Bab 6

Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 34

BAB 6

A. OBAT TRADISIONAL DAN FITOFARMAKA


Menurut Permenkes RI No. 246-/-Men-Kes-/ Per / V / 1990
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari
bahan-bahan tersebut, yang secara turun ternurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman.
Sediaan Galenik adalah hasil ekstraksi bahan atau campuran bahan yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan atau hewan
Produksi dan Distribusi
Mendirikan Usaha lndustri Obat Tradisional diperlukan izin dari Menteri
Kesehatan (sekarang Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia disingkat Badan POM), sedangkan untuk mendirikan Usaha Jamu
Racikan dan Usaha Jamu Gendong tidak diperlukan izin.
Persyaratan untuk mendapatkan Izin Usaha Industri Obat Tradsonal dan
Industri Kecil
Obat Tradisional
Jenis Persyaratan
A.

Lokasi

Usaha Industri Obat

Usaha Industri Kecil Obat

Tradisional

Tradisional

Didirikan
bebas

ditempat

yangDidirikan

pencemaran

tidak

ditempat

yang

danbebas pencemaran dan tidak

mencemarimencemari lingkungan

lingkungan
B.

Bentuk Perusahaan Dilakukan oleh Badan PTDilakukan oleh Badan PT


atau Koperasi dan harusatau
memiliki

Nomor

Wajib Pajak
C.

Penanggungjawab

Apoteker

Teknis

Indonesia

Koperasi

dan

harus

Pokokmemiliki Nomor Pokok Wajib


Pajak

warga

NegaraBukan oleh
hanya

apoteker jika

memproduksi

tradisional

rajangan,

obat
pilis,

tapel dan parem


D.

Pedoman Cara

Wajib mengikuti CPOTBWajib mengikuti CPOTB dan

Produksi

dan

pemenuhanpemenuhan dinyatakan oleh

dinyatakan oleh petugaspetugas

yang

yang berwenang melaluimelalui


pemeriksaan setempat dansetempat
pemberian

berwenang
pemeriksaan

dan

pemberian

sertifikatsertifikat CPOTB

CPOTB
Permohonan Persetujuan Prinsip dan Izin Usaha Industri Obat Tradisional
Dan Industri Kecil Obat Tradisional

Industri Obat Tradisional Industri Kecil Obat Tradisional


Persetujuan Prinsip

Diajukan ke badan POM RI Diajukan ke Dinas Kesehatan


Propinsi

tembusan

Badan

POM RI
Izin Usaha

Diajukan ke badan POM RI Diajukan ke Dinas Kesehatan


Propinsi setempat

Obat Tradisional dapat dikelompokkan menjadi tiga maram yaitu Jam, Obat
Herbal Terstandar (OHT), dan Fitofarmaka.
Jamu (Empirical Based hierbai Medicine)
adalah obat yang diolah secara tradisional, baik dalam bentuK serbuk, seduhan,
pil, maupuhn cairan yang berisi seluruh bagian tanaman. Pada umumnya, jamu
dibuat berdasarkan resep peninggalan leluhur yang diracik dari berbagai tanaman
obat yang jumlahnya cukup banyak, sekitar 5-10 macam bahkan lebih. Jamu
yang telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan
mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara
langsung untuk pengobatan suatu penyakit. Boberapa contoh diantaranya yaitu
Jamu Beras Kencur, Jamu Kunyit Asem (PT Sido Muncul), Jamu Habis
Bersalin Nyonya Meneer.
Bahan-bahan yang digunakan untuk jamu harus memenuhi
Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan empiris
Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
Filosofi Iogo
Bentuk lingkaran melambangkan sebuah proses, juga sebuah tanda untuk
rnenyatakan aman

Warna hijau dan kuning merupakan perwujudan kekayaan sumber daya

alam Indonesia (keanekaragaman hayati)


Stilisasi jari-jari daun (tiga pasang) melambangkan serangkaian proses
yang sederhana yang merupakan visualisasi proses pembuatan jamu

Persyaratan :
Jamu dengan syarat sudah dilakukan uji toksisitas dan uji farmakologik
Eksperimental pada hewan coba
Obat Herbal Berstandar / OHT (Scientific Based Herbal Medicine)
adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya
secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di standarisasi.
Filosofi Logo :
Bentuk lingkaran melambangkan sebuah proses, juga sebuah tanda untuk

menyatakan aman
Warna hijau dan kuning merupakan perwujudan kekayaan sumber daya

alam Indonesia (keanekaragarnau hayati)


Stilisasi jari-jari daun (tiga pasang) melambangkan serangkaian proses
pembuatan ekstrak tumbuhan obat (uji laboratorium, uji toksisitas dan uji
praklinis )

Obat Herbal Terstandar dibuat dan ekstrak atau penyarian bahan alami yang
dapat berupa tanaman obat, hewan maupun mineral. Jenis ini pada umumnya
telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian praklinis
seperti standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak
tanaman obat, standar pembuatan obat tradisional yang higienis, serta uji
toksisitas akut dan kronis.

Obat-obatan herbal ini sudah distandarisasi

sesuai dengan peraturan pembuatan obat-obatan. Pembuatannya disesuaikan


dengan pembuatan obat secara modern sehingga lebih higienis. Obat-obatan
herbal ini sudah banyak beredar dan dikenal masyarakat. Beberapa contoh OHT
diantaranya Diapet (PT Soho lndustri Farmasi), Fitolac (PT Kimia Farma),
Kiranti Sehat (PT Ultra Prima Abadi), Lelap(PT Soho),Tolak Angin(PT Sido
Muncul)
Bahan-bahan yang digunakan untuk jamu hams memenuhi kriteria:
Aman sesuai dengan persyaran yang ditetapkan
Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ pra klinik
Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam
produk jadi

Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku

Fitofarrnaka (Clinical Based Herbal Medicine)


Fitofarmaka berasal dari bahasa Yunani : phyto yang berarti tanaman dan
pharmakon yang berarti obat.
adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik, uji teknologi farmasi, dan uji klinik.
Yang dimaksud uji praklinik dan uji klinik bahan baku dan produk jadinya telah
distandarisasi.
Uji praklinik meliputi uji khasiat dan uji toksisitas. Uji teknologi farmasi untuk
menentukan identitas atau bahan berkhasiat secara seksama sampai dapat
dibuat produk jadi yang terstandansasi, Uji klinik dilakukan terhadap manusia.
Bahan baku Fitofarmaka dapat berupa simplisia atau sediaan galenik
Bahan baku Fitofarmaka harus memenuhi persyaratan yang tertera dalam
Farmakope Indonesia, Ekstra farmakope Indonesia dan Materia Medika
Indonesia, ketentuan atau persyaratan lain yang berlaku
Fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alami yang dapat
disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah
distandardisasi serta ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinis pada
manusia. Pmduk-produk fitofarmaka memiliki ciri berupa gambar berbentuk
seperti ranting dalam lingkaran berwarna hijau. Beberapa contoh Fitofarmaka
diantaranya yaitu Stimuno (PT Dexa Medica), Tensigard (PT Phapros),
Rheumaneer(PT Nyonya Meneer),X-Gra (PT Phapros)
Ramuan (komposisi) Fitofarmaka terdiri dari 1(satu) simplisia atau sediaan
galenik
Ramuan dapat terdiri dari beberapa simplisia /sediaan galenik dengan syarat
tidak boleh lebih dari 5(lima) simplisia/ sediaan galenik
simplisia tersebut sekurang-kurangnya telah

diketahui

khasiat

dan

keamanannya berdasarkan pengaliaman


Penggunaan zat kimia berkhasiat (tunggal murni) tidak dipebolehkan/dilarang
dalam Fitofarmaka
Bentuk-bentuk sediaan Fitofarmaka antara lain :
Sediaan oral terdiri dari serbuk, rajangan, kapsul (ekstrak), pil (eksrtak),sirup dan
sediaan terdispersi
Sediaan topikal terdiri dari salep/krim (ekstrak), suppositoria(ekstrak), liniment
(ekstrak) dan bedak
Bahan-bahan yang digunakan untuk jamu harus memenuhi criteria :

Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan


Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan uji klinik
Telan dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam

produk jadi
Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
Filosofi Logo :
Bentuk lingkaran melambangkan sebuah proses, juga sebuah tanda untuk

menyatakan arnan
Warna hijau dan kuning merupakan perwujudan kekayaan sumber daya

alam Indonesia (keanekaragaman hayati)


Stilisasi jari-jari daun (yang kemudian membentuk bintang) melambangkan
serangkaian proses yang cukup kompleks dalam pembuatan fitofarmaka
(uji laboratorium, uji toksisitas, uji praklinis, uji klinis)

Uji Fitofarmaka adalah uji toksisitas, uji farmakologik, experimental dan uji klinis
fitofarmaka Uji Farmakologik experimental adalah pengujian pada hewan coba
untuk memastikan khasiat fitofarmaka
Uji Klinis adalah pengujian pada manusia untuk mengetahui atau memastikan
adanya efek farmakologik, tolerabilitas, keamanan dan manfaat klinis untuk
pencegahan penyakit, pengobatan penyakit atau gejala penyakit
Persyaratan :
Fitofarmaka dengan syarat sudah dilakukan Uji toksisitas, uji farmakologik
eksperimental dan uji klinis
Perbedaan obat tradisional dan fitofarmaka
Obat tradisional
1.

digunakan

dalam

Fitofarmaka
upaya

1.

digunakan

perawatan sendiri

dalam

pelayanan

upaya
kesehatan

formal
2.

khasiat berdasarkan pengalaman

2.

