Isolasi Bakteri

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

isolasi bakteri

I.

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Populasi mikroba di alam tidak terpisah sendiri menurut jenisnya, tetapi terdiri dari
campuran berbagai macam sel. Populasi bakteri ini di dalam laboratorium dapat diisolasi
menjadi kultur murni yang terdiri dari satu jenis yang dapat dipelajari morfologinya, sifat dan
kemampuan biokimiawinya. Dalam mempelajari mikroba tidak bisa dilakukan secara kasat mata.
Sedangkan dalam suatu lokasi yang menurut manusia sudah cukup kecil, di sana masih terdapat
bakteri dalam jumlah besar dan juga bermacammacam jenisnya. Selain itu, di alam mikrobia
pada umumnya tidak hidup tersendiri sebagai individu tunggal dan terlepas dari spesies yang
lain, mikroba lebih sering ditemukan dalam bentuk koloni dan bersama-sama dengan mikroba
yang lain (Sailer, 2000).

Mikroorganisme terdapat dimana-mana di dalam lingkungan kita mereka ada pada tubuh kita,
didalam tubuh kita, dan di sekeliling kita. Mereka merupakan komponen penting dalam
ekosistem. Mereka hidup di habitat alamiahnya dalam suatu komunitas yang terdiri dari berbagai
jenis mikroorganisme, bersama spesies-spesies biologi lainnya. Satu spesies mikroba didalam
komunitas ini dapat mempengaruhi spesies lain dengan berbagai cara-cara beberapa bersifat

menguntungkan beberapa merugikan. Oleh karena itu, dalam mempelajarinya, bakteri harus
diambil dari alam lalu diisolasikan dalam suatu biakan murni. Biakan murni adalah biakan yang
hanya berisi satu jenis bakteri (Pelczar, 1986).
Pemindahan bakteri dari medium lama ke medium yang baru atau dikenal dengan istilah
inokulasi bakteri ini memerlukan banyak ketelitian. Terlebih dahulu kita harus mengusahakan
agar semua alat-alat yang akan digunakan untuk pengerjaan medium dan pengerjaan inokulasi
benar-beanr steril. Hal ini untuk menghindari terjadinya kontaminasi, yaitu masuknya mikroba
lain yang tidak diinginkan sehinggabiakan yang tumbuh di dalam medium adalah benar-benar
biakan murni (Dwidjoseputro, 1980).
Media agar merupakan substrat yang sangat baik untuk memisahkan campuran
mikroorganisme sehingga masing-masing jenisnya menjadi terpisah-pisah. Teknik yang
digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme pada media agar memungkinkannya tumbuh
dengan agak berjauhan dari sesamanya, juga memungkinkan setiap selnya berhimpun
membentuk koloni, yaitu sekelompok massa sel yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Bahan
yang diinokulasikan pada medium disebut inokulum, dengan menginokulasi medium agar
nutrient denganmetode cawan gores atau media cawan tuang, sel-sel mikroorganisme akan
terpisah sendiri-sendiri. Setelah inkubasi, sel-sel mikroba individu memperbanyak diri secara
cepat sehingga dalam waktu 18-24 jam terbentuklah massa sel yang dapat dilihat dan dinamakan
koloni. Koloni dapat terlihat oleh mata telanjang. Setiap koloni merupakan biakan murni satu
macam mikroorganisme (Pelczar, 2007).
Ada berbagai cara untuk mengisolasi bakteri dalam biakan murni yaitu, cara
pengenceran, cara penuangan, cara penggesekan atau penggoresan, cara penyebaran, cara
pengucilan 1 sel, dan cara inokulasi pada hewan. Masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan (Dwidjoseputro, 1990).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini, yaitu mengetahui cara mengisolasi mikroba dari campurannya
untuk menghasilkan biakan murni

II.

