Askep Stenosis Aorta
Askep Stenosis Aorta
Askep Stenosis Aorta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab terbanyak dari kematian penduduk dunia,
salah satunya disebabkan oleh kelainan katup jantung. Penyakit katup jantung antara lain
adalah stenosis (membuka tidak sempurna) dan insufisiensi (menutup tidak sempurna), ini
dapat terjadi baik pada katup arteroventrikular maupun katup semilunar. Stenosis Katup Aorta
(Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yang menyebabkan
meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta. ( Nuzulul, 2011 )
Di Amerika Utara dan Eropa Barat, stenosis katup aorta merupakan penyakit utama pada
orang tua, yang merupakan akibat dari pembentukan jaringan parut dan penimbunan kalsium
di dalam daun katup. Stenosis katup aorta seperti ini timbul setelah usia 60 tahun, tetapi
biasanya gejalanya baru muncul setelah usia 70-80 tahun. Di wilayah lainnya, kerusakan
katup akibat demam rematik masih sering terjadi. ( Nuzulul, 2011 )
Untuk mengatasi penyakit ini, medikasi dan pembedahan/ insisi adalah upaya yang
terbaik. Dengan demikian, katup yang mengalami kelainan itu dapat disembuhkan ataupun
dikurangi risiko tinggi semakin parahnya penyakit. Dalam makalah ini akan dibahas lebih
lanjut mengenai Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Stenosis Aorta.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana konsep tentang Stenosis aorta ?
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
1.2.2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi Jantung
Anatomi fisiologi jantung diawali dengan letak jantung itu sendiri. Letak jantung kita adalah
terdapat dalam rongga dada manusia. Jantung berada di dalam thorax, antara kedua paru
paru dan di belakang sternum serta lebih menghadap ke kiri. Kedudukannya yang tepat dapat
digambarkan pada kulit dada manusia. Sebuah garis yang ditarik dari tulang rawan iga ketiga
kanan, 2 sentimeter dari sternum, ke atas ke tulang rawan iga kedua kiri, 1 sentimeter dari
sternum, menunjuk kedudukan basis jantung, tempat pembuluh darah masuk dan keluar.
Berat organ jantung adalah berkisar 250-300 gram dan ukuran jantung adalah sebesar kepalan
tangan. Ini adalah kurang lebih dari pengertian jantung itu sendiri.
Lapisan jantung itu sendiri terdiri dari Perikardium, Miokardium, dan Endokardium.
Miokardium adalah Lapisan otot jantung yang menerima darah dari arteri koronaria.
Sedangkan miokardium adalah bagian dinding dalam atrium diliputi oleh membran yang
mengkilap dan terdiri dari jaringan endotel atau selaput lender yang licin kecuali aurikula dan
bagian depan sinus vena kava.
Organ jantung terdiri atas 4 ruang, yaitu 2 ruang yang berdinding tipis disebut dengan atrium
(serambi), dan 2 ruang yang berdinding tebal yang disebut dengan ventrikel (bilik). Atrium
dan ventrikel jantung ini masing-masing akan dipisahkan oleh sebuah katup, sedangkan sisi
kanan dan kiri jantung akan dipisahkan oleh sebuah sekat yang dinamakan dengan septum.
Septum atau sekat ini adalah suatu partisi otot kontinue yang mencegah percampuran darah
dari kedua sisi jantung. Pemisahan ini sangat penting karena separuh jantung kanan
menerima dan juga memompa darah yang beroksigen rendah sedangkan sisi jantung sebelah
kiri adalah berfungsi untuk memompa darah yang beroksigen tinggi. Dan fungsi katup
jantung dalam hal ini adalah terutama agar darah yang telah terpompa tersebut tidak kembali
masuk ke dalam lagi.
Sirkulasi darah jantung dan juga cara kerja jantung itu harus terdiri dari tiga komponen
penting. Komponen yang memegang peranan penting dalam menjalankan fungsi dan kerja
jantung terdiri dari :
1.
tekanan terhadap darah agar timbul gradien dan darah dapat mengalir ke seluruh
tubuh.
2.
Pembuluh
darah
yang
mempunyai
fungsi
sebagai
saluran
untuk
3.
Darah melewati katup mitral ke ventrikel kiri. Katup aorta menuju aorta tertutup,
memungkinkan untuk mengisi ventrikel dengan darah. Setelah ventrikel penuh, dan
berkontraksi. Sebagai kontrak ventrikel kiri, menutup katup mitral dan katup aorta terbuka.
Penutupan katup mitral mencegah darah dari dukungan ke atrium kiri dan pembukaan katup
aorta memungkinkan darah mengalir ke aorta dan mengalir ke seluruh tubuh.
