Fotogrametri
Fotogrametri
Fotogrametri
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pada era pembangunan dewasa ini, kebutuhan akan informasi mengenai posisi
suatu obyek di muka bumi semakin diperlukan. Posisi suatu obyek terkait langsung
dengan kualitas penyajian informasi spasial yang umumnya dipresentasikan dalam
bentuk peta. Sebagaimana kemajuan di bidang ilmu dan teknologi yang semakin
pesat, teknologi pemetaan pun sudah sedemikian berkembang, baik dalam teknik
akuisisi data maupun proses pengolahan dan penyajiannya. Alat serta metode akuisisi
data dapat dipilih dengan mempertimbangkan berbagai aspek, salah satunya terkait
dengan obyek atau daerah yang akan dipetakan.
Fotogrametri merupakan salah satu metode akuisisi data untuk mendapatkan
informasi ukuran dan bentuk obyek melalui analisis terhadap rekaman gambar pada
film atau media elektronik. Metode fotogrametri telah diaplikasikan dan
dikembangkan setelah ditemukannya fotografi pada abad ke-18.
Aerial photogrammetry atau fotogrametri udara adalah metode fotogrametri
yang dilakukan melalui pemotretan udara dan berkembang seiring dengan
ditemukannya pesawat yang digunakan sebagai wahana pemotretan. Pada saat itu
close range photogrammetry atau fotogrametri jarak dekat mengadaptasi
perkembangan fotogrametri udara dengan menggunakan kamera yang sama agar
didapat hasil yang sama baiknya. Metode fotogrametri udara menggunakan kamera
metrik yang memiliki fixed focus sehingga memiliki fokus yang sama pula jika
seandainya akan digunakan untuk kasus non-topografi. Kelebihan yang dimiliki oleh
metode fotogrametri jarak dekat terutama adalah tidak memerlukan biaya besar
dalam pelaksanaan pengukuran, akuisisi data dapat dilakukan dengan cepat, dapat
diaplikasikan untuk mengukur obyek yang tidak dapat dijangkau dan obyek dengan
dimensi kecil, serta visualisasi obyek disajikan dalam bentuk foto. Di samping
kelebihan yang telah disebutkan, teknik fotogrametri jarak dekat juga tidak lepas dari
kekurangan yang dimiliki, antara lain hasil ukuran yang tidak dapat diperoleh secara
langsung serta kesalahan yang terjadi pada saat pengambilan dan pemrosesan foto
dapat menyulitkan pekerjaan. Selain itu pengukuran untuk obyek kecil dan sulit
dijangkau tidak dapat dilakukan dengan metode fotogrametri udara. Kendala tersebut
menjadi keterbatasan bidang fotogrametri untuk aplikasi jarak dekat pada saat itu.
Seiring berkembangnya teknologi dan komputerisasi, penggunaan kamera nonmetrik
yang relatif murah dapat diterapkan pada metode fotogrametri jarak dekat.
Fotogrametri jarak dekat merupakan teknologi fotogrametri untuk memperoleh
informasi terpercaya tentang obyek fisik dan lingkungan melalui proses perekaman,
pengukuran, dan interpretasi gambaran fotografik dan pola radiasi tenaga
elektromagnetik yang terekam dengan kamera. Dalam perekaman tersebut, kamera
diletakkan di permukaan bumi (terestris) dengan jarak antara obyek yang diukur
dengan kamera tidak lebih dari 100 meter. Hasil dari penelitian sebelumnya dapat
diketahui bahwa ketelitian yang didapat dari metode fotogrametri jarak dekat
mencapai 1:2000 (Hanifa 2007). Aguilar M.A.,dkk (2004) menyatakan bahwa salah
satu aspek yang perlu diperhatikan dalam penerapan metode fotogrametri jarak dekat
adalah jarak pengambilan foto dari obyek ke kamera yang akan berpengaruh pada
ketelitian data yang dihasilkan.
Jarak pengambilan foto dari obyek ke kamera berkaitan dengan resolusi spasial
yang akan berpengaruh terhadap ketelitian yang dihasilkan. Selain itu juga
memengaruhi besar cakupan obyek dalam foto sehingga jarak menjadi pertimbangan
untuk menghasilkan data yang akurat dengan cakupan foto yang optimal. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jarak terhadap ketelitian hasil pengukuran
dengan fotogrametri jarak dekat untuk obyek berdimensi kecil. Penelitian ini
diharapkan dapat memberi pertimbangan pada penerapan metode fotogrametri jarak
dekat khusunya dalam pemilihan jarak pemotretan sehingga efektivitas hasil dari
metode ini dapat ditingkatkan.
