LAPORAN KP KIKI Revisi Full Fix Setelah Seminar

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 94

No. KP : 328A/UN7.3.

3/TL/PP/2016
HALAMAN JUDUL
LAPORAN KERJA PRAKTIK

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN


(B3) PT. INDAH KIAT PULP & PAPER TBK
SERANG MILL, BANTEN

OLEH:
RIZKI TRI ANDRIANINGSIH
21080113140089

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

I-2

HALAMAN PENGESAHAN
Menyatakan bahwa Laporan Tugas Mata Kuliah Kerja Praktik yang berjudul :
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) PT. Indah Kiat Pulp &
Paper Tbk., Serang Mill, Banten
Disusun oleh :
Nama

: Rizki Tri Andrianingsih

NIM

: 21080113140089

Telah menyetujui dan disahkan pada :


Hari

Tanggal

:
Menyetujui,

Dosen Penguji I

Dosen Penguji II

(Dr. Ir. Syafrudin, CES, MT)

(Dr. Badrus Zaman, ST, MT)

NIP.195811071988031001

NIP. 197208302000031001

Dosen Pembimbing

Koordinator Kerja Praktik

( Titik Istirokhatun, ST, MSc )

( Pertiwi Andarani, ST, M.Eng )

NIP. 197803032010122001

NIP. 198704202014012001

Mengetahui,
Ketua Departemen Teknik Lingkungan

( Dr. Badrus Zaman ,ST ,MT )

NIP. 197208302000031001

I-2

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas kuasa-Nya saya
dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktik yang berjudul Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. Serang Mill, Banten.
Selama penyusunan laporan, penulis menyadari bahwa laporan kerja Praktik ini dapat
terselesaikan atas bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik
ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1
2

Bapak dan ibu serta keluarga atas doa dan dukungannya


Dr. Badrus Zaman, ST, MT selaku Ketua Departemen Teknik Lingkungan

3
4

Universitas Diponegoro
Pertiwi Andarani, ST, MEng, selaku koordinator Kerja Praktik
Titik Istirokhatun, ST, MSc. selaku dosen pembimbing Kerja Praktik

Ibu Ida Indrayani sebagai Kepala Department EPD yang telah memberikan ijin dan

fasilitas yang mendukung selama Kerja Praktik


Bapak Wagiyono selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan pengarahan

dan ilmu yang berguna kepada penulis


Bapak Syaiful, Bapak Trimo, Bapak Heri, Bapak Waluyo, Bapak Handoko, Bapak
Rachmat, dan Bapak Sunarto yang telah banyak membantu dan berdiskusi selama

pelaksanaan Kerja Praktik


Karyawan PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. Serang Mill, Banten yang tidak bisa

disebutkan satu per satu


Teman-teman TL UNDIP 2013 atas semangat dan dukungannya selama penyusunan
laporan ini

10 Semua pihak yang telah banyak membantu saya dalam pelaksanaan Kerja Praktik
dan penyusunan laporan, yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu
Walaupun saya merasa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, tapi saya
berharap laporan ini dapat berguna dan bermanfaat khususnya bagi mahasiswa Teknik
Lingkungan Undip.
Semarang, 2016
Rizki Tri A

ABSTRAK

I-2

Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri hasil hutan yang
memproduksi pulp dan kertas. Dalam kegiatan produksinya menghasilkan limbah salah
salah satunya adalah limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Limbah tersebut
berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan sehingga perlu adanya pengelolaan
yang baik agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. PT. Indah Kiat
Pulp & Paper Tbk., Serang Mill Banten merupakan salah satu industri pulp dan kertas
yang telah berupaya melakukan pengelolaan limbah B3. Pengelolaan limbah B3 yang
dilakukan meliputi identifikasi dan inventarisasi, pewadahan, penyimpanan sementara,
pelabelan dan simbol, pengangkutan, penimbunan, pengolahan di incinerator dan
pemanfaatan limbah B3. Sesuai dengan neraca masa limbah B3, jenis limbah B3 yang
dihasilkan sejak bulan Oktober 2015 sampai Desember 2015 adalah sebanyak 12 macam.
Sumber limbah tersebut berasal dari proses produksi, kantor, IPAL, klinik, dan
laboratorium.
Kata kunci : industri pulp dan kertas, limbah B3, pengelolaan limbah B3

I-2

ABSTRACT
Pulp and paper industry is one of the forest products industry that manufacture pulp
and paper. In production activities, it produce waste such as hazardous and toxic waste.
To prevent the potential of the environmental pollution, it need good environmental
management. PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk, Serang Mill Banten is one of the pulp
and paper industry that has tried to do the hazardous and toxic waste management. The
hazardous and toxic waste management consists of identification and inventory,
packaging, temporary storage, labeling, transporting, landfilling, and. According to
hazardous waste material balance, there are 12 kinds of hazardous waste that produced
from October 2015 through December 2015. The sources of waste come from the
production process, the office, WWTP, clinics, and laboratories.
Keywords: pulp and paper industry, hazardous and toxic waste, hazardous waste
management

I-2

DAFTAR ISTILAH
AOCC

: (American Old Corrugating Carton) jenis karton bekas yang


didatangkan dari Amerika

Bottom Ash

: abu yang sedikit lebih berat & kasar dibandingkan dengan fly
ash yang diperoleh dari hasil pembakaran batubara

Broke Paper

: kertas hasil produksi yang tidak digunakan lagi

Converting

: pengubahan finished paper menjadi barang yang lain dan


memiliki nilai

Fly Ash

: abu yang sangat ringan & halus yang diperoleh dari hasil
pembakaran batubara

Incinerator

: alat pengolahan limbah yang melibatkan pembakaran

Lampu LED

: (Light Emitting Diode) suatu semikonduktor yang memancarkan


cahaya monokromatik yang tidak koheren ketika diberi tegangan
maju.

Lampu TL

: (Turbular Lamp) salah satu jenis lampu lucutan gas yang


menggunakan daya listrik untuk mengeksitasi uap raksa.

LBKP

: (Leaf Bleached Kraft Pulp) bahan baku yang berasal dari


tumbuhan yang memiliki serat pendek kurang dari 1600 m

LOCC

: (Local Old Corrugating Carton) jenis karton bekas yang berasal


dari lokal

NUKP

: (Needle Unbleached Kraft Pulp) pulp kimia kraft yang


menggunakan tumbuhan kayu berjenis kayu daun jarum yang
memiliki serat panjang

Pulper

: Alat untuk pembuburan

I-2

Shipping Mark

: Label pada gulungan kertas

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................iii
ABSTRAK.......................................................................................................................iv
ABSTRACT......................................................................................................................v
DAFTAR ISTILAH..........................................................................................................vi
DAFTAR ISI...................................................................................................................vii
DAFTAR TABEL..............................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................xiii
I.

II.

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................I-1
1.1

Latar Belakang.................................................................................................I-1

1.2

Identifikasi Masalah.........................................................................................I-1

1.3

Ruang Lingkup Masalah Kerja Praktik............................................................I-1

1.4

Tujuan Kerja Praktik........................................................................................I-2

1.5

Manfaat Kerja Praktik......................................................................................I-2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................II-1


2.1

Pengertian Limbah B3....................................................................................II-1

2.2

Peraturan Tentang B3......................................................................................II-1

2.3

Karakteristik dan Identifikasi Limbah B3......................................................II-3

2.4

Pengelolaan Limbah B3..................................................................................II-7

2.5

Konsep Pengelolaan Limbah B3.....................................................................II-8

2.5.1

Penyimpanan Limbah B3........................................................................II-8

2.5.2

Pengumpulan Limbah B3........................................................................II-9

2.5.3

Pengemasan Limbah B3........................................................................II-10

2.5.4

Pelabelan Limbah B3.............................................................................II-11

2.5.5

Pengangkutan Limbah B3.....................................................................II-16

2.5.6

Pengangkutan Limbah B3.....................................................................II-16

I-2

2.6

Konsep Dokumen Limbah B3......................................................................II-18

2.7

Limbah Industri Kertas.................................................................................II-20

III.

BAB III METODOLOGI KERJA PRAKTIK..................................................III-1

3.1

Tujuan Operasional........................................................................................III-1

3.2

Tahap Pelaksanaan Kerja Praktik..................................................................III-1

3.2.1

Tahap Persiapan.....................................................................................III-1

3.2.2

Tahap Pelaksanaan.................................................................................III-2

3.2.3

Tahap Penyusunan Laporan...................................................................III-2

3.3
IV.

BAB IV GAMBARAN UMUM.......................................................................IV-1

4.1

Gambaran Umum..........................................................................................IV-1

4.1.1

Sejarah dan Perkembangan PT. IKPP Serang........................................IV-1

4.1.2

Lokasi PT. IKPP Serang.........................................................................IV-2

4.1.3

Visi dan Misi PT. IKPP Serang..............................................................IV-3

4.1.4

Logo PT. IKPP Serang...........................................................................IV-3

4.1.5

Struktur Organisasi PT. IKPP Serang.....................................................IV-4

4.2

Proses Produksi..............................................................................................IV-6

4.2.1

Proses Penyiapan Bahan Baku (Stock Preparation)..............................IV-6

4.2.2

Proses Pembuatan Kertas (Paper Machine).........................................IV-12

4.2.3

Proses Penyelesaian (Finishing)...........................................................IV-15

4.3

V.

Metode Pengambilan Data............................................................................III-2

Pengelolaan Lingkungan.............................................................................IV-17

4.3.1

Limbah Padat........................................................................................IV-18

4.3.2

Limbah Cair..........................................................................................IV-18

4.3.3

Pengelolaan Limbah B3 Secara Umum di PT. IKPP Serang...............IV-19

BAB V PEMBAHASAN.......................................................................................V-1
5.1

Landasan Hukum dan Konsep Pengelolaan Limbah B3.................................V-1

5.2

Pengelolaan Limbah B3..................................................................................V-1

5.2.1

Identifikasi dan Inventarisasi Limbah B3................................................V-2

5.2.2

Penyimpanan Sementara Limbah B3....................................................V-10

5.2.3

Pelabelan dan Simbol Limbah B3.........................................................V-17

5.2.4

Pengangkutan Limbah B3.....................................................................V-18

5.2.5

Penimbunan Limbah B3 di Landfill......................................................V-20

I-2

5.2.6
5.3

Pengolahan Limbah B3 dengan Proses Insinerasi........................................V-21

5.3.1
5.4
VI.

Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan B3..........................................V-20


Efisiensi Incinerator..............................................................................V-24

Pemanfaatan Sludge IPAL............................................................................V-25


BAB VI PENUTUP..........................................................................................VI-1

6.1

Kesimpulan....................................................................................................VI-1

6.2

Saran..............................................................................................................VI-1

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................xiv

I-2

DAFTAR TABE
Tabel 2. 1 Simbol Karakteristik Limbah B3................................................................II-13
Tabel 2. 2 Limbah dari Industri Pulp dan Kertas.....................................................II-20Y
Tabel 3. 1 Tujuan Operasional Kerja Praktik...............................................................III-1
Tabel 3. 2 Teknik Pengambilan Data IIITabel 5. 1 Daftar Limbah B3 di PT. IKPP Serang.........................................................V-3
Tabel 5. 2 Neraca Massa Limbah B3 Bulan Oktober-Desember 2015..........................V-5
Tabel 5. 3 Matrik Perbandingan Pengemasan Limbah B3 PT. IKPP Serang...............V-11
Tabel 5. 4 Matrik Perbandingan Tata Cara Penyimpanan Kemasan Limbah B3.........V-11
Tabel 5. 5 Matriks Perbandingan Penyimpanan Limbah B3 terhadap Regulasi.........V-16
Tabel 5. 6 Matriks Perbandingan Simbol dan Label Limbah B3 terhadap Regulasi...V-17
Tabel 5. 7 Jenis Perizinan PT. IKPP Serang dalam Pengelolaan Limbah B3..............V-21
Tabel 5. 8 Rekapitulasi Reduksi Limbah Padat Juli 2014...........................................V-24

I-2

DAFTAR GAMB
Gambar 2. 1 Diagram Identifikasi Limbah B3 (PP No. 101 Tahun 2014)....................II-6
Gambar 2. 2 Tata Ruang Fasilitas Penyimpanan Sementara.......................................II-10
Gambar 2. 3 Kemasan Penyimpanan Limbah B3:......................................................II-11
Gambar 2. 4 Bentuk Dasar Simbol Limbah B3..........................................................II-12
Gambar 2. 5 Label Limbah B3....................................................................................II-14
Gambar 2. 6 Label Limbah B3 Wadah dan/atau Kemasan Limbah B3 Kosong.........II-15
Gambar 2. 7 Label Limbah B3 Penandaan Posisi Tutup Wadah dan/atau Kemasan
Limbah B3...................................................................................................................II-15
Gambar 2. 8 Desain Landfill Kategori I,II, dan III.....................................................II-18
Gambar 2. 9 Pelapis Penutup Akhir (Final Cover) Tempat Penimbunan Limbah B3
(Landfill) Kategori I,II,dan III (Kep Bapedal 04/BAPEDAL/09/1995)......................II-18
Gambar 2. 10 Skema Perjalanan Dokumen Limbah B3 (Damanhuri, 2010)...........II-20Y
Gambar 4. 1 Peta Lokasi PT. IKPP Serang..................................................................IV-2
Gambar 4. 2 Peta Lokasi PT. IKPP Serang..................................................................IV-3
Gambar 4. 3 Logo PT. IKPP Serang.............................................................................IV-3
Gambar 4. 4 Struktur Organisasi PT. IKPP Serang......................................................IV-5
Gambar 4. 5 LBKP.......................................................................................................IV-7
Gambar 4. 6 NUKP......................................................................................................IV-7
Gambar 4. 7 Broke Paper.............................................................................................IV-8
Gambar 4. 8 LOCC......................................................................................................IV-9
Gambar 4. 9 AOCC......................................................................................................IV-9
Gambar 4. 10 Pulper..................................................................................................IV-10
Gambar 4. 11 Alat Screening......................................................................................IV-10
Gambar 4. 12 Cleaner................................................................................................IV-11
Gambar 4. 13 Hydrodisk.............................................................................................IV-11
Gambar 4. 14 Blending Chest....................................................................................IV-12
Gambar 4. 15 Cutting.................................................................................................IV-15
Gambar 4. 16 Shipping Mark.....................................................................................IV-16
Gambar 4. 17 Roll Handling......................................................................................IV-17
Gambar 4. 18 Warehouse............................................................................................IV-17
Gambar 4. 19 Struktur Organisasi EPD PT. IKPP Serang IV-1
Gambar 5. 1 Diagram Alir Pengelolaan Limbah B3.....................................................V-2
Gambar 5. 2 Identifikasi MSDS di PT. IKPP Serang....................................................V-3
Gambar 5. 3 Diagram Neraca Limbah Bulan Oktober-Desember 2015.......................V-6
Gambar 5. 4 Tampak Depan Bangunan TPS Limbah B3 PT. IKPP Serang................V-13
Gambar 5. 5 Papan Keterangan TPS Limbah B3 PT. IKPP Serang............................V-13
Gambar 5. 6 Garis Marka Pembatas Blok...................................................................V-14

I-2

Gambar 5. 7 Kondisi Atap TPS Limbah B3 PT. IKPP................................................V-15


Gambar 5. 8 (a) Safety Shower (b) APAR (c) P3K dan Alat Komunikasi..................V-15
Gambar 5. 9 Peletakkan simbol dan label...................................................................V-17
Gambar 5. 10 Kendaraan Pengangkutan Eksternal.....................................................V-19
Gambar 5. 11 Diagram Alur Peredaran Manifest........................................................V-20

I-2

DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
Neraca Limbah B3
Pengelolaan Limbah B3 PT. IKPP Serang
Izin Penyimpanan Sementara Limbah B3
LAMPIRAN B
Form Kelayakan Mengajukan Kerja Praktik (Form KP-01)
Form Persetujun Judul dan Permohonan Dosen Pembimbing (Form KP-02)
Surat Permohonan Kerja Praktik di PT. IKPP Serang
Surat Penerimaan Kerja Praktik di PT. IKPP Serang
Surat Tugas Pembimbing Kerja Praktik
Surat Keterangan Telah Melaksanakan Kerja Praktik di PT. IKPP Serang
Form Persetujuan Seminar Kerja Praktik (Form KP-03)
Absensi Kerja Praktik
Daftar Hadir Seminar PS. TL
Lembar Asistensi

I.

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri hasil hutan yang
sangat penting, karena perannya dalam perolehan devisa dan ekonomi nasional.
Industri pulp dan kertas mengubah bahan baku serat menjadi pulp, kertas dan kardus.
Urutan proses pembuatannya adalah persiapan bahan baku, pembuatan pulp (secara

I-2

kimia, semikimia, mekanik atau limbah kertas), pemutihan, pengambilan kembali


bahan kimia, pengeringan pulp dan pembuatan kertas.

PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. Serang Mill, Banten merupakan salah satu
industri kertas terbesar di Indonesia yang memproduksi pulp dan kertas. Produksi yang
dilakukan meliputi produksi white paper, brown paper, dan converting. Dengan adanya
kegiatan industri seperti ini, tentunya akan mengakibatkan timbulnya pencemaran oleh
limbah sisa proses produksinya. Limbah yang dihasilkan mulai dari limbah cair, limbah
padat, dan limbah bahan beracun dan berbahaya (B3). Limbah tersebut dikategorikan
limbah B3 menurut PP No 101 Tahun 2014 yang memerlukan pengelolaan secara
sistematis agar dapat menghasilkan limbah yang tidak mencemari lingkungan. Untuk
itulah penulis melaksanakan Kerja Praktik di Perusahaan tersebut untuk mengetahui
mengenai sistem pengelolaan limbah B3 di PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. Serang

Mill, Banten, karena pengelolaan limbah B3 memerlukan pembelajaran secara langsung


dan spesifik yang tidak didapatkan melalui proses perkuliahan atau akademis kampus.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dari kegiatan kerja Praktik adalah :

1. Sistem pengelolaan limbah B3 yang meliputi pengurangan, penyimpanan,


pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan.

2. Peraturan dan kebijakan terkait, aspek teknis operasional, dan legalitas yang
berkaitan dengan pengelolaan limbah B3.
1.3 Ruang Lingkup Masalah Kerja Praktik

Ruang lingkup masalah pada kerja Praktik ini adalah aktivitas dan proses produksi
PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. Serang Mill, Banten yang berkaitan dengan
pengelolaan limbah B3 antara lain:

1. Kebijakan dan peraturan pengelolaan limbah B3.

I-2

2. Aspek teknis operasional, organisasi, dan legalitas pada pengelolaan limbah B3


yang mencakup pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan,
pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan.

