke
arah kesempurnaan. Terimakasih.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Bahan bakar menurut Aprilia Putri (2012) adalah setiap bahan yang dapat digunakan untuk
menghasilkan energi. Sedangkan apabila ditinjau dari sisi teknis dan ekonomis menurut Eka Sunitra
(2013), bahan bakar adalah suatu bahan yang apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran
dengan sendirinya, disertai dengan pengeluaran kalor. Selanjutnya agar dapat digunakan secara luas,
bahan bakar tersebut harus memenuhi beberapa syarat umum berikut :
Pada umumnya, proses pembakaran terjadi karena adanya reaksi bahan bakar dengan oksigen sehingga
mengeluarkan kalor. Di samping pembakaran, sejumlah panas atau kalor juga dapat diperoleh dari
berbagai reaksi senyawa kimia yang bersifat eksotermis serta reaksi nuklir. Sedangkan untuk jenis
bahan bakar secara umum menurut Aprilia Putri (2012) dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :
1. Bahan Bakar Padat
Bahan bakar padat adalah bahan bakar yang berwujud padat dan kebanyakan menjadi
sumber energi panas. Misalnya kayu dan batubara. Energi panas yang dihasilkan bisa
digunakan untuk memanaskan air menjadi uap untuk menggerakkan peralatan dan
menyediakan energi. Bahan bakar padat tersusun dari :
dari senyawa hidrokarbon berantai C6 - C12 serta harus sedikit mengandung senyawa S,O
dan N
3. Bahan Bakar Gas
Bahan bakar gas merupakan bahan bakar yang berwujud gas. Bahan bakar jenis ini
biasanya disimpan dalam wujud cair agar tidak membutuhkan ruangan yang terlalu besar.
Bahan bakar gas yang banyak dijumpai sekarang ini dapat berasal dari gas alam atau
minyak bumi yang diputus rantai karbonnya. Bahan bakar gas hidrokarbon memiliki rantai
dari C1 sampai C4.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
utamanya
adalah
sisa-sisa
tumbuhan
dan
terbentuk
melalui
proses
Selain itu, terdapat batubara jenis volatile matter yang merupakan campuran gas
dan uap-uap hidrokarbon yang dilepaskan ketika batubara dipanaskan pada temperatur
yang sangat tinggi. Misalnya: kadar asetilena, etilena, etana, metana, dll. Dimana
makin banyak volatile matter maka batubara makin banyak.
Adapun jenis batu bara berdasarkan volatile matter dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
c. Bagasse
Bagasse atau ampas tebu merupakan limbah berserat yang diperoleh dari hasil
samping proses penggilingan tanaman tebu (Saccharum oficinarum). Ampas ini
sebagian besar mengandung bahan-bahan lignoselulosa. Bagasse mengandung air 4852%, gula rata-rata 3,3%, dan serat rata-rata 47,7%. Serat bagasse sebagian besar terdiri
dari selulosa, hemiselulosa dan lignin dan tidak dapat larut dalam air. Menurut Lavarack
et al. (2002) bagasse merupakan hasil samping proses pembuatan gula tebu (sugarcane)
mengandung residu berupa serat, minimal 50% serat bagasse diperlukan sebagai bahan
bakar boiler, sedangkan 50% sisanya hanya ditimbun sebagai buangan yang memiliki
nilai ekonomi rendah. Penimbunan bagasse dalam kurun waktu tertentu akan
menimbulkan permasalahan bagi pabrik. Mengingat bahan ini berpotensi mudah
terbakar mengotori lingkungan sekitar, dan menyita lahan yang cukup luas untuk
penyimpanannya. Potensi bagasse di Indonesia sangat melimpah khususnya di luar
pulau jawa. Menurut Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) tahun 2008,
komposisi rata-rata hasil samping industri gula di Indonesia terdiri dari limbah cair
52,9%, blotong 3,5%, ampas tebu (bagasse) 32,0%, tetes tebu (molasses) 4,5%, dan gula
7,05% serta abu 0,1% (Fauzi Achmad, 2005)
II.2
Gasifikasi Batubara
Gasifikasi batubara merupakan konversi batubara menjadi produk gas dalam
sebuah reaktor, dengan atau tanpa menggunakan pereaksi berupa udara, campuran
udara/uap air atau campuran oksigen/uap air). Pilot Plant Gasifikasi Batubara.berada di
lokasi Sentra Teknologi Pemanfaatan Batubara di Cirebon. Gasifikasi batubara dapat
dimanfaatkan untuk industri logam, keramik, PLTD, Syngas (untuk pupuk).
