PIG To Islam
PIG To Islam
PIG To Islam
PENJELASAN SEBENARNYA
TENTANG ISLAM
Introducing; Islam dan Perang Salib
Dalam analisa ini Clinton herannya mengulang apa yg dikatakan Osama bin
Laden sendiri, yg dalam komunikenya sendiri berkata bahwa organisasinya
bukanlah “al Qaeda” tapi sebuah “Pejuang dunia islam utk Jihad melawan
Yahudi dan pejuang perang salib,” dan mengeluarkan fatwa utk “jihad
melawan Yahudi dan pejuang perang salib.”[2]
Penggunaan hal ini cukup menyebar. Tak berapa lama sebelum awal perang
Irak yg menjatuhkan Saddam Hussein, 8 Nov 2002, Sheikh Bakr Abed Al-
Razzaq Al-Samaraai berkhotbah di mesjid Mother of All Battles, Bagdad,
tentang “waktu-waktu sulit yg negara islam alami, sebuah waktu utk
menghadapi tantangan kekuatan dari kafir, yahudi, pejuang perang salib,
Amerika dan Inggris.”[3]
“Satu kastil besar ‘pejuang perang salib’ di jazirah arab?” Kenapa teroris
jihad islam bisa punya perasaan yg begitu mendalam terhadap kastil
berumur ribuan tahun? Mungkinkah Clinton benar bahwa mereka melihat
Perang Salib sebagai awal dari berbagai persoalan mereka dg Barat, dan saat
ini konflik di Irak dan Afghanistan merupakan kebangkitan dari etos Perang
Salib tsb?
Buku ini menjelaskan kenapa, setengah buku ini didedikasikan bagi islam
dan setengahnya lagi bagi Perang Salib. Dalam prosesnya akan menjelaskan
sebagian kabut mis-informasi yg mengelilingi islam dan Perang Salib saat ini.
Kabut itu jauh lebih tebal. Salah seorang yg paling bertanggung jawab utk
itu, adalah seorang pembela islam dari Barat, Karen Armstrong, ia bahkan
menyalahkan orang Barat karena salah mengerti tentang islam dalam perang
salib: “Sejak Perang salib, orang dari Kekristenan Barat mengembangkan
pandangan menyimpang dan stereotype tentang islam, yg mereka anggap
sebagai musuh dari peradaban yg baik… Adalah, contohnya, selama Perang
Salib, ketika itu Kristenlah yg menghasut serangkaian perang suci yg brutal
terhadap dunia muslim, bahwa islam dijelaskan oleh rahib terpelajar Eropa
sebagai sebuah kepercayaan tidak toleran dan bersifat kekerasan, yg hanya
bisa berdiri lewat pedang. Mitos akan ketidak-toleransian fanatik dari islam
menjadi salah satu ide yg diterima Barat.”[5]
Kebanyakan dari salah pengertian ini berasal dari analisa “akar penyebab”
terorisme Jihad yg mengambil begitu banyak nyawa pada 11 September dan
terus mengancam kedamaian dan stabilitas non muslim diseluruh dunia. Hal
ini menjadi gaya diantara para orang media dan akademisi tertentu utk
menempatkan banyak, atau mungkin semua, kesalahan dari apa yg terjadi
pada 11 Sept 2001, bukan pada islam dan muslim, tapi kepada Amerika dan
negara-negara Barat lainnya. Sebuah pola penganiayaan kepada dunia islam
oleh Barat, kata seorang professor terpelajar dan komentator penting, hal itu
masih terus berlanjut. Dimulai berabad-abad lalu, kata mereka – diwaktu
perang salib.
Tapi kenyataannya, benih-benih konflik saat ini telah ditanam jauh lebih awal
sebelum Perang salib pertama. Untuk mengerti Perang salib dg benar, dan
gema istimewa yg dihasilkannya dalam konflik global saat ini dg teroris jihad
islam, kita harus mulai dg sebuah survey akan seorang nabi dari Arab dan
agama yg dia karang. Untuk Perang Salib, seperti yg akan kita lihat, pada
dasarnya hanya berupa reaksi akan kejadian-kejadian yg digerakan lebih dari
450 tahun sebelum perang itu dimulai.
Saya maksudkan buku ini bukan utk jadi perkenalan umum agama islam,
bukan juga jadi sebuah survey luas tentang sejarah Perang Salib. Tapi, ini
adalah sebuah penelitian akan pernyataan yg sangat tendensius islam dan
Perang salib yg menjadi wacana populer. Buku ini berusaha utk
menggerakan wacana publik mengenai kedua subjek tsb agar bergerak
kearah kebenaran.
BAB 1
MUHAMMAD: SANG NABI PERANG
Kenapa kehidupan Muhammad, nabinya islam, jadi penting saat ini? 14 abad
telah berlalu sejak dia lahir. Jutaan orang muslim telah hidup dan mati sejak
saat itu dan banyak para pemimpin bangkit membimbing orang-orang
percaya, termasuk para keturunan sang nabi itu sendiri. Pastilah islam,
seperti juga agama-agama lain, telah berubah selama 1400 tahun ini.
Itu sebabnya saya tempatkan sebuah sidebar “Muhammad vs. Jesus” di tiap
bab utk menegaskan fallacy (kesalahan berpikir) dari mereka yg mengklaim
bahwa islam dan Kristen - dan semua agama-agama tradisi lainnya, dalam
masalah itu – pada dasarnya mempunyai kemampuan yg sama utk
mengilhami kebaikan atau kejahatan. Ini juga berarti utk menegaskan bahwa
Barat, yg dibangun atas dasar Kekristenan, layak dibela, meskipun jika kita
hidup dijaman yg disebut era Post-Kristen. Selanjutnya, melalui kata-kata
dari Muhammad dan Yesus, kita dapat menarik sebuah perbedaan antara
prinsip utama yg membimbing muslim dan Kristen. Prinsip-prinsip ini
penting. Para pengikut Muhammad membaca perkataannya dan meniru
perbuatan-perbuatannya, yg mengarah pada pengungkapan iman yg sangat
berbeda dari Kristen. Orang tidak perlu jauh-jauh utk melihat bahwa
kehidupan dalam sebuah negara islam berbeda dari kehidupan di Amerika
atau Inggris. Perbedaannya dimulai dg Muhammad. Saat ini ketika begitu
banyak perkataan dan perbuatan-perbuatan Muhammad dipakai utk
membenarkan tindakan-tindakan kekerasan dan pertumpahan darah, adalah
penting utk terbiasa dg figur sentral ini.
Fakta dasar pertama: Muhammad ibn Abdallah ibn Abd al-Muttalib (570-
632), nabi islam, adalah orang yg suka perang. Dia ajarkan para pengikutnya
utk bertempur bagi agama barunya. Dia bilang bahwa tuhan mereka, Allah,
memerintahkan mereka utk angkat senjata. Dan Muhammad, katanya tidak
hanya duduk dibelakang meja, telah bertempur dalam banyak pertempuran.
Fakta-fakta ini penting bagi siapapun yg sungguh-sungguh ingin mengerti
apa penyebab Perang Salib berabad-abad lalu atau, dijaman kita, apa yg
menyebabkan kebangkitan gerakan Jihad Global.
Ketika Osama bin Laden membunuh sipil tak bersalah di WTC pada 11 Sept
2001, dan kemudian para teman religiusnya menangkap dan memancung
para sandera di Irak, Pembicara muslim Amerika menyatakan bahwa
menjadikan orang-orang tak bersalah menjadi sasaran itu dilarang oleh
Islam. Hal ini menjadi perdebatan, karena beberapa otoritas hukum islami
mengijinkan membunuh rakyat sipil jika terlihat mereka membantu musuh-
musuh islam dalam perang.[2] Tapi, bahkan jika prinsip ini betul, ini akan
memberi jalan bagi pembenaran yg terjadi dalam perampokan di Nakhla:
“penolakan/penindasan jauh lebih buruk dari pembunuhan.” Dan dg begitu,
utk bertempur melawan penindasan para muslim, dg cara apapun, adalah
kebaikan tertinggi.
Tapi kemudian sebuah wahyu baru datang dari Allah, menjelaskan bahwa
perlawanan kaum Quraish terhadap Muhammad adalah perbuatan yg jauh
lebih buruk daripada pelanggaran di Bulan Suci. Dg kata lain, perampokan
itu dibenarkan. “Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan
Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi
menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi
masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih
besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya)
daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai
mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran),
seandainya mereka sanggup. Barang siapa yang murtad di antara kamu dari
agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia
amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya.” (Quran 2.214). Dosa apapun yg dilakukan
perampok di Nakhla ditutupi oleh penolakan kaum Quraish terhadap
Muhammad.
Ini adalah wahyu yg sangat penting, karena ini membawa pada sebuah
prinsip islamik yg terus berulang sepanjang jaman. Kebaikan jadi diartikan
pada apapun yg berakibat baik bagi muslim, tanpa memandang apakah hal
itu melanggar moral atau hukum-hukum lain. Nilai-nilai moral yg ditanamkan
dalam 10 Perintah, dan ajaran-ajaran lain dari agama-agama besar sebelum
islam, dikesampingkan demi sebuah prinsip yg jauh menjangkau dalam hal
kemanfaatan.
Perang Badr
Meski jumlah besar mereka, Kaum Quraish dipukul mundur. Beberapa tradisi
muslim mengatakan bahwa Muhammad sendiri ikut bertempur. Yg lain bilang
bahwa dia menyemangati pasukannya dari pinggir. Dalam peristiwa apapun,
menjadi sebuah kesempatan bagi dia utk melihat bertahun-tahun rasa
frustasi, dendam dan kebencian terhadap kaumnya, yg menolaknya,
terbalaskan. Salah satu pengikutnya belakangan menceritakan sebuah
kutukan yg Muhammad ucapkan kepada pemimpin Quraish: “Nabi berkata,
‘O Allah! Hancurkan pemimpin-pemimpin Quraish, O Allah! Hancurkan Abu
jahl bin Hisham, Utba bin Rabi’a, Shaiba bin Rabi’a, Uqba bin Abi Mu’ait,
Umaiya bin Khalaf (atau Ubai bin Kalaf).”[5]
125). Wahyu lain dari Allah menegaskan bahwa karena kesalehan bukan
kekuatan militer, yg membawa kemenangan di Badar: “Sesungguhnya telah
ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur).
Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang
dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali
jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang
dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran
bagi orang-orang yang mempunyai mata hati. (Q 3.13). Ayat Quran lain
menyatakan bahwa para muslim hanyalah alat pasif pada perang Badar: “Hai
Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin itu untuk berperang. Jika ada dua
puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan
dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di
antaramu, mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir,
disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. (Q 8.65).
Dari sebuah komunitas kecil dan dibenci, para muslim sekarang adalah
sebuah kekuatan yg oleh kaum Pagan di Arab harus diperhitungkan – dan
mereka mulai menanamkan teror dihati para musuhnya. Muhammad
mengklaim sebagai nabi terakhir dari Satu Tuhan, Tuhan asli yg muncul
mensahkan dg sebuah kemenangan didalam perang yg kemungkinan
menangnya sangat kecil. Dg kemenangan ini, sikap-sikap dan asumsi
tertentu yg ditanamkan dalam pikiran-pikiran para muslim, tetap ada dalam
benak mereka hingga saat ini. Hal ini termasuk:
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan
persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-
orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah
mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya
akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya
(dirugikan).” Quran 8:60.
Pola lain telah ditetapkan di Uhud dan dimainkan sepanjang sejarah: para
muslim akan melihat penyerangan manapun sebagai alasan utk balas
dendam, tidak peduli jika mereka yg memulai lebih dahulu. Dg pengertian
licik tentang bagaimana utk menggeser opini publik, para pejihad dan sekutu
mereka melakukan pembenaran (Politically Correct atau selanjutnya akan
disingkat PC) pada American Left (kelompok Sayap Kiri US) hari ini dg
mengunakan kejadian-kejadian sekarang sebagai dalih utk membenarkan
apa yg mereka lakukan : Lagi dan lagi mereka menggambarkan bahwa
mereka seakan hanya bereaksi atas provokasi memilukan dari musuh-musuh
islam. Dg ini mereka dapat dukungan dan menggeser opini publik yg lebih
berpihak kpd mereka.
Muhammad bersumpah utk balas dendam lagi ketika dia temukan tubuh
pamannya Hamza. Hamza terbunuh di Uhud dan tubuhnya terpotong-potong
dg sangat mengerikan oleh seorang wanita, Hind bint ‘Utba, yg memotong
hidung, telinga dan memakan sebagian dari hati Hamza. Dia melakukan ini
utk membalas kematian ayahnya, saudara, paman dan anak tertuanya di
Badar. Nabi tidak tergerak hatinya dg kenyataan bahwa wanita itu
melakukan ini semua karena membalas dendam: “Jika tuhan memberiku
kemenangan atas Quraysh dimasa depan,” dia berkata, “aku akan
memotong-motong 30 orang mereka.” Tersentuh oleh duka dan
kemarahannya, para pengikutnya bersumpah yg sama: “Demi Allah, jika dia
memberi kemenangan atas mereka dikemudian hari kami akan memotong-
motong tubuh mereka dimana tidak ada seorang Arabpun yg pernah
melakukan pemotongan yg demikian.” [19]
Kalah di Uhud, sementara itu, tidak membuat iman muslim goyah atau
hilang semangat. Allah mengatakan mereka akan memberi kemenangan lain
jika mereka mematuhi Dia: “Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-
Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai
pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai
perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu
sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu
ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu
dari mereka untuk menguji kamu; dan sesungguhnya Allah telah memaafkan
kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang-orang
yang beriman.” (Q 3.152).
Disini lagi-lagi sebuah pola dibentuk: Ketika sesuatu berubah jadi buruk bagi
para muslim, ini adalah hukuman karena tidak sungguh-sungguh beriman
pada Islam. Ditahun 1948, Sayyid Qutb, penyusun teori ternama dari
Persaudaraan Muslim, yg membuat perbedaan dg menjadi kelompok teroris
islam modern pertama, mengumumkan kepada dunia islam: “Kita hanya
perlu mencari untuk melihat bahwa situasi sosial kita seburuk ini.” Tapi “kita
terus mengesampingkan warisan spiritual kita, sumbangan intelektual kita,
dan semua solusi-solusi yg mungkin saja akan diungkapkan hanya dg
melihat sekilas akan hal ini; kita kesampingkan prinsip dan doktrin
fundamental kita dan kita bawa masuk demokrasi, sosialisme atau
komunisme.”[20] Dg kata lain, islam sendiri menjamin sukses dan utk
mengabaikannya akan membawa kegagalan.
(Politically Correct atau disingkat jadi PC adalah pendapat yang salah yang
sengaja diucapkan agar tidak menimbulkan keresahan umum dlm
masyarakat)
Para muslim setuju utk kembali kerumah tanpa melakukan ziarah, dan kaum
Quraish akan mengijinkan mereka melakukan ziarah haji tsb ditahun
berikutnya. Muhammad mengejutkan pengikutnya dg setuju akan syarat-
syarat yg kelihatannya sangat tidak menguntungkan bagi para muslim:
Mereka yg lari dari kaum Quraish dan mencari perlindungan dari para muslim
oleh muslim akan dikembalikan pd kaum Quraish, sementara yg melarikan
diri dari muslim dan mencari perlindungan dari Quraish tidak akan
dikembalikan kepada muslim. Seorang perunding Quraish, Suhayl bin Amr,
bahkan memaksa Muhammad agar tidak menyebut dirinya sebagai
“Muhammad, Rasul Allah.” Kata Suhayl, “Jika aku menyaksikan sendiri
bahwa kau Rasul Allah aku tidak akan melawanmu. Tulis namamu dan nama
ayahmu.” Dg kekecewaan pengikutnya, Muhammad melakukan ini.
Lalu, berlawanan dari semua yg jelas kelihatan, dia berkeras bahwa para
muslim telah menang, dan mengeluarkan wahyu dari dari Allah:
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang
nyata,” (Q 48.1). Dia berjanji bahwa para pengikutnya akan mendapat
banyak harta rampasan: “Sesungguhnya Allah telah rida terhadap orang-
orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka
Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan
ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan
kemenangan yang dekat (waktunya). Serta harta rampasan yang banyak
yang dapat mereka ambil. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. Allah menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak
yang dapat kamu ambil, maka disegerakan-Nya harta rampasan ini untukmu
dan Dia menahan tangan manusia dari (membinasakan) mu (agar kamu
mensyukuri-Nya) dan agar hal itu menjadi bukti bagi orang-orang mukmin
dan agar Dia menunjuki kamu kepada jalan yang lurus. (Q 48:18-20).
Jika satu dari para pengikutnya masih skeptis, rasa takut mereka segera
akan dihilangkan. Seorang wanita Quraish, Umm Kulthum, bergabung dg
para muslim di Medina; dua saudaranya menemui Muhammad, meminta
Umm Khultum kembali, “sesuai dg persetujuan antara dia dan kaum Quraish
di Hudaybiya.”[22] Muhammad menolak karena Allah melarangnya. Dia
memberi Wahyu baru baginya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila
datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka
hendaklah kamu uji mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan
mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka beriman maka
janganlah kamu kembalikan mereka kepada orang-orang kafir. (Q 60.10).
Tebak?
Ada lebih dari seratus ayat dalam Quran yg mendesak muslim utk melakukan
jihad terhadap orang kafir. “Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang
kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka.
Tempat mereka ialah neraka Jahanam. Dan itulah tempat kembali yang
seburuk-buruknya.” (Q 9.73). (Bahasa inggrisnya: “O Prophet! Strive hard
against the unbelievers and the hypocrites, and be firm against them. Their
abode is Hell, an evil refuge indeed”). “Strive Hard” dalam bahasa Arab
adalah jahidi, sebuah bentuk lisan dari kata jihad. Jihad ini harusnya waktu
dalam medan perang: “Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di
medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila
kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka” (Q 47.4). Ini
ditegaskan berulang-ulang: “Hai orang-orang yang beriman, perangilah
orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui
kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-
orang yang bertakwa.” (Q 9.123).
Orang mungkin berusaha utk menspiritualisasi ayat-ayat ini, tapi tidak ragu
lagi jika melihat catatan sejarah, Muhammad mengartikan ayat-ayat itu
secara harafiah.
Diatas semua itu, tidak ada muslim yg mesti memaksakan siapapun utk
masuk islam: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena
itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah,
maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat
yang tidak akan putus.” (Q 2.256).
Pada titik ini, para pembela islam mungkin menerima bahwa Quran tidak
meninggalkan hubungan antara muslim dan kafir pada tahap hidup-dan-
biarkan-hidup. Mereka mungkin mengakui bahwa ini mengajarkan muslim
utk membela diri mereka sendiri dan akan membantah bahwa hal ini punya
hubungan dg teori gereja katolik yg mengatakan “mereka Cuma mau
perang”.
Ada dukungan ayat Quran mengenai pandangan ini: “Dan perangilah di jalan
Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu
melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang melampaui batas.” (Q 2.191). Jadi para muslim dalam ayat ini
setidaknya, tidak memulai konflik dg kafir. Sekali permusuhan dimulai, para
muslim harus memeranginya dg mati-matian: “Dan bunuhlah mereka di
mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka
telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari
pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidilharam,
kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi
kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi
orang-orang kafir. Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu),
maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q
2.191-192)
Dan apa kesimpulan dari perang ini? “Dan perangilah mereka itu, sehingga
tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk
Allah. (Q 2.193). Ini kelihatannya mengindikasikan bahwa pernag harus
diteruskan hingga dunia islam – ketaatan semata-mata utk Allah – atau ada
dibawah kepemimpinan hukum islam.
