Makalah Sistem Sosial Indonesia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

Makalah Sistem Sosial Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Latar belakang pembuatan makalah ini adalah adanya tugas yang diberikan oleh
dosen mata kuliah Sistem Ekonomi Indonesia. Makalah ini di buat sebagai salah
satu syarat untuk memenuhi mata kuliah tersebut.
Judul PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN
PERMASALAHANNYAPerkembangan Ekonomi Indonesia menurut penulis masih
banyak masalah yang perlu di soroti dalam hal ini. Masalah kemiskinan, dampaknya
serta upaya pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan yang dari tahun ke tahun
tak kunjung memberikan hasil yang menggembirakan membuat semakin menariknya
masalah ini untuk di bahas. selain itu mekalah ini di buat sebagai pembelajaran bagi
para pembaca terutama bagi penulis. Maka dengan alasan-alasan tersebutlah
makalah ini di buat.
Dalam perkembangan globalisasi seperti kita saksikan saat ini ternyata tidak
makin mudah menyajikan pemahaman tentang adanya sistem ekonomi Indonesia.
Kaum akademisi Indonesia terkesan makin mengagumi globalisasi yang membawa
perangai kemenangan sistem kapitalisme Barat. Sikap kaum akademisi semacam
ini ternyata membawa pengaruh besar terhadap sikap kaum elit politik muda
Indonesia, yang mudah menjadi tidak sadar akan terhadap sistem ekonomi
Indonesia dan ideologi kerakyatan yang melandasinya.
Sistem ekonomi yang diterapkan di Indonesia adalah sistem ekonomi pancasila
yang disebut juga demokrasi ekonomi. Landasan pokoknya pasal 33 ayat 1- 4 UUD
1945 (hasil amandemen).
Secara normatif landasan idiil sistem ekonomi Indonesia adalah Pancasila dan
UUD 1945. Sistem ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan
yang berdampak pada kehidupan masyarakat baik dalam jangka panjang maupun
jangka pendek. Pendapat lain juga menegaskan bahwa sistem ekonomi adalah cara
suatu bangsa atau negara dalam menjalankan perekonomianya. Karena secara
umum sistem ekonomi di bagi menjadi 4 yaitu : Sistem ekonomi tradisional, sistem
ekonomi terpusat, sistem ekonomi pasar dan sistem ekonomi campuran.
Dari definisi diatas memiliki beberapa sifat penting yaitu; 1) suatu proses, yang
merupakan perubahan yang terjadi secara terus menerus, 2) sesuatu yang dapat
merubah tingkat penghidupan masyarakat. Sistem ekonomi yang baik untuk diterapkan
di Indonesia harus berdasarkan atas asas kekeluargaan M. Hatta.

Sehingga dapat di simpulkan bahwa sistem ekonomi bukan hanya sebagai


sekumpulan komponen atau unit perekonomian tetapi merupakan sebuah
penerapan yang dikembangkan oleh seperangkat masyarakat yang masing-masing
memiliki ciri dan batas-batas tersendiri.
Dengan demikian hendaknya kita tidak terpaku pada fenomena global. Kita
harus mampu mengemukakan dan melaksanakan sistem ekonomi Indonesia sesuai
dengan cita-cita kemerdekaan Indonesia, yaitu untuk mencapai kesejahteraan sosial
dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tanpa mengabaikan hak dan
tanggung jawab global kita.
Globalisasi dengan pasar bebasnya memang berperangai dalam wujud
barunya. Makalah ini tidak dimaksudkan untuk secara khusus mengemukakan
tentang hal-hal mengapa globalisasi perlu kita waspadai namun perlu dicatat bahwa
globalisasi terbukti telah menumbuhkan makin parah, melahirkan (adigang, adigung,
aji mumpung) terhadap si lemah.
Tentu tergantung kita, bagaimana memerankan diri sebagai subyek (bukan
obyek) dalam ikut membentuk wujud globalisasi. Kepentingan nasional harus tetap
kita utamakan tanpa mengabaikan tanggung jawab global. Yang kita tuju adalah
pembangunan Indonesia.

