Terapi Oksigen

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

Anggapan bahwa oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi


kehidupan manusia agaknya memang benar. Tidak makan atau tidak minum
mungkin masih akan memberikan toleransi yang cukup panjang hingga sampai
kepada keadaan fatal, tetapi sebentar saja manusia tak mendapat oksigen maka
akan langsung fatal akibatnya. Tak hanya untuk bernafas dan memepertahankan
kehidupan, oksigen juga sangat dibutuhkan untuk metaboloisme tubuh. Oksigen
malah bisa menjadi sarana untuk mengatasi berbagai macam penyakit.1
Oksigen pertama kali ditemukan oleh Yoseph Prietsley di Bristol Inggris
tahun 1775 dan dipakai dalam bidang kedokteran oleh Thomas Beddoes sejak
awal tahun 1800. alvan Barach tahun 1920 mengenalkan terapi oksigen pasien
hipoksemia dan terapi oksigen jangka panjang pasien penyakit paru obstruktif
kronik. Chemiack tahun 1967 melaporkan pemberian oksigen melalui kanula
hidung dengan aliran lambat pasien hiperkapnia dan memberikan hasil yang baik
tanpa retensi CO2.2
Oksigen (O2) merupakan salah satu komponen gas dan unsure vital dalam
proses metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel
tubuh. Secara normal elemen ini iperoleh dengan cara menghirup udara ruangan
dalam setiap kali bernafas. Penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh
interaksi system respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematologis. 2
Adanya kekurangan O2 ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam
proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam
kehidupan. Klien dalam situasi demikian mengharapkan kompetensi sebagai
dokter dalam mengenal keadaan hipoksemia dengan segera untuk mengatasi
masalah. 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
I. Sistem Respirasi
A. Anatomi Sistem Respirasi
Sistem Pernapasan pada Manusia terdiri atas:
1. Saluran Nafas Bagian Atas3,8,9
a. Hidung
Hidung atau naso adalah saluran pernafasan yang pertama. Ketika proses
pernafasan berlangsung, udara yang diinspirasi melalui rongga hidung
akan menjalani tiga proses yaitu penyaringan (filtrasi), penghangatan,
dan pelembaban. Hidung terdiri atas bagian- bagian sebagai berikut:
b. Faring
Merupakan pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan
krikoid.
- Nasofaring(terdapat

pharyngeal

tonsildan

Tuba

Eustachius).

Nasofaring terletak tepat di belakang cavum nasi , di bawah basis


crania dan di depan vertebrae cervicalis I dan II. Nasofaring membuka
bagian depan ke dalam cavum nasi dan ke bawah ke dalam orofaring.
Tuba eusthacius membuka ke dalam didnding lateralnya pada setiap
sisi. Pharyngeal tonsil (tonsil nasofaring) adalah bantalan jaringan
limfe pada dinding posteriosuperior nasofaring.
-

Orofaring
Merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat pangkal
lidah). Orofaring adalah gabungan sistem respirasi dan pencernaan ,
makanan masuk dari mulut dan udara masuk dari nasofaring dan paru.

- Laringofaring(terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran


makanan) Laringofaring merupakan bagian dari faring yang terletak
tepat di belakang laring, dan dengan ujung atas esofagus.

c. Laring (tenggorok)
Saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara. Pada bagian
pangkal ditutup oleh sebuanh empang tenggorok yang disebut epiglottis,
yang terdiri dari tulang-tulanng rawan yang berfungsi ketika menelan
makanan dengan menutup laring.
Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit,
glandula

tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring

dan bagian atas esopagus.


2. Saluran Nafas Bagian Bawah
a. Trachea atau Batang tenggorok
Merupakan tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm
dengan lebar 2,5

cm. trachea berjalan dari cartilago cricoidea

kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang manubrium sterni,


berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni)
atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat
ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi).
Trachea tersusun atas 16 - 20 lingkaran tak- lengkap yang berupa
cincin

tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan

yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga


membuat beberapa jaringan otot.
b. Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian
kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan
trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama.
Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk
paru.

Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada
yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan
sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus lobus
bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan,
dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi
beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah. Cabang utama
bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus

lobaris dan

kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus


menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya
menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak
mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki
garis tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus

tidak diperkuat oleh

cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos

sehingga

ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat


bronkbiolus terminalis disebut

saluran penghantar udara karena

fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran


gas paru-paru. yaitu alveolus.
B. Fisiologi Respirasi3,8,9

Proses pernafasan terdiri dari 2 bagian, yaitu sebagai berikut :


Ventilasi pulmonal yaitu masuk dan keluarnya aliran udara antara atmosfir
dan alveoli paru yang terjadi melalui proses bernafas (inspirasi dan
ekspirasi) sehingga terjadi disfusi gas (oksigen dan karbondioksida) antara
alveoli dan kapiler pulmonal serta ransport O2 & CO2 melalui darah ke dan
dari sel jaringan.
Mekanik pernafasan
Masuk dan keluarnya udara dari atmosfir ke dalam paru-paru dimungkinkan
olen peristiwa mekanik pernafasan yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi
(inhalasi) adalah masuknya O2 dari atmosfir & CO2 ke dlm jalan nafas.
Dalam inspirasi pernafasan perut, otot difragma akan berkontraksi dan
kubah difragma turun ( posisi diafragma datar ), selanjutnya ruang otot
4

intercostalis externa menarik dinding dada agak keluar, sehingga volume


paru-paru membesar, tekanan dalam paru-paru akan menurun dan lebih
rendah dari lingkungan luar sehingga udara dari luar akan masuk ke dalam
paru-paru. Ekspirasi (exhalasi) adalah keluarnya CO2 dari paru ke atmosfir
melalui jalan nafas. Apabila terjadi pernafasan perut, otot difragma naik
kembali ke posisi semula ( melengkung ) dan muskulus intercotalis interna
relaksasi. Akibatnya tekanan dan ruang didalam dada mengecil sehingga
dinding dada masuk ke dalam udara keluar dari paru-paru karena tekanan
paru-paru meningkat.