Dalam sebuah artikel yg berjudul “Arti sejati dari Jihad,” yg dimuat pada
website Khilafah.com tahun 2003 yg tergabung kedalam kelompok Pejihad
Hisbut-Tahrir, seorang Sidik Aucbur menyebutkan contoh Perang Muhammad
terhadap mereka yg membantah bahwa Jihad sepenuhnya merupakan
pembelaan diri:
Lagipula beberapa orang akan berkata bahwa Jihad hanya utk membela diri;
ini tidak benar. Sebuah penyelidikan kedalam Kehidupan sang Nabi
(SalAllahu Alaihi Wasallam) menunjukkan pada kita sesuatu yg berbeda:
* Perang Mut’ah digerakan oleh para muslim melawan Romawi; 3.000
muslim berhadapan dg 200.000 tentara Romawi.
* Perang Hunayn tak dapat dihindarkan segera setelah para muslim
menaklukan Mekah.
* Perang Tabuk juga dimulai oleh muslim yg akhirnya menghancurkan
Romawi.
Kita lihat dari ijmaa (konsensus) dari Sahaba (sahabat-sahabat nabi), bahwa
mereka juga melakukan jihad, di As-Sham, Irak, Iran, Mesir dan Afrika
Utara. Selain itu, status martir dalam islam adalah status paling tinggi, jadi
bagaimana bisa bahwa jihad itu direndahkan menjadi serendah itu.[2]
Maka dari itu, ada masalah dalam penafsiran bahwa Perang Jihad hanya bisa
utk pembelaan diri. Mufti Ebrahim Desai dari Afrika Utara mengulangi ajaran
Islam yg umum ketika dia ditanya dalam “Islam Q & A Online.”
Pertanyaannya, “Saya telah menanyakan tentang Jihad yg ofensif. Apa ini
artinya bahwa kita harus menyerang non muslim yg tidak melakukan apapun
yg melawan Islam hanya karena kita harus menyebarkan Islam?”
Desai menjawab:
Anda harus mengerti bahwa kami sebagai muslim benar-benar percaya
bahwa orang yg tidak percaya pada Allah seperti yg sudah diwajibkan
baginya, adalah seorang kafir yg akan dikutuk selamanya dineraka. Dg
begitu salah satu tanggung jawab utama dari penguasa muslim adalah utk
menyebarkan islam keseluruh dunia, dan dg begitu menyelamatkan orang-
orang dari kutukan abadi. Dg begitu apa yg dimaksud ayat-ayat dalam Tafsir
Uthmani (seorang kommentary Quran) adalah bahwa jika sebuah negara
tidak membiarkan penyebaran islam bagi penduduknya dalam cara yg sesuai
atau menciptakan halangan utk ini, maka penguasa muslim akan dibenarkan
melakukan perang Jihad terhadap negara ini, agar pesan-pesan islam dapat
mencapai penduduknya, dg begitu menyelamatkan mereka dari neraka
Jahanam. Jika para kafir mengijinkan kita menyebarkan islam secara damai,
maka kita tidak akan berperang jihad terhadap mereka.[1]
Ada lagi. Perkataan terakhir Quran mengenai Jihad bukanlah utk membela
diri tapi utk menyerang. Surat dari Quran tidak disusun secara kronologis,
tapi menurut panjangnya. Tapi, teologi islam membagi Quran menjadi surat
“Mekah” dan Surat “Medina”. Surat-surat Mekah datang dari segmen
pertama dalam karir Muhammad sebagai nabi, ketika dia hanya mengajak
orang-orang Mekah utk memeluk Islam. Belakangan, setelah dia lari ke
Medina, posisinya menguat. Surat-surat Medina berkurang selera puitisnya
dan umumnya lebih panjang dari surat-surat Mekah; surat ini juga berisi
masalah-masalah hukum dan ritual – dan desakan utk berjihad melawan
kafir. Ayat-ayat yg relatif toleran yg dikutip diatas dan yg serupa dg itu
umumnya berasal dari periode Mekah, sementara ayat-ayat yg lebih berisi
kekerasan dan intoleransi kebanyakan dari Medinah.
“Saya mati-matian belajar Islam. Saya lalu menjauh dari pembelajaran tsb
dg pendirian bahwa secara keseluruhan, sedikit sekali agama didunia yg
semaut itu terhadap manusia seperti agamanya Muhammad. Sejauh yg
dapat saya lihat, hal tsb adalah penyebab utama dari kemunduran dunia
muslim yg jelas-jelas kelihatan saat ini dan meski agak kurang mustahil
dibanding polyteisme kuno, dalam pendapat saya kecenderungan sosial dan
politisnyalah yg harus lebih ditakuti, dan saya dg begitu menganggapnya
sebagai suatu bentuk kemunduran daripada sebuah bentuk kemajuan dalam
hubungan paganisme itu sendiri.”
Ibn Kathir menjelaskan dalam uraiannya mengenai “ayat toleran” lain: “dan
(Allah mengetahui) ucapan Muhammad: "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka
itu adalah kaum yang tidak beriman". Maka berpalinglah (hai Muhammad)
dari mereka dan katakanlah: "Salam (damai/selamat tinggal)." Kelak mereka
akan mengetahui (nasib mereka yang buruk). (Q 43.88-89). Ibn Kathir
menjelaskan: “mengatakan Salam (damai/selamat tinggal) artinya, ‘jangan
menjawab pd mereka dg cara yg sama jahat yg mereka lakukan padamu;
tapi cobalah melunakan hati mereka dan memaafkan mereka dalam kata-
kata dan perbuatan.’” Tapi, ini bukan akhir dari uraiannya. Ibn Kathir lalu
mengatakan uraian terakhirnya: “Tapi mereka akan jadi tahu. Ini sebuah
peringatan dari Allah bagi mereka. AzabNya, yg tidak dapat dihindarkan,
akan menimpa mereka, dan agamaNya dan perkataanNya adalah yg
tertinggi. Kemudian Jihad dan penyerangan dipastikan hinga orang-orang
memeluk agama Allah dan Islam tersebar sepanjang timur dan barat.”[7].
Semua ini berarti bahwa perang melawan kafir hingga mereka menjadi
muslim atau membayar jizya - pajak khusus utk kafir dalam hukum islam –
“dg penundukan sukarela” (Q 9:29) adalah perkataan terakhir Quran
mengenai Jihad. Tradisi utama islamik telah menafsirkan ini sebagai perintah
maju dari Allah bagi umat manusia : Ummat Islam harus berada dalam
keadaan siap perang terus menerus dg dunia kafir, hanya disela dg gencatan
senjata sementara.
Doktrin abrogasi bukanlah wewenang para mufti yg telah lama meninggal itu
yg karyanya tidak lagi berpengaruh didunia islam. Seorang Sheikh Saudi,
Sheikh Muhammad Saalih al-Munajib (lahir 1962), yg kuliah dan fatwa
islamiknya beredar luas didunia islam mendemonstrasikan hal ini dalam
sebuah diskusi mengenai apa muslim harus memaksa orang lain menerima
islam atau tidak. Dalam pertimbangan ayat Quran 2:256 (“Tidak ada
pemaksaan dalam agama,”) sang Sheikh mengutip ayat Quran 9.29, 8.39,
“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula)
kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah
diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama
yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab
kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang
mereka dalam keadaan tunduk.” Dan ayat pedang. Mengenai yg terakhir,
Sheikh muhammad cukup dg berkata: “Ayat ini dikenal sebagai Ayat al-Sayf
(Ayat pedang). Ini dan ayat-ayat yg serupa menggantikan ayat-ayat yg
mengatakan tidak ada pemaksaan utk menjadi muslim”[8].
All right, jadi Quran mengajarkan peperangan. Tapi begitu juga Bible,
benarkah? Para pembela islam dan sekutu non muslim mereka sering
mencoba membuat kasus persamaan moral antara islam dan kristen:
“Muslim berlaku kejam? Kristen juga. Muslim melakukan Jihad? Well,
bagaimana tentang Perang Salib? Quran mengajar peran? Well, saya dapat
saja memilih ayat-ayat perang dari Bible.” Anda dapat menemukan hal-hal
tersebut dalam semua tradisi agama yg diajarkan. Tapi tak satupun dari
antara agama-agama tsb yg memerintahkan pengikutnya utk melakukan
kekerasan, itu kita yakin.
Tapi apa semua ini benar? Beberapa pembela islam dan non muslim penyetor
persamaan moral mengklaim menemukan hal tsb bahkan perjanjian Baru
pun mendesak pengikutnya utk melakukan kekerasan. Mereka sering
menunjuk pada dua ayat.
* “Jawabnya: Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mempunyai,
kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya
akan diambil, juga apa yang ada padanya.Akan tetapi semua seteruku ini,
yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah
mereka di depan mataku.” (Lukas 19:26-27). Tentu saja fallacy disini adalah
bahwa dalam ini adalah perkataan seorang raja dalam sebuah
perumpamaan, bukan instruksi Yesus pada pengikutnya, tapi penjelasan
demikian sering diabaikan dalam jaman komunikasi modern ini.
Ayat keras, heh? Sama kerasnya dg “bunuh kafir dimanapun kau temukan
mereka” (Q 9:5) dan “Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di
medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila
kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka,” (Q 47.4) dan yg
lainnya, benar?
Dalam khotbahnya ini Abu Halabiya mengutip Quran Ayat 5.51 (Hai orang-
orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi teman dan pelindung(mu); sebahagian mereka adalah
teman dan pelindung bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara
kamu mengambil mereka menjadi teman dan pelindung, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.) dan ayat 9:5
(bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan
tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian).
Dia terapkan perkataan ini dalam situasi politis saat itu: “Dimanapun kau
berada, bunuh yahudi dan amerika yg seperti mereka – yg berdiri bersama
mereka – mereka semua satu golongan, melawan arab dan muslim – karena
mereka mendirikan israel disini, dijantung dunia arab, di Palestina. Mereka
menciptakan itu sebagai pos terakhir keberadaban – dan barisan depan dari
tentara mereka, dan menjadi pedang barat dan perang salib, yg mengancam
leher para monoteisme, para muslim ditanah ini.”[9].
Tentu saja, setanpun dapat mengutip ayat suci utk tujuannya sendiri, tapi
penggunaan ayat-ayat ini oleh Osama dalam pesan-pesannya adalah
berkesesuaian (seperti yg kita lihat) dg pengertian tradisional islam
mengenai Quran. Ketika yahudi modern dan kristen membaca bible mereka,
mereka tidak begitu saja menafsirkan tulisan-tulisan yg ada sebagai
pemaksaan utk melakukan tindakan kekerasan terhadap mereka yg tidak
percaya. Ini karena pengaruh tradisi penafsiran selama berabad-abad yg
telah menjauh dari pengertian harafiah mengenai ayat-ayat kitab suci. Tapi
dalam Islam, tidak ada tradisi pembandingan tafsir. Ayat-ayat Jihad dalam
Quran tidak lain hanya berupa huruf-huruf yg mati. Di Arab Saudi, Pakistan,
dan dimana-mana, kunci utk mendapatkan tenaga-tenaga baru utk kelompok
jihad teroris adalah sekolah-sekolah islam: Para pelajar belajar bahwa
mereka harus melakukan perang Jihad, dan lalu kelompok-kelompok ini akan
memberi mereka kesempatan utk itu.
BAB 3
ISLAM : AGAMA PERANG
Tebak?
- Muhammad mengajarkan pengikutnya bahwa tidak ada yg lebih suci
daripada perang jihad.
- Muhammad berkata pada orang-orangnya utk menawarkan non muslim
tiga pilihan: memeluk islam, penaklukan atau mati.
- Ajaran-ajaran ini bukan doktrin yg dipinggirkan atau sampah sejarah – tapi
masih diajarkan dalam islam garis keras.
Fokus utama dari banyak Hadits ini, ngga heran, adalah perang.
Mitos PC: ajaran perang Islam hanya sebuah elemen kecil pada
agama ini
Okay, jikapun Quran berisi beberapa ayat tentang perang, tapi ini tidak
berarti para muslim setuju dg hal itu, benar? Lagipula, ada banyak orang
kristen yg tidak menganggap serius doktrin kristen, yg ngga?
Tentu saja; betapapun pemusatan jihad kekerasan dalam islam itu tidak
salah lagi; Malah, nabi islam berulang-ulang menegaskan bahwa tidak ada
perbuatan lain yg lebih baik lagi bagi para pengikutnya selain melakukan
perang jihad. Jika seorang muslim diminta utk menyebutkan “perbuatan
paling mulia” yg dapat dilakukan, selain memeluk islam, nabi menjawab,
“Utk berpartisipasi dalam jihad (perang suci) dijalan Allah.”[1] Dia
menjelaskan bahwa “menjaga para muslim dari orang-orang kafir agar tetap
dijalan Allah selama satu hari jauh lebih berharga dari dunia dan segala
isinya.”[2] Utk “sebuah perjalanan yg dilakukan utk melakukan jihad baik
dimalam hari atau siang hari patut mendapat pahala yg lebih baik dari pada
dunia dan segala isinya.”[3]
Diceritakan dalam otoritas Abu Sa’id Khudri bahwa Rasul Allah (mbpuh)
berkata (padanya): Abu Sa’id, siapapun yg dg senang hati menerima Allah
sebagai tuhannya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai
rasulnya berhak masuk surga. Dia (Abu Sa’id) bertanya-tanya mengenai hal
itu dan berkata: Rasul, ulangi lagi untukku. Dia (Rasul Allah) melakukannya
dan berkata: Ada perbuatan lain yg akan mengangkat posisi seseorang
dalam surga ketingkat yg 100 kali lebih tinggi, dan ketinggian dari tingkat
satu dan yg lainnya sama dg ketinggian dari langit ke bumi. Dia (Abu Sa’id)
berkata: Perbuatan apakah itu? Dia Menjawab: Jihad dijalan Allah! Jihad
dijalan Allah!
Tiga Pilihan
Dalam satu hadits kunci, Muhammad memberi tiga pilihan yg harus muslim
tawarkan pada non muslim:
Dilaporkan dari Sulaiman b. Buraid melalui ayahnya bahwa ketika Rasul Allah
(mpbuh) menunjuk seseorang sebagai pemimpin sebuah pasukan atau
detasemen dia akan secara khusus memerintahkannya utk takut akan Allah
dan berbuat baik pada kaum muslim yg bersamanya. Dia akan berkata:
Bertempurlah dalam nama Allah dan dijalan Allah. Bertempurlah melawan
mereka yg tidak percaya akan Allah. Ciptakan perang suci… Jika kau temui
musuhmu yg adalah orang politeis, undang mereka utk memilih tiga pilihan.
Jika mereka menjawab salah satu dari tiga ini, kau juga menerimanya dan
menahan diri utk melukai mereka. Undang mereka utk menerima islam; jika
mereka menerima itu, terimalah dan berhentilah memerangi mereka… jika
mereka menolak menerima islam, tuntut jizya (pajak kafir) dari mereka. Jika
mereka setuju membayar, terima dan longgarkan tanganmu. Jika mereka
menolak membayar pajak, mintalah pertolongan Allah dan lawan mereka.”
“Karena perang hukum adalah intinya jihad dan karena tujuannya adalah
demi agama Allah sepenuhnya dan perkataan Allah yg dijunjungnya, dg
demikian menurut semua muslim, mereka yg menghalangi tujuan ini harus
diperangi. Sedang bagi mereka yg tidak melawan atau tidak dapat
berperang, seperti wanita, anak-anak, rahib, orang tua, buta, cacat dan
sebagainya. Mereka tidak akan dibunuh kecuali mereka sungguh-sungguh
berperang memakai kata-kata (yakni propaganda) dan berlaku demikian
(yakni jadi mata-mata atau membantu dalam peperangan).” [11]
Adalah tidak sesuai dg hukum utk berperang pada orang yg tidak pernah
diundang utk beriman, tanpa sebelumnya mengharuskan mereka utk
memeluk islam, karena nabi memerintahkan demikian dalam perintahnya,
mengundang kaum kafir utk beriman dan juga karena semua orang akan
karenanya merasa bahwa mereka diserang demi agama, dan bukan demi
harta mereka atau demi perbudakan anak-anak mereka dan dengan
pertimbangan ini adalah mungkin bahwa mereka dibujuk utk setuju
mengikuti panggilan iman, untuk menyelamatkan mereka sendiri dari
kesulitan-kesulitan perang… Jika para kafir, dalam menerima undangan ini,
tidak setuju ataupun mau membayar pajak jizyah, maka menjadi kewajiban
para muslim utk meminta pertolongan Allah dan berperang terhadap mereka,
karena Allah adalah pembantu mereka yg melayaniNya, dan penghancur
musuh-musuhNya, kaum kafir, dan adalah perlu utk memohon
pertolonganNya dalam setiap kesempatan; lagipula, nabi, memerintahkan
kita utk melakukan itu.” [12]
Mushrikin (kafir) dari Dar al-Harb (Arena peperangan) ada dua tipe:
Pertama, mereka yg telah diundang masuk islam, tapi menolak dan
mengangkat senjata. Para Amir dari pasukan muslim boleh memerangi
mereka … dalam pertimbangan dg apa yg dia nilai utk kebaikan para muslim
dan dan utk azab yg paling hina bagi para kafir… Kedua, mereka yg belum
diundang masuk islam, meski orang demikian dijaman ini sangat sedikit
karena Allah telah mewujudkan panggilannya kepada UtusanNya… dilarang
utk… memulai menyerang sebelum menjelaskan undangan islam pada
mereka, beritakan pada mereka keajaiban-keajaiban sang nabi dan jelaskan
bukti-bukti agar mendorong sikap menerima mereka; jika mereka masih
menolak setelah ini, memerangi diwajibkan dan mereka akan diperlakukan
sama dg mereka yg telah diundang masuk islam.”
Bukti bahwa tak satupun hal ini jadi perhatian sejarah adalah pedoman lain
dari hukum Islam Shafi’i yg disahkan tahun 1991 oleh otoritas tertinggi Islam
Sunni, Universitas Al-Azhar, Cairo. Buku Pedoman itu “Umdat al Salik
(tersedia dalam bahasa inggris “Reliance of the Traveller”), diumumkan utk
memenuhi “praktek dan iman dari komunitas Sunni Ortodoks” [14]. Setelah
menjelaskan perihal “Jihad terbesar” sebagai “perang spiritual melawan hal-
hal yg lebih rendah dari itu”, lalu buku itu menulis 11 halaman menerangkan
“Jihad yg lebih rendah”. Yg menerangkan jihad ini sebagai “perang melawan
kafir,” perhatikan perkataannya “secara etimologi (ilmu asal kata) berasal
dari kata mujahada, yg berarti perang utk menegakkan agama.” [15]
Ini, tentu saja, adalah “moyang”nya mitos PC tentang Islam. Namun tetap
ngotot dan bandel meski dihadapkan pada segunung bukti-bukti yg
sebaliknya, baik dari teolog islam maupun dari media massa sekarang, hal ini
karena kenaifan multikultural dan kesinisan yg bermuka dua dari mereka.
Bahkan teoretikus persaudaraan Muslim Sayyid Qutb, salah satu penganjur
terkencang Jihad Keras abad 20, mengajarkan (tanpa sedikitpun ironi)
bahwa islam adalah agama damai. Tapi, dia punya pengertian “damai”
tersendiri: “Ketika islam berjuang utk kedamaian. Tujuannya bukan
kedamaian yg dangkal yg hanya membutuhkan sebagian dunia dimana para
pengikut islam bisa tinggal dg aman. Kedamaian yg diinginkan islam adalah
bahwa agama (yakni hukum masyarakat) dimurnikan utk tuhan, bahwa
kepatuhan semua orang hanya utk Allah saja, dan bahwa beberapa
kelompok orang tidak boleh jadi tuan bagi orang lainnya. Setelah perioda
nabi – pbuh – hanya tahap akhir dari gerakan Jihad yg harus diikuti; tahap
awal dan tahap menengah tidak bisa diterapkan lagi.” [20]
Dg kata lain, islam adalah agama damai yg akan terjadi jika setiap orang
adalah muslim atau setidaknya menjadi subjek dari negara islam. Dan utk
mendirikan kedamaian itu, para muslim harus berperang.
