Kristina Martha Tiahahu adalah putri raja Maluku yang mendampingi ayahnya melawan penjajahan Belanda pada abad ke-19. Ia ikut mempertahankan benteng dari serangan Belanda dan ditangkap setelah tipu muslihat Belanda. Kristina menolak tinggal dengan pengkhianat dan memilih tinggal di hutan untuk melanjutkan perjuangan, namun ditangkap lagi dan meninggal dalam pengasingan di usia 18 tahun.
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
47 tayangan1 halaman
Kristina Martha Tiahahu adalah putri raja Maluku yang mendampingi ayahnya melawan penjajahan Belanda pada abad ke-19. Ia ikut mempertahankan benteng dari serangan Belanda dan ditangkap setelah tipu muslihat Belanda. Kristina menolak tinggal dengan pengkhianat dan memilih tinggal di hutan untuk melanjutkan perjuangan, namun ditangkap lagi dan meninggal dalam pengasingan di usia 18 tahun.
Kristina Martha Tiahahu adalah putri raja Maluku yang mendampingi ayahnya melawan penjajahan Belanda pada abad ke-19. Ia ikut mempertahankan benteng dari serangan Belanda dan ditangkap setelah tipu muslihat Belanda. Kristina menolak tinggal dengan pengkhianat dan memilih tinggal di hutan untuk melanjutkan perjuangan, namun ditangkap lagi dan meninggal dalam pengasingan di usia 18 tahun.
Kristina Martha Tiahahu adalah putri raja Maluku yang mendampingi ayahnya melawan penjajahan Belanda pada abad ke-19. Ia ikut mempertahankan benteng dari serangan Belanda dan ditangkap setelah tipu muslihat Belanda. Kristina menolak tinggal dengan pengkhianat dan memilih tinggal di hutan untuk melanjutkan perjuangan, namun ditangkap lagi dan meninggal dalam pengasingan di usia 18 tahun.
memahami penderitaan rakyat dan harapan rakyat kepadanya. Ayahnya adalah Raja Paulus Tiahahu yang karena telah lanjut usia kemudian menarik diri dari pemerintahan dan digantikan oleh Patih Manusama. Karena pengaruhnya yang besar di kalangan rakyat, Paulus Tiahahu diangkat menjadi kapitan pasukan Nusalaut. Kristina dengan setia mendampingi ayahnya pada saat itu. Ayah Kristina berniat untuk mengangkat senjata melawan Belanda hingga tetes darah penghabisan. Oleh karena itu, pasukan Nusalaut melakukan penyerangan terhadap Benteng Duurstede pada tanggal 17 Mei 1817 yang dilanjutkan dengan penyerangan terhadap Benteng Beverdijk. Pasukan Belanda yang ada di kedua benteng itu dapat dibinasakan seluruhnya. Segala usaha Belanda untuk merebut kembali kedua benteng itu mengalami kegagalan. Bahkan, imbauan Laksamana Muda Buyskes, lewat surat yang dibacakan oleh dua raja Maluku, tidak berhasil memengaruhi rakyat. Kapitan Paulus dan
putrinya dengan gigih mempertahankan Benteng
Beverdijk. Sorak-sorai pasukan Nusalaut yang meneriakkan peperangan semakin membahana. Di tengah pasukan itu, ada seorang gadis remaja berambut panjang berikat kepala kain merah mendampingi sang ayah memberi semangat kepada pasukan Nusalaut untuk terus bertahan. Akhirnya, Belanda melakukan tipu muslihat dengan memperalat seorang guru bernama Sosalisa. Sosalisa memasuki benteng dengan mengatasnamakan semua raja Nusalaut dan menyatakan bahwa para raja telah sepakat untuk berdamai dengan Belanda. Tipu muslihat ini pun berhasil. Pada tanggal 10 November 1817, Belanda dapat memasuki benteng dan melakukan penangkapanpenangkapan. Di antara tokoh-tokoh yang ditangkap Belanda, terdapat Kapitan Paulus dan putrinya, Kristina Martha Tiahahu. Selanjutnya, Kristina ditahan di Benteng Duurstede. Setelah keluar dari tahanan, beliau diserahkan dalam asuhan Sosalisa. Namun, putri raja itu tidak bersedia tinggal di rumah pengkhianat Sosalisa dan memilih tinggal di hutan untuk meneruskan perjuangannya. Beliau pun berusaha mengumpulkan sisa-sisa pasukan ayahnya. Sebelum maksudnya tercapai, beliau ditangkap kembali oleh pemerintah Belanda dan dibuang di perkebunan kopi, sebagai tenaga rodi (kerja paksa). Di atas kapal yang mengangkutnya ke Pulau Jawa, beliau bungkam seribu bahasa, mogok makan, dan enggan minum. Pada tanggal 1 Januari 1818, Kristina Martha Tiahahu pun wafat karena jatuh sakit. Beliau wafat di usia yang masih sangat belia, 18 tahun. Kristina Martha Tiahahu dijunjung tinggi karena sikapnya yang teguh untuk mempertahankan prinsip yang diyakininya. Meskipun masih remaja, namun Kristina telah memiliki semangat juang yang sungguh luar biasa. Tanpa kenal takut, beliau melawan kezaliman Belanda. Tidak terbersit dalam pikirannya untuk menyerah kalah. Bahkan, seluruh hidup dan jiwanya, beliau persembahkan untuk perjuangan bangsa.