B. PERUMUSAN MASALAH
Permasalahan utama dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia saat ini
terkait dengan adanya fakta bahwa pertumbuhan ekonomi tidak tersebar secara
merata di seluruh wilayah Indonesia, ini dibuktikan dengan tingginya pendapatan
antar daerah. Selain itu kemiskinan juga merupakan sebuah hubungan sebab akibat
(kausalitas melingkar) artinya tingkat kemiskinan yang tinggi terjadi karena
rendahnya pendapatan perkapita, pendapatan perkapita yang rendah terjadi karena
investasi perkapita yang juga rendah. Tingkat investasi perkapita yang rendah
disebabkan oleh permintaan domestic perkapita yang rendah juga dan hal tersebut
terjadi karena tingkat kemiskinan yang yang tinggi dan demikian seterusnya,
sehingga membentuk sebuah lingkaran kemiskinan sebagai sebuah hubungan
sebab dan akibat (teori Nurkse) dan telah dibuktikan untuk contoh kasus lingkar
kemiskinan di Indonesia (Jaka Sumanta, Jurnal Kebijakan Ekonomi; 2005)
Makalah ini akan membahas tentang masalah-masalah :
1. Perkembangan Ekonomi Indonesia
2. Dampak Masalah Perkembangan Indonesia
3. Kemiskinan di Indonesia
4. Dampak dari Kemiskinan

5. Upaya Pengentasan Kemiskinan


Masalah-masalah ini diangkat dengan asumsi bahwa nyatanya di jaman globalisasi
seperti sekarang ini, kemiskinan di Indonesia masih saja merajalela dan seperti tak
kunjung usai. masalah ini menimbulkan masalah-masalah baru seperti
pengangguran, dan kekerasan yang belakangan ini sering terjadi di Indonesia dan
akhirnya menghambat perkembangan ekonomi Indonesia tidak berjalan lancar.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. LINGKARAN KEMISKINAN
Konsep lingkaran kemiskinan (vicious circle of proverty) ini pertama kali dikenalkan
oleh Ragnar Nurkse dalam bukunya yang berjudul Problems Of Capital Formation In
Underdeveloped Countries (1953).
Lingkaran kemiskinan didefinisikan sebagai suatu rangkaian kekuatan yang saling
mempengaruhi satu sama lain sehingga menimbulkan suatu kondisi di mana sebuah
Negara akan tetap miskin dan akan mengalami banyak kesulitan untuk mencapai
tingkat Perkembangan yang lebih tinggi. Menurut Nurkse, kemiskinan bukan hanya
disebabkan oleh tidak adanya pembangunan masa lalu, tetapi kemiskinan juga
dapat menjadi faktor penghambat dalam pembangunan di masa mendatang.
Sehubungan dengan hal itu, lahirlah suatu ungkapan nurkse yang sangat terkenal
yaitu a country is poor because it is poor
Pada hakikatnya konsep lingkaran kemiskinan menganggap bahwa : 1)
ketidakmampuan untuk mengerahkan tabungan yang cukup, 2) kurangnya faktor
pendorong untuk kegiatan penanaman modal, dan 3) tingkat pendidikan dan
keahlian masyarakat yang relatif masih rendah , merupakan tiga faktor utama yang
menghambat proses pembentukan modal dan pembangunan ekonomi di berbagai
Negara yang sedang berkembang.