Seperti yg saya demonstrasikan dalam tiga bab pertama, islam sangat unik
dibanding agama-agama lain didunia dalam hal pengembangan doktrin,
teologi dan sistem hukum yg mensahkan perang melawan kafir.
Bagaimanapun, banyak orang akan mengklaim bahwa dg menyusun bukti
ini, saya mencoba membuat orang-orang berpikir bahwa tiap muslim adalah
teroris, dan bahwa penjaga toko kelontong dekat rumah anda yg adalah
orang Arab dan Pakistan secara rahasia berkomplot merencanakan kejatuhan
Amerika dg cara kejam. Ada yg bahkan akan berkata bahwa saya mencoba
menghasut perbuatan kekerasan terhadap penjaga toko yg muslim dan
orang-orang muslim tak bersalah lainnya.
Ini tentu saja sepenuhnya omong kosong, tapi hal ini betul-betul
menandakan bahwa klarifikasi diperlukan. Yg pertama harus ditetapkan
adalah fakta bahwa perang melawan kafir bukanlah pelintiran dari Islam, tapi
benar-benar dg tegas diulang-ulang dalam Quran, Hadits, Sirat Muhammad,
dan aturan-aturan hukum dari tiap sekolah islam, hal ini tidak membuat
setiap muslim adalah teroris.
Ada beberapa alasan prinsip utk ini. Satu adalah karena Quran itu ditulis
dalam bahasa yg sulit, Arab Klasik, dan harus dibaca dan dilantunkan di
waktu-waktu tertentu oleh muslim dalam bahasa itu saja, herannya sejumlah
besar orang yg mengaku muslim tidaklah mengerti apa artinya ayat-ayat yg
dibacakan itu. Meski pihak media terus menukar-nukar kata “muslim” dan
“Arab”, kebanyakan orang-orang muslim didunia saat ini bukanlah orang
Arab. Bahkan bagi Arab Modernpun, bahasa Arab klasik yg dipakai Quran,
asing bagi mereka. Mereka sering menghafal Quran tanpa berpikir, tanpa
pengetahuan yg jelas akan artinya. Seorang muslim pakistan sekali waktu
dengan bangga memberi tahu saya bahwa dia telah menghapal sebagian
besar dari Quran dan berencana untuk membeli terjemahannya suatu hari
agar dia dapat tahu apa artinya. Kejadian-kejadian seperti ini biasa bagi
mereka, tapi bagi non muslim sampai tahap tertentu akan mengagetkan
mereka.
Sampai saat ini, faktor budaya yg berbeda juga mencegah para muslim,
khususnya di Eropa tengah dan Asia tengah, utk mengerti atau bahkan tahu
banyak tentang ajaran sebenarnya dari islam tentang bagaimana caranya
berurusan dg kafir. Hal ini berubah, di daerah-daerah tsb dan ditempat lain
didunia. Para garis keras Muslim, meski tidak selalu didanai Arab Saudi, telah
menjebol begitu dalam pada komunitas muslim yg menginginkan damai dg
mengkhotbahkan islam yg keras sebagai “islam yg murni” dan memanggil
para muslim utk kembali meneliti sepenuhnya agama mereka.[21]
Penerimaan tenaga-tenaga baru ini berfokus pada Quran dan teks-teks kunci
islamik lainnya. Contoh, kasus Sahim Alwan, seorang penduduk amerika dan
pemimpin komunitas Yaman di Lackawanna, New York, dan pernah menjadi
presiden mesjid disana. Dia mendapat kehormatan menjadi orang amerika
pertama yg mengikuti kamp pelatihan al Qaeda. Kenapa dia ikut? Dia
diyakinkan oleh Kamal Derwish, pencari rekruitmen al-Qaeda. Alwan
menjelaskan bahwa Derwish mengajarkan dia bahwa Quran berkata “anda
harus belajar mempersiapkan diri. Seperti, anda harus siap-siap apabila anda
harus berangkat perang. Jika terjadi perang, maka anda akan dipanggil utk
berjihad. Dan itulah aspek dari kamp pelatihan itu sendiri, utk belajar
bagaimana caranya menggunakan senjata, dan hal-hal seperti itu.” [22]
Tentu saja, ada muslim yg bekerja utk membawa perubahan didalam islam,
tapi sangat sulit utk melihat motif mereka. Pembicara muslim amerika
terkenal Siraj Wahaj, contohnya, sering disebut-sebut sbg islam moderat.
Ditahun 1991, dia bahkan menjadi muslim pertama yg membacakan doa di
Kongres Amerika. Dan kenapa tidak? Tidak lama setelah serangan 11
September, dia persis mengatakan apa yg ingin didengar oleh orang Amerika
yg masih terkaget-kaget, dari para muslim: “Aku sekarang merasa
bertanggung jawab utk berkhotbah, dan benar-benar melakukan jihad
melawan para islam garis keras.”[23]
Apakah pemikiran aslinya jauh lebih keras atau tidak, belum jelas: lagipula,
dia juga memperingatkan bahwa Amerika akan jatuh kecuali jika “menerima
agenda islam.”[24] Dia menyesali bahwa “Jika saja para muslim pintar secara
politik, mereka bisa mengambil alih Amerika dan menggantikan
pemerintahan konstitusionalnya dg kekalifahan.”[25] Diawal 1990an, dia
mensponsori pembicaraan oleh Sheikh Omar Abdel Rahman di mesjid New
York City dan New Jersey. Rahman belakangan didakwa berkomplot
meledakkan world Trade Center ditahun 1993, dan Wahaj dituduh sebagai
“pembantu komplotan yg berpotensial”.
- Hukum islam menetapkan status kelas dua bagi orang yahudi, kristen dan
orang non muslim lain yg tinggal dalam masyarakat Islam.
Yahudi dan Kristen, begitu kata PC, hidup harmonis bersama kaum muslim
diera kekaisaran Islam dulu. Ketika pejihad teroris membom Madrid tgl 11
Maret 2004, para komentator bermanis-manis muka mengingatkan dunia
bahwa ketika para muslim menguasai Spanyol, spanyol menjadi
mercusuarnya toleransi dimana para muslim, yahudi dan kristen hidup
bersama dg damai dan harmonis. Ketika pejihad membom sinagog di
Istanbul tgl 15 Nov 2003, para komentator melagukan nyanyian bahwa
pemboman itu sangat menyakitkan hati karena khususnya terjadi di kota yg
begitu lama mengenal ketenangan antara muslim, yahudi dan kristen.
Ide akan islam yg toleran telah mengambil hati Perserikatan Bangsa Bangsa.
Harian Turki Zaman melaporkan pada Maret 2005 bahwa pada sebuah
seminar PBB, “Melawan Islamophobia: Pendidikan bagi toleransi dan
pengertian,” “toleransi yg Ottoman tunjukkan bagi orang-orang dg agama yg
berbeda dipakai sebagi contoh untuk diadopsi bahkan disaat ini juga” dan
dipuji sebagai sebuah “model sosial yg mana perbedaan agama dan bangsa
hidup dibawah satu atau selama beratus-ratus tahun.” [1]
Tidak pernah muncul dipihak PBB bahwa ketika perbedaan agama tinggal
satu atap, yang satu menjadi tuan dan yg lain hidup sebagai warga kelas dua
yg dipandang rendah.
Dhimma
Quran menyebut yahudi dan kristen sebagai “ahli kitab (People of the book)”
Hukum islam menyebut mereka sebagai Dhimmi, yg artinya orang-orang yg
“dilindungi” atau “bersalah” – kata arabnya berarti keduanya. Mereka
‘dilindungi’ karena, sebagai ahli kitab, mereka telah menerima wahyu yg asli
(“Kitab”) dari Allah dan dg begitu status mereka berbeda dari kaum pagan
dan penyembah berhala seperti hindu dan buddha. (Secara sejarah, dua
kelompok yg belakangan ini diperlakukan jauh lebih buruk oleh islam
penakluk, meski untuk praktisnya mereka (para tuan muslimnya) pada
akhirnya memberi mereka status dhimmi juga). Yahudi dan kristen
“bersalah” karena mereka tidak saja menolak Muhammad sebagai nabi, tapi
juga merusak wahyu sah yg mereka terima dari Allah. Karena kesalahan itu,
hukum islam mendiktekan bahwa orang yahudi dan kristen boleh tinggal
dinegara islam, tapi tidak sejajar dg para muslim. Seorang ahli hukum
muslim menjelaskan bahwa sang kalifah harus “melakukan jihad terhadap
mereka yg menolak islam setelah mereka itu diundang masuk islam, sampai
mereka tunduk atau menerima utk tinggal sebagai komunitas dhimmi – agar
hak-hak Allah (swt), dijadikan yg tertinggi diantara semua agama-agama
lain” (Quran 9:33) [3]. Sementara yahudi, kristen dan non muslim lain
diijinkan utk mempraktekan agama-agama mereka, tapi mereka harus
melakukan itu dibawah syarat-syarat yg sangat ketat yg akan mengingatkan
akan status kelas dua mereka pada tiap gerak mereka.
Status lebih rendah ini pertamanya diutarakan oleh Umar ibn al-Khattab, yg
jadi Kalifah dari 634 s/d 644. Menurut Ibn Kathir, orang-orang kristen
membuat pakta dg Umar yg berbunyi:
“Kami tetapkan syarat-syarat bagi kami sendiri bahwa kami tidak akan
pernah mendirikan biara, gereja atau perlindungan utk rahib didaerah kami,
tidak juga memperbaiki tempat beribadah yg rusak ataupun menggunakan
tempat-tempat itu utk tujuan menentang para muslim.” [3]
Ini tentu saja, diijinkan oleh otoritas islam utk memudahkan mereka
merampas gereja-gereja kapanpun mereka mau. Karena kesaksian orang
kristen tidak dihitung dan tidak diperbolehkan dalam banyak kasus, sering
kejadian satu orang muslim saja bisa melontarkan tuduhan bahwa gereja
digunakan utk tujuan “melawan para muslim” dan kemudian mereka sita.
Kami tidak akan… mencegah orang-orang dari pihak kami utk memeluk
islam, jika mereka memilih itu. Kami akan menghormati muslim, pindah dari
tempat kami duduk jika mereka ingin duduk ditempat itu. Kami tidak akan
mengikuti cara mereka berpakaian, bertopi, turban, sendal, gaya rambut,
berbicara, nama panggilan dan nama kebesaran, atau berkendara memakai
sadel, membawa senjata, mengumpulkan atau pun membawa senjata jenis
apapun.. kami tidak akan mengubah cap kami dalam bahasa arab, atau
menjual minuman keras. Kami akan memotong bagian depan rambut kami,
memakai baju adat kami dimanapun, memakai ikat pinggang, menahan diri
untuk mendirikan salib-salib diluar gereja-gereja kami dan mempertunjukkan
salib dan kitab-kitab kami dimuka umum, dipasar-pasar muslim dan jalan-
jalan. Kami tidak akan membunyikan lonceng digereja, kecuali dg pelahan
sekali, atau bersuara dg keras ketika membaca kitab suci kami digereja
ketika ada hadirin orang muslim.
“Ini adalah syarat-syarat yg kami tetapkan bagi kami sendiri dan pengikut-
pengikut dari agama kami sebagai bayaran bagi keamanan dan perlindungan
yg diberikan kepada kami. Jika kami melanggar janji-janji ini, maka
Dhimmah kami (Janji Perlindungan) akan putus dan anda boleh melakukan
apa yg seharusnya dilakukan terhadap orang yg menentang dan
memberontak” [3].
Semua ini masih menjadi bagian dari Syariat saat ini. “Orang yg menjadi
subjek,” menurut manual hukum Islam, harus “membayar pajak kafir
(jizya)” dan “harus dibedakan dari orang muslim dalam berpakaian,
pemakaian ikat pinggang besar (zunnar); tidak disapa dg ‘as-
Salamu’alaykum’; harus berjalan dipinggiran jalan; tidak membangun
gedung lebih tinggi atau sama dg gedung yg dimiliki muslim, meski jika
mereka memperoleh rumah yg tinggi, rumah itu tidak akan diruntuhkan;
dilarang mempertontonkan secara terbuka arak dan babi.. dilarang membaca
Taurat atau injil keras-keras, atau melakukan pawai terbuka bagi
pemakaman atau hari libur mereka; dan dilarang utk membangun gereja
baru.” Jika mereka melanggar syarat-syarat ini, hukum selanjutnya
menetapkan bahwa mereka boleh dibunuh atau dijual sebagai budak-budak
atas kebijaksanaan pemimpin muslim.
Demikian juga, Sheikh Yussef Salameh, Otoritas palestina, pada May 1999
“Terpujilah ide bahwa orang-orang kristen harus menjadi dhimmmi dibawah
undang-undang muslim dan saran demikian telah menjadi umum sejak
intifada kedua dimulai oktober 2000.” [9]
“Jika kafir tinggal diantara muslim, sesuai syarat yg ditetapkan nabi tidak
menjadi masalah selama mereka membayar pajak Jizya pada islam. Syarat-
syarat lain adalah.. merkea tidak boleh merenovasi gereja atau biara, jangan
membangun lagi gereja dan biara yg dihancurkan, mereka harus memberi
makan selama tiga hari muslim mana saja yg mengunjungi rumah mereka…
mereka harus berdiri jika seorang muslim mau duduk ditempat mereka,
mereka tidak meniru cara berpakaian dan berkata muslim, tidak naik kuda,
atau memiliki pedang, atau mempersenjatai diri; tidak menjual anggur,
memperlihatkan salib, tidak membunyikan lonceng gereja, tidak bicara
kencang selama berdoa, mencukur bagian depan rambut (jenggot, kumis)
agar mudah dikenali, jangan menghasut siapapun utk melawan muslim dan
jangan memukul muslim. Jika mereka melanggar syarat-syarat ini, mereka
tidak akan dilindungi lagi” [10].
Para dhimmi juga dg sangat dilarang, dg ancaman mati, utk menarik masuk
para muslim kedalam agama mereka – sebuah larangan dan ancaman mati
yg juga berlaku bagi para muslim yg meninggalkan islam. Dua hal ini beserta
ketentuan-ketentuan dhimmi lainnya, tetap jadi bagian dari hukum islam
saat ini.
Hukum-hukum ini secara umum mengatur hubungan antara para muslim dan
non muslim dalam sebuah negara islam selama berabad-abad, sampai
tekanan bangsa barat membuat kekaisaran Ottoman melemah dipertengahan
abad 19 dan berujung pada emansipasi dari para dhimmi. Disana sini aturan
itu melunak dan diabaikan utk beberapa perioda, tapi tetap akan selalu ada
dalam kitab-kitab mereka dan siap untuk diberlakukan lagi oleh penguasa
islam manapun yg berkehendak demikian.
Satu waktu para dhimmi seakan bagai cacing yg dianiaya yg sepenuhnya tak
berarti, dan diwaktu lainnya keluhan akan pengaruh jahat terhadap para
muslim disekitarnya diajukan. Hukum-hukum dibuat, diamati utk satu waktu,
dan kemudian dilupakan hingga sesuatu hal membuatnya muncul kembali
sebagai peringatan bagi yg berwenang…Orang merasa bahwa jika kejadian-
kejadian ditentukan oleh logika, Islam pasti tetap akan menelan subjek-
subjek agama tsb; tapi mereka (subjek-subjek) bertahan, makin semangat
meski terluka. [14]
Terluka, betul itu. Penghinaan mengambil banyak bentuk, tapi selalu ada.
Sejarahan Phillip Hitti mencatat satu contoh terkenal dari abad 9: “Kalifah al-
Mutawakkil ditahun 850 dan 854 menetapkan bahwa orang kristen dan
yahudi harus menambahkan gambar-gambar/patung-patung kayu setan
dirumah-rumah mereka, membuat kuburan-kuburan mereka rata dengan
tanah, memakai pakaian berwarna kuning, memakai dua tambalan warna
kuning pada pakaian budak-budak mereka.. dan hanya mengendarai keledai
memakai sadel kayu yg ditandai oleh gambar dua delima” [15].
Menurut sejarawan Bat Ye’or, pukulan ini sebagai bagian dari proses
pembayaran “proses ini tetap bertahan dan tidak berubah hingga awal abad
20, dan secara ritual dilakukan dinegara-negara Arab Muslim, seperti Yaman
dan Maroko, dimana pajak itu terus berlanjut sebagai pemerasan dari orang-
orang Yahudi”[24].
Non muslim banyak yg masuk islam untuk menghindari pajak ini: Itu
sebabnya kenapa populasi kristen yg besar di Afrika Utara dan Timur Tengah
pada akhirnya menjadi sangat sedikit, menjadi minoritas yg telah
diruntuhkan moralnya. Menurut pengelana Eropa abad 17 Jean-Baptiste
Tavernier, di Cyprus tahun 1651 “lebih dari empat ratus orang Kristen
menjadi pengikut Muhammad karena mereka tidak mampu membayar kharaj
(pajak tanah yg juga dibebankan pada non muslim, kadang bersamaan dg
Jizya), upeti kepada Tuan Tanah yg dipungut dari orang-orang kristen
dinegaranya.” Tahun berikutnya di Baghdad, ketika orang kristen “harus
membayar kharaj mereka. Mereka terpaksa harus menjual anak-anak
mereka ke orang turki utk membayar itu”[25].
Tetapi ditempat lain, masuk islam dilarang bagi para dhimmi, karena dg
begitu akan menghancurkan pengumpulan pajak ditempat itu.
Revolusi 1821 tidak lain adalah fase besar terakhir dari perlawanan orang-
orang yunani terhadap dominasi Ottoman; sebuah perang yg tidak
diumumkan terlebih dahulu, sebuah perang yg sangat keras, yg sudah
dimulai ditahun pertama. Kebrutalan rejim otokratik, yg ditunjukkan oleh
penjarahan ekonomi, pembusukan intelektual dan kemunduran kebudayaan,
secara pasti menimbulkan oposisi. Pembatasan segala hal, pajak yg tidak
manusiawi, buruh-buruh yg dipaksa, penganiayaan, kekerasan, penahanan,
kematian, penculikan anak-anak gadis dan anak lelaki dan penahanan
mereka utk dijadikan harem dan segala macam kekejian dan kekerasan
seks, bersamaan dg banyaknya penganiayaan-penganiayaan yg – semua ini
menjadi tantangan terus menerus terhadap insting pertahanan hidup dan
mereka menentang semua perbuatan sopan umat manusia. Orang-orang
yunani dg pahit marah terhadap semua penghinaan ini dan kemarahan serta
rasa frustasi mereka mendorong mereka untuk mengangkat senjata
memberontak. Tidak ada hal yg dibesar2kan dalam pernyataan yg dibuat
oleh gubernur Ottoman di Arta, ketika dia diminta menjelaskan keganasan
perlawanan para pemberontak. Katanya: “Kami telah berbuat salah pada
para dhimmi (orang-orang kristen) dan menghancurkan baik kekayaan
maupun kehormatan mereka; mereka menjadi putus asa dan mengangkat
senjata. Ini baru permulaan dan pada akhirnya akan berujung pada
kehancuran dari kekaisaran kita.” Penderitaan orang yunani dibawah
pemerintahan Ottoman dg demikian menjadi dasar penyebab perlawanan;
rangsangan psikologis diberikan oleh keadaan.[27]
Mitos PC: Orang-orang Yahudi dulu tinggal ditanah Muslim jauh lebih
baik daripada orang Kristen Eropa
Para juru bicara PC menegaskan setiap hari bahwa bahkan jika dhimma itu
benar menjadikan orang yahudi dan kristen subjek terhadap diskriminasi dan
gangguan, hal itu sebenarnya tidaklah seburuk perlakuan orang-orang
kristen eropa yg terhadap orang-orang yahudi. Sejarawan Paul Johnson
menjelaskan: “Teorinya .. status dhimmi orang yahudi dibawah
pemerintahan muslim jauh lebih buruk dibanding ketika ada dibawah
pemerintahan kristen, karena adalah hak mereka untuk mempraktekan
agama mereka, dan bahkan juga hak mereka untuk hidup, bisa setiap waktu
dicabut. Tapi dalam prakteknya, para pejuang Arab yg menaklukan setengah
dunia beradab dg begitu cepat di abad ke-7 dan 8 tidak punya keinginan
untuk memusnahkan komunitas orang yahudi yg menjadi pengusaha dan
terpelajar yg memberi mereka pemasukan pajak yg besar dan melayani
mereka dalam banyak cara.”[28]
Muhammad vs. Yesus
“dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu
masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu
bagi-Nya. Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena
perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan
Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: "Tuhan, apakah Engkau mau,
supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?"
Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka.” (Lukas 9:52-55).
“Diceritakan ibn Abbas: Ketika ayat “Dan berilah peringatan kepada kerabat-
kerabatmu yang terdekat,” [Q 26.214] diturunkan, Rasul keluar dan lalu dia
turun dari gunung As Safa, dia berteriak, ‘Ya Sabahah!” orang-orang
berkata, “Siapa itu?” lalu mereka berkumpul mengelilinginya, dimana dia
berkata, “Kalian lihat tidak? Jika aku beritahukan padamu bahwa pasukan
berkuda sedang maju disisi gunung, akankah kalian percaya?” Mereka
berkata, “Kami belum pernah mendengarmu bohong.” Lalu dia berkata, “Aku
pembawa peringatan bagimu akan azab hukuman yg akan datang.” Abu
Lahab berkata, “Musnahlah kau! Kau kumpulkan kami hanya untuk ini?” Lalu
Abu Lahab pergi. Jadi Surat Al-Masad: “Binasalah kedua tangan Abu Lahab!”
diturunkan.” Surat al-Masad adalah surat Quran nomor 111: Binasalah kedua
tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah
kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk
ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu
bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut. (Quran 111.1-5)
Sejauh ini, hal ini mirip dg ‘perlindungan’ islamik yg ditujukan pada mereka.
Tapi lalu Gregory menambahkan. “Sebagai tambahan, tak seorangpun boleh
mengganggu mereka dg cara apapun dalam penyelenggaraan festival-
festival mereka, baik siang ataupun malam, dg pentungan atau batu atau
apapun.” Ini jelas membedakannya dari larangan Syariat terhadap perayaan
festival-festival religius mereka dimuka umum. Juga, melihat fakta bahwa
seorang kesaksian yahudi tidak berarti terhadap seorang kristen, paus juga
melarang kristen utk bersaksi terhadap orang yahudi – sementara syariat
melarang seorang dhimmi utk bersaksi terhadap seorang muslim, tapi tidak
melarang muslim yg bersaksi terhadap seroang dhimmi. [31]
Ini tidak bilang bahwa tidak terjadi penganiayaan. Perlindungan akan orang
yahudi, seperti yg ditetapkan oleh Gregory X, sering diterapkan dalam
praktek. Tapi juga bukan sebuah kebetulan bahwa diawal jaman modern,
mayoritas besar orang yahudilah yg tinggal dibarat, bukan dalam
pemerintahan islam. Alasan-alasan untuk ini mungkin karena ditanah orang
kristenlah mereka, meskipun tidak sempurna diterapkannya, dihargai
kesamaan hak dan derajat semua orang – sebuah ide yg bertentangan dg
teologi islam dan Quran dan ide yg tidak pernah sekalipun berakar didunia
islam.
Tapi pastinya semua ini adalah sebuah pertanyaan tentang sejarah, bukan?
Para pembela islam telah bertahan bahwa tak seorangpun meminta
dikembalikannya sistem dhimma saat ini. Kami lihat hal itu tidak benar.
Salah juga asumsi yg menyebar bahwa dhimmitude itu tidak ditemukan
didunia islam saat ini. Karena Syariat tidak sepenuhnya diterapkan
dimanapun kecuali di Arab Saudi (dimana non muslim tidak boleh
mempraktekan agama mereka sama sekali) dan Iran, hukum-hukum tentang
dhimma tidak sepenuhnya punya efek didunia islam. Tapi, elemen-
elemennya tetap ada dalam buku-buku ditiap negara-negara muslim. Didunia
islam saat ini tak ada non muslim yg menikmati kesetaraan hak sepenuhnya
dg muslim.
-Mei 2004, seorang kristen lain dituduh atas penghujatan, Samuel Masih,
dipukuli hingga tewas memakai palu oleh polisi muslim ketika dia terbaring
dirumah sakit karena menderita tbc [38].
Islam tidak hanya mencemarkan dan tidak menghargai non muslim, tapi
juga menuntun para muslim untuk menjelekan dan merendahkan budaya-
budaya negara mereka sebelum islam masuk. “Ditahun 637 SM.,” kata
penulis pemenang Nobel V.S. Naipaul, “Hanya lima tahun setelah kematian
nabi, orang-orang Arab mulai menerjang Persia, dan semua masa lalu Persia
yg besar, masa-masa sebelum islam, dinyatakan sebagai jaman kekelaman”
[40]
.
Tidak ada yg aneh dalam hal ini. Ini adalah sebuah pemandangan yg telah
berulang-ulang terjadi sepanjang sejarah islam. Teologi islam begitu
merendahkan kafir hingga tidak ada tempat dalam budaya islam untuk
kelonggaran dalam pencapaian-pencapaian mereka. Para muslim menyebut
jaman sebelum islam masuk, dinegara mana saja yg mereka masuki, sebagai
jaman Jahiliyah, atau kebodohan. Naipaul menjelaskan bahwa “jaman
sebelum islam adalah jaman kegelapan: itu jadi bagian dari teologi muslim.
Sejarah harus melayani teologi.” Sebuah contoh dari ini adalah bagaimana
Pakistan merendahkan situs arkeologi terkenal di Mohenjo Daro, melihat
nilai-nilai disitu hanya sebagai kesempatan utk mengajarkan islam:
Jika para pejuang jihad, yg lebih berenergi sekarang dibanding dulu, bisa
merintis jalan kesana, mereka pasti akan merusak monumen-monumen itu.
Edward Gibbon, penulis dari The Decline and Fall of the Roman Empire,
meneliti bahwa jika serbuan para muslim abad-8 ke Perancis sukses,
“mungkin Tafsir Quran sekarang diajarkan di sekolah-sekolah Oxford dan
para lulusannya mungkin berdemontrasi kepada orang-orang yg disunat
kesucian dan kebenaran wahyunya Muhammad.” [42]
Sebuah surat dari Harian Dawn menawarkan ide-idenya utk situs itu. Ayat-
ayat dari Quran, kata penulisnya, harus diukir dan dipasang di Mohenjo Daro
pada “tempat yg tepat”: “Katakanlah (pada mereka, O Muhammad):
Katakan (O Muhammad, pada kaum kafir): Perjalanan ditanah ini dan
melihat akibat alam terhadap mereka yg datang sebelum kamu. Mereka
sekalian adalah penyembah berhala” [41].
BAB 5
ISLAM MENINDAS WANITA
Tebak?
- Quran dan hukum Islam memperlakukan wanita tidak lebih hanya sekedar
barang milik laki-laki
Pada tanggal 18 Maret 2005, seorang wanita muslim bernama Amina Wadud
memimpin pelayanan sholat di kota New York. Karena dia wanita, tiga mesjid
menolak menjadi tuan rumah, jadi acara itu diadakan disebuah gallery seni,
tapi gallery itu menarik undangannya karena menerima ancaman bom.
Akhirnya, diadakan didalam gereja Episkopal. Seorang pemrotes muslim
diluar tempat itu mengomel, “Orang-orang ini tidak mewakili islam. Jika ini
sebuah negara islam, wanita ini akan digantung, dia harus dibunuh, dia
harus dipotong-potong.”[1]. Tak perlu diragukan lagi pasti hal itu benar;
Namun Wadud berkeras bilang bahwa perlakuan seperti itu secara
fundamental sangat tidak islami; dalam Quran, tegas dia, laki-laki dan
wanita itu sederajat. Hanya dg menyimpangkan Quranlah laki-laki muslim
jadi menganggap wanita hanya baik untuk seks dan memelihara rumah[2].
Hal ini secara luas diterima, hampir menjadi suatu hal yg aksiomatis (hal yg
sudah jelas kebenarannya), bahwa islam menganiaya wanita itu hanya
berupa budaya dan bukan berasal dari Quran – dan bahwa Islam
sesungguhnya menawarkan pada wanita hidup yg lebih baik dari yg dapat
mereka nikmati di dunia barat. Persatuan wanita muslim yg berbasis di LA
mengklaim bahwa “semangat kesetaraan, tanggung jawab dan keadaan
pertanggungjawaban baik bagi lelaki maupun bagi wanita menjadi tema yg
berkembang dg baik dalam Quran. Semangat kesetaraan antara lelaki dan
wanita dimata Tuhan tidak dibatasi hanya pada isu-isu religius dan spiritual,
tapi berdasarkan pada kesamaan dalam semua aspek duniawi dari usaha-
usaha manusia.” [3]
Dalam hal yg sama, tulisan dalam Christian Science Monitor bulan Desember
2004 mengatakan beberapa wanita Latin Amerika masuk Islam.[5] Satu dari
mereka, Jasmine Pinet, menjelaskan bahwa dia “menemukan kehormatan
lebih besar sebagai seorang wanita dg masuk islam.” Pinet memuji laki-laki
muslim karena rasa hormat mereka terhadap wanita: “Mereka tidak akan
berkata, ‘Hey Mami, how are you?’ Biasanya mereka berkata, ‘Hello, sister.’
Dan mereka tidak akan melihatmu sebagai objek seksual.” Monitor
melaporkan bahwa ada empat puluh ribu muslim Latin Amerika di USA saat
ini, dan bahwa “banyak orang-orang Latin yg memeluk islam bilang
kepercayaan bahwa wanita diperlakukan lebih baik dalam islam merupakan
faktor penting dalam perpindahan agama mereka.”
- Wanita kurang cerdas dibanding laki-laki, dan harus diperintah oleh laki-
laki: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang
lain (wanita).“ [4.34]
- Quran mengatur bahwa harta warisan bagi seorang anak lelaki harus dua
kali lebih banyak dari anak perempuan: Allah mensyariatkan bagimu tentang
(pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak
lelaki sama dengan bahagian dua orang anak perempuan [4.11]
- Quran mengatakan pada suami untuk memukul istri yg tidak taat: Sebab
itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara
diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).
Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka
dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.
[4.34]
Aisha, salah satu istri Muhammad, yg paling disayang, menegur para wanita
dengan ucapan yg penuh keraguan: “O Para wanita, jika kalian tahu hak-hak
yg suami kalian punya atas diri kalian, kalian semua akan mau
membersihkan debu dari kaki suami dg wajah kalian.” [6]
Anak perempuan orang Iran dapat menikah ketika mereka berumur paling
muda 9 tahun dg ijin orang tuanya, atau 13 tahun tanpa ijin[12]. Bersamaan
dg pernikahan anak, muncul kekerasan rumah tangga: “Di Mesir 29 persen
pernikahan berujung pada pemukulan oleh suami-suami mereka; dari
sebanyak itu, 41 persen dipukul ketika hamil. Sebuah studi di Jordan
mengindikasikan bahwa 26 persen kasus kekerasan yg dilaporkan dilakukan
terhadap istri-istri berumur dibawah 18 tahun” [8].
Satu alasan kenapa ayat demikian bisa ‘diturunkan’ pada Muhammad adalah
bahwa karena Muhammad sendiri punya istri yg masih kanak-anak: Sang
nabi ‘menikahi’ Aisha ketika dia masih berumur 6 tahun dan ia menidurinya
ketika Aisha berumur 9 tahun [18]. Pernikahan anak-anak biasa terjadi di Arab
abad ke-7 – dan disini lagi-lagi Quran mengambil sebuah kebiasaan yg
seharusnya ditinggalkan dari dulu dan malah menyetujuinya dalam sebuah
wahyu ilahi.
Pemukulan Terhadap Istri
“Belum pernah kulihat ada wanita menderita seperti para wanita muslim?”
Aisha kelihatannya tidak punya bayangan tentang hal itu sama sekali, lewat
perkataan Nawal El Saadawi, “Agama islam kita telah memberi wanita hak-
hak yg lebih daripada agama-agama lain berikan.” Tapi Muhammad tidak
tergerak oleh perkataan Aisha mengenai memar-memar si wanita: Ketika
suaminya muncul, Muhammad, tidak menegurnya karena memukul istri –
malah, dia tidak menyebut itu sama sekali. Untuk apa dia menegur,
bukankah Allah telah menurunkan padanya bahwa seorang lelaki harus
memperlakukan istri yg tidak patuh dg cara ini?
Muhammad bahkan memukul Aisha juga. Satu malam, dia pikir Aisha sudah
tidur, Muhammad keluar. Aisha diam-diam mengikutinya. Ketika ketahuan,
Muhammad memukulnya: “Dia memukulku didada hingga sakit, dan
katanya: Apa kau pikir Allah dan Rasulnya akan memperlakukanmu dg tidak
adil?” [18].
Suami-Suami Sementara
Tidak ada yg lebih mudah daripada bercerai bagi lelaki muslim: yg perlu dia
lakukan adalah mengucapkan, “Aku cerai kamu,” pada istrinya, dan cerai
telah berlaku. Kekerasan seperti ini dihasilkan dari ayat Quran: “Dan jika
seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya,
maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-
benarnya, dan perdamaian itu lebih baik” (Q 4.128). Tapi mengadakan
perdamaian ini bukanlah mengadakan pertemuan sebagai pihak-hak yg
sederajat – setidaknya itu yg ditafsirkan dalam hadits. Aisha menjelaskan
tentang ayat ini: “Ini menyangkut seorang wanita yg tidak diinginkan
suaminya lagi, tapi si suami ingin menceraikannya dan menikahi wanita lain,
jadi sang istri mengatakan pada sang suami: “Pertahankan saya dan jangan
menceraikan saya, nikahilah wanita lain, dan kamu boleh tidak memakai
saya dan juga meniduri saya.” [24].
Muhammad berkeras dalam hal ini. Satu kali seorang wanita menemuinya
minta tolong. Suaminya telah menceraikannya dan dia telah menikah
kembali. Tapi, suami keduanya ini impoten, dan dia ingin menikah kembali
dg suami pertama. Nabi tidak mau mengalah, berkata bahwa dia tidak dapat
menikah kembali dg suami pertamanya “kecuali kau melakukan hubungan
seks yg lengkap dg suamimu yg sekarang dan dia menikmati hubungan seks
yg lengkap dgmu” [26].
Ketika Muhammad sudah punya sembilan istri dan beberapa selir, Allah
memberinya ijin istimewa utk mempunyai sebanyak mungkin wanita yg
diinginkannya: “Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu
istri-istrimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang
kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang
dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari
saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan
bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak
perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu
dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi
mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua
orang mukmin.” [Q 33.50]. Wahyu yg enak sekali seperti ini banyak terdapat
dalam Quran – Allah bahkan memerintahkan Muahmmad untuk menikahi istri
dari anak angkatnya (33:37).
Hasrat birahi Muhammad menghasilkan buah yg pahit. Dua ayat Quran ini
menjadi dua buah elemen dari anggapan bahwa wanita tidak berhak
mendapat kesetaraan martabat dg laki-laki sebagai manusia, tapi lebih
sebagai objek utk dihadiahkan pada lelaki dan dipakai oleh mereka. Poligami,
tentu saja, adalah dasar dari anggapan ini, dan hal ini bergerak kearah barat
dalam Islam. Diakhir 2004, Poligami telah menjadi biasa dikalangan muslim
Inggris hingga pemerintah Inggris membuat pajak khusus untuk itu. [28]
Istri Sementara
Islam Shia, aliran dominan dari Islam di Iran, juga membolehkan “istri
sementara”. Ini ketentuan bagi lelaki utk ditemani wanita dalam waktu yg
pendek. Dalam pernikahan sementara, atau Mut’ah, pasangan tsb menanda
tangani perjanjian pernikahan yg sama dalam segala hal kecuali adanya
batas waktu. Satu tradisi dari Muhammad menetapkan bawha sebuah
pernikahan sementara “harus berakhir utk tiga malam, dan jika mereka mau
melanjutkan, boleh, dan jika mereka mau berpisah, juga boleh” [29]. Tapi
banyak pernikahan demikian, tidak berakhir selama tiga malam.
Pihak berwenang untuk praktek ini bersandarkan pada banyak tafsiran kaum
Shia mengenai ayat 4:24 dari Quran, juga dari Hadits: “Diceritakan oleh
Jabir bin Abdullah dan Salama bin AL-Akwa: ketika kami dalam sebuah
pasukan, Rasul Allah mendatangi kami dan berkata, ‘Kalian diijinkan
melakukan perkawinan Mut’a, jadi lakukanlah.” [30]. Muslim Sunni, yg terdiri
dari 85% muslim didunia, mengklaim bahwa Muhammad belakangan
mencabut ketentuan tsb – tapi kaum Shia tidak setuju. Dalam banyak hal,
para istri sementara cenderung berkumpul di kota-kota suci kaum Shia,
dimana mereka bisa menawarkan ‘persahabatan’ bagi para lelaki yg
kesepian.
“Datang padanya (nabi suci) seorang wanita dari Ghamid dan berkata: Rasul,
aku telah melakukan zinah, sucikanlah aku. Dia (nabi suci) menyuruhnya
pulang. Dihari berikutnya dia berkata: Rasul, kenapa kau menyuruhku
pulang? .. Demi Allah, aku telah hamil. Dia berkata: Well, jika kau berkeras,
pergilah sampai kau melahirkan anak. Ketika dia telah melahirkan dia datang
dg anak itu dan berkata: Inilah anak yg telah kulahirkan. Katanya: Pergi dan
susui dia sampai tersapih (berhenti menyusu karena sudah besar). Ketika dia
sudah menyapih anaknya dari menyusu, dia menemui sang nabi.. Katanya:
Rasul, inilah dia, aku telah menyapihnya dan sekarang dia makan makanan.
Dia (nabi suci) menyerahkan anak itu pada seorang muslim dan lalu
mengumumkan hukuman. Dan wanita itu ditempatkan pada lubang setinggi
dadanya dan dia memerintahkan orang-orang utk menimpukinya. Khalid bin
Walid maju dg batu yg dia lemparkan kekepala wanita itu dan darah wanita
itu memercik pada kepala Khalid membuat khalid memakinya. Rasul
mendengar kutukan Khalid. Akibatnya dia (nabi suci) berkata: “Khalid,
berhati-hatilah. OlehNya yg mana ditanganNya dipegang nyawaku, dia
(wanita) itu telah melakukan pertobatan yg sedemikian sehingga bahkan jika
penagih pajak yg salahpun tobat, dia akan diampuninya.” Lalu
diperintahkannya utk berdoa bagi wanita itu dan lalu dikuburkan.” [33]
Voices behind the veil: The World of Islam through the Eyes of Women,
(Suara dibalik kerudung: Dunia Islam lewat mata wanita), diedit oleh Ergun
Mehmet Caner; Grand Rapids, MI: Kregel Publications, 2004.