Aspek lain yang terkait pengelolaan limbah B3 yaitu pembiayaan tidak akan
dibahas pada laporan kerja Praktik.
1.4 Tujuan Kerja Praktik

Tujuan dari Kerja Praktik ini adalah agar mahasiswa :

1. Mengidentifikasi sumber limbah B3 dari proses produksi PT. Indah Kiat Pulp
and Paper Tbk. Serang Mill, Banten.

2. Mengetahui teknis operasional pelaksanaan pengelolaan limbah B3 yang telah


dilaksanakan di PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. Serang Mill, Banten.

3. Menganalisis teknis operasional pelaksanaan pengelolaan limbah B3 di PT.


Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. Serang Mill, Banten dengan peraturan yang
berlaku.
1.5 Manfaat Kerja Praktik

Kegunaan dpari pelaksanaan kegiatan Kerja Praktik antara lain :

1. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai sistem pengelolaan limbah B3


di PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. Serang Mill, Banten dan penanganannya
secara umum.

2. Memberikan informasi evaluasi dan perbaikan mengenai pengelolaan limbah


B3 hasil produksi di PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. Serang Mill, Banten.

I-2

I-2

II.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Limbah B3
Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada pasal 1 ayat 21 B3 adalah zat, energi,
dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak
lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
Menurut PP No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan B3 merupakan bahan
yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak
lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
Sedangkan menurut PP No. 101 Tahun 2014 B3 adalah zat, energi, dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk lain.
2.2 Peraturan Tentang B3
Peraturan Nasional yang terkait pengelolaan limbah B3 yang berlalu di
Indonesia antara lain :
1. Undang-undang RI No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup .
2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 18/2009 tentang Tata Cara Perizinan
Pengelolaan Limbah B3.
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 02/2008 tentang Pemanfaatan Limbah
Bahan Berbahaya Dan Beracun (Kegiatan pemanfaatan limbah bahan berbahaya
dan beracun seperi reuse, recycle, dan recovery).
4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 03/2008 tentang Tata Cara Pemberian
Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun.
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 14/2013 tentang Simbol Dan Label
Limbah Berbahaya Dan Beracun.

6. Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya


dan Beracun.
7. Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 Jo PP No. 85 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Peraturan ini juga sebagai
revisi PP. No.19 tahun 1994 Jo PP No. 12 tahun 1995 tentang Pengelolaan
Limbah B3.
8. Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 Jo PP No.85 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun peraturan ini juga sebagai
revisi PP No. 18 Tahun 1999 jo PP No. 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah B3.
9. Keputusan Bapedal No. 09 tahun 1995
a. Keputusan kepala Bapedal 01/Bapedal/09/1995 mengenai tata cara teknis
penyimpanan dan pengumpulan limbah B3.
b. Keputusan kepala Bapedal 02/Bapedal/09/1995 mengenai dokumen limbah B3,
mengatur pula tentang tata cara pengisian form dokumen limbah B3.
c. Keputusan kepala Bapedal 03/Bapedal/09/1995 mengenai persyaratan teknis
pengelolaan limbah B3.
d. Keputusan kepala Bapedal 04/Bapedal/09/1995 mengenai Tata Cara Persyaratan
Penimbunan Hasil Pengelolaan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengelolaan dan
Lokasi Bekas Penimbunan Limbah B3.
e. Keputusan kepala Bapedal 05/Bapedal/09/1995 mengenai Simbol dan Label
Limbah B3.
10. Keputusan Bapedal 68/BAPEDAL/05/1994 tentang Tata Cara Memperoleh Ijin
Pengelolaan limbah B3.
11. Keputusan Bapedal 02/BAPEDAL/01/1998 tentang Tata Laksana Pengawasan
Pengelolaan Limbah B3.
12. Keputusan Bapedal 03/BAPEDAL/01/1998 tentang Program kendali B3.
13. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 254/MPP/KEP/7/2000
tentang Tata niaga impor dan peredaran bahan berbahaya tertentu.
14. Keputusan Kepala Bapedal No 2 Tahun 1998 tentang: Tata Laksana Pengawasan
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Daerah.
15. Keputusan Kepala Bapedal No 3 Tahun 1998 tentang Program Kemitraan dalam
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.
16. Keputusan Kepala Bapedal No. 4 Tahun 1998 tentang Penetapan Prioritas
Propinsi Daerah Tingkat I Program Kemitraan Dalam Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun.

2.3 Karakteristik dan Identifikasi Limbah B3


Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 101 tahun 2014, langkah pertama
yang dilakukan dalam pengelolaan limbah B3 adalah mengklasifikasikan limbah
dari penghasil tersebut apakah termasuk limbah B3 atau tidak. Pengklasifikasian
ini akan memudahkan pihak penghasil, pengangkut, atau pengolah dalam
mengenali limbah tersebut sedini mungkin.
Dalam identifikasi limbah B3 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 101
tahun 2014 adalah sebagai berikut :
1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik, adalah limbah yang pada umumnya bukan
berasal dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan antara lain pemeliharaan
alat, pencucian, pencegahan korosi atau inhibitor korosi, pelarutan kerak dan
pengemasan.
2. Limbah B3 dari B3 kadaluwarsa, B3 yang tumpah, B3 yang tidak memenuhi
spesifikasi produk yang akan dibuang, dan bekas kemasan B3.
3. Limbah B3 dari sumber spesifik, adalah limbah sisa proses suatu industri atau
kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan. Limbah sumber spesifik dibagi
lagi menjadi dua yaitu, limbah dari sumber spesifik umum dan limbah dari
sumber spesifik khusus.
Dalam menganalisa suatu limbah termasuk B3 atau tidak, dapat dilihat
dari bahan yang digunakan dalam proses produksinya. Bahan dalam proses
produksi ini dianalisa termasuk bahan B3, berdasarkan lampiran PP No. 74
tahun 2001 tentang pengelolaan B3. Selain itu, metode analisa lainnya adalah
dengan mencocokkan limbah yang diidentifikasi dengan melihat lampiran I PP
No. 101 Tahun 2014 Jo PP No. 18 Tahun 1999 tabel 1 untuk daftar limbah dari
sumber tidak spesifik, tabel 2 untuk daftar limbah dari B3 kadaluwarsa, limbah
yang tumpah, limbah yang tidak memenuhi spesifikasi produk yang akan
dibuang, dan bekas kemasan limbah, tabel 3 untuk daftar limbah dari sumber
spesifik umum ,dan tabel 4 untuk daftar limbah B3 dari sumber spesifik khusus.
Jika suatu limbah tidak terdapat pada lampiran I tabel 1, 2, 3, dan 4 tidak
berarti bahwa limbah tersebut tidak termasuk limbah B3 tetapi harus dilakukan
uji karakteristik limbah B3. Hal tersebut terdapat dalam lampiran II PP No. 101
Tahun 2014 yaitu:
1. Mudah meledak (explosive - E)

Limbah B3 yang mudah meledak adalah limbah yang pada suhu dan tekanan
standar yaitu 250C atau 760 mmHg dapat meledak, atau melalui reaksi kimia dan/atau
fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
merusak lingkungan sekitarnya.
2. Mudah menyala (ignitable - I)
Limbah B3 bersifat mudah menyala adalah yang memiliki salah satu atau lebih
dari sifat berikut:
a. Limbah berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume
dan/atau pada titik nyala tidak lebih dari 60 0C atau 1400F akan menyala jika
terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumner nyala lain pada tekanan
udara 760 mmHg.
b. Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperature dan tekanan standar
yaitu 250C atau 760 mmHg mudah menyala melalui gesekan, penyerapan uao air
atau perubahan kimia secara spontan dan jika menyala dapat menyebabkan nyala
terus menerus. Sifat ini dapat diketahui secara langsung tanpa harus melalui
pengujian laboratorium.
3. Reaktif (reactive - R)
Limbah B3 reaktif adalah limbah yang memiliki salah satu atau lebih sifat sifat
berikut:
a. Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan
perubahan tanpa peledakan. Limbah ini secara visual menunjukkan adanya
antara lain gelembung gas, asap, dan perubahan warna;
b. Limbah yang jika bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan,
menghasilkan gas, uap atau asap. Sifat ini dapat diketahui secara langsung tanpa
melalui pengujian di laboratorium; dan/atau
c. Merupakan limbah sianida, sulfide yang pada kondisi pH antara 2 (dua) dan 12,5
(dua belas koma lima) dapat menghasilkan gas, uap, atau asap beracun. Sifat ini
dapat diketahui melalui pengujian limbah yang dilakukan secara kualitatif.
4. Infeksius (infectious - X)
Limbah B3 bersifat infeksius yaitu limbah medis padat yang terkontaminasi
organisme pathogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan, dan organisme tersebut
dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia
rentan. Yang termasuk ke dalam Limbah infeksius antara lain:
4

a. Limbah yang berasal dari perawatan pasien yang memerlukan isolasi penyakit
menular atau perawatan intensif dan Limbah laboratorium;
b. Limbah yang berupa benda tajam seperti jarum suntik, perlengkaan intravena,
pipet pateur, dan pecahan gelas;
c. Limbah patologi yang merupakan Limbah jaringan tubuh yang terbuang dari
proses bedah atau otopsi;
d. Limbah yang berasal dari pembiakan dan stok bahan infeksius, organ binatang
percobaan, bahan lain yang telah diinokulasi, dan terinfeksiatau kontak dengan
bahan yang sangat infeksius; dan/atau
e. Limbah sitotoksik yaitu limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan
dan pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi kanker yang mempunyai
kemampuan membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.
5. Korosif (corrosive - C)
Limbah b3 korosif adalah limbah yang memiliki salah satu atau lebih sifat sifat
berikut:
a. Limbah dengan pH sama atau kurang dari 2 (dua) untuk limbah bersifat asam
dan sama atau lebih besar dari 12,5 (dua belas koma lima) untuk yang bersifat
basa.sifat korosif dari limbah padat dapat dilakukan dengan mencampurkan
limbah dengan air sesuai metode yang berlaku dan jika limbah dengan pH lebih
kecil atau sama dengan 2 (dua) untuk Limbah bersifat asam dan pH lebih besar
atau sama dengan 12,5 (dua belas koma lima) untuk yang bersifat basa
dan/atau;
b. Limbah yang menyebabkan tingkat iritasi yang ditandai dengan adanya
kemerahan atau eritema dan pembengkakan atau edema. Sifat ini dapat
diketahui dengan melakukan penguian pada hewan uji mencit dengan
menggunakan metode yang berlaku.
6. Beracun (toxic T)
Limbah B3 beracun adalah limbah yang memiliki karakteristik beracun
berdasarkan uji penentuan karakteristik beracun melalui TCLP, Uji Toksikologi LD50,
dan uji sub-kronis.

LIMBAH

PP No. 101 tahun 2014


(Lampiran I: Daftar Limbah B3)

YA

Limbah B3

TIDAK

stik limbah B3 terdiri dari mudah meledak, mudah terbakar, reaktif, infeksius, korosif, beracun.
Parameter Uji Karakteristik Limbah B3)

YA

Limbah B3

TIDAK
Uji Toksikologi (uji TCLP, LD50, dan Sub-kronis)
YA

Limbah B3

TIDAK
Limbah Non B3

Gambar 2. 1 Diagram Identifikasi Limbah B3 (PP No. 101 Tahun 2014)


Ya
= sesuai Tidak
= tidak sesuai
Berdasarkan diagram alir diatas dapat dilihat bahwa limbah yang terdapat dalam
daftar limbah B3 pada lampiran PP No. 101 Tahun 2014. Pada lampiran I juga
dilengkapi daftar limbah B3 dari sumber spesifik dan sumber tidak spesifik. Dapat
terlihat juga bahwa pada lampiran tersebut dapat diidentifikasi langsung dari kegiatan
produksi perusahaan, sehingga akan lebih memudahkan limbah B3 untuk teridentifikasi.
Namun, apabila dalam lampiran I tidak tersedia karakteristik limbah maka perlu
dilakukan identifikasi dengan uji TCLP yang kriterianya merujuk pada lampiran III PP
No. 101 Tahun 2014. Namun, apabila tidak merujuk pada kriteria tersebut, dapat
dilakukan uji toksikologi dengan kriteria yang merujuk pada Lampiran II PP No. 101
Tahun 2014.
Uji toksisitas biasa dikenal dengan uji TCLP yang diadopsi dari uji yang
dilakukan di USA. Menurut EPA uji TCLP adalah salah satu evaluasi toksisitas
limbah untuk bahan-bahan yang dianggap berbahaya dan beracun dengan
penekanan pada nilai leachate . Setelah uji toksisitas biasa, dilakukan juga uji

toksisistas akut yang biasa disebut uji LD50 (Lethal Dose 50).

Uji LD50

merupakan perhitungan dosis berat pencemar (gram pencemar per kilogram)


yang dapat menyebabkan kematian 50% populasi makhluk hidup yang dijadikan
percobaan. Jika nilai LD50 dari pengujian limbah lebih besar dari 15 gram per
kilogram berat badan, maka limbah yang diuji tidak termasuk limbah B3.
2.4 Pengelolaan Limbah B3
Setiap badan usaha yang melakukan kegiatan pengelolaan limbah B3
wajib memiliki izin operasi dari kepala instasi yang bertanggung jawab, dalam
hal ini Menteri Negara Lingkungan Hidup. Ketentuan dan tata cara memperoleh
izin

tersebut

harus

sesuai

dengan

Kep-68/Bapedal/05/1994.

Perizinan

pengelolaan limbah B3 dimaksudkan untuk mengetahui jumlah timbulan, jenis,


karakteristik limbah B3 di Indonesia sejak dihasilkan sampai dengan
pengelolaan akhir.
Menurut PP No. 101 Tahun 2014, pengelolaan limbah B3 merupakan
rangkaian kegiatan yang mencakup penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan,
pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan hasil pengelolaan
limbah B3. Pengelolaan ini bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi
pencemaran lingkungan hidup serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan
yang sudah tercemar sehingga sesuai fungsinya kembali. Pengelolaan ini wajib
dilaksanakan oleh penghasil limbah B3 yang bertanggungjawab untuk
mengelola alur limbahnya dari awal limbah dihasilkan sampai tahap pengelolaan
akhir.
Penghasil limbah B3 adalah setiap orang yang karena usaha atau
kegiatannya menghasilkan limbah B3. Setiap penghasil wajib mengolahnya
sesuai dengan teknologi yang ada, tetapi jika tidak mampu diolah di dalam
negeri dapat diekspor ke negara lain. Penghasil dapat menyimpan limbah B3
paling lama 90 hari atau lebih dari 90 hari, jika yang dihasilkan <50 kg per hari,
sebelum diserahkan kepada pihak pengumpul, pemanfaat, pengolah, penimbun
limbah B3.
Aplikasi dari pengelolaan limbah B3 sendiri tertuang pada suatu konsep
Cradle-to-Grave. Konsep ini pun sebanding dengan definisi pengelolaan limbah
B3 menurut PP No. 101 Tahun 2014. Konsep Cradle-to-Grave adalah suatu
konsep dimana dilakukan kontrol aktif terhadap limbah dari awal mula limbah
7

terbentuk. Pengurangan jumlah dan sifat bahaya limbah menjadi prioritas dalam
konsep ini, agar jumlah limbah B3 yang ditimbun apat diminimasi. Konsep ini
mengusung jalannya limbah B3 dari limbah tersebut dihasilkan sampai tahap
akhir dari limbah tersebut.
2.5 Konsep Pengelolaan Limbah B3
Konsep pengelolaan limbah B3 ini sebagaimana dimaksud dari definisi
pengelolaan limbah B3 sendiri yang tertuang pada PP No. 101 Tahun 2014 yaitu
merupakan kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan, pengumpulan,
pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan.
2.5.1 Penyimpanan Limbah B3
Menurut PP No. 101 Tahun 2014, penyimpanan limbah B3 merupakan
kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil dengan maksud
menyimpan sementara limbah B3 yang dihasilkannya. Dalam peraturan
tersebut mengizinkan bahwa penghasil dapat

melakukan

penyimpanan

sementara di tempat penghasil dalam kurun waktu 90 hari sebelum


diserahkan kepada pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3,
namun apabila limbah B3 yang dihasilkan oleh penghasil memiliki jumlah
<50kg/hari untuk limbah B3 kategori 1, penghasil limbah B3 dapat melakukan
penyimpanan selama 180 hari. Untuk limbah B3 dari kategori 2 dari sumber
tidak spesifik dan sumber spesifik umum serta memiliki jumlah <50 kg maka
diperbolehkan untuk menyimpan limbahnya dalam kurun waktu 365 hari sejak
dihasilkan. Proses penyimpanan ini dilakukan ditempat penyimpanan yang
khusus dibuat untuk itu, dengan kapasitas yang sesuai dengan jumlah B3
yang akan disimpan sementara. Tempat penyimpanan limbah B3 dalam PP No.
101 Tahun 2014, disyaratkan untuk memenuhi karakteristik berikut :
1. Lokasi tempat penyimpanan limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam pasal
13A harus bebas banjir dan tidak rawan bencana alam
2. Dalam hal lokasi penyimpanan limbah B3 tidak bebas banjir dan rawan
bencana alam, lokasi penyimpanan limbah B3 harus dapat direkayasa dengan
teknologi untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
3. Lokasi penyimpanan limbah B3 sebagaimana dimaksud pada poin 1 dan poin 2
harus berada di dalam penguasaan setiap penghasil limbah B3.

