Proposal Eksplorasi Endapan Pasir Kuarsa

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

TUGAS TEKNOLOGI EKSPLORASI KELAUTAN

EKSPLORASI PASIR KUARSA


DI TANJUNG BATU ITAM, PULAU BELITUNG

Disusun Oleh:
IK-A
Kelompok 17
Hilda Yuli Hermayanti

26020110110039

Setia Devi Kurniasih

26020110110038

Putra Sang Timur

26020110141008

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012

I. PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Indonesia seharusnya bisa menjadi produsen barang-barang tambang keramik yang

besar di dunia. Pasalnya wilayah Nusantara ternyata sangat kaya akan pasir kuarsa yang
merupakan bahan baku utama industri keramik. Menurut data pusat dari Sumber Daya
Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengungkapkan, sumber daya pasir
kuarsa Indonesia mencapai 18 miliar ton, yang tersebar di 22 provinsi.
Sayangnya meski sudah banyak diekploitasi, namun hasil-hasil penambangan pasir
kuarsa belum dicatat dengan baik, sebagai penerimaan negara maupun daerah.Maklum, pasir
kuarsa selama ini digolongkan sebagai bahan galian C, yang tidak dikelola secara serius oleh
pemerintah.Barang tambang lain yang masuk Golongan C (menurut Undang-Undang Nomor
11 Tahun 1967) diantaranya adalah zeoloit, zirkon, bentonit, kaolin, dan batu gamping.
Setelah terbitnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara (UU Minerba), barulah pengelolaan barang-barang tambang ini diatur dengan baik.
Pasir kuarsa sendiri tersebar di Provinsi Bangka Belitung, Banten, Jabar, Jateng,
Jatim, Kalbar, Kalsel, Kalteng, Kaltim, Kep. Riau, Lampung, Aceh, NTT, NTB, Papua Barat,
Sulsel, Sultra, Sumbar, Sumsel, dan Sumut. Total sumber dayanya pada 2010 mencapai
18.053.082.000 ton.

1.2.

Tujuan Penelitian
Pasir kuarsa merupakan salah satu bahan utama yang sering digunakan dalam bahan

baku industri, terutama industri pembuatan keramik. Namun, pada kenyataannya eksplorasi
yang dilakukan masih sedikit, sehingga kebanyakan usaha eksplorasi yang dilakukan
terkadang bersifat ilegal.Maka dari itu, penelitian kali ini bertujuan untuk mengetahui potensi
dan sebaran pasir kuarsa serta memanfaatkan kegiatan eksplorasi sumber daya pasir kuarsa
sebagai salah satu peluang mata pencaharian baru bagi penduduk asli di Tanjung Batu Itam,
Pulau Belitung.

1.3.

Letak dan Keadaan Lokasi

Daerah penelitian terletak di daerah Air Sayu dan Mantong, Desa Tanjung Batu Itam
Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung. Daerah ini dapat dicapai dari Tanjung Pandan (ibu
kota Belitung) dengan jalan aspal ke arah tenggara melalui Dendang Lilangan Batu Air
sejauh 199 km. Penduduk di sekitar Tanjung Batu Itam termasuk jarang. Mayoritasnya adalah
penduduk asli Pulau Belitung dengan tambahan pendatang Bugis dan keturunan Cina. Di
sekitar daerah pemukiman, lahan umumnya diolah masyarakat sebagai kebun-kebun kelapa,
lada, pisang dan buah-buahan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Definisi dan Karakteristik Pasir Kuarsa


Pasir kuarsa (quartz sands) merupakan pelapukan dari batuan beku asam seperti batu

granit, gneiss atau batu beku lainnya yang mengandung mineral utama kuarsa. Hasil
pelapukan ini kemudian mengalami proses sedimentasi, terbawa air atau angin kemudian
diendapkan di tepi-tepi sungai, danau atau pantai. Karena jumlahnya yang cukup besar dan

terlihat memutih di sepanjang tepi sungai, danau atau pantai tersebut, maka di Indonesia lebih
dikenal dengan nama pasir putih (Anonim, 2011).
Kualitas pasir kuarsa di Indonesia cukup bervariasi, tergantung pada proses genesa
dan pengaruh mineral pengotor yang ikut terbentuk saat proses sedimentasi. Material
pengotor ini bersifat sebagai pemberi warna pada pasir kuarsa, dan dari warna tersebut
prosentase derajat kemurnian dapat diperkirakan. Butiran yang mengandung banyak senyawa
oksida besi akan terlihat berwarna kuning, kandungan unsur aluminium dan titan secara
visual akan lebih jernih, dan kandungan unsur kalsium, magnesium dan kalium cenderung
membentuk warna kemerahan (Anonim, 2011).
Di Alam, pasir kuarsa ditemukan dengan ukuran butir, mulai fraksi yang halus (<
0,06 mm) apabila terdapat jauh dari batuan induk, sedangkan ukuran kasar (> 2mm) terletak
tidak jauh dari batuan induk (Anonim, 2011).