Bahkan lebih buruk lagi, jika seorang wanita menuduh seorang laki-laki
melakukan perkosaan, dia (wanita itu) bisa berakhir dipenjara sendiri. Jika
saksi-saksi laki-laki yg diperlukan tidak bisa ditemukan, tuduhan sang korban
bisa menjadi pengakuan zinah untuknya. Hal ini melihat kenyataan bahwa
sebanyak lebih dari 75 persen wanita yg dihukum di Pakistan, sebenarnya
ditahan karena “kejahatan” menjadi korban perkosaan[34]. Beberapa kasus yg
mencolok di Nigeria baru-baru ini juga sekitar tuduhan perkosaan yg berbalik
menjadi tuduhan zinah oleh pihak berwenang Islam, yg hasilnya adalah
hukuman mati yg kemudian diubah hanya setelah mendapat tekanan
internasional [35].
Penyunatan wanita masih menjadi sumber lain dari penderitaan para wanita
dibeberapa negara islam. Ini bukan khusus kebiasaan islam, karena
ditemukan juga diantara beberapa budaya dan kelompok religius di Afrika
dan Asia selatan. Diantara para muslim, umumnya terdapat di Mesir dan
daerah sekitarnya. Tapi meski kurang cukup terdapat pengesahan dalam
Quran atau Hadits mengenai praktek mengerikan ini, para muslim yg
melakukan ini dg dalih kepentingan agama. Sebuah petunjuk hukum islam
menyatakan bahwa sunat diperlukan “baik bagi lelaki maupun bagi
wanita”[36].
Selama para lelaki membaca dan percaya Quran, para wanita akan
dipandang rendah, warga kelas dua, subjek sakit hati dan direndahkan oleh
poligami, diancam oleh perceraian yg begitu mudah, dan yg lebih jelek lagi –
termasuk pemukulan, tuduhan paslu dan kehilangan hampir seluruh
kebebasan manusia yg paling dasar. Hal ini bukan fenomena dari
sekelompok saja, atau sesuatu yg berlangsung sebentar saja. Itu semua
adalah akibat dari penghormatan Quran sebagai perkataan Allah yg mutlak,
sah selamanya dan sempurna. Selama para lelaki terus menganggap Quran
apa adanya, para wanita akan tetap punya risiko itu.
BAB 6
HUKUM ISLAM:
BERBOHONG, MENCURI DAN MEMBUNUH
TIDAK saja islam memerintahkan berperang melawan kafir dan menaklukan
mereka dibawah hukum Islam: tapi juga – seperti yg telah kita saksikan
dalam bentuk lain – dibolehkannya berbohong, mencuri dan membunuh demi
kemajuan Islam. Malah, Islam tidak punya kode moral yg seperti Sepuluh
Perintah; gagasan bahwa islam juga punya moral umum yg ada dalam
Yudaisme dan Kristen adalah mitos PC lainnya. Dalam Islam, hampir
semuanya dapat diterima jika hal itu membantu perkembangan dari Islam.
Tapi, seperti juga banyak prinsip-prinsip islam lainnya, hal ini menjadi
masalah besar diantara orang-orang muslim. Dalam hal orang-orang kafir –
khususnya mereka yg berperang dg muslim – Muhammad mengucapkan
prinsip yg sama sekali berbeda: “Perang adalah berbohong.”
Tebak?
- Prinsip moral islam satu-satunya yg paling utama adalah “Jika itu baik bagi
Islam maka itu benar.”
Ketika muslim Shia dianiaya oleh Sunni, mereka melakukan doktrin taqiyya,
atau penyembunyian: Mereka boleh bohong tentang apa yg mereka percaya,
menyangkal aspek-aspek iman mereka yg menghina kaum sunni. Praktek ini
dibolehkan oleh Quran dg peringatan bahwa mereka yg meninggalkan Islam
akan dikirim ke neraka – kecuali mereka yg dipaksa melakukan itu, tapi
didalam hatinya tetap muslim sejati: “Barang siapa yang kafir kepada Allah
sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang
dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak
berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran,
maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.
[Q16.106]. Yg mirip dengan doktrin ini adalah kitman, atau reservasi mental,
yg adalah mengatakan kebenaran tapi tidak seluruhnya, dg niatan utk
menyesatkan. Meski doktrin ini biasa dihubungkan dg kaum Shia, kaum
sunni juga mempraktekannya sepanjang sejarah islam, karena itu adalah
dasar-dasar Quran[4]. Ibn Kathir, yg adalah Shia, menjelaskan bahwa “para
akademisi setuju bahwa jika seseorang dipaksa utk tidak percaya, dibolehkan
baginya utk ikut serta dg mereka dg maksud menyelamatkan diri atau utk
menolak.”[5]
Para pejihad saat ini telah berbicara dg menggunakan praktek penipuan ini
sepenuhnya. Ingat bahwa lain kali anda melihat seorang juru bicara muslim
di TV yg mengatakan persahabatan dg non muslim dan kesetiaannya
terhadap negara non muslim. Tentu saja, dia mungkin berkata benar – tapi
mungkin juga berkata setengah benar atau dia berbohong. Dan hampir pasti
bahwa siapapun yg melakukan wawancara tidak akan bertanya padanya
tentang ayat Quran yg satu ini.
Tapi apa yg dimaksud paksaan dalam hal ini? Ibn Kathir kelihatannya hanya
menyebutkan paksaan fisik, tapi pemaksaan ada banyak bentuknya.
Mungkinkah juru bicara islam dinegara ini merasa terpaksa bermain lemah
atau menyangkal aspek-aspek agama mereka yg oleh para kafir anggap
tidak cocok?
Tapi disini lagi-lagi, situasinya berbeda jika mencuri daripara kafir yg dirasa
berperang melawan islam. Kita tahu bahwa Quran membuat hukum-hukum
pembagian rampasan perang, dan menetapkan bahwa seperlimanya bagi
Allah dan amal (Q 8:41). Dan setelah Muhammad menandatangani
perjanjian Hudaybiyya dg Quraish (lihat bab satu), dia meyakinkan kembali
para pengikutnya yg kecewa akan ini dg janji rampasan perang yg lebih
banyak lagi: “Allah menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak
yang dapat kamu ambil, maka disegerakan-Nya harta rampasan ini untukmu
dan Dia menahan tangan manusia dari (membinasakan) mu (agar kamu
mensyukuri-Nya) dan agar hal itu menjadi bukti bagi orang-orang mukmin
dan agar Dia menunjuki kamu kepada jalan yang lurus.” (Q 48.20). Contoh-
contoh yg mana para muslim benar-benar mendapatkan barang rampasan
perang ada banyak sekali.
Para pembela muslim suka mengutip Quran 5:32: “barang siapa yang
embunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain,
atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan
dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang
memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya.” Tapi, ayat yg sering dikutip ini
sebenarnya tidak mencakup larangan membunuh seperti yg kelihatannya.
Satu hal, ayat ini ditujukan pada “turunan Israel” dan untuk masa lalu; tidak
ditujukan bagi para muslim. Ayat ini sebenarnya ada sebagai bagian dari
peringatan bagi para yahudi agar jangan berperang melawan Muhammad,
atau mereka akan mendapat hukuman yg mengerikan. Poinnya adalah
bahwa Allah menegur Bangsa Israel agar jangan menyebarkan “kesesatan
dibumi”. Dan masih saja mereka terus melakukan itu:
“Di abad ke-7 dari era Kristen, seorang arab pengembara dari garis
keturunan Hagar (yakni Muhammad), orang mesir, menggabungkan
kekuatan pemikiran dg kefanatikan diluar batas normal dan semangat tipuan
yg lihai, mengaku sebagai seorang utusan dari surga, dan menyebarkan
kehancuran dan delusi pada sebagian penduduk bumi. Dg mengadopsi dari
konsep hukum Mosaik, doktrin Tuhan yg maha esa; dia kaitkan dg semua itu
sebuah pemalsuan yg berani, bahwa dia sendiri adalah sang nabi dan rasul.
Perjanjian Baru, iman dan harapan akan hidup kekal serta pahala-pahalanya,
semua itu dia gantikan dg hadia-hadiah dan janji-janji akan kepuasan
seksual. Dia racuni sungai kebahagiaan umat manusia tepat pada mata
airnya, dg merendahkan kondisi dari para wanita, dan ijin akan poligami dan
dia umumkan perang yg memusnahkan, yg tidak dia beda-bedakan, sebagai
bagian dari agamanya, melawan seluruh umat manusia lainnya. INTI DARI
DOKTRINYA ADALAH KEKERASAN DAN BIRAHI: MEMULIAKAN KEBRUTALAN
DIATAS SPIRITUALITAS UMAT MANUSIA…Antara dua agama ini, dg demikian
sangat bertolak belakang dalam karakternya, sebuah perang berumur 1200
tahun telah terjadi. Sebuah perang yg menggemparkan.. sementara dogma
seksual dan kejam dari nabi palsu ini akan memberikan motif-motif bagi
tindakan manusia, hingga tidak akan pernah ada damai dan kebaikan-
kebaikan di muka bumi bagi penduduknya.” (Penegasan dg huruf besar
berasal dari teks aslinya).
Dalam buku terkenalnya The Abolition of Man, seorang apologis Kristen C.S.
Lewis (1898-1963) mengumpulkan contoh-contoh dari apa yg dia sebut Tao
atau hukum Alam: prinsip yg dipegang orang-orang dalam budaya dan
masyarakat yg berbeda-beda. Prinsip-prinsip ini termasuk “Kewajiban pada
ayah ibu, orang yg tua, nenek moyang”; “Kewajiban pada anak dan cucu”;
“Hukum kejujuran dan kesetiaan; dan banyak lagi. Dia menggambarkan
keuniversalan dari prinsip-prinsip ini dg kutipan dari sumber bermacam-
macam seperti Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, Aeneid dari Virgil,
Bhagawad Gita, Analect dari Confucius, tulisan-tulisan Aborigin Australia dan
yg lain-lainnya. Yg sama sekali tidak ada adalah kutipan-kutipan dari Quran
atau sumber-sumber muslim lainnya.
Ketiadaan ini mungkin karena kekurang tahuan dari Lewis akan Islam. Tapi
ini tetap saja aneh, melihat dimana Lewis tinggal dan peran dari dari
negaranya, Inggris, didaerah timur tengah dan asia. Pastinya anda berpikir,
harusnya dia menemukan ilustrasi-ilustrasi untuk beberapa prinsip yg
dikumpulkannya yg berasal Quran. Masalah bagi Lewis mungkin adalah
bahwa Islam sama sekali tidak berpegangan pada apa yg dia sebut “The Law
of General Beneficence” (Hukum Kemurahan Hati yg Umum): Orang tidak
mesti murah hati kecuali pada sesama muslim. Fakta tidak menyenangkan
adalah bahwa Islam sama sekali tidak mengajarkan Golden Rule (Aturan
Emas). Ucapan Yesus bahwa “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya
orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka” (Matius
7:12) kelihatannya ada pada tiap tradisi agama diplanet ini, kecuali Islam.
Quran dan Hadits membuat perbedaan yg begitu tajam antara orang percaya
(muslim) dan orang tidak percaya (kafir) hingga tidak ada ruang bagi
perintah-perintah apapun utk bersikap murah hati secara umum. Para kafir
harus ditanyai, dicurigai, ditentang dan dilawan. Itu saja. Tidak ada toleransi.
Tidak pernah ada cinta.
Tapi hukum islam tidaklah begitu jelas menentang pembunuhan orang tak
bersalah. Quran hanya melarang membunuh wanita dan anak-anak “kecuali
mereka melawan muslim”[9]. Dan ini telah dg luas ditafsirkan sebagai ijin utk
membunuh rakyat sipil jika mereka berlaku seakan membantu usaha-usaha
melawan muslim. Ini juga menjadi satu dasar pernyataan tegas bahwa tidak
ada rakyat sipil di Israel. Beberapa pemimpin muslim berpendapat
berdasarkan itu, siapapun yg ada di Israel adalah boleh dibunuh, karena
telah menginjak tanah kepunyaan muslim dan karenanya berperang dg
islam. Yg lainnya, seperti Sheikh Yusuf al Qaradawi yg terkenal didunia
internasional, agak berbeda: “wanita-wanita israel tidak seperti wanita-
wanita dalam masyarakat kita karena wanita israel ikut militer. Kedua, saya
anggap operasi martir seperti ini sebagai indikasi keadilan dari Allah SWT.
Allah itu adil. Melalui kebijaksanaanNya yg tak terbatas telah memberi kaum
yg lemah apa yg tidak dimiliki oleh kaum yg kuat dan itu adalah kemampuan
utk mengubah tubuh mereka menjadi bom seperti yg dilakukan orang-orang
Palestina”[11].
BAB 7
BAGAIMANA ALLAH MEMBUNUH SAINS
Betulkah begitu?
Tebak?
Kita dengar hal-hal hebat tentang literatur Islam – atau setidaknya banyak
hal mengenai penyair Sufi Jalaludin Rumi (1207-1273) dan The Thousand
and One Nights (1001 malam). Ada juga penyair Persia Abu Nuwas (762-
814), yg pandangan heterodoks (tidak ortodoks) mengenai
homoseksualitinya akan dibahas di bab delapan; al-Mutanabbi (915-965), yg
nama depannya berarti “seseorang yg berpura-pura jadi Nabi”; Sufi Turki yg
Heterodoks, Nesimi (1417); dan penyair epik Persia Hakim Abu al-Qasim
Mansur Firdowsi (935-1020), yg menetapkan sejarah Persia kedalam syair.
Untuk sumber-sumbernya, dia menggunakan catatan kronikel Kristen dan
Zoroastrian yg telah lama hilang.
Banyak dari orang-orang ini adalah para penghujat Islam secara terbuka;
sedikit sekali yg kelihatannya mendapat inspirasi dari Islam itu sendiri, dg
perkecualian (mungkin) alegorinya Farid ud-Din Attar, The Conference of the
Birds. Mereka meninggalkan banyak karya-karya besar, tapi kebanyakan dari
karya-karya itu dikenal bukan karena karakter Islamiknya, justru malah
karena tidak adanya karakter islamiknya. Tapi, utk menghargai kekuatan
inspirasinya berasal dari Islam adalah sangat dibesar-besarkan, ini sama
seperti menghargai system Pemerintah Uni Sovyet untuk karya-karya dari
Mandelstam, Sakharov atau bahkan Solzhenitsyn.
Jangan buang-buang waktu mencari hal-hal itu. Ada musik dan seni
dinegara-negara islam, dan ada beberapa muslim yg telah berkarya artistik
dan musikal yg mengagumkan, tapi selalu karya-karya itu hasil dari
kebencian pada islam; tidak ada yg dapat dibandingkan dg perkembangan
tradisi musik dan artistik barat, karena hukum islam melarang baik musik
maupun artistik untuk berkembang. Dalam musik, tidak ada karya setara
dengan ‘B Minor Mass’nya Bach atau gospel dalam islam, diatas itu semua,
kreatifitas musik tidak mendapat tempat dalam agama ini.
“Musik merusak pikiran anak-anak muda kita. Tidak ada perbedaan antara
musik dan opium. Keduanya menciptakan kepemalasan dalam banyak cara.
Jika kalian ingin negaramu mandiri, maka larang musik. Musik adalah
pengkhianatan terhadap bangsa dan anak-anak muda kita” [2].
Dan Seni? Larangan Islam akan penyajian seni bahkan lebih mutlak lagi.
Muhammad berkata: “Malaikat-malaikat tidak akan memasuki rumah yg ada
anjing dan gambar-gambar makhluk hidup (manusia atau binatang dsb).”[3]
Ini bukan sebuah kalimat dorongan untuk menciptakan Caravaggio.
Tentu saja, museum-museum barat akan bersusah payah menampilkan apa
yg mereka mampu dalam bidang porselen atau kaligrafi untuk memberikan
hak-hak seni islam (dan, tentu saja, arsitektur dan kehebatan artistik bagian
dalam mesjid tidak dapat diterapkan dalam hal ini), tapi dibandingkan dg
tradisi artistik barat, hanya pelaku budaya multikultural yg butalah yg tidak
akan mengakui bahwa sangat sedikit sekali contoh-contoh artistik dalam
islam.
Mitos PC: Islam Dulu Pernah Menjadi Dasar Dari Budaya Besar Dan
Perkembangan Sains
Kenyataannya, Islam sama sekali tidak pernah menjadi dasar dari budaya yg
penting ataupun perkembangan sains. Tidak bisa disangkal bahwa pernah
terdapat budaya besar dan perkembangan sains didunia islam pada abad
pertengahan, tapi tidak ada indikasi bahwa perkembangan yg disebut-sebut
ini betul-betul muncul atas jasa islam itu sendiri. Malah, ada bukti-bukti yg
kuat bahwa semua itu tidak berasal dari Islam, tapi dari para non-muslim yg
melayani para tuan-tuan muslim mereka dalam banyak kapasitas.
Tidak perlu malu dalam hal ini. Tidak ada kebudayaan akan hidup dalam
sebuah kevakuman. Setiap kebudayaan dibangun berdasarkan tingkat
pencapaian budaya-budaya lain dan meminjam dari mereka yg berhubungan
dg budaya tsb. Tapi catatan sejarah tidak mendukung ide bahwa islam
mengilhami sebuah kebudayaan yg melebihi budaya-budaya lain. Ada
saatnya ketika budaya islam melebihi budaya eropa, tapi kelebihan itu
berhubungan dengan perioda ketika para muslim mampu menarik
keuntungan dan kelebihan-kelebihan dari Byzantine (yg masih Kristen
sebelum dijajah islam) dan masyarakat-masyarakat lainnya. Lagipula, para
penjajah muslim abad ke-7 begitu tidak beradabnya, dibandingkan dg yg
mereka jajah, hingga mereka menukar emas (yg belum pernah mereka lihat)
dengan perak (yg mereka punya) dan menggunakan kamper, sebuah barang
yg sama sekali baru bagi mereka, utk memasak.” Apa kita harus percaya
bahwa orang-orang muslim barbar ini memasuki dunia baru dg rencana
arsitektur dan artistik baru pada kantong-kantong celana dekil mereka?
Tapi ketika mereka mengambil apa yg mereka bisa ambil dari Byzantium dan
Persia, dan sejumlah yahudi dan kristen telah masuk islam atau tunduk,
Islam masuk kedalam perioda kemandekan intelektual yg mana hingga
sekarang belum juga keluar dari hal itu. Yg lebih menjengkelkan lagi adalah,
jika islam sungguh-sungguh telah mencapai level setinggi itu dalam
pencapaian budaya, kenapa lalu menukik kejurang terjal dan tetap tinggal
disana hingga hari ini.
Dalam Matematik, sama juga. Abu Ja’far Muhammad ibn Musa al-Khwarizmi
(780-850) adalah seorang pelopor matematik yg risalatnya tentang aljabar,
diterjemahkan kedalam bahasa arab, mengenalkan banyak generasi Eropa
akan kenikmatan langka dalam bidang matematik. Tapi kenyataannya,
prinsip-prinsip yg dipakai al-Khwarizmi telah ditemukan berabad-abad
sebelum dia lahir – termasuk angka nol, yg sering disebut-sebut sebagai
penemuan muslim. Bahkan apa yg kita kenal sekarang sebagai “Arabic
numeral” tidak berasal dari Arab, tapi dari India masa sebelum islam – dan
“arabic numeral’ itu tidak digunakan dalam bahasa Arab sekarang. Meskipun
demikian, tidak bisa dibantah bahwa al-Khwarizmi sangat berpengaruh. Kata
aljabar itu sendiri berasal dari kata pertama dari judul risalatnya Al-Jabr wa-
al-Muqabilah; dan kata algoritma berasal dari namanya. Karya Al-Khwarizmi
membuka bidang baru dalam penjelajahan matematik dan sains di Eropa,
jadi kenapa karya tsb tidak menciptakan penjelajahan yg sama didunia
islam? Hasilnya sudah jelas: Eropa secara mutakhir menggunakan aljabar,
dan ini berhubungan dg penemuan-penemuan lainnya, hingga membuat
kemajuan teknologi yg signifikan; tapi para muslim tidak begitu. Kenapa?