2.5.2 Pengumpulan Limbah B3


Pengumpulan limbah B3 merupakan kegiatan mengumpulkan limbah B3
dari penghasil limbah B3 sebelum diseahkan kepada pemanfaat, pengolah,
dan/atau penimbun limbah B3. Pengumpulan sebagaimana dimaksud dapat
dilakukan dengan cara segregasi dan penyimpanan limbah B3. Penghasil
limbah B3 yang bertindak pula sebagai pengumpul limbah B3 dalam PP
No. 101 Tahun 2014 mempunyai beberapa persyaratan lingkungan hidup yang
harus dipenuhi sebagai pengumpul limbah B3, antara lain:
1. Mengumpulkan limbah B3 sesuai dengan nama dan karakteristik limbah B3.
2. Memfungsikan tempat penyimpanan limbah B3 sebagai tempat penyimanan
limbah B3.
3. Menyimpan limbah B3 yang dikumpulkan ke dalam tempat penyimpanan
limbah B3.
4. Melakukan pengemasan limbah B3 sesuai dengan karakteristik limbah B3.
5. Melekatkan label limbah B3 dan simbol limbah B3 pada kemasan limbah B3.
6. Konstruksi dan bahan bangunan disesuaikan dengan karakteristik limbah
B3.
7. Lokasi

tempat

dinyatakan

stabil,

pengumpulan
jauh

dari

yang

bebas

sumber

air,

banjir,
tidak

secara

merupakan

geologi
daerah

tangkapan air dan jauh dari pemukiman atau fasilitas umum lainnya.
8. Pengumpul limbah B3 juga wajib untuk membuat catatan sebagaimana yang
dilakukan oleh penghasil limbah B3 dan wajib menyampaikan catatan
ini sekurang-kurangnya

sekali

dalam

enam

bulan

sekali

kepada

Bappedal.
9. Pengumpul limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 yang dikumpulkannya
selama sembilan puluh hari dan bertanggung jawab terhadap limbah B3
sebelum diserahkan kepada pengolah limbah B3.
Bangunan pengumpulan limbah B3 dalam Kep-01-Bappedal Tahun
1995 diatur untuk memiliki persyaratan sebagai berikut :
1. Fasilitas penyimpanan merupakan fasilitas khusus yang dilengkapi dengan
berbagai sarana agar pengumpulan berlangsung aman dan baik bagi
lingkungan.
2. Setiap bangunan
menyimpan

satu

pengumpulan

limbah

B3

dirancang

karakteristik

limbah

dan

dilengkapi

penampung tumpahan
3. Fasilitas pengumpulan harus dilengkapi dengan :

khusus
dengan

untuk
bak

a. Peralatan dan sistem pemadam kebakaran.


b. Pembangkit listrik cadangan.
c. Fasilitas P3K.
d. Peralatan komunikasi.
e. Gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan.
f. Pintu darurat dan alarm.
Gambar 2.2 menunjukkan tata ruang fasilitas penyimpanan sementara.

Gambar 2. 2
Fasilitas
Sementara
Bappedal

Tata Ruang
Penyimpanan
(Kep-01Tahun 1995)
2.5.3 Pengemasan Limbah B3

Guna meningkatkan pengamanan terhadap limbah B3 yang disimpan atau


dikumpulkan agar tidak sampai tumpah atau tercecer kelingkungan maka
pengemasan dan pewadahan limbah merupakan sebuah hal wajib dilakukan.
Persyaratan untuk pengemasan limbah B3 diatur dalam Kep-01-Bappedal Tahun
1995 :
1. Kemasan (drum, tong atau bak kontainer) yang digunakan harus : dalam
kondisi baik, tidak bocor, berkarat atau rusak.
2. Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah B3 yang
disimpan.
3. Mampu mengamankan limbah yang disimpan didalamnya
4. Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan.
5. Kemasan yang digunakan untuk pengemasan limbah dapat berupa drum atau
tong dengan volume 50, 100, atau 200 liter atau dapat pula berupa bak

10

kontainer berpenutup dengan kapastitas 2, 4 atau 8 M3.


6. Limbah B3 yang disimpan didalam satu kemasan adalah limbah yang sama,
atau memiliki karakteristik sama atau saling cocok dengan limbah lain.
Kemasan yang terlah diisi penuh ditandai dengan label yang sesuai, tertutup
rapat dan hanya dapat dibuka jika akan melakukan penambahan atau
pengambilan limbah didalamnya, serta disimpan ditempat yang tepat. Contoh
kemasan penyimpanan limbah B3 disajikan pada Gambar 2.3.

Gambar 2. 3 Kemasan Penyimpanan Limbah B3:


a. Kemasan drum limbah cair; b. Kemasan drum limbah sludge (Kep-01Bappedal Tahun 1995)
2.5.4 Pelabelan Limbah B3
Setiap kemasan limbah B3 wajib diberi simbol dan label yang
menunjukkan karakteristik dan jenis limbah B3, maka dari itu dibutuhkan
standar bagi pelabelan dan simbol agar dapat dimengerti secara luas oleh pihakpihak yang terkait dengan pengelolaannya.
Penerapan pelabelan yang diterapkan di Indonesia mengacu pada Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2013 tentang Simbol dan Label
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang menggantikan peraturan sebelumnya yaitu
Keputusan Kepala Bapedal No. 05/Bapedal/09/1995.
Penandaan terhadap limbah B3 juga penting untuk penelusuran dan penentuan
pengelolaan limbah B3. Tanda yang juga digunakan ada 2 jenis yaitu simbol limbah B3
dan label limbah B3.
a. Simbol limbah B3
Simbol limbah B3 berbentuk belah ketupat. Simbol limbah B3 yang dipasang
pada kemasan dengan ukuran paling rendah 10 cm x 10 cm, sedangkan simbol limbah

11

B3 pada kendaraan pengangkut limbah B3 dan tempat penyimpanan limbah B3 dengan


ukuran paling rendah 25cm x 25cm, sebanding dengan ukuran boks pengangkut yang
ditandai sehingga tulisan pada simbol limbah B3 dapat terlihat jelas dari jarak 20 meter.
Gambar 2.4 menunjukkan bentuk dasar simbol limbah B3.

Gambar 2. 4 Bentuk Dasar Simbol Limbah B3 (Peraturan Menteri


Lingkungan Hidup No 14 Tahun 2013)
Selain itu juga tersedia pula simbol karakteristik dari limbah B3 yang
merupakan perbaikan dan pelengkap dari daftar simbol menurut Keputusan Kepala
Bapedal No. 05/BAPEDAL/09/1995. Karakteristik limbah B3 yang dilampirkan pada
Permen LH No. 14 dapat dilihat pada Tabel 2.1 :

Tabel 2. 1 Simbol Karakteristik Limbah B3 (Peraturan Menteri Lingkungan


Hidup No. 14 Tahun 2013)
No
1.

Simbol

Keterangan
Mudah Meledak

2.

Cairan Mudah Menyala

12

No
3.

Simbol

Keterangan
Padatan Mudah Menyala

4.

Reaktif

5.

Beracun

6.

Korosif

7.

Infeksius

8.

Berbahaya Terhadap
Lingkungan

b. Label limbah B3
Label limbah B3 merupakan penandaan pelengkap yang berfungsi memberikan
informasi dasar mengenai kondisi kualitatif dan kuantitatif dari suatu limbah B3

13

yang dikemas. Terdapat 3 jenis label limbah B3 yang berkaitan dengan sistem
pengemasan limbah B3 yaitu :
1. Label limbah B3 untuk wadah dan/ atau kemasan limbah B3
Label limbah B3 berfungsi untuk memberikan informasi tentang asla usul
llimbah B3, identitas limbag B3, serta kuantifikasi limbah-limbah dalam
kemasan limbah B3. Label berukuran paling rendah 15cm x 20cm, dengan
warna dasar kuning serta garis tepi berwarna hitam. Gambar 2.5 menunjukkan
contoh label limbah B3.

Gambar 2. 5 Label Limbah B3 (Peraturan Menteri Lingkungan Hidup


No. 14 Tahun 2013)
2. Label limbah B3 untuk wadah dan/ atau kemasan limbah B3 kosong
Bentuk dasar label limbah B3 untuk wadah dan/atau kemasan limbah B3
kosong sama dengan bentuk dasar simbol limbah B3. Label limbah B3 yang
dipasang pada wadah dan/atau kemasan dengan ukuran paling rendah 10cm x
10cm dan pada bagian tengah terdapat tulisan KOSONG berwarna hitam
ditengahnya. Gambar 2.6 menunjukkan contoh label limbah B3 wadah
dan/atau kemasan kosong.

Gambar 2. 6
B3 Wadah

Label Limbah
dan/atau

14

Kemasan Limbah B3 Kosong (Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.


14 Tahun 2013)
3. Label limbah B3 untuk penunjuk tutup wadah dan/atau kemasan
Label berukuran paling rendah 7 cm x 15 cm dengan warna dasar putih dan
terdapat gambar yang terdiri dari 2 buah anak panah mengarah ke atas yang
berdiri sejajar. Gambar 2.7 menunjukkan contoh label limbah B3 penandaan
posisi tutup wadah dan/atau kemasan limbah B3.

Gambar 2. 7 Label Limbah B3 Penandaan Posisi Tutup Wadah dan/atau


Kemasan Limbah B3 (Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
14 Tahun 2013)
2.5.5 Pengangkutan Limbah B3
Pengangkut limbah B3 menurut PP No. 101 Tahun 2014, didefinisikan
sebagai sebuah badan usaha yang melakukan kegiatan pengangkutan limbah B3,
sedangkan pengangkutan limbah B3 didefinisikan sebagai suatu kegiatan
pemindahan limbah B3 dari penghasil dan/atau dari pengumpul dan/atau dari
pemanfaat dan/atau dari pengolah ke pengumpul dan/atau ke pemanfaat dan/atau
ke pengolah dan/atau ke penimbun limbah B3.
Menurut PP No. 101 Tahun 2014, pengangkutan limbah B3 wajib
memiliki rekomendasi pengangkutan limbah B3 dan izin pengelolaan limbah B3
untuk kegiatan pengangkutan limbah B3. Pengangkutan limbah B3 ajib
dilakukan dengan menggunakan alat angkut yang tertutup untuk limbah B3
kategori 1, seperti truk container. Sedangkan untuk limbah B3 kategori 2 dapat
dilakukan dengan menggunakan alat angkut terbuka, seperti contohnya blue
truck dan dump truck.
Menurut lampiran Keputusan Kepala Bapedal 02/BAPEDAL/09/1995
setiap pengangkutan limbah B3 harus disertai dengan dokumen pengangkutan

15

limbah B3 (manifest document). Dokumen yang dimaksud paling sedikit


memuat :
a.
b.
c.
d.
e.

Jenis dan jumlah alat angkut


Sumber, nama, dan karakteristik limbah B3 yang diangkut
Prosedur penanganan limbah B3 pada kondisi darurat
Peralatan untuk penanganan limbah B3
Prosedur bongkar muat limbah B3

2.5.6 Pengangkutan Limbah B3


Penimbunan limbah B3 harus dilakukan secara tepat, baik tempat serta
mengenai persyaratannya, karena limbah B3 yang akan ditimbun masih
berpotensi mencemari lingkungan dari timbulan lindinya, walaupun tersebut
sudah diolah. Penimbunan limbah B3 merupakan tahap terakhir pengelolaan
limbah B3 dengan desain tertentu yang mempunyai sistem pengumpulan dan
pemindahan timbulan lindi dan mengolahnya memenuhi kriteria limbah cair
yang diterapkan sebelum dibuang ke lingkungan. Berdasarkan Keputusan
Kepala Bapedal 04/BAPEDAL/09/1995 syarat tempat penimbunan limbah B3
yaitu :
a. Lokasi yang akan dipilih harus merupakan daerah yang bebas dari banjir
seratus tahun.
b. Geologi Lingkungan
1) Daerah dengan litologi batuan dasar adalah batuan sedimen berbutir sangat
halus (seperti serpih, batu lempung), batuan beku, atau batuan malihan
yang bersifat kedap air (k<10-9 m/detik), tidak berongga, tidak bercelah
dan tidak berkekar intensif.
2) Tidak merupakan daerah berpotensi bencana alam : longsoran, bahaya
gunung api, gempa bumi dan patahan aktif
c. Hidrogeologi
1) Bukan merupakan daerah resapan (recharge) bagi air tanah tidak tertekan
yang penting dan air tanah tertekan.
2) Dihindari lokasi yang di bawahnya terdapat lapisan air tanah (aquifer).
Jika di bawah lokasi tersebut terdapat lapisan air tanah maka jarak terdekat
lapisan tersebut dengan bagian dasar landfill adalah 4 meter.
d. Hidrologi permukaan
Lokasi penimbunan bukan merupakan daerah genangan air, berjarak minimum
500 m dari aliran sungai yang mengalir sepanjang tahun, danau, atau waduk
untuk irigasi pertanian dan air bersih.
16

e. Iklim dan Curah Hujan


Diutamakan lokasi dengan :
1) Curah hujan : kecil, daerah kering
2) Keadaan angin : kecepatan angin tahunan rendah, berarah dominan ke
daerah tidak berpenduduk atau berpendufuk jarang.
f. Lokasi penimbunan harus sesuai dengan rancana tata ruang yang merupakan
tanah kosong yang tidak subur, tanah pertanian yang kurang subur atau lokasi
bekas pertambangan yang telah tidak berpotensi dan sesuai dengan rencana
tata ruang baik untuk peruntukam industri atau tempat penimbunan limbah.
Selain itu harus memperhatikan flora dan fauna.
Sedangkan untuk rancang bangun/desain bagi masing-masing kategori
landfill yang digunakan untuk tempat penimbunan limbah B3 mengacu pada
Keputusan

Kepala

Bapedal

No.04/BAPEDAL/09/1995.

Gambar

2.8

menunjukkan desain landfill dan gambar 2.9 menunjukkan pelapis penutup


akhir landfill.

Gambar 2. 8 Desain Landfill Kategori I,II, dan III (Kep Bapedal


04/BAPEDAL/09/1995)

17

Gambar 2. 9 Pelapis Penutup Akhir (Final Cover) Tempat Penimbunan


Limbah B3 (Landfill) Kategori I,II,dan III (Kep Bapedal
04/BAPEDAL/09/1995)
2.6 Konsep Dokumen Limbah B3
Menurut Keputusan Kepala Bepedal No. Kep-02/Bapedal/09/1995,
dokumen limbah B3 adalah surat yang diberikan pada waktu penyerahan limbah
B3 untuk diangkut dari lokasi kegiatan penghasil ke tempat penyimpanan di luar
lokasi kegiatan, dan atau pengumpulan dan atau pengangkutan dan atau
pengolahan dan atau pemanfaatan serta penimbunan hasil pengolahan. Dokumen
ini akan memegang peranan penting dalam pemantauan perjalanan limbah B3
dari penghasil sampai ke pengolah limbah. Berdasarkan PP No. 101 Tahun 2014
bahwa dokumen limbah B3 tersebut berisi ketentuan sebagai berikut:
1. Kode manifes pengangkutan limbah B3
2. Nama dan alamat penghasil atau pengumpul limbah B3 yang menyerahkan limbah
3.
4.
5.
6.

B3
Tanggal penyerahan limbah B3
Nama dan alamat pengangkut limbah B3
Tujuan pengangkutan limbah B3
Jenis, jumlah, komposisi, dan karakteristik limbah B3 yang diserahkan
Dokumen limbah B3 dibuat dalam rangkap 7 (tujuh) apabila pengangkutan
hanya satu kali dan apabila pengangkutan lebih dari satu kali (antar moda), maka
dokumen terdiri dari 11 (sebelas) rangkap dengan perincian sebagai berikut:

1. Lembar asli (pertama) disimpan oleh pengangkut limbah B3 setelah ditandatangani


oleh pengirim limbah B3
18

2. Lembar kedua yang sudah ditandatangani oleh pengangkut limbah B3, oleh pengirim
limbah B3 dikirimkan kepada instansi yang bertanggungjawab
3. Lembar ketiga yang sudah ditandatangani oleh pengangkut disimpan oleh pengirim
limbah B3
4. Lembar keempat setelah ditandatangani oleh pengirim limbah B3, oleh pengangkut
diserahkan kepada penerima limbah B3
5. Lembar kelima dikirimkan oleh penerima kepada instansi yang bertanggung jawab
setelah ditandatangani oleh penerima limbah B3
6. Lembar keenam dikirim oleh pengangkut kepada Bupati/Walikota yang bersangkutan
dengan pengirim, setelah ditandatangani oleh penerima limbah B3
7. Lembar ketujuh setelah ditandatangani oleh penerima, oleh pengangkut dikirimkan
kepada pengirim limbah B3
8. Lembar kedelapan sampai dengan lembar kesebelas dikirim oleh pengangkut kepada
pengirim limbah B3 setelah ditandatangani oleh pengangkut terdahulu dan
diserahkan kepada pengangkut berikutnya/antar moda. Skema perjalanan dokumen
limbah B3 disajikan pada Gambar 2.10.

Gambar 2. 10 Skema Perjalanan Dokumen Limbah B3 (Damanhuri, 2010)


2.7 Limbah Industri Kertas
Secara khusus, jenis limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan industri pulp
dan kertas telah tercantum dalam lampiran I PP No. 101 Tahun 2014. Limbah B3
yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 2.2:
Tabel 2. 2 Limbah dari Industri Pulp dan Kertas
Sumber Limbah
1. Manufaktur dan formulasi produk pulp dan/
atau kertas
2. Proses deinking pada industri kertas
berbahan baku kertas bekas
3. Kegiatan pencetakan dan pewarnaan produk

19

Uraian Limbah
Adesif atau perekat sisa dan kedaluwarsa
Residu pencetakan (tinta/pewarna)
Sludge brine
Lime mud
Debu
dari
fasilitas
pengendalian

Sumber Limbah
kertas
4. Fasilitas pengendalian pencemaran udara
5. Fasilitas oil treatment dan/atau
penyimpanan
6. IPAL yang mengolah efluen dari proses
pembuatan produk kertas deinking

Uraian Limbah
pencemaran udara.
Sludge oil treatment dan/atau penyimpanan
Sludge IPAL pembuatan produk kertas
deinking.

Sumber : lampiran I PP No. 101 Tahun 2014

20

III. BAB III


METODOLOGI KERJA PRAKTIK
3.1 Tujuan Operasional
Dalam melakukan sebuah perancangan diperlukan sebuah tujuan operasional.
Tujuan operasional ini memaparkan data-data yang dibutuhkan sehingga dapat dijadikan
sebagai panduan untuk melakukan perancangan. Tujuan operasional dapat dilihat pada
Tabel 3.1:
Tabel 3. 1 Tujuan Operasional Kerja Praktik
No.
1.

2.

3.