Transportasi gas pernafasan


a. Ventilasi
Selama inspirasi udara mengalir dari atmosfir ke alveoli. Selama ekspirasi
sebaliknya yaitu udara keluar dari paru-paru. Udara yg masuk ke dalam
alveoli mempunyai suhu dan kelembaban atmosfir. Udara yg dihembuskan
jenuh dengan uap air dan mempunyai suhu sama dengan tubuh.
b. Difusi
Yaitu proses dimana terjadi pertukaran O2 dan CO2 pada pertemuan udara
dengan darah. Tempat difusi yg ideal yaitu di membran alveolar-kapilar
karena permukaannya luas dan tipis. Pertukaran gas antara alveoli dan
darah terjadi secara difusi. Tekanan parsial O2 (PaO2) dalam alveolus
lebih tinggi dari pada dalam darah O2 dari alveolus ke dalam darah.
Sebaliknya (PaCO2) darah > (PaCO2) alveolus sehingga perpindahan gas
tergantung pada luas permukaan dan ketebalan dinding alveolus.
Transportasi gas dalam darah O2 perlu ditrasport dari paru-paru ke
jaringan dan CO2 harus ditransport kembali dari jaringan ke paru-paru.
Beberapa faktor yg mempengaruhi dari paru ke jaringan , yaitu:

Cardiac out put.

Jumlah eritrosit.

Exercise

Hematokrit darah, akan meningkatkan vikositas darah mengurangi


transport O2 menurunkan CO.
a. Perfusi pulmonal
Merupakan aliran darah aktual melalui sirkulasi pulmonal dimana
O2 diangkut dalam darah membentuk ikatan (oksi Hb) /
Oksihaemoglobin (98,5%) sedangkan dalam eritrosit bergabung
dgn Hb dalam plasma sbg O2 yg larut dlm plasma (1,5%). CO2
dalam darah ditrasportasikan sebagai bikarbonat, alam eritosit
sebagai natrium bikarbonat, dalam plasma sebagai kalium
bikarbonat , dalam larutan bergabung dengan Hb dan protein
plasma. C02 larut dalam plasma sebesar 5 7 % , HbNHCO3
Carbamoni Hb (carbamate) sebesar 15 20 % , Hb + CO2 HbC0
bikarbonat sebesar 60 80% .

Pengukuran volume paru


Fungsi paru, yg mencerminkan mekanisme ventilasi disebut volume paru dan
kapasitas paru. Volume paru dibagi menjadi :

Volume tidal (TV) yaitu volume udara yang dihirup dan dihembuskan
setiap kali bernafas.

Volume cadangan inspirasi (IRV) , yaitu volume udara maksimal yang


dapat dihirup setelah inhalasi normal.

Volume Cadangan Ekspirasi (ERV), volume udara maksimal yang dapat


dihembuskan dengan kuat setelah exhalasi normal.

Volume residual (RV) volume udara yg tersisa dalam paru-paru setelah


ekhalasi maksimal.

Kapasitas Paru

Kapasitas vital (VC), volume udara maksimal dari poin inspirasi


maksimal.

Kapasitas inspirasi (IC) Volume udara maksimal yg dihirup setelah


ekspirasi normal.
6

Kapasitas residual fungsiunal (FRC), volume udara yang tersisa dalam


paru-paru setelah ekspirasi normal.

Kapasitas total paru (TLC) volume udara dalam paru setelah inspirasi
maksimal.

Pengaturan pernafasan
Sistem kendali memiliki 2 mekanismne saraf yang terpisah yang
mengatur pernafasan. Satu system berperan mengatur pernafasan volunter
dan system yang lain berperan mengatur pernafasan otomatis.

II. Terapi Oksigen


11.1. Definisi
Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke
paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai
kebutuhan. (Standar Pelayanan Keperawatan di ICU, Dep.Kes. RI, 2005)1
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang
lebih tinggi dari yang ditemukan dalam atmosfir lingkungan. Pada
ketinggian air laut konsentrasi oksigen dalam ruangan adalah 21 %,
(Brunner & Suddarth, 2001) Sejalan dengan hal tersebut diatas menurut
Titin, 2007, Terapi oksigen adalah suatu tindakan untuk meningkatkan
tekanan parsial oksigen pada inspirasi, yang dapat dilakukan dengan cara:
a. Meningkatkan kadar oksigen inspirasi / FiO2 (Orthobarik )
b. Meningkatkan tekanan oksigen (Hiperbarik)
II.2. Tujuan/ kegunaan8,9,10
a.

Meningkatkan konsentrasi O2 pada darah arteri sehingga masuk ke


jaringan untuk memfasilitasi metabolisme aerob

b.

Mempertahankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 > 90 % untuk :

Mencegah

dan

mengatasi

hipoksemia

hipoksia

serta

mmempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat.


-

Menurunkan kerja nafas dan miokard.

Menilai fungsi pertukaran gas

Aliran 100% O2 (L/menit)


Sistem Arus Rendah

Fi O2 (fraksi oksigen inspirasi) %

Kanul Nasal
1 L/m

24

2 L/m

28

3 L/m

32

4 L/m

36

5 L/m

40

6 L/m

44

Transtrakeal
0,5 4 L/m
Masker Oksigen

20 40

5-6 L/m

40

6-7 L/m

50

7-8 L/m
Masker dengan kantong reservoir

60

60

70

80

80

10

80

Nonrebreathing
4 10 L/m

60 - 100

Sistem Arus Tinggi


Venturi mask
3 L/m

24

6 L/m

28

9 L/m

40
8

12 L/m

40

15 L/m

50

II.3. Indikasi2,10
a. Pasien hipoksia
Hipoksia hipoksik merupakan masalah pada individu normal pada daerah
ketinggian serta merupakan penyulit pada pneumonia dan berbagai
penyakit sistim pernafasan lainnya.
Gejala dan tanda hipoksia hipoksik:
1. Pengaruh penurunan tekanan barometer
Penurunan PCO2 darah arteri yang terjadi akan menimbulkan alkalosis
respiratorik.
2. Gejala hipoksia saat bernafas oksigen
Di ketinggian 19.200 m, tekanan barometer adalah 47 mmHg, dan
pada atau lebih rendah dari tekanan ini cairan tubuh akan mendidih
pada suhu tubuh. Setiap orang yang terpajan pada tekanan yang
rendah akan lebih dahulu meninggal saat hipoksia, sebelum
gelembung uap air panas dari dalam tubuh menimbulkankematian.
3. Gejala hipoksia saat bernafas udara biasa
Gejala mental seperti irritabilitas, muncul pada ketinggian sekitar
3700 m. Pada ketinggian 5500 m, gejala hipoksia berat, dan diatas
6100 m, umumnya seseorang hilang kesadaran.
4. Efek lambat akibat ketinggian
Keadaan ini ditandai dengan sakit kepala, iritabilias, insomnia, sesak
nafas, serta mual dan muntah.
5. Aklimatisasi
Respon awal pernafasan terhadap ketinggian relatif ringan, karena
alkalosis cenderung melawanefek perangsangan oleh hipoksia.
Timbulnya asidosis laktat dalam otak akan menyebabkan penurunan
pH LCSdan meningkatkan respon terhadap hipoksia.