Muhammad vs Yesus
“Tak seorang pun yang baik selain dari pada Tuhan saja” (Markus 10:1
Yg bertanggung jawab akan semua ini, terutama harus dibebankan pada Sufi
Abu Hamid al Ghazali (1058-1128). Meski dia adalah pemikir besar, namun
dia menjadi juru bicara pemimpin bagi gerakan anti intelektualisme yg
mencekik banyak filosofi islam dan pemikiran-pemikiran sains. Beberapa
filsuf, catat al-Ghazali, sedikit ragu memeluk kebenaran yg diturunkan dalam
Quran: Abu Yusuf Yaqub ibn Ishaq al-Sabbah al-Kindi (801-873), contohnya,
menyarankan bahwa agama dan filosofi dijadikan dua jalan yg sejajar dan
sama bagi kebenaran[10]. Dg kata lain, para filsuf tidak perlu memperhatikan
atau menghormati Quran, beserta nabi swalayan dan Surga bordilnya. Abu
Bakr ar-Razi (864-930), dikenal di Barat sebagai Rhazes bahkan bertindak
jauh hingga mengatakan bahwa hanya filosofi yg membimbing pada
kebenaran tertinggi[11]. Filsuf-filsuf muslim lain mengejar jalur pemikiran yg
sama bahayanya.
Serangan al-Ghazali pada para filsuf adalah sebuah perwujudan canggih dari
sebuah kecenderungan yg selalu menghalangi perkembangan intelektual
didunia islam:
Ada sebuah asumsi yg berlaku bahwa Quran adalah kitab yg sempurna, dan
tidak perlu ada kitab lain lagi. Dg Quran sebagai kitab yg sempurna dan
masyarakat Islam adalah peradaban yg sempurna, terlalu banyak muslim
berpikir bahwa mereka tidak perlu pengetahuan yg berasal dari sumber-
sumber lain – apalagi dari orang-orang kafir.
Tapi pukulan akhir pada sains islam dan filosofi mungkin datang dari Quran
itu sendiri. Kitab suci Islam menggambarkan Allah sebagai pihak yg berkuasa
secara absolut dan tidak terikat oleh apapun. Kemaha kuasaan ini begitu
mutlak hingga menghalangi sebuah asumsi yg menjadi kunci penolong
pengembangan sains di Eropa. Yahudi dan Kristen percaya bahwa tuhan itu
baik, dan bahwa kebaikannya itu konsisten. Dg demikian, Dia menciptakan
jagat raya sesuai dg hukum-hukum rasional yg dapat ditemukan, ini
membuat penyelidikan sains menjadi berharga. Santo Thomas Aquinas
menjelaskan:
Tapi dalam Islam, Allah bebas secara mutlak. Al-Ghazali dan yg lainnya
menelaah persoalan dg ide dasar bahwa terdapat hukum-hukum alam;
bahwa akan menjadi sebuah penghujatan, sebuah penyangkalan akan
kebebasan Allah.[16] Utk berkata bahwa dia menciptakan jagat raya sesuai dg
hukum rasional dan konsisten, atau bahwa dia “tidak dapat” melakukan
sesuatu – seperti yg Aquinas katakan diatas – adalah akan membelenggu
kemahakuasaannya yg absolut. Dia akan mengatur semuanya, tapi hal itu
tak dapat diduga-duga.
Tapi tidak semua hilang: Ada hal-hal yg kita harus berterimakasih pada
Islam
Semua ini tidak berarti bahwa Islam tidak dapat diberi penghargaan sama
sekali atas intelektual, sains atau pencapaian artistik. Malah, kita bisa
memberi penghargaan pada Islam atas dua pencapaian yg menjadi tonggak
dunia: Terbukanya dunia Baru dan Renaissance di Eropa.
Setiap anak sekolah tahu, atau pernah tahu, bahwa ditahun 1492
Christopher Columbus berlayar dan menemukan Amerika ketika mencari rute
baru menuju Asia lewat laut barat. Dan kenapa dia mencari rute baru ke
Asia? Karena jatuhnya Konstantinopel pada para muslim ditahun 1453 dan
menutup jalur perdagangan ke Timur. Ini sebuah kehancuran bagi para
pedagang Eropa, yg sejak saat itu harus berkelana hingga Asia demi
rempah-rempah dan barang-barang lain lewat darat. Perjalanan Columbus
adalah utk meringankan beban dari para pedagang dg maksud memutari
para muslim dan membuat jalur ke India menjadi mungkin lagi lewat laut.
Jadi kesukaan perang dan kekerasan hati islam pada akhirnya membuka
Amerika bagi orang-orang Eropa.
The Rise of Early Modern Science: Islam, China and the West (Bangkitnya
Sains Modern Awal: Islam, China dan Barat), oleh Toby E. Huff; Cambridge;
Cambridge University Press, Edisi kedua, 2003. Huff menjelaskan kenapa
bukan sebuah kebetulan belaka bahwa sains modern tidak berkembang
didunia islam atau China tapi di dunia Barat.
Tentu saja, dua hal ini tidak sungguh-sungguh “pencapaian” islam. Keduanya
adalah akibat dari diterapkannya doktrin kekerasan dari Islam yg telah kita
telaah sebelumnya. Tapi dalam terminologi efek nyatanya terhadap dunia
secara keseluruhan, hal ini berakibat lebih hebat dari sekedar risalat filosofi
islam dan setumpuk karya kaligrafi.
BAB 8
DAYA PIKAT SURGANYA ISLAM
Tentu saja, tidak setiap orang percaya akan hal ini, bahkan dijaman gencar-
gencarnya sang nabi juga. Kala satu pertempuran melawan kaum Quraish
(Perang Parit), Muhammad meminta para pengikutnya: “Siapakah yg berani
naik keatas dan melihat apa yg musuh sedang lakukan dan lalu kembali?”
Dia janji utk meminta pada Allah agar mata-mata tsb “mungkin menjadi
temanku di surga.” Tapi tetap tidak ada yg berani mengajukan diri sebagai
sukarelawan, hingga membuat dia pada akhirnya harus menunjuk salah satu
pengikutnya agar melakukan misi tsb.[1]
Tebak?
Masih saja, janji surga menjadi satu dari alat utama yg dipakai Muhammad
untuk memotivasi para pengikutnya. Janji ini membuat pertempuran Jihad
menjadi sebuah dalil yg win-win (sama-sama menguntungkan); jika seorang
pejuang muslim berjaya, dia bisa menikmati barang jarahan didunia saat ini;
jika dia terbunuh, dia menikmati hampir semua pahala yg identik pada
kehidupan berikutnya – dalam skala yg jauh lebih besar. Selama Perang
Badar, Muhammad mendorong para muslim dg janji-janji surga: “Demi Allah
yg memegang jiwanya Muhammad, tidak akan ada seorangpun yg terbunuh
dalam pertempuran hari ini melawan mereka, yg maju dg berani dan tidak
mundur, tapi Allah akan membuatnya memasuki surga.”
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Yoh 3:16
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta
mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada
jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji
yang benar ..” (Quran 9:111)
Dan bukan air saja: Surga akan menawarkan banyak variasi minuman-
minuman. Selain “sungai-sungai air yang tiada berubah rasa dan baunya”,
akan ada pula “sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya,
sungai-sungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan
sungai-sungai dari madu yang disaring” (Q 47.15).
Arak? Tapi bukankah para muslim dilarang minum alkohol? Bukankah Quran
berkata bahwa “Minuman keras” adalah “perbuatan setan” (Q 5.90)? Lalu
bagaimana “Perbuatan Setan” bisa ada disurga?
Well, arak disurga berbeda, tahu!. Arak itu bebas dari “memabukkan”, jadi
mereka yg meminumnya tidak akan “menderita kemabukan” (Tidak ada
dalam khamar itu alkohol dan mereka tiada mabuk karenanya, Q 37.47).
Semua ini akan diberikan pada mereka yg diberkati Allah dalam sebuah
lingkungan yg iklimnya terkontrol sempurna: “di dalamnya mereka duduk
bertelekan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya)
matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan. Dan naungan (pohon-
pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan
memetiknya semudah-mudahnya.” (Quran 76.13-14).
Kenikmatan Seks
Tapi Umayr bin al-Human mungkin tidak tertarik akan semua itu, tidak
setertarik seperti kelihatannya. Karena dia tahu yg menunggunya disurga
adalah “gadis-gadis menggairahkan yang sebaya” (Q 78.33): “bidadari-
bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya” (Q 37.48 );
“bidadari-bidadari yang bermata jeli” (Q 56.22); “Seakan-akan bidadari itu
permata yakut dan marjan” (Q 55.58 ); yg akan dia ‘kawinkan’ (Quran
52.20). Para wanita/bidadari ini adalaj “bidadari-bidadari yang sopan
menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum
mereka dan tidak pula oleh jin.” (Q 55.56). Allah membuat mereka
“perawan” (Q 56.36), dan menurut tradisi islam mereka tetap perawan
selamanya, meski dipakai terus menerus.
Janji surga bagi mereka yg “terbunuh dan membunuh” bagi Allah adalah
pembenaran prinsip untuk bom bunuh diri: para pembom bunuh diri
dijanjikan ini karena telah membunuh musuh-musuh Allah dan terbunuh
dalam proses tersebut.
Umm Nidal melanjutkan: “Karena aku cinta anakku, kuanjurkan dia utk mati
sebagai martir bagi Allah… Jihad adalah kewajiban religius yg diwajibkan bagi
kita, dan kita harus melakukannya.” [5]
Tapi Surga tidak akan menjadi tempat yg membosankan bagi para muslim
yg mempunyai kecenderungan berbeda-beda, Allah juga menjanjikan bahwa
disurganya, “berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani)
mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan.” (Q 52.24),
“anak-anak muda yang tetap muda” (Q 56.17): “Apabila kamu melihat
mereka kamu akan mengira mereka, mutiara yang bertaburan” (Q 76.19).
Semuanya ada disini: Penindasan wanita dan non muslim, hukuman brutal,
standar ganda, dan banyak lagi – ditulis dg jelas dan presisi tanpa malu-
malu atau menahan diri. Sebuah buku yg mendirikan bulu roma dan
mencerahkan.
Seperti yg kita lihat, Quran menjamin surga dg pasti utk diberikan pada
mereka yg ‘terbunuh dan membunuh’ bagi Allah: “Sesungguhnya Allah telah
membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan
memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu
mereka membunuh atau terbunuh. …Dan siapakah yang lebih menepati
janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang
telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (Q 9.111).
Muhammad juga menyatakan: “Ketahuilah bahwa surga itu ada dibawah
bayang-bayang pedang (Jihad dijalan Allah).”[14] Ini memastikan mereka yg
dibumi bahwa mereka yg mati bagi Allah tidaklah mati, melainkan hidup:
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan
Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup,
tetapi kamu tidak menyadarinya.” (Q 2.154).
Dijaman perang salib berkembang sebuah sekte yg terkenal kejam dari para
muslim Shia Ismaili yg dikenal sebagai the Assasin. Meski mereka tidak
menciptakan pembunuhan-pembunuhan politik, tapi dg membunuh banyak
figur-figur kunci yg menentang pergerakan mereka, mereka mengenalkan
pembunuhan-pembunuhan politis itu dalam skala besar kedalam dunia politik
islam dan perang salib itu sendiri. Setelah melakukan pembunuhan-
pembunuhan ini, the Assasin dg tenangnya hampir selalu membiarkan
dirinya tertangkap, meskipun saat itu dg tertangkap berarti mati.[15]
Dia telah membuat taman yg paling indah dan besar dalam sebuah lembah
diantara dua gunung, ditanam semua buah-buah terbaik didunia dan ada
istana-istana dan rumah-rumah besar, dihiasi emas dan segala keindahan
didunia, dan juga empat sungai, satu sungai mengalir arak, satu sungai
mengalir susu, dan satu sungai mengalir madu dan satu sungai lagi mengalir
air. Banyak wanita-wanita muda yg tercantik didunia, tidak tersaingi keahlian
memainkan alat musik, menyanyi dan menarinya. Dan dia menyebut taman
ini sebagai surga pada para anak buahnya. Itu sebabnya dia membuat hal ini
menjadi pola dari kegiatannya, karena Mohamet memastikan orang-orang
Saracen bahwa mereka yg memasuki surga akan mendapatkan wanita-
wanita cantik yg sesuai keinginan hati dan melakukan kehendak mereka, dan
akan ada sungai-sungai anggur dan susu dan madu dan air… Tak seorangpun
pernah memasuki taman tsb kecuali mereka yg ingin menjadi seorang
Assassin.[16]
Sangat mungkin penjelasan ini lebih banyak legenda daripada faktanya. Tapi
para pejuang muslim sepanjang sejarah telah termotivasi oleh surganya
islam. Bahkan pembajak 11 September 2001 Muhammad Atta mengemasi
pakaian untuk “Pernikahannya disurga” kedalam kopernya pada hari
mengenaskan itu, meski dia tidak sempat berganti pakaian karena pihak
penerbangan menuntut semua barang bawaan disimpan dibagasi kecuali
satu item utk dipegang. Sebuah surat ditemukan dalam tas Atta yg
menceritakan mengenai “pernikahan” dg “wanita-wanita surga.. berpakaian
terindah mereka.”[17]
Bab 9
Islam disebarkan memakai Pedang?
Sudah Tentu!
SEBENARNYA semua orang barat telah belajar utk minta maaf mengenai
perang salib, tapi yg kurang diperhatikan adalah fakta bahwa dalam Perang
Salib ada pihak lawannya yg mana tak ada seorangpun meminta maaf dan
bahkan mereka sama sekali tidak sadar akan hal ini. Kontak skala besar
pertama pihak muslim dg dunia barat bukan berasal dari Perang salib, tapi
450 tahun sebelum itu. Ketika kekuatan Islam menyatukan suku-suku Arab
yg terpencar kedalam satu komunitas, Islam Arabia baru ini dikelilingi oleh
tanah-tanah (wilayah) yg didominasi oleh kristen – khususnya kekaisaran
Byzantine yg memerintah Syria dan Mesir, juga tanah-tanah Kristen di Afrika
Utara. Empat dari Lima kota-kota Utama Kekristenan – Konstantinopel,
Aleksandria, Antiokhia, dan Yerusalem – berada dalam jarak serang dari
Arab. Rival utama Kekaisaran Byzantine, Persia, juga punya populasi kristen
yg cukup signifikan.
Tebak?
- Ini semua adalah perang dari imperialisme agama bukan sebuah bela diri.
Tapi telah berabad-abad sekarang, Timur tengah, Afrika Utara dan Persia
(Iran) telah dianggap sebagai jantung dari dunia islam. Apa perubahan ini
terjadi karena khotbah dan perubahan hati dan pikiran semata? Sama sekali
tidak: Pedang yg menyebarkan islam. Dibawah pemerintahan islam,
mayoritas non muslim dari daerah-daerah tsb sedikit demi sedikit dikurangi
menjadi hanya minoritas yg sangat kecil seperti sekarang ini, melalui
penindasan, diskriminasi dan penganiayaan yg membuat mereka memeluk
islam, yg adalah satu-satunya jalan utk hidup lebih nyaman saat itu.
Mitos PC: Penduduk Asli Yg Kristen Di Timur Tengah Dan Afrika Utara
Menyambut Para Muslim Sebagai Pembebas
Banyak analis modern perang salib dan analis modern yg mengaku ahli
hubungan kristen-muslim, pada umumnya berpikir bahwa Sphronius berkata,
“Selamat datang, sang pembebas!” Menurut kebijakan konvensional, katanya
aturan Byzantine begitu menindas Kristen di timur tengah dan afrika utara,
dan khususnya mesir, hingga mereka tidak sabar memberi mereka
perlawanan dan menyambut para muslim dg tangan terbuka, karena para
muslim membebaskan mereka dari penindasan ini. Tapi kenyataannya, para
muslim menjajah dan mendapatkan Mesir setelah mereka menghadapi
perlawanan gigih. Pada Desember 639, Jendral Amir mulai penjajahan Mesir;
November 642, Aleksandria jatuh dan hampir seluruh mesir telah jatuh
ketangan muslim. Tapi penaklukan ini bukannya tanpa perlawanan, dan para
muslim menghadapi perlawanan-perlawanan itu dg sangat brutal. Pada satu
kota di Mesir mereka menerapkan sebuah pola tingkah laku yg lalu diikuti
diseluruh negri. Menurut pengamat saat itu:
Lalu para muslim sampai ke Nikiou. Tak ada satu tentarapun tersisa utk
melawan mereka. Mereka merampas kota dan membantai siapapun yg
mereka temui dijalan-jalan dan digereja-gereja – laki-laki, perempuan dan
anak-anak, tanpa kecuali. Lalu mereka pergi ketempat lain, menjarah dan
membunuh semua penghuni yg mereka temui… Tapi kami tidak akan
menceritakan lebih lanjut lagi, karena sangat tidak mungkin menjelaskan
kengerian yg dilakukan para muslim ketika mereka menduduki Nikiou.
Amir menidas Mesir … Dia mengambil harta rampasan banyak sekali dari
negara ini dan banyak sekali tawanan … Para muslim kembali kenegara
mereka dg harta dan tawanan-tawanan. Pemimpin Cyrus sangat menderita
akan bencana yg menimpa Mesir, karena ulah Amir, yg adalah seorang
barbar, yg tanpa ampun dalam tindakannya pada orang-orang mesir dan
tidak memenuhi perjanjian yg telah mereka sepakati bersama dgnya.[6]
Pola yg sama juga terjadi ketika para muslim mencapai Cilicia dan Caesarea
di Cappadocia tahun 650. Menurut tulisan-tulisan abad itu:
“Ketahuilah bahwa surga itu ada dalam bayang-bayang pedang (Jihad dijalan
Allah)”
Para pejuang muslim melakukan semua ini dalam ketaatannya pada perintah
Allah mereka dan nabinya. Seorang pemimpin muslim saat itu
mengatakannya begini: “Allah maha besar berkata dalam Quran: “O kaum
muslimin, jika kau menemukan kaum kafir, pancung kepala mereka.”
Perintah dari Allah tsb diatas adalah sebuah perintah besar dan harus
dihargai dan dituruti.”[11] Dia mengacu, tentu saja, pada Quran: “Apabila
kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka
pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan
mereka maka tawanlah mereka” (47.4).
Dia mengabdi dg begitu baik hingga ditahun 715 para muslim sudah sangat
dekat utk menaklukan Spanyol (yg sudah mereka tahan, tentu saja, lebih
dari 700 tahun), dan mulai menekan Perancis. Charles Martel, “the
Hammer”, menghentikan mereka tahun 732 dikota Tours.
Diawal tahun 827, para pejuang jihad melirik Sisilia dan Itali. Pemimpin
pasukan penyerang adalah seorang ahli Quran ternama yg secara blak-
blakan menyatakan serangannya ini sebagai perang agama. Mereka
menjarah dan merampok gereja-gereja kristen, seluruh negara ini, menteror
rahib-rahib dan menodai para biarawati. Ditahun 846, mereka mencapai
Roma, dimana mereka memeras sang Paus. Sementara genggaman mereka
pada Italy tidak pernah kuat, mereka menggenggam Sisilia sampai tahun
1091 – sampai orang-orang Norman mengusir mereka.
Apa yg menjadi tujuan utama dari peperangan yg seakan tiada akhir ini?