(empiris, turun menurun)

khasiat

berdasarkan

penelitian

ilmiah (uji farmakologi,

uji

toksisitas, uji klinis).


3.

Tujuan

penggunaan:

untuk

promotif (peningkatan kesehatan)


sehat

lelaki,jamu

bersalin,untuk

habis
preventif

(pencegahan penyakit) temulawak


untuk hepatoprotektor, antioksidan

3.

tujuan penggunaan : untuk kuratif


(pengobatan penyakit)
hipertensi, anti diabetes

anti

4.

indikasi dan parameter pengujian

4.

tidak jelas
5.

B.

bahan baku belum terstandarisasi

indikasi dan parameter pengujian


jelas

5.

bahan baku telah terstandarisasi

MEMBUAT SEDIAAN EKSTRAK / GALENIKA

Pendahuluan
Sebelum kimia organik dikenal, simplisia merupakan bahan utama yang
harus tersedia di tempat meramu atau meracik obat dan umumnya diramu atau
diracik sendiri oleh tabib yang memeriksa si penderita, sehingga dengan cara
tersebut Farmakognosi dianggap sebagai bagian dari Materia Medika. Simplisia
di apotek kemudian terdesak oleh perkembangan galenika, sehingga persediaan
simplisia di apotek digantikan dengan sediaan-sediaan galenik yaitu, tingtur,
ekstrak, anggur, infusa, air aromatika, minyak lemak, minyak atsiri dan sirup.
Istilah Galenika diambil dari nama seorang tabib Yunani yaitu Claudius
Galenos (Galen) yang membuat sediaan obat-obatan yang berasal dari
tumbuhan dan hewan, sehingga timbullah ilmu obat-obatan yang disebut Ilmu
Galenika.
Jadi Ilmu Galenika adalah ilmu yang mempelajari tentang pembuatan
sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana dan dibuat dari alam (tumbuhan
dan hewan).
Pembuatan sediaan galenik secara umum dan singkat sebagai berikut :

Bagian tumbuhan yang mengandung obat diolah menjadi simplisia atau

bahan obat nabati


Dari simplisia tersebut obat-obat / bahan obat yang terdapat di dalamnya
diambil dan diolah dalam bentuk sediaan / preparat

Tujuan dibuatnya sediaan galenika :


1.
Untuk memisahkan obat-obat yang terkandung dalam simplisia dari bagian
2.
3.

lain yang di anggap tidak bermanfaat


Membuat suatu sediaan yang sederhana dan mudah dipakai
Agar obat yang terkandung dalam sediaan tersebut stabil dalam
penyimpanan yang lama

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan galenika :

Derajat Kehalusan
Derajat kehalusan ini harus disesuaikan dengan mudah atau tidaknya obat

1.

yang terkandung tersebut disari. Semakin sukar disari, simplisia harus


2.

dibuat semakin halus dan sebaliknya.


Konsentrasi / Kepekatan
Beberapa obat yang terkandung atau aktif dalam sediaan tersebut harus

3.

jelas konsentrasinya agar kita tidak mengalami kesulitan dalam pembuatan.


Suhu dan Lamanya waktu
Harus disesuaikan dengan sifat obat, mudah menguap atau tidak, mudah

4.

tersari atau tidak.


Bahan penyari dan Cara menyari
Cara ini harus disesuaikan dengan sifat kelarutan obat dan days serap
bahan penyari ke dalam simplisia

Bentuk-bentuk sediaan galenika :


1. Hasil Penarikan / Extraction : Extracta, Tinctura, Decocta, Infusa
2. Hasil Penyulingan / pemerasan : Aqua Aromatika, Olea Volatilia, Olea
3.

Pinguia
Syrup

EKSTRAKSI

Ekstraksi atau penyarian adalah suatu kegiatan penarikan zat-zat yang dapat

larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hamper semua pelarut divapkan dan massa
atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku
yang ditetapkan

PROSES EKSTRAKSI

Dapat dipisahkan menjadi pembuatan serbuk, pembasahan, penyarian dan

pemekatan
Umumnya akan bertambah baik jika permukaan serbuk simplisia yang
bersentuhan dengan cairan penyari makin luas, makin halus serbuk simplisia

seharusnya makin baik ekstraksinya


Tetapi tidak selalu demikian, karena ekstraksi masih tergantung juga pada
sifat fisik dan kimia simplisia yang bersangkutan, simplisia yang terlalu halus

menyebabkan proses ekstraksi dengan cara perkolasi menjadi sulit


Perkolasi akan berjalan baik bila ada ruang antar sel yang merupakan jalan

turunnya cairan penyari berkurang, sehingga cairan tidak dapat turun


Serbuk yang terlalu halus juga akan mempersulit penyaringan karena butiran-

butirannya akan membentuk suspense yang sulit dipisahkan


Penarikan / Extractio / Extraction
Extractio adalah cara menarik satu atau lebih zat- dari bahan asal yang
umumnya zat berkhasiat tersebut tertarik dalam keadaan

(khasisatnya)

tidak

berubah.
Istilah extratio hanya dipergunakan untuk penarikan zat-zat dari bahan asal
dengan menggunakan cairan penarik peiarut, Cairan penarik yang digunakan
disebut menstrum. Ampasnya disebut Marc atau Faeces. Cairan yang dipisahkan
disebut macerate Liquid, Colatura, Solution, Perkolat.
Umumnya extraction dikerjakan untuk simplisia yang

mengandung zat

berkhasiat atau zat-zat lain untuk keperluan tertentu. zat-zat berkhasiat tersebut
antara lain alkaloida, glukosida, damar, olea, resina, minyak atsiri, lemak, Di
samping itu terdapat

jents-jenis gula, zat pati, zat Iendir, albumin, protein,

pectin; selulosa yang pada umurnnya mernpunyai daya larut dalam cairan pelarut
tertentu dimana sifat-sifat kelarutan ini dimanfaatkan dalam extraction.
Tujuan utama extraction adalah untuk mendapatkan zat-zat berkhasiat
pengobatan sebanyak mungkin dari zat-zat yang tidak berrnanfaat, supaya lebih
mudah digunakan daripada simplisia asal. Begitu juga penyimpanan dan tujuan
pengobatannya terrjamin sebab pada umumnya simplisia terdapat dalam
keadaan tercampur yang memerlukan cara-cara penarikan dari cairan-cairan
penarik tertentu yang nantinya akan menghasilkan sediaan galenik sesuai
dengan pengolahannya,
Suhu penarikan juga sangat mempengaruhi hasil penarikan, Suhu penarikan
untuk
Maserasi
: 15C - 25C
Digerasi
: 35C - 45C
lnfundasi
: 90C - 98C
Memasak
: suhu mendidih
Dalam beberapa hal sebelum sediaan yang dimaksud dibuat, simplisia perlu
diolah terlebih dahulu. Misalnya mengawa-lemakkan (menghilangkan lemak)
seperti Stryhni Semen, Secale Cornutum atau menghilangkan zat pahitnya
seperti Lichen islandicus.
Supaya zat-zat yang tidak berguna/merusak tidak ikut tertarik bersamasama dengan zat-zat berkhasiat, perlu cara untuk menghilangkan isi simplisia
yang tidak berguna tersebut:
1. Dengan memakai bahan pelarut yang tepat dimana bahan berkhasiatnya

mudah larut sedangkan yang tidak berguna sedikit atau tidak larut dalam
cairan penyari tersebut,
2. Dengan menarik/merendam pada suhu tertentu dimana bahan berkhasiatnya
terbanyak larutnya.
3. Dengan menggunakan jarak waktu menarik yang tertentu dimana bahan
borkhasiat dari simplisia lebih banyak larutnya, sedangkan bahan yang tidak
bergune sedikit atau tidak larut.
4. Dengan memurnikan / membersihkan memakai cara-cara tertentu baik
secara ilmu alam maupun ilmu kimia.
Jadi kesimpulan dalam extractio ini adalah memilih salah satu cara
penarikan yang tepat dengan cairan yang pantas dan memisahkan ampas
dengan hasil penarikan yang akan menghasilkan sebuah preparat galenika yang
dikehendaki.
Simplisia yang dipergunakan umumnya sudah dikeringkan, kadang-kadang
juga yang segar. Untuk kemudahan simplisia yang kering ini dilembabkan terlebih
dahulu/dimasere dalam batas waktu tertentu, di samping itu simplisia ini
ditentukan derajat halusnya