2.2.

Manfaat Pasir Kuarsa


Dalam kegiatan industri, penggunaan pasir kuarsa sudah berkembang meluas, baik

langsung sebagai bahan baku utama maupun bahan ikutan. Manfaat sebagai bahan baku
utama, misalnya digunakan dalam industri gelas kaca, semen, tegel, mosaik keramik, bahan
baku fero silikon, silikon carbide bahan abrasit (ampelas dan sand blasting). Sedangkan
sebagai bahan ikutan, misal dalam industri cor, industri perminyakan dan pertambangan, bata
tahan api (refraktori), dan lain sebagainya (Anonim, 2011).
Pasir kuarsa pada pembuatan semen berfungsi sebagai pelengkap kandungan silika
untuk semen yang dihasilkan. Kandungan silika untuk pabrik semen berkisar 21,3% SiO2.
Apabila komposisi SiO2 belum tercapai ditambahkan pasir kuarsa. Pemakain pasir kuarsa di
industri ini bervariasi tergantung kandungan silika bahan baku lainnya, biasanya berkisar
antara 6 - 7 % (Anonim, 2010).
Pada industri keramik, pasir kuarsa merupakan pembentuk badan keramik
bersamadengan bahan baku lain, seperti kaolin, lempung, felspar, dan bahan pewarna. Pasir
kuarsa ini umumnya pembentuk sifat glazur pada badan keramik, sehingga berbentuk licin
dan mudah untuk dibersihkan. Selain itu, pasir kuarsa mempunyai sifat sebagai bahan
pengurus yang dapat mempermudah proses pengeringan, pengontrolan, penyusutan, dan
memberi kerangka pada badan keramik (Anonim, 2010).
Proses akhir pengolahan pasir kuarsa menjadi gelas dan kaca, yaitu dengan
jalanmeleburkannya bersama bahan-bahan lain seperti soda dan kapur dalam tungku
peleburan. Sebagai bahan pembentuk gelas kontribusi silica (SiO2) sangat dominan. Unsur

lain seperti soda (Na2O) dimanfaatkan dalam proses pencairan, sedangkan kapur (CaO dan
MgO) berfungsi sebagai stabilisator ketika proses pencairan dan pembentukan kembali gelas
dan kaca tersebut. Biasanya, pada saat pengolahan ditambahkan belerang untuk membantu
pelunakan gelas ketika dicairkan. Untuk proses pembuatan gelas yang berkualitas tinggi perlu
ditambahkan aluminium oksida (Al2O3) dan B2O3 untuk menambah ketahanan gelas
(Anonim, 2010).
Pemanfaatan pasir kuarsa dalam industri pengecoran, karena memiliki titik leleh
lebih tinggi dari logam.Fungsi pasir kuarsa di industri ini adalah sebagai pasir cetak dan
foundry. Kondisi pasir kuarsa untuk pasir cetak perlu kriteria khusus, seperti penyebaran dan
kehalusan butir, bentuk butir, bulk density, base permeability dan titik mensinter, kadar
lempung, tempering water, kuat tekan, kuat geser, dan permeabilitas.Pasir kuarsa pada
industri bata tahan api dipakai untuk pembentuk konstruksi bata (Anonim, 2010).
Pemakaian pasir kuarsa pada industri lainnya, yaitu sebagai bahan pengeras pada
pengolahan karet, bahan pengisi (industri cat), bahan ampelas (industri gerinda), bahan
penghilang karat (industri logam), bahan penyaring (industri penjernihan air), bahan baku
dalam pembuatan ferro silicon carbide, dan lainnya, seperti dalam industri microchip
(elektronika) (Anonim, 2010).

2.3.