Pemanfaatan gasifikasi batubara untuk PLTD dilakukan karena banyaknya unit
PLTD milik PT PLN yang masih menggunakan solar. Puslitbang Mineral dan Batubara
melakukan kerjasama/ujicoba dengan PT PLN J&P - PT CGI dalam pemanfaatan
gasifikasi batubara untuk PLTD. Tahap I Ujicoba Pilot Plant di Sentra Teknologi
Pemanfaatan Batubara, Palimanan.
Pilot plant tersebut menggunakan gasifier buatan China (fixed bed) dengan
pereaksi udara/uap air kapasitas 150-200 kg bbara/jam (milik PT CGI). Uji coba telah
berhasil menggunakan mesin Diesel kapasitas 250 kVA, sistem manual dan non-turbo
(milik PLNJP) dan telah tersambung pada jaringan interkoneksi Jawa-Bali.
Saat ini sedang diiuji coba penggunaan mesin Diesel kapasitas 450 kVA sistem
otomatis dan turbo (milik tekMIRA) dan melakukan persiapan instalasi reaktor
gasifikasi diameter 2 m. Tahap II juga telah dilakukan untuk penerapan demo plant di
Kalimantan. Selain untuk PLTD, juga dilakukan pengembangan syngas dari batubara
untuk bahan baku pupuk bekerja sama dengan PT.Pupuk-Kujang, Cikampek.
Studi kelayakan intergrasi gasifikasi teknologi TIGAR telah dilakukan dengan
bekerjasama
antara
Puslitbang
tekMIRA,
PT. Pusri
(Holding),
dan
Jepang
II.3
Analisa
heating
value
menggunakan bomb calorimeter
BAB III
PEMBAHASAN
III.1
Kapasitas
: 50 ton/jam
Power motor
dan iron separator. Benda-benda asing (besi dan benda lainnya) tertarik oleh
medan magnet dari iron separator (metal detektor secara otomatis mematikan
belt conveyor dan membunyikan alarm bila masih terdapat logam besi yang lolos).
Vibrating screen memisahklan batu bara yang masih berukuran besar (> 50 mm).
partikel > 50 mm dihaluskan didalam crusher yang bekerja seperti hammer.
Sedangkan partikel yang kecil diteruskan oleh belt conveyor. Partikel yang besar
telah dihaluskan kemudian bergabung dengan partikel kecil yang lolos dari
vibrating screen.
Sementara itu panas sisa pembakaran di kiln sebagian masuk kedalam multi
cyclone untuk memisahkan gas panas dari partikel yang terbawa dari kiln dan SP
dengan gaya sentrifugal dan gravitasi. Gas panas bebas partikel masuk kedalam
3
mixing chamber berkisar antara 35 000 40 000 Nm /jam dengan temperatur 250
o
300 C.
Dari hopper, material masuk atau diumpan kedalam ekstraktor yang
berputar ekstromat dengan laju pengumpanan dapat diatur dalam batasan 10,5
52,5 ton/jam. Dari ekstraktor masuk kedalam mill melalui rotary air lock feeder,
yang dipanasi gas dari mixing chamber. Pemanasan ini diperlukan guna mencegah
terjadinya penyumbatan oleh batu bara yang masih berkadar tinggi.
Roller mill terdiri atas komponen-komponen utama meja giling, 2 pasang
roll penggiling dan rumah-rumah (housing) beserta grit separator atau separator
statis yang terpasang dibagian atasnya.
Batu bara dijatuhkan ke pusat meja penggiling yang berputar dan tergilas
oleh pasangan roll penggiling yang dapat bergerak naik turun. Batu bara yang
telah digiling terlempar dari tepi meja giling dan terbawa oleh gas panas yang
mengalir naik melalui nozzle ring menuju separator. Batu bara dikeringkan oleh
gas panas dan dihaluskan 170 mesh dengan 15 persen residu tertampung pada
mesh (90 mikron) dan kadar air turun dari 23 persen menjadi 0,5 1 persen.
Pada separator, serbuk batu bara kasar dipindahkan dari halus dan ke mill
untuk penggilingan ulang. Tingkat kehalusan batu bara yang diinginkan diperoleh
dengan jalan mengatur kedudukan kisi-kisi separator.
Gas dan batu bara keluar dari bagian atas mill menuju bag filter. Gas panas
o
Aliran I
Aliran ini menyediakan minyak untuk pemanas udara dalam preheater
b.