untuk

memperbesar

atau

memperluas

permukaannya sehingga menyebabkan proses difusi dari zat-zat berkhasiat lebih


cepat daripada melalui dinding-dinding sel yang utuh (proses osmose)
Cairan-cairan Penarik
Menentukan cairan penarik apa yang akan digunakan harus diperhitungkan
betul-betul dengan memperhatikan beberapa faktor, antara lain :
1. Kelarutan zat-zat dalam menstrum
2. Tidak menyebabkan nantinya zat-zat berkhasiat tersebut rusak atau akibatakibat yang tidak dikehendaki (perubahan warna, pengendapan, hidrolisa)
3. Harga yang murah
4. Jenis preparat yang akan dibuat
Macam-macam cairan penyari :
1. Air
Termasuk yang mudah dan murah dengan pemakaian yang luas, pada suhu
kamar adalah pelarut yang lebih baik untuk bermacam-macam zat misalnya
garam-garam alkaloida, glikosida, asam tumbuh-tumbuhan, zat warna dan
garam-garam mineral. Umumnya kenaikan suhu dapat menaikkan kelarutan
dengan pengecualian misalnya pada condurangin, Ca hidrat, garam glauber,
dll. Keburukan dari air adalah banyak jenis zat-zat yang tertarik dimana zatzat tersebut merupakan makanan yang baik untuk jamur atau bakteri dan
dapat menyebabkan mengembangnya simplisia sedemikian rupa sehingga

akan menyulitkan penarikan pada perkolasi.


2.

Etanol
Etanol hanya dapat melarutkan zat-zat tertentu. Umumnya pelarut yang balk
untuk alkaloida, glikosida, damar, minyak atsiri tetapi bukan untuk jenis-jenis
gom, gula dan albumin. Etanol juga menyebabkan enzim-enzim tidak bekerja
termasuk peragian dan menghalangi pertumbuhan jamur dan kebanyakan
bakteri. Sehingga di samping sebagai cairan penyari juga berguna sebagai
pengawet. Campuran air-etanol sebagai cairan penyari juga berguna sebagai
pengawet. Campuran air-etanol / hidroalkoholic menstrum lebih baik daripada
air sendiri.

3.

Gliserin
Terutama dipergunakan sebagai cairan penamhah pada cairan menstrum
untuk penarikan simplisia yang mengandung zat penyamak/tanin. Gliserin
adalah pelarut yang balk untuk tanin dan hasil oksidanya, jenis-jenis gom dan
albumin juga larut dalam gliserin. Karena cairan ini tidak atsiri, tidak sesuai
untuk pembuatan ekstrak-ekstrak kering.

4.

Eter
Sangat mudah menguap sehingga cairan ini kurang tepat untuk pembuatan
sediaan untuk obat dalam atau sediaan yang nantinya disimpan lama.

5.

Solvent Hexane
Cara ini adalah salah satu hasil dari penyulingan minyak tanah kasar. Pelarut
yang baik untuk lemak-lemak dan minyak-minyak. Biasanya dipergunakan
untuk menghiiangkan lemak dari simplisia yang mengandung lemak-lemak
yang tidak diperlukan sebelum simplisia tersebut dibuat sediaan galenika,
misalnya Strychni Semen, Secaie Comutum

6.

Aseton
Tidak dipergunakan untuk sediaan galenika obat dalam, pelarut yang baik
untuk bermacam-macam lemak, minyak atsiri, damar. Baunya kurang enak
dan sukar hilang dari sediaan. Dipakai misalnya pada pembuatan Capsicum
Oleoresin (N.F XI)

7.

Kloroform
Tidak dipergunakan untuk sediaan obat dalam, karena efek farmakologinya
Bahan pelarut yang baik untuk alkaloida basa, damar, minyak lemak dan
minyak atsiri

Cara - cara Penarikan


1. Maserasi
Adalah cara penarikan sari dari simplisia dengan cara merendam simplisia
tersebut dalam cairan penyari pada suhu biasa yaitu pada suhunya 15C 25C. Maserasi juga merupakan proses pendahuluan untuk pembuatan
secara perkolasi.
2.

Digerasi
Adalah cara penarikan simplisia dengan merendam simplisia dengan cairan
penyari pada suhu 35C - 45C. Cara ini sekarang sudah jarang dilakukan
karena di samping membutuhkan alat-alat tertentu juga pada suhu tersebut
beberapa simplisia menjadi rusak.

3.

Perkolasi
Adalah cara penarikan, memakai alat yang disebut perkolator, yang
simplisianya terendam dalam cairan penyari dimana zat-zatnya terlarut dan
larutan tersebut akan menetes secara beraturan keluar sampai memenuhi
syarat-syarat yang telah ditetapkan.
Cara-cara perkolasi :
a. Perkolasi biasa
b. Perkolasi bertingkat, reperkolasi, fractional percolation
c. Perkolasi dengan tekanan, pressure percolation
d. Perkolasi persambungan, continous extraction, memakai alat soxhlet
Hal-hal yang harus mendapat perhatian pada perkolasi adalah :
1. Mempersiapkan simplisianya : derajat halusnya
2. Melembabkan dengan cairan penyari : maserasi I
3. Jenis percolator yang dipergunakan dan mempersiapkannya
4. Cara memasukkannya ke dalam percolator dan lamanya di maserer
5.
a.

dalam percolator : maserasi II


Pengaturan penetapan cairan keluar dalam jangka waktu yang ditetapkan
Perkolasi Biasa
Simplisia yang telah ditentukan derajat halusnya direndam dengan cairan
penyari, masukkan kedalam perkolator dan diperkolasi sampai didapat
perkolat tertentu. Untuk pembuatan tingtur disari sampai diperoleh bagian
tertentu, untuk ekstrak cair disari sampai tersari sempurna. Perkolasi
umumnya digunakan untuk pengambilan sari zat-zat yang berkhasiat
keras.

b.

Perkolasi Bertingkat / Reperkolasi


Reperkolasi adalah suatu cara perkolasi biasa, tetapi dipakai beberapa
perkolator. Dengan sendirinya simplisia di bagi-bagi dalam beberapa
porsi dan ditarik tersendiri dalam tiap perkolator. Biasanya simplisia dibagi
dalam tiga bagian dalam tiga perkolator, perkolat-perkolat dari tiap
perkolator diambil dalam jumlah yang sudah ditetapkan dan nantinya
dipergunakan sebagai cairan penyari untuk perkolasi berikutnya pada
perkolator yang kedua dan ketiga.
Cara kerjanya :
Simplisia pertama dilembabkan, dan dimasukkan kedalam perkolator
pertama, kemudian ditarik seperti cara memperkoler biasa, tetapi
perkolatnya ditentukan dalam beberapa bagian dan jumlah volume
tertentu, misalnya : 200 cc, 300 cc, 300 cc, 300 cc, 300 cc, 300 cc.
Bagian yang pertama perkolat A (200 cc) adalah sebagian sediaan yang
diminta dan perkolat selanjutnya disebut susulan pertama.
Simplisia kedua dilembabkan dengan perkolat A (susulan pertama),
dan dimasukkan kedalam perkolator kedua, kemudian ditarik. Akan
diperoleh perkolatperkolat dalam jumlah dan volume tertentu, misalnya
300 cc, 200 cc, 200 cc, 200 cc, 200 cc, 200 cc, bagian pertama perkolat
(300 cc) adalah sebagian dari sediaanyang diminta dan perkolat
selanjutnya disebut susulan kedua.
Simplisia pada perkolator ketiga diolah seperti pada perkolator kedua,
dengan menggunakan perkolat B (susulan kedua) sebanyak 200 cc dan
seterusnya sampai terdapat nantinya sebanyak 500 cc,.
Terlihat di sini bahwa perkolat A bagian pertama, Iebih kecil volumenya
dari perkolat B bagian pertama, tetapi sebaliknya perkolat A bagianbagian berikutnya Iebih besar volumenya dari perkolat-perkolat B.
Hasilnya ialah :
perkolat A pertama
200 cc
perkolat B pertama
300 cc
jumlah 1000 cc
perkolat C
500 cc
Keuntungan utama pada reperkolasi ialah preparat yang terdapat
dalam bentuk pekat dan berarti penghematan menstrum. Tetapi
reperkolasi ini tidak dapat dipergunakan untuk ekstraksi sampai habis.
Secara resmi reperkolasi dipergunakan hanya untuk pembuatan ekstrakekstrak cair yang simplisianya mengandung zat berkhasiat yang tidak
tahan atau rusak oleh pemanasan.

c.

Perkolasi Dengan Tekanan


Digunakan jika simplisia mempunyai derajat halus yang sangat kecil
sehingga cara perkolasi biasa tidak dapat dilakukan. Untuk itu perlu
ditambah alat penghisap supaya perkolat dapat turun ke bawah.Alat

tersebut dinamakan diacolator.


