Satuan Acara Penyuluhan Deteksi Dini Kek Pada Wus

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

DETEKSI DINI KURANG ENERGI KRONIK (KEK)


PADA WANITA USIA SUBUR (WUS)

A. Materi Pembelajaran :
Deteksi Dini Kurang Energi Kronik (KEK) pada Wanita Usia Subur (WUS)
B. Pokok Bahasan :
1. Pengertian Kurang Energi Kronik (KEK)
2. Pengukuran LILA
3. Pencegahan Kurang Energi Kronik (KEK)
C.
D.
E.
F.

Sasaran : Pengunjung Poli Kandungan Kebidanan


Waktu
: Senin, 28 November 2016
Tempat : Poli Kandungan Kebidanan
Tujuan Pembelajaran
:
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan peserta penyuluhan tentang deteksi dini Kurang Energi
Kronik (KEK) pada Wanita Usia Subur (WUS)
2. Tujuan khusus
a. Peserta mengetahui tentang pengertian Kurang Energi Kronik (KEK)
b. Peserta mengetahui tentang cara pengukuran LILA
c. Peserta mengetahui tentang pencegahan Kurang Energi Kronik (KEK)

G. Kegiatan Pembelajaran :
1. Materi
: Terlampir
2. Metode
: Penyuluhan
3. Langkah dan Estimasi :
Proses pembelajaran diawali dengan penjelasan materi tentang deteksi dini Kurang
Energi Kronik (KEK) pada Wanita Usia Subur (WUS) kepada peserta dengan estimasi
waktu 20 menit kemudian dilanjutkan diskusi tanya jawab dengan peserta estimasi
waktu 5 menit.
4. Media dan Alat Bantu : Wireless, Leaflet
H. Pemantauan dan Evaluasi :
1. Peserta mengetahui tentang pengertian Kurang Energi Kronik (KEK)
2. Peserta mengetahui tentang cara pengukuran LILA
3. Peserta mengetahui tentang pencegahan Kurang Energi Kronik (KEK)

Materi
Kurang Energi Kronik (KEK)
1. Pengertian
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita
mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau
menahun. Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja
putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita
risiko KEK bilamana LILA <23 cm.
KEK disebabkan karena kurang

mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang

cukup atau makanan yang baik dalam periode/kurun waktu yang lama untuk

mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah yang cukup, atau juga disebabkan
menderita penyakit kronis lainnya.
KEK biasanya mudah untuk dideteksi, berat badan akan kurang dan kurus. KEK
lebih sulit diidentifikasi oleh suatu komunitas baik dari segi berat badan maupun tinggi
badan, dan tidak kelihatan terlalu kurus, namun pemeriksaan berat dan tinggi badan akan
menunjukan bahwa mereka memiliki berat yang kurang pada grafik pertumbuhan. KEK
dapat mempengaruhi perkembangan otak dan psikologi remaja putri dan meningkatkan
resiko terkena infeksi. Perempuan yang kurang asupan makan (kurang gizi) mempunyai
kecenderungan untuk melahirkan anak dengan berat badan rendah, yang punya resiko
lebih besar terkena infeksi.
Tiga faktor utama indeks kualitas hidup yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi.
Faktor-faktor tersebut erat kaitannya dengan status gizi masyarakat yang dapat
digambarkan terutama pada status gizi remaja dan wanita hamil. Kualitas bayi yang
dilahirkan sangat dipengaruhi oleh keadaan ibu sebelum dan selama hamil. Wanita Usia
Subur (WUS) adalah calon ibu yang penting untuk diketahui status gizinya. Salah satu
ukuran untuk mengetahui risiko KEK (kurang energi kronis) pada WUS adalah ukuran
lingkar lengan atas (LILA) < 23,5 cm.
2. Pengukuran LILA
Ada beberapa cara untuk dapat digunakan untuk mengetahui status gizi WUS dan
ibu hamil antara lain memantau pertambahan berat badan, mengukur LILA, mengukur
kadar Hb. Bentuk adan ukuran masa jaringan adala masa tubuh. Contoh ukuran masa
jaringan adala LILA, berat badan, dan tebal lemak. Apabila ukuran ini rendah atau kecil,
menunjukan keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita
pada waktu pengukuran dilakukan. Pertambahan otot dan lemak di lengan berlangsung
cepat selama tahun pertama kehidupan (Arisman,2009).
Lingkaran Lengan Atas (LILA) mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak
dan otot yang tidak berpengaruh banyak oleh cairan tubuh. Pengukuran ini berguna untuk
skrining malnutrisi protein yang biasanya digunakan oleh DepKes untuk mendeteksi ibu
hamil dengan resiko melahirkan BBLR bila LILA < 23,5 cm. Pengukuran LILA
dimaksudkan untuk mengetahui apakah seseorang menderita Kurang Energi Kronis.
Ambang batas LILA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila
ukuran kurang dari 23,5 cm atau dibagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut
mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah
( Arisman, 2007)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalan pengukuran LILA :

a.
b.
c.
d.

Pengukuran dilakukan dibagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri.
Lengan harus dalam posisi bebas.
Lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang.
Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat
sehingga permukaannya tidak rata (Arisman, 2007).
Cara Mengukur LILA

a.
b.
c.
d.
e.

Tetapkan posisi bahu dan siku


Letakkan pita antara bahu dan siku.
Tentukan titik tengah lengan.
Lingkaran pita LILA pada tengah lengan.
Pita jangan telalu ketat dan pita jangan terlalu longgar.
LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK)

wanita usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk
memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek.
Pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan ditandai dengan sentimeter, dengan
batas ambang 23,5 cm (batas antara merah dan putih). Apabila tidak tersedia pita LILA
dapat digunakan pita sentimeter/metlin yang biasa dipakai penjahit pakaian. Apabila
ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA, artinya remaja putri
mempunyai risiko KEK. Bila remaja putri menderita risiko KEK segera dirujuk ke
puskesmas/sarana kesehatan lain untuk mengetahui apakah remaja putri tersebut
menderita KEK dengan mengukur IMT. Selain itu remaja putri tersebut harus
meningkatkan konsumsi makanan yang beraneka ragam.
Deteksi dini Kurang Energi Kronis (KEK) :
a. Dilakukan setiap tahun dengan mengukur Lingkar Lengan Kiri Atas (LILA) dengan
memakai pita LILA.
b. Pada Remaja Putri/Wanita yang LILA-nya <23,5 cm sebaiknya dirujuk ke petugas
gizi puskesmas untuk selanjutnya ditindak lanjuti agar teratasi dan tidak
berkelanjutan.
c. Pengukuran LILA dapat dilakukan oleh Remaja Putri atau wanita itu sendiri, kader
atau pendidik. Selanjutnya konseling dapat dilakukan oleh petugas gizi di Puskesmas
(Pojok Gizi).

3. Pencegahan KEK

Makan makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein
termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari dan makanan yang
mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau susu sekurangkurangnya sehari sekali.
Pemberian makanan tambahan dan zat besi pada ibu hamil yang menderita KEK
dan berasal dari Gakin dapat meningkatkan konsentrasi Hb walaupun besar
peningkatannya tidak sebanyak ibu hamil dengan status gizi baik. Pada ibu hamil yang
menderita KEK dan dari Gakin kemungkinan masih membutuhkan intervensi tambahan
agar dapat menurunkan prevalensi anemia dan KEK sampai ke tingkat yang paling
rendah.

Anda mungkin juga menyukai