Materi Farmakologi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat adalah suatu cara yang digunakan untuk mencegah datangnya
penyakit. Cara pemberian obat yang benar sekalian tepat akan memberikan efek
dan dampak yang bagus dan efektif kepada proses penyembuhan penyakit yang
sedang diderita. Walaupun proses pemberian obat adalah lingkup bidang medis
dan juga para apoteker.
Akan tetapi kita sebagai orang yang kerap kali harus minum obat juga
harus mengetahui akan beberapa hal yang berkaitan dengan konsumsi beberapa
obat yang benar dan tepat agar obat itu bisa berefek pada penyembuhan penyakit
bukan malah efek sebaliknya. Memperburuk atau memperparah penyakit yang
dialami oleh pasien.
Pemberian obat yang tepat dan sesuai dengan dosis adalah salah satu
tanggung jawab penting bagi seorang perawat. Terutama bila dilakukan
perawatan dan proses penyembuhan yang dilakukan di tempat pelayanan
kesehatan seperti hal nya rumah sakit dan puskesmas. Sah satu tugas perawat
adalah memberi obat yan aman dan akurat kepada klen. Obat merupakan alat
utama terapi untuk mengobati klien yang memliki masaah kesehatan. Obat
bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat
mengntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek
samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila kita
memberikan obat tersebut tidak sesuai anjuran yang sebenarnya.
Seorang perawat juga mempunyai tanggung jawab dalam memahami
kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan ole obat yang telah diberikan,
memberikan obat yang tepat, memantau respon klien dan membantu klien untuk
menggunakannya dengan benar dan berdasrkan pengetahuan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu obat peroral, apa saja jenis obat oral dan bagaimana teknik
pemberian obat tersebut ?

1 | FA R M A KO L O G I

2. Apa itu obat transdermal, apa saja jenis obat transdermal dan bagaimana
teknik pemberian obat tersebut ?
3. Apa itu obat infus, dan bagaimana teknik pemberian obat tersebut ?
4. Apa itu obat perektal, apa saja jenis obat perktal dan bagaimana teknik
pemberian obat tersebut ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa itu obat peroral, beserta teknik pemberiannya
2. Mengetahui apa itu obat transdermal, beserta teknik pemberiannya
3. Mengetahui apa itu obat infus, beserta teknik pemberiannya
4. Mengetahui apa itu obat perektal, beserta teknik pemberiannya

D. Manfaat penulisan
Semoga dapat menjadi salah satu sumber dalam menambah pengetahuan
tentang teknik pemberian obat oral, transdermal, infus, dan rektal.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemberian Obat Oral
1. Pengertian
Pemberian obat per oral adalah memberikan obat yang dimasukkan
melalui mulut. Memberikan obat oral adalah suatu tindakan untuk membantu
proses penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan melalui mulut
sesuai dengan program pengobatan dari dokter.

2 | FA R M A KO L O G I

Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai
karena ini merupakan cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman
bagi pasien. Berbagai bentuk obat dapat di berikan secara oral baik dalam
bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer. Untuk membantu absorbsi , maka
pemberian obat per oral dapat di sertai dengan pemberian setengah gelas air
atau cairan yang lain.
2. Tujuan Pemberian Obat Secara Oral
a. Untuk memudahkan dalam pemberian obat.
b. Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari
obat tersebut dapat segera diatasi.
c. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan nyeri
d. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan
jaringan.
e. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter.
f. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam
pemberian obat.
3. Jenis-Jenis Obat Oral
a. Obat Tablet
Tablet adalah sedian farmasi yang padat, berbentuk bundar dan pipih
atau cembung rangkap. Bentuk ini paling banyak beredar di Indonesia
disebabkan karena bentuk tablet adalah bentuk obat yang praktis dan
ekonomis dalam produksi, penyimpanan dan pemakaiannya.
b. Obat Kapsul
Kapsul menjadi salah satu sediaan farmasi yang diproduksi oleh
industri maupun apotek. Kapsul didefinisikan sebagai sediaan padat yang
terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut.
Cangkang dapat dibuat dari pati, gelatin, atau bahan lainnya yang sesuai.
c. Obat Kaplet
Kaplet (kapsul tablet) adalah bentuk tablet yang dibungkus
dengan lapisan gula dan biasanya diberi zat warna yang menarik.
d. Obat Sirup/ Cair
Obat sirup adalah sediaan larutan yang mengandung sakrosa
kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa C12H22O11 tidak kurang dari
64,0%. Obat cair merupakan sedian cair yang mengandung satu atau