BAB III
PEMBAHASAN
A. Kemiskinan di Indonesia
Kemiskinan menurut Wikipedia bahasa Indonesia adalah keadaan dimana terjadi
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian ,
tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh
kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan.
Masalah kemiskinan adalah masalah yang kompleks dan global. di Indonesia
masalah kemiskinan seperti tak kunjung usai. masih banyak kita dapati para
pengemis dan gelandangan berkeliaran tidak hanya di pedesaan bahkan di kotakota besar seperti Jakarta pun pemandangan seperti ini menjadi tontonan setiap
hari.
Kini di Indonesia jerat kemiskinan semakin parah. Jumlah penduduk miskin tahun
2010 diperkirakan bakal mengalami kenaikan sebanyak 200.000 penduduk menjadi
32,7 juta dibandingkan tahun ini yang mencapai 32,5 juta. Sementara itu, tahun
2008 mencapai 35 juta penduduk. Demikian disampaikan Peneliti Pusat Penelitian
Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2E-LIPI), Agus Eko Nugroho,
saat jumpa pers pemaparan Ekonomi Indonesia Tahun 2010 di Gedung LIPI,
Jakarta, Selasa ( 28/12/2009 ). Kemiskinan bukan semata-mata persoalan ekonomi
melainkan kemiskinan kultural dan struktural.
Hari Susanto (2006) mengatakan umumnya instrumen yang digunakan untuk
menentukan apakah seseorang atau sekelompok orang dalam masyarakat tersebut
miskin atau tidak bisa dipantau dengan memakai ukuran peningkatan pendapatan
atau tingkat konsumsi seseorang atau sekelompok orang. Padahal hakikat
kemiskinan dapat dilihat dari berbagai faktor. Apakah itu sosial-budaya, ekonomi,
politik, maupun hukum.
Menurut Koerniatmanto Soetoprawiryo menyebut dalam Bahasa Latin ada istilah
esse (to be) atau (martabat manusia) dan habere (to have) atau (harta atau
kepemilikan). Oleh sebagian besar orang persoalan kemiskinan lebih dipahami
dalam konteks habere. Orang miskin adalah orang yang tidak menguasai dan
memiliki sesuatu. Urusan kemiskinan urusan bersifat ekonomis semata.
Bila kita cermati kondisi masyarakat dewasa ini. Banyak dari mereka yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Bahkan, hanya untuk
mempertahankan hak-hak dasarnya serta bertahan hidup saja tidak mampu. Apalagi
mengembangkan hidup yang terhormat dan bermartabat.
Krisis ekonomi yang berkepanjangan menambah panjang deret persoalan yang
membuat negeri ini semakin sulit keluar dari jeratan kemiskinan. Hal ini dapat kita

buktikan dari tingginya tingkat putus sekolah dan buta huruf. Belum lagi tingkat
pengangguran yang meningkat signifikan. Jumlah pengangguran terbuka tahun
2010 masih meningkat 10 % menurut Ekonom kepada The Indonesian Economic
Intellegience (IEI) Sunarsip dalam acara monthly Evonomic Review di kantor IEI
Jakarta. Ditambah lagi kasus gizi buruk yang tinggi, kelaparan/busung lapar, dan
terakhir, masyarakat yang makan Nasi Aking.
B. Dampak Kemiskinan
Dampak dari kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan
kompleks, diantaranya :
1. Pengangguran.
Dengan banyaknya pengangguran berarti banyak masyarakat tidak memiliki
penghasilan karena tidak bekerja. Karena tidak bekerja dan tidak memiliki
penghasilan mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Secara
otomatis pengangguran telah menurunkan daya saing dan beli masyarakat.
Sehingga, akan memberikan dampak secara langsung terhadap tingkat pendapatan,
nutrisi, dan tingkat pengeluaran rata-rata.
2. Kekerasan.
Kekerasan-kekerasan yang marak terjadi akhir-akhir ini merupakan efek dari
pengangguran. Karena seseorang tidak mampu lagi mencari nafkah melalui jalan
yang benar dan halal. Ketika tak ada lagi jaminan bagi seseorang dapat bertahan
dan menjaga keberlangsungan hidupnya maka jalan pintas pun dilakukan. Misalnya,
merampok, menodong, mencuri, atau menipu. belakangan banyak oknum-oknum
yang menggunakan modus penipuan melalui sms.
3. Pendidikan
Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang terjadi dewasa ini.
Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak dapat lagi
menjangkau dunia sekolah atau pendidikan. Karena untuk makan satu kali sehari
saja mereka sudah kesulitan.
Kondisi seperti ini membuat masyarakat miskin semakin terpuruk lebih dalam.
Tingginya tingkat putus sekolah berdampak pada rendahya tingkat pendidikan
seseorang. Dengan begitu akan mengurangi kesempatan seseorang mendapatkan
pekerjaan yang lebih layak. Ini akan menyebabkan bertambahnya pengangguran
akibat tidak mampu bersaing di era globalisasi yang menuntut keterampilan di
segala bidang.
4. Kesehatan
Seperti kita ketahui, biaya pengobatan sekarang sangat mahal. Hampir setiap klinik
pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar menerapkan tarif atau ongkos
pengobatan yang biayanya melangit. Sehingga, biayanya tak terjangkau oleh
kalangan miskin.