Penyakit yang menyebabkan Hipoksia Hipoksik


Penyakit penyebabnya secara kasar dibagi atas penyakit dengan
kegagalan organ pertukaran gas, penyakit seperti kelainan jantung
kongenital dengan sebagian besar darah dipindah dari sirkulasi
vena kesisi arterial, serta penyakit dengan kegagalan pompa
pernafasan. Kegagalan paru terjadi bilakeadan seperti fibrosis
pulmonal menyebabkan blok alveoli kapiler atau terjadi ketidak
seimbangan ventilasi perfusi. Kegagalan pompa dapat disebabkan
oleh kelelahan otot-otot pernafasan pada keadaan dengan
peningkatan beban kerja pernafasan atau oleh berbagai gangguan
mekanik seperti pneumothoraks atau obstruksi bronkhialyang
membatasi ventilasi. Kegagalan dapat pula disebabkan oleh
abnormalitas pada mekanisme persarafan yang mengendalikan
ventilasi, seperti depresi neuron respirasi di medula oblongata oleh
morfin dan obat-obat lain.
Hipoksia Anemik
Sewaktu istirahat,hipoksia akibat anemia tidaklah berat, karena
terdapat peningkatan
merah,kecuali

apabila

kadar

2,3-DPG

defisiensi

didalam

hemoglobin

sel

darah

sangat

besar.

Meskipun demikian, penderita anemia mungkin mengalami


kesulitan cukup besar sewaktu melakukan latihan fisik karena
adanya keterbatasan kemampuan meningkatkan pengangkutan
O2 kejaringan aktif.
Hipoksia Stagnan
Hipoksia akibat sirkulasi lambat merupakan masalah bagi organ
seperti ginjal dan jantung saat terjadi syok. Hati dan mungkin
jaringan otak mengalami kerusakan akibat hipoksia stagnan pada
gagal jantung kongestif. Pada keadaan normal, aliran darah ke
paru-paru sangat besar, dan dibutuhkan hipotensi jangka waktu
lama untuk menimbulkan kerusakan yang berarti. Namun, syok

10

paru dapat terjadi pada kolaps sirkulasi berkepanjangan,terutama


didaerah paru yang letaknya lebih tinggi dari jantung.
Hipoksia Histotoksik
Hipoksia yang disebabkan oleh hambatan proses oksidasi jaringan
paling sering diakibatkan oleh keracunan sianida. Sianida
menghambat sitokrom oksidasi serta mungkin beberapa enzim
lainnya. Biru metilen atau nitrit digunakan untuk mengobati
keracunan sianida. Zat-zat tersebut bekerja dengan sianida,
menghasilkan sianmethemoglobin, suatu senyawa non toksik.
Kemampuan pengobatan menggunakansenyawa ini tentu saja
terbatas pada jumlah methemoglobin yang dapat dibentuk dengan
aman. Pemberian terapi oksigen hiperbarik mungkin juga
bermanfaat.
b. Oksigenasi kurang sedangkan paru normal
c. Oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal
d. Oksigenasi cukup, paru normal, sedangkan sirkulasi tidak normal.
e. Pasien yang membutuhkan pemberian oksigen konsentrasi tinggi.
f. Pasien dengan tekanan partial karbondioksida ( PaCO2 ) rendah.
Contoh :
-

Pasien dengan kadar O2 arteri rendah dari hasil AGD

Pasien dengan peningkatan kerja napas dimana tubuh terjadi


hipoksemia ditandai dengan PaO2 dan SpO2 menurun. Pasien yang
teridentifikasi hipoksemia contohnya syok dan keracunan CO
Hipoksemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan
konsentrasi oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri
(SaO2) dibawah nilai normal (nilai normal PaO285-100 mmHg),
SaO2 95%. Hipoksemia dibedakan menjadiringan sedang dan berat
berdasarkan nilai PaO2 dan SaO2. hipoksemia ringan dinyatakan pada
keadaan PaO2 60-79 mmHg dan SaO2 90-94%, hipoksemia sedang
PaO2 40-60 mmHg, SaO2 75%-89% dan hipoksemia berat bila

11

PaO2kurang dari 40 mmHg dan SaO2kurang dari 75%. Umur juga


mempengaruhi nilai PaO2 dimana setiap penambahan umur satu tahun
usia diatas 60 tahun dan PaO2 80 mmHg maka terjadi penurunan
PaO2 sebesar 1 mmHg. Hipoksemia dapat disebabkan oleh gangguan
ventilasi, perfusi, hipoventilasi, pirau, gangguan difusi dan berada
ditempat yang tinggi.
Keadaan hipoksemia menyebabkan beberapa perubahan fisiologi
yan gbertujuan untuk mempertahankan supaya oksigenasi ke jaringan
memadai. Bila tekanan oksigen arteriol (PaO2) dibawah 55
mmHg.kendali nafas akan meningkat, sehingga tekanan oksigen
arteriol (PaO2) yang meningkat dan sebaliknyatekanan karbondioksida
arteri (PaCO2) menurun.jaringan Vaskuler yang mensuplai darah di
jaringan hipoksia mengalami vasodilatasi, juga terjadi takikardi
kompensasi yang akan meningkatkan volume sekuncup jantung
sehingga oksigenasi jaringan dapat diperbaiki. Hipoksia alveolar
menyebabkan kontraksi pembuluh pulmoner sebagai respon untuk
memperbaiki rasio ventilasi perfusi di area paru terganggu, kemudian
akan terjadi peningkatan sekresi eritropoitin ginjal sehingga
mengakibatkan

eritrositosis

dan

terjadi

peningkatan

sekresi

eritropoitin ginjal sehingga mengakibatkan eritrositosis danterjadi


peningkatan kapasiti transfer oksigen. Kontraksi pembuluh darah
pulmoner, eritrositosis dan peningkatan volume sekuncup jantung
akan menyebabkan hipertensi pulmoner. Gagal jan tung kanan bahkan
dapat menyebabkan kematian.
-

Pasien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha


untuk mengatasi gangguan O2 melalui peningkatan laju pompa jantung
yang adekuat.