Eksplorasi
Eksplorasi, disebut juga penjelajahan atau pencarian, adalah tindakan mencari atau

melakukan penjelajahan dengan tujuan menemukan sesuatu; misalnya daerah tak dikenal,
termasuk antariksa (penjelajahan angkasa), minyak bumi (eksplorasi minyak bumi), gas
alam, batubara, mineral, gua, air, ataupun informasi. Pengertian eksplorasi di "Abad
Informasi dan Spiritual" saat ini, juga meliputi tindakan pencarian akan pengetahuan yang
tidak umum atau pencarian akan pengertian metafisika-spiritual; misalnya tentang kesadaran
(consciousness), cyberspace atau noosphere.
Istilah ini dapat digunakan pula untuk mengambarkan masuknya budaya suatu
masyarakat untuk pertama kalinya ke dalam lingkungan geografis atau budaya dari
masyarakat lainnya. Meskipun eksplorasi telah terjadi sejak awal keberadaan manusia,
kegiatan eksplorasi dianggap mencapai puncaknya pada saat terjadinya Abad Penjelajahan,

yaitu ketika para pelaut Eropa menjelajah ke seluruh penjuru dunia untuk menemukan
berbagai daerah dan budaya baru.
Dalam konteks riset ilmiah, eksplorasi adalah salah satu dari tiga bentuk tujuan riset,
sedangkan tujuan lainnya ialah penggambaran (deskripsi) dan penjelasan (eksplanasi). Dalam
hal ini, eksplorasi adalah usaha untuk membentuk pengertian umum dan awal terhadap suatu
fenomena.

III. MATERI DAN METODE


3.1.

Materi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Peta lokasi
GPS
Grab sampler
Alat bor (hand auger)
Sand auger
Timbangan analitik
Ember
pH meter
Kertas label
Termometer
k. Refraktometer

3.2.

Metode Penelitian
Pelaksanaan penyelidikan di daerah ini dilakukan dengan metode:

a. Pemetaan geologi
Pemetaan ini dimulai dengan orientasi lapangan dan eksploitasi lokasi obyek
pengamatan ke dalam peta. Obyek pengamatan berupa singkapan batuan untuk
memperoleh gambaran tentang jenis-jenis sedimen yang ada dan bagaimana hubungannya
dengan batuan dasar. Data ini sangat diperlukan dalam perhitungan cadangan maupun
dalam pekerjaan eksplorasi selanjutnya. Peta topografi yang tersedia untuk Pulau Belitung
adalah skala 1:100.000, sehingga tidak mungkin digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan
yang detil. Maka dari itu, peta yang dibuat adalah skala 1:5.000 sehingga nantinya bentuk
morfologinya nampak jelas.
b. Pengamatan Geologi
Peta geologi Pulau Belitung telah diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Departemen Pertambangan dan Energi dalam skala 1:250.000.
untuk mendapatkan gambaran yang lebih rinci, penelitian geologi detil dilakukan di
sekitar lokasi penambangan. Tujuan utama pengamatan geologi adalah untuk memperoleh
gambaran tentang jenis-jenis sedimen yang ada dan bagaimana hubungannya dengan
batuan dasar. Data ini sangat diperlukan dalam perhitungan cadangan maupun dalam
pekerjaan eksplorasi selanjutnya.
c. Pemboran Dangkal
Untuk mendapatkan gambaran bawah permukaan berkaitan dengan posisi, dimensi,
variasi litologi serta keadaan batuan dasar, dilakukan pemboran dangkal.Pemboran ini
diatur sedemikian rupa dengan jarak tiap titik pemboran antara 200 sampai 300 meter.
Pekerjaan pemboran dangkal diperlukan untuk perhitungan cadangan, sedangkan
gambaran tentang keadaan batuan dasarnya merupakan hal yang penting dalam
perencanaan penambangan, terutama bila dipakai system penambangan semprot
(Hydraulic Mining).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1.
A.

Hasil
Pemetaan Topografi
Bagian terbesar dari daerah penelitian berada pada 0 3,5 meter di atas permukaan

air laut, daerah terendah berada di wilayah selatan dan daerah tertinggi berada di bagian
utara. Perubahan ketinggian relatif sangat kecil sehingga kenampakan morfologi umumnya
merupakan daratan. Beberapa lokasi berada sampai -1,5 di bawah permukaan laut dan
biasanya ditandai oleh genangan air berupa rawa-rawa. Berdasarkan hasil pengukuran
topografi luas daerah penelitian berkisar sekitar 742 hektar dengan perincian daerah Air Sayu
seluas 560,74 Ha dan Mantong 181,48 Ha.