Tujuan Operasional
Data yang Dibutuhkan
Mengidentifikasi sumber limbah B3 dari proses produksi di PT. Indah Kiat
Pulp and Paper Tbk, Serang Mill, Banten
a. Mengetahui Identifikasi
1. Sumber penghasil limbah B3
2. Jenis limbah B3 yang dihasilkan
Sumber
3. Karakteristik limbah B3 yang
dihasilkan
4. Neraca massa limbah B3
Mengetahui teknis operasional pelaksanaan pengekolaan limbah B3 yang
telah dilaksanakan di PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk, Serang Mill,
Banten
a. Mengetahui Proses Produksi
1. Proses Produksi PT Indah Kiat
PT. Indah Kiat Pulp and
Pulp and Paper Tbk, Serang Mill,
Paper Tbk, Serang Mill,
Banten
2. Proses Pengelolaan Limbah B3
Banten
3. Tahapan dan prosedur pengelolaan
b. Mengetahui teknis
limbah B3
operasional pengelolaan
4.
Fasilitas pengelolaan limbah B3
limbah B3 PT. Indah Kiat
Pulp and Paper Tbk, Serang
Mill, Banten
Membandingkan teknis operasional pelaksanaan pengelolaan limbah padat
B3 di PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk, Serang Mill, Banten dengan
peraturan yang berlaku
a. Mengetahui peraturan terkait
1. Undang-undang terkait
2. Peraturan daerah dan pemerintah
yang terkait
3. Izin dari pemerintah terkait
pengelolaan limbah B3

3.2 Tahap Pelaksanaan Kerja Praktik


Dalam keseluruhan pelaksanaan Kerja Praktik terdapat 3 tahapan, yaitu tahap
persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyusunan laporan.

3.2.1 Tahap Persiapan


Dalam tahap persiapan Kerja Praktik dilakukan proses administrasi yang meliputi
pendaftaran Kerja Praktik pembuatan proposal Kerja Praktik, pengiriman dan pengajuan
Kerja Praktik kepada instasi terkait, permohonan pembimbing Kerja Praktik dan
pembuatan surat-surat lainnya. Studi literatur serta pemahaman tentang aturan-aturan
terkait juga dilakukan pada tahap ini sebagai dasar pembuatan laporan dan agar lebih
mengetahui secara mendasar tentang sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun di suatu pabrik kertas.
3.2.2 Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan Kerja Praktik dimulai pada tanggal 1 Februari 2016 sampai dengan 4
Maret 2016. Selama pelaksanaan Kerja Praktik penulis melakukan Kerja Praktik dengan
rincian melakukan identifikasi terhadap sumber limbah B3, mempelajari teknik
operasional pelaksanaan pengelolaan limbah B3, serta membandingkan dengan
peraturan yang digunakan di PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk, Serang Mill, Banten.
3.2.3 Tahap Penyusunan Laporan
Dalam penyusunan laporan Kerja Praktik dilakukan analisis dan pembahasan
berdasarkan pengamatan di lapangan serta data-data yang diperoleh mengenai sistem
pengelolaan limbah B3 di PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk, Serang Mill, Banten.
3.3 Metode Pengambilan Data
Dalam penyusunan laporan Kerja Praktik ini diperlukan suatu data dan informasi
yang mendukung serta mempunyai nilai kebenaran yang tinggi. Oleh karena itu, data
dan informasi yang ada harus akurat. Metode yang dipakai dalam pengumpulan data
dibagi menjadi dua, yaitu :
3.2.3.1 Pengambilan Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung (observasi) maupun dengan cara interview mengenai pengelolaan limbah B3
di PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk, Serang Mill, Banten. Kemudian data tersebut
diolah dan dievaluasi secara deskriptif dan dianalisis untuk mendapatkan data-data
sekunder.
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data primer di PT Indah Kiat Pulp
and Paper Tbk, Serang Mill, Banten adalah :

1. Observasi, yaitu pengumpulan data dan pengamatan langsung terhadap pengelolaan


limbah B3 di lokasi pelaksanaan Kerja Praktik.
2. Studi Kepustakaan, yaitu melalui buku-buku, literatur dan standar peraturan yang
berkaitan dengan pengelolaan limbah B3.
3. Wawancara, yaitu metode pengumpulan data informasi dengan mengajukan
pertanyaan secara langsung pada staf yang berwenang/berkaitan langsung dengan
obyek studi. Beberapa pertanyaan umumnya berkaitan dengan kinerja lingkungan,
atau hal-hal teknis yang kurang dimengerti pada saat pelaksanaan Kerja Praktik, dan
berbagai permasalahan yang ada dalam pengoperasian unit pengelolaan limbah B3.
3.2.3.2

Pengambilan Data Sekunder

Data sekunder merupakan data eksisting yang berupa dokumen referensi dan
laporan rutin harian yang dikumpulkan bagian administrasi. Data yang diperoleh
digunakan sebagai penunjang untuk melengkapi data primer yang telah didapatkan.
Kemudian informasi tersebut dipergunakan untuk pedoman sebagai pengetahuan awal
sebelum studi lapangan, selama pengamatan di lapangan dan pada saat pembagasan
serta analisis dalam tahap penyususnan laporan.
Metode pengumpulan data sekunder meliputi kegiatan pengumpulan data
sekunder data literatur, makalah, laporan terdahulu, data keterangan berupa bagan alir
proses produksi dan data pendukung lainnya seperti metode pengumpulan data
informasi dengan mempelajari literatur yang berkaitan dengan objek studi.
Pengumpulan dokumen dan referensi pengelolaan lingkungan melalui mekanisme
di PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk, Serang Mill, Banten. Kemudian data tersebut
dipergunakan sebagai acuan atau pedoman sebagai dasar pengetahuan awal sebelum
studi lapangan, selama pengamatan di lapangan, dan data pada analisis dan pembahasan
dalam tahap penyusunan laporan. Teknik pengambilan data dapat dilihat pada Tabel 3.2:
Tabel 3. 2 Teknik Pengambilan Data
Jenis Data
Data yang Dibutuhkan
Data Primer 1. Sumber penghasil limbah
bahan berbahaya dan
beracun
2. Jenis limbah B3 yang
dihasilkan oleh kegiatan
perusahaan
3. Karakteristik limbah B3
yang dihasilkan
4. Neraca massa limbah B3

Sumber Data
Metode
Environment - Observasi
Protection
lapangan
Dokumentasi
Department
- Wawancara
PT. IKPP
Serang

Alat
- Buku catatan
- Flashdisk
- Kamera

Jenis Data
Data
Sekunder

5.
1.

2.

3.

4.

Data yang Dibutuhkan


Pengelolaan limbah B3
Undang-undang dan
peraturan pemerintah baik
pusat maupun daerah yang
berkaitan dengan limbah
B3 dan baku mutu serta
pengelolaannya.
Gambaran umum dan
sejarah singkat PT. Indah
Kiat Pulp and Paper Tbk.
Serang Mill, Banten
Struktur organisasi PT.
Indah Kiat Pulp and Paper
Tbk. Serang Mill, Banten
Data-data penunjang
lainnya

Sumber Data

Metode

Alat

Arsip dokumen - Studi literatur - Buku catatan


Environment - Mencatat atau - Flashdisk
menyalin data
Protection
Department PT.
IKPP Serang

IV. BAB IV
GAMBARAN UMUM
4.1 Gambaran Umum
PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk, Serang Mill, Banten (PT. IKPP Serang)
mempunyai 3 buah pabrik yang berlokasi di Desa Pakulan, Kecamatan Serpong,
Kabupaten Tangerang, Banten sebagai

penghasil kertas budaya. Yang kedua Desa

Pinang, Sebatang dan Desa Perawang, Kecamatan Siak, Riau, Sumatera sebagai
penghasil pulp dan kertas budaya. Sedangkan yang ketiga berada di Desa Kragilan,
Kabupaten Serang, Banten sebagai penghasil kertas industri.
4.1.1 Sejarah dan Perkembangan PT. IKPP Serang
PT. IKPP Serang didirikan pada 7 Desember 1976 sebagai perusahaan joint
venture oleh perusahaan Indonesia yaitu PT. Berkat Indah Agung dengan dua
perusahaan Taiwan, Chung Hwa Pulp Corporation dan Yuen Foong Yu Paper
Manufacturing Company Ltd. Dalam pendirian perusahaan, kedua perusahaan Taiwan
menyediakan teknologi yang memungkinkan campuran kayu tropis untuk menghasilkan
kertas tulis dan cetak sementara PT. Berkat Indah Agung menyediakan akses ke sumber
kayu tropis.
Pada tahun 1992 didirikan PT. IKPP Serang seluas 550 Ha yaitu pabrik ketiga
yang memproduksi kertas dan karton dan produk-produk kemasan lainnya yang bernilai
tambah melalui konversi dari produk-produk utamanya. Pabrik ini berlokasi di Jalan
Raya Serang Km. 76 Desa Kragilan Sentul Kecamatan Kragilan, Serang Banten.
PT. IKPP Serang secara konsisten melakukan berbagai program pengembangan.
Pabrik melalui produksi perdana berupa industrial paper pada bulan Januari 1993 yang
terdiri dari kraft liner board, corrugatting medium, dan corrugated box. Kraft dan white
liner board ini digunakan sebagai pelapis bagian dalam dan luar dari corrugated carton
boxes. Corrugating medium ini yang diletakan di lapisan tengah dan bergelombang,
biasa digunakan untuk menahan bantingan dan getaran.
Pabrik paper tube di Serang terletak disebelah pabrik corrugated box. Mesin
paper tube spiral winding ini mempunyai kapasitas 30.000 ton paper tube per tahun.
Sebagian dari produksi paper tube ini di salurkan sebagai paper core ke PT. IKPP
Serang sedangkan sisanya disalurkan keseluruh Indonesia. Kini, pabrik IKPP Serang

adalah pabrik kertas karton industri terbesar di Indonesia dengan penguasaan pasar
utama kurang lebih 34% di pasaran container board. Secara keseluruhan kapasitas
produksi tahunan sekitar 1.700.000 metrik ton kertas karton dan 480.000 metrik ton
untuk produk konverting dan kotak lipat.
4.1.2 Lokasi PT. IKPP Serang
Lokasi PT. IKPP Serang berada di Jalan Raya Serang Km. 76 Desa Kragilan
Sentul Kec. Kragilan, Serang, Banten. Lokasi PT. IKPP Serang akan dijelaskan pada
Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.

PT. IKPP Serang

Gambar 4. 1 Peta Lokasi PT. IKPP Serang


Sumber : Situs Pemetaan Daerah Koridor Wilayah Jawa, 2016

Gambar 4. 2 Peta Lokasi PT. IKPP Serang


Sumber : Google Earth, 2016
4.1.3 Visi dan Misi PT. IKPP Serang
Visi dari PT. IKPP Serang adalah menjadi perusahaan kertas nomor satu di abad
ke-21 dengan standar internasional tertinggi di dunia dan dengan komitmen penuh
untuk menyediakan nilai terbaik kepada para pelanggan, pemegang saham, karyawan,
dan komunitas masyarakat.
Sedangkan misi dari PT. IKPP Serang adalah memberi manfaat kepada
pelanggan , dan konsumen , memperbaiki kualitas hidup dan menjaga keselamatan
karyawan, ikut membangun sesuai tujuan nasional sebagai tanggung jawab dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara dan membahagiakan para pemegang saham,
investor yang berpotensi, karyawan, manajemen, rekan usaha, pemerintah dan
lingkungan sekitar.
4.1.4 Logo PT. IKPP Serang

Gambar 4. 3 Logo PT. IKPP Serang


Sumber : PT. IKPP Serang, 2016

4.1.5 Struktur Organisasi PT. IKPP Serang


Struktur organisasi PT. IKPP Serang disajikan pada Gambar 4.3.

Presiden Direktur

Vice Presiden
Direktur
Production
Department
Paper Production
Division
Finishing &
Converting
Division

Sales & Marketing


Department

Engineering
Department

Sales & Marketing


Export Division

Mechanical
Maintanace
Division

Supporting Section
Paper PPIC
Section
Customer Service
& Promotion
Section

Compliance
and
Development
Department
R&D
Division

E&I
Maintanance
Division

QA Division

Manufacturin
g Division

Environmental
Protection
Division

Project and
Technical
Division

Finance &
Accoounting
Division

Administration
& Service
Department

Converting
Department

General Affairs
Division

Carton Box 15 Division

Industrial Safety
& Security
Division
Human
Resources
Division
Information
Technology
Division
Public Affairs
Division

Gambar 4. 4 Struktur Organisasi PT. IKPP Serang


Sumber : Dokumen HR People Development, 2016

Converting
Division
Office
Design &
New
Production
Development

Logistic &
Delivery
Department
Procurement
Division
Material
Management
Division
Finished Good
W/H Division
Delivery
Division
Packaging
Material Division

4.2 Proses Produksi


Proses produksi kertas di PT. IKPP Serang memiliki 2 jenis Paper Machine (PM), yaitu PM A dan PM B. Paper Machine A yang
terdiri dari PM 1, PM 2, PM 4, PM 5 untuk memproduksi Kertas Coklat (Brown Paper). Paper Machine B yang terdiri dari PM 3 dan PM 6
untuk memproduksi Kertas Putih (White Paper). Selain itu PT. IKPP Serang juga memproduksi karton box di seksi Converting.
Proses pembuatan kertas di PT. IKPP Serang terdiri dari 3 tahapan proses produksi, yaitu : (1) Proses Penyiapan Bahan Baku (Stock
Preparation), (2) Proses Pembuatan Kertas (Paper Machine), (3) Proses Penyelesaian (Finishing).
4.2.1

Proses Penyiapan Bahan Baku (Stock Preparation)

Stock Preparation merupakan bagian dari pabrik pulp dan kertas yang bertanggung jawab untuk membuat dan menyediakan adonan
pulp. Fungsi utama dari Stock Preparation yaitu menyiapkan atau memperoleh keseragaman stok yang terdiri dari berbagai campuran dan
akan digunakan dalam Paper Machine.
Tujuan dari Stock Preparation ini adalah :
1. Membentuk karakter atau menyesuaikan sifat-sifat serat serta bahan lalinnya dengan kertas yang akan dibuat, misalnya kertas
cetak, kertas pembungkus, kertas tulis dan lain-lain.
2. Mengurangi beban operasi pada proses pembuatan kertas di Paper Machine.
4.2.1.1 Bahan Baku
Bahan baku merupakan faktor yang penting dalam pembuatan kertas karena bahan baku akan menentukan hasil produk akhir.
Bahan baku yang dipakai dapat dibagi dalam dua golongan yaitu pulp asli (virgin pulp) dan kertas bekas (recycled paper).
a. Pulp Asli (Virgin Pulp)
Virgin Pulp adalah bahan baku mentah yang masih mengandung serat dan digunakan sebagai bahan bubur kertas yang sudah
mengalami proses pemasakan yang baik secara mekanis maupun kimia.
Jenis dari bahan baku virgin pulp yang digunakan adalah :
1. LBKP (Leaf Bleached Kraft Pulp)
6

Leaf Bleached Kraft Pulp, yaitu bahan baku yang berasal dari tumbuhan yang memiliki serat pendek kurang dari 1600 m. LBKP
memiliki atau mengalami proses pemutihan sehingga pulp yang dihasilkan warnanya akan berwarna putih. Kebutuhan LBKP
didatangkan dari PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. Perawang Mill, Riau. Contoh LBKP disajikan dalam Gambar 4.4.

Gambar 4. 5 LBKP
2. NUKP ( Needle Unbleached Kraft Pulp)
NUKP adalah pulp kimia kraft yang menggunakan tumbuhan kayu berjenis kayu daun jarum yang memiliki serat panjang.
Panjang seratnya lebih dari 1,6 mm tapi tanpa melalui proses pemutihan sehingga pulp berwarna coklat. Kebutuhan NUKP
didatangkan dari luar negeri yaitu Swedia, Amerika, dan Chili. Contoh NUKP disajikan dalam Gambar 4.5.

Gambar 4. 6 NUKP
Sumber : PT. IKPP Serang, 2016
b. Kertas Bekas (Recycled Paper)
Penggunaan akan sumber daya alam sebagai bahan baku semakin meningkat, sementara kesadaran akan pemulihan akan sumber daya
berkurang. Hal ini mengakibatkan persediaan akan serat alami kayu semakin langka, sehingga perlu adanya suatu upaya untuk
memanfaatkan kembali kertas bekas yang ada sebagai bahan untuk pembuatan pulp atau sering disebut sebagai serat sekunder.
Beberapa keuntungan yang dapat diambil bila menggunakan serat sekunder dalam industri kertas adalah :
1. Biaya yang lebih murah
2. Menghemat penggunaan serat alam
3. Investasi pengolahan lebih murah
4. Mengurangi polusi lingkungan
Jenis kertas bekas dibagi menjadi :
1. Broke Paper
Yaitu kertas hasil produksi yang tidak digunakan lagi, baik karena kelebihan produksi maupun cacat produksi. Dibawah ini akan
diperlihatkan contoh gambar broke paper. Contoh Broke Paper disajikan dalam Gambar 4.6.

Gambar 4. 7 Broke Paper


2. LOCC (Local Old Corrugating Carton )
Yaitu bahan jenis karton yang berasal dari lokal. LOCC mempunyai serat yang tidak terlalu kuat dibandingkan AOCC (American
Old Corrugating Carton). Contoh LOCC disajikan dalam Gambar 4.7.

Gambar 4. 8 LOCC
3. AOCC (American Old Corrugating Carton )
9

Adalah karton box bekas yang didatangkan dari Amerika. AOCC mempunyai serat panjang sehingga harganya relatif mahal.
Contoh AOCC disajikan dalam Gambar 4.8.

Gambar 4. 9 AOCC
Sumber : PT. IKPP Serang, 2016
4.2.1.2 Tahap Penyediaan Bahan Baku
Proses penyediaan bahan baku terdiri dari pembuburan (Pulping), penyaringan (Screening), pembersihan (Cleaning), Thickening,
Fractionating, dispersi (Dispersing), penggilingan (Refining) dan pencampuran (Blending).
a. Pulping (Tahap Pembuburan)
Bagian pertama dari proses di Stock Preparation adalah proses pulping. Pembuburan adalah proses penguraian bahan baku secara
mekanis menjadi bubur (pulp), sehingga bubur yang terbentuk mudah dialirkan. Pada tahap ini bahan baku ditambahkan dengan air
kemudian dihancurkan dengan proses mekanis. Alat untuk pembuburan disebut pulper. Bahan baku yang berupa virgin pulp dan kertas
bekas dimasukkan ke dalam pulper dengan bantuan konveyor. Konsentrasi padatan (konsistensi) pada pulper ini berkisar antara 4%-5%.
Contoh Pulper disajikan dalam Gambar 4.9.

10

Gambar 4. 10 Pulper
b. Penyaringan (Screening)
Pada proses Screening, pulp dipisahkan dari reject yang ukurannya lebih besar dari pada serat seperti besi, kawat, plastik, dan batu
dengan menggunakan screen drum. Contoh alat screening disajikan dalam Gambar 4.10.

11

Gambar 4. 11 Alat Screening


c. Pembersihan (Cleaning)
Tahap pembersihan sangat penting dalam proses produksi. Pada bagian ini stock dibersihkan dari partikel partikel reject yang yang
mempunyai berat jenis lebih ringan seperti debu dan pasit dengan menggunakan mesin cleaner. Contoh Cleaner disajikan dalam Gambar
4.11.