Gambar Alat Perkolator

C.
1.

MEMBUAT SEDIAAN EKSTRAK DAN TINCTURA


Ekstrak (Extracta)
Adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari simplisia
nabati atau hewani menurut cara yang cocok diluar pengaruh cahaya
matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk.
Cairan penyari yang dipakai adalah air, eter dan campuran etanol dan
air
Cara Pembuatan :
Penyarian
Penyarian simplisia dengan air dilakukan dengan cara maserasi,
perkolasi atau penyeduhan dengan air mendidih
Penyarian dengan campuran etanol dan air dilakukan dengan cara
maserasi atau perkolasi.
Penyarian dengan eter dilakukan dengan cara perkolasi.
a. Maserasi
Lakukan maserasi menurut cara yang tertera pada tingtur, suling atau
uapkan maserat pada tekanan rendah pada suhu tidak leih dari 50 C
b.

hingga konsistensi yang dikehendaki.


Perkolasi
Lakukan perkolasi menurut cara yang tertera pada tinctura. Setelah
perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam biarkan cairan menetes,
tuangi massa dengan cairan penyari hingga jika 500 mg perkolat yang
keluar terakhir divapkan tidak meninggalkan sisa. Perkolat disuling atau
divapkan dengan tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50C
hingga konsistensi yang dikehendaki
Pada pembuatan ekstrak cair 0,8 bagian perkolat pertama dipisahkan,
perkolat selanjutnya divapkan hingga 0,2 bagian campur dengan
perkolat pertama.
Pembuatan ekstrak cair dengan penyari etanol dapat juga dilakukan
dengan cara reperkolasi tanpa menggunakan panas.
Ekstrak yang diperoleh dengan penyari air hangatkan segera pada suhu
kurang lebih 90 C, enapkan, serkai. Uapkan serkaian pada takanan
rendah pada suhu tidak lebih dari 50 C hingga bobotnya sama dengan
bobot simplisia yang digunakan. Enapkan di tempat sejuk selama 24
jam, serkai, uapkan pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50
C hingga konsentrasi yang dikehendaki
Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya

Untuk ekstrak kering dan kental perkolat disuling atau diupkan dengan
tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50 C hingga konsistensi
yang dikehendaki
Contoh - contoh Ekstrak :
1.
Ekstrak Belladonae
Cara pembuatan : perkolasi 100 bagian serbuk belladon(85/100)
dengan campuran etanol encer dan larutan dalam air asam asetat
2% v/v volume sama sehingga alkaloida tersari sempurna yang
diperiksa dengan cara sebagai berikut :
Kocok kuat-kuat campuran 3 ml eter, 5 tetes amonia encer dan 2 ml
perkolat. Uapkan 2 ml lapisan eter, larutkan sisa dalam 1 tetes
H2SO4 encer, kemudian tambahkan 5 tetes air dan 1 tetes larutan
kalium tetraiodida hidrargyrat (II) tidak terjadi kekeruhan. Suling
etanol dengan perkolat, biarkan di tempat sejuk selama 24 jam.
Tambahkan talk, saring, cuci sisa dengan 100 bagian air. Uapkan
filtrat menurut cara yang tertera pada extracta hingga diperoleh
ekstrak kental. Ekstrak ini berkadar 1,3% alkaloida.
Penyimpanan : Ekstrak belladon dapat disimpan dalam persediaan
dalam bentuk serbuk kering yang dibuat sebagai berikut :
Gerus 1 bagian ekstrak dengan 2 bagian pati beras atau laktosa,
keringkan pada suhu tidak Iebih dari 30 C, tambahkan sejumlah
pati beras atau laktosa hingga tepat 3 bagian. Sisa dalam wadah
berisi zat pengering.
2.

Ekstrak Hiosiami (Hyosyami Extractum)


Cara pembuatan : sama dengan cara pembuatan Belladonae
Extractum yang dibuat dari serbuk hiosiamin. Ekstrak hiosiami
kental disimpan dalam persediaan dalam bentuk serbuk yang dibuat
sebagai berikut :
Gerus 1 bagian ekstrak dengan 2 bagian pati atau laktosa keringkan
pada suhu tidak Iebih dari 80 C, tambahkan sejumlah pati atau
laktosa kering hingga tapat 3 bagian. Simpan dalam wadah berisi
zat pengering.

3.

Ekstrak Akar Manis (Glycyrrhizae Succus Extractum)


Cara pembuatan : penyarian dilakukan dengan air mendidih
kemudian diuapkan hingga kering.

4.

Ekstrak Timi (Thymi Extractum) Cara pembuatan :


Campurkan 500 bagian serbuk (85/100) herba timi dengan
campuran 125 bagian air, 50 bagian gliserol dan 75 bagian
etanol (90%). Biarkan campuran selama 24 jam dalam sebuah
bejana tertutup, pindahkan ke dalam perkolator, perkolasi
dengan campuran yang terdiri dari 1 bagian etanol (90%) dan 3
bagian air q.s. hingga diperoleh 175 bagian cairan, simpan

cairan ini sebagai perkolat I


Lanjutkan perkolasi dengan campuran etanol air seperti di
atas, sehingga diperoleh 1500 bagian yang dinyatakan sebagai
susulan I. Larutkan 30 bagian gliserol dalam 130 bagian
susulan I yang mula-mula keluar, campurkan larutan ini dengan
325 bagian serbuk(85/100) herba timi. Biarkan campuran
selama 24 jam dalam sebuah bejana tertutup, pindahkan ke
dalam sebuah perkolator, perkolasi dengan sisa susulan I.
Pisahkan 325 bagian cairan mula-mula keluar yang dinyatakan
sebagai

hasil

perkolasi

II.

Hasil

perkolasi

selanjutnya

dinyatakan sebagai susulan II.


Larutkan 20 bagian gliserol dalam 70 bagian susuian H yang
mula-mula keluar, campurkan larutan ini dengan 175 bagian
serbuk (85/100) herba timi. Biarkan campuran selam 24 jam
dalam sebuah bejana tertutup, pindahkan ke daiarn perkolator,
perkolasi dengan sisa susulan II q.s. hingga diperoleh
campuran 500 bagian campuran yang dinyatakan sebagai hasil
perkolasi III. Campur hasil perkolasi
I, II dan III.

5.

Ekstrak Strichi (Strychni Extractum)


Cara pembuatan : perkolasi serbuk biji strichni(24/34) yang telah
dihilangkan lemaknya dengan eter minyak tanah, dengan penyari
etanol 70% v/v sampai sisa penguapan dari 2 tetes perkolat terakhir
dengan penambahan 2 tetes asam nitrat tidak berwarna merah.
Uapkan perkolat menurut cara yang tertera pada ekstrakta hingga
diperoleh ekstrak kering. Tetapkan kadar strichnina dan jika perlu
tambahkan laktosa hingga memenuhi persyaratan kadar.

6.

Ekstrak Pulepandak (Rouwolfiae Extractum)


Cara pembuatan : perkolasi 1800 bagian serbuk (8/24) akar pule
pandak dengan etanol 90% v/v hingga alkaloids tersari sempurna,
suling etanol pada tekanan rendah pada suhu tidak Iebih dari 70C
hingga diperoleh ekstrak lembek. Tambahkan 50 bagian pati kering,
Ianjutkan penguapan hingga diperoleh ekstrak kering. Tetapkan
kadar elkaloidanya hingga memenuhi syarat kadar. Ayak melalui
pengayak no 12.

7.

Ekstrak Kelembak (Rhei Extractum)


Cara pembuatan : perkolasi serbuk (8/24) kelembak dengan
campuran yang terdiri dari etanol 90% dan air volume sama, hingga
perkolat terakhir hampir tidak berwarna, uapkan perkolat hingga
diperoleh ekstrak kering.

8.

Ekstrak Stramonium (Stramonium Extractum)


Cara pembuatan : perkolasi 1000 g serbuk
(8/24)

herba

stramonium dengan etanol 45%. Pisahkan 850 ml perkolat pertama,


teruskan perkolasi hingga penyarian sempurna. Suling etanol dari
perkolat sisa hingga menjadi ekstrak kental, larutkan ekstrak dalam
perkolat

pertama.

Tetapkan

kadar

alkaloidanya,

jika

perlu

tambahkan etanol 45% q.s. hingga memenuhi persyaratan kadar.


Biarkan selama tidak kurang dari 24 jam, jika perlu saring.
9.

Ekstrak Frangulae (Frangulae Extractum)


Cara pembuatan : pada 100 bagian serbuk(33/36) kulit frangula,
tuangkan air mendidih, biarkan selama 12 jam, peras. Pada sisa
tambahkan 300 bagian air mendidih, biarkan selama 6 jam, peras
lagi. Kumpulkan sari, biarkan mengendap, serkai, uapkan serkaian
hingga diperoleh ekstrak kering.

10.