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang perlu diketahui adalah
seberapa besar pengaruh perubahan jarak pemotretan terhadap ketelitian koordinat
hasil pengukuran pada teknik fotogrametri jarak dekat.
signifikan untuk parameter internal kamera terutama pada nilai jarak utama. Oleh
karena sifat kamera autofocus, maka penentuan parameter internal kamera dilakukan
pada waktu yang sedekat mungkin pada saat pemakaian kamera (self calibration).
Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa kamera Nikon Coolpix 2200
resolusi 2 megapiksel mampu mendeteksi deformasi sampai 3mm atau 1:2000 dari
jarak obyek.
Harintaka, dkk (2008) melakukan pemodelan virtual bangunan arkeologi Candi
Kelir menggunakan kamera amatir digital dengan panjang fokus 6 mm. Untuk
menghasilkan kualitas geometrik, maka dilakukan perbandingan antara jarak titik
marking antara model virtual dengan hasil pengukuran langsung. Selisih nilai ukuran
terbesar mencapai 0,717 cm dengan nilai rata-rata selisih ukuran sebesar 0,3994 cm.
Leitch dan Coon (2012) melakukan pemodelan terhadap tiga struktur yaitu
bangunan First United Bank Center, tangga penahan erosi, dan patung koboi Tex
Randall menggunakan perangkat lunak Photomodeler. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan perbedaan ukuran di lapangan dengan hasil pengolahan menggunakan
perangkat lunak Photomodeler sebesar 0-2% dari besar ukuran. Perangkat lunak
Photomodeler sangat bermanfaat untuk obyek dengan kumpulan titik, garis, dan
lekukan yang jelas/ tajam.
Jarak merupakan salah satu aspek yang berpengaruh pada tingkat ketelitian
yang dihasilkan dengan metode fotogrametri jarak dekat. Penelitian kali ini
dilakukan dengan variasi jarak kamera ke obyek untuk membandingkan perbedaan
ketelitian yang dihasilkan dengan jarak pemotretan yang berbeda.
rekaman
pola
radiasi
elektromagnetik.
Fotogrametri
pada
dasarnya
2.
Akuisisi data dapat dilakukan dengan cepat dan dapat digunakan untuk
memroses terkait dengan ukuran obyek (Atkinson 1996).
3.
Dapat digunakan untuk mengukur obyek yang relatif kecil dan atau tidak
beraturan (Thompson 1962 dalam Atkinson 1996).
4.
5.
Foto adalah dokumen yang terkait dengan waktu dan dapat disimpan
dalam format digital sehingga dapat dipakai jika sewaktu-waktu
dibutuhkan.
6.
Evaluasi dari
kapanpun di laboratorium.
2.
Membutuhkan
teknik
yang
kompleks
dan
kurang
praktis
jika
4.
5.
Kesalahan yang terjadi pada saat pengambilan dan pemrosesan foto dapat
mempengaruhi ketelitian hasil.
Pada
prinsipnya
metode
fotogrametri
dilakukan
dengan
melakukan
pengambilan gambar di sekitar/ sekeliling obyek yang akan dipotret dengan posisi
kamera yang konvergen (Atkinson 1996). Terdapat empat langkah utama pada proses
fotogrametri, yaitu (1) pemasangan titik kontrol sebagai koordinat referensi, (2)
perencanaan dan pelaksanaan pemotretan, (3) pemrosesan foto, (4) pendefinisian titik
koordinat meggunakan foto (Hilton 1985 dalam ASCE 2003). Sebelum dilakukan
pengambilan gambar, perlu pemasangan premark. Premark ini menyebar pada
permukaan obyek yang akan dipotret sehingga dapat terlihat di foto yang satu dan
lainnya. Titik-titik ini akan dipakai untuk proses referencing. Titik premark diukur
koordinatnya dengan menggunakan TS yang akan digunakan sebagai titik kontrol
dan sebagai data koordinat pembanding dari koordinat hasil pengolahan foto.
SISI 3
SISI 7
SISI 8
SISI 4
SISI 2
SISI 6
SISI 5
SISI 1
2.
3.
4.