Sudah jelas dari perintah-perintah dalam Quran dan nabi, yg mengatakan
pada para pengikutnya bahwa Allah telah memerintahkan dia, “utk
bertempur melawan orang-orang sampai mereka menyatakan bahwa tidak
ada yg berhak dipuja selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan
Allah.”[16] Tak satupun sekte islam pernah menolak dalil bahwa hukum islam
harus berkuasa atas seluruh dunia, dan bahwa para muslim harus, dibawah
kondisi tertentu, mengangkat senjata untuk tujuan ini. Mereka berhenti
melakukan jihad skala besar setelah tahun 1683 bukan karena mereka telah
melakukan reformasi atau menolak doktrin-doktrin yg memotivasi hal itu,
tapi karena dunia islam telah menjadi terlalu lemah utk meneruskan hal ini –
sebuah situasi yg mulai berubah diwaktu belakangan ini dg penemuan
minyak di Timur Tengah.
Jihad in the West: Muslim Conquest from the 7th to the 21st Centuries,
(Jihad di Barat: Penaklukan Muslim dari abad ke-7 sampai abad ke-21), oleh
Paul Fregosi; New York; Prometheus Books, 1998, adalah sebuah laporan
akan perbuatan membinasakan Jihad didunia barat yg sangat enak dibaca
dan sangat populer, dilengkapi dg ilustrasi yg gamblang akan sikap-sikap
perang yg dipertahankan dunia islam terhadap kekristenan dan Barat Post-
Kristen sejak abad-abad permulaannya.
Demikian juga, Sayyid Abul Ala Maududi (1903-1979), pendiri Partai Politik
Pakistan Jamaat-e-Islami, menyatakan bahwa non muslim “sama sekali tidak
punya hak utk mendapat kekuasaan dalam bagian apapun dibuminya Allah
ataupun utk mengarahkan urusan-urusan kolektif umat manusia sesuai dg
doktrin menyesatkan mereka sendiri.” Jika mereka melakukan itu, “orang-
orang mukmin wajib melakukan apa yg mereka mampu utk mencabut
mereka dari kekuasaan politik dan membuat mereka hidup dg sikap takluk
kepada cara hidup islami.”[18]
Ini adalah satu dari banyak argumen moral yg sama yg dibuat saat ini –
keduanya begitu umum hingga seakan jika sebagian orang tidak dapat
membawa pikirannya pada pengakuan bahwa ada hal negatif dalam islam
kecuali kalau mereka bersusah payah menunjuk hal negatif yg sama yg ada
dalam kekristenan. Dan benar bahwa tidak ada kelompok, religius atau tidak
religius, yg memonopoli semua tindakan buruk atau semua tindakan baik –
tapi tidak benar bahwa semua tradisi religius adalah sama baik dalam sifat-
sifat ajarannya atau dalam kapasitas pengilhaman ajaran-ajaran itu akan
kekerasan.
Pada awal kekristenan, gereja mengirim para misionaris utk berkhotbah pada
orang-orang yg belum percaya dan meyakinkan mereka kebenaran iman
mereka. Bangsa-bangsa kristen kuno di Eropa semua ingat para misionaris
kristen yg membawa kepercayaan pada mereka: Santo Pattrick di Irlandia;
Santo Augustine dari Canterbury di Inggris; Santo Cyril dan Methodius di
Eropa Tengah dan Timur; dan banyak lagi yg seperti mereka. Mereka adalah
pendeta-pendeta dan rahib-rahib – bukan orang-orang militer. Muslim,
sebaliknya, menaruh pasukan didaerah utk menghadapi kekuatan non-
muslim dan menawarkan pada mereka tiga pilihan dari Muhammad, masuk
islam, takluk (bayar pajak dan dipermalukan) atau mati. Mereka menarik
sejumlah besar orang-orang yg masuk islam dari antara populasi dhimmi yg
ditaklukan yg melihat bahwa satu-satunya jalan adalah dengan memeluk
islam agar membuat keberadaan mereka bisa tertahankan. Melihat
kebinasaan dg menjadi dhimmi, tidak mengejutkan bahwa banyak dhimmi
pada akhirnya memilih masuk islam.
BAB 10
MENGAPA DIBENTUK
TENTARA SALIB (THE CRUSADERS)
Terjemahan dari hal. 121
MENURUT penulis Amin Maalouf di buku “The Crusades Through Arab Eyes”
(Tentara Salib Menurut Mata Arab), tentara Salib menaklukkan Yerusalem di
tahun 1099 dan inilah saat mulainya perseteruan berabad-abad antara Islam
dan pihak Barat.[1] Pakar dan apologis Islam John Esposito bertindak lebih
jauh dengan menyalahkan Tentara Salib (yang disebutnya melakukan perang
suci bohongan) secara umum karena mengacaukan budaya masyarakat
berbagai bangsa:
“Lima abad yang damai dan hidup berdampingan pupus sudah karena
kejadian politik dan kekuasaan penjajahan oleh Paus yang mengakibatkan
berabad-abad penuh perang (yang katanya) suci yang dilakukan pihak
Kristen atas Islam dan mewariskan rasa curiga dan tidak percaya.”[2]
[1] Amin Maalouf, The Crusaders Through Arab Eyes (New York: Schocken Books, 1984), xvi.
[2] John Esposito, Islam: The Straight Path, third edition (Oxford: Oxford University Press, 1998), 58.
Esposito menerangkan apa yang disebutnya sebagai “Lima abad yang damai
dan hidup berdampingan” melalui peristiwa penaklukan Yerusalem di tahun
638 oleh tentara Muslim dan “masyarakat Kristen dan gereja-gereja tidak
dihancurkan.”[4]
Tahukah Kau?
1. Pembentukan Tentara Salib bukanlah tindakan agresi tanpa sebab yang
dilakukan oleh penguasa Eropa melawan dunia Islam, tapi ini adalah
penundaan selama berabad-abad atas agresi Muslim yang semakin ganas,
jauh lebih dari sebelumnya di abad ke 11.
2. Perang Salib adalah perang untuk merampas kembali tanah Kristen dan
juga untuk membela masyarakat Kristen, dan bukannya untuk mendirikan
imperialisme Kristen.
3. Tentara Salib tidak dipanggil untuk memaksa Muslim atau non-Kristen
masuk Kristen.
Allah menugaskan Muslim untuk melakukan perang Suci di jalan Allah dan
tiada alasan lain untuk melakukannya selain percaya pada Allah dan
RasulNya, bahwa dia akan diberi imbalan oleh Allah dengan anugrah atau
barang jarahan (jika dia hidup) atau masuk surga (jika dia mati)
Hadis Sahih Bukhari, vol.1, buku 2, no.36.
Muslim memperlakukan masyarakat Kristen secara brutal dan penuh
kekerasan di Tanah Suci. Di tahun 772, Kalifah al-Mansur memerintahkan
semua tangan-tangan orang Kristen dan Yahudi diberi cap dengan simbol
tertentu. Muslim yang berani ganti agama ke Kristen diperlakukan dengan
kejam. Di tahun 789, pemerintah Muslim memancung seorang paderi yang
meninggalkan Islam dan masuk Kristen. Tentara Muslim juga
menghancurkan monastri Saint Theodosius di Bethlehem dan membunuhi
para paderi. Monastri-monastri Kristen di daerah sekitar juga bernasib sama.
Di awal abad ke 9, penindasan semakin sengit sehingga banyak masyarakat
Kristen yang meninggalkan Yerusalem dan mengungsi ke Konstatinopel dan
kota-kota Kristen lainnya. Di tahun 923, gereja-gereja dihancurkan, dan di
tahun 937, Muslim mengacaukan perayaan Paskah di Yerusalem, merampok
dan menghancurkan Gereja Kalvari dan Gereja Kebangkitan Kembali
(Resurrection).[7] Kalifah al-Muqtadir tidak setuju dengan penindasan tahun
923 dan memerintahkan gereja dibangun kembali.
[7] Moshe Gil, A History of Palestine 634-1099 (Cambridge: Cambridge University Press, 1992), 473-76.
Dalam theologi Islam, jika suatu daerah tadinya telah dirampas oleh
Kekuasaan Islam, maka daerah itu selamanya milik Islam – dan Muslim
harus berperang untuk merebut kembali tanah itu. Di tahun 974, karena
terus-menerus kalah melawan Bizantium, Kalifah Abbasid (Sunni) di Baghdad
menyerukan perang Jihad. Kampanye Jihad melawan Bizantium terus
dilakukan setiap tahun oleh Saif al-Dawla yang adalah penguasa Dinasti
Hamdanid Shia di Aleppo dari tahun 944-967. Saif al-Dawla meminta
masyarakat Muslim untuk berperang melawan Bizantium dengan alasan
mereka merampasi tanah milik Islam. Kampanye ini demikian sukses
sehingga tentara-tentara Muslim berdatangan bahkan dari daerah jauh di
Asia Tengah untuk bergabung melakukan Jihad.[9]
[9] Carole Hillenbrand, The Crusaders: Islamic Perspective (Oxford: Routledge, 2000), hal.101.
Akan tetapi, permusuhan antar Shia dan Sunni menggagalkan usaha Jihad
itu, dan di tahun 1001 Kaisar Bizantium Basil II membuat perjanjian damai
10 tahun dengan Kalifah Shia Fatimid. [10]
[10] Runciman, hal. 33.
Tak lama kemudian, Basil melihat bahwa perjanjian damai itu tak ada
gunanya. Di tahun 1004, Kalifah Fatimid ke-6 yakni Abu ‘Ali al-Mansur al-
Hakim (985-1021) menyerang ganas kepercayaan ibu dan pamannya yang
Kristen, dan memerintahkan perampasan harta benda dan pembakaran
gereja-gereja. Dia pun melakukan hal yang sama terhadap masyarakat
Yahudi. Sepanjang 10 tahun berikutnya, 30.000 gereja dihancurkan dan
banyak orang-orang Kristen yang masuk Islam agar nyawa mereka selamat.
[13] Bernard Lewis, The Assassins (New York: Basic Books, 2002), hal. 33.
Meskipun begitu, nasib umat Kristen dalam keadaan riskan dan peziarah
Kristen tetap saja ditindas. Di tahun 1056, penguasa Muslim mengusir 300
orang Kristen dari Yerusalem dan melarang peziarah Kristen Eropa memasuki
Gereja Makam Suci.[15] Ketika penguasa Turki Seljuk berkuasa di Asia
Tengah, mereka menerapkan hukum Islam secara lebih ketat dan ini
membuat keadaan masyarakat dan peziarah Kristen jadi sulit (dilarang
berziarah). Setelah tentara Muslim mengalahkan Bizantium di Manzikert
tahun 1071 dan menawan Kaisar Bizantium bernama Romanus IV, semua
daerah Asia Kecil ditaklukan Muslim. Di tahun 1076, Muslim Turki Seljuk
mengalahkan Siria; di tahun 1077, Yerusalem. Emir Seljuk bernama Atsiz bin
Uwaq berjanji tidak akan melukai penduduk Yerusalem, tapi begitu sudah
masuk kota, tentara Muslim membunuh 3.000 orang.[16] Pemerintah
Seljuk mendirikan kesultanan Rum di Nisea yang terletak dengan
Konstantinopel. Dari sinilah mereka terus-menerus menyerang Bizantium
dan menindas masyarakat Kristen di seluruh daerah kekuasaan mereka.
[15] Ibid, hal. 49.
[16] Gil, hal. 412.
Pandangan PC:
Tentara Salib adalah Contoh Awal Imperialisme Ganas Barat
Bagi saudara kalian yang hidup di daerah Timur yang sangat butuh
pertolonganmu, dan kalian harus segera memberi pertolongan kepada
mereka seperti yang telah dijanjikan. Karena, seperti yang telah didengar
sebagian besar dari kalian, tentara-tentara Turki dan Arab telah menyerang
mereka dan menaklukkan daerah Romania sejauh pantai Barat Mediterania
dan Hellespont, yang disebut sebagai Lengan Saint George. Mereka
merampas lebih banyak lagi tanah-tanah Kristen, dan telah mengalahkan
tentara Kristen di tujuh perang terakhir. Mereka telah membunuh dan
menawan banyak orang, telah menghancurkan gereja-gereja dan
kekaisaran-kekaisaran. Jika kau mengijinkan mereka terus melakukan hal
itu, agama Tuhan akan lebih banyak diserang lagi oleh mereka. Karena
inilah, aku atau tepatnya Tuhan, memerintahkan kalian sebagai pejuang-
pejuang Kristus untuk mengumumkan hal ini di mana-mana dan mengajak
semua orang berbagai golongan, tentara jalan kaki atau berkuda, kaya atau
miskin, untuk membantu masyarakat Kristen dan mengenyahkan bangsa
jahat itu dari tanah saudara-saudara kita… Lebih dari itu, Kristus
memerintahkannya.[17]
[17] Paus Urban II, “Speech at Council of Clermont, 1095, according to Fulcher of Charters,” dikutip oleh Bongars, Gesta
Dei per Francos, 1, 382 ff., diterjemahkan oleh Oliver J. Thatcher dan Edgar Holmes McNeal, editor, A Source Book for
Medieval History (New York: Scribners, 1905), hal. 513-17. Dicetak ulang di Medieval Sourcebook. Click-Link-Here.
Dari kota Yerusalem dan Konstantinopel telah terdengar berita sedih terus-
menerus yang sampai ke telinga kami; contohnya, bangsa dari kerajaan
Persia, bangsa yang terkutuk, bangsa yang jauh dari Tuhan, “bangsa yang
berhati jahat dan tidak mengenal Tuhan,” secara bengis menyerang tanah-
tanah Kristen dan mengusir mereka dengan melakukan penjarahan dan
pembakaran tempat tinggal. Mereka membawa sebagian tawanan ke negara
mereka dan sebagian dibunuh dengan siksaan kejam. Mereka telah
menghancurkan gereja-gereja Tuhan atau apapun yang tidak sesuai dengan
kepercayaan mereka. Mereka menghancurkan altar-altar, setelah
mengotorinya … Kerajaan Romawi sekarang tercerai-berai karena mereka
dan sebagian besar kekuasaan yang bisa dilampaui dalam perjalanan dua
bulan lenyap sudah… Kota bangsawan (Konstantinopel) ini yang terletak di
pusat dunia, sekarang disandera oleh musuh-musuh Kristus dan ditindas
oleh mereka yang tidak mengenal Tuhan, penyembah berhala. Mereka
mencari bantuan karena ingin merdeka dan memohon padamu untuk
membantu mereka. Kepada dirimulah mereka khusus memohon bantuan
karena, seperti yang telah kita katakan sebelumnya, Tuhan telah
menganugerahkan padamu kemampuan militer yang unggul di atas segala
bangsa lainnya. [26] James Harvey Robinson, editor, Readings in European History: Vol. I (Boston, MA: Ginn
and Co., 1904), 312-16. Cetak ulang di Medieval Sourcebook. Click-Link-Here.
Tentara Salib maju ke tanah Palestina dengan tujuan sama seperti para
peziarah Kristen. Mereka bertekad membela diri jika jalan mereka dihalangi
dan diserang. Banyak yang melalukan sumpah agama. Pada awalnya,
banyak tentara Salib yang dibunuhi tentara Turki di Asia Kecil Barat di bulan
Agustus 1096.
Dalam Sharia Islam, Jihad wajib hukumnya jika daerah Muslim diserang:
“Jika non-Muslim menyerang negara Muslim atau dekat negara Muslim, …
Jihad adalah kewajiban pribadi bagi masyarakat negara itu, yang harus
mengenyahkan non-Muslim dengan segala cara.”[18]
[18] ‘Umdat al-Salik, o9.1.
[20] Ibn Taymiyya, “The Religious and Moral Doctrine of Jihad,” di buku Rudolph Peters, Jihad in Classical dan Modern
Islam: A Reader[i] (Princeton, NJ: Markus Wiener Publishers, 1996), hal. 53.
Contoh lain panggilan Jihad di ratusan tahun terakhir dapat dilihat di tahun
1914 ketika Kalifah Ottoman Sultan Mehmet V mengeluarkan fatwa
berhubungan dengan pecahnya Perang Dunia I; di tahun 2003, kelompok
Jihadis Chechnya mengumumkan: “Ketika musuh masuk daerah, kota atau
desa tempat Muslim tinggal, maka semua Muslim wajib berperang;”[21] di
tahun 2003, Pusat Riset Islam di Universitas Al-Azhar di Kairo
mengumumkan: “Sesuai dengan akal sehat dan hukum Islam bahwa jika
musuh menyerang tanah Muslim, maka Jihad jadi kewajiban pribadi, berlaku
bagi setiap Muslim dan Muslimah, karena negara Muslim kita sekarang
diserang tentara Salib baru yang bertujuan mengambil tempat tinggal,
kehormatan, kepercayaan, dan tanah air;’[22] dan Sheikh Omar Bakri
Muhammad, imam Jihadis London yang penuh kebencian, berkata di akhir
tahun 2002, “ketika musuh masuk tanah Islam seperti Palestina, Chechnya,
Kosovo atau Kashmir,” “semua Muslim yang tinggal tak jauh dari daerah itu
harus berperang dan semua Muslim di dunia harus membantunya dengan
segala cara.”[23]
[21] Shariah Council of State Defense Council “Majlis al-Shura” dari Republik Chechen di Ichkeria, “Jihad and Its Solution
Today,” [i] Jihad Today, no. 7. Dicetak ulang http:wwkavkazcenter.com/eng/content/2003/11/26/2028.shtml, November
26, 2003
[22] Middle East Media Research Institute (MEMRI), “Jihad Against the US: Al-Azhar’s Conflicting Fatwas,” MEMRI Special
Dispatch No. 480, March 16, 2003. www.memri.org
[23] Middle East Media Research Institute (MEMRI), “Islamist Leader in London: No Universal Jihad As Long As There Is
No Caliphate,” MEMRI Special Dispatch No. 435, October 30, 2002. www.memri.org
Sebelum, selama dan setelah perang Irak tahun 2003, para Jihadis dari
seluruh penjur dunia datang membanjiri negara itu – termasuk tempat-
tempat yang tidak diduga sebelumnya; polisi Jerman mencatat bahwa di
akhir tahun 2003 “sejak akhir perang, terdapat banyak orang datang dari
Jerman dan bagian Eropa lainnya yang tertarik oleh gerakan ekstrimis Islam
di Irak.”[25]
[25] Stephen Graham, “ Muslim Militants From Europe Drawn to Iraq,” Associated Press, November 3, 2003.
Pandangan PC:
Perang Salib dilakukan Pihak Barat yang Haus Harta
Tentu saja tidak semua tentara Salib bertujuan murni. Terjadi lebih dari
sekali kejadian di mana tentara Salib tidak bersikap sebagai peziarah teladan
Kristen. Tapi pendapat bahwa tentara Salib melakukan penjajahan tanpa
alasan melawan masyarakat Muslim yang damai dan rukun dengan
masyarakat non-Muslim tidak benar berdasarkan fakta sejarah. Pendapat ini
hanya menunjukan kebencian terhadap budaya Barat dan bukannya hasil
dari penelaahan sejarah yang murni.
Paus Urban tidak berencana melakukan Perang Salib untuk menimbun harta.
Dia bertekad untuk mengembalikan tanah-tanah milik Kaisar Alexius
Comnesus dan Kekaisaran Bizantium yang dirampas Muslim. Paus
memandang perang Salib sebagai pengorbanan dan bukannya untuk
memperkaya diri sendiri.[28]
[28] James Harvey Robinson, editor, Readings in European History: Vol. I (Boston, MA: Ginn and Co., 1904), 312-16.
Cetak ulang di Medieval Sourcebook, http://www.fordham.edu/halsall/source/urban2a.html
Contoh yang jelas bisa dilihat pada Godfrey dari Bouillon, yang adalah Duke
dari Lower Lorraine. Dia adalah salah satu bangsawan Eropa terkemuka yang
“memanggul salib” (begitulah istilah yang dipakai bagi mereka yang
berpartisipasi dalam Perang Salib). Dia menjual banyak rumahnya untuk
membiayai perjalannya, tapi jelas dia berencana pulang dan tidak mau
tinggal di Timur Tengah karena dia tidak mau menyerahkan gelar
kebangsawanannya dan seluruh harta miliknya.[29]
[29] Thomas Madden, The New Concise History of the Crusaders (Lanham, MD: Rowman & Littlefield, 2005), 19-20.