2.1.2 Siklus Jantung
Berikutnya adalah mengenai hal yang berhubungan dengan siklus organ jantung. Siklus
jantung termasuk dalam bagian dari fisiologi jantung itu sendiri. Jantung ketika bekerja
secara berselang-seling berkontraksi untuk mengosongkan isi jantung dan juga berelaksasi
dalam rangka mengisi darah kembali. Siklus jantung terdiri atas periode sistol (kontraksi dan
pengosongan isi) dan juga periode diastol (relaksasi dan pengisian jantung). Atrium dan
ventrikel mengalami siklus sistol dan diastol terpisah. Kontraksi terjadi akibat penyebaran
eksitasi (mekanisme listrik jantung) ke seluruh jantung. Sedangkan relaksasi timbul setelah
repolarisasi atau tahapan relaksasi dari otot jantung
2.1.3 Peredaran Jantung
Peredaran jantung itu terdiri dari peredaran darah besar dan juga peredaran darah kecil. Darah
yang kembali dari sirkulasi sistemik (dari seluruh tubuh) masuk ke atrium kanan melalui vena
besar yang dikenal sebagai vena kava. Darah yang masuk ke atrium kanan berasal dari
jaringan tubuh, telah diambil O2-nya dan ditambahi dengan CO2. Darah yang miskin akan
oksigen tersebut mengalir dari atrium kanan melalui katup ke ventrikel kanan, yang
memompanya keluar melalui arteri pulmonalis ke paru. Dengan demikian, sisi kanan jantung
memompa darah yang miskin oksigen ke sirkulasi paru. Di dalam paru, darah akan
kehilangan CO2-nya dan menyerap O2 segar sebelum dikembalikan ke atrium kiri melalui
vena pulmonalis.
Darah kaya oksigen yang kembali ke atrium kiri ini kemudian mengalir ke dalam ventrikel
kiri, bilik pompa yang memompa atau mendorong darah ke semus sistim tubuh kecuali paru.
Jadi, sisi kiri jantung memompa darah yang kaya akan O2 ke dalam sirkulasi sistemik. Arteri
besar yang membawa darah menjauhi ventrikel kiri adalah aorta. Aorta bercabang menjadi
arteri besar dan mendarahi berbagai jaringan tubuh.
2.1.4 Katup Jantung
Katub jantung ini terdiri dari 4 yaitu :
1. Katup Trikuspidalis. Katup trikuspidalis berada diantara atrium kanan dan ventrikel
kanan. Bila katup ini terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel
kanan. Katup trikuspid berfungsi mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium kanan
dengan cara menutup pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan namanya, katup trikuspid
terdiri dari 3 daun katup.
2. Katup Pulmonal. Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari dalam
ventrikel kanan melalui trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis bercabang menjadi arteri
pulmonalis kanan dan kiri yang akan berhubungan dengan jaringan paru kanan dan kiri. Pada
pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri dari 3 daun katup yang
terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi dan menutup bila ventrikel kanan relaksasi,
sehingga memungkinkan darah mengalir dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis.
3. Katup Bikuspid (Bikuspidalis). Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah
dari atrium kiri menuju ventrikel kiri. Seperti katup trikuspid, katup bikuspid menutup pada
saat kontraksi ventrikel. Katup bikuspid terdiri dari dua daun katup
4. Katup Aorta. Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal aorta.
Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga darah akan mengalir
keseluruh tubuh. Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi, sehingga
mencegah darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri.
2.2 Definisi
Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yang
menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta
(Stewart WJ and Carabello BA, 2002: 509-516).
Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta (aortic valve). Sejumlah
dari kondisi-kondisi menyebabkan penyakit yang berakibat pada penyempitan dari klep aorta.
Ketika derajat dari penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghalangi aliran darah
dari bilik kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan persoalan-persoalan jantung berkembang.
(Otto,CM,Aortic, 2004;25:185-187).
Stenosis Katup Aorta adalah suatu penyempitan atau penyumbatan pada katup aorta.
Penyempitan pada Katup aorta ini mencegah katup aorta membuka secara maksimal sehingga
menghalangi aliran darah mengalir dari jantung menuju aorta. Dalam keadaan normal, katup
aorta terdiri dari 3 kuncup yang akan menutup dan membuka sehingga darah bisa
melewatinya. Pada stenosis katup aorta, biasanya katup hanya terdiri dari 2 kuncup sehingga
lubangnya lebih sempit dan bisa menghambat aliran darah. Akibatnya ventrikel kiri harus
memompa lebih kuat agar darah bisa melewati katup aorta.
2.3 Etiologi
Penyebab atau etiologi dari stenosisi ini bisa bermacam-macam. Namun yang paling sering
adalah RHD (Rheumatic Heeart Disease) atau yang biasa kita kenal dengan demam rematik.
Berikut etiologi stenosis katup aorta lebih lengkap :
a.