12

Gambar 4. 12 Cleaner
d. Thickening
Setelah pembersihan partikel-partikel pengotor, selanjutnya pulp dihilangkan kadar airnya dengan menggunakan vacuum agar menjadi
lebih kental. Contoh Hydrodisk disajikan dalam Gambar 4.12.

13

Gambar 4. 13 Hydrodisk
e. Fractionating
Tahapan ini bertujuan untuk memisahkan long fiber (serat panjang) dengan short fiber (serat pendek). Stock dipisahkan antara serat
panjang dan serat pendek dengan menggunakan mesin multifractor.
f. Dispersing
Pada bagian ini stock serat panjang akan dibersihkan dari kotoran seperti minyak dan lilin dengan menggunakan mesin High consistency
press dan Double Disk intregator.
g. Refining
Refining adalah proses penggilingan bubur serat untuk menghasilkan bubur serat yang lebih halus. Untuk itu serat mengalami
penguraian di Double Disk Refiner (DDR). Setelah proses Refining, pulp dikirimkan ke Blending Chest Top, Under dan Bottom.
h. Blending
Setelah mengalami proses Refining maka buburan pulp dari berbagai bahan baku di campur dan di aduk pada Blending Chest. Besarnya
perbandingan masing-masing buburan pulp tergantung dari jenis kertas yang akan diproduksi dan kualitas kertas yang dihasilkan.
Selanjutnya buburan akan masuk ke Headbox pada Paper Machine. Contoh Blending Chest disajikan dalam Gambar 4.13.

14

Gambar 4. 14 Blending Chest


4.2.2

Proses Pembuatan Kertas (Paper Machine)

Proses pembuatan lembaran kertas terdiri dari pembentukan (Wire Part), pengepresan (Press Part), pengeringan I (Main Dryer),
pelapisan lembaran kertas (Size Press), pengeringan II (After Dryer), perataan permukaan (Callender), penggulungan (Reeling).
Paper Machine merupakan serangkaian peralatan untuk membuat lembaran kertas dari stok yang berasal dari SP. Mesin kertas
pada dasarnya terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
a. Bagian pembentukan ( wire part )

15

Proses pembentukan kertas lembaran diawali dengan penjalinan serat diatas kasa yang berjalan. Bubur kertas diatas kasa mengalami
pengurangan kadar air baik karena getaran kasa, gaya gravitasi, maupun dengan bantuan alat-alat penyedot (vacuum). Akibat
berkurangnya kadar air, maka terbentuk ikatan antara serat sehingga terbentuk lembaran kertas selebar kasa. Lembaran yang dihasilkan
dari bagian pembentukan masih mengandung air sekitar 75-82%.
Pembentukan lembaran yang terjadi merupakan proses hidromekanis dan dipengaruhi gaya hidrodinamik yang bekerja pada stok.
Gaya ini terbentuk karena adanya tiga prinsip utama dalam proses pembentukan itu sendiri, yaitu drainase, gaya geser terorientasi dan
turbulensi. Drainase adalah turunnya air dari stok melewati kasa yang menyebabkan kadar air stok/ lembaran berkurang dan karenanya
serat-serat akan terbawa dan akhirnya tertahan atau mengendap pada kasa. Pada saat itu terjadi ikatan antara serat dan endapan antara
serat itu bersatu membentuk suatu lembaran.
Pada saat drainase, terjadi dua mekanisme yaitu filtrasi dan thickening. Filtrasi terjadi apabila serat yang tersuspensi bebas bergerak
satu dengan yang lain sehingga membentuk orientasi serat yang seragam dan formasi lembaran yang baik, sedangkan thickening terjadi
apabila serat-serat dalam suspensi tidak bebas bergerak dan terikat bersama membentuk jaringan, sehingga dihasilkan struktur yang
kurang baik dibandingkan dengan filtrasi namun distribusi seratnya baik.
Gaya geser terorientasi adalah gaya geser yang ditimbulkan oleh aliran yang dapat menimbulkan perbedaan aliran. Gaya ini
menyebabkan serat terdistribusi dalam kertas dengan orientasi yang lebih baik. Gaya geser terorientasi yang terjadi bersamaan dengan
drainase akan menimbulkan pengaruh terhadap struktur jaringan serat yang telah diendapkan.
Turbulensi adalah kecepatan aliran yang tidak beraturan dalam suspensi serat apabila suspensi tersebut tidak terdrainase. Turbulensi
memiliki pengaruh yang penting untuk mencegah gumpalan serat sehingga serat akan mudah digerakkan dalam suspensi.
b. Bagian pengepresan ( press part )
Kapasitas pengeluaran air pada kasa terbatas sedangkan kadar air lembaran masih tinggi, karena itu maka dilakukan cara
pengeluaran air yang lain, yaitu pengepresan. Pada bagian pengepresan, air dikeluarkan lagi dengan cara melewatkan lembaran pada dua
buah roll yang bertekanan dan dengan bantuan steam.

16

Pada tahap ini terjadi konsolidasi lembaran sehingga terbentuk ikatan antar serat yang baik. Banyaknya air yang dikeluarkan
menyebabkan lembaran semakin kompak, sehingga kemungkinan kertas putus di bagian selanjutnya menjadi lebih kecil. Kadar air pada
lembaran serat setelah melalui proses pengepresan ini berkisar antara 48%-52%. Variabel yang mempengaruhi pengeluaran air pada
proses pengepresan antara lain : (1) tekanan nip, (2) kecepatan, (3) parameter roll, (4) kualitas felt, (5) porositas lembaran, (6) kadar air,
(7) temperatur.
c. Main Dryer
Bagian pengeringan merupakan proses pengeringan air dengan cara memberikan panas pada lembaran secara konduksi melalui
silinder pengeringan yang dipanasi dengan memasukan uap panas ke dalam silinder tersebut. Metode pengeringan ini merupakan cara
terakhir untuk mengeluarkan air dari lembaran yang tidak dapat dikeluarkan pada bagian pengepresan. Pada tahap ini suhu yang
digunakan tidak terlalu tinggi karena kertas yang berasal dari proses sebelumnya masih memiliki kadar air yang tinggi. Kadar air yang
masuk ini mencapai 50% dan keluar dari tahap ini dengan kadar air 12%. Bagian yang dipanasi oleh silinder dryer pada tahap pertama
ini hanya satu sisi saja, sedangkan pada tahap berikutnya kedua sisinya akan dipanasi baik top maupun bottom. Terdapat tiga tahapan
dimana semakin tinggi tahapan maka semakin tinggi derajat panas silindernya.
d. Size press
Pada tahap size press ini lembaran kertas akan mengalami pelapisan (surface sizing) dengan menggunakan bahan kimia starch
kitchen. Tujuan dari surface sizing ini untuk meningkatkan kehalusan permukaan kertas. Kadar air pada bagian ini meningkat menjadi
25%.
e. After Dryer
Lembaran yang telah diproses di size press ini akan diproses kembali di bagian after dryer karena kandungan airnya bertambah.
Setelah melalui proses ini, kadar air pada lembaran kertas menjadi 7%-9%, sesuai dengan standar dan permintaan pasar.
f. Calendering
Kertas yang keluar dari mesin kertas akan melalui calendering yaitu dilewatkan pada dua buah roll yang permukaannya licin. Proses
ini berguna untuk memperoleh kelicinan (smoothness) kertas yang baik dan mengatur ketebalan kertas.

17

g. Reeling
Pada proses ini, kertas akan digulung menjadi suatu gulungan kertas yang disebut jumbo roll. Panjang dan berat kertas telah diatur
terlebih dahulu. Setelah panjang dan beratnya disesuaikan dengan set point, lembaran akan diputus dengan tali khusus yang disebut IBS.
4.2.3

Proses Penyelesaian (Finishing)

Pada proses Finishing terjadi 3 tahap proses, yaitu :


1. Pemotongan (Cutting)
Setelah dari pope reel gulungan kertas dibawa menuju ke alat rewinder. Di rewinder kertas mengalami Slitting dan Rewinding,
kecepatan rewinder ( 1800 m/min). Slitting adalah proses pemotongan sesuai dengan arah mesin. Sedangkan Rewinding adalah
menggulung kembali kertas tanpa mengubah ukurannya. Dilakukan rewinding untuk menanggulangi masalah-masalah yang timbul
pada saat penggulungan di spoll reel. Contoh Cutting disajikan dalam Gambar 4.14.

Gambar 4. 15 Cutting
Sumber : PT. IKPP Serang, 2016

2. Penyortiran (Sorting)

18

Proses penyortiran dilakukan pada kertas yang telah terbentuk lembaran. Penyortiran dilakukan secara manual menggunakan mata
visual oleh operator sortir, yang bertujuan untuk memisahkan lembaran kertas cacat baik karena terjadi kesalahan di seksi Paper
Machine dan kesalahan di seksi Finishing. Jika kertas cacat dan tidak memenuhi standar maka kertas tersebut akan dibuburkan
menjadi broke paper dan dikirim kembali ke seksi Stock Preparation.
3. Pembungkusan (Packing)
Pembungkusan kertas disesuaikan dengan bentuk kertas yang ingin dihasilkan, yaitu :
a. Pembungkusan kertas dalam bentuk roll dilakukan dengan menggunakan alat wrapper. Kemudian dililit dengan plastik (stretch
film) di mesin cyclop. Kemudian, diikat (strapping) dan diberi label (shipping mark). Contoh Shipping Mark disajikan dalam
Gambar 4.15.

Gambar 4. 16 Shipping Mark


Sumber : PT. IKPP Serang, 2016
Selanjutnya kertas yang sudah jadi tersebut akan dimasukkan ke dalam Warehouse dengan menggunakan sistem Roll Handling untuk
pemindahan barang agar berlangsung dengan cepat, efisien dan aman. Contoh Roll Handling disajikan dalam Gambar 4.16.

19

Mesin kertas yang ada di pabrik melaksanakan seluruh proses melalui sistem komputer DCS (Distributed Control System). Sistem
jaringan kerja yang sudah terkomputerisasi dan dijalankan secara otomatis ini menjamin pengoperasian yang efektif dan hasil yang
maskimal. Selain itu juga dapat memberikan informasi paling baru kepada management prihal pengoperasian produk yang efisien. Gambar
4.17 menunjukkan warehouse.

Gambar 4. 17 Roll Handling

20

Gambar 4. 18 Warehouse
4.3 Pengelolaan Lingkungan
Sebagai perusahaan yang mempunyai jaringan pemasaran yang luas di seluruh dunia, PT. IKPP Serang secara konsisten berusaha
untuk memenuhi standar-standar internasional. Sejalan dengan sasaran ini, perusahaan telah banyak menginvestasikan untuk meninggalkan
pengelola lingkungannya dengan meningkatkan sistem manajemen pembuangan air limbah dan emisi udaranya.
Dalam usaha menjadi perusahaan yang menerapkan Clean Development Mechanism perusahaan berkomitmen untuk melestarikan
lingkungan dan memberikan kontribusi untuk mengurangi dampak pemansan global dengan diwujudkan melalui tiga cara yaitu pembuatan
lagoon, mini forest serta Waste Water Treatment Plant. Cara pertama yaitu pembangunan lagoon. Fungsinya untuk mengurangi pemakaian
air dari bawah tanah sekaligus menjadi cadangan air untuk produksi pada musim kemarau. Kedua, perusahaan juga melakukan penghijauan
di area pabrik melalui pengadaan kawasan hutan di dalam area pabrik. Ketiga, komitmen dalam menjaga lingkungan diwujudkan melalui
pengadaan Waste Water Treatment Plant (WWTP). Instalasi ini merupakan tempat pengolahan limbah cair dari hasil proses produksi kertas
sebelum dialirkan melalui Sungai Ciujung.

21

Pabrik juga menghasilkan dampak positif terhadap lingkungan melalui serat daur ulang pasca konsumen tahunan yang mencapai
lebih dari 1 juta ton. Dengan menggunakan limbah sebagai bahan baku utama, perusahaan ikut serta dalam mengurangi jumlah sampah
yang berakhir di tempat pembuangan. Dengan menerapkan program ini, PT. IKPP Serang memperoleh penghargaan dari BIR (Bureu of
International Recycling Papyrus Award) atas upaya meningkatkan penggunaan kertas daur ulang.
PT. IKPP Serang juga aktif dalam mengikuti berbagai macam kegiatan lingkungan diantaranya adalah PEDULI (Program Daur Ulang
Limbah) dan The Environment Partners Fund (DML). Konservasi hewan-hewan langka dan seminar-seminar Eco Labelling.
4.3.1 Limbah Padat
Pada proses persiapan terdapat kegiatan pembukaan packaging dan sorting. Dan kegiatan tersebut akan ada timbulan limbah padat
berupa karton, kawat, dan jenis kertas bekas yang tidak termasuk jenis yang dibutuhkan. Limbah padat ini dikumpulkan untuk kemudian
disalurkan ke bidang yang mengelola/ menangani limbah padat yang masih memiliki nilai jual.
4.3.2 Limbah Cair
Pengelolaan limbah cair PT. IKPP Serang menggunalan WWTP (Waste Water Treatment Plant). Terdapat tiga WWTP yaitu WWTP
I dengan kapasitas 18.000 m3/hari, WWTP II dengan kapasitas 46.000 m3/hari, dan WWTP III dengan kapasitas 20.000 m3/hari. Sumber
limbah yang diolah di masing-masing WWTP pun berbeda-beda yakni WWTP I mengolah limbah dari SP (Stock Preparation), DIP
(Deinking Process), dan PM (Paper Machine) B. Dari WWTP I ini menghasilkan efluen dan lumpur yang digunakan kembali pada proses
produksi. WWTP II mengolah limbah dari semua bagian proses produksi karena kapasitasnya lebih besar. Dari WWTP II juga
menghasilkan efluen dan lumpur, hanya saja efluen pada WWTP II belum dapat digunakan kembali sehingga harus dibuang ke badan
sungai. Sedangkan WWTP III mengolah limbah dari PM A dan PM B. Dari WWTP III ini menghasilkan efluen, lumpur, dan gas metan.
Metode yang digunakan pada WWTP secara umum adalah dengan pengolahan secara fisika, kimia, dan biologi sehingga air limbah yang
dibuang tidak berdampak negatif terhadap lingkungan dan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

22

4.3.3 Pengelolaan Limbah B3 Secara Umum di PT. IKPP Serang


Seluruh jenis limbah di PT. IKPP Serang dari hasil produksi maupun non produksi merupakan tanggung jawab Departemen
Environmnet Protection. Pengelolaan seluruh jenis limbah B3 yang dihasilkan PT. IKPP Serang dikelola sesuai dengan ketentuan yang
dipersyaratkan pada ijin.

Departemen Environment Protection

Waste Water Treatment Section


Solid Waste Treatment Section
Raw Water Treatment Section

Lab & Environment Inspection


Chemical, MBOS,
Coord. Safety, & EPD Training Coord.

General Support, SAP,& Administration


Operational Lab Analysis
Env.
Group
Inspection
Leader&A,B,C,D
Mill Reporting

Supporting
Operational Lab Analysis Operator Group A,B,C,D

23

Gambar 4. 19 Struktur Organisasi EPD PT. IKPP Serang


Limbah B3 pada PT. IKPP Serang dikelola mulai dari sumber dihasilkannya limbah sampai dengan proses pengolahan. Kegiatan
pengolahan oleh PT. IKPP Serang hanya pada incinerator, selebihnya pengolahan akan dilakukan oleh pihak ke-3 yang telah
dipercaya oleh PT. IKPP Serang untuk mengolah limbah B3 yang mereka hasilkan. Sebelum dikirim dan diolah pihak ke-3, limbah B3
telah melewati proses pengelolaan.

24

V.

BAB V

PEMBAHASAN
5.1 Landasan Hukum dan Konsep Pengelolaan Limbah B3
Pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. IKPP Serang mengacu pada PP
No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Selain peraturan tersebut, PT. IKPP Serang juga menggunakan beberapa peraturan
dalam pengelolaan limbah B3, antara lain; PP No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun, Kep-01/BAPEDAL/09/1995 mengenai Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun, Kep-02/BAPEDAL/09/1995 mengenai Dokumen Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun, Kep-04/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara Persyaratan Penimbunan
Hasil Pengelolaan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengelolaan dan Lokasi Bekas
Penimbunan Limbah B3, dan Permen LH No. 14 Tahun 2013 tentang Simbol Dan Label
Limbah Berbahaya Dan Beracun.
Berdasarkan peraturan-peraturan yang diterapkan PT. IKPP Serang tersebut, dapat
diketahui bahwa konsep yang digunakan dalam pengelolaan limbah B3 di PT. IKPP
Serang adalah cradle to grave, mulai dari limbah dihasilkan hingga limbah diolah.
Limbah B3 yang dihasilkan akan diolah oleh pihak ke 3. Pihak ke 3 yang bekerja sama
dengan PT. IKPP Serang adalah PT. Wastec International, PT. PLIB, PT. PPLi, PT.
Cahaya Sinar Fajar, CV. Tri Kusuma Raya, PT Multi Prima Usahatama, PT. Syncrum
Logistics.
5.2 Pengelolaan Limbah B3
Pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh PT. IKPP Serang dimulai dari
identifikasi dan inventarisasi, pewadahan dan pelabelan simbol B3, penyimpanan
sementara, pengangkutan, penimbunan di landfill, pemanfaatan, serta perizinan dan
pengawasan pengelolaan limbah B3. Lebih jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut.
Limbah B3 yang dihasilkan di PT. IKPP Serang dihasilkan dari proses produksi
dan non produksi. Berikut diagram pengelolaan limbah B3 berdasarkan sumbernya
disajikan pada Gambar 5.1.