Beberapa trauma

Terapi ini diberikan dengan orang yang mempunyai gejala :


-

Sianosis

- Keracunan

12

Hipovolemi

- Asidosis

Perdarahan

- Selama dan sesudah pembedahan

Anemia berat

- Klien dengan keadaan tidak sadar

Kriteria pemberian terapi oksigen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa


cara dibawah ini.
1. Pemberian oksigen secara berkesinambungan (terus menerus), Diberikan
apabila hasil analisis gas darah pada saat istirahat, didapat nilai:
PaO2 kurang dari 55 mmHg atau saturasi kurang dari 88%.
PaO2 antara 56-59 mmHg atau saturasi 89% disertai kor pulmonale,
polisitemia (hematokrit >56%).
2. Pemberian secara berselang
Diberikan apabila hasil analisis gas darah saat latihan didapat nilai:
Pada saat latihan PaO2 55 mmHg atau saturasi 88%
Pada saat tidur PaO255 mmHg atau saturasi 88% disertai komplikasi
seperti hipertensi pulmoner.somnolen dan aritmia.
Pasien dengan keadaan klinik tidak stabil yang mendapat terapi
oksigen perlu dievaluasi gas darah (AGD) serta terapi untuk
menentukan perlu tidaknya terapi oksigen jangka panjang.
II.4. Kontra indikasi2,3,10
Tidak ada kontra indikasi absolut :
a. Kanul nasal / Kateter binasal / nasal prong : jika ada obstruksi nasal.
b. Kateter nasofaringeal / kateter nasal : jika ada fraktur dasar tengkorak
kepala, trauma maksilofasial, dan obstruksi nasal.
c. Sungkup muka dengan kantong rebreathing : pada pasien dengan PaCO2
tinggi, akan lebih meningkatkan kadar PaCO2 nya lagi.
II.5. Alat alat yang diperlukan4,5
a. Kateter nasal.

13

b. Kanul nasal/binasal/nasal prong


c. Sungkup muka sederhana.
d. Sungkup muka rebreathing dengan kantong oksigen.
e. Sungkup muka non rebreathing dengan kantong oksigen.
f. Sungkup muka Venturi
g. Jelly.
h. Plester.
i. Gunting.
j. Sumber oksigen.
k. Humidifier.
l. Flow meter.
m. Aqua steril.
n. Selang oksigen.
o. Tanda dilarang merokok
II.6. Syarat-syarat Pemberian Oksigen Meliputi2,6,10 :
1. Dapat mengontrol konsentrasi oksigen udara inspirasi,
2. Tahanan jalan nafas yang rendah,
3. Tidak terjadi penumpukan CO2,
4. Efisien,
5. Nyaman untuk pasien.

II.7. Protokol prosedur2,7,10

14

Dapat dibagi menjadi 2 tehnik, yaitu :


1. Sistem Aliran Rendah
Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan,
bekerja dengan memberikan oksigen pada frekuensi aliran kurang dari
volume inspirasi pasien, sisa volume ditarik dari udara ruangan. Karena
oksigen ini bercampur dengan udara ruangan, maka FiO2 aktual yang
diberikan pada pasien tidak diketahui, menghasilkan FiO2 yang bervariasi
tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan volume tidal klien. Alat
oksigen aliran rendah cocok untuk pasien stabil dengan pola nafas, frekuensi
dan volume ventilasi normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml
dengan kecepatan pernafasan 16 20 kali permenit.
Contoh sistem aliran rendah adalah :
Low flow low concentration :
a. Kateter nasal
b. Kanul nasal / kanul binasal / nasal prong.
Low flow high concentration
a. Sungkup muka sederhana.
b. Sungkup muka dengan kantong rebreathing
c. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing.
a. Kateter Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen
secara kontinyu dengan aliran 1 6 liter/mnt dengan konsentrasi 24% 44%. Prosedur pemasangan kateter ini meliputi insersi kateter oksigen ke
dalam hidung sampai naso faring. Persentase oksigen yang mencapai
paru-paru beragam sesuai kedalaman dan frekuensi pernafasan, terutama
jika mukosa nasal membengkak.
a. Keuntungan Pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan
dan berbicara, dan membersihkan mulut, murah dan nyaman serta

15

dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap. Dapat digunakan dalam


jangka waktu yang lama.
b. Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari
44%, tehnik memasukan kateter nasal lebih sulit dari pada kanula
nasal, nyeri saat kateter melewati nasofaring, dan mukosa nasal akan
mengalami trauma, fiksasi kateter akan memberi tekanan pada nostril,
maka kateter harus diganti tiap 8 jam dan diinsersi kedalam nostril
lain, dapat terjadi distensi lambung, terjadi iritasi selaput lendir
nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 liter/mnt dapat menyebabkan
nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, serta kateter mudah
tersumbat dan tertekuk.
Tahap kerja:
a. Atur posisi pasien senyaman mungkin ( memudahkan dalam
melakukan tindakan
b. Jaga privacy pasien (menjaga kesopanan perawat dan kepercayaan
pasien).
c. Dekatkan alat pada tempat yang mudah dijangkau memudahkan dan
melancarkan pelaksanaan tindakan).
d. Membebaskan jalan napas dengan mengisap sekresi (syarat utama
pemasangan nasal kateter adalah jalan nafas harus bebas untuk
memudahkan memasukkan kateter).
e. Atur posisi pasien dengan kepala ekstensi (jalan nafas lebih terbuka ,
pasien lebih nyaman, kateter lebih mudah dimasukkan).
f. Untuk memperkirakan dalam kateter, ukur antara lubang hidung
sampai keujung telinga (untuk memastikan ketepatan kedalaman
kateter).
g. Bila ujung kateter terlihat di belakang ovula, tarik kateter sehingga
ujung kateter tidak terlihat lagi.( untuk memastikan ketepatan
kedalaman kateter).