Kelainan kongenital
Tidak banyak bayi lahir dengan kelainan kongenital berupa penyempitan katup aorta .
sedangkan sebagian kecil lainnya dilahirkan dengan katup aorta yang hanya mempunyai dua
daun (normal katup aorta terdiri dari tiga daun). Pada katup aorta dengan dua daun dapat
tidak menimbulkan masalah atauupun gejala yang berarti sampai ia dewasa dimana katup
mengalami kelemahan dan penyempitan sehingga membutuhkan penanganan medis.
Beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya kelainan kongenital adalah genetic, ibu yang
mal nutrisi saat hamil, ibu hamil yang perokok dan alkoholisme, selain itu juga dengan ibu
hamil yang terkena infeksi.
b. Penumpukan kalsium pada daun katup
Seiring usia katup pada jantung dapat mengalami akumulasi kalsium (kalsifikasi katup aorta).
Kalsium merupakan mineral yang dapat ditemukan pada darah. Seiring dengan aliran darah
yang melewati katup aorta maka menimbulkan akumulasi kalsium pada katup jantung yang
kemudian dapat menimbulkan penyempitan pada katup aorta jantung. Oleh karena itulah
stenosis aorta yang berasla dari proses kalsifikasi banyak terjadi pada lansia di atas 65 tahun,
namun gejalanya beru timbul saat klien berusia 70 tahun.
c. Demam rheumatic
Komplikasi dari demam rematik adalah adanya sepsis atau menyebarnya kuman atau bakteri
melalui aliran darah ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan sampainya kuman datau bakteri
tersebut ke jantung. Saat kuman tersebut mencapai katup aorta maka terjadilah kematian
jaringan pada katup aorta. Jaringan yang mati ini dapat menyebabkan penumpukan kalsium
yang dikemudian hari dapat menyebabkan stenosis aorta. Demam reumatik dapat
menyebabkan kerusakan pada lebih dari satu katup jantung dalam berbegai cara. Kerusakan
katup jantung dapat berupa ketidakmampuan katup untuk membuka atau menutup bahkan
keduanya.
2.4 Patofisiologi
Ukuran normal orifisium aorta 2-3 cm 2. Stenosis aorta menyebabkan tahanan dan perbedaan
tekanan selama sistolik antara ventrikel kiri dan aorta. Peningkatan tekanan ventrikel kiri
menghasilkan tekanan yang berlebihan pada ventrikel kiri, yang dicoba diatasi dengan
meningkatkan ketebalan dinding ventrikel kiri (hipertrofi ventrikel kiri). Pelebaran ruang
ventrikel kiri terjadi sampai kontraktilitas miokard menurun. Tekanan akhir diastolik
ventrikel kiri meningkat. Kontraksi atrium menambah volume darah diastolik ventrikel kiri.
Hal ini akan mengakibatkan pembesaran atrium kiri. Akhirnya beban ventrikel kiri yang terus
menerus akan menyebabkan pelebaran ventrikel kiri dan menurunkan kontraktilitas miokard.
Iskemia miokard timbul timbul akibat kurangnya aliran darah koroner ke miokard yang
hipertrofi.
Area katup aorta normal berkisar 2-4cm2,Gradien ventrikel kiri dengan aorta mulai terlihat
bila area katup aorta <1.5cm2. Bila area katup mitral <1cm2,maka stenosis aorta sudah disebut
berat. Kemampuan adaptasi miokard menghadapi stenosis aorta meyebabkan manifestasi
baru muncul bertahun tahun kemudian. Hambatan aliran darah pada stenosis katup
aorta(progressive pressure overload of left ventricle akibat stenosis aorta) akan merangsang
mekanisme RAA(Renin-Angiotensin-Aldosteron) beserta mekanisme lainnya agar miokard
mengalami hipertrofi. Penambahan massa otot ventrikel kiri ini akan menigkatkan tekanan
intra-ventrikel agar dapat melampaui tahanan stenosis aorta tersebut dan mempertahankan
wall stress yang normal berdasarkan rumus Laplace: Stress= (pressurexradius): 2xthickness.
Namun bila tahanan aorta bertambah,maka hipertrofi akan berkembang menjadi patologik
disertai
penambahan
jaringan
kolagen
dan
menyebabkan
kekakuan
dinding
mengkompensasi penurunan kondisi katup aorta. Berikut manifestasi klinis dari stenosis
katup aorta :
a. Nyeri dada
Nyeri dada adalah gejala pertama pada sepertiga dari pasien-pasien dan akhirnya pada
setengah dari pasien-pasien dengan aortic stenosis. Nyeri dada pada pasien-pasien dengan
aortic stenosis adalah sama dengan nyeri dada (angina) yang dialami oleh pasien-pasien
dengan penyakit arteri koroner (coronary artery disease). Pada keduanya dari kondisi-kondisi
ini, nyeri digambarkan sebagai tekanan dibahwah tulang dada yang dicetuskan oleh
pengerahan tenaga dan dihilangkan dengan beristirahat. Pada pasien-pasien dengan penyakit
arteri koroner, nyeri dada disebabkan oleh suplai darah yang tidak cukup ke otot-otot jantung
karena arteri-arteri koroner yang menyempit. Pada pasien-pasien dengan aortic stenosis, nyeri
dada seringkali terjadi tanpa segala penyempitan dari arteri-arteri koroner yang
mendasarinya. Otot jantung yang menebal harus memompa melawan tekanan yang tinggi
untuk mendorong darah melalui klep aortic yang menyempit. Ini meningkatkan permintaan
oksigen otot jantung yang melebihi suplai yang dikirim dalam darah, menyebabkan nyeri
dada (angina).
