Bab 6
Bab 6
Bab 6
Lokasi
Tradisional
Tradisional
Didirikan
bebas
ditempat
yangDidirikan
pencemaran
tidak
ditempat
yang
mencemarimencemari lingkungan
lingkungan
B.
Nomor
Wajib Pajak
C.
Penanggungjawab
Apoteker
Teknis
Indonesia
Koperasi
dan
harus
warga
NegaraBukan oleh
hanya
apoteker jika
memproduksi
tradisional
rajangan,
obat
pilis,
Pedoman Cara
Produksi
dan
yang
berwenang
pemeriksaan
dan
pemberian
sertifikatsertifikat CPOTB
CPOTB
Permohonan Persetujuan Prinsip dan Izin Usaha Industri Obat Tradisional
Dan Industri Kecil Obat Tradisional
tembusan
Badan
POM RI
Izin Usaha
Obat Tradisional dapat dikelompokkan menjadi tiga maram yaitu Jam, Obat
Herbal Terstandar (OHT), dan Fitofarmaka.
Jamu (Empirical Based hierbai Medicine)
adalah obat yang diolah secara tradisional, baik dalam bentuK serbuk, seduhan,
pil, maupuhn cairan yang berisi seluruh bagian tanaman. Pada umumnya, jamu
dibuat berdasarkan resep peninggalan leluhur yang diracik dari berbagai tanaman
obat yang jumlahnya cukup banyak, sekitar 5-10 macam bahkan lebih. Jamu
yang telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan
mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara
langsung untuk pengobatan suatu penyakit. Boberapa contoh diantaranya yaitu
Jamu Beras Kencur, Jamu Kunyit Asem (PT Sido Muncul), Jamu Habis
Bersalin Nyonya Meneer.
Bahan-bahan yang digunakan untuk jamu harus memenuhi
Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan empiris
Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
Filosofi Iogo
Bentuk lingkaran melambangkan sebuah proses, juga sebuah tanda untuk
rnenyatakan aman
Persyaratan :
Jamu dengan syarat sudah dilakukan uji toksisitas dan uji farmakologik
Eksperimental pada hewan coba
Obat Herbal Berstandar / OHT (Scientific Based Herbal Medicine)
adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya
secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di standarisasi.
Filosofi Logo :
Bentuk lingkaran melambangkan sebuah proses, juga sebuah tanda untuk
menyatakan aman
Warna hijau dan kuning merupakan perwujudan kekayaan sumber daya
Obat Herbal Terstandar dibuat dan ekstrak atau penyarian bahan alami yang
dapat berupa tanaman obat, hewan maupun mineral. Jenis ini pada umumnya
telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian praklinis
seperti standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak
tanaman obat, standar pembuatan obat tradisional yang higienis, serta uji
toksisitas akut dan kronis.
diketahui
khasiat
dan
produk jadi
Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
Filosofi Logo :
Bentuk lingkaran melambangkan sebuah proses, juga sebuah tanda untuk
menyatakan arnan
Warna hijau dan kuning merupakan perwujudan kekayaan sumber daya
Uji Fitofarmaka adalah uji toksisitas, uji farmakologik, experimental dan uji klinis
fitofarmaka Uji Farmakologik experimental adalah pengujian pada hewan coba
untuk memastikan khasiat fitofarmaka
Uji Klinis adalah pengujian pada manusia untuk mengetahui atau memastikan
adanya efek farmakologik, tolerabilitas, keamanan dan manfaat klinis untuk
pencegahan penyakit, pengobatan penyakit atau gejala penyakit
Persyaratan :
Fitofarmaka dengan syarat sudah dilakukan Uji toksisitas, uji farmakologik
eksperimental dan uji klinis
Perbedaan obat tradisional dan fitofarmaka
Obat tradisional
1.
digunakan
dalam
Fitofarmaka
upaya
1.
digunakan
perawatan sendiri
dalam
pelayanan
upaya
kesehatan
formal
2.