3 | FA R M A KO L O G I

lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang
karena bahan-bahannya,cara peracikan, atau penggunaannya,tidak
dimasukan dalam golongan produk lainnya. Cara penggunaannya yaitu
larutan oral (diminum) dan larutan topical.
4. Keuntungan dan Kelemahan Pemberian Obat oral
a. Keuntungan
Keuntungan Pemberian Obat Rute Oral diantaranya cocok dan
nyaman bagi klien, ekonomis, dapat menimbulkan efek local atau
sistemik, dan jarang membuat klien cemas.
b. Kelemahan
Kelemahan dari pemberian obat per oral adalah:
Pada aksinya yang lambat sehingga cara ini tidak dapat di pakai

pada keadaan gawat.


membutuhkan waktu 30 sampai dengan 45 menit sebelum di
absorbsi dan efek puncaknya di capai setelah 1 sampai dengan 1

jam.
Rasa dan bau obat yang tidak enak sering mengganggu pasien.
Cara per oral tidak dapat di pakai pada pasien yang mengalami
mual-mual, muntah, semi koma, pasien yang akan menjalani
pangisapan cairan lambung serta pada pasien yang mempunyai
gangguan menelan.
Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian harus

di lakukan dengan cara yang paling nyaman khususnya untuk obat yang
pahit atau rasanya tidak enak. Pasien dapat di beri minuman dingin (es)
sebelum minum sirup tersebut. Sesudah minum sirup pasien dapat di beri
minum, pencuci mulut atau kembang gula.
5. Indikasi dan Kontraindikasi
a. Indikasi
1. Pada pasien yang tidak membutuhkan absorbsi obat secara cepat.
2. Pada pasien yang tidak mengalami gangguan pencernaan.
b. Kontraindikasi
Pasien dengan gangguan pada system pecernaan, seperti kanker
orall, gangguan menelan, dsb.
6. Persiapan Alat dan Bahan
a. Baki berisi obat
4 | FA R M A KO L O G I

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Kartu atau buku berisi rencana pengobatan


Pemotong obat (bila diperlukan)
Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan)
Gelas pengukur (bila diperlukan)
Gelas dan air minum
Sedotan
Sendok
Pipet
Spuit sesuai ukuran untuk mulut anak-anak

7. Persiapan Tempat dan Pasien


a. Menjelaskan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan
b. Menjelaskan langkah yang akan dilakukan
c. Menjaga privasi pasien
d. Mengatur posisi pasien
8. Prosedur kerja
a. Siapkan peralatan dan cuci tangan.
b. Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan, mual,
muntah, adanya program tahan

makan atau minum, akan dilakukan

pengisapan lambung dll)


c. Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat,
waktu dan cara pemberian) periksa tanggal kedaluarsa obat, bila ada
keraguan pada perintah pengobatan laporkan pada perawat jaga atau
dokter yang meminta.
d. Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah pengobatan dan ambil
obat di almari, rak atau lemari es yang diperlukan)
e. Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang
sesuai dengan dosis yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat
(gunakan tehnik aseptik untuk menjaga kebersihan obat).
f. Berikan obat pada waktu dan cara pemberian yang benar yaitu dengan
cara:

Yakin bahwa pasien tidak salah


Atur posisi pasien bila memungkinan anjurkan untuk duduk
Berikan cairan/ air yang cukup untuk membantu menelan, bila
sulit ditelan anjurkan pasien menaruh obat dilideah bagian
belakang kemudian pasien dianjurkan minum

5 | FA R M A KO L O G I

Bila obat mempunyai rasa tidak enak, beri pasien beberapa butir
esbatu untuk diisap sebelumnya, atau berikan obat dengan

menggunakan lumatan apel atau pisang


Tetap berama pasien sampai obat ditelan
Catat tindakan yang telah dilakukan meliputi nama dan dosis obat
yang diberikan, setiap keluarkan dan pengkajian terhadap pasien.
Bila obat tiak dapat masuk, catat secara jelas dan tulis tanda

tangan anda dengan jelas


Kemudian semua peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar

kemudian cuci tangan


Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada pasien kurang lebih 30
menit sewaktu pemberian