b. Pingsan (syncope)
Pingsan (syncope) yang berhubungan dengan aortic stenosis biasanya dihubungkan dengan
pengerahan tenaga atau kegembiraan. Kondisi-kondisi ini menyebabkan relaksasi
(pengenduran) dari pembuluh-pembuluh darah tubuh (vasodilation), menurunkan tekanan
darah. Pada aortic stenosis, jantung tidak mampu untuk meningkatkan hasil untuk
mengkompensasi jatuhnya tekanan darah. Oleh karenanya, aliran darah ke otak berkurang,
menyebabkan pingsan. Pingsan dapat juga terjadi ketika cardiac output berkurang oleh suatu
denyut jantung yang tidak teratur (arrhythmia). Tanpa perawatan yang efektif, harapan hidup
rata-rata adalah kurang dari tiga tahun setelah timbulnya nyeri dada atau gejala-gejala
syncope.
c. Sesak napas
Sesak nafas dari gagal jantung adalah tanda yang paling tidak menyenangkan. Ia
mencerminkan kegagalan otot jantung untuk mengkompensasi beban tekanan yang ekstrim
dari aortic stenosis. Sesak napas disebabkan oleh tekanan yang meningkat pada pembuluhpembuluh darah dari paru yang disebabkan oleh tekanan yang meningkat yang diperlukan
untuk mengisi ventricle kiri. Awalnya, sesak napas terjadi hanya sewaktu aktivitas. Ketika
penyakit berlanjut, sesak napas terjadi waktu istirahat. Pasien-pasien dapat menemukannya
sulit untuk berbaring tanpa menjadi sesak napas (orthopnea). Tanpa perawatan, harapan hidup
rata-rata setelah timbulnya gagal jantung yang disebabkan oleh aortic stenosis adalah antara 6
sampai 24 bulan.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
a. Electrocardiogram (EKG)
EKG adalah suatu perekaman dari aktivitas elektrik jantung. Pola-pola abnormal pada EKG
dapat mencerminkan suatu otot jantung yang menebal dan menyarankan diagnosis dari aortic
stenosis. Pada kejadian-kejadian yang jarang, kelainan konduksi elektrik dapat juga terlihat.
Terdapat tanda-tanda hipertrofi ventrikel kiri, peningkatan voltase QRS, serta vektor T
terletak 180 dari vektor QRS. Juga dapat terdapat gambaran kelainan atrium kiri (hipertrofi
ventrikrl kiri; cacat hantaran).
b. Chest x-ray
Chest x-ray (x-ray dada) biasanya menunjukan suatu bayangan jantung yang normal. Aorta
diatas klep aortic seringkali membesar. Jika gagal jantung hadir, cairan di jaringan paru dan
pembuluh-pembuluh darah yang lebih besar di daerah-daerah paru bagian atas seringkali
terlihat.
Dilatasi pasca stenosis pada aorta asendens (akibat trauma lokal ejeksi darah bertekanan
tinggi yang mengenai dinding aorta); kalsifikasi katup (paling baik diamati dari lateral atau
oblik).
c. Echocardiography
Echocardiography menggunakan gelombang-gelombang ultrasound untuk memperoleh
gambar-gambar (images) dari ruang-ruang jantung, klep-klep, dan struktur-struktur yang
mengelilinginya. Ini adalah suatu alat non-invasive yang berguna, yang membantu dokterdokter mendiagnosa penyakit klep aortic. Suatu echocardiogram dapat menunjukan suatu
klep aortic yang menebal dan kalsifikasi yang membuka dengan buruk. Ia dapat juga
menunjukan ukuran dan kefungsian dari ruang-ruang jantung. Suatu teknik yang disebut
Doppler dapat digunakan untuk menentukan perbedaan tekanan pada setiap sisi dari klep
aortic dan untuk menaksir area klep aortic.
d. Cardiac catheterization
Cardiac catheterization adalah standar emas dalam mengevaluasi aortic stenosis. Tabungtabung plastik berongga yang kecil (catheters) dimasukan dibawah tuntunan x-ray ke klep
aortic dan kedalam ventricle kiri. Bersama tekanan-tekanan diukur pada kedua sisi dari klep
aortic. Kecepatan dari aliran darah diseluruh klep aortic dapat juga diukur menggunakan
suatu kateter khusus.