MATERI DAN METODE


A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum isolasi bakteri adalah cawan petri steril, pipet 1
ml steril, jarum ose, pembakar spirtus dan cotton buds. Bahan-bahan yang digunakan pada
praktikum isolasi bakteri adalah media SSA, MSA, SDA (ditambah khloramphenikol), akuades
steril, pepton water, dan sampel.
B. Metode
1. Prosedur Kerja
a. Isolasi Salmonella
1) Sampel ikan asin diambil 1 ulasan dengan cara swab menggunakan cotton buds steril yang telah
dimasukkan ke dalam peptone water.
2) Isolat bakteri diinokulasikan pada media SSA secara spread plate.
3) Media yang berisi isolat bakteri diinkubasi selama 2 x 24 jam pada suhu 370 celcius.
4) Pertumbuhan pada media tersebut diamati. Koloni bakteri Salmonella sp. menunjukan warna
merah atau bening keruh pada bagian tengahnya berwarna hitam.
b. Isolasi Staphylococcus
1) Sampel kulit lengan diambil 1 ulasan dengan cara swab menggunakan cotton buds steril yang
telah dimasukkan ke dalam peptone water.
2) Isolat bakteri diinokulasikan pada media MSA secara streak.
3) Media yang berisi isolat bakteri diinkubasi selama 2 x 24 jam pada suhu 370 celcius.
4) Pertumbuhan pada media tersebut diamati. Koloni bakteri Staphylococcus aureus menunjukan
warna media menjadi kuning.
c. Isolasi Candida albican
1) Sampel gigi geraham diambil 1 ulasan dengan cara swab menggunakan cotton buds steril yang
telah dimasukkan ke dalam peptone water.
2) Isolat bakteri diinokulasikan pada media SDA secara streak.
3) Media yang berisi isolat bakteri diinkubasi selama 2 x 24 jam pada suhu 370 celcius.
4) Pertumbuhan pada media tersebut diamati. Koloni bakteri Candida albican akan tampak
berwarna kuning kecoklatan.
B. Pembahasan
Isolasi mikroorganisme mengandung arti proses pengambilan mikroorganisme dari
lingkungannya untuk kemudian ditumbuhkan dalam suatu medium di laboratorium. Proses
isolasi ini menjadi penting dalam mempelajari identifikasi mikrobia, uji morfologi, fisiologi, dan

serologi. Sedangkan pengujian sifat-sifat tersebut di alam terbuka sangat mustahil untuk
dilakukan. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba
lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan
menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni sel yang tetap
pada tempatnya (Pelczar, 1986).
Prinsip kerja isolasi bakteri cukup sederhana yakni dengan menginokulasikan sejumlah
kecil bakteri pada suatu medium tertentu yang dapat menyusung kehidupan bakteria. Sejumlah
kecil bakteri ini didapat dari bermacam-macam tempat tergantung dari tujuan inokulasi. Dalam
kajian mikrobiologi yang berhubungan dengan sumber bakteri adalah mikrobia tanah, air,
makanan dan udara (Talaro, 1999).
Tujuan dari pemindahan biakan untuk menguasai teknik pemindahan biakan bakteri dari
satu wadah ke wadah lain secara aseptik, sehingga hanya biakan murni yang diharapkan yang
tumbuh. Hal ini sangat penting dalam tahap awal pekerjaan isolasi mikroba terutama yang
berasal dari stok kultur (bukan dari substrat). Kegagalan dalam hal pemindahan biakan dapat
menyebabkan kontaminasi dari pertumbuhan mikroba yang tidak diharapkan (Dwidjoseputro,
1990).
Beberapa cara atau metode yang dikenal untuk memperoleh biakan murni dari suatu
biakan campuran. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode cawan gores dan
metode cawan tuang. Metode tersebut didasarkan pada prinsip pengenceran dengan maksud
untuk memperoleh spesies individu, dengan anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah dari
satu jenis sel yang dapat diamati (Dwidjoseputro, 1990).
Tahapan isolasi bakteri
1.