Proses Produksi
Stock Preparation
Paper Machine

Finishing

Limbah Cair

Proses Non Produksi

Limbah Padat dan Cair B3

IPAL
TPS Limbah B3
Sludge IPAL (Limbah B3)

Pemanfaatan Bahan Baku untuk Medium Grade Paper

Pengolahan oleh pihak ketiga

Gambar 5. 1 Diagram Alir Pengelolaan Limbah B3


5.2.1 Identifikasi dan Inventarisasi Limbah B3
Identifikasi limbah di PT IKPP Serang dilakukan dengan dua cara yaitu
berdasarkan PP No 101 Tahun 2014 dan Material Safety Data Sheet (MSDS). Limbah
B3 yang dihasilkan sudah terdaftar pada lampiran I PP No. 101 pada tabel 3 Daftar
Limbah B3 dari Sumber Spesifik Umum, yang berada pada kode industri 51 yang jenis
kegiatannya merupakan pembuatan pulp dan kertas. Daftar limbah B3 disajikan dalam
Tabel 5.1. Cara kedua adalah berdasarkan MSDS yaitu dengan mengidentifikasi jumlah
limbah B3 dari bahan yang digunakan untuk kegiatan proses produksi dalam suatu
perusahaan. Bahan baku dengan kategori B3 pada proses produksi yang telah
mempunyai MSDS akan lebih mudah dalam penanganannya. Dalam MSDS telah
diketahui merk dagang, nama bagan, karakteristik bahan, sifat fisika-kimianya,
komposisi bahan, stabilitas bahan, metode penyimpanan, dan bahaya-bahaya yang
mungkin ditimbulkan sehingga dapat dilakukan antisipasi terhadap bahaya tersebut.

Identifikasi MSDS ini tertuang pada PP No. 74 Tahun 2001 mengenai pengelolaan B3.
Aplikasi MSDS yang ada di PT. IKPP Serang dapat dilihat dalam Gambar 5.2.

Gambar 5. 2 Identifikasi MSDS di PT. IKPP Serang


Tabel 5. 1 Daftar Limbah B3 di PT. IKPP Serang berdasarkan PP No. 101 Tahun
2014
Nama

Fase

Sludge de inking
Sludge IPAL
Fly ash

Padat
Padat
Padat

Karakteristi
k
Beracun
Beracun
Beracun

Bottom ash

Padat

Beracun

Abu Insinerator
Oli bekas

Padat
Cair

Beracun
Mudah
terbakar

Aki bekas
Kaleng tinta

Padat
Padat

Korosif
Beracun

Sumber

Dasar Identifikasi

Converting
WWT
Boiler
dan
Power Plant
Boiler
dan
Power Plant
Insinerator
Auto warehouse,
PM A, PM B,
Transportation,
Utility
Transportation
Printing,
Converting

Kode : B351-4
Kode : B411
Kode : B409
Kode : B410
Kode : A347
Kode : B105d

Kode : A102d
Kode : B321-4

Nama

Fase

Lampu TL

Padat

Karakteristi
k
Beracun

Lampu merkury

Padat

Beracun

Limbah Lab
Limbah Kadaluarsa
Majun bekas

Cair
Cair
Padat

Sludge Coolant
Liquid Coolant
Limbah medis

Padat
Cair
Padat

Beracun
Beracun
Mudah
Terbakar
Beracun
Beracun
Infeksius

Sumber

Dasar Identifikasi

Dari
seluruh
departemen
Dari
seluruh
departemen
Laboratorium
Laboratorium
Maintenance

Kode : B107d

Workshop
Workshop
Klinik

Kode : A323-2
Kode : A323-1
Kode : A337-1

Kode : B107d
Kode : A106d
Kode : A338-1
Kode : B110d

Limbah yang dihasilkan tidak hanya berasal dari proses produksi, namun sebagian
juga berasal dari laboratorium dan klinik. Limbah yang dihasilkan tidak semua terdapat
timbulan. Limbah yang jarang dihasilkan adalah sludge coolant, limbah kadaluarsa dan
lampu merkury. Abu incinerator juga sudah tidak dihasilkan lagi karena sejak 2015
incinerator dalam tahap perbaikan. Limbah sludge deinking, sludge IPAL, abu
incinerator, oli bekas, aki bekas, kaleng tinta, limbah kadaluarsa, dan majun bekas
merupakan limbah B3 yang sebagian besar berasal dari kegiatan operasional dan
maintenance. Sebagian kecil dari limbah B3 berasal dari kegiatan laboratorium.
Sedangkan limbah lampu TL dan lampu merkury dihasilkan dari pergantian lampu
ruangan yang tidak sering dilakukan sehingga jumlahnya sedikit. Sedangkan limbah
medis merupakan limbah yang dihasilkan dari klinik Indah Kiat.
Sebagian sludge IPAL digunakan kembali sebagai bahan tambahan untuk
pembuatan pulp, sisanya diolah oleh pihak ketiga yaitu PT. PLIB bersama dengan
sludge deinking. Limbah fly ash dan bottom ash diolah oleh pihak ketiga yaitu PT.
Cahaya Sinar Fajar, dan Multi Prima Usahatama, CV Tri Kusuma Raya, dan Syncrum
Logistics. Aki bekas diserahkan ke pihak ketiga yaitu Non Ferindo Utama. Oli bekas
diolah oleh pihak ketiga yaitu PT. WGI. Limbah kaleng tinta diserahkan kembali ke
supplier yaitu PT. Sahabat. Limbah lampu TL, lampu merkury, dan abu incinerator
diolah oleh pihak ketiga yaitu PT. PPLi. Selain limbah tersebut, limbah B3 lainnya
diolah oleh PT. Wastec International.
Limbah B3 yang dihasilkan dan akan ditampung sementara di TPS B3 dicatat dan
diinventariskan dengan mencatat log book yang tersedia di TPS B3. Pencatatan tersebut
meliputi tanggal masuk dan jenis limbah. Namun terdapat limbah yang memiliki TPS
4

masing-masing seperti fly ash, bottom ash, abu incinerator, sludge IPAL, dan sludge de
inking. Inventarisasi ini dilakukan karena secara berkala setiap tiga bulan data tersebut
dilaporkan kepada instasi yang bertanggungjawab. Pelaporan pengelolaan limbah B3
termasuk menyerahkan data neraca limbah B3 yang dihasilkan setiap bulannya. Neraca
dan diagram limbah B3 PT. IKPP Serang periode Oktober-Desember 2015 disajikan
dalam Tabel 5.2 dan Gambar 5.3.
Tabel 5. 2 Neraca Massa Limbah B3 Bulan Oktober-Desember 2015
Perlakuan Pengolahan

Jumlah
No

Limbah

Limbah Cair
1
Oli Bekas
2
Limbah Lab
3
Limbah
Kadaluarsa
4
Liquid Coolant
Limbah Padat
1
Sludge Deinking
2
Sludge IPAL
3
Fly Ash
4
Bottom Ash
5
Abu Insinerator
6
Aki Bekas
7
Kaleng Tinta
8
Lampu TL
9
Lampu Merkury
10 Majun Bekas
11 Sludge Coolant
12 Limbah Medis
Total

Diserahkan

Limbah

Disimpan

Dimanfaatkan

Diolah

Ditimbun

Awal (ton)

(ton)

(ton)

(ton)

(ton)

9,62
0,32
0

3,6
0
0

0
0
0

0
0
0

0
0
0

6,02
0,32
0

3,03

3,03

59,31
88.921
10.804
82,52
0
2,24
5,8
0,29
0
2,56
0
0,0075
99.890,70

2,32
0
0
0
0
0
2,03
0
0
0
0
0,0075
7,96
0,01%

0
87.806
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
87.806
87,9%

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
100%

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

56,99
1.115
10.804
82,52
0
2,22
3,77
0,22
0
2,56
0
0
12.076,65
12,09%

Sumber : PT. IKPP Serang, 2016

ke Pihak
Ketiga (ton)

Produksi
Operasional
Klinik

Limbah B3

IPAL
Laboratorium

Oli Bekas
Sludge Deinking
Kaleng Tinta
Limbah Medis
Liquid Coolant
Sludge IPALLimbah Lab Fly Ash Bottom Ash Aki Bekas Lampu TLMajun Bekas
9,62 ton 59,31 ton 5,8 ton 0,0075 ton 3,03 ton 59,31 ton 0,32 ton 10,804 ton 82,52 ton 2,24 ton 0,29 ton 2,56 ton

Disimpan
7,96 ton

Dimanfaatkan
87.806 ton

Diserahkan ke Pihak Ketiga


12.076,65 ton

Gambar 5. 3 Diagram Neraca Limbah Bulan Oktober-Desember 2015

Berdasarkan Tabel 5.2 dan Gambar 5.2, terdapat 12 jenis limbah B3 yang
dihasilkan oleh PT. IKPP Serang selama bulan Oktober-Desember 2015 yang dibedakan
menjadi limbah cair dan limbah padat. Limbah B3 yang dihasilkan umumnya akan
ditampung terlebih dahulu di TPS B3 dengan maksimal waktu penyimpanan selama 90
hari. Limbah B3 yang diserahkan kepada pihak pengolah limbah B3 merupakan limbah
yang ditampung di TPS B3 sebelumnya. Pihak ketiga yang memanfaatkan dan
mengolah limbah B3 merupakan pihak yang sudah terikat kontrak dengan PT. IKPP
Serang. Berikut ini penjelasan lengkap tentang masing-masing jenis limbah.
1. Limbah Cair B3
1. Oli Bekas
Limbah oli bekas umumnya berasal dari proses maintenance pada mesin produksi.
Total limbah oli bekas yang dihasilkan dari periode Oktober-Desember 2015
sebesar 9,62 ton. Limbah oli bekas yang disimpan di TPS PT. IKPP Serang sebesar
3,6 ton. Limbah oli bekas yang diserahkan kepada pihak ketiga sebesar 6,02 ton.
Pihak ketiga yang bekerja sama dengan PT. IKPP Serang untuk limbah oli bekas
yaitu PT. WGI.
2. Limbah Lab
Limbah lab berasal dari kegiatan analisis laboratorium. Total limbah lab yang
dihasilkan dari periode Oktober-Desember 2015 sebesar 0,32 ton. Limbah lab yang
diserahkan kepada pihak ketiga sebesar 0,32 ton. Pihak ketiga yang bekerja sama
dengan PT. IKPP Serang untuk limbah lab yaitu PT. Wastec International.
3. Limbah Kadalursa
Limbah kadaluarsa banyak berasal dari kegiatan analisis laboratorium pada PT
IKPP Serang. Pada bulan Oktober Desember 2015 tidak dihasilkan limbah
kadaluarsa. Pihak ketiga yang bekerja sama dengan PT. IKPP Serang untuk limbah
kadaluarsa yaitu PT. Wastec International.
4. Liquid Coolant
Limbah liquid coolant berasal dari mesin bubut. Pada bulan Oktober Desember
2015 sebesar 3,03 ton. Pihak ketiga yang bekerja sama dengan PT. IKPP Serang
untuk limbah liquid coolant yaitu PT. Wastec International.

2. Limbah Padat B3
1. Sludge de-inking

Limbah sludge de inking adalah sludge yang berasal dari proses converting. Total
sludge de inking yang dihasilkan dari periode Oktober-Desember 2015 sebesar
59,31 ton. Sludge de inking yang disimpan di TPS PT. IKPP Serang sebesar 2,32
ton. Limbah sludge de inking yang diserahkan kepada pihak ketiga sebesar 56,99
ton. Pihak ketiga yang bekerja sama dengan PT. IKPP Serang untuk limbah sludge
de inking yaitu PT. PLIB.
2. Sludge IPAL
Limbah sludge IPAL adalah

sludge yang dihasilkan pada proses WWT. Total

limbah sludge IPAL yang dihasilkan dari periode Oktober-Desember 2015 sebesar
88.921 ton. Sludge IPAL yang dimanfaatkan kembali sebesar 87.806 ton. Limbah
Sludge IPAL yang diserahkan kepada pihak ketiga sebesar 1115 ton. Pihak ketiga
yang bekerja sama dengan PT. IKPP Serang untuk limbah sludge IPAL yaitu PT.
PLIB.
3. Fly Ash
Limbah fly ash berasal dari boiler dan power plant. Total limbah fly ash yang
dihasilkan dari periode Oktober-Desember 2015 sebesar 10.804 ton. Seluruh
limbah fly ash yang dihasilkan diserahkan kepada pihak ketiga. Pihak ketiga yang
bekerja sama dengan PT. IKPP Serang untuk limbah fly ash yaitu PT Cahaya Sinar
Fajar, dan Multi Prima Usahatama, CV Tri Kusuma Raya, dan Syncrum Logistics.
4. Bottom Ash
Limbah bottom ash berasal dari boiler dan power plant. Total limbah bottom ash
yang dihasilkan dari periode Oktober-Desember 2015 sebesar 82,52 ton. Seluruh
limbah bottom ash yang dihasilkan diserahkan kepada pihak ketiga. Pihak ketiga
yang bekerja sama dengan PT. IKPP Serang untuk limbah bottom ash yaitu PT
Cahaya Sinar Fajar, dan Multi Prima Usahatama, CV Tri Kusuma Raya, dan
Syncrum Logistics.
5. Abu Incinerator
Limbah abu incinerator berasal dari incinerator. Pada periode Oktober-Desember
2015 tidak dihasilkan limbah abu incinerator karena incinerator masih dalam
perbaikan. Pihak ketiga yang bekerja sama dengan PT. IKPP Serang untuk limbah
abu incinerator yaitu PT. PPLi.
6. Aki Bekas
Limbah aki bekas berasal dari kegiatan maintenance. Total limbah aki bekas yang
dihasilkan dari periode Oktober-Desember 2015 sebesar 2,24 ton. Aki bekas yang
diserahkan kepada pihak ketiga sebesar 2,22 ton, karena terjadi penyusutan pallet

dan kemasan sebesar 20 kg. Pihak ketiga yang bekerja sama dengan PT. IKPP
Serang untuk limbah aki bekas yaitu PT. Non Ferindo Utama.
7. Kaleng Tinta
Limbah kaleng tinta berasal dari proses converting dan printing. Total limbah
kaleng tinta yang dihasilkan dari periode Oktober-Desember 2015 sebesar 5,8 ton.
Limbah kaleng tinta yang disimpan di TPS PT. IKPP Serang sebesar 2,03 ton.
Limbah kaleng tinta yang diserahkan kepada pihak ketiga sebesar 3,77 ton. Pihak
ketiga yang bekerja sama dengan PT. IKPP Serang untuk limbah kaleng tinta yaitu
PT. Sahabat.
8. Lampu TL
Limbah lampu TL umumnya berasal dari kantor maupun lampu penerangan unit.
Total limbah lampu TL yang dihasilkan dari periode Oktober-Desember 2015
sebesar 0,29 ton. Limbah lampu TL yang diserahkan kepada pihak ketiga sebesar
0,22 ton karena ada penyusutan pallet dan kemasan sebesar 70kg. Pihak ketiga yang
bekerja sama dengan PT. IKPP Serang untuk limbah lampu TL yaitu PT. PPLi.
9. Lampu Merkury
Limbah lampu merkury umumnya berasal dari kantor maupun lampu penerangan
unit. Pada periode Oktober-Desember 2015 tidak dihasilkan limbah lampu merkury.
Pihak ketiga yang bekerja sama dengan PT. IKPP Serang untuk limbah lampu
merkury yaitu PT. PPLi.
10. Majun Bekas
Limbah majun bekas umumnya berasal dari kegiatan maintenance. Total limbah
majun bekas yang dihasilkan dari periode Oktober-Desember 2015 sebesar 2,56
ton. Limbah majun bekas yang diserahkan kepada pihak ketiga sebesar 2,56 ton.
Pihak ketiga yang bekerja sama dengan PT. IKPP Serang untuk limbah majun bekas
yaitu PT. Wastec International.
11. Sludge Coolant
Limbah sludge coolant berasal dari mesin bubut. Pada bulan Oktober Desember
2015 tidak dihasilkan limbah sludge coolant. Pihak ketiga yang bekerja sama
dengan PT. IKPP Serang untuk sludge coolant yaitu PT. Wastec International.
12. Limbah medis
Limbah medis umumnya berasal dari klinik Indah Kiat. Total limbah medis yang
dihasilkan sebesar 0,0075 ton. Limbah medis yang diserahkan kepada pihak ketiga
sebesar 0,0075 ton. Pihak ketiga yang bekerja sama dengan PT. IKPP Serang untuk
limbah medis yaitu PT. Wastec International.
Presentase penataan limbah B3 PT. IKPP Serang dapat dirinci sebagai berikut:
presentase limbah yang disimpan di TPS sebesar 0,01%, presentase limbah yang
9

dimanfaatkan sendiri sebesar 87,9%, presentase limbah yang diolah sendiri 0%,
presentase limbah yang ditimbun di landfill sendiri sebesar 0%, dan presentase limbah
yang diserahkan kepada pihak ketiga sebesar 12,09%. Sehingga dapat diketahui total
presentase penataan sebesar 100%, artinya tidak ada limbah yang tidak dikelola.
5.2.2 Penyimpanan Sementara Limbah B3
Prosedur penyimpanan limbah B3 yang dilakukan oleh PT. IKPP Serang mengacu
pada regulasi Kep. 01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Penyimpanan. Penerapan yang dilakukan antara lain :
1. Pewadahan Limbah B3
Setiap limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. IKPP Serang dilakukan pengemasan
dan pewadahan sesuai dengan karakteristik limbah. Terdapat jenis kemasan yang
digunakan untuk wadah limbah B3 yaitu metal drum 200 liter, drum plastik 200 liter,
kempu 1000 liter, jumbo bag, jerigen 35 kg, dan pallet. Metal drum 200 liter digunakan
untuk menyimpan limbah oli bekas. Drum plastik 200 liter untuk menyimpan lampu TL
dan lampu merkury. Kempu 1000 liter digunakan untuk menyimpan limbah cair B3.
Jerigen 35 kg digunakan untuk menyimpan limbah cair lab. Pallet berguna untuk
menyimpan accu bekas. Jumbo bag berguna untuk menyimpan limbah padat B3 selain
yang disebutkan di atas seperti majun bekas. Matrik perbandingan pengemasan limbah
B3 disajikan dalam Tabel 5.3.

Tabel 5. 3 Matrik Perbandingan Pengemasan Limbah B3 PT. IKPP Serang


Parameter
yang dianalisis
Kemasan

Kep
01/Bapedal/09/1995
Baik, tidak bocor,
tidak berkarat, tidak
rusak

Realisasi di PT. IKPP

Keterangan

Kemasan plastic drum


dalam kondisi baik,
beberapa metal drum
ada yang berkarat.