2.7 Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan medikamentosa untuk Stenosis Aorta asimtomatik, tetapi begitu timbul
gejala seperti sinkop, angina atau gagal jantung segera harus dilakukan operasi katup,
tergantung pada kemampuan dokter bedah jantung. Dapat dilakukan reparasi(repair) atau
replace(mengganti katup dengan katup artificial). Penderita asimtomatik perlu dirujuk untuk
pemeriksaan Doppler-Ekokardiografi. Trans-valvular velocity lebih dari 4m/detik dianjurkan
untuk menjalani operasi. Selama katup aorta masih dalam tingkatan perkembangan, sulit
memberikan nasihat operasi yang dapat dipertanggung jawabkan. Komisurotomi sederhana
biasanya kurang menolong. Penyempitan katup bawaan begitu keras, sehingga dengan
melebarkan saja tidak dapat diharapkan hasil yang memuaskan. Penggantian katup harus
dipertimbangkan. Disinilah letak kesukarannya untuk penggantian katup dengan profesa
masih sangat mengerikan.
Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa indikasi operasi pada anak dan remaja jika
terdapat perbedaan tekanan lebih dari 70 mmHg pada katup yang menyempit. Dari pihak lain
tantangan terhadp anggapan tersebut bahwa stenosis aorta membahayakan kehidupan.
Pembatasan aktifitas serta larangan berolahraga terpaksa diharuskan, tetapi kemudian akan
mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan dalam proses perkembangan rohani dan
jasmani. Pada saat ini masih masih tidak diketahui dengan pasti nasib katup buatan tersebut.
Lebih mudah menentukan sikap pada kelainan stenosis subvalvular dari pada membran
murni, yaitu dengan membelah membran diperoleh hasil optimal. Lebih sukar lagi dari pada
stenosis supavalvular yang mortalitas tinggi.
Sekarang terdapat teknik baru, yakni melebarkan daerah yang menyempit dengan kateter
yang dilengkapi dengan balon. Cara ini dilaporkan cukup efektif, meskipun kemungkinan
terjadinya penyempitan kembali sering.
Berikut bebearpa cara penatalaksanaan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Teknik nonsurgical (tanpa tindakan operatif)
Operasi katup jantung atau perbaikan katup jantung merupakan pilihan terapi dari terapi
kelainan katup jantung. Yang biasa di lakukan membelah dinding dada tengah kini bila
dilakukan dengan tidak membelah dada bagian tengah tetapi dengan lewat samping sela iga
ke empat atau kelima sebelah kanan pasien akan lebih cepat merasakan sakit hilang karena
tidak ada tulang yang di belah memeperkecil resiko sayatan. Ketika katup jantung menjadi
rusak atau terjadi suatu kelainan, sehingga tidak berfungsi. Kondisi ini dapat menyebabkan
ganguan pada katup seperti valvular stenosis dan valvular insufficiency (regurgitation).
Ketika satu atau lebih katup jantung menjadi stenosis, otot jantung akan bekerja keras untuk
memompa darah melewati katup.
Penyebab
katup
menjadi
stenosis
termasuk
infeksi
seperti
rheumatic
fever
b.
Seringnya tindakan yang bertujuan untuk membenarkan kembali katup tanpa menggantinya
merupakan tindakan yang paling sering digunakan. Balloon valvuloplasty dilakukan dengan
kateter tipis dan lembut yang ujungnya diberi balon yang dapat dikembangkan ketika
mencapai katup. Balon yang mengembang tersebut akan menekan katup yang menyempit
sehingga dapat terbuka kembali dan memungkinkan darah dapat mengalir dengan normal
kembali. Balon valvuloplasty merupakan salah satu cara untuk menyembuhkan stenosis katup
aorta beserta manifestasi klinis yang timbul karenanya terutama efektif pada infant dan anakanak. Bagaimanapun juga pada dewasa metode ini tidak selalu berhasil karena stenosis dapat
muncul kembali setelah dilakukan balon valvuloplasty. Oleh karena alasan di atas, untuk
penyembuhan stenosis katup aorta pada dewasa jarang dilakukan balon valvuloplasty
terkecuali pada klien yang tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi penggantian katup
atau valvuloplasty.
c.