Ekstrak Jadam (Aloe Extractum)


Cara pembuatan : tuangi 100 bagian jadam dengan 500 bagian air
mendidih, tuangkan campuran sambil diaduk ke dalam 500 bagian
air, biarkan di tempat sejuk selam 24 jam, serkai, uapkan serkaian
hingga kering.

11.

Ekstrak Kecambah (Malti Extractum)


Cara pembuatan : panaskan campuran kecambah yang telah

dimemarkan dengan air panas 3 kali bobot kecambah selama 3 jam.


Biarkan mengenap, pisahkan cairan, sari sisa dengan air panas.
Campuran sari dipanaskan pada suhu kurang lebih

90 0C selama

1 jam, kemudian aupkan hingga diperoleh massy kental.


12.

Ekstrak Hati (Hepatis Extractum)


Cara pembuatan : giling hati sapi segar dengan penggiling daging
yang berlubang 3 mm, maserasi 1000 bagian dengan campuran
1500 bagian volume air dan 2 bagian volume HCI 4 N selama 12
jam, sambil berulang-ulang diaduk. Hangatkan hingga suhu 80 C
serkai dan peras. Uapkan serkaian di atas penangas air hingga 100
bagian, dinginkan, campur dengan 150 bagian volume etanol, kocok
selama 10 menit, saring. Suling etanol, uapkan sisa hingga 30
bagian volume, kocok dengan 300 bagian volume etanol selama 10
menit, biarkan selama 12 jam. Tuangkan etanol, larutkan sisa dalam
air secukupnya hingga 135 bagian volume, tambahkan 15 bagian
volume tingtur kayu manis.

13.

Ekstrak Kina (Cinchonae Extractum)


Cara pembuatan : maserasi 100 bagian serbuk(34/40) kulit kina
dengan 50 bagian campuran 35 bagian HCI encer p, 20 bagian
gliserol p, 45 bagian air selama 24 jam, pindahkan ke dalam
perkolator. Perkolasi mula-mula dengan 50 bagian sisa campuran di
atas yang diencerkan dengan 450 bagian air, kemudian dengan air
secukupnya hingga 2 tetes perkolat terakhir jika di tambah 8 tetes
larutan Na2CO3 p tidak keruh. Uapkan segera perkolat hingga
diperoleh 90 bagian, dinginkan, tambahkan 100 bagian etanol.
Ekstrak ini berkadar 6 8 % alkaloida.

14.

Ekstrak Kola (Colae


Cara pembuatan : PerkoIasi, serbuk (34/40) biji kola dengan
campuran 60 bagian etanol 90% dan 40 bagian volume air hingga
perkolar hampir tidak berasa dan tidak berwarna, kennudian buatlah
ekstrak cair.

15.

Ekstrak Opium (Opii Extractum)


Cara pembuatan : maserasi 100 bagian opium yang telan dipotong

tipis dengan 500 bagian air selarna 24 jam sambil berulang-ulang di


aduk, peras, maserasi sisa dengan 250 bagian air selama 12 jam
sambil berulang-ulang diaduk, pera, campur dengan meserat I.
Uapkan hingga sisa 200 bagian, biarkan selama 24 jam, saring,
uapkan hingga diperoleh ekstrak kering. Tetapkan kadar morfinanya,
atur kadar dengan laktosa atau ekstrak opium kering lain hingga
memenuhi persyaratan kadar. Ekstrak ini mempunyai kadar morphin
20 %.
2.

TINGTUR (TINCTURA)
Adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi
simplisia nabati atau hewani atau dengan cara melarutkan senyawa kimia
dalam pelarut yang tertera pada masing - masing monografi. Kecuaii
dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan 20% zat berkhasiat dan 10 %
untuk zat berkhasiat keras.
Cara Pembuatan :
a.
Maserasi, kecuali dinyatakan lain, lakukan sebagai berikut :
Masukkan 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok ke
dalarn sebuah bejana, tuangi dengan 75 bagian cairan penyari, tutup,
biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering di aduk,
serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga
diperoieh 100 bagian.
Pindahkan kedalam bejana tertutup, biarkan diternpat sejuk terlindung
dari cahaya, selama 2 hari, enap, tuangkan atau saring.
b.

Perkoiasi, kecuali dinyatakan lain lakukan sebagai berikai, :


Basahi 10 bagian simplisia atau campuran sinnplisia dengan derajat
halus yang cocok dengan 2.5 - 5 bagian cairan penyari, masukkan ke
dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam. Pindahkan masa
sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali di tekan hatihati, tuangi dengan cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai
menetes dan diatas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari,
tutup perkolator, biarkan selama 24 jam.
Biarkan cairan menetes dengan kecepatan kecepatan 1 ml per menit,
tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukapnya sehingga selalu
terdapat selapis cairan penyari di atas simplisia hingga diperoleh 80

bagian perkolat.
Peras masa. campurkan cairan perasan ke dalam perkolat, tambahkan
cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Pindahkan ke
dalam bejana, tutup, biarkan seiarria 2 hari sejuk terlindung dari
cahaya. Enap, tuang atau saring.
Jika dalam monografi tertera penetapan kadar. setelah diperolen 80
bagian perkolat, tetapkan kadarnya. Atur kadar hingga memenuhi
syarat, jika perlu encerkan dengan cairan penyari secukupnya.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat. terlindungi dari cahaya di
tempat sejuk. sediaan tingtur harus jernih, untuk bahan dasar yang
mengandung harsa digunakan cairan penyari etanol 9 % dan pada
umumnya

cairan

penyari

adalah

etanol

70%.

Tingtur

yang

mengandung harsa / damar adalah Mira Tinctura, Asaefoetida Tinctura,


Capsici tinctura, Tingtur menyan.
Pembagian Tinctur .
1.
Menurut Cara Pembuatan
a.
Tingtur Asli
Adalah tingtur yang dibuat secara maserasi atau perkolasi.
Contoh Tingtur yang dibuat secara maserasi :
1)
Opii Tinctura
Fl edisi Ill
2)
Valerianae Tinctura
Fl edisi III
3)
Capsici Tinctura
Fl edisi II
4)
Myrrhae Tinctura
Fl edisi II
5)
Opii Aromatica Tinctura Fl edisi Ill
6)
Polygalae Tinctura
Ext. Fl 1974
Contoh Tingtur yang dibuat secara perkolasi
1)
Belladonae Tinctura
Fl edisi Ill
2)
Cinnamomi Tinctura
Fl edisi Ill
3)
Digitalis Tinctura
Fl edisi Ill
4)
Lobeliae Tinctura
Fl edisi II
5)
Strychnini Tinctura
Fl edisi II
6)
Ipecacuanhae Tinctura Ext. Fl 1974
b.

Tingtur Tidak Asli (Palsu)


Adalah tingtur yang dibuat dengan cara melarutkan bahan
dasar atau bahan kimia dalam cairan pelarut tertentu.
Contoh :
1)
Iodii Tinctura
Fl edisi III
2)
Secalis Cornuti Tinctura
Fl edisi Ill

2.

Menurut Kekerasan (perbandingan bahan dasar dengan cairan

penyari)
a.
Tingtur Keras
adalah tingtur yang dibuat menggunakan 10% simplisia
yang berkhasiat keras. Contoh :
1)
Belladonae Tinctura
Fl edisi Ill
2)
Digitalis Tinctura
Fl edisi Ill
3)
Opii Tinctura
Fl edisi Ill
4)
Lobeliae Tinctura
Fl edisi II
5)
Stramonii Tinctura
Fl edisi II
6)
Strychnini Tinctura
Fl edisi II
7)
Ipecacua n hae Tinctura Ext. Fl 1974
b.

Tingtur Lemah
adalah tingtur yang dibuat menggunakan 20% simplisia
yang tidak berkhasiat keras. Contoh :
1)
Cinnamomi Tinctura
Fl edisi Ill
2)
Valerianae Tinctura
Fl edisi Ill
3)
Polygalae Tinctura
Ext. Fl 1974
4)
Myrrhae Tinctura
Fl edisi II

c.

Berdasarkan Cairan Penariknya


1)
Tingtura Aetherea, jika cairan penariknya adalah aether
atau campuran aether dengan aethanol. Contoh :
2)

Tingtura Valerianae Aetherea.


Tingtura Vinosa, jika cairan yang dipakai adalah
campuran anggur dengan aethanol. Contoh : Tinctura

3)

Rhei Vinosa (Vinum Rhei).


Tinctura Acida, jika ke dalam aethanol yang dipakai
sebagai cairan penarik ditambahkan suatu asam sulfat.

4)

Contoh : pada pembuatan Tinctura Acida Aromatica.


Tinctura Aquosa, jika sebagai cairan penarik dipakai

5)

air, contoh Rhei Aquosa.


Tinctura Composita, adalah tingtur yang didapatkan
dari jika penarikan dilakukan dengan cairan penarik
selain aethanol hal ini harus dinyatakan pada nama
tingtur tersebut, misalnya campuran simplisia, contoh :
Chinae Composita.