C.

Upaya Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia


Seperti telah disinggung di atas bahwa kemiskinan merupakan suatu masalah yang
kompleks dan multidimensional yang tak terpisahkan dari pembangunan mekanisme
ekonomi, sosial dan politik yang berlaku. Oleh karena itu setiap upaya pengentasan
kemiskinan secara tuntas menuntut peninjauan sampai keakar masalah. Jadi,
memang tak ada jalan pintas untuk mengentaskan masalah kemiskinan ini.
Penanggulanganya tidak bisa dilakukan dengan tergesa-gesa.
Komitmen pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan tercantum dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2005-2009 yang disusun berdasarkan
Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK). Disamping turut
menandatangani Tujuan Pembangunan Milenium (atau Millennium Development
Goals) untuk tahun 2015, dalam RPJM-nya pemerintah telah menyusun tujuantujuan pokok dalam pengentasan kemiskinan untuk tahun 2010, termasuk target
ambisius untuk mengurangi angka kemiskinan dari 18,2 persen pada tahun 2002
menjadi 8,2 persen pada tahun 2010.
Dalam pelaksanaan program pengentasan nasib orang miskin, keberhasilannya
bergantung pada langkah awal dari formulasi kebijakan, yaitu mengidentifikasikan
siapa sebenarnya si miskin tersebut dan dimana ia berada. Kedua pertanyaan
tersebut dapat dijawab dengan melihat profil dari si miskin.
Ada tiga ciri yang menonjol dari kemiskinan di Indonesia. Pertama, banyak rumah
tangga yang berada disekitar garis kemiskinan nasional, sehingga banyak penduduk
yang meskipun tergolong tidak miskin tetapi rentan terhadap kemiskinan. Kedua,
ukuran kemiskinan didasarkan pada pendapatan, sehingga tidak menggambarkan
batas kemiskinan yang sebenarnya. Banyak orang yang mungkin tidak tergolong
miskin dari segi pendapatan dapat dikategorikan sebagai miskin atas dasar
kurangnya akses terhadap pelayanan dasar serta rendahnya indikator-indikator
pembangunan manusia. Ketiga, mengingat sangat luas dan beragamnya wilayah
Indonesia, perbedaan antar daerah merupakan ciri mendasar dari kemiskinan di
Indonesia.
Tiga cara untuk membantu mengangkat diri dari kemiskinan adalah melalui
pengembangan UKM, meningkatkan produktivitas pertanian dan meningkatkan
produktivitas Non-Pertanian. Masing-masing cara tersebut menangani minimal satu
dari tiga ciri utama kemiskinan di Indonesia, yaitu: kerentanan, sifat multi-dimensi