Teknik Piringan Goresan (Streak plate method)


Medium agar dicairkan, didinginkan pada suhu 450 C, dituang ke dalam cawan petri steril
(cawan gelas dengan garis tengah sekitar tiga inci) dan dibiarkan sampai menjadi padat.
Kemudian menginokulasi biakan dilakukan dengan jarum ose pada permukaan atas agar yang
penuh dengan biakan campuran (misalnya specimen ludah atau bahan lain). Ada beberapa
metode penggoresan yang berbeda, namun kesemua metode bertujuan untuk meletakkan
sebagian besar organisme pada beberapa goresan pertama. Apabila sebaran dilakukan dengan
menggerakkan jarum ose bergantian dari satu bagian ke bagian lain cawan petri, bakteri yang
tertinggal pada jarum ose semakin berkurang. Jika dilakukan secara sempurna, goresan akhir

akan meninggalkan bakteri individual cukup terpisah satu sama lain, sehingga setelah mengalami
pertumbuhan, koloni yang berasal dari bakteri individual akan benar-benar terpisah satu sama
lain. Kemudian koloni tunggal dapat ditinggalkan kemedium steril, dan akan tumbuhlah biakan
murni (Hadioetomo, 1993).
Ada beberapa teknik goresan yang biasa dipakai yaitu :
a.

Goresan Sinambung

b. Goresan T
c. Goresan Kuadran (Streak quadrant)
2. Metode Tuang (pour-plate method)
Terdiri atas penginokulasian biakan campuran kedalam tabung uji yang mengandung agar
cair yang telah didinginkan pada suhu 450 C isinya diaduk untuk memencarkan bakteri keseluruh
medium. Campuran itu kemudian ditungkan kedalam cawan petri steril dan dibiarkan padat
pertumbuhan koloni terjadi baik dalam medium tujuan pada kedua proses ialah untuk
memisahkan bakteri satu sama lain sehingga sel-sel itu akan tumbuh menjadi koloni-koloni yang
terpisah didalam medium yang padat. Kemudian dapat diambil sel-sel dari satu koloni untuk
mendapatkan biakan murni. Piringan kedua dalam praktek sering digores kembali dengan
organisme yang berasal dari koloni yang diidolasi untuk menjamin bahwa hasil yang diperoleh
adalah biakan murni (Hadioetomo, 1993).
3. Teknik Sebar (spread plate)
Teknik isolasi dan mikroba dengan cara menyebarkan mikroba pada permukaan media
yang akan digunakan (Trianda, 2011).
4.

Teknik Pengenceran (dilution method)


Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam- macam spesies
diencerkan dalam suatu tabung yang tersendiri. Hasil pengenceran ini kemudian diambil kirakira 1 mL untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 mL
untuk disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan besar kita akan mendapatkan beberapa
koloni yang akan tumbuh dalam medium tersebut, akan tetapi mungkin juga kita hanya akan
memperoleh satu koloni saja. Hal yang demikian ini dapat kita jadikan biakan murni. Jika kita
belum yakin, bahwa koloni tunggal yang kita peroleh tersebut merupakan koloni yang murni,