1) Prosedur Kerja Pemberian Obat Tablet atau kapsul


a) Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam mangkuk disposibel tanpa
menyentuh obat.
b) Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan untuk membagi
obat sesuai dengan dosis yang diperlukan
c) Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi
bubuk dengan menggunakan martil dan lumpang penggerus,
kemudian campurkan dengan menggunakan air. Cek dengan
bagian farmasi sebelum menggerus obat, karena beberapa obat
tidak boleh digerus sebab dapat mempengaruhi daya kerjanya.
2) Prosedur Kerja Obat berbentuk Cair/Sirup
a) Bisa dibaca dengan tepat.
b) Tuang obat sejumlah yang diperlukan ke dalam mangkuk
obat berskala.
c) Sebelum menutup botol tutup usap bagian tutup botol
dengan menggunakan kertas tissue. Mencegah tutup botol
sulit dibuka kembali akibat cairan obat yang mengering pada
tutup botol.
d) Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit, kurang dari 5
ml maka gunakan spuit steril untuk mengambilnya dari
botol.

6 | FA R M A KO L O G I

e) Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas. Untuk


menghindari kontaminasi pada tutup botol bagian dalam.
f) Pegang botol obat sehingga sisa labelnya berada pada
telapak tangan, dan tuangkan obat kearah menjauhi label.
Mencegah obat menjadi rusak akibat tumpahan cairan obat,
sehingga label tidak rusak.
g) Atur pasien pada posisi duduk, jika tidak memungkinkan
berikan posisi lateral. Posisi ini membantu mempermudah
untuk menelan dan mencegah aspirasi.
h) Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar,
buang alat-alat disposibel kemudian cuci tangan.
i) Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klien.
9. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberian Obat Oral
a. Pemberian obatnya hanya melalui mulut
b. Mudah dan aman pemakaiannya, lazim dan praktis dalam pemberiannya
c. Tidak semua obat dapat diberikan peroral, contohnya adalah obat yang
bersifat merangsang (emetin,aminifilin) atau yang diuraikan oleh getah
lambung.
d. Pemberian obat oral ini dapat terjadi inaktivitasi oleh hati sebelum
diedarkan ketempat kerjanya
e. Dapat juga untuk mendapat efek lokal yang diinginkan dan dikehendaki,
contohnya: obat cacing, obat diagnostik untuk pemotretan lambung-usus
(pemeriksaan diagnostik)
f. Baik sekali untuk mengobati infeksi usus
g. Bentuk sediaan oral diantaranya yaitu: tablet, kapsul, kaplet, dan sirup
B. Teknik Pemberian Obat Transdermal
1. Pengertian
Transdermal adalah salah satu cara administrasi obat dengan bentuk
sediaan farmasi/obat berupa krim, gel atau patch (koyo) yang digunakan pada
permukaan kulit, namun mampu menghantarkan obat masuk ke dalam tubuh
melalui kulit (trans = lewat; dermal = kulit). Umumnya penggunaan transdermal
adalah pada obat-obatan hormon, misalnya estrogen. Yang paling umum ditemui
mungkin koyo untuk menghilangkan kecanduan rokok, atau menghilangkan
nafsu makan (berfungsi sebagai pelangsing). Bentuk transdermal menjadi
pilihan terutama untuk obat-obat yang apabila diberikan secara oral bisa

7 | FA R M A KO L O G I

memberi efek samping yang tidak diinginkan. Misalnya efek penggumpalan


darah akibat estrogen oral, atau iritasi lambung pada obat-obat antiinflamasi non
steroid dan aspirin/asetosal (Lucida, 2008).
2. Tujuan pemberian Obat Transdermal
a. Untuk mempertahankan hidrasi
b. Melindungi permukaan kulit
c. Mengurangi iritasi kulit
d. Mengatasi infeksi
3. Jenis-Jenis Obat Transdermal
a. Berdasarkan Bentuk
Lotion
Lotion ini mirip dengan shake lotion tapi lebih tebal dan
cenderung lebih emollient di alam dibandingkan dengan shake lotion.
Lotion biasanya terdiri dari minyak dicampur dengan air, dan tidak
memiliki kandungan alkohol. Bisanya lotion akan cepat mengering
jika mengandung alkohol yang tinggi. Lotion memiliki efek
mengeringkan dan mendinginkan.