dan keragaman antar daerah. Dengan kata lain, strategi pengentasan kemiskinan
yang efektif bagi Indonesia terdiri dari tiga komponen:
1. Pengembangan UKM
Di samping perlunya dukungan aspek finansial yaitu butuh dukungan sejumlah dana
agar dapat bersaing dengan usaha yang lain, bahwa upaya pengembangan UKM
juga dapat dilakukan melalui pengembangan aspek non-finansial. Aspek nonfinansial adalah kualitas tenaga kerja, pendidikan, teknologi dan sebagainya.
Dukungan upaya teknis untuk meningkatkan keterampilan, akses ke pasar dan
informasi juga dipercayai dapat berperan dalam pengembangan usaha ini .
Langkah membuat pertumbuhan UKM bermanfaat bagi rakyat miskin merupakan
kunci bagi upaya untuk mengkaitkan masyarakat miskin dengan proses
pertumbuhan baik dalam konteks pedesaan-perkotaan ataupun dalam berbagai
pengelompokan berdasarkan daerah dan pulau. Hal ini sangat mendasar dalam
menangani aspek perbedaan antar daerah. Kedua, dalam menangani ciri
kerentanan kemiskinan yang berkaitan dengan padatnya konsentrasi distribusi
pendapatan di Indonesia, apapun yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat
akan dapat dengan cepat mengurangi angka kemiskinan serta kerentanan
kemiskinan.
a. Jenis-jenis UKM
Menurut Setyobudi (2007), sekarang ini banyak ragam jenis usaha UKM di
Indonesia, tetapi secara garis besar dikelompokkan dalam 4 kelompok:
1. Usaha Perdagangan
Keagenan: agen koran/majalah, sepatu pakaian dan lain-lain; pengecer: minyak,
kebutuhan pokok, buah-buahan, dan lain-lain: Ekspor/Impor: produk lokal dan
internasional; sektor inormal: pengumpulan barang bekas, pedagang kaki lima dan
lain-lain.
2. Usaha Pertanian
Meliputi Perkebunan: pembibitan dan kebun buah-buahan, sayur-sayuran dan lainlain; Peternakan: ternak ayam petelur, susu sapi; dan Perikanan: darat/laut seperti
tambak udang, kolam ikan, dan lain-lain.
3. Usaha Industri
Industri Makanan/Minuman; Pertambangan: Pengrajin: Konveksi, dan lain-lain.
4. Usaha Jasa
Jasa Konsultan; Perbengkelan; Restoran; Jasa Kontruksi; Jasa Transportasi, Jasa
Telekomunikasi; Jasa Pendidikan, dan lain-lain.
Usaha kecil menengah atau lazim kita kenal sebagi UKM mempunyai banyak peran
penting dalam perekonomian. Salah satu perannya yang paling krusial yang dalam
pertumbuhan ekonomi adalah menstimulus dinamisasi ekonomi. Karakternya yang
paling fleksibel dan cakap membuat UKM dapat direkayasa untuk mengganti
lingkungan bisnis yang lebih baik daripada perusahaan-perusahaan besar. Dalam

banyak kasus, dari sejumlah UKM yang baru pertama kali memasuki pasar, di
antaranya dapat menjadi besar karena karena kesuksesannya dalam beroperasi.
2. Meningkatkan Produktivitas Pertanian
Jalan keluar meningkatkan produktivitas Pertanian dalam Hal ini bisa terjadi akibiat
peningkatan produktivitas pada pertanian berskala kecil atau akibat pergeseran ke
arah pertanian komersial. Peningkatan produktivitas pertanian sebagai hasil revolusi
hijau merupakan salah satu pemicu utama pertumbuhan selama tiga dasawarsa
yang bermula pada tahun 1970an. Dewasa ini, harga komoditas dunia yang tinggi
telah menopang pertumbuhan output, sedangkan pergeseran tenaga kerja keluar
dari sektor pertanian telah menjaga pertumbuhan produktivitas kerja di bidang
pertanian. Akibatnya, diagnosa kemiskinan menunjukkan bahwa peningkatan
pendapatan di sektor pertanian tetap menjadi pendorong utama untuk pengurangan
kemiskinan. Data panel antara tahun 1993 dan 2000 menunjukkan bahwa 40 persen
pekerja pertanian di daerah pedesaan mampu keluar dari jeratan kemiskinan
dengan tetap bekerja di sektor pertanian pedesaan.
3. Peningkatan Produktivitas Non-Pertanian
Dalam hal ini untuk meningkatkan Produktivitas Non-Pertanian baik di daerah
perkotaan maupun di daerah pedesaan yang (dikotakan) dengan cepat. Dalam hal
ini, transisi melalui usaha non-tani pedesaan merupakan batu pijakan penting untuk
bergerak keluar dari kemiskinan, baik melalui upaya menghubungkan usaha
pedesaan dengan proses pertumbuhan perkotaan, atau lebih penting lagi, dengan
memasukkan usaha-usaha di daerah pedesaan pinggir kota ke dalam daerah
perkotaan. Kalau dilihat belakangan ini menunjukkan bahwa peningkatan
produktivitas non-pertanian di daerah pedesaan merupakan jalan penting untuk Era
Baru dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia.
Strategi membantu masyarakat miskin memetik manfaat dari pertumbuhan ekonomi
terdiri dari beberapa unsur.
Pertama, penting untuk memelihara stabilitas makroekonomi: kuncinya adalah inflasi
rendah dan nilai tukar yang stabil dan kompetitif. Negara-negara yang mengalami
guncangan (shock) makroekonomi memiliki pertumbuhan ekonomi dan pengurangan
kemiskinan yang lebih lamban dibandingkan dengan negara-negara yang memiliki
pengelolaan makroekonomi yang lebih baik (Bank Dunia, 2005a). Dibandingkan
dengan negara lain, Indonesia mestinya lebih tahu tentang dampak krisis
makroekonomi yang begitu besar terhadap kemiskinan.
Kedua, masyarakat miskin perlu dihubungkan dengan peluang-peluang
pertumbuhan. Akses lebih baik terhadap jalan, telekomunikasi, kredit dan pekerjaan
di sektor formal dapat dikaitkan dengan tingkat kemiskinan yang lebih rendah.
Manfaat (keterkaitan) tersebut cukup besar, terutama dalam hal lapangan kerja di
sektor formal di luar pertanian.