Penggunaan kamera digital erat kaitannya dalam perkembangan era digital dan
keekonomisannya untuk aplikasi fotogrametri jarak dekat. Kamera digital merupakan
salah satu
kepentingan. Kamera digital mamiliki komponen utama yang terdiri atas lensa,
sensor, dan media penyimpanan. Kamera ini memiliki karakteristik desain yang
berbeda dengan kamera analog. Perbedaan utamanya ialah pada media film seluloid
yang diganti oleh sensor optik elektrik seperti ChargeCouple Device (CCD) atau
Complementary Metal Oxide Semiconductor (CMOS). CCD berfungsi mengubah
photon yang jatuh mengenai permukaan sensor menjadi elektron yang selanjutnya
elektron ini diakumulasikan ke dalam kapasitor dan diubah menjadi bentuk sinyal
elektronik. CCD memiliki keunggulan di mana sensor lebih peka terhadap cahaya
sehingga pada kondisi redup tanpa bantuan flash masih bisa menangkap obyek
dengan baik. Semakin banyak piksel yang terdapat di dalam sensor, maka
resolusinya
semakin
tinggi.
Konsekuensi
yang
ditimbulkan
ialah
media
10
terbentuk posisi obyek pada sistem koordinat foto (xp, yp, -c) seperti yang
ditunjukkan pada Gambar I.2 berikut.
Bidang proyeksi
y
p (xo, yo)
(xp, yp,-c)
y
x
P (XP, YP, ZP ) Z
Y
Gambar I.2. Kondisi kolinear atau prinsip kesegarisan (Sumber: Atkinson, 1996)
Keterangan:
Xo, Yo, Zo
xp, yp, -c
XP, YP, ZP
11
sama di dunia nyata. Perpotongan dari kedua berkas sinar inilah yang dinamakan
dengan interseksi spasial. Jika elemen orientasi luar dari dua buah kamera dengan
pusat perspektif di O1 dan O2 diketahui, maka perpotongan sinar garis dari foto satu
dan foto dua akan dapat menentukan posisi koordinat suatu obyek A yang terekam
dalam kedua foto tersebut (Atkinson 1996) (Gambar 1.3).
Gambar I.3. Ilustrasi interseksi dua buah foto (Sumber: Harintaka, 2012)
Pusat perspektif kamera dari setiap foto harus diketahui untuk dapat
menentukan posisi dari titik obyek relatif terhadap sistem koordinat kamera.
I.7.4. Kalibrasi kamera
Kamera fotogrametri tidak mempunyai lensa yang sempurna, sehingga proses
perekaman yang dilakukan akan memiliki kesalahan. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengkalibrasian kamera untuk dapat menentukan besarnya penyimpanganpenyimpangan yang terjadi. Kalibrasi adalah kegiatan untuk memastikan hubungan
antara harga-harga yang ditunjukkan oleh suatu alat ukur dengan harga yang
sebenarnya dari besaran yang diukur. Kalibrasi kamera dilakukan untuk menentukan
parameter distorsi, meliputi distorsi radial dan distorsi tangensial, serta parameterparameter lensa lainnya, termasuk juga panjang titik utama (c), serta titik pusat
fidusial foto. Model kalibrasi terdiri dari element interior orientasi (xo, yo, c),
koefisien distorsi lensa (K1, K2, K3, P1, and P2). Distorsi lensa dapat menyebabkan
bergesernya titik pada foto dari posisi yang sebenarnya, sehingga memberikan
12
Gambar I.4. Ilustrasi akibat adanya distorsi lensa dan tidak ortogonalnya sumbu
(affine deformation) (Sumber: Hanifa, 2007)
Kalibrasi kamera dilakukan untuk menentukan besarnya distorsi pada lensa.
Kalibrasi kamera dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu (Stensaas 2007
dalam Ikawati 2012) :
1. Laboratory calibration
Merupakan kalibrasi yang dilakukan di laboratorium dan terpisah dengan
pemotretan obyek. Metode ini cocok digunakan untuk kalibrasi kamera
metrik. Metode ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu optical laboratory
calibration dan test range calibration.