Contoh Sediaan Tinctura


1.
Tingtur Kina (Chinae Tinctura)
Cara pembuatan : perkolasi 20 bagian kulit kina yang
diserbuk agak kasar (22/60) dengan etanol 70 % hingga

diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar alkaloida, jika


perlu encerkan dengan etanol 70% hingga memenuhi
syarat.
2.

Tingtur Ipeka (lpecacuanhae Tinctura)


Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk(8/24) akar
ipeka dengan etanol encer, hingga diperoleh 100 bagian
tingtur.

3.

Tingtur Gambir (Catechu Tinctura)


Cara pembuatan : maserasi 200 g gambir yang telah
diremukkan dengan 50 g kulit kayu manis yang telah
dimemarkan dengan 1000 ml etanol 45%, biarkan selama 7
hari, serkai, jernihkan dengan penyaringan.

4.

Tingtur Poligala (Polygalae Tinctura)


Cara pembuatan : maserasi 20 bagian irisan halus herba
poligala dengan etanol 60 % secukupnya hingga diperoleh
100 bagian tingtur.

5.

Tingtur Ratania (Ratanhiae Tinctura)


Cara pembuatan : maserasi 20 bagian serbuk (6/8) akar
ratania dengan etanol 60% secukupnya hingga diperoleh
100 bagian tingtur.

6.

Tingtur Stramonii (Stramonii Tinctura)


Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk (8/24) herba
stramonium dengan etanol 70% hingga diperoleh 100
bagian tingtur. Tetapkan kadar alkaloida, jika perlu encerkan
dengan etanol 70%, hingga memenuhi persyaratan kadar,
biarkan selama tidak kurang dari 24 jam, saring.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk tidak boleh disimpan lebih dari 1
tahun sejak tanggal pembuatan. Pada etiket harus tertera
tanggal pembuatan.

7.

Tingtur Strichni (Strychni Tinctura)


Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk (24/36) biji
strichni yang telah dihilangkan lemaknya dengan eter
minyak tanah, yang menggunakan pelarut penyari etanol 70

% hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar


strichnina, jika perlu dengan etanol 70% secukupnya hingga
memenuhi persyaratan kadar.
8.

Tingtur Kemenyan ( Benzoes Tinctura)


Cara pembuatan : Larutkan 20 bagian serbuk (6/8) dalam
100 bagian etanol 90 &, saring.

9.

Tingtur Lobelia (Lobeliae Tinctura)


Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk (6/34) herba
lobelia dengan etanol 70% secukupnya hingga diperoleh
100 bagian tingtur

10.

Tingtur Mira (Myrrhae Tinctura)


Cara pembuatan : maserasi 20 bagian serbuk (24/34) Mira
dengan etanol 90% hingga diperoleh 100 hagian tingtur.

11.

Tingtuv Jeruk Manis (Aurantii tinctura)


Cara pembuatan : 8 bagian kulit buah jeruk manis yang
telah dipotong-potong halus, maserasi dengan etanol encer,
hingga diperoleh 100 hagian tingtur.

12.

Tingtur Cabe (Capsici Tinctura)


Cara pembuatan : maserasi 100 g serbuk (10/24) Cabe
dengan campuran 9 bagian etanol 95 % dan 1 bagian air
selama 3 jam. perkolasi dengan cepat hingga diperoleh
1000 ml tingtur.

13.

Tingtur Beladon (Belladonnae Tinctura)


Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk beladon
dengan etanol encer, hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
Tetapkan kadar alkaloida, atur kadar dengan penambahan
etanol encer hingga memenuhi syarat, biarkan selama tidak
kurang dari 24 jam, saring.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk. Tidak boleh disimpan lebih dari 1
tahun sejak tanggal pembuatan

14.

Tingtur Kayu Manis (Cinnamomi Tinctura)


Cara pembuatan : perkolasi 20 bagian serbuk (44/60) kulit
kayu manis dengan etanol encer hingga diperoleh 100

bagian tingtur.
15.

Tingtur Digitalis ( Digitalis Tinctura)


Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk digitalis
dengan etanol 70 % hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
Tetapkan potensi atur potensi jika perlu encerkan dengan
etanol 70 % hingga memenuhi syarat.

16.

Tingtur lodium (Iodii Tinctura)


Cara pembuatan : Larutkan lodum 1,8 2,2 %, Natriun
lodida 2,1 2,6 % dalam etanol encer.

17.

Tingtur Opium (Tinctura Opii)


Cara pembuatan : maserasi 10 bagian serbuk opium
dengan etanol 70 % hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
Tetapkan kadar dan atur hingga memenuhi syarat, jika perlu
encerkan dengan etanol 70 % secukupnya.

18.

Tingtur Opium wangi (Opii Tinctura Aromatica)


Cara pembuatan : maserasi campuran 1 bagian kulit kayu
manis serbuk (22/60), 1 bagian serbuk (22/60) cengkeh dan
12 bagian serbuk opium dengan campuran etanol 90 % dan
air volume sama banyak hingga diperoleh 100 bagian
tingtur.

19.

Tingtur Sekale Cornutum (Secalis Cornuti Tinctura)


Cara pembuatan : Campur 1 bagian ekstrak sekale
kornutum dengan 9 bagian etanol encer.

20.

Tingtur Valerian (Valerianae Tinctura)


Cara pembuatan : maserasi 20 bagian serbuk (10/22) akar
valerian dengan etanol 70 % hingga diperoleh 100 bagian
tingtur.

D.
1.

MEMBUAT SEDIAAN OBAT TRADISIONAL


Pilulae (Pil)
Pilulae menurut Fl edisi III adalah suatu sediaan berupa massa padat
mengandung satu atau lebih bahan obat.
Boli menurut Fl edisi III adalah pil yang beratnya di atas 300 mg,
pembuatannya sama dengan pil.
Granula menurut Fl edisi III adalah pil kecil yang beratnya tidak lebih
dari 30 mg mengandung 1 mg bahan obat.

Lozenges / tablet hisap menurut Fl edisi IV adalah sediaan padat


mengandung satu atau lebih bahan obat, umunya dengan bahan dasar
beraroma dan manis, yang dapat membuat tablet melarut atau hancur
perlahan dalam mulut. Mengandung bahan obat juga bahan dasar gelatin,
sukrosa, sorbitol atau gula. Umumnya ditujukan untuk pengobatan iritasi
local atau infeksi mulut atau tenggorokan, tetapi dapat juga mengandung
bahan aktif yang ditujukan untuk absorbs sistemik setelah ditelan.
Lozenges terdiri dari dua macam yaitu troches dan pastiles.
Trochisi (troches) adalah tablet hisap yang dibuat dengan cara kempa
tablet sedangkan pastiles adalah tablet hisap yang dibuat dengan cara
tuang.
a.
Komponen Pilulae
Zat utama
: berupa bahan obat
Zat tambahan, terdiri dari :
Zat pengisi
: gunanya untuk memperbesar volume pil. Contoh :
Zat pengikat

Akar Manis, Bolus Alba, atau bahan lain yang cocok


: membuat massa supaya saling melekat antara satu
dengan yang lain. Contoh : Sari Akar Manis, Gom
Akasia,

Zat pembasah

Tragacanth,

campuran

bahan

tersebut

(PGS), atau bahan lain yang cocok.


: membasahi massa sebelum dibentuk. Contoh : air,
gliserol, sirup, madu, campuran bahan tersebut atau

Zat penabur

bahan lain yang cocok.


: membuat sediaan yang sudah terbentuk tidak
melekat satu sama lain. Contoh : Lycopodium atau

Zat penyalut

Talk, atau bahan lain yang cocok.


: melapisi pil dengan tujuan tertentu. Contoh : perak,
Balsam, Tolu, Keratin, Sirlak, Kolodium, Salo!,
Gelatin, gula atau bahan lain yang cocok.

Tujuan penyalutan pil :


1.
Untuk menutup rasa dan bau yang kurang enak
2.
Mencegah perubahan karena pengaruh udara
3.
Supaya pil pecah dalam usus (enteric coated pil)
b.

Pembuatan Sediaan
Cara pembuatan pil
mencampur

pada

prinsipnya

bahanbahan-bahan

obat

dilakukan
padat

dengan

sampai

cara

homogen,

kemudian ditambah zat-zat tambahan, setelah homogen ditetesi bahan

pembasah, kemudian digerus dengan cara ditekan sampai diperoleh


massa pil yang elastis lalu dibuat bentuk batang dan dipotong dengan
alat pemotong pil sesuai dengan jumlah pil yang diminta. Bahan
penabur ditambahkan setelah terbentuk massa pil agar massa pil yang
telah jadi tidak melekat pada alat pembuat pil.
Beberapa keterangan pada pembuatan pil :
1.
Bobot pil ideal antara 100 150 mg, rata-rata 120 mg
Oleh karena sesuatu hal syarat ini seringkali tidak dapat dipenuhi
2.
Sebagai zat pengisi, jika mungkin dipilih Radix Liquiritiae kecuali
ada reaksi kadang digunakan Bolus Alba. Jumlah yang dipakai
umumnya dua kali jumlah zat pengikatnya (biasanya Succus Liq).
Dikenal juga istilah PPP (Pulvis Pro Pilulis) yaitu campuran
3.