Shake lotion
Shake lotion merupakan campuran yang memisah menjadi dua
atau tiga bagian apabila didiamkan dalam jangka waktu tertentu.
Minyak sering dicampur dengan larutan berbasis air.Perlu dikocok

terlebih dahulu sebelum digunakan.


Cream/ Krim
Cream adalah campuran yang lebih tebal dari lotion dan akan
mempertahankan bentuknya apabila dikeluarkan wadahnya. Cream
biasanya digunakan untuk melembabkan kulit. Cream memiliki risiko
yang signifikan karena dapat menyebabkan sensitifitas imunologi
yang tinggi. Cream memiliki tingkat penerimaan yang tinggi
oleh pasien. Cream memiliki variasi dalam bahan, komposisi, pH, dan
toleransi antara merek generik. Krim adalah produk berbasis air
dengan efek mendinginkan dan emolien. Mereka mengandung bahan
pengawet untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur, tetapi

8 | FA R M A KO L O G I

bahan pengawet tertentu dapat menyebabkan sensitisasi dan dermatitis


kontak alergi. Krim kurang berminyak dibandingkan salep dan secara
kosmetik lebih baik ditoleransi. Krim, dapat mengandung zat anti
fungal (jamur), kortikosteorid, atau antibiotic yang dioleskan pada

kulit dengan menggunakan kapas lidi steril.


Salep
Salep adalah sebuah homogen kental, semi-padat, tebal, berminyak
dengan viskositas tinggi, untuk aplikasi eksternal pada kulit atau
selaput lendir.Salep digunakan sebagai pelembaban atau perlindungan,
terapi,

atau profilaksis

sesuai

dengan

tingkat

oklusi

yang

diinginkan.Salep digunakan pada kulit dan selaput lendir yang


terdapat pada mata (salep mata), vagina, anus dan hidung.Salep
biasanya sangat pelembab, dan baik untuk kulit kering selain itu juga
memiliki risiko rendah sensitisasi akibat beberapa bahan minyak atau
lemak.(Jean Smith, Joyce Young dan patricia carr, 2005 : 684). Salep
juga dapat digunakan untuk melindungi kulit dari iritasi atau laserasi
kulit akibat kelembaban kulit pada kasus inkontenansia urin atau
fekal. Salep tidak mengandung air, mereka adalah produk berbasis
minyak yang dapat membentuk lapisan penutup diatas permukaan
kulit yang membantu kulit untuk mempertahankan air. Salep
nenghidrasi kulit yang kering dan bersisik serta meningkatkan
penyerapan zat aktif, dan karena itu berguna dalam kondisi kulit
kering kronis. Salep tidak mengandung bahan pengawet.
4. Keuntungan dan Kerugian Obat Transdermal
a. Keuntungan obat Transdermal :
1. Meningkatkan kemudahan dan kenyamanan pemakaian obat
2. Pelepasan obat dapat mudah dan diakhiri dengan cara melepaskan
3.
4.
6.
7.

patch
Mencegah metabolisme presistemik dihati dan saluran cerna
Mengurangi variabilitas antar pasien
Pengurangan fluktuasi kadar plasma obat
Kadar obat dapat dikontrol pada sirkulasi sistemik untuk obat
yang kerjanya diperpanjang

9 | FA R M A KO L O G I

8. Untuk kerja obat yang diperpanjang dapat mengurangi frekuensi


pemberian obat
9. Mengurangi tingkat konsentrasi plasma obat, dengan efek
samping yang menurun.
10. Dosis yang dibutuhkan jauh lebih kecil dibanding dosis oral,
karena obat diharapkan langsung masuk ke sasaran, sehingga
tingkat toksisitasnya pun lebih rendah dibanding oral. Misalnya,
pada

Carbamazepin

(antikonvulsan

antikejang,

umum

digunakan untuk penderita epilepsi) dosis transdermal 4 mg


mampu memberikan efek setara dengan dosis 1200 mg oral(Patel,
2011).
b. Kerugian obat transdermal
1. Terbatas untuk obat-obat lebih kecil atau sama dengan 10mg
2. Mempunyai kelarutan yang baik dalam air dan minyak
3. Kadang- kadang mengiritasi kulit(Patel, 2011).
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