2.
khasiat
berdasarkan
penelitian
uji
Tujuan
penggunaan:
untuk
lelaki,jamu
bersalin,untuk
habis
preventif
3.
anti
4.
4.
tidak jelas
5.
B.
5.
Pendahuluan
Sebelum kimia organik dikenal, simplisia merupakan bahan utama yang
harus tersedia di tempat meramu atau meracik obat dan umumnya diramu atau
diracik sendiri oleh tabib yang memeriksa si penderita, sehingga dengan cara
tersebut Farmakognosi dianggap sebagai bagian dari Materia Medika. Simplisia
di apotek kemudian terdesak oleh perkembangan galenika, sehingga persediaan
simplisia di apotek digantikan dengan sediaan-sediaan galenik yaitu, tingtur,
ekstrak, anggur, infusa, air aromatika, minyak lemak, minyak atsiri dan sirup.
Istilah Galenika diambil dari nama seorang tabib Yunani yaitu Claudius
Galenos (Galen) yang membuat sediaan obat-obatan yang berasal dari
tumbuhan dan hewan, sehingga timbullah ilmu obat-obatan yang disebut Ilmu
Galenika.
Jadi Ilmu Galenika adalah ilmu yang mempelajari tentang pembuatan
sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana dan dibuat dari alam (tumbuhan
dan hewan).
Pembuatan sediaan galenik secara umum dan singkat sebagai berikut :
Derajat Kehalusan
Derajat kehalusan ini harus disesuaikan dengan mudah atau tidaknya obat
1.
3.
4.
Pinguia
Syrup
EKSTRAKSI
Ekstraksi atau penyarian adalah suatu kegiatan penarikan zat-zat yang dapat
larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hamper semua pelarut divapkan dan massa
atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku
yang ditetapkan
PROSES EKSTRAKSI
pemekatan
Umumnya akan bertambah baik jika permukaan serbuk simplisia yang
bersentuhan dengan cairan penyari makin luas, makin halus serbuk simplisia
(khasisatnya)
tidak
berubah.
Istilah extratio hanya dipergunakan untuk penarikan zat-zat dari bahan asal
dengan menggunakan cairan penarik peiarut, Cairan penarik yang digunakan
disebut menstrum. Ampasnya disebut Marc atau Faeces. Cairan yang dipisahkan
disebut macerate Liquid, Colatura, Solution, Perkolat.
Umumnya extraction dikerjakan untuk simplisia yang
mengandung zat
berkhasiat atau zat-zat lain untuk keperluan tertentu. zat-zat berkhasiat tersebut
antara lain alkaloida, glukosida, damar, olea, resina, minyak atsiri, lemak, Di
samping itu terdapat
pectin; selulosa yang pada umurnnya mernpunyai daya larut dalam cairan pelarut
tertentu dimana sifat-sifat kelarutan ini dimanfaatkan dalam extraction.
Tujuan utama extraction adalah untuk mendapatkan zat-zat berkhasiat
pengobatan sebanyak mungkin dari zat-zat yang tidak berrnanfaat, supaya lebih
mudah digunakan daripada simplisia asal. Begitu juga penyimpanan dan tujuan
pengobatannya terrjamin sebab pada umumnya simplisia terdapat dalam
keadaan tercampur yang memerlukan cara-cara penarikan dari cairan-cairan
penarik tertentu yang nantinya akan menghasilkan sediaan galenik sesuai
dengan pengolahannya,
Suhu penarikan juga sangat mempengaruhi hasil penarikan, Suhu penarikan
untuk
Maserasi
: 15C - 25C
Digerasi
: 35C - 45C
lnfundasi
: 90C - 98C
Memasak
: suhu mendidih
Dalam beberapa hal sebelum sediaan yang dimaksud dibuat, simplisia perlu
diolah terlebih dahulu. Misalnya mengawa-lemakkan (menghilangkan lemak)
seperti Stryhni Semen, Secale Cornutum atau menghilangkan zat pahitnya
seperti Lichen islandicus.