Succus Liq dan Radix Liq sama banyak.


Sebagai zat pengikat, jika mungkin gunakan Succus Liq 2
gram/60 pil. Kecuali ada reaksi kadang digunakan Adeps Lanae

4.

atau Vaselin.
Pada pembuatan massa pil ke dalam campuran obat, Radix dan
Succus harus ditambahkan cairan (zat pembasah) supaya pada
pengepalan diperoleh massa yang homogen yang cukup baik
untuk

5.

dikerjakan

selanjutnya.

Paling

balk

gunakan

Aqua

Glycerinata yaitu campuran air dan Gliserin sama banyak.


Setelah pembuatan massa pil, kemudian massa pil digulung dan
dipotong menurut jumlah yang diminta dan akhirnya pil-pil
dibulatkan. Untuk mencegah melekatnya pil pada alat pembulat
pil, taburkan Talkum/Likopodium dengan rata. Setelah selesai
jangan lupa menghitung lagi jumlah pil tersebut.

Pil dengan Bahan-bahan Khusus :


1.
Pil dengan senyawa mengoxid (KMnO 4; KNO3; FeCl3; AgNO3)
atau garam-garam Pb, pengisi menggunakan 100 mg Bolus Alba,
pengikat Adeps
2.

Lanae

Vaselin

secukupnya.

Selain

itu

menggunakan pillen plank ebonite.


Pil dengan Extractum Gentian (bereaksi asam) bila diberikan
bersama-sama dengan zat lain yang dengan asam-asam
melepaskan gas missal : Ferrum reductum, Ferrum pulveratum,
Natrii Carbonas, Natrii Bicarbonas, maka untuk menetralkan

asamnya perlu ditambah MgO sebanyak 100 mg untuk setiap 3


3.

gram Extract Gentian.


Pil dengan garam-garam ferro harus dibalut dengan Tolu Balsam

4.

untuk mencegah oksidasi oleh udara.


Pil dengan Digitalis Folium. Digitalis

akan

rusak

atau

glukosidanya akan terurai bila ada lembab atau air. Untuk pil
5.

dikerjakan dengan Adeps Lanae dan Radix Liquiritae.


Pil yang mengandung zat-zat yang higroskopis, seperti Kalii
Bromidum, Kalii lodidum dan Natrii Salicylas, supaya digerus
halus di dalam mortar panas. Penambahan Succus Liquiritae dan
Pulvis Liquiritae Radix diperlukan 1,5 gram masing-masing

6.

untuk 7 gram bahan obat tersebut.


Pil dengan sari-sari cair
Dalam jumlah kecil, tetap digunakan Succus dan Radix sari cair
digunakan sebagai pengganti Aqua Glycerinata. Dalam jumlah
besar, diuapkan kemudian tambahkan Radix secukupnya atau
diganti dengan sisa keringnya.

c.

Persyaratan Pilulae
1.
Memenuhi syarat waktu hancur yang tertera pada Compressi (FI
2.
3.

edisi III)
Memenuhi syarat keseragaman bobot pil (FI edisi III)
Pada penyimpanan bentuknya harus tetap, tetapi tidak begitu
keras sehingga dapat hancur dalam saluran pencernaan.

Keseragaman Bobot
Timbang 20 pil satu persatu, hitung bohot rata - rata, panyimpangan
terbesar yang diperbolenkan terhadap bobot rata-rara adalah sebagai
berikut :
Penyimpangan terbesar terhadap bobot rataBobot Rata-rata

rata yang diperholehkan


18 pil

2 pil

100 mg - 250 mg

10 %

20 %

251 mg - 500 mg

7,5 %

15 %

Penyimpanan :

Sesuai

dengan cara penyimpanan

tablet, dengan memperhatikan sifat zat tambahan yang


digunakan.

Contoh Resep Pilulae


Pil Temulawak
R/ Ternulawak
PGA
3.6
Aqua Glycerin
0.9
m.f.Pil. No. XXX
qs
S.t.dd.Pil III
2.

Infusa (infus)
Adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air
pada suhu 90 C selarna 15 menit.
Cara Pembuatan :
Campur simplisia dengan derajat halus yang cocok dalam panci dengan air
secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai
suhu rnencapai 90 C sambil sekali-sekali di aduk. Serkai selagi panas
melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga
diperoleh volume infus yang dikehendaki
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk membuat sediaan infus :

Jumlah simplisia

Derajat halus simplisia

Banyaknya air ekstra

Cara menyerkai

Penambahan bahan-bahan lain ditujukan untuk menambah kelarutan.


menambah

kestabilan

dan

untuk

menghilangkan

zat-zat

yang

menyebabkan efek lain.


a

Jumlah Simplisia
Kecuali dinyatakan lain, infus yang mengandung bukan bahan
berkhasiat keras dibuat dengan menggunakan 10 % simplisia.
Untuk pembuatan 100 bagian infus berikut digunakan sejumlah
simplisia seperti tertera di bawah ini :

Kulit Kina
6 bagian

Daun Digitalis
0,5 bagian

Akar 1peka
0,5 bagian

Daun Kumis kucing 0,5 bagian

Sekale Kornutum
3 bagian

Daun Sena
4 bagian

Ternulawak
4 bagian

b.

Derajat Halus Simplisia


Bahan yang digunakan untuk infus harus mempunyai derajat halus
sebagai berikut :

Serbuk ( 5/8 )

Akar Manis, Daun Kumis kucing, Daun Sirih, Daun


Sena

c.

Serbuk ( 8/10 )

Dringo, Kelembak

Serbuk (10/22 )

Laos, Akar Valerian, Temulawak, Jahe

Serbuk (22/60 )

Kulit Kina, Akar Ipeka, Sekale Kornutum

Serbuk (85/120)

Daun Digitalis

Banyaknya Air Ekstra


Umumnya untuk membuat sediaan infus diperlukan penambahan air
sebanyak 2 kali berat simplisia. Air ekstra ini diperlukan untuk
melembabkan simplisia, karena simplisia yang digunakan pada
umumnya dalam keadaan kering.

d.

Cara Menyerkai
Pada umumnya infus di serkai selagi panas, kecuali infus simplisia
yang mengandung minyak atsiri, infus Condurango Cortex dan infus
Daun Sena diserkai setelah dingin.
Infus Condurango diserkai dingin, karena zat berkhasiatnya larut dalam
keadaan dingin, dan mengendap dalam keadaan panas.
Infus Daun Sena harus diserkai setelah dingin karena infus daun sena
mengandung zat yang dapat menyebabkan sakit perut yang larut
dalam air panas, tetapi tidak larut dalam air dingin.
Untuk Asam Jawa sebelum dibuat infus di buang bijinya dan diremas
dengan air hingga massa seperti bubur.
Infus Daun Sena, infus Asam jawa dan infus simplisia lain yang
mengandung lendir tidak boleh diperas.
Untuk Buah Adas Manis dan Buah Adas harus dipecah terlebih dahulu.
Bila sediaan tidak disebutkan derajat kehalusannya, hendaknya
diambil derajat kehalusan suatu bahan dasar yang kekentalannya
sama / sediaan galenik dengan bahan yang sama.

e.

Penambahan Bahan-Bahan Lain


Pada pembuatan infus kulit kina ditambahkan asam sitrat 10% dari
bobot bahan berkhasiat dan pada pembuatan infus simplisia yang
mengandung glikosida antrakinon, ditambahkan Natrium karbonat 10%
dari bobot simplisia, dengan tujuan untuk memperbesar kelarutan zat
berkhasiat dalam air.
Contoh Resep Infusa
Infusa Tamarindae Pulpa

R/

3.

Inf. Asam Jawa 100


Bicarb. Natr
3
Sir. Simpl
10
m.f. Potio
S.b.dd.CI

Aqua Aromatika (Air Aromatika)


adalah larutan jernih minyak atsiri atau zat-zat yang beraorma dalam
air. diantara air aromatika, ada yang mempunyai daya terapi yang
lemah, tetapi teritama digunakan untuk memberi aroma pada obatobatan atau sebagai pengawet.
air aromatika harus mempunyai bau dan rasa yang menyerupai bahan
asal, bebas bau empirematic atau bau lain, tidak berwarna dan tidak
berlendir.
Cara Pembuatan :
Larutkan minyak atsiri sejumlah yang tertera dalam masing

masing monografi dalam 60 ml etanol 95%.


Tambahkan air sedikit demi sedikit sampai volume 100 ml

sambil dikocok kuat-kuat.