maka kita dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel
(Trianda, 2011)
5. Teknik Micromanipulator
Mengambil satu bakteri dengan mikropipet yang ditempatkan dalam mikro manupulator,
kemudian ditempatkan dalam mikromanupulator. Kemudian ditempatkan dalam medium encer
untuk dibiakkan (Trianda, 2011).
Bakteri yang digunakan untuk isolasi:
Salmonella
Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram-negatif berbentuk batang.
Salmonella dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya,
rekannya Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) yang pertama kali
menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh babi. Morfologi Salmonella typhosa: kuman
berbentuk batang, tidak berspora dan tidak bersimpai tetapi mempunyai flagel feritrik (fimbrae),
pada pewarnaan gram bersifat Gram negatif, ukuran 2-4 x 0.5-0.8 m dan bergerak pada biakan
agar darah, koloninya besar bergaris tengah 2 sampai 3 millimeter, bulat, agak cembung, jernih,
licin dan tidak menyebabkan hemolisis tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob, pada
suhu 1541 0C (suhu pertumbuhan optimum 37 0C) dan pH pertumbuhan 6 - 8. Pada umumnya
isolat kuman Salmonella dikenal dengan sifat-sifat, gerak positif, reaksi fermentasi terhadap
manitol dan sorbitol positif dan memberikan hasil negatif pada reaksi indol, laktosa, Voges
Praskauer dan KCN. Sebagian besar isolat Salmonella yang berasal dari bahan klinik
menghasilkan H2S. Samonella thypi hanya membentuk sedikit H2S dan tidak membentuk gas
pada fermentase glukosa. Pada agar SS, Endo, EMB dan MacConkey koloni kuman berbentuk
bulat, kecil dan tidak berwana, pada agar Wilson Blair koloni kuman berwarna hitam berkilat
logam akibat pembentukan H2S. Kuman akan mati karena sinar matahari atau pada pemanasan
dengan suhu 60 oC selama 15 sampai 20 menit, juga dapat dibunuh dengan cara pasteurisasi,
pendidihan dan klorinasi serta pada keadaan kering. Dapat bertahan hidup pada es, salju dan air
selama 4 minggu sampai berbulan-bulan. Disamping itu dapat hidup subur pada medium yang
mengandung garam metil, tahan terhadap zat warna hijau brilian dan senyawa natrium tetrationat
dan natrium deoksikolat. Senyawa-senyawa ini menghambat pertumbuhan kuman koliformse

hingga senyawa-senyawa tersebut dapat digunakan di dalam media untuk isolasi Salmonella dari
tinja (Defra, 2006).
Salmonella tidak membutuhkan sodium klorida untuk tumbuh, tetapi dapat tumbuh pada
presentasi 0,4 sampai 4 %. Beberapa dari tipe salmonella tumbuh pada suhu rata- rata 5 sampai
47 oC dengan temperatur optimum 35 sampai 37 0C tetapi beberapa dapat tumbuh pada
temperatur serendah 2 hingga 40 C dan setinggi 54 0C. Mereka peka terhadap panas dan mati
pada temperatur 70 0C atau di atasnya. Salmonella tumbuh di pH 4 hingga 9 dan pH optimum
antara 6,5 dan 7,5 (Pui et al., 2011).
Salmonella merupakan bakteri yang ditemukan di Amerika pada tahun 1899. Sakit yang
disebabkan oleh salmonella disebut salmonelosis. Penyakit ini terus meningkat dengan semakin
intensifikasinya produksi peternakan dan teknik laboratorium yang semakin canggih. Bakteri
dari genus Salmonella merupakan bakteri penyebab infeksi. Jika tertelan dan masuk ke dalam
tubuh akan menimbulkan gejala yang disebut salmonellosis. Gejala salmonellosis yang paling
sering terjadi adalah gastroenteritis. Selain gastroenteritis, beberapa spesies Salmonella juga
dapat menimbulkan gejala penyakit lainnya. Misalnya demam enterik seperti demam tifoid dan
demam paratifoid, serta infeksi lokal. Salmonellosistelah dikenal di semua negara, tetapi yang
paling sering berpotensi terjadi yaitu di daerah peternakan secara intensif, khususnya di babi,
unggas. Penyakit itu dapat mempengaruhi semua jenis hewan, hewan muda dan bunting dan
yang berpotensi adalah hewan yang sedang menyusui. Ternak yang yang rawan terhadap
salmonellosis diantaranya sapi, domba, kambing, babi yang muda demikian juga dengan hewan
kesayanagn seperti anjing, kucing, kelinci dan hamster(Dharmojono, 2001).
Ayam adalah salah satu sumber penularan penting Salmonella. Masalahnya berawal dari
peternakan, dimana anak ayam yang dipelihara dalam kondisi komersial sangat rentanterhadap
infeksi Salmonella karena mikroflora usus lambat berkembang sehingga kalah bersaing jika ada
serangan bakteri patogen enterik (Nurmi dan Rantala, 1973 dalam Ferreira et al, 2003). Anak
ayam ini jika tidak sakit akan bertindak sebagai carrier, dan menjadi sumber kontaminan pada
rantai produksi makanan (transportasi, rumah potong unggas, industri pengolahan makanan) dan
pasar. Anak ayam yang baru menetas dapat tertular induknya dan terjadi dalam minggu ke 2-3
dengan angka kamatian yang tinggi yaitu sampai 85%. Salmonellosismerupakan penyakit yang
menular pada manusia (zoonosis). Kejadian salmonellosis semakin meningkat dengan semakin
banyaknya warung-warung makan yang tidak higienik. Sumber penularan berupa keluaran