Supaya zat-zat yang tidak berguna/merusak tidak ikut tertarik bersamasama dengan zat-zat berkhasiat, perlu cara untuk menghilangkan isi simplisia
yang tidak berguna tersebut:
1. Dengan memakai bahan pelarut yang tepat dimana bahan berkhasiatnya
mudah larut sedangkan yang tidak berguna sedikit atau tidak larut dalam
cairan penyari tersebut,
2. Dengan menarik/merendam pada suhu tertentu dimana bahan berkhasiatnya
terbanyak larutnya.
3. Dengan menggunakan jarak waktu menarik yang tertentu dimana bahan
borkhasiat dari simplisia lebih banyak larutnya, sedangkan bahan yang tidak
bergune sedikit atau tidak larut.
4. Dengan memurnikan / membersihkan memakai cara-cara tertentu baik
secara ilmu alam maupun ilmu kimia.
Jadi kesimpulan dalam extractio ini adalah memilih salah satu cara
penarikan yang tepat dengan cairan yang pantas dan memisahkan ampas
dengan hasil penarikan yang akan menghasilkan sebuah preparat galenika yang
dikehendaki.
Simplisia yang dipergunakan umumnya sudah dikeringkan, kadang-kadang
juga yang segar. Untuk kemudahan simplisia yang kering ini dilembabkan terlebih
dahulu/dimasere dalam batas waktu tertentu, di samping itu simplisia ini
ditentukan derajat halusnya
untuk
memperbesar
atau
memperluas
Etanol
Etanol hanya dapat melarutkan zat-zat tertentu. Umumnya pelarut yang balk
untuk alkaloida, glikosida, damar, minyak atsiri tetapi bukan untuk jenis-jenis
gom, gula dan albumin. Etanol juga menyebabkan enzim-enzim tidak bekerja
termasuk peragian dan menghalangi pertumbuhan jamur dan kebanyakan
bakteri. Sehingga di samping sebagai cairan penyari juga berguna sebagai
pengawet. Campuran air-etanol sebagai cairan penyari juga berguna sebagai
pengawet. Campuran air-etanol / hidroalkoholic menstrum lebih baik daripada
air sendiri.
3.
Gliserin
Terutama dipergunakan sebagai cairan penamhah pada cairan menstrum
untuk penarikan simplisia yang mengandung zat penyamak/tanin. Gliserin
adalah pelarut yang balk untuk tanin dan hasil oksidanya, jenis-jenis gom dan
albumin juga larut dalam gliserin. Karena cairan ini tidak atsiri, tidak sesuai
untuk pembuatan ekstrak-ekstrak kering.
4.
Eter
Sangat mudah menguap sehingga cairan ini kurang tepat untuk pembuatan
sediaan untuk obat dalam atau sediaan yang nantinya disimpan lama.
5.
Solvent Hexane
Cara ini adalah salah satu hasil dari penyulingan minyak tanah kasar. Pelarut
yang baik untuk lemak-lemak dan minyak-minyak. Biasanya dipergunakan
untuk menghiiangkan lemak dari simplisia yang mengandung lemak-lemak
yang tidak diperlukan sebelum simplisia tersebut dibuat sediaan galenika,
misalnya Strychni Semen, Secaie Comutum
6.
Aseton
Tidak dipergunakan untuk sediaan galenika obat dalam, pelarut yang baik
untuk bermacam-macam lemak, minyak atsiri, damar. Baunya kurang enak
dan sukar hilang dari sediaan. Dipakai misalnya pada pembuatan Capsicum
Oleoresin (N.F XI)
7.
