03 Kristina Martha Tiahahu

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 1

Kristina Martha Tiahahu (18001818)

Sumber: http://www.biografitokohdunia.com/2010/10/biografichristina-martha-tiahahu.html

ebagai seorang putri raja, Kristina sangat


memahami penderitaan rakyat dan harapan
rakyat kepadanya. Ayahnya adalah Raja Paulus
Tiahahu yang karena telah lanjut usia kemudian
menarik diri dari pemerintahan dan digantikan oleh
Patih Manusama. Karena pengaruhnya yang besar
di kalangan rakyat, Paulus Tiahahu diangkat
menjadi kapitan pasukan Nusalaut. Kristina
dengan setia mendampingi ayahnya pada saat itu.
Ayah Kristina berniat untuk mengangkat senjata
melawan Belanda hingga tetes darah penghabisan.
Oleh karena itu, pasukan Nusalaut melakukan
penyerangan terhadap Benteng Duurstede pada
tanggal 17 Mei 1817 yang dilanjutkan dengan
penyerangan terhadap Benteng Beverdijk.
Pasukan Belanda yang ada di kedua benteng itu
dapat dibinasakan seluruhnya.
Segala usaha Belanda untuk merebut kembali
kedua benteng itu mengalami kegagalan. Bahkan,
imbauan Laksamana Muda Buyskes, lewat surat
yang dibacakan oleh dua raja Maluku, tidak
berhasil memengaruhi rakyat. Kapitan Paulus dan

putrinya dengan gigih mempertahankan Benteng


Beverdijk. Sorak-sorai pasukan Nusalaut yang
meneriakkan peperangan semakin membahana. Di
tengah pasukan itu, ada seorang gadis remaja
berambut panjang berikat kepala kain merah mendampingi sang ayah memberi semangat kepada
pasukan Nusalaut untuk terus bertahan.
Akhirnya, Belanda melakukan tipu muslihat
dengan memperalat seorang guru bernama Sosalisa.
Sosalisa memasuki benteng dengan mengatasnamakan semua raja Nusalaut dan menyatakan
bahwa para raja telah sepakat untuk berdamai
dengan Belanda. Tipu muslihat ini pun berhasil.
Pada tanggal 10 November 1817, Belanda dapat
memasuki benteng dan melakukan penangkapanpenangkapan. Di antara tokoh-tokoh yang
ditangkap Belanda, terdapat Kapitan Paulus dan
putrinya, Kristina Martha Tiahahu.
Selanjutnya, Kristina ditahan di Benteng
Duurstede. Setelah keluar dari tahanan, beliau
diserahkan dalam asuhan Sosalisa. Namun, putri
raja itu tidak bersedia tinggal di rumah pengkhianat Sosalisa dan memilih tinggal di hutan
untuk meneruskan perjuangannya. Beliau pun
berusaha mengumpulkan sisa-sisa pasukan
ayahnya. Sebelum maksudnya tercapai, beliau
ditangkap kembali oleh pemerintah Belanda dan
dibuang di perkebunan kopi, sebagai tenaga rodi
(kerja paksa). Di atas kapal yang mengangkutnya
ke Pulau Jawa, beliau bungkam seribu bahasa,
mogok makan, dan enggan minum. Pada tanggal
1 Januari 1818, Kristina Martha Tiahahu pun wafat
karena jatuh sakit. Beliau wafat di usia yang masih
sangat belia, 18 tahun.
Kristina Martha Tiahahu dijunjung tinggi
karena sikapnya yang teguh untuk mempertahankan prinsip yang diyakininya. Meskipun masih
remaja, namun Kristina telah memiliki semangat
juang yang sungguh luar biasa. Tanpa kenal takut,
beliau melawan kezaliman Belanda. Tidak terbersit
dalam pikirannya untuk menyerah kalah. Bahkan,
seluruh hidup dan jiwanya, beliau persembahkan
untuk perjuangan bangsa.

Anda mungkin juga menyukai