16

h. Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai


kebutuhan (Mencegah kekeringan pada membran mukosa nasal dan
membran mukosa oral serta sekresi jalan nafas).
i. Mengatur volume oksigen sesuai kebutuhan (menjamin ketepatan dosis
dan mencegah terjadinya efek samping).
j. Beri pelicin atau jelly pada ujung nasal kateter (memudahkan dan
mencegah iritasi dalam pemasangan kateter).
k. Gunakan plester untuk fiksasi kateter antara bibir atas dan lubang
hidung (mencegah kateter terlepas dan menjamin ketepatan posisi
kateter).
l. Observasi tanda iritasi lubang, pengeringan mukosa hidung, epistaksis,
dan kemungkinan distensi lambung. (terapi oksigen menyebabkan
mukosa nasal mengering, epistaksis dan distensi lambung. Deteksi
dini mengurangi risiko efek samping).
m. Kateter diganti tiap 8 jam dan dimasukkan ke lubang hidung yang lain
jika mungkin (mengurangi iritasi mukosa hidung,menjamin kepatenan
kateter).
b. Kanul Nasal/ Binasa/ Nasal Prong
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen
kontinyu dengan aliran 1 6 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama
dengan kateter nasal yaitu 24 % - 44 %. Persentase O2 pasti tergantung
ventilasi per menit pasien. Pada pemberian oksigen dengan nasal kanula
jalan nafas harus paten, dapat digunakan pada pasien dengan pernafasan
mulut.
FiO2 estimation :
Flows FiO2
1 Liter /min : 24 %
2 Liter /min : 28 %
3 Liter /min : 32 %
4 Liter /min : 36 %

17

5 Liter /min : 40 %
6 Liter /min : 44 %
Formula : ( Flows x 4 ) + 20 % / 21 %
a. Keuntungan
Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan
teratur, pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal, murah,
disposibel, klien bebas makan, minum, bergerak, berbicara, lebih
mudah ditolerir klien dan terasa nyaman. Dapat digunakan pada
pasien dengan pernafasan mulut, bila pasien bernapas melalui mulut,
menyebabkan udara masuk pada waktu inhalasi dan akan mempunyai
efek venturi pada bagian belakang faring sehingga menyebabkan
oksigen yang diberikan melalui kanula hidung terhirup melalui
hidung.
b. Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%,
suplai oksigen berkurang bila klien bernafas melalui mulut, mudah
lepas karena kedalaman kanul hanya 1/1.5 cm, tidak dapat diberikan
pada pasien dengan obstruksi nasal. Kecepatan aliran lebih dari 4
liter/menit jarang digunakan, sebab pemberian flow rate yang lebih
dari 4 liter tidak akan menambah FiO2, bahkan hanya pemborosan
oksigen dan menyebabkan mukosa kering dan mengiritasi selaput
lendir. Dapat menyebabkan kerusakan kulit diatas telinga dan di
hidung akibat pemasangan yang terlalu ketat. Cara pemasangan :
a. Letakkan ujung kanul ke dalam lubang hidung dan atur lubang
kanul yang elastis sampai kanul benar-benar pas menempati hidung
dan nyaman bagi klien.(Membuat aliran oksigen langsung masuk
ke dalam saluran nafas bagian atas. Klien akan tetap menjaga kanul
pada tempatnya apabila kanul tersebut pas kenyamanannya).
b. Hubungkan kanul ke sumber oksigen dan atur kecepatan aliran
sesuai yang diprogramkan (16 L/mnt.) (Mencegah kekeringan

18

pada membran mukosa nasal dan membran mukosa oral serta


sekresi jalan nafas).
c. Pertahankan selang oksigen cukup kendur dan sambungkan ke
pakaian pasien (Memungkinkan pasien untuk menengokkan kepala
tanpa kanul tercabut dan mengurangi tekanan ujung kanul pada
hidung).
d. Periksa letak ujung kanul tiap 8 jam dan pertahankan humidifier
terisi aqua steril setiap waktu. (Memastikan kepatenan kanul dan
aliran oksigen, mencegah inhalasi oksigen tanpa dilembabkan).
e. Observasi

hidung,

pengeringan

mukosa

hidung,

nyeri

sinus,epistaksis dan permukaan superior kedua telinga klien untuk


melihat adanya kerusakan kulit. (terapi oksigen menyebabkan
mukosa nasal mengering, nyeri sinus dan epistaksis. Tekanan pada
telinga akibat selang kanul atau selang elastis menyebabkan iritasi
kulit).
f. Inspeksi klien untuk melihat apakah gejala yang berhubungan
dengan hipoksia telah hilang (Mengindikasikan telah ditangani atau
telah berkurangnya hipoksia)
c. Sungkup Muka Sederhana
Digunakan untuk konsentrasi oksigen rendah sampai sedang. Merupakan
alat pemberian oksigen jangka pendek, kontinyu atau selang seling.
Aliran 5 8 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen 40 60%. Masker ini
kontra indikasi pada pasien dengan retensi karbondioksida karena akan
memperburuk retensi. Aliran O2 tidak boleh kurang dari 5 liter/menit
untuk

mendorong

CO2

keluar

dari

masker.

FiO2 estimation :
Flows FiO2
5-6 Liter/min : 40 %
6-7 Liter/min : 50 %
7-8 Liter/min : 60 %

19

a. Keuntungan
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau
kanula nasal, sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui
pemilihan sungkup berlubang besar, dapat digunakan dalam
pemberian terapi aerosol.
b. Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat
menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah. Menyekap, tidak
memungkinkan untuk makan dan batuk.Bisa terjadi aspirasi bila
pasien mntah. Perlu pengikat wajah, dan apabila terlalu ketat menekan
kulit dapat menyebabkan rasa pobia ruang tertutup, pita elastik yang
dapat

disesuaikan

tersedia

untuk

menjamin

keamanan

dan

kenyamanan.
a. Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi bila perlu
(syarat terapi oksigen adalah jalan nafas harus bebas, jalan nafas
yang bebas menjamin aliran oksigen lancar).
b. Atur posisi pasien (meningkatkan kenyamanan dan memudahkan
pemasangan).
c. Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai
dengan kebutuhan 5-8 liter/menit (Mencegah kekeringan pada
membran mukosa nasal dan membran mukosa oral serta sekresi
jalan nafas, menjamin ketepatan dosis, dan mencegah penumpukan
CO2 ).
d. Atur tali pengikat sungkup menutup rapat dan nyaman jika perlu
dengan kain kasa pada daerah yang tertekan ( mencegah kebocoran
sungkup, mencegah iritasi kulit akibat tekanan).
e. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali
pengikat untuk mencegah iritasi kulit.