2. In field calibration
Metode kalibrasi in field calibration menggunakan target dan parameter
kalibrasi kamera dihitung menggunakan prinsip bundle adjustment, plumb
line, atau Direct Linear transform (DLT)
3. Self calbration
Kalibrasi pada saat pemotretan dikenal dengan self calibration, yakni
mengkalibrasi kamera sekaligus pada obyek amat dan data diambil
bersamaan dengan data observasi. Pada self calibration pengukuran titik-
13
14
Di mana r merupakan radial displacement dengan K adalah konstanta dan r2 = (xxo)2 + (y-yo)2
Distorsi tangensial adalah pergeseran linier titik di foto pada arah normal (tegak
lurus) garis radial melalui titik foto tersebut (ASP 1980 dalam Hanifa 2007). Distorsi
tangensial disebabkan karena kesalahan sentering elemen lensa dalam satu gabungan
di mana titik pusat elemen lensa dalam gabungan lensa tersebut tidak terletak dalam
satu garis lurus (Atkinson 1996). Pergeseran ini dideskripsikan dengan 2 persamaan
yaitu untuk pergeseran ke arah x dan ke arah y :
= P1 [r2 + 2 ( x xo )2 ] + 2 P2 ( x xo ) (y yo ) ...................... (I.2)
= P1 [r2 + 2 ( y yo )2 ] + 2 P2 ( x xo ) (y yo ) ...................... (I.3)
Kalibrasi kamera pada PhotoModeler Scanner dilakukan untuk memberikan
hasil ukuran yang akurat. Kamera kalibrator dalam PhotoModeler Scanner mampu
menyimpan informasi tambahan untuk membantu mengukur kualitas hasil kalibrasi.
Keseluruhan RMS Residual dan Maksimum Residual memberikan umpan balik yang
berguna tentang keberhasilan kalibrasi dan sangat berguna ketika membandingkan
dua kalibrasi dari kamera yang sama. Semakin kecil nilai RMS Residual maka
semakin baik pula kualitas hasil kalibrasi.
Langkah yang harus dilakukan untuk memulai proses kalibrasi kamera adalah
dengan memasukkan minimal 6 foto hasil pemotretan terhadap calibration grid yang
dilakukan pada sisi pemotretan yang berbeda. Proses kalibrasi kamera pada
penelitian ini menggunakan Automatic Camera Calibration. Kalibrasi akan berjalan
secara otomatis di mana software akan mengidentifikasi dan menandai empat coded
targets 8 bit pada masing-masing foto. Setelah itu software akan mengestimasi
panjang fokus kamera, menentukan orientasi dan melakukan referencing secara
otomatis. Hasil dari proses kalibrasi kamera akan menghasilkan parameter internal
kamera.
1.7.5.2. Marking. Marking merupakan proses penandaan obyek pada foto.
Penandaan obyek pada foto dapat berupa titik, kurva, silinder, maupun penandaan
bagian tepi obyek. Penelitian ini menggunakan penandaan obyek berupa titik
terhadap titik target yang tampak pada foto. Proses marking dimaksudkan untuk
memudahkan melakukan proses selanjutnya yaitu referencing.
15
(
(
(
(
)
)
)
(
(
(
)
)
(
(
)]
)]
)]
)]
................................ (I.4)
............................... (I.5)
merupakan
elemen dari matriks rotasi [R]. Adapun bentuk matriks rotasi ditunjukkan pada
persamaan (I.6):
cos cos
= cos cos
sin
(I.6)
16
Stasiun 1
Stasiun 2
Gambar 1.5. Lokasi kesalahan titik pada posisi kamera yang baik.
17
Stasiun 2
Stasiun 1
Gambar 1.6. Lokasi kesalahan titik pada posisi kamera yang kurang baik.
Gambar 1.5 dan Gambar 1.6 menunjukkan bahwa kesalahan titik yang
terjadi pada posisi kamera yang mendekati 90 lebih kecil daripada
kesalahan titik pada posisi kamera dengan sudut pemotretan yang kecil.
2. Usahakan mengambil minimal 3 foto dari suatu obyek pada tiga stasiun
pemotretan yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar seluruh bagian obyek
dapat tercakup dan apabila posisi titik pada salah satu foto salah, maka dua
foto lain dapat mengkompensasi posisi yang benar.
3. Usahakan mendapatkan overlap sebesar mungkin agar terdapat banyak titik
yang sama pada masing-masing foto sehingga dapat dilakukan proses
referensi.
Stasiun 3
Stasiun 4
objek
Stasiun 1
Stasiun 4
Tembok penghalang
18
keseluruhan
project
memiliki
nilai
kesalahan
19
x Sp x
............................................................................ (I.8)
= faktor skala
= panjang basis
............................................................................ (I.9)
20
RMSe Y =
RMSe Z =
........................................................................ (I.10)
1.8. Hipotesis