(eksresi) hewan dan manusia baik dari hewan ke manusia maupun sebaliknya (Dharmojono,
2001).
Secara epidemiologis salmonella dapat dibedakan menjadi tiga grup:
1. Salmonella yang hanya menginfeksi manusia, diantaranya S. typhi, S. paratyphi A, S. paratyphi
C. Kelompok ini termasuk agen yang menyebabkan demam typhoid dan paratyphoid, yang
menjadi penyebab sebagian besar serangan salmonella. Demam typhoid memiliki masa inkubasi
terpanjang, menghasilkan suhu badan yang tertinggi, dan memiliki angka mortalitas yang
tertinggi. S. typhidapat diisolasi dari darah dan kadang-kadang feses dan urin penderita yang
2.

menderita demam enterik. Sindrom paratyphoid lebih lemah dibanding typhoid (Jay, 2000).
Serovar yang beradaptasi dengan host (beberapa patogen untuk manusia dan mungkin
disebarkan dari makanan) diantaranya S. galinarum(ayam),

S. dublin(sapi), S. Abortus

equi(kuda), S. abortus-ovis(domba), dan S. choleraesuis(babi) (Jay, 2000).


3. Serovar yang belum beradaptasi (tidak membutuhkan host). Salmonella ini sangat patogen pada
manusia dan hewan, diantaranya termasuk seluruh foodborneserovar, berdasarkan model skema
antigen Kauffmann-White, serovar salmonella dapat dikelompokkan berdasarkan perbedaan
reaksinya terhadap antibodi yang spesifik (Jay, 2000).
Salmonella typhi dapat menyebabkan demam dan gejala tifoid yang akan berlangsung selama
3-4 minggu. Perforasi sering terjadi pada minggu ke tiga atau keempat dari penyakitnya. Akibat
adanya komplikasi dari demam tifoid antara lain(Supardi, 1999).
1.
2.
3.
4.
5.

Pada tulang menyebabkan periostitis dan osteomielitis


Abses ginjal
Endokarditis ulseratif
Pneumonia atau empiema
Kolesistitis akut
Penderita yang telah sembuh dari demam tifoid, ternyata 2-5% diantaranya masih mengandung
S. typhi di dalam tubuhnya selama 1 tahun. Bahkan ada yang menetap sepanjang umur manjadi
carrierkronik. Pada carrierkronik S. typhiumumnya berada dalam
kantung empedu, jarang pada saluran kemih. Biasanya akan dikeluarkan dari tubuh melalui
tinja dan air kemih (Supardi, 1999).
Staphylococcus aureus (S. aureus)

Staphylococcus aureus (S. aureus) merupakan nama spesies yang merupakan bagian dari
genus Staphylococcus. Bakteri ini pertama kali diamati dan dibiakan oleh Pasteur dan Koch,
kemudian diteliti secara lebih terinci oleh Ogston dan Rosenbach pada era tahun 1880-an. Nama
genus Staphylococcus diberikan oleh Ogston karena bakteri ini, pada pengamatan mikroskopis
berbentuk seperti setangkai buah anggur, sedangkan

nama spesies

aureus diberikan oleh

Rosenbach karena pada biakan murni, koloni bakteri ini terlihat berwarna kuning-keemasan.
Rosenbach juga mengungkapkan bahwa S. Aureusmerupakan penyebab infeksi pada luka dan
furunkel. Sejak itu