Kloroform
Tidak dipergunakan untuk sediaan obat dalam, karena efek farmakologinya
Bahan pelarut yang baik untuk alkaloida basa, damar, minyak lemak dan
minyak atsiri
Digerasi
Adalah cara penarikan simplisia dengan merendam simplisia dengan cairan
penyari pada suhu 35C - 45C. Cara ini sekarang sudah jarang dilakukan
karena di samping membutuhkan alat-alat tertentu juga pada suhu tersebut
beberapa simplisia menjadi rusak.
3.
Perkolasi
Adalah cara penarikan, memakai alat yang disebut perkolator, yang
simplisianya terendam dalam cairan penyari dimana zat-zatnya terlarut dan
larutan tersebut akan menetes secara beraturan keluar sampai memenuhi
syarat-syarat yang telah ditetapkan.
Cara-cara perkolasi :
a. Perkolasi biasa
b. Perkolasi bertingkat, reperkolasi, fractional percolation
c. Perkolasi dengan tekanan, pressure percolation
d. Perkolasi persambungan, continous extraction, memakai alat soxhlet
Hal-hal yang harus mendapat perhatian pada perkolasi adalah :
1. Mempersiapkan simplisianya : derajat halusnya
2. Melembabkan dengan cairan penyari : maserasi I
3. Jenis percolator yang dipergunakan dan mempersiapkannya
4. Cara memasukkannya ke dalam percolator dan lamanya di maserer
5.
a.
b.
c.
C.
1.
Untuk ekstrak kering dan kental perkolat disuling atau diupkan dengan
tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50 C hingga konsistensi
yang dikehendaki
Contoh - contoh Ekstrak :
1.
Ekstrak Belladonae
Cara pembuatan : perkolasi 100 bagian serbuk belladon(85/100)
dengan campuran etanol encer dan larutan dalam air asam asetat
2% v/v volume sama sehingga alkaloida tersari sempurna yang
diperiksa dengan cara sebagai berikut :
Kocok kuat-kuat campuran 3 ml eter, 5 tetes amonia encer dan 2 ml
perkolat. Uapkan 2 ml lapisan eter, larutkan sisa dalam 1 tetes
H2SO4 encer, kemudian tambahkan 5 tetes air dan 1 tetes larutan
kalium tetraiodida hidrargyrat (II) tidak terjadi kekeruhan. Suling
etanol dengan perkolat, biarkan di tempat sejuk selama 24 jam.
Tambahkan talk, saring, cuci sisa dengan 100 bagian air. Uapkan
filtrat menurut cara yang tertera pada extracta hingga diperoleh
ekstrak kental. Ekstrak ini berkadar 1,3% alkaloida.
Penyimpanan : Ekstrak belladon dapat disimpan dalam persediaan
dalam bentuk serbuk kering yang dibuat sebagai berikut :
Gerus 1 bagian ekstrak dengan 2 bagian pati beras atau laktosa,
keringkan pada suhu tidak Iebih dari 30 C, tambahkan sejumlah
pati beras atau laktosa hingga tepat 3 bagian. Sisa dalam wadah
berisi zat pengering.
2.
3.
4.
hasil
perkolasi
II.
Hasil
perkolasi
selanjutnya
5.
6.
7.
8.
herba
pertama.
Tetapkan
kadar
alkaloidanya,
jika
perlu
10.
11.
90 0C selama
13.
14.
15.
TINGTUR (TINCTURA)
Adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi
simplisia nabati atau hewani atau dengan cara melarutkan senyawa kimia
dalam pelarut yang tertera pada masing - masing monografi. Kecuaii
dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan 20% zat berkhasiat dan 10 %
untuk zat berkhasiat keras.
Cara Pembuatan :
a.
Maserasi, kecuali dinyatakan lain, lakukan sebagai berikut :
Masukkan 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok ke
dalarn sebuah bejana, tuangi dengan 75 bagian cairan penyari, tutup,
biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering di aduk,
serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga
diperoieh 100 bagian.
Pindahkan kedalam bejana tertutup, biarkan diternpat sejuk terlindung
dari cahaya, selama 2 hari, enap, tuangkan atau saring.
b.
bagian perkolat.