Aliran II
Aliran ini menyediakan minyak untuk pemanas awal pada pembakaran di rotary
kiln. Minyak yang dialirkan dalam pipa dijaga agar selalu penuh sehingga bagian
dalam pipa tidak terisi oleh udara. Oleh karena itu dibuat aliran sirkulasi minyak dari
masing-masing tangki ke pipa yang keluar dari tangki penampungan. Dari tangki
tersebut aliran minyak dikendalikan oleh valve regulator menuju ke peralatan.
Keterangan gambar :
1. Truck minyak
2. Tangki penyimpanan sementara
3. Rumah pompa
4. Tangki kecil
5. Ke ILC dan SLC preheater
6. Tangki kecil
(Dinovia,2012)
III.2
dinyatakan dengan .
= (A/F) stoic / (A/F) = (F/A) / (F/A) stoic
Jika < 1 : reaktan membentuk campuran encer (fuel-lean mixture)
Jika > 1 : reaktan membentuk campuran kental (fuel-rich mixture)
III.4 Contoh Soal Perhitungan Bahan Bakar
1. Tentukan jumlah udara teoritis untuk pembakaran sempurna terhadap metana
dan rasio udara-bahan bakar dengan basis molar dan basis massa.
Reaksi Pembakaran :
CH4 + 2 (O2 + 3,76N2)
massa bahan bakar jika proses pembakaran hendak dijaga pada kondisi
campuran miskin bahan bakar (fuel-lean mixture) dengan rasio ekivalen 0,286.
Penyelesaian:
Diketahui: pembakaran C1,16H4,32 . rasio ekivalen, = 0,286 laju aliran udara
aktual, Ditanya: rasio udara-bahan bakar stoikiometris AF dan laju aliran
bahan-bakar.
Penyelesaian (lanjutan):
Dari persamaan umum reaksi pembakaran (1), maka reaksi pembakaran proses di atas
adalah :
C1,16 H4,32 + (1,16 +
) (O2 + 3,76 N2 )
1,16 CO2 +(
)N2
= 28,9 kg/kmol
Massa molekuler bahan bakar, Mbb = (1,16)(12) + (4,32)(1) = 18,24 kg/kmol Maka
rasio udara-bahan bakar stoikiometris :
Penyelesaian (lanjutan):
Rasio udara-bahan bakar aktual dengan rasio ekivalen, = 0,286 dapat ditentukan
dengan persamaan (1.1) :
Karena rasio udara-bahan bakar juga menyatakan rasio laju aliran massa udara-bahan
bakar, maka dengan menggunakan persamaan (1.11) dengan penyesuaian simbol maka laju
aliran bahan bakar dapat ditentukan :
3. Tabel II.1 Tabel indeks kerja hukum bond pada berbagai jenis material
Dengan mencermati tabel II.1 di atas, berapa energi yang dibutuhkan untuk
menghancurkan (crush) 100 ton/jam batu bara jika diinginkan 80 % umpan dapat melewati
pengayak (screen) ukuran
2 inchi dan 80 % produk keluaran pengayak (screen) berukuran inchi ?
Jawab
= 2 inchi = 50,8 mm
Dsb
III.4
Energi terbarukan dalah energi yang berasal dari energi non fosil yang diperoleh
dari alam yang setelah digunakan awal akan dapat digunakan kembali,meliputi :
a. Gas bio (biogas) yang dihasilkan dari proses anaerobik biomasa yang berasal dari
limbah pertanian dan peternakan. Potensi energi dari gas bio ini relatif kecil hanya
untuk keperluan penerangan dan memasak setempat, tidak bisa digunakan untuk
kegiatan industri.
b. Energi angin, potensinya relatif juga masih kecil karena kecepatan angin rata-rata
berkisar 3-5 m/detik. bila tenaga angin dimanfaatkan dapat digunakan untuk
penerangan listrik perdesaan, penggerak pompa air dan pengisian baterai untuk
cadangan manakala kecepatan angin kecil. Diperkirakan pada saat ini energi angin
sudah dimanfaatkan untuk listrik perdesaan sebesar 220 KW.
c. Energi surya, sebagai negara tropis Indonesia memang sangat potensial untuk
dapat memanfaatkan energi surya ini. Energi surya dapat digunakan secara
langsung (energi thermal) maupun secara tak langsung (energi fotovoltaik). Energi
surya thermal dimanfaatkan secara konvensional untuk pengeringan hasil
pertanian, perikanan dan memanaskan air serta memasak dengan kompor
matahari. Sedangkan energi surya fotovoltaik sudah digunakan untuk listrik
perdesaan daerah terpencil, pompa air, televisi, radio dan komunikasi, kapasitas
energi surya yang sudah dimanfaatkan kurang lebih sebesar 3 MW. Energi surya
sementara ini belum dapat digunakan untuk kegiatan industri besar.