S. aureusdikenal secara luas sebagai penyebab infeksi pada pasien

pascabedah dan pneumonia terutama pada musim dingin/hujan. Staphylococcus aureus


merupakan bakteri penyebab utama mastitis pada sapi dan kejadian mastitis sering diasosiasikan
dengan infeksi Staphylococcus aureus (David, 2003).
Ciri khas infeksi yang disebabkan oleh S. aureusadalah radang supuratif (bernanah) pada
jaringan lokal dan cenderung menjadi abses. Manifestasi klinis yang paling sering ditemukan
adalah furunkel pada kulit dan impetigo pada anak-anak. Infeksi superfisial ini dapat menyebar
(metastatik) ke jaringan yang lebih dalam menimbulkan osteomielitis, artritis, endokarditis dan
abses pada otak, paru-paru, ginjal serta kelenjar mammae. Pneumonia yang disebabkan S.
Aureussering merupakan suatu infeksi sekunder setelah infeksi virus influenza. S. Aureusdikenal
sebagai bakteri yang paling sering mengkontaminasi luka pasca bedah sehingga menimbulkan
komplikasi. Sumber pencemaran pada infeksi pascabedah ini diantaranya berasal dari penderita
carrieryaitu dokter, perawat atau petugaskesehatan yang terlibat dalam perawatan dan
pembedahan pasien dan peralatan medis yang terkontaminasi. Bila terjadi bakteriemia, infeksi
dapat bermetastasis ke berbagai organ(Frank U, 2003).
Patogenesis infeksi S. Aureusmerupakan hasil interaksi berbagai protein permukaan
bakteri dengan berbagai reseptor pada permukaan sel inang. Penentuan faktor virulen mana yang
paling berperan

sulit dilakukan karena demikian banyak dan beragam faktor virulen yang

dimiliki S. Aureus (Frank U, 2003).


Candida albican
Pada akar sabourauda yang dieramkan pada suhu kamar, spesies Candida menghasilkan
koloni- koloni halus berwarna krem yang mempunyai bau seperti ragi. Pertumbuhan permukaan
terdiri atas sel- sel bertunas lonjong. Pertumbuhan di bawahnya terdiri atas pseudomiselium yang

terdiri atas pseudohifa yang membentuk blastokonidia pada nodus- nodus dan kadang-kadang
klamidokonidia pada ujung- ujungnya(Brooks, 2007).
Gambar bakteri Candida albican
Candida adalah flora normal terutama saluran pencernaan, juga selaput mukosa saluran
pernafasan, vagina, uretra, kulit, dan di bawah jari- jari kuku tangan dan kaki. Di tempat- tempat
ini ragi dapat menjadi dominan dan meyebabkan keadaan patologik ketika daya tahan tubuh
menurun baik secara lokal maupun sistemik(dapus 1.4). kadang kandang candida menyebabkan
penyakit sistemik progesif pada penderita yang lemah atau sistem imunnya tertekan, terutama
jika imunitas berperantara sel terganggu. Candida dapat menimbulkan invasi dalam aliran darah,
tromboflebitis, endocarditis, atau infeksi pada mata dan organ- organ lain bila dimasukkan secara
intraven (kateter, jarum, hiperalimentasi, penyalahgunaan narkotika dan sebagainya) (Jawetz,
1996)
Penyakit jamur yang disebabkan oleh spesies Candida disebut Kadidiasis, dapat bersifat
akut atau subakut dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki atau paru, kadangkadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis, atau meningitis. Berdasarkan tempat yang
terkena, penyakit yang disebabkan oleh Candida dibedakan menjadi (Tortora, 2004):
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.
a.
1)
2)
b.
c.
d.
3.
a.
b.
c.
d.