Peras masa. campurkan cairan perasan ke dalam perkolat, tambahkan
cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Pindahkan ke
dalam bejana, tutup, biarkan seiarria 2 hari sejuk terlindung dari
cahaya. Enap, tuang atau saring.
Jika dalam monografi tertera penetapan kadar. setelah diperolen 80
bagian perkolat, tetapkan kadarnya. Atur kadar hingga memenuhi
syarat, jika perlu encerkan dengan cairan penyari secukupnya.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat. terlindungi dari cahaya di
tempat sejuk. sediaan tingtur harus jernih, untuk bahan dasar yang
mengandung harsa digunakan cairan penyari etanol 9 % dan pada
umumnya
cairan
penyari
adalah
etanol
70%.
Tingtur
yang
2.
penyari)
a.
Tingtur Keras
adalah tingtur yang dibuat menggunakan 10% simplisia
yang berkhasiat keras. Contoh :
1)
Belladonae Tinctura
Fl edisi Ill
2)
Digitalis Tinctura
Fl edisi Ill
3)
Opii Tinctura
Fl edisi Ill
4)
Lobeliae Tinctura
Fl edisi II
5)
Stramonii Tinctura
Fl edisi II
6)
Strychnini Tinctura
Fl edisi II
7)
Ipecacua n hae Tinctura Ext. Fl 1974
b.
Tingtur Lemah
adalah tingtur yang dibuat menggunakan 20% simplisia
yang tidak berkhasiat keras. Contoh :
1)
Cinnamomi Tinctura
Fl edisi Ill
2)
Valerianae Tinctura
Fl edisi Ill
3)
Polygalae Tinctura
Ext. Fl 1974
4)
Myrrhae Tinctura
Fl edisi II
c.
3)
4)
5)
3.
4.
5.
6.
7.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
bagian tingtur.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
D.
1.
Zat pembasah
Tragacanth,
campuran
bahan
tersebut
Zat penabur
Zat penyalut
Pembuatan Sediaan
Cara pembuatan pil
mencampur
pada
prinsipnya
bahanbahan-bahan
obat
dilakukan
padat
dengan
sampai
cara
homogen,
4.
atau Vaselin.
Pada pembuatan massa pil ke dalam campuran obat, Radix dan
Succus harus ditambahkan cairan (zat pembasah) supaya pada
pengepalan diperoleh massa yang homogen yang cukup baik
untuk
5.
dikerjakan
selanjutnya.
Paling
balk
gunakan
Aqua
Lanae
Vaselin
secukupnya.
Selain
itu
4.
akan
rusak
atau
glukosidanya akan terurai bila ada lembab atau air. Untuk pil
5.
6.
c.
Persyaratan Pilulae
1.
Memenuhi syarat waktu hancur yang tertera pada Compressi (FI
2.
3.
edisi III)
Memenuhi syarat keseragaman bobot pil (FI edisi III)
Pada penyimpanan bentuknya harus tetap, tetapi tidak begitu
keras sehingga dapat hancur dalam saluran pencernaan.
Keseragaman Bobot
Timbang 20 pil satu persatu, hitung bohot rata - rata, panyimpangan
terbesar yang diperbolenkan terhadap bobot rata-rara adalah sebagai
berikut :
Penyimpangan terbesar terhadap bobot rataBobot Rata-rata
2 pil
100 mg - 250 mg
10 %
20 %
251 mg - 500 mg
7,5 %
15 %
Penyimpanan :
Sesuai
Infusa (infus)
Adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air
pada suhu 90 C selarna 15 menit.