5. Persiapan Alat dan Bahan


Obat dalam tempatnya
Pinset anatomis
Kain kasa
Balutan
Pengalas
Air sabun, air hangat
Sarung tangan
6. Persiapan Tempat atau Lingkungan
a. Menjelaskan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan
b. Menjaga privasi pasien
7. Persiapan Pasien
a. Menutup sampiran
b. Mengatur posisi pasien
8. Prosedur Kerja
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dilakukan tindakan
d. Gunakan sarung tangan
e. Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila
terdapat kulit mengeras) dan gunakan pinset anatomis

10 | F A R M A K O L O G I

f. Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti


g.

mengoleskan atau mengompres


Jika diperlukan, tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah

diobati
h. Cuci tangan
i. Kaji respon klien setelah dilakukan tindakan
j. Dokumentasikan semua tindakan
C. Teknik Pemberian Obat Infus
1. Pengertian
Pemasangan infus adalah pemberian sejumlah cairan kedalam tubuh melalui
sebuah

jarum

kedalam

pembuluh

vena

(pembuluh

balik)

untuk

menggantikan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh. Pemberian obat


infus adalah

sejumlah obat melalui infus,

lewat kantong infus

maupun selang infus.

2. Tujuan Pemasangan Infus


a. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh ang mengandung air,
elektrolit, vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat
b.
c.
d.
e.

dipertahankan secara adekuat melalui oral


Memperbaiki keseimbangan asam basa
Memperbaiki volume komponen-komponen darah
Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh
Memberikan nutrisi pada saat sistem pencernaan diistirahatkan

3. Indikasi dan Kontraindikasi


a. Indikasi
1) Keadaan emergency, yang memungkinkan pemberian obat langsung
kedalam kedalam intra vena
2) Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat
3) Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terusmenerus melalui intra vena
4) Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan
elektrolit
5) Pasien yang mendapat transfusi darah
6) Upaya profilaksis (tindakan pencegahan)

sebelum

prosedur

(misalnya pada operasi beresiko perdarahan, dipasang jalur infus


11 | F A R M A K O L O G I

intra vena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan
pemberin obat
7) Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya
risiko dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa),
sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat
dipasang jalur infus
8) Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi
kebutuhan dengan injeksi intramuskuler
b. Kontraindikasi
1) Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan
infus
2) Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil
yang aliran darahnya lambat (missal pembuluh vena di tungkai dan
kaki
4. Jenis dan Teknik Pemberian Obat Melalui Infus
a. Pemberian obat melaui wadah intra vena
1) Definisi
Pemberian obat melaui wadah intra vena merupakan pemberian
obat dengan menambahkan atau memasukan obat kedalam wadah cairan
intravena.
Tujuannya untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan
kadar terapeutik dalam darah.
2) Persiapan alat dan bahan
a) Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran
b) Obat dalam tempatnya
c) Wadah cairan (kantong atau botol)
d) Kapas alkohol
3) Prosedur kerja
a) Cuci tangan
b) Persiapkan alat dan obat
c) Periksa identitas pasien, kemudian ambil obat dan masukan
kedalam spuit
d) Cari daerah penyuntikan obat pada daerah kantong
e) Lakukan desinfeksi dengan alkohol dan stop aliran
f) Lakukan penyuntikan dengan memasukan jarum spuit himgga
menembus bagian tengah dan massukan obat perlahan-lahan
kedalam kantong atau wadah cairan