B.

Pemetaan Geologi
Secara regional ada lima satuan batuan yang terdapat di sekitar daerah penelitian dari

umur tua ke muda yaitu:

Gambar 1. Peta Geologi Daerah Penelitian


a) Adamelit Baginda

Daerah penelitian merupakan bagian permukaan dari tubuh granit yang dalam
peta Geologi (Gambar 1). Granit ini tersingkap di beberapa tempat di selatan Pulau
Belitung seperti Tanjung Batuair, Tanjungruga, Gunung Kura, Gunung Baginda,
Gunung Beliru, dan Pulau Seliu. Mineral penyusun utama terdiri dari kuarsa, felspar,
plagioklas, biotit, hornblenda sedang mineral sekunder adalah klorit, karbonat,
limonit dan oksida besi.
b) Formasi Klapakampit
Merupakan kumpulan batuan ubahan (metamorf), terdiri dari kuarsit, batu sabak,
batu lumpur, serpih, batu lanau, dan rijang. Umumnya berlapis baik, dan berketabalan
antara 5 6 cm.
c) Formasi Tajam
Terdiri dari batu pasir kuarsa bersisipanbatu lanau yang terubah dalam derajat
rendah (metamorfosa derajat rendah) berlapis tipis sekitar 2 40 cm.
d) Satuan Pasir Kuarsa
Pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa di bagia permukaan dari kawasan
tersebut terdapat pasir kuarsa. Umunya pasir kuarsa bersifat lepas, berwarna putih
kecoklatan, berbutir halus sampai sangat kasar, kadang ada yang berukuran kerikil.
Di beberapa tempat nampak adanya bentuk struktur sedimen berupa perlapisan
silang siur (cross bedding), dan linsen & flaser, dengan ketebalan berkisar antara 0,5
3,5 meter. Di tempat-tempat tertentu total lapisan pasir kuarsa bisa mencapai 7
meter.
Lempeng pasiran berwarna abu-abu dan putih terdapat sebagai lapisan
penyelang di antara lapisan-lapisan pasir. Ketebalannya sekita 0,5 1 meter dan
penyebarannya tidak beraturan. Dari salah satu lubang galian di daerah Mantong
nampak bahwa sebagai batuan dasar dari sedimen-sedimen adalah batuan granit.
Hubungan antara satuan pasir kuarsa dengan batuan granit adalah tidak selaras.
Satuan umur pasir kuarsa diperkirakan berumur Pleistosen.
Disimpulkan bahwa pasir kuarsa berasal dari pelapukan pencucian batuan granit
dan terbentuk dalam lingkungan rawa-rawa pantai pada lembah-lembah di antara
tubuh granit purba dan juga pada bagian-bagian dataran pasang surut.
e) Endapan Aluvial Pantai
Batuannya terdiri dari kerikil-kerakal, pasir, lanau, lempung dan pecahanpecahan koral. Sebarannya di sekitar dataran-dataran, sungai dan pantai.

C.

Pembongkaran Dangkal
1. Air Sayu
Pemboran di daerah Air Sayu dilakukan dengan pola 300m x 300m. Pemboran
diusahakan mencapai batuan dasar agar susunan litologi bawah permukaan dapat
diperoleh dengan jelas sehingga korelasi lapisan satu sama lainnya bisa dilakukan
secara akurat. Secara umum lapisan bawah permukaan di Air Sayu adalah sebagai
berikut:
Top soil yang terdiri dari lapisan hmus dan pasir berbutir halus yang

umumnya menganding C-organik yang tinggi.


Lapisan pasir berbutir halus sampai sedang, kaolinan yang merupakan

lapisan pasir berukuran halus sampai sedang dengan matriks lempung kolin.
Lapisan pasir berbutir sedang samapi kasar, kaolinan, di beberapa tempat ada

yang berbutir kasar dengan matriks lempeng kaolin.


Lapisan kaolin pasiran sampai kaolin pasir. Lapisan ini mempunyai
kandunagn kaolin yang cukup tinggi dan ukuran butir pasir sangat kasar

bahkan cenderung berkerikil.


Batuan granit yang terdiri dari batuan granit adamelit, keras dan kompak

dengan butiran kuarsa kasar samapai sangat kasar.