Kandidosis selaput lendir :


Kandidosis oral (trush)
Perleche
Vulvovaginitis
Balanitis atau balanopostits
Kandidosis mukokutan kronik
Kandidosis bronkopulmonar dan paru.
Kandidosis kutis:
Lokalisata:
Daerah intertriginosa
Daerah perianal
Generalisata
Paronikia dan onikomikosis
Kandidosis kutis granulomatosa
Kandidosis sistemik:
Endokarditis
Meningits
Pielonefritis
Septikemia

1. Mulut (Kandidosis oral)


Biasanya menyerang pada bayi, terjadi pada selaput mukosa pipih bagian dalam, lidah,
palatum mole dan permukaan rongga mulut yang lain yang tampat sebagai bercak- bercak
(pseudomembran) putih coklat muda kelabu yang sebagian besar terdiri atas pseudomiselium dan
epitel yang terkelupas, dan hanya terdapat erosi minimal pada selaput. Pertumbuhan Candida di
dalam mulut akan lebih subur bila disertai kortikosteroid, kadar glukosa tinggi dan
imunodefisiensi. (Brooks, 2007).
2. Genitalia wanita (vulvovaginitis)
Candida albican penyebab paling umum dari vulvovaginitis. Hilangnya pH asam merupakan
predisposisi timbulnya vulvovaginitis candida. Vulvovaginitis menyerupai sariawan tetapi
menimbulkan iritasi, gatal yang hebat dan pengeluaran skret. Pada pemeriksaan ringan tampak
hiperemia di daerah labia minora, introitus vagina dan vagina terutama 1/3 bagian bawah. Sering
juga terdapat kelainan yang khas yaitu bercak- bercak putih kekuningan (Kuswadji, 1999)

IV.

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

Isolasi mikroorganisme mengandung arti proses pengambilan mikroorganisme dari


lingkungannya untuk kemudian ditumbuhkan dalam suatu medium di laboratorium. Proses
isolasi ini menjadi penting dalam mempelajari identifikasi mikrobia, uji morfologi, fisiologi, dan
serologi. Prinsip yang digunakan dalam teknik isolasi adalah memisahkan satu jenis mikroba
dengan mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba.
B. Saran
Praktikum isolasi ini hendaknya dilakukan dengan hati-hati dan teliti serta di tuntut untuk
tidak berbicara karena dikhawatirkan akan terkontaminasi. Selain itu, kondisi areptis juga harus
senantiasa dijaga oleh semua praktikan.

DAFTAR REFERENSI
Defra. 2006. Salmonella in humans. In Zoonoes report United Kingdom
Kuswadji. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FK. UI
Tortora. 2004. Microbiology an Introduction. San Fransisco: Benjamin Cumming
Jawetz.1996. mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Brooks, dkk. 2007. Medical Microbiology. Mc Graw Hill
Pelczar. 1986 .Dasar-DasarMikrobiologi. Jakarta : UI Press
Talaro K.P.1999. Foundation Mikrobiologi third edition.MC Graw Hill
Dwidjoseputro.1990 .dasar-dasar microbiologi. Djambatan: Malang
Trianda. 2011. Inokulasi Mikroba Mkrobiologi. www.trianda.herisonsurbakti.com.

Diakses pada

tanggal 9 April 2013.


Hadioetomo, R. S., 1993, MikrobiologiDasardalamPraktek, Gramedia : Jakarta.
Jay, J.M., 2000. Modern Food Microbiology. Maryland: Aspen Publisher, Inc.
Dharmojono. 2001. Limabelas Penyakit Menular dari Binatang ke Manusia. Jakarta : Milenia Populer
Pui,dkk. 2011.Review Article Salmonella: A foodborne pathogen. International Food Research
Journal 18: 465-473 (2011).
Supardi. 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan. Alumni. Bandung.
Frank U. 2003. Prevention and control of MRSA, MRSA: Current perspectives. Boston: Company
David DB, and Rubinstein E. 2003. Treatment of MRSA infection, MRSA: Current perspectives. Norfolk
England: Caister Academic Press

Anda mungkin juga menyukai