20

d. Sungkup Muka dengan Kantong Rebreathing


Rebreathing mask
Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 35
60% dengan aliran 6 15 liter/mnt , serta dapat meningkatkan nilai
PaCO2. Udara ekspirasi sebagian tercampur dengan udara inspirasi,
sesuai dengan aliran O2, kantong akan terisi saat ekspirasi dan hampir
menguncup waktu inspirasi. Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke dalam
kantong dengan cara menutup lubang antara kantong dengan sungkup
minimal 2/3 bagian kantong reservoir. Memasang kapas kering pada
daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat untuk mencegah iritasi
kulit.
FiO2 estimation :
Flows ( lt/mt ) FiO2 ( % )
6 : 35 %
8 : 40 50 %
10 15 : 60 %
a. Keuntungan
Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak
mengeringkan selaput lendir.
b. Kerugian
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, kantong oksigen
bisa terlipat atau terputar atau mengempes, apabila ini terjadi dan
aliran yang rendah dapat menyebabkan pasien akan menghirup
sejumlah besar karbondioksida. Pasien tidak memungkinkan makan
minum atau batuk dan menyekap, bisa terjadi aspirasi bila pasien
muntah, serta perlu segel pengikat.
Caranya :

21

a. Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi


b. Atur posisi pasien
c. Menghubungkan selang oksigen pada humidifier
d. Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai
dengan kebutuhan.
e. Mengatur aliran oksigen sesuai kebutuhan.
f. Isi O2 kedalam kantong dengan cara menutup lubang antara
kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir.
Sesuai dengan aliran O2 kantong akan terisi waktu ekspirasi dan
hampir kuncup waktu inspirasi (mencegah kantong terlipat,
menjaga kepatenan sungkup, mencegah penumpukan CO2 yang
terlalu banyak).
g. Mengikat tali masker O2 dibelakang kepala melewati bagian atas
telinga.(menjaga kepatenan sungkup, mencegah iritasi mata)
h. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan
tali pengikat (untuk mencegah iritasi kulit).
i. Muka

pasien

dibersihkan

tiap

jam.(observasi

terhadap

iritasi,muntah,aspirasi akibat terapi, dan menjaga kenyamanan


pasien).
j. Sungkup dibersihkan/diganti tiap 8 jam (menjaga kepatenan alat,
mencegah infeksi, meningkatkan kenyamanan).
e. Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing
Non rebreathing mask
Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen yang tinggi
mencapai 90 % dengan aliran 6 15 liter/mnt. Pada prinsipnya udara
inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi, udara ekspirasi
dikeluarkan langsung ke atmosfer melalui satu atau lebih katup, sehingga
dalam kantong konsentrasi oksigen menjadi tinggi. Sebelum dipasang ke
pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara menutup lubang antara
kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir.

22

Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali
pengikat untuk mencegah iritasi kulit. Kantong tidak akan pernah kempes
dengan total. Perawat harus menjaga agar semua diafragma karet harus
pada tempatnya dan tanpa tongkat.
FiO2 estimation :
Flows ( lt/mt ) FiO2 ( % )
6 : 55 60
8 : 60 80
10 : 80 90
12 15 : 90
a. Keuntungan :
Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 90%, tidak
mengeringkan selaput lendir.
b. Kerugian :
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah. Kantong
oksigen bisa terlipat atau terputar, menyekap, perlu segel pengikat,
dan tidak memungkinkan makan, minum atau batuk, bisa terjadi
aspirasi bila pasien muntah terutama pada pasien tidak sadar dan anakanak. Cara memasang :
a. Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi (k/p).
b. Atur posisi pasien
c. Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai
dengan kebutuhan.(menjaga kelembaban udara, mencegah iritasi
mukosa jalan nafas dan mulut).
d. Mengatur aliran oksigen sesuai kebutuhan , terapi oksigen dengan
sungkup non rebreathing mempunyai efektifitas aliran 6-7
liter/menit dengan konsentrasi O2 (FiO2) 55-90 % (menjaga
kepatenan sungkup, menjamin ketepatan dosis).

23

e. Isi O2 kedalam kantong dengan cara menutup lubang antara


kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir.
(mencegah kantong terlipat, terputar).
f. Mengikat tali non rebreathing mask dibelakang kepala melewati
bagian atas telinga. (mencegah kebocoran sungkup).
g. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali
pengikat (untuk mencegah iritasi kulit).
h. Muka pasien dibersihkan tiap 2 jam. (observasi terhadap
iritasi,muntah,aspirasi akibat terapi, dan menjaga kenyamanan
pasien).
i. Sungkup dibersihkan/diganti tiap 8 jam (menjaga kepatenan alat,
mencegah infeksi, meningkatkan kenyamanan).

2. Sistem Aliran Tinggi


Memberikan

aliran

dengan

frekuensi

cukup tinggi

untuk

memberikan 2 atau 3 kali volume inspirasi pasien. Alat ini cocok untuk
pasien dengan pola nafas pendek dan pasien dengan PPOK yang
mengalami hipoksia karena ventilator. Suatu teknik pemberian oksigen
dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernafasan,
sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi oksigen
yang lebih tepat dan teratur.
Contoh sistem aliran tinggi :
a. Sungkup muka dengan venturi / Masker Venturi (High flow low
concentration).
Merupakan metode yang paling akurat dan dapat diandalkan untuk
konsentrasi yang tepat melalui cara non invasif. Masker dibuat
sedemikian rupa sehingga memungkinkan aliran udara ruangan
24

bercampur dengan aliran oksigen yang telah ditetapkan. Masker


venturi menerapkan prinsip entrainmen udara (menjebak udara seperti
vakum), yang memberikan aliran udara yang tinggi dengan pengayaan
oksigen terkontrol. Kelebihan gas keluar masker melalui cuff
perforasi, membawa gas tersebut bersama karbondioksida yang
dihembuskan. Metode ini memungkinkan konsentrasi oksigen yang
konstan untuk dihirup yang tidak tergantung pada kedalaman dan
kecepatan pernafasan.Diberikan pada pasien hyperkarbia kronik
( CO2 yang tinggi ) seperti PPOK yang terutama tergantung pada
kendali hipoksia untuk bernafas, dan pada pasien hypoksemia sedang
sampai berat.
FiO2 estimation
Menurut Standar Keperawatan ICU Dep.Kes RI. tahun 2005, estimasi
FiO2 venturi mask merk Hudson
Warna dan flows ( liter/menit ) FiO2 ( % )
Biru : 2 : 24
Putih : 4 : 28
Orange : 6 : 31
Kuning : 8 : 35
Merah : 10 : 40
Hijau : 15 : 60
a. Keuntungan
Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan / tepat sesuai dengan
petunjuk pada alat.
FiO2 tidak dipengaruhi oleh pola ventilasi, serta dapat diukur
dengan O2 analiser.
Temperatur dan kelembaban gas dapat dikontrol.
Tidak terjadi penumpukan CO2.