Karakteristik

Limbah dalam satu


kemasan
harus
berkarakteristik sama

Pengemasan
sudah
sesuai
dengan
karakteristik limbahnya
masing-masing

Pemberian

Pemberian simbol dan

Beberapa wadah masih

Tidak
sesuai,
perlu
adanya
penggantian
metal drum yang
berkarat
agar
tidak
terjadi
kontaminasi
Sesuai,
perlu
diadakan
pemantauan agar
limbah
tidak
tercampur
Tidak
sesuai,

10

Parameter
yang dianalisis
simbol dan label

Kep
01/Bapedal/09/1995
label harus jelas

Realisasi di PT. IKPP

Keterangan

belum terpasang label


dan simbol

Pemeriksaan
kondisi kemasan

Minimal
sekali

Pemeriksaan dilakukan
setiap seminggu sekali

perlu
ada
pemasangan label
dan
simbol
secara lengkap
dan
dilakukan
pengecekan rutin
Sesuai,
perlu
pemantau rutin

seminggu

Untuk keseluruhan sudah sesuai dengan Kep 01/Bapedal/09/1995, namun masih


ada yang belum sesuai yaitu beberapa metal drum yang berkarat dan ada beberapa
wadah yang masih belum terpasang simbol dan label. Sebaiknya dilakukan penggantian
metal drum dan pemberian simbol dan label terhadap wadah.
2. Penyimpanan Kemasan
Pelaksanaan penyimpanan kemasan limbah B3 kemudian dibandingkan dengan
regulasi (Kep 01/Bapedal/09/1995) menunjukkan PT. IKPP Serang secara umum sudah
melaksanakan penyimpanan pengemasan limbah B3 sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Tabel 5.4 menunjukkan perbandingan pelaksanaan penyimpanan limbah B3 PT.
IKPP Serang :
Tabel 5. 4 Matrik Perbandingan Tata Cara Penyimpanan Kemasan Limbah B3
PT. IKPP Serang dengan Regulasi
Parameter yang

Kep

Realisasi di PT.

dianalisis
Sistem Blok

01/Bapedal/09/1995
Sistem blok dan setiap
blok terdiri atas 2x2
kemasan dan tersedia
gang
Drum 100L maksimal
3 lapis dan dialasi
palet untuk masingmasing blok
Jarak tumpukan
Kemasan tertinggi dan
jarak blok kemasan
terluar terhadap atap
dan dinding bangunan
penyimpanan tidak
boleh kurang dari 1
(satu) meter.

IKPP
Sistem blok 2 x 2

Penumpukan

Jarak dengan
Dinding dan atap

11

Keterangan
Sesuai, perlu
dilakukan
pemantauan rutin

Dilakukan
penumpukan 2 lapis

Sesuai , perlu
dilakukan
pemantauan rutin

Jarak blok dengan


Dinding kurang dari
1 meter. Jarak
antara susunan blok
tertinggi mencapai 3
meter.

Tidak sesuai, TPS


perlu pemberian
jarak minimal 1
meter antara blok
dengan dinding

Parameter yang

Kep

Realisasi di PT.

Keterangan

dianalisis
Karakteristik

01/Bapedal/09/1995
Kemasan yang
mempunyai
karakteristik berbeda
harus dipisah
Penyimpanan
maksimal 90 hari dan
dilaporkan pihak
terkait
Sesuai dengan
karakteristik jenis dan
karakteristik limbah

IKPP
Setiap kemasan
drum terdiri dari 1
jenis limbah B3

Sesuai, sebaiknya
dilakukan
pemantauan rutin

Perizinan

Simbol dan label

Kurun waktu
kurang dari 90 hari
sudah diambil oleh
pihak ketiga
Beberapa wadah
tidak memiliki
simbol

Sesuai, perlu adanya


pemantauan rutin

Tidak sesuai, perlu


adanya pengecekan
terkait label dan
simbol

Berdasarkan Tabel 5.4, kekurang sesuaian dengan peraturan adalah jarak blok
kemasan terluar terhadap dinding bangunan < 1 m. Kekurangan lainnya adalah ada
wadah yang masih belum diberi label dan simbol.
3. Bangunan Penyimpanan Sementara Limbah B3 PT. IKPP Serang
TPS limbah B3 PT. IKPP Serang memiliki 10 m x 10 m, tinggi bangunan adalah 7
meter dengan luas bangunan sebesar 100m2. TPS terletak pada koordinat S.6o08.722
dan E.106o17.908. Bagian luar TPS dilengkapi dengan papan nama dan informasi
koordinat yang berfungsi sebagai keterangan bangunan. Gambar 5.4 dan Gambar 5.5
menunjukkan tampak depan dan papan keterangan TPS Limbah B3.

Gambar 5. 4 Tampak Depan Bangunan TPS Limbah B3 PT. IKPP Serang


12

Gambar 5. 5 Papan Keterangan TPS Limbah B3 PT. IKPP Serang


TPS limbah B3 didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara LH
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Izin Penyimpanan Limbah B3 PT. IKPP Serang dengan
mengikuti persyaratan yang dicantumkan di dalam Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang
Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3. TPS ini
juga telah memiliki izin dari pemerintah yang tertera pada Kep. Kepala BLH Kab.
Serang No. 667/14/Penceg/BLH/2013.
Di dalam TPS limbah B3 disebelah kiri digunakan untuk penyimpanan limbah
kaleng tinta dan limbah aki bekas. Sedangkan disebelah kanan digunakan untuk
penyimpanan limbah lampu merkury, limbah lampu TL, limbah kadaluarsa, limbah lab,
dan limbah coolant. Di dalam TPS telah dibuat garis marka atau pembatas untuk
peletakkan palet agar dapat dengan mudah ditata. Garis marka pembatas blok disajikan
dalam Gambar 5.6.

13

Gambar 5. 6 Garis Marka Pembatas Blok


Atap bangunan TPS limbah B3 dibuat dari bahan asbes dan tidak terdapat
kebocoran. TPS limbah B3 juga dilengkapi dengan lampu yang ditempel pada dinding
untuk pencahayaan pada malam hari. Kondisi atap TPS limbah B3 disajikan dalam
Gambar 5.7.

Gambar 5. 7 Kondisi Atap TPS Limbah B3 PT. IKPP


Bangunan TPS dilengkapi dengan fasilitas tanggap darurat. Fasilitas tanggap

14

darurat

disiapkan

apabila

terjadi

kecelakaan

seperti

tumpahan

bahan

kimia,

kebocoran

drum,

bagian

tubuh terkena bahan kimia, dan kebakaran kecil. TPS memiliki pintu darurat yang
berada di bagian belakang bangunan TPS. Bangunan TPS juga dilengkapi kotak P3K
yang berisi obat-obatan, selain itu terdapat fasilitas pemadam api. TPS juga memiliki
sebuah safety shower di bagian depan bangunan yang mudah dijangkau. Selain itu
terdapat telepon untuk komunikasi apabila terdapat bahaya. Gambar 5.8 menunjukkan
fasilitas pelengkap TPS limbah B3.

Gambar 5. 8 (a) Safety Shower (b) APAR (c) P3K dan Alat Komunikasi

Tabel 5. 5 Matriks Perbandingan Penyimpanan Limbah B3


terhadap Regulasi
No.
1.

(a)

Kep
01/Bapedal/09/1995
Berada pada daerah
bebas banjir

(b)

Realisasi di PT. IKPP

Keterangan

TPS berada di daerah bebas banjir

Sesuai, daerah
berada pada
elevasi yang
tinggi
Sesuai, jarak
TPS dengan
fasilitas umum
terhitung
cukup
Sesuai ,
tersedia atap
TPS
Sesuai,
tersedia a

(c)

2.

Jarak dengan fasilitas


umum minimal 50
meter

TPS berada di dalam area yang


berjarak 300 meter dengan
fasilitas umum

3.

Terlindung dari
masuknya air hujan

TPS terlindung dari masuknya air


hujan

4.

Memiliki sistem
ventilasi udara yang
memadai
Dilengkapi dengan
sistem penangkal
petir

Memiliki ventilasi udara yang


cukup

5.

Memiliki sistem
penerangan yang
memadai

Memiliki penerangan alami untuk


siang hari dan lampu pada dinding
untuk malam hari

6.

Diberi penandaan
dengan simbol atau

Terdapat simbol dan penandaan


dengan papan pada bagian pintu

5.

Tidak dilengkapi dengan


penangkal petir

15

Tidak sesuai,
sebaiknya
diberi alat
penangkal
petir
Sesuai,
ventilasi
berada 2 m
diatas kemasan
tertinggi
Sesuai, simbol
penandaan

No.

7.

Kep
01/Bapedal/09/1995
papan nama pada
bagian pintu depan
atau gerbang
bangunan
Lantai kedap air,
tidak bergelombang,
dan tidak retak

Realisasi di PT. IKPP

Keterangan

dan di depan TPS

terlihat jelas

Lantai TPS kedap air, tidak


bergelombang, dan tidak retak

Sesuai, perlu
pengecekan
kondisi secara
rutin
Sesuai,
operasional
sudah tersedia
Sesuai,
sebaiknya
ditambah
dengan gudang
penyimpan
perlengkapan

8.

Memiliki saluran atau


bak penampungan

TPS memiliki saluran

9.

Dilengkapi dengan Terdapat APAR, peralatan


sistem
pemadam komunikasi, peralatan P3K,
kebakaran,
pagar
pengaman, fasilitas
P3K,
peralatan
komunikasi, gudang
penyimpan
perlengkapan, pintu
darurat dan alarm

5.2.3 Pelabelan dan Simbol Limbah B3


Simbol dan label diletakkan pada setiap wadah penyimpanan limbah B3 di TPS
B3. Pemasangan simbol dan label di TPS B3 PT. IKPP Serang menggunakan stiker
berukuran 20 cm x 20 cm yang dipasang sesuai dengan karakteristik atau sifat limbah di
dalam wadah. Label berisi keterangan limbah meliputi keterangan penghasil, alamat
penghasil, nomor telepon dan fax, nomor/kode penghasil dari Bapedal, tanggal
pengemasan, jenis limbah, kode limbah, sifat limbah, dan nomor urut pengemasan.
Informasi pada label keterangan diisi oleh petugas TPS sesuai dengan data yang ada
pada log book. Contoh peletakan simbol dan label disajikan dalam Gambar 5.9.

16

Gambar 5. 9 Peletakkan simbol dan label


Selain dipasang pada wadah, simbol juga dipasang di pintu depan TPS untuk
menandakan bahwa bangunan tersebut menyimpan limbah dengan karakteristik yang
berbahaya. Simbol juga diletakkan pada kendaraan pengangkut limbah B3 dari TPS ke
pihak ketiga dengan ukuran 25 x 25 cm yang diletakkan disisi kanan-kiri serta di bagian
depan truk. Matriks perbandingan simbol dan label terhadap regulasi disajikan dalam
Tabel 5.6.
Tabel 5. 6 Matriks Perbandingan Simbol dan Label Limbah B3 terhadap
Regulasi
N
Aspek
o
Simbol
1
Bentuk

Ukuran

Permen LH No. 14
Tahun 2013

Realisasi di PT. IKPP

Bujur sangkar diputar


45o membentuk belah
ketupat

Bentuk bujur sangkar


diputar 45o membentuk
belah ketupat

Ukuran kemasan
minimal 10 cm x 10 cm

Berukuran 10 cm x 10
cm

Untuk tutup kemasan


minimal 7 cm x 15 cm

Belum ada simbol di


tutup kemasan

Untuk kendaraan
pengangkut minimal

Berukuran 25cm x 25
cm

17

Keterangan

Sesuai, perlu
dilakukan
pengecekan
rutin
Sesuai, perlu
dilakukan
pengecekan
rutin
Tidak sesuai,
sebaiknya
diberi simbol
pada tutup
kemasan dan
dilakukan
pengecekan
rutin
Sesuai, perlu
dilakukan

N
o

Aspek

Letak
pemasangan

Label
1
Ukuran

Permen LH No. 14
Tahun 2013
25cm x 25 cm

Realisasi di PT. IKPP

Untuk kemasan dipasang


pada sisi yang terlihat
dan tidak terhalang untuk
kemasan
Untuk kendaraan
pengangkut dipasang
pada sisi boks dan di
muka kendaraan untuk
kendaraan pengangkut
Untuk TPS dipasang di
depan pintu

Pemasangan simbol di
area yang terlihat

Dipasang di depan pintu


TPS limbah B3

Sesuai, sudah
terlihat jelas

Minimal 15 cm x 20 cm

Berukuran 15 cm x 20
cm

Sesuai, perlu
adanya
pengecekan
rutin
Tidak sesuai,
perlu adanya
pengecekan
rutin
Sesuai, perlu
adanya
pengecekan
rutin

Dipasang di sisi boks


dan muka kendaraan

Letak
pemasangan

Dilekati disebelah atas


simbol limbah B3

Beberapa dipasang
disamping simbol
limbah B3

Informasi
dan
keterangan

Memuat informasi dan


keterangan lengkap
limbah B3

Memuat informasi
limbah B3 yang
dihasilkan

Keterangan
pengecekan
rutin
Sesuai, perlu
dilakukan
pengecekan
rutin
Sesuai , sudah
tertempel pada
transporter dan
terlihat jelas

5.2.4 Pengangkutan Limbah B3


Pengangkutan limbah B3 di PT IKPP Serang dibedakan menjadi dua yaitu
pengangkutan internal dan pengangkutan eksternal.
1. Pengangkutan internal
Pengangkutan internal merupakan pengangkutan limbah B3 yang dilakukan
oleh unit-unit penghasil limbah B3 menuju TPS B3. Untuk fly ash dan bottom ash tidak
menggunakan pengangkutan internal karena tersedia TPS B3 pada masing-masing
tempat penghasil limbah tersebut. Pengangkutan internal untuk sludge IPAL dilakukan
dengan menggunakan dump truk. Sedangkan untuk limbah yang lain pengangkutan
internal menggunakan dump truk, forklift, dan pickup.
2. Pengangkutan eksternal
Pengangkutan eksternal merupakan pengangkutan limbah B3 oleh pihak ketiga
yang telah memiliki ikatan dan kesepakatan dengan PT. IKPP Serang. Pengangkutan
18

eksternal menggunakan truk kontainer yang dapat disebut transporter. Pihak ketiga di
PT. IKPP Serang memiliki masing-masing limbah B3 yang akan diangkut. Pihak ketiga
yang bekerja sama dengan PT. IKPP Serang sebagai pengangkut limbah B3 antara lain,
PT. PLIB, PT. PPLi, PT. Wastec International, PT. Cahaya Sinar Fajar, CV. Tri Kusuma
Raya, PT Multi Prima Usahatama, PT. Syncrum Logistics, dan PT. Non Ferindo Utama.
Contoh kendaraan pengangkut eksternal disajikan dalam Gambar 5.10.

Gambar 5. 10 Kendaraan Pengangkutan Eksternal


Dalam proses pengangkutan oleh pihak ketiga, dilengkapi dengan dokumen
limbah B3 (Hazardous Waste Manifest). Dokumen manifest berisi tentang identitas
penghasil, keterangan tentang limbah yang dihasilkan, instruksi penanganan, tujuan
pengangkutan, dan tanggal pengangkutan limbah B3. Untuk mengetahui perpindahan
dan penyebaran, maka dokumen ini perlu ada saat proses pengangkutan. Dokumen ini
harus diisi saat melakukan pengangkutan eksternal. Hal ini sesuai dengan Kep02/Bapedal/09/95. Namun dokumen manifest yang ada di PT. IKPP Serang
pengisiannya masih kurang lengkap. Berikut diagram alir peredaran manifest disajikan
dalam Gambar 5.11.

19

PT. IKPP Serang


Badan Lingkungan
Hidup Provinsi Banten dan Kabupaten Serang
Copy 2
Copy 3
Copy 1-4-5-6-7
Bupati Serang

al
Copy 5 Logistics
ahaya SinarCopy
Fajar,2CV. Tri Kusuma Raya, PT Multi Prima Usahatama, PT. Syncrum
Copy-1

Copy 5
Copy 4-5-6-7

ng Pengolah :
ec International
PT. PPLi, PT. Cahaya Sinar Fajar, CV. Tri Kusuma Raya, PT. Syncrum Logistics
Copy-4

Gambar 5. 11 Diagram Alur Peredaran Manifest


5.2.5 Penimbunan Limbah B3 di Landfill
Penimbunan limbah B3 yang dilakukan oleh PT. IKPP Serang dikelola dalam
sistem landfill yang berada di area PT. IKPP Serang. Landfill ini digunakan sejak tahun
2006 dan tidak digunakan lagi sejak tahun 2011. Landfill yang berada di PT. IKPP
Serang merupakan landfill kategori III (Landfill Clay Liner). Landfill ini digunakan
untuk menimbun sludge yang berasal dari Waste Water Treatment 1,2,3 dan abu
incinerator. Landfill ini berguna untuk mengurangi biaya operasional pengolahan
limbah B3. Biaya operasional yang dikeluarkan apabila terus-menerus menggunakan
pihak ketiga sebagai pengolah limbah B3 akan meningkatkan biaya operasional,
sehingga dipilih landfill sebagai alternatif pengolahan limbah B3.
5.2.6 Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan B3
1. Perizinan
Perizinan merupakan alat kontrol penghasil maupun pengelola dalam ketaatan
terhadap peraturan pemerintah. Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam PP No. 101
Tahun 2014 disebutkan bahwa usaha yang melakukan kegiatan pengelolaan limbah
20

wajib memiliki izin dari kepala instasi yang bertanggung jawab. Izin yang dimiliki
merupakan ijin yang diberikan langsung oleh Kementrian LH dan Bupati Serang yang
berkaitan langsung dengan tata cara pengelolaan limbah B3. Izin dari pemerintah
bersangkutan memiliki masa berakhir 5 tahun. Jenis perizinan yang dimiliki PT. IKPP
Serang disajikan dalam Tabel 5.7
Tabel 5. 7 Jenis Perizinan yang Dimiliki PT. IKPP Serang dalam Pengelolaan
Limbah B3
No

Pemberi Izin

Nomor Izin/ Nomor Surat

Jenis Izin

1.

Kep Kepala
BLH
Kab.Serang

Nomor :
667/14/Penceg/BLH/2013

. 2.