Percutaneous aortic valve replacement atau Penempatan kembali katup aorta percutan
merupakan penatalaksanaan yang tersering yang dilakukan pada klien dengan stenosis katup
aorta. Pendekatan terbaru dengan metode ini memungkinkan untuk melakukan metode ini
dengan menggunakan kateter. Metode ini dilakukan jika terjadi pada klien dengan resiko
tinggi timbulnya komplikasi dari stenosis katup aorta
d. Pembedahan katup aorta dilakukan dengan beberapa metode antara lain :
Sesak nafas
2.9 Prognosis
Survival rate 10 tahun penderita pasca operasi ganti katup aorta adalah sekitar 60% dan rata
rata 30% katup artifisial bioprotese mengalami gangguan setelah 10 tahun dan memerlukan
operasi ulang.Katup Metal artificial harus dilindungi dengan antikoagulan untuk mencegah
trombus dan embolisasi.Sebanyak 30% penderita ini akan mengalami komplikasi perdarahan
ringan-berat akibat dari terapi tersebut.Valvuloplasti aorta perkutan dengan balon dapat
dilakukan pada anak atau anak muda dengan stenosis aorta congenital non-kalsifikasi.Pada
orang dewasa dengan kalsifikasi,tindakan ini menimbulkan restenosis yang tinggi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. G DENGAN STENOSIS AORTA
DI RS. BAKTI RAHAYU
3.1 Kasus
Tn.G berumur 31 thn, dibawah oleh keluarganya kerumah sakit Bakti Rahayu pada tangal 20
Oktober 2013 pukul 08.00 wib. Klien masuk dengan keluhan sesak nafas,nyeri di bagian dada
sebelah kiri. Nyeri timbul hilang, nyeri bertambah saat klien menarik nafas. Nyeri lebih
bertambah saat beraktifitas yang berat. Wajah klien tampak menahan nyeri saat bernafas.
Klien juga tanpak lemas. Bibir klien terlihat kebiruan ( seanosis ) mukosa bibir kelihantan
kering, nafsu makan berkurang sejak klien sakit , berat badan menurun menjadi 2 kg dari 50
kg dalam satu bulan terakhir.
Istri klien mengatakan 2 tahun yang lalu klien pernah mengalami kecelakaan motor. Saat itu
klien tidak sadarkan diri karna terjadi perdarahan pada dada sebelah kiri. Berdasarkan hasil
pengkajian didapatkan data :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
TD 130/80 MmHg
Nadi 130x/mnt irama y ireguler dan kuat
Suhu 37,5C
RR 28x/mnt cepat dan dangkal pada saat ekspirasi dari inspirasi
Skala Nyeri 7
Terdengar suara hipersonor
Dari hasil AGD menunjukan ph 7,30 MmHg PCO2 = 35 45mmHg, PO2 = 6,5 mmHg
3.2 Pengkajian
3.2.1 Biodata
a. Nama
: Tn. G
b. Agama
: Islam
c. Pendidikan
: SMA
d. Pekerjaan
: Buruh
e. Status pernikahan
: Menikah
f. Alamat
g. Dx. Medis
: Stenosis Aorta
Penanggung jawab
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Nama
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Status pernikahan
Alamat
Hub. Dengan klien
: Ny. B
: Islam
: SMA
: Ibu rumah tangga
: Menikah
: Jln. Boe no.11 Depok. Sleman
: Istri klien
Klien tidur sehari 6-8 jam, klien tidak terlalu biasa tidur siang, klien tidak pernah mengalami
gangguan tidur sebelum sakit, namun saat sakit ini klien sering terbangun karena nyeri dada
sebelah kiri, nyeri hilang timbul, lebih nyeri saat beraktifitas yang berat.
3. Kenyamanan dan Nyeri
Klien hanya mengalami nyeri dada sebelah kiri saat beraktivitas.
P : Provokatus ( apa yang menyebabkan gejala ? )
nyeri terjadi saat beraktivitas dan hilang saat beristirahat.
Q : Quality ( bagaimana gejalan yang di rasakan )
nyeri hilang timbul
R : Regian ( Dimana gejala yang dirasakan ? )
dada sebelah kiri
S : Scala ( Seberapakah tingkat keparahan yang dirasakan ? )
skala nyeri 7
T : Time ( seberapa lama gejala yang dirasakan ? )
1-3 menit
4. Nutrisi
Klien makan 3x sehari, berat badan klien 50 kg, tinggi badan 150 cm, IMT
klien 22, BBR klien 45, selama sakit tidak ada penurunan terhadap berat badan. Klien tidak
memiliki makanan kesukaan dan tidak memiliki pantangan terhadap makanan apapun.klien
tidak memiliki masalah pencernaan seperti: mual, munta, ataupun kesulitan menelan,
kebutuhan pemenuhan ADL makan klien dilakukan secara mandiri.
5. Cairan, elektrolit, asam basa.
Klien sehari-hari dapat menghabiskan air 1,5 L,turgor kulit nanpak elastis, tanpak adanya
seanosis pada kulit bagian ekstermitas. IWL 750 cc/hari, sedangkan BC klien +150 cc.