12 | F A R M A K O L O G I

g) Setelah selesai, tarik spuit dan campur larutan dengan


membalikan kantong cairan dari satu ujung ke ujung lain
h) Periksa kecepatan infus
i) Cuci tangan
j) Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat
b. Pemberian obat melalui selang intra vena
1) Definisi
Pemberian obat melalui selang intra vena merupakan pemberian
obat dengan menambahkan atau memasukan obat kedalam wadah cairan
intravena.
Tujuannya untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan
kadar terapeutik dalam darah.
2) Persiapan alat dan bahan
a) Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran
b) Obat dalam tempatnya
c) Selang intravena
d) Kapas alcohol
3) Prosedur kerja
a) Cuci tangan
b) Persiapkan alat dan obat
c) Periksa identitas pasien, kemudian ambil obat dan masukan
kedalam spuit
d) Cari daerah penyuntikan obat pada daerah selang intravena
e) Lakukan desinfeksi dengan alkohol dan stop aliran
f) Lakukan penyuntikan dengan memasukan jarum spuit himgga
menembus bagian tengah dan massukan obat perlahan-lahan
g)
h)
i)
j)

kedalam selang intravena


Setelah selesai, tarik spuit
Periksa kecepatan infus dan observasi reaksi obat
Cuci tangan
Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat

D. Pemberian obat secara Rektal


1. Pengertian
Pemberian obat rektal adalah obat yang cara pemberiannya melalui
dubur atau anus. Maksudnya adalah mempercepat kerja obat serta bersifat
lokal dan sistemaik. Biasanya adalah obat pencahar agar bisa buang air
besar. Biasanya dalam lingkup rumah sakit pada pasien yang akan operasi

13 | F A R M A K O L O G I

besar ataupun sudah lama tidak bisa buang air besar. Dan pemberian obat
yang benar juga harus diperhatikan.
Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang
bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada
daerah feses dan merangsang buang air besar. Contoh pemberian obat yang
memiliki efek lokal seperti obat dulcolac supositoria yang berfungsi secara
lokal untuk meningkatkan defekasi dan contoh efek sistemik pada obat
aminofilin suppositoria dengan berfungsi mendilatasi bronkus.
Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dnding rektal yang
melewati sfingter ani interna. Kontra indikasi pada pasien yang mengalami
pembedahan rektal.
Supositoria adalah obat solid (padat) berbentuk peluru yang dirancang
untuk dimasukkan ke dalam anus/rektum (suppositoria rektal), vagina
(suppositoria vagina) atau uretra (suppositoria uretra). Suppositoria
umumnya terbuat dari minyak sayuran solid yang mengandung obat.
Suppositoria rektal akan hancur atau larut dalam suhu tubuh, dan akan
menyebar secara bertahap ke lapisan usus rendah (rektum), dimana disana ia
akan diserap oleh aliran darah. Suppositoria rektal bertindak secara sistemik,
atau sebagia alternatif dari obat-obat oral (misalnya ketika seseorang
tidakmampu mengonsumsi obat melalui mulut). Obat ini mudah diserap di
dalam rektum karena rektum kaya akan pembuluh darah.
2. Tujuan Pemberian
a. Untuk memperoleh efek obat lokal maupun sistemik
b. Untuk melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan
3. Jenis-Jenis Obat Supositoria Berdasarkan Penggunaan
a. Supositoria rektal/ anallia
Suppositoria rektal untuk dewasa berbentuk lonjong pada satu atau
kedua ujungnya dan biasanya berbobot lebih kurang 2 g.
b. Supositoria vaginal/ ovula
Berbentuk bulat atau bulat telur mumnya memiliki berat 5-15 g, sering
disebut tablet vaginal
4. Indikasi dan Kontaindikasi
a. Indikasi

14 | F A R M A K O L O G I

Mengobati gejala-gejala rematoid, spondistis ankiloksa, gout akut dan


osteoritis
b. Kontraindikasi
1) Hipersensitif terhadap ketoprofen, esetosal dan ains lain
2) Pasien yang menderita ulkus pentrikulum atau peraangan aktif
(inflamasi akut) pada saluran cerna
3) Bionkospasme berat atau pasien dengan riwayat asma bronchial atau
alergi
4) Gagal fungsi ginjal dan hati yang berat
5) Supositoria ebaikanya tidak digunakan pada pasien piotitis atau
hemoroid
6) Pembedahan rektal
5. Keuntungan dan Kekurangan
a. Keuntungan
4) Bisa mengobati secara bertahap
5) Kalau misalkan obat menimbulkan kejang, atau panas reaksinya lebih
cepat, dapat memberikan efek lokal dan sistemik
6) Contoh memberikan efek lokal dulcolax untuk meningkatkan
defekasi
b. Kerugian
1) Sakit tidak nyaman daya fiksasi lebih lama daripada IV
2) Kalau pemasanagan obat tidak benar obat akan keluar lagi
3) Tidak boleh diberikan kepada pasien yang mengalami bedah rektal
5. Persiapan alat
a. Kartu obat, obat sesuai yang diperlukan
b. Supositoria rectal atau vagina
c. Jeli pelumas
d. Sarung tangan
e. Tissue
6. Persiapan Pasien dan Lingkungan
a. Menjelaskan kepada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan
b. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan
c. Menutup jendela, gorden, dan memasang smpiranatau sketsel bila perlu
d. Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar ruangan

