Pembelajaran Klinik
Pembelajaran Klinik
Pembelajaran Klinik
secara
langsung
dan
menjadi
jantung