6. Oksigenasi
Klien mengeluh sesak nafas, RR 28x/mnt, nafasnya cepat dangkal dan pendek. Klien
terpasang selang O2, ( 2-4 L ) dengan menggunakan kanul.
7. Eliminasi fekal/bowel
Klien melakukan eliminasi fekal/bowel 1x sehari tanpak menggunakan pencahar, dan
eliminasi dilakukan setiap pagi, berwarna kuning dengan konsistensi lembek. Klien tidak
memiliki gangguan eliminasi seperti diare, konstipasi, atau inkontinensia bowel. Pemenuhan
kebutuhan bowel klien dilakukan secara mandiri.
8. Eliminasi urin
Klien dapat melakukan miksi 6-8x/ hari, pengeluaran urin 600cc/hari warna kuning. Klien
tidak memiliki gangguan eliminasi urin seperti nyeri saat BAK, burning sentation, atau
inkontinensia bladder, kebutuhan pemenuhan ADL ini dilakukan secara mandiri.
9. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kesadran klien compos mentis, dengan GCS 15(eye 4, verbal 5,
motorik 6), TD 130/80 MmHg, Nadi 130x/mnt, dengan irama ireguler cepat dan dangkal,
Suhu 37,5C, RR 28x/mnt.
b. Kepala
tidak
anemis maupun hiperemis, scera normal konjungtiva berwarna merah mudah, tidak nanpak
ikterik, pupil isokor, palpebra normal, tidak adanya edema, lensa normal, tidak nanpak
adanya kekeruan pada lensa, hidung klien nanpak normal, tidak septum defiasi, efitaksis,
telingga simestris.
c. Leher
Leher terlihat normal, tidak terlihat adanya kakikuduk, pembesaran JVP, tenggorokan normal,
tidak ada pembesaran tonsil, nyeri telan.
d. Dada
1) Paru-paru:
Inspeksi : bentuk dada normal tidak terlihat adanya barel chest, funnel,
atau pidgoen, tanpak pengembangan paru tidak maksimal, terdapat penggunaan otot bantu:
pernafasan. Saat dipalpasi premitus kanan dan kiri sama, saat diauskultasi terdengar adanya
suara wising saat perkusi terdengar adanya bunyi hipersonor.
2) Jantung :
Inspeksi : saat diperhatikan daerah apeks kordis, dan iktus kordis tidak nanpak
Palpasi : saat dipalpasi iktus kordis terdapat pada ICS ke 5 medial dari garis mid klapikula.
Perkusi: saat diperkusi terdengar bunyi dullness
Auskultasi : Saat diauskultasi pada daerah ICS ke2 dekat sternum didengar suara S1, dan
terdengar suara jantung S2 didaerah ICS ke4 dan ke5 linea midklavikula.
e. Abdomen
Abdomen nampak flat, saat dia auskultasi terdengar bising usus dan
peristaltik ,5-35x/mnt
: Tn. G
No. Register
: 295 58 85
Umur
: 31 thn
Dx. Medis
: Stenosis Aourta
Alamat
Hari/tanggal
Data Fokus
Problem
20 Oktober DS: Klien mengalami sesakNyeri Akut
2013
Etiologi
Pembesaran Ventrikel
Sinistra
bertambah
Kontrakt
saat
ilitas Miokard
: Wajah
klien
tanpak
130/80
MmHg,
Ischemia Miokard
Nadi
Injuri
inspirasi.
Oktober DS:
Nyeri
Intoleransi aktivitas
Suplai O2
Pusing
berkurang
Lemah, Lesu
DO :
e. ph, 7,30 MmHg
f. PO2 = 6,5 mmHg.
g. RR 14x/mnt.
h. Nadi 130x/mnt.
20
2013
Seanosis
Gangguan
Aktifitas
Hipertrofi Vena
Pulmonal
Beban Paru
Tekanan Paru
Hipoventilasi
Pola nafas
tidak
efektif
patway
:Tn. G
Umur
:31
Dx. Medis
NO
1.
: Stenosi Auorta
Dx Keperawatan
Pola nafas tidak
Tujuan
Setelah dilakukan
Kriteria Hasil
a. Klien tidak
Intervensi
1. Kaji frekuensi
1. K
efektif b.d
tindakan
mengeluh sesak
perna
hipoventilasi
keperawatan
nafas lagi.
biasa
kepada Tn. G
pernagasan termasuk
meni
selama 1 x 24 jam
dysp
untuk mengatasi
pernafasan
terjad
penin
efektif masalah
nafas
klien teratasi
b. Menunjukan
2. Bu
tidak
efektif dengan
menu
frekuensi dan
nafas
kedalaman dalam
sekun
rentang normal
perda
beku
jalan
3. D
c. RR dalam
rentang normal
(16 24 x/menit)
ekspa
mem
2.
d. Tidak tampak
4. Kolaborasi untuk
nafas
4.