7. Prosedur kerja
a. Cek kembali order pengobatan, mengenai jenis pengobatan, waktu,
jumlah dan dosis
15 | F A R M A K O L O G I

b. Pakai sarung tangan


c. Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung bulatnya
dengan jelly. Beri pelumas sarung tangan pada jari telunjuk dari tangan
dominan anda.
d. Siapkan klien:
1) Identifikasikan klien dengan tepat dan tanyakan namanya.
2) Jaga privasi, dan mintalah klien untuk berkemih terlebih dahulu.
3) Atur posisi klien berbaring supinasi dalam posisi simdengan tungaki
bagian atas fleksi ke depan
4) Tutup dengan selimut mandi dan ekspose hanya pada area perineal
saja.
c. Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan untuk
merelaxkan sfingter ani.
d. Regangkan bokong klien dengan tangan non dominan, dengan jari
telunjuk masukkan supositoria ke dalam anus, melalui sfingter ani dan
mengenai dinding rectal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi
dan anak anak.
e. Tarik jari anda dan bersihkan area kanal klien
f. Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama 5
menit
g. Bila supositoria mengandung laksatif atau pelunak feses, letakkan
tombol pemanggil dalam jangkauan klien sehingga ia dapat mencari
h.
i.
j.
k.

bantuan untuk mengambil pispot atau ke kamar mandi.


Lepaskan sarung tangan, buang ditempat semestinya.
Cuci tangan.
Kaji respon klien
Dokumentasikan semua tindakan
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pemberian obat per oral adalah memberikan obat yang dimasukkan melalui
mulut. Memberikan obat oral adalah suatu tindakan untuk membantu proses
penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan melalui mulut sesuai dengan
program pengobatan dari dokter. Transdermal adalah salah satu cara administrasi
obat dengan bentuk sediaan farmasi/obat berupa krim, gel atau patch (koyo) yang
16 | F A R M A K O L O G I

digunakan pada permukaan kulit, namun mampu menghantarkan obat masuk ke


dalam tubuh melalui kulit (trans = lewat; dermal = kulit). Umumnya penggunaan
transdermal adalah pada obat-obatan hormon, misalnya estrogen.
Pemasangan infus adalah pemberian sejumlah cairan kedalam tubuh melalui
sebuah jarum kedalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan cairan
atau zat-zat makanan dari tubuh. Pemberian obat rektal adalah obat yang cara
pemberiannya melalui dubur atau anus. Maksudnya adalah mempercepat kerja obat
serta bersifat lokal dan sistematik. Biasanya adalah obat pencahar agar bisa buang
air besar. Biasanya dalam lingkup rumah sakit pada pasien yang akan operasi besar
ataupun sudah lama tidak bisa buang air besar. Dan pemberian obat yang benar juga
harus diperhatikan.
B. SARAN
Diharapkan para pembaca makalah ini dapat lebih mengerti tentang apa itu
pemberian obat peroral, transdermal, infus, dan rektal sampai prosedur
pelaksanaanya dan dapat menerapkannya dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
https://ndezzndezz.wordpress.com/2011/06/29/bentu-obat-tablet-kapsul-kaplet-dan-cair/
(diakses: Sabtu, 14 Mei 2016 14:35)
https://birugraphity.wordpress.com/2011/05/20/cara-pemberian-obat-per-oral/(diakses:
Sabtu, 14 Mei 2016 15:09)
Joyce, Evelyn. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: Penerbir
Buku Kedokteran EGC
Katsung, G Bertram. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika

17 | F A R M A K O L O G I

Kee, Joyce L. 1996. Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteraan EGC
Potter,Perry. 2000. Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa
Ester Monica. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

18 | F A R M A K O L O G I

Anda mungkin juga menyukai