Selain itu, penguasa kafir Muslim Spanyol bernama Ibn Jubayr (1145-1217)
yang datang ke Mediterania dalam perjalanannya ke Mekah awal tahun
1180-an menyatakan kafir Muslim yang tinggal di tanah yang dikuasai
tentara Salib lebih baik nasibnya daripada kafir Muslim yang tinggal di
daerah Islam. Ini karena penguasa Kristen mengolah tanah lebih teratur dan
lebih baik daripada penguasa kafir Muslim. Inilah sebabnya mengapa kafir
Muslim lebih memilih tinggal di bawah pemerintahan Kristen:
Jadi tidak benar bahwa semua tentara Salib melakukan perang barbar
terhadap kebudayaan yang dikira lebih unggul dan beradab.
“The New Concise History of the Crusaders” (Sejarah Singkat Tentara Salib)
oleh Thomas F. Madden; Lanham, MD: Rowman & Littlefield, 2005 adalah
buku yang menarik yang membantah berbagai pendapat PC tentang
mengapa tentara Salib berperang, siapa yang mereka lawan, dan apa yang
terjadi pada setiap Perang Salib.
BAGIAN 11
PERANG SALIB:
KHAYALAN DAN REALITAS
Tidak. Setiap huruf dalam paragraf di atas salah, meskipun seringkali dikutip
berulang-ulang oleh (yang katanya) para “ahli.”
Pandangan PC:
Tentara Salib Membentuk Daerah-Daerah Jajahan Di Timur
Tengah
Tentara Salib menerima panggilan Paus Urban dan menuju ke Timur dan
para pemimpin mereka bertemu dengan Kaisar Byzantium Alexius
Comnesus. Sang Kaisar meminta setiap prajurit untuk bertindak sesuai
dengan permintaan Paus Urban agar mengembalikan semua tanah yang
berhasil mereka rebut kembali dari kekuasaan Islam kepada Kekaisaran
Byzantium. Para prajurit menyetujui hal ini. Tapi setelah pengepungan
Antiokhia tahun 1098, mereka merubah keputusannya.
Pikiran kita yang modern terkejut ketika membaca pemberitaan yang positif
atas pembantaian itu; memang perilaku dan pandangan masa sekarang dan
masa dulu sangatlah berbeda. Tiga pemimpin utama tentara Salib yakni
Archbishop Daimbert; Godfrey, Duke dari Bouillon, dan Raymond, Count dari
Toulouse; menyombong pada Paus Paschal II di bulan September 1099
tentang bagaimana tentara Salib menaklukkan Yerusalem:
“Dan jika kau ingin tahu apa yang kami lakukan terhadap musuh yang kami
temui di sana, ketahuilah bahwa di halaman depan dan kuil Salomo para
pejuang kita berkuda diatas genangan darah orang-orang Saracen yang
tingginya mencapai lutut kuda-kuda mereka.”[3] Tapi Godfrey sendiri, yang
adalah salah satu pemimpin tentara Salib yang paling dihormati, tidak ikut
dalam pembantaian itu; mungkin karena dia lebih tahu bahwa tindakan
tentara-tentaranya malah menodai prinsip-prinsip perjuangan Salib.
[3] Archibishop Daimbert, Duke Godfrey, dan Count Raymond, “Letter to Pope Paschal II, September, 1099,” di tulisan
Colman J. Barry, editor, Readings in Church History (Christian Classics, 1985), 328.
Balderic yang adalah bishop dan penulis sejarah Yerusalem di awal abad ke-
12 melaporkan bahwa tentara Salib membunuh antara 20 sampai 30.000
ribu orang dalam kota Yerusalem.[4] Kemungkinan besar angka ini dibesar-
besarkan, tapi sumber Islam bahkan menyebut angka yang lebih besar lagi.
Meskipun sumber awal Islam tidak menyebut jumlah yang mati, Ibn al-Jawzi
menulis sekitar seratus tahun kejadian itu bahwa tentara Salib “membunuh
lebih daripada 70.000 Muslim” di Yerusalem. Ibn al-Athir yang dikenal
sebagai Saladin kontemporer yang menang perang atas tentara Salib di akhir
abad ke-12, juga menyebut jumlah korban yang sama.[5] Ahli sejarah abad
ke-15 Ibn Taghribirdi menulis jumlah korban sebanyak 100.000 orang.
Dengan demikian bisa dilihat bahwa jumlah korban membengkak seiring
dengan bertambahnya waktu, hingga Presiden A.S. Bill Clinton juga latah
mengutip di perguruan tinggi Katolik di kota Georgetown di bulan November,
2001. Dia berkata bahwa tentara Salib tidak hanya membunuh setiap prajurit
Muslim dan setiap pria Muslim, tapi juga “setiap wanita dan anak-anak
Muslim di Kuil” sampai darah menggenangi pergelangan kaki mereka, seperti
yang ditulis oleh penulis Kristen anonim itu, tapi Daimbert, Godfrey, dan
Raymond lalu membesar-besarkannya jadi: “sampai ke lutut kuda-kuda
mereka.”[6]
[4] Moshe Gil, A History of Palestine 634-1099 (Cambridge: Cambridge University Press, 1992), 827.
[5] Francesco Gabrieli, editor dan penerjemah, Arab Historians of the Crusaders (Berkeley, CA: University of California
Press, 1957), 11.
[6] Bill Clinton, “Remarks as delivered by President William Jefferson Clinton, Georgetown University, November 7,
2001.” Georgetown University Office of Protocol and Events, www.georgetown.edu.
Lalu bagaimana tentang darah yang menggenang sampai lutut? Ini hanyalah
cerita yang semakin lama semakin dibesar-besarkan. Para pemimpin Salib
jelas membual tentang laporan mereka karena hal ini tidak mungkin bisa
terjadi. Tidak cukup banyak orang yang hidup di Yerusalem yang bisa
mengucurkan darah sebanyak itu, bahkan jikalaupun populasi masyarakat
membengkak dengan adanya pengungsi dari daerah-daerah sekitar. Catatan-
catatan sejarah tertua yang ditulis Muslim tentang penaklukan Yerusalem
tidak menunjukkan peristiwa ini sebagai sesuatu yang luar biasa kejam. Di
sekitar tahun 1160, dua penulis Syria yakni al-‘Azimi dan Ibn al-Qalanisi
menulis penaklukan Yerusalem secara terpisah. Keduanya tidak menyebut
jumlah korban yang dibunuh. Al-‘Azimi hanya menulis bahwa tentara Salib
“bergerak ke Yerusalem dan menaklukkannya dari kekuasaan orang-orang
Mesir. Godfrey mengambilnya. Mereka membakar sinagog-sinagog Yahudi.”
Ibn al-Qalanasi menulis sedikit detail tambahan: “Tentara Frank menyerbu
masuk kota dan menaklukannya. Sejumlah penduduk kota melarikan diri ke
tempat perlindungan dan sejumlah besar penduduk lainnya dibunuh. Kaum
Yahudi berkumpul di sinagog, dan tentara Frank membakar sinagog di atas
kepala mereka. Kaum Yahudi menyerahkan tempat berlindung (sinagog)
kepada tentara Frank dengan jaminan keamanan pada tanggal 22 Sha’ban
(14 Juli) tahun ini, dan mereka menghancurkan tempat suci dan kuburan
Abraham.”[10] Setelah itu rupanya penulis Muslim sadar akan perlunya
propaganda yang membesar-besarkan jumlah korban yang dibunuh.
[10] Dikutip dari Hillenbrand, The Crusaders: Islamic Perspective (Oxford: Routledge, 2000), 64-65.
Sesuai dengan catatan sejarah, tentara Muslim seringkali berbuat hal yang
sama ketika memasuki kota yang ditaklukan. Ini bukan alasan untuk
membela pembunuhan yang dilakukant tentara Salib dan menganggap
“semua pihak juga melakukan hal itu, kok,” sama seperti yang seringkali
diucapkan apologis Islam saat ini jika dihadapkan dengan kenyataan
terorisme jihad modern. Satu kebiadaban tidak bisa membenarkan
kebiadaban lainnya. Tapi yang dilakukan tentara Salib itu sesuai dengan
kebiasaan tentara lain di jaman itu – karena semua pihak juga mengakui
aturan pengepungan dan perlawanan.
Yang paling kejam dari seluruhnya adalah kejadian di mana para jihadis
menyerbu masuk kota Konstantinopel pada tanggal 29 Mei, 1453. Para
jihadis - sama seperti para tentara Salib di Yerusalem tahun 1099 – akhirnya
berhasil masuk kota setelah mengepung dalam waktu yang lama. Di sini
sungai darah mengalir lagi, seperti yang dicatat ahli sejarah Steven
Runciman. Tentara Muslim “membunuh setiap orang yang mereka jumpai di
jalanan, laki-laki, wanita-wanita, dan anak-anak tanpa pandang bulu. Sungai
darah mengalir di jalan-jalan mendaki dari ketinggian Petra sampai Tanduk
Emas. Tapi akhirnya nafsu membantai mereka berkurang. Para tentara
Muslim sadar bahwa tawanan dan barang-barang berharga lebih berguna
bagi mereka.”[12]
[12] Steven Runciman, The Fall of Constantinople 1453 (Cambridge: Cambridge University Press, 1965), 145.
Salah seorang tokoh kafir Muslim yang terkenal di jaman Perang Salib adalah
Saladin. Dia menyatukan banyak negara Islam dan mengakibatkan banyak
kekalahan pada tentara Salib. Di jaman kita sekarang, Saladin digambarkan
sebagai tokoh toleran, pejuang Muslim yang berjiwa besar, “bukti” sejarah
kemuliaan Islam dan lebih unggul secara moral dibandingkan penjajah
Kristen yang kejam. Dalam buku Tentara Salib di Mata Bangsa Arab (The
Crusaders Through Arab Eyes), Amin Maalouf menggambarkan tentara Salib
sebagai orang-orang buas, bahkan memakan daging orang-orang yang
dibunuhnya. Tapi Saladin! “Dia selalu bersikap ramah terhadap tamu-
tamunya, mengajak mereka tinggal untuk makan, memperlakukan mereka
dengan penuh hormat, bahkan biarpun mereka non-muslim, dan memenuhi
segala kebutuhan mereka. Dia tidak tega melihat seseorang pergi dengan
kecewa, dan ada orang-orang yang mencari untung dari sikapnya yang
murah hati. Suatu hari, di saat keadaan damai dengan bangsa Franj (Franks
– Perancis), bangsawan Brin dari Antiokhia datang tak diundang ke tenda
Saladin dan memintanya untuk mengembalikan daerah yang diambil Saladin
empat tahun yang lalu. Dan Saladin setuju!”[13] Ini sungguh lelucon
menggelikan! Jika diminta, mestinya dia bahkan setuju untuk menyerahkan
seluruh Tanah Suci!
[13] Maalouf, hal. 179.
Satu hal yang nyata: Saladin menyerang Yerusalem di tahun 1187 karena
tentara Salib di bawah komando Reynald dari Chatillon mengambil
sehalaman buku Nabi Muhammad (Qur’an) dan menyerang kafilah-kafilah
Muslim. Penguasa Kristen Yerusalem memerintahkan Reynald untuk tidak
melakukan hal itu karena mereka tahu hal ini akan membahayakan
keberadaan kerajaan mereka. Tapi Reynald tetap melakukan hal itu sehingga
akhirnya Saladin, yang memang sedang mencari-cari alasan untuk perang
melawan orang-orang Kristen, menemukan satu alasan dalam penyerangan
yang dilakukan Reynald. [14]
[14] Madden, hal 74.
Telah banyak ditulis kenyataan bahwa ketika Saladin dan tentara Muslim
menaklukan Yerusalem di bulan Oktober, 1187, Saladin tidak membantai
orang Kristen – dan ini sangat berbeda dengan kelakuan tentara Salib di
tahun 1099. Akan tetapi, Saladin yang sebenarnya bukanlah orang yang
menghargai perbedaan budaya. Dia tidak seperti Nelson Mandela jaman
modern. Ketika tentara Muslimnya mengalahkan tentara Salib di Hattin pada
tanggal 4 Juli, 1187, dia memerintahkan pembantaian massal seluruh
tentara Salib. Menurut sekretarisnya yang bernama Imad ed-Din, Saladin
“memerintahkan mereka semua harus dipancung (sesuai dengan isi Qur’an
47:4, “Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang)
maka pancunglah batang leher mereka.”), dan memilih membunuh daripada
menawan mereka. Orang-orang yang ada bersama Saladin saat itu adalah
sekumpulan ilmuwan dan para penganut Islam Sufi dan beberapa Muslim
mu’min dan terhormat; masing-masing Muslim memohon untuk
diperbolehkan memancung seorang tentara Salib, dan mencabut pedangnya
sambil menggulung lengan bajunya. Saladin dengan muka gembira duduk di
atas kursi kebesarannya; para non-muslim menunjukkan keputusasaan.”[15]
[15] Ibid, hal. 76.
Semua tindakan ini tidak dapat diterima, dan juga merupakan keputusan
yang sangat salah. Tentara Salib seharusnya lebih bersikap bijaksana dan
melihat kaum Yahudi, yang juga dijadikan warga dhimmi oleh Muslim,
sebagai sekutu mereka dalam memerangi jihad Islam. Kaum Muslim
memperlakukan orang-orang Yahudi dan Kristen dengan cara buruk.
Sayangnya, orang-orang Yahudi dan Kristen tidak melihat pihak lain sebagai
sekutu dalam penderitaan diperlakukan sebagai dhimmi dan bekerja sama
melawan penindas. Akan tetapi, bahkan di jaman modern saat ini, delapan
abad setelah Perang Salib terakhir, pemikiran seperti itu sangatlah langka,
jadi mungkin tidaklah adil untuk mengharapkan sikap seperti itu dari tentara
Salib.
Tapi apakah penindasan terhadap Yahudi merupakan ciri utama dari tentara
Salib secara keseluruhan? Ternyata tidak demikian menurut catatan sejarah.
Panggilan Paus Urban untuk membentuk tentara Salib di Konsul Claremont
tidak mengatakan apapun tentang orang Yahudi, dan para ketua gereja
adalah musuh utama Emicho. Malah Paus Urban sendiri mengutuk
pembantaian yang dilakukan Emicho. Bernard dari Clairvaux adalah salah
satu ketua Perang Salib II, dan dia pergi ke Rhineland dan mencegah
penindasan terhadap orang-orang Yahudi dengan mengumumkan ini: “Tanya
siapapun yang mengetahui Alkitab tentang apa yang ditulis di kitab Mazmur
tentang orang-orang Yahudi. Tertulis di situ ‘Aku tidak berdoa bagi
kehancurannya.’” [17] Para Paus dan bishop berulangkali meminta penindasan
terhadap kaum Yahudi dihentikan.
[17] Ibid, hal. 54.
Kita sudah membaca bahwa pandangan di atas salah sama sekali. Saladin
tidak membantai penduduk Yerusalem karena alasan praktis, dan para
penguasa kafir Muslim dengan mudah menyamai dan malah mengungguli
kekejaman tentara Salib di Yerusalem di berbagai kejadian. Penguasa kafir
Muslim tidak disambut baik, tapi malah terus-menerus ditentang dan pihak
penentang ditindas dengan kebrutalan berlebihan. Begitu kafir Muslim
berkuasa, mereka menetapkan aturan-aturan yang menekan kaum non-
Muslim.
Kau mungkin berkata, “Baiklah, tapi apapun yang kaukatakan, tentara Salib
tetap saja merupakan noda dalam sejarah budaya Barat. Apalagi Paus
Yohanes Paulus II minta maaf atas terjadinya Perang Salib. Buat apa dia
melakukan hal itu jikalau Perang Salib dianggap sebagai tindakan yang salah
hari ini?”
Memang banyak dugaan bahwa Paus Yohanes Paulus II minta maaf atas
terjadinya Perang Salib. Ketika dia meninggal, koran Washington Post
mengingatkan para pembaca “dalam masa kerjanya yang lama, Paus
Yohanes Paulus II minta maaf pada orang-orang Muslim atas terjadinya
Perang Salib, pada kaum Yahudi atas terjadinya anti semitisme, pada Kristen
Orthodox karena jatuhnya Konstantinopel, pada orang-orang Italia karena
Vatikan dituduh berhubungan dengan Mafia dan para ilmuwan karena
pembunuhan terhadap Galileo.” [20]
[20] Alan Cooperman, “For Victims, Strong Words Were Not Enough,” Washington Post, April 3, 2005
Daftar minta maaf yang panjang, tapi Paus Yohanes Paulus II tidak pernah
minta maaf bagi pembentukan tentara Salib. Pesan terdekat akan hal ini
dikatakannya di tanggal 12 Maret, 2000, di “Hari Maaf.” Sewaktu
berkhotbah, dia berkata, “Kami tidak luput mengingat pemurtadan terhadap
Injil yang dilakukan saudara-saudara kami, terutama di millenia kedua.
Marilah kita meminta maaf atas perpecahan yang terjadi dalam Kristen, atas
kekerasan yang digunakan untuk melayani kebenaran dan sikap curiga dan
bermusuhan yang terkadang dilakukan terhadap umat agama lain.”[21] Ini
jelas bukan permintaan maaf atas dibentuknya tentara Salib. Bagaimanapun
juga, jika melihat sejarah sebenarnya tentara Salib, maka tidak ada
permintaan maaf seperti itu.
[21] Paus Yohanes Paulus II, “Homily of the Holy Father: ‘Day of Pardon,’” March 12, 2000. Click Link.
Tentara Salib tidak layak mendapat penghargaan dunia, tapi layak menerima
terima kasih dunia. Hal ini akan kita lihat di bab selanjutnya.
Ini adalah satu contoh standard moral ganda yang aneh, tidak mau diakui
oleh orang-orang PC jikalau menelaah kelakuan orang-orang Barat dan non-
Barat: Pembantaian dan perusakan apapun yang dilakukan orang-orang non-
Barat, non-kulit putih, non-Kristen dapat selalu dimaafkan, tapi kesalahan-
kesalahan yang dilakukan oleh orang-orang Kristen (atau bahkan paska
setelah jaman Kristen) Barat tetap terkenang dalam sejarah dunia. Skandal
penjara Abu Ghraib dikecam di seluruh dunia di tahun 2004 dan 2005, oleh
orang yang sama yang tidak mengindahkan kejahatan-kejahatan yang lebih
kejam yang dilakukan Saddam Hussein, Osama bin Laden, dan Hamas.
Perbedaan penilaian dan sikap PC ini terbentuk karena Kristen dianggap
mengajarkan standard moral yang lebih tinggi daripada Islam, dan
karenanya orang-orang Kristen diharapkan berlaku lebih bermoral oleh para
pengamat Kristen dan juga orang-orang yang yang menjunjung tinggi
prinsip-prinsip moral karena hidup di masyarakat yang menerapkan prinsip
moral tersebut.
Daftar Isi
Bab 12: Apa dan Apa yg TIdak yg dicapai Salibi (hal. 147)
Berunding dgn Mongol
Berunding dgn Muslim
Jihad di Eropa Timur
Bantuan Tak Disangka
Chapter 17: Criticizing Islam May Be Hazardous to Your Health (hal. 209)
The chilling of free speech in America: FOX's 24 and CAIR
Dealing with the devil
Death knell for the West?
A predetermined outcome
To criticize is not to incite
The murder of Theo van Gogh
Van Gogh was not the first
The costs of maintaining the PC myths
Living in fear being a Christian - in Falls Church, Virginia
If you leave Islam, you must die
What happens when the law looks the other way
Sumber:
http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=14644