25

b. Kerugian
Harus diikat dengan kencang untuk mencegah oksigen mengalir
kedalam mata.
Tidak memungkinkan makan atau batuk, masker harus
dilepaskan bila pasien makan, minum, atau minum obat.
Bila humidifikasi ditambahkan gunakan udara tekan sehingga
tidak mengganggu konsentrasi O2.
Caranya :
a. Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi.
b. Atur posisi pasien
c. Membuka aliran regulator untuk menentukan tekanan oksigen
sesuai dengan kebutuhan.
d. Mengatur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan, terapi O2
dengan masker venturi mempunyai efektifitas aliran 2-15
liter/menit dengan konsentrasi O2 24- 60 % (Metode ini
memungkinkan konsentrasi oksigen yang konstan untuk dihirup
yang

tidak

tergantung

pada

kedalaman

dan

kecepatan

pernafasan).
e. Memasang venturi mask pada daerah lubang hidung dan mulut.
f. Mengikat tali venturi mask dibelakang kepala melewati bagian
atas telinga.
g. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan
tali pengikat untuk mencegah iritasi kulit.
b. Bag and Mask / resuscitator manual
Digunakan pada pasien :
Cardiac arrest
Respiratory failure
Sebelum, selama dan sesudah suction Gas flows 12 15 liter, selama
resusitasi buatan, hiperinflasi / bagging, kantong resusitasi dengan
reservoir harus digunakan untuk memberikan konsentrasi oksigen 74

26

% - 100 %. Dianjurkan selang yang bengkok tidak digunakan


sebagai reservoir untuk kantong ventilasi. Kantong 2.5 liter dengan
kecepatan 15 liter/menit telah ditunjukkan untuk pemberian oksigen
yang konsisten dengan konsentrasi 95 % - 100 %. Penggunaan
kantong reservoar 2.5 liter juga memberikan jaminan visual bahwa
aliran oksigen utuh dan kantong menerima oksigen tambahan.
Pengetahuan tentang kantong dan keterampilan penggunaan adalah
vital :
Kekuatan pemijatan menentukan volume tidal ( VT ).
Jumlah pijatan permenit menentukan frekuensi
Kekuatan dan frekuensi menentukan aliran puncak.
Hal hal yang harus diperhatikan :
Observasi dada pasien untuk menentukan kantong bekerja dengan
baik dan apakah terjadi distensi abdomen.
Kemudahan / tahanan saat pemompaan mengindikasikan komplain
paru.
Risiko terjadinya peningkatan sekresi, pneumothorak, hemothorak,
atau spasme bronkus yang memburuk.
Syarat syarat Resusitator manual :
Kemampuan kantong untuk memberikan oksigen 100 % pada
kondisi akut.
Masker bila dibutuhkan harus transparan untuk memudahkan
observasi terhadap muntah / darah yang dapat mengakibatkan
aspirasi.
Sistem katup yang berfungsi tanpa gangguan pada kondisi akut.
Pembersihan dan pendauran ketahanan kantong.

27

Large Volume Aerosol Sistem.


a. Selang T / T piece / Briggs adaptor
Oksigen dialirkan ke humidifier, aliran harus cukup tinggi untuk
menutup ventilasi pasien per menit. Dengan Oksigen T- piece
memungkinkan pelembaban untuk selang ETT ( Endo Trakeal
Tube ) atau trakeostomi.Tidak akan menimbulkan kondensasi
dalam selang. Pada pemakaiannya, kabut harus terlihat pada
ekshalasi akhir. Flow rate yang direkomendasikan adalah 10
liter/menit dengan nebuliser set untuk menjaga inspired oxygen
concentration (FiO2)
b. Sungkup terbuka / Face tent
Sama

dengan

selang

T, digunakan

untuk

memberikan

pelembaban pada pasien di ruang pemulihan atau setelah


ekstubasi. Bila pasien merasakan masker terlalu menyekap,
maka masker wajah harus ditambahkan. Konsentrasi 40%
dengan aliran 10-15 L/mnt (Hudak & Gallo,1997), 8-12
liter/menit : 28%-100%.
a. Keuntungan
Lebih nyaman untuk anak, dapat digunakan sebagai alternatif
pemberian aerosol, dapat memberikan kelembaban yang
tinggi.
b. Kerugian
Posisi face tent sulit dipertahankan, FiO2 sulit dikontrol.
c. Collar trakeostomi
a. Keuntungan :
Sama dengan selang T, Memberikan pelembaban untuk
pasien dengan trakeostomi.

28

Gelang gelang adaptor mencegah bunyi gemuruh selang


trakeostomi.
Bagian depan memungkinkan penghisapan tanpa melepas
masker.
Kondensasi dalam collar dapat dialirkan ke dalam selang
pasien.
b. Kerugian :
Sekresi dan lapisan kulit sekitar stoma dapat menyebabkan
iritasi dan infeksi.
II.8. Keamanan
Untuk pasien :
-

Memastikan bahwa selangnya benar-benar masuk ke dalam saluran


pernapasan.

Selang atau kateter yang masuk ke dalam saluran napas harus


steril.

Tabung oksigennya dijauhkan dari jangkauan api.

II.9. Hal yang harus dilaporkan dan didokumentasikan


a.

Observasi dan catat terhadap penurunan kecemasan, peningkatan


pengetahuan, penurunan kelemahan, penurunan frekuensi nafas,
perubahan warna kulit, peningkatan saturasi oksigen.

b.