Tambahkan 500 mg Talc, kocok, diamkan, saring.
Encerkan 1 bagian filtrat dengan 39 bagian air.
Etanol disini berguna untuk menambah kelarutan minyak atsiri
dalam air. Talcum berguna untuk membantu terdistribusinya minyak
dalam air dan menyempurnakan pengendapan kotoran sehingga aqua
aromatik yang dihasilkan jernih.
Selain cara melarutkan seperti yang tertera dalam Fl II, buku lain
juga mencantumkan aqua aromatik adalah hasil samping dari
pembuatan olea volatilia secara penyulingan sesudah diambil minyak
atsirinya.
Aqua aromatik yang diperoleh sebagai hasil samping pembuatan
minyak atsiri secara destilasi dapat dicegah pembusukannya dengan
cara mendidihkan dalam wadah tertutup rapat yang tidak terisi penuh
di atas penangas air selama 1 jam.
Pemerian
: cairan jernih, atau agak keruh, bau dan rasa
tidak boleh menyimpang dari bau dan rasa
minyak atsiri asal.
Syarat untuk resep : jika air aromatik
Penyimpanan

keruh,

kocok

kuat-kuat

sebelum digunakan.
: dalam wadah terttutup rapat, terlindung dari

cahaya, di tempat sejuk.


: zat tambahan.

Khasiat

Air aromatika yang tertera dalam Fl II ada 3 (tiga) yaitu :


a.

Aqua Foeniculi
adalah larutan jenuh Minyak Adas dalam air. Aqua Foeniculi dibuat
dengan melarutkan 4 g Oleum Foeniculi dalam 60 ml etanol 90%,
tambahkan air sampai 100 ml sambil dikocok kuat-kuat, tambahkan
500 mg talc, kocok, diamkan, saring. Encerkan 1 bagian filtrat dalam
39 bagian air.
Pemerian, penyimpan- sama seperti aqua aromatik.
Syarat untuk resep : seperti aqua aromatik dan sebelum digunakan
harus disaring lebih dahulu.

b.

Aqua Menthae Piperitde = Air Permen


adalah larutan jenuh Minyak Permen dalam air.
Cara pembuatan : lakukan pembuatan menurut cara yang tertera
pada aqua aromatika dengan menggunakan 2 g Minyak Permen.
Pemerian, penyimpanan dan syarat untuk resep sama seperti aqua
aromatik.

c.

Aqua Rosae = Air Mawar


adalah larutan jenuh Minyak Mawar dalam air.
Cara pembuatan : larukan 1 g Minyak Mawar dalam 20 ml Etanol.
saring. Pada filtrat
tambahkan air secukupnya hingga 5000 ml, saring.
Pemerian, penyimpanan dan syarat untuk resep sama seperti aqua
aromatika.
Khusus untuk Aqua Foeniculi jangan disimpan ditempat sejuk karena
anetol akan menghablur, jadi disimpan pada suhu kamar. kalau
keruh

kocok

dulu

sebelum

digunakan. Aqua

Foeniculi

bila

menghablur harus dipanaskan pada suhu 250C dan kemudian


dikocok kuat kuat, sebelum digunakan harus disaring.
4.

Olea Pinguia (Minyak Lemak)


Adalah campuran senyawa asam lemak bersuku tinggi dengan gliserin

(gliserida asam lemak bersuku tinggi)


Cara - cara mendapatkan minyak lemak
1.
Diperas pada suhu biasa, misalnya : Oleum Arachidis, Oleum
2.

Olivae, Oleum Ricini


Diperas pada suhu panas, misalnya : Oleum Cacao, Oleum
Cocos

Syarat-syarat minyak lemak antara lain :


1.
harus jernih, yang cair harus jernih, begitupun yang padat
sesudah dihangatkan (diatas suhu leburnya) tidak boleh berbau
2.

tengik.
kecuali diavatak 3n lain hams larut dalam segala perbandingan

3.

dalam CHCI3, Eter dan Eter minyak tanah.


Harus memenuhi syarat-syarat minyak mineral, minyak harsa dan
minyak-minyak asing lainnya, senyawa helerang dan logam berat.

Cara identifikasi minyak lemak : pada kertas meninggalkan noda lemak


Penggunaan minyak iemak :
1.
Sebagai zat tambahan
2.
Sebagai pelarut, misalnya : sebagai pelarut obat suntik, lotio dan
lain-lain, serta anti racun, untuk racun yang tidak larut dalam
lemak (racunnya dibalut lemak, lalu segera diberi pencahar atau
emetikum) tetapi bila racun yang larut dalam lemak maka dalam
3.

bentuk terlarut absorpsi dipercepat.


Sebagai obat, misalnya : Oleum Ricini, dapat dipakai sebagai
pencahar.

Minyak lemak dibagi dalam dua golongan :


1.
Minyak - minyak yang dapat mengering misalnya : Oleum Lini,
2.

Oleum Ricini.
Minyak - minyak yang tidak dapat mengering, misalnya : Oleum
Arachidis, Oleum Olivarum, Oleum Amygdalarum, Oleum Sesami.

Penyimpanan minyak lemak :


Kecuali dinyatakan lain, harus disimpan dalam wadah tertutup balk,
terisi penuh, terlindung dari cahaya.
Contoh - contoh minyak lemak :
Minyak Kacang = Oleum Arachidis
Adalah minyak lemak yang
diperoleh

dengan

telah

pemerasan

biji

dimurnikan,
Arachidis

hypogeae L yang telah dikupas.


Minyak Coklat = Oleum Cacao
Adalah lemak padat yang diperoleh

dengan

pemerasan panas biji Theobroma cacao L yang


telah dikupas dan dipanggang.
Minyak Keiapa = Oleum Cocos.
Adalah minyak lemak yang di peroleh dengan
pemerasan panas endosperm Cocos nucifera L
Minyak Ikan

yang telah di keringkan.


= Oleum lecoris Aselli
Adalah minyak lemak yang diperoleh dari hati segar
Gadus calarias L dan species gadus lainnya,
dimurnikan dengan penyaringan pada suhu 0 C.
Potensi vitamin A tidak kurang dari 600 SI tiap gram,

Minyak Lini

potensi vitamin D tidak kurang dari 80 SI tiap gram.


= Oleum Lini
Adalah minyak lemak yang diperoleh dengan

pemerasan biji masak Linum usitatissinum L


Minyak Zaitun = Oleum Olivae
Adalah minyak lemak yang di peroleh dengan
pemerasan dingin biji masak Olea europeae L Jika
Minyak Jarak

perlu di murnikan.
= Oleum Ricini
Adalah minyak lernak yang di peroleh dengan
pemerasan dingin biji Ricinus communis L yang te!

Minyak Wijen

ak. 6 kupas.
= Oleum Sesami
Adalah minyak lemak yang diperoleh dengan

pemerasan biji Sesamum indicum L.


Minyak Kelapa Murni = Oleum Cocos purum
Adalah minyak lemak yang dimurnikan
dengan penyulingan bertingkat ,diperoleh
dari endosperma Cocos nucifera yang telah
Minyak Tengkawang

dikeringkan.
= Oleum Shoreae
Adalah minyak lemak yang di peroleh
dengan pemerasan panas keping biji Shorea
stenoptera Burck yang segar atau kering

atau dari biji spesies shorea yang lain.


Minyak Kaulmogra = Minyak Hidnokarpi = Oleum Hydnocarpi

Adalah

minyak

lemak

yang

diperoleh

dengan pemerasan dingin biji dari buah


masak segar Hidnocarpus wightraria Blume,
spesies Hydnocarpus lain dan Taraktogenus
Minyak Jagung

kurzii King.
= Oleum Maydis
Adalah minyak lemak yang diperoleh dari

Minyak Pala

embrio Zea mays L, kemudian dimurnikan.


= Oleum Myristicae expressum
Adalah campuran minyak lemak dan minyak
atsiri, diperoleh dengan pemerasan panas
biji Myristica fragrans Houtt, yang telah

5.

dibuang selaput biji dan kulit bijinya.


Olea Volatilia (Minyak Atsiri)
Minyak atsiri disebut juga minyak menguap atau minyak terbang.
Olea Volatilia adalah campuran bahan-bahan berbau keras yang
menguap, yang diperoleh balk dengan cara penyulingan atau perasan
simplisia segar maupun secara sintetis. Minyak atsiri diperoleh dari
tumbuh-tumbuhan. Contoh : daun, bunga, kulit buah, buah atau dibuat
secara sintetis.
Sifat-sifat minyak atsiri :
1.
mudah menguap
2.
rasa yang tajam
3.
wangi yang khas
4.
tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik.
5.
minyak atsiri yang segar tidak berwarna, sedikit kuning muda.
Warna coklat, hijau ataupun biru, disebabkan adanya zat-zat asing
dalam minyak atsiri tersebut. Misalnya : Oleum Bergamottae berwarna
hijau karena klorofilnya teriarut kedalamnya. Oleum Cajuputi berwarna
hijau karena senyawa tembaga dari alat penyulingnya terlarut
kedalamnya. Minyak atsiri akan berwarna kuning atau kuning
kecoklatan karena sudah te-urai atau teroksidasi.

Anda mungkin juga menyukai