Kepmen LH
RI

Nomor : 07.80.10 Tahun


2014

Perpanjangan
Ijin
Penyimpanan
Sementara
Limbah B3
Izin
Pemanfaatan
Limbah B3

Tanggal
Berlaku
24 April
2013

Tanggal
Berakhir
24 April
2018

13
Oktober
2014

13
Oktober
2019

2. Pengawasan
Tahap pengawasan pengelolaan limbah B3 di PT. IKPP Serang dilakukan oleh
dua pihak yaitu pihak internal perusahaan dan pihak pemerintah melalui instasi terkait.
Pengawasan internal perusahaan dilakukan oleh Environment Protection Department
(EPD) yang ditunjuk untuk mengawasi pelaksanaan pengelolaan limbah B3 dan dampak
lingkungan yang mungkin timbul dari kegiatan pengelolaan limbah B3 tersebut.
Pengawasan internal yang dilakukan didasarkan pada kesesuaian dengan peraturan yang
berlaku di Indonesia tentang pengelolaan limbah B3 dan dampaknya terhadap
lingkungan.
Pengawasan yang dilakukan pemerintah dipercayakan kepada Kementrian
Lingkungan Hidup (KLH), sesuai dengan PP No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Limbah B3. Dalam pelaksanaan kegiatan pengawasannya KLH melimpahkan kepada
instasi yang bertanggung jawab yaitu BAPELDA. Penilaian ini menghasilkan tingkatan
ketaatan perusahaan terhadap perundangan lingkungan hidup yang berlaku di Indonesia.
5.3 Pengolahan Limbah B3 dengan Proses Insinerasi
Incinerator plant di PT. IKPP Serang mulai beroperasi pada tahun 1997. Namun,
sejak tahun 2015 incinerator plant sedang dalam tahap perbaikan sehingga tidak dapat
dioperasikan. Incinerator plant terdiri dari dua unit incinerator, yaitu unit 1 (Inc#1) dan
21

Incinerator unit 2 (Inc#2). Tipe yang di bangun adalah rotary kiln incinerator. Selain
itu, juga dibangun unit pengolahan udara untuk menangani emisi dari pembakaran
incinerator yang terdiri cyclone, evaporator cooler, multiclone, wet srubber, dan exhaust
stack untuk mengeluarkan flue gas.
Limbah yang diolah dalam incinerator yaitu limbah padat yang berasal dari reject
Stock Preparation (SP) dan sludge dari Waste Water Treatment (WWT). Kapasitas
pembakaran incinerator adalah 90 ton/hari, sehingga dengan tersedianya 2 unit
incinerator, limbah yang bisa dibakar adalah 180 ton/hari. Pembakaran di dalam kiln
dilakukan mulai pengumpulan limbah sampai dengan penampungan abu hasil
pembakaran dari afterburner. Tahapan-tahapan pengolahan di incinerator adalah
sebagai berikut :
1. Hopper
Hopper adalah sebuah kotak untuk menempatkan limbah padat yang dilengkapi
dengan belt yang dikendalikan oleh motor hidrolik sehingga bisa diatur kecepatannya.
Limbah akan diangkut ke tempat penampungan incinerator sebelum di bakar. Limbah
di masukan ke hopper meggunakan loader secara bertahap. Bagian atas hopper di
pasang grizzley screen yang berjarak 120 mm untuk menyaring limbah yang besar agar
tidak masuk ke hopper.
2. Wet Reject Conveyor
Limbah yang terkumpul di dalam hopper akan diangkut oleh konveyor menuju
clam shell. Kecepatan Konveyor di atur secara otomatis dengan komputer. Kecepatan
konveyor perlu diatur agar banyak limbah yang masuk kedalam kiln terbakar sempurna.
Bila limbah yang masuk terlalu banyak maka akan mengakibakan pembakaran tidak
sempuna. Kecepatan harus diatur disesuaikan dengan suhu pembakaran yang ada di
kiln.
3. Clam Shell dan Ram Feeder
Limbah yang diangkut oleh konveyor masuk ke dalam clam shell yang di lengkapi
dengan weigh scale. Weigh scale akan menimbang sampah sebelum masuk kedalam
ram feeder. Ram feeder dilengkapi dengan ram yang berfungsi mendorong sampah ke
kiln yang di operasikan dengan motor hidrolik. Ram feeder di lengkapi dengan UV
scanner dan noozle untuk mendeteksi api di dalam ram feeder tersebut. Jika terdeteksi
ada api maka noozle akan menyemprotkan air untuk memadamkan api tersebut. Api bisa
terjadi ketika ram feeder mendorong limbah masuk ke kiln, maka ada kemungkinan api

22

masuk ke dalam ram feeder karena ada limbah di ram feeder setelah mendorong limbah
tersebut api akan menyambar.
4. Rotary Kiln
Rotary Kiln merupakan incinerator yang berbentuk silinder dan dioperasikan
dengan diputar menggunakan motor. Kiln di pasang dengan kemiringan 2o dan di putar
dengan kecepatan 0,2 2 rpm. Set point yang di tetapkan adalah 810-920 o C. Kiln terdiri
dari kiln shell dengan ketebalan 22 mm yang dilapisi dengan asphalastic membrane dan
lapisan refraktori. Asphalastic Membrane berfungsi sebagai penghalang cairan asam
yang masuk ke lapisan refraktori sehingga menyebakan korosi. Di dalam kiln dipasang
isolasi berupa fire brick yang berisi 77% silikon.
Lifter Flight di pasang ditengah kiln untuk mengaduk limbah agar terbakar
sempurna dan mencegah agar aliran limbah tidak keluar dari kiln sebelum terbakar
sempurna. Kiln dilengkapi dengan dua steel tire dan steel trunion dan di gerakan oleh
sistem rantai. Pada ujung rantai terdapat nosepiece yang dilapisi dengan plastik
refraktori yang sangat padat. Nosepiece didingikan dengan blower yang juga digunakan
untuk mendingikan kulit kiln yang terhubung dengan afterburner.
Pengoperasian kiln dilakukan dengan PLC (Programmable Logic Contrller)
Computer System). Suhu kiln dikontrol dengan mengatur pengumpanan limbah dan
bahan bakar. Tekanan Kiln diatur dengan mengatur posisi blade butterfly damper di
Quench yang menjaga agar tekanan di kiln tetap negative.
Suplai udara untuk pembakaran di dalam kiln berasal dari combustion air fan dan
excess air fan. Combustion air fan yang terletak di kiln burner akan menyuplai udara
untuk keperluan pembakaran, sedangkan excess air fan sebagai suplai udara tambahan.
Excess fan juga berfungsi mendinginkan kiln saat berhenti beroperasi. Penggunaan
bahan bakar (Industrial Diesel Oil) diatur melalui oil/air ratio controller sehingga
penggunaan minyak sebanding dengan udara yang masuk. Sebelum masuk kiln, minyak
di embunkan dengan udara yang berasal dari atomizing air fan. Tujuan penggunaan
atomizing air fan adalah agar minyak yang masuk ke kiln dapat tersebar dan membakar
secara merata. Akan tetapi untuk operasional sekarang sudah tidak menggunakan
minyak. Minyak di gunakan hanya pada proses Start Up Incinerator. Bila api di kiln
sudah mencapai suhu yang cukup untuk membakar limbah, maka burner dimatikan dan
suplai bahan bakar pun otomatis terhenti. Suhu pembakaran di dalam kiln dapat terus
dipertahankan dengan adanya penggumpalan limbah secara kontinyu.
5. Afterburner

23

Pada ujung kiln terdapat ruang pembakar kedua yang disebut afterburner. Fungsi
dari afterburner adalah sebagai ruang pembakar kedua untuk menyempurnakan
pembakaran di dalam kiln. Abu yang belum terbakar sempurna akan di bakar lagi oleh
afterburner. Partikel yang berat yang keluar dari kiln akan jatuh dan tertampung dalam
ash drag conveyor yang aan dibawa ke ash bin. Sedangkan partikel yan tidak dapat
mengendap akan keluar bersama-sama dengan flue gas. Flue gas dari afterburner
menuju dibawa menuju cyclone. Set point yang di tetapkan adalah 890 950oc.
5.3.1
Efisiensi Incinerator
Tujuan utama proses pada incinerator adalah untuk menghilangkan volume
limbah hingga 80-90% dan berat sampah 75-85%. Berikut adalah tabel reduksi limbah
bulan Juli 2014.
Tabel 5. 8 Rekapitulasi Reduksi Limbah Padat Juli 2014
Tangga
l
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Limba
h
Dibaka
r (Ton)
54,5
104
104
104,25
0
103,5
103,5
103,75
104,25
103,5
103,75
103,25
103,5
103,75
103
100,5
0
102,75
103,5
103,75
103,5

Limba
Abu Sisa
h
Reduks
Pembakara
Kering
i
n (Ton)
(Ton)
26,25
0,64
53,86
39,09
1,23 102,77
40,86
1,23 102,77
40,16
1,23 103,02
0
0
0
38,08
1,22 102,28
36,99
1,22 102,28
36,12
1,23 102,53
40,24
1,22 103,02
38,64
1,22 102,28
39,61
1,22 102,53
39,15
1,22 102,03
40,15
1,22 102,28
39,43
1,22 102,53
40,02
1,22 101,78
38,64
1,19
99,31
0
0
0
38,32
1,21 101,54
42,11
1,22 102,28
40,63
1,22 102,53
42,76
1,22 102,28

24

Efisiens
i
Remova
l (%)
98,82
98,82
98,82
98,82
0
98,82
98,82
98,82
98,82
98,82
98,82
98,82
98,82
98,82
98,82
98,82
0
98,82
98,82
98,82
98,82

Tangga
l
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Limba
h
Dibaka
r (Ton)
103
103,75
103,25
103,25
103,5
104
103,75
104
103,75
102,5

Limba
Abu Sisa
h
Reduks
Pembakara
Kering
i
n (Ton)
(Ton)
40,16
1,22 101,78
39,99
1,22 102,53
26,33
1,22 102,03
39,12
1,22 102,03
38,74
1,22 102,28
34,81
1,23 102,77
38,23
1,22 102,53
39,02
1,23 102,77
39,2
1,22 102,53
37,94
1,21 101,29

Efisiens
i
Remova
l (%)
98,82
98,82
98,82
98,82
98,82
98,82
98,82
98,82
98,82
98,82

Sumber : IKPP Serang, 2014


Perhitungan efisiensi removal
Contoh perhitungan tanggal 20 Juli 2014
Diketahui :
Input limbah = 103,75 ton/hari
Abu sisa pembakaran = 1,22 ton/hari
Efisiensi

input limbahabu sisa pembakaran


x 100
input limbah
ton
1,22ton/hari
hari
x 100
103,75 ton/hari

103,75
=

= 98,82%
5.4 Pemanfaatan Sludge IPAL
Pada proses pembuatan kertas diperlukan bahan baku yang mengandung serat
(fiber). Bahan baku utama untuk pembuatan brown grade paper salah satunya yaitu
LOCC (Local Old Corrugated Carton). LOCC merupakan satu-satunya kertas bekas
dari bahan karton box atau kardus yang mempunyai kandungan serat (fiber) cukup
bagus.
Dengan tingginya kebutuhan akan bahan baku LOCC yang harus dibeli dari
berbagai perusahaan yang ada di Indonesia, PT. IKPP Serang melakukan pemanfaatan
25

sludge sebagai tambahan bahan baku selain LOCC. Sludge dapat dimanfaatan sebagai
bahan tambahan karena memiliki kandungan serat (fiber) yang cukup tinggi yaitu
sebesar 15% fiber content. Sehingga dengan adanya pemanfaatan sludge, kebutuhan
akan LOCC dapat berkurang serta dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk
pembelian bahan baku.
Sludge yang digunakan untuk bahan tambahan pada proses pembuatan brown
grade paper didapatkan dari hasil samping pengolahan limbah cair pada WWTP (Waste
Water Treatment Plant) I, II dan III yang dimiliki oleh perusahaan. Sludge yang
dihasilkan dari pengolahan limbah cair tersebut sudah 100% dimanfaatkan sebagai
bahan baku campuran pembuatan kertas.
Yang perlu diperhatikan dari pemanfaatan sludge adalah pengaturan komposisi
bahan baku. Sludge dapat digunakan sebagai campuran bahan baku dengan komposisi
maksimal 40% dari total bahan baku LOCC. Dengan demikian, komposisi bahan baku
yang digunakan yaitu untuk memproduksi kertas coklat (brown grade paper) dengan
jenis kertas test liner yaitu 40% Sludge dan sisanya 60% LOCC (Local Old
Corrugated Carton). Substitusi bahan baku ini khusus diterapkan pada PM 2 (Paper
Machine).
Dengan adanya penggunaan sludge sebagai campuran bahan baku pembuatan
brown grade paper, dapat mengurangi volume dan biaya pembelian bahan baku LOCC
(Local Old Corrugated Carton). Berikut merupakan analisis perhitungan penghematan
biaya pembelian bahan baku LOCC dengan diterapkannya substitusi bahan baku :
1. Kebutuhan Bahan Baku
a. Apabila tidak adanya penggunaan Sludge, bahan baku LOCC yang dibeli :
Bahan baku LOCC (tidak menggunakan Sludge) = 92.477 ton/bulan
b. Dengan adanya penggunaan Sludge, maka bahan baku LOCC yang dibeli :
Bahan baku LOCC (menggunakan Sludge)
= Bahan baku LOCC (tidak menggunakan Sludge) jumlah Sludge
= 92.477 ton/bulan 24.564 ton/bulan = 67.913 ton/bulan (Januari 2016)
2. Prakiraan Biaya
Bahan baku LOCC memiliki harga 108 USD/ton. Sehingga biaya yang harus
dikeluarkan perusahaan adalah sebagai berikut :
a. Apabila tidak adanya penggunaan Sludge :
Biaya bahan baku LOCC (tidak menggunakan Sludge)
= Bahan baku LOCC (tidak menggunakan Sludge) x Harga bahan baku LOCC
= 92.477 ton/bulan x 108 USD/ton = 9.987.516 USD/bulan
b. Dengan adanya penggunaan Sludge :
Biaya bahan baku LOCC (menggunakan Sludge)
26

= Bahan baku LOCC (menggunakan Sludge) x Harga bahan baku LOCC


= 67.913 ton/bulan x 108 USD/ton = 7.334.604 USD/bulan
3. Total Penghematan (USD/bulan)
= Biaya bahan baku LOCC (tidak menggunakan Sludge) Biaya bahan baku LOCC
(menggunakan Sludge)
= 9.987.516 USD/bulan - 7.334.604 USD/bulan
= 2.652.912 USD/bulan
4. Persen Efisiensi
Total penghematan x 100
= Biaya bahan baku LOCC (tidak menggunakan Sludge)
=

2.652 .912USD /bulan x 100


9.987 .516 USD /bulan

= 26,56 %
5. Total Penghematan (Rupiah/bulan)
= Total Penghematan (USD/bulan) x Rp. 13.333,00/USD
= 2.652.912 USD/bulan x Rp. 13.333,00/USD
= Rp. 35.371.275.700,00/bulan
Dari analisis perhitungan diatas dinilai cukup efisien karena dengan adanya
pemanfaatan sludge sebagai tambahan bahan baku selain LOCC didapatkan total
penghematan biaya pembelian bahan baku LOCC sebesar Rp. 35.371.275.700,00/bulan
dan dengan persen efisiensi penghematan sebesar 26,56 %. Analisis perhitungan
penghematan biaya pembelian bahan baku LOCC tersebut dengan mengabaikan aspek
biaya operasional lain.
Selain dapat mengurangi volume dan biaya pembelian bahan baku LOCC,
susbtitusi sebagian bahan baku LOCC dengan Sludge juga dapat memberikan
keuntungan bagi lingkungan. Sludge merupakan limbah padat B3 yang dihasilkan dari
pengolahan limbah cair dengan adanya pemanfaatan Sludge dapat mengurangi
pembuangan limbah padat B3 ke lingkungan. Dengan pemanfaatan sludge sebagai
bahan tambahan dalam pembuatan brown grade paper, itu berarti perusahaan telah
melakukan penerapan produksi bersih berupa subtitusi bahan baku. Pemanfaatan limbah
B3 ini tercantum dalam Kepmen LH RI No. 07.80.10 Tahun 2014 tentang Izin
Pemanfaatan Limbah B3 PT. IKPP Serang.

27

VI. BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di PT. IKPP Serang tentang
pengelolaan limbah B3 maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Jenis limbah B3 yang dihasilkan oleh PT IKPP Serang sejak Bulan Oktober
sampai Desember 2015 adalah sebanyak 12 macam, yaitu oli bekas sebesar 9,62
ton, limbah lab sebesar 0,32 ton, liquid coolant sebesar 3,03 ton, sludge deinking
sebesar 59,31 ton, sludge IPAL sebesar 59,31 ton, fly ash sebesar 10,804 ton,
bottom ash sebesar 82,52 ton, aki bekas sebesar 2,24 ton, kaleng tinta sebesar 5,8
ton, lampu TL sebesar 0,29 ton, majun bekas sebesar 2,56 ton, dan limbah medis
sebesar 0,0075 ton. Sumber limbah tersebut berasal dari proses produksi, kantor,
IPAL, klinik, dan laboratorium.
2. Pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh PT IKPP Serang menggunakan
konsep cradle to grave yaitu meliputi identifikasi dan inventarisasi, pewadahan,
pelabelan, penyimpanan, pengangkutan, penimbunan, pengolahan di incinerator
dan pemanfaatan. Limbah B3 yang dimanfaatkan adalah sludge IPAL yang
digunakan sebagai bahan tambahan pulp. Dengan pemanfaatan limbah B3 ini,
PT. IKPP Serang telah melaksanakan penerapan produksi bersih yaitu subtitusi
bahan baku.
3. Pengelolaan limbah B3 di PT. IKPP Serang masih perlu adanya perbaikan
karena masih banyak hal yang belum sesuai dengan peraturan yang berlaku. Halhal yang masih belum sesuai yaitu masih ada wadah B3 yang masih belum diberi
simbol, peletakan label dan simbol yang belum sesuai, pengisian manifest yang
belum lengkap, belum adanya penangkal petir pada TPS limbah B3, dan jarak
kemasan dengan dinding yang kurang dari 1 meter.

6.2 Saran
1. Meningkatkan pengawasan internal terhadap operasional pengelolaan
limbah B3 terutama pada tahap pewadahan, pelabelan, pemberian simbol,
teknis penyimpanan, keteraturan jarak antar blok dengan dinding pada TPS
B3 dan pengisian manifest secara lengkap.

2. Memperbaiki incinerator agar dapat digunakan kembali sehingga dapat


menghemat biaya dalam ppengolahan

DAFTAR PUSTAKA
Damanhuri, Enri. 2010. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Program
Studi Teknik Lingkungan ITB: Bandung.
Kepala Bapedal. 1995. Keputusan No. 1: Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Republik Indonesia.
Kepala Bapedal. 1995. Keputusan No. 2: Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Republik Indonesia.
Kepala Bapedal. 1995. Keputusan No. 5: Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Republik Indonesia.
Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2013. Peraturan No. 14: Simbol dan Label Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun. Republik Indonesia.
Presiden Republik Indonesia. 2001. Peraturan No. 74: Pengelolaan Bahan Berbahaya
dan Beracun. Republik Indonesia.
Presiden Republik Indonesia. 2014. Peraturan No. 101: Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun. Republik Indonesia.

14

Anda mungkin juga menyukai