Pasir di daerah ini setelah dicuci kandungan C-organiknya rata-rata masih
memenuhi standar yang dipersyaratkan untuk pembuatan beton yang digunakan
untuk tekanan tinggi.
2. Mantong
Pemboran di daerah Mantong dilakukan sebanyak 32 titik dengan pola yang
disesuaikan dengan kondisi batas daerahnya dengan jarak antara 100 300 meter arauh
utara-selatan, berjarak 300 meter ke arah barat-timur. Litologi bawah permukaan di
daerah Mantong umumnya terdiri atas:
Top-soil yang terdiri dari lapisan humus dan pasir berbutir halus yamg umunya

4.2.

mengandung C-organik yang tinggi.


Lapisan pasir berbutir halus sampai sedang, dengan matrik lempung kaolin.
Lapisan pasir berbutir sedang kasar, kaolinan di beberapa tempat ada yang

berbutir sangat kasar dengan matriks lempung kaolin


Lapisan kaolin pasiran sampai kaolin pasir.

Pembahasan
Hasil pemboran menunjukkan bahwa ketebalan lapisan pasir bervariasi dari satu

tempat ke tempat lainnya dan dikontrol oleh morfologi purba. Untuk mendapatkan gambaran

prioritas dalam rencana pembangunan dibuat peta isopach, yang mencakup seluruh daerah
penelitian. Peta ini memperlihatkan lapisan pasir kuarsa yang paling tebal yakni antara 6 11
meter yang terdapat di bagian timur Air Sayu dan bagian Barat daerah Mantong, lapisan pasir
berketabalan 4-6 meter berada di bagian tengah Air Sayu.

Gambar 3. Peta Isopach pasir kuarsa di daerah penelitian


Dari hasil pemetaan topografi diperoleh gambaran bahwa lokasi pasir berada pada
daerah daratan yang berketinggian antara 1,5 meter 3,5, meter dari permukaan air laut.
Karena sistem penambangan adalah tambang semprot maka ketersediaan air perlu
dipertimbangkan. Dari pengamatan hidrologi didapatkan gambaran bahwa sumber-sumber air
yang bisa digunakan air rawa atau air tanah. Untuk itu perlu diakuakn studi khusus yang
mengkaji keseimbangan antara kebutuhan dan penyediaan. Usaha eksplorasi pasir kuarsa di
daerah ini akan membuka lahan pekerjaan baru bagi masyarakat mengingat kondisi lahan di
daerah tersebut tidak subur.

V. KESIMPULAN
1. Pasir kuarsa memiliki nilai ekonomi tinggi, karena selain sebagai bahan baku industri
kimia juga digunakan dalam industri bangunan.
2. Dari pengamatan geologi diperoleh gambaran bahwa pasir kuarsa terjadi sebagai hasil
sedimentasi lapukan batuan granit pada daerah lembah. Ketebalan lapisan pasir kuarsa
dikontrol oleh bentuk morfologi purba sedang kualitasnya ditentukan oleh mekanisme
sedimentasi yang terjadi.
3. Hasil analisis laboratorium menunjukkan pasir kuarsa di daerah ini termasuk ke dalam
agregat halus dan memenuhi Standar Industri Indonesia (sii).
4. Peta isopach daerah ini menunjukkan bahwa secara kumulatif lapisan pasir kuarsa
paling tebal di lokasi penelitian berkisar sekitar 11 meter, sedangkan yang paling tipis
adalah antara 2 3 meter.
5. Penambangan/usaha eksplorasi di daerah ini akan bermanfaat bagi masyarakat
setempat sebagai peluang kerja mengingat bahwa lahan di daerah tersebut tidaklah
subur.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Pasir Kuarsa. www.beddum.com diakses tanggal 16 Desember 2012
pukul 20.00 WIB.
Anonim. 2011. Pure Water Care. www.purewatercare.com diakses pada tanggal 16
Desember 2012 pukul 20.40 WIB.
Malhotra, H.L. 1982. Design of Fire Resisting Structures. Surrey University Press,
New York.
Siregar, M.S., Sutomo, A., dan Siswandi. 1997. Laporan Penelitian Pasir Kuarsa
Tanjung

Batu

dipublikasikan.

Itam-Belitung,

P.T. Mundu

Cirebon

Mining.

Tidak

Anda mungkin juga menyukai