Cara Pembuatan :
Campur simplisia dengan derajat halus yang cocok dalam panci dengan air
secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai
suhu rnencapai 90 C sambil sekali-sekali di aduk. Serkai selagi panas
melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga
diperoleh volume infus yang dikehendaki
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk membuat sediaan infus :
Jumlah simplisia
Cara menyerkai
kestabilan
dan
untuk
menghilangkan
zat-zat
yang
Jumlah Simplisia
Kecuali dinyatakan lain, infus yang mengandung bukan bahan
berkhasiat keras dibuat dengan menggunakan 10 % simplisia.
Untuk pembuatan 100 bagian infus berikut digunakan sejumlah
simplisia seperti tertera di bawah ini :
Kulit Kina
6 bagian
Daun Digitalis
0,5 bagian
Akar 1peka
0,5 bagian
Sekale Kornutum
3 bagian
Daun Sena
4 bagian
Ternulawak
4 bagian
b.
Serbuk ( 5/8 )
c.
Serbuk ( 8/10 )
Dringo, Kelembak
Serbuk (10/22 )
Serbuk (22/60 )
Serbuk (85/120)
Daun Digitalis
d.
Cara Menyerkai
Pada umumnya infus di serkai selagi panas, kecuali infus simplisia
yang mengandung minyak atsiri, infus Condurango Cortex dan infus
Daun Sena diserkai setelah dingin.
Infus Condurango diserkai dingin, karena zat berkhasiatnya larut dalam
keadaan dingin, dan mengendap dalam keadaan panas.
Infus Daun Sena harus diserkai setelah dingin karena infus daun sena
mengandung zat yang dapat menyebabkan sakit perut yang larut
dalam air panas, tetapi tidak larut dalam air dingin.
Untuk Asam Jawa sebelum dibuat infus di buang bijinya dan diremas
dengan air hingga massa seperti bubur.
Infus Daun Sena, infus Asam jawa dan infus simplisia lain yang
mengandung lendir tidak boleh diperas.
Untuk Buah Adas Manis dan Buah Adas harus dipecah terlebih dahulu.
Bila sediaan tidak disebutkan derajat kehalusannya, hendaknya
diambil derajat kehalusan suatu bahan dasar yang kekentalannya
sama / sediaan galenik dengan bahan yang sama.
e.
R/
3.
keruh,
kocok
kuat-kuat
sebelum digunakan.
: dalam wadah terttutup rapat, terlindung dari
Khasiat
Aqua Foeniculi
adalah larutan jenuh Minyak Adas dalam air. Aqua Foeniculi dibuat
dengan melarutkan 4 g Oleum Foeniculi dalam 60 ml etanol 90%,
tambahkan air sampai 100 ml sambil dikocok kuat-kuat, tambahkan
500 mg talc, kocok, diamkan, saring. Encerkan 1 bagian filtrat dalam
39 bagian air.
Pemerian, penyimpan- sama seperti aqua aromatik.
Syarat untuk resep : seperti aqua aromatik dan sebelum digunakan
harus disaring lebih dahulu.
b.
c.
kocok
dulu
sebelum
digunakan. Aqua
Foeniculi
bila
tengik.
kecuali diavatak 3n lain hams larut dalam segala perbandingan
3.
Oleum Ricini.
Minyak - minyak yang tidak dapat mengering, misalnya : Oleum
Arachidis, Oleum Olivarum, Oleum Amygdalarum, Oleum Sesami.
dengan
telah
pemerasan
biji
dimurnikan,
Arachidis
dengan
Minyak Lini
perlu di murnikan.
= Oleum Ricini
Adalah minyak lernak yang di peroleh dengan
pemerasan dingin biji Ricinus communis L yang te!
Minyak Wijen
ak. 6 kupas.
= Oleum Sesami
Adalah minyak lemak yang diperoleh dengan
dikeringkan.
= Oleum Shoreae
Adalah minyak lemak yang di peroleh
dengan pemerasan panas keping biji Shorea
stenoptera Burck yang segar atau kering
Adalah
minyak
lemak
yang
diperoleh
kurzii King.
= Oleum Maydis
Adalah minyak lemak yang diperoleh dari
Minyak Pala
5.