Ketiga, yang penting adalah melakukan investasi untuk meningkatkan kemampuan


(kapabilitas) masyarakat miskin. Bagian dari strategi pertumbuhan harus terdiri dari
investasi bagi masyarakat miskin, yakni menyiapkan mereka agar bisa dengan baik
memetik manfaat dari berbagai kesempatan bagi pertumbuhan pendapatan yang
muncul di depan mereka. Baik di daerah pedesaan maupun perkotaan, tingkat
pendidikan lebih tinggi bagi kepala rumah tangga terkait dengan tingkat konsumsi
yang lebih tinggi. Investasi dalam pendidikan untuk masyarakat miskin akan
memacu kemampuan masyarakat miskin untuk berpartisipasi dalam pertumbuhan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.

KESIMPULAN
Kemiskinan menurut Wikipedia bahasa Indonesia adalah keadaan dimana terjadi
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian ,
tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh
kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan.

Dampak dari kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan


kompleks, diantaranya : pengangguran, kekerasan, masalah pendidikan dan
masalah kesehatan.

Komitmen pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan tercantum dalam Rencana


Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2005-2009 yang disusun berdasarkan
Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK).

Ada tiga ciri yang menonjol dari kemiskinan di Indonesia. Pertama, banyak rumah
tangga yang berada disekitar garis kemiskinan nasional. Kedua, ukuran kemiskinan
didasarkan pada pendapatan, sehingga tidak menggambarkan batas kemiskinan
yang sebenarnya. Ketiga, mengingat sangat luas dan beragamnya wilayah
Indonesia, perbedaan antar daerah merupakan ciri mendasar dari kemiskinan di
Indonesia.

Tiga cara untuk membantu mengangkat diri dari kemiskinan adalah melalui
Pengembangan UKM, Meningkatkan Produktivitas Pertanian dan Peningkatan
Produktivitas Non-Pertanian .

B.

SARAN
Masalah kemiskinan hendaknya menjadi prioritas agar tidak menimbulkan masalahmasalah lain.

Dalam hal pengentasan kemiskinan perlu diperhitungkan kebijakan-kebijakan apa


yang cocok dengan profil kemiskinan yang sedang dihadapi.
Diharapkan kepada pemerintah dalam rangka kebijakan pengentasan kemiskinan
dapat mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah penduduk
miskin, terutama menggunakan strategi pertumbuhan ekonomi dan permasalahan
pendidikan,
sehingga kebijakan yang dibuat dapat lebih kongkret dan nyata dalam memperbaiki
kesejahteraan masyarakat Indonesia baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

DAFTAR PUSTAKA
Nurkse Problems Of Capital Formation In Underdeveloped Countries (1953).
www.bps.go.id
Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2ELIPI), Agus Eko Nugroho
The Indonesian Economic Intellegience (IEI) Sunarsip
www.wikipedia.com
http://www.ekonomirakyat.org/index4.php
pertumbuhan-ekonomi-dan-pengentasan-kemiskinan-di-indonesia-_analisisekonometri
http://els.bappenas.go.id/upload/other/MDGs%20dan%20Masalah%20Kemiskinan
%20di%20Indonesia.htm

Anda mungkin juga menyukai