adanya pernafasan
pemberian oksigen
Mem
berna
penggunaan obat
menu
1. Kaji TTV klien ( nadi,
nafas
1. T
RR )
menu
Nyeri akut
Setelah dilakukan
bantu pernafasan
a. Nyeri dada
berhubungan
tindakan
sebelah kiri
keperawatan
berkurang
biologis
terhadap Tn. G
kead
klien
selama 2 x 24 jam,
klien tampak
rileks
b. Skala nyeri
2. Kaji PQRST
2. H
menurun menjadi
peng
13
digun
pene
peng
c. Nadi normal 60 3. Berikan posisi yang
tolera
3. M
100 x/ menit
nyaman
rasa n
d. RR normal 16
saat i
4. Anjurkan tehnik relaksasi 4. R
24x/ menit
3.
Intoleransi aktifitas
Setelah dilakukan
a. Klien tampak
berhubungan
tindakan selama 1
dengan suplai O2
x 24 jam untuk
menurun
mengatasi
mem
5. Kolaborasi dengan
meng
5. M
nyeri
obat anlgesik
klien
deng
1. M
kead
klien
masalah suplai O2
menurun dapat
teratasi dengan
tuntas.
b. Nafsu makan
2. M
bertambah
teratur
resik
berta
c. Seanosis hilang 3. Anjurkan posisi
tendelenburg
asam
3. D
menu
dapa
darah
norm
Ruang
:Mawar
Alamat
20
oktober
2013
08.00
wib
1. Mengkaji
frekuensi
kedalaman dan
ekspansi dada, catat
S: Klien masih
mengelu sesak
O: ekspansi dada
tidak maksimal,
Nama/T
Td
Kelomp
ok 3
upaya pernafasan
termasuk
penggunaan otot
bantu pernafasan.
08.10
wib
08.20
wib
08.30
wib
8.40
wib
2
20
oktober
2013
08.00
wib
08.10
wib
2.Mengauskultasika
n bunyi nafas dan
catat addanya bunyi
tambahan seperti
krekles, mengi,
whezzing..
3. Meninggikan
kepala dan
membantu posisi.
adanya
penggunaan otot
bantu
pernafasan,
cuping hidung
tidak Nampak.
S: -------O: wheezing
masih.
Pernafasan cuping
hidung pun tidak
Nampak.
A: Tujuan belum
tercapai.
P: lanjutan intervensi
2,3,4
S: respon klien
mengatakan
nyaman dengan
posisi kepala di
tinggikan.
O: klien terlihat
nyaman.
S: ------4.
O: klien sudah
mengkolaborrasikan tidur.
.
S: ------5.Berkolaborasi
O: klien merasa
dengan dokter untuk nyaman.
pemberian obat
analgesic.
1. mengkaji TTV
S: ------klien
O: nadi
130/mnit, RR
28X/mnit
2. mengkaji PQRST
S: klien
mengatakan
nyeri dada
sebelah kiri.
O: skala nyeri 7
3. Berikan posisi
08.20w yang nyaman
ib
08.30
wib
3
20
oktober
2013
08.00
wib
S: klien susah
tidur saat nyeri
timbul.
O: klien tanpak
lemah
4. menganjurkan
teknik relaksasi
S: -------lamanya waktu tidur O: klien tanpak
istirahat dengan
teratur.
1. Mengkaji TTV
S: klien
klien.
mengeluh sesak
nafas saat
aktifitas yang
berat.
O: TD: 120/80
MmHg, nadi
100X/mnit, RR
16X/mnit, suhu
37,5 c.
08.10
wib
2. menganjurkan
makan dengan
teratur
S: pasien
mengeluh masih
belum bisa
makan banyak
O: jatah makan
klien masih
tersisa
08.20
wib
3. menganjurkan
posisi tendelenburg.
S: klien sudah
tidak mengeluh
pusing dan pucat
lagi
O: sudah tidak
nampak seanosis
Kelomp
ok 3
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta (aortic valve).
Sejumlah dari kondisi-kondisi menyebabkan penyakit yang berakibat pada penyempitan dari
klep aorta. Ketika derajat dari penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghalangi
aliran darah dari bilik kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan persoalan-persoalan jantung
berkembang.
Penyebab atau etiologi dari stenosisi ini bisa bermacam-macam. Namun yang paling
sering adalah RHD (Rheumatic Heeart Disease) atau yang biasa kita kenal dengan demam
rematik.
5.2 Saran
Diharapkan mahasiswa memahami dan menjelaskan kembali tentang konsep dari
Stenosis Aorta, selain itu pula diharapkan Perawat nantinya dapat lebih mudah dalam
membuat asuhan keperawatan, tertuama asuhan keperawatan Stenosis Aorta
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.co.id/#q=laporan+kasus+stenosis+aorta di akses tanggal 11 oktober 2013