d. Energi air, potensinya cukup besar untuk pembangkit tenaga listrik. Energi air
sudah dimanfaatkan baru sekitar 2.178 MW, sedangkan daya yang bisa
dibangkitkan dari energi air di Indonesia sekitar 75.625 MW. Kendala
pemanfaatan energi air adalah masalah pembebasan/harga tanah untuk daerah
yang akan ditenggelamkan menjadi waduk, harga pembangunan waduk itu sendiri
dan masalah sosial ekonomi lainnya sebagai ikutan dari proyek tenaga air. Bila
semua kendala tersebut diperhitungkan, maka harga energi menjadi mahal.
e. Energi panas bumi, adalah energi yang cukup banyak tersedia di Indonesia
mengingat bahwa Indonesia termasuk negeri vulkanik. Di seluruh Indonesia
terdapat sekitar 217 daerah yang dapat dibangun Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi
dengan kapasitas total kurang lebih 16.658 MW. Tenaga panas bumi yang bisa
dimanfaatkan baru 305 MW. Kekurangan pemanfaatan energi panas bumi untuk
sementara ini adalah letaknya yang jauh dari kegiatan industri, sehingga baru
dapat dimanfaatkan untuk penerangan rumah tangga saja
f. Energi laut, pada saat ini masih dalam taraf penelitian dan pengembangan.
Percobaan energi laut untuk pembangkit tenaga listrik sedang dilakukan di pantai
Baron Yogyakarta dengan kapasitas 1,1 MW. Bila percobaan ini berhasil akan
dapat digunakan untuk penerangan listrik perdesaan sepanjang pantai Indonesia.
2. Energi maju
Energi maju adalah energi yang diperoleh dari pemanfaatan teknologi nuklir
melalui Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Energi nuklir (PLTN) mempunyai
potensi yang cukup baik untuk dikembangkan di Indonesia, walaupun merupakan
energi alternatif urutan terakhir. Pada dasarnya pemanfaatan energi nuklir dapat
melalui dua cara, yaitu : Melalui reaksi pembelahan inti (reaksi fisi) dan melalui
reaksi penggabungan inti (reaksi fusi).
Reaksi fisi pada saat ini teknologinya sudah dikuasai dengan baik, sehingga
semua PLTN di dunia menggunakan reaksi fisi. Sedangkan untuk reaksi fusi pada
saat ini masih dalam penelitian, namun bila berhasil maka energi yang dihasilkan
jauh lebih besar dari pada energi melalui reaksi fisi. Berdasarkan perhitungan
termodinamika, energi reaksi fisi dapat disetarakan dengan hasil pembakaran
energi fosil sebagai berikut :
1 gram Uranium = 2,5 ton batubara = 17.500 liter minyak.
Mengingat akan besarnya panas yang dihasilkan oleh energi nuklir, maka
pemanfaatannya untuk sumber pembangkit tenaga listrik sangat menguntungkan,
sehingga pembangunan PLTN pada saat ini berkembang pesat. Keadaan ini juga
didukung oleh teknologi nuklir keselamatan reaktor nuklir yang telah dikuasai
dengan baik dan terus dikembangkan ke arah yang jauh lebih baik lagi, sehingga
aspek keselamatan terhadap manusia dan lingkungan selalu dinomor-satukan.
Walapun pernah terjadi kecelakaan PLTN Chernobyl, ternyata minat dunia
untuk membangun dan memanfaatkan PLTN makin bertambah, karena memang
sangat menguntungkan, sebagai gambaran tentang jumlah PLTN.
Sampai dengan awal abad 21 yang akan datang jumlah PLTN akan
bertambah kurang lebih sebanyak 100 buah. Data-data ini belum termasuk
rencana Indonesia untuk ikut memanfaatkan PLTN sebagai penyedia sumber
energi listrik.
Ditinjau dari segi keselamatan lingkungan, usaha diversifikasi energi
sangat menguntungkan karena :
a. Pemakaian energi terbarukan maupun energi maju ternyata
mengeluarkan emisi CO2 sebagaimana halnya yang dikeluarkan oleh
tidak
III.5
DAFTAR PUSTAKA
Endahwati, Luluk. 2009. Alat Industri Kimia. Surabaya: Kampus Press
Distantina, Sperisa. Tanpa Tahun. Penanganan zat padat. Solo: UNS Media
Setyowati, Suparni. 2008. SMK Kimia dalam Industri jilid II.Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan
Hardiningtyas, Dewi. 2010. Pengantar Industri Kimia. Malang: Brawijaya University
Press http://www.scribd.com/doc/84603075/Pengertian-Bahan-Bakar-Dan-Jenis