Monitor dan dokumentasikan hasil analisa gas darah dan pulse


oksimetri untuk menilai keefektifan terapi oksigen. Therapy Oksigen
berhasil jika : Nilai PaO2 dan PaCO2 yang diharapkan tercapai : PaO2
= ( 4 5 ) x FiO2.

c.

Monitor dan dokumentasikan kulit disekitar telinga, hidung ,


mukosa hidung terhadap iritasi.

d.

Monitor dan dokumentasikan terjadinya efek samping / bahaya


terapi oksigen yang lain.

29

e.

Observasi dan catat posisi alat (kanula/masker, dll) yang tepat pada
pasien .

f.

Catat metode yang digunakan, berapa liter/ menit alirannya atau


berapa FiO2 yang diberikan.

II.10. Resiko Terapi Oksigen


Salah satu resiko terapi oksigen adalah keracunan oksigen. Hal ini
dapat terjadi bila oksigen diberikan dengan fraksi lebih dari 50% terusmenerus selama 1-2 hari. Kerusakan jaringan paru terjadi akibat
terbentuknya metabolik oksigen yang merangsang sel PMN dan H2O2
melepaskan enzim proteolotikdan enzim lisosom yang dapat merusak
alveoli. Sedangkan resiko yang lain seperti retensi gas karbondioksida dan
atelektasis.
Oksigen 100% menimbulkan efek toksik, tidak saja pada hewan,
namun juga pada bakteri, jamur, biakan sel hewam dan tanaman. Apabila
O2 80-100% diberikan kepada manusia selama 8 jam atau lebih, saluran
pernafasan akan teriritasi, menimbulkan distres substernal, kongesti
hidung, nyeri tenggorokan dan batuk. Pemajanan selama 24-48 jam
mengakibatkan kerusakan jaringan paru.
Sejumlah bayi dengan sindroma gawat nafas yang diterapi dengan
O2, selanjutnya mengalami gangguan menahun yang ditandai dengan kista
dan pemadatan jaringan paru (displasia bronkopulmonal). Komplikasi lain
pada bayi-bayi ini adalah retinopti prematuritas (fibroplkasia retrolental),
yaitu pembentukan jaringan vaskuler opak pada matayang dapat
mengakibatkan kelainan penglihatan berat. Pemberian O2 100% pada
tekanan yang lebih tinggi berakibat tidak hanya iritasi trakeobronkial,
tetapi juga kedutan otot, bunyi berdering dalam telinga, rasa pening,
kejang dan koma. Pajanan terhadap O2 tekanan tinggi (oksigenasi
hiperbarik) dapat menghasilkan peningkatan jumlah O2 terlarut dalam
darah. Oksigen bukan zat pembakar tetapi dapat memudahkan terjadinya
kebakaran, oleh karena itu klein dengan terapi pemberian oksigen harus

30

menghindari : Merokok, membuka alat listrik dalam area sumber oksigen,


menghindari penggunaan listrik tanpa Ground.
BAB III
KESIMPULAN
Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru
melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. Tujuan
terapi oksigen ini adalah untuk meningkatkan konsentrasi O2 pada darah arteri
sehingga

masuk

ke

jaringan

untuk

memfasilitasi

metabolisme

aerob,

mempertahankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 > 90 %. Indikasi terapi oksigen ini
adalah untuk pasien hipoksia, oksigenasi kurang sedangkan paru normal,
oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal, oksigenasi cukup, paru normal,
sedangkan sirkulasi tidak normal, pasien yang membutuhkan pemberian oksigen
konsentrasi tinggi, pasien dengan tekanan partial karbondioksida ( PaCO2 )
rendah. Kontra indikasi pemakaian terapi oksigen ini adalah pemakaian kanul
nasal/kateter binasal/nasal prong : jika ada obstruksi nasal, pemakaian kateter
nasofaringeal / kateter nasal : jika ada fraktur dasar tengkorak kepala, trauma
maksilofasial, dan obstruksi nasal, pemakaian sungkup muka dengan kantong
rebreathing : pada pasien dengan PaCO2 tinggi, akan lebih meningkatkan kadar
PaCO2 nya lagi. Komplikasi pemakaian terapi oksigen yang terlalu lama dapat
mengakibatkan keracunan oksigen, kerusakan jaringan paru terjadi akibat
terbentuknya metabolik oksigen yang merangsang sel PMN dan H 2O2 melepaskan
enzim proteolotikdan enzim lisosom yang dapat merusak alveoli. Sedangkan
resiko yang lain seperti retensi gas karbondioksida dan atelektasis. Apabila O 2 80100% diberikan kepada manusia selama 8 jam atau lebih, saluran pernafasan akan
teriritasi, menimbulkan distres substernal, kongesti hidung, nyeri tenggorokan dan
batuk. Pemajanan selama 24-48 jam mengakibatkan kerusakan jaringan paru.
Pemberian O2 100% pada tekanan yang lebih tinggi berakibat tidak hanya iritasi
trakeobronkial, tetapi juga kedutan otot, bunyi berdering dalam telinga, rasa
pening, kejang dan koma.

31

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonymous. Meditasi Dzikir. 2005. Stress and Health Solution. Web .


12 Desember 2005. www.MedDzik.org
2. Astowo. Pudjo. 2005. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian
Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi. FKUI. Jakarta.
3. Blogspot. 2009. The Human Respiratory System. Blog Spot.Com.
(http://anatomi-tubuhmanusiadanhewan.blogspot.com/2009/05/sistem-pernapasan-padamanusia.html).
4. Akhmad, I. 2004. Terapi Oksigen Dalam Asuhan Keperawatan.
Program Studi Ilmu Keperawatan FK USU Medan. Sumatera Utara.
5. Rogayah, R. 2009. The Principle Of Oxigen Therapy. Departemen
Pulmonologi Dan Respiratori FK UI. Jakarta.
6. Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi bahasa
Indonesia, vol. 8. EGC. Jakarta.
7. Nursing Begin. 2011. Terapi Oksigen (http://nursingbegin.com/terapioksigen/ ).
8. Ganong, F. William. 2003. Fisiologi Kedokteran Edisi 20. EGC.
Jakarta.
9. Latief, A. Said. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intesif. Jakarta.

32

10. Setyohadi, Bambang, dkk. 2011. Terapi Oksigen. Kegawatdaruratan


Penyakit Dalam. Buku I Eimed Dasar. EIMED PAPDI. Jakarta. Hal
183-90.

33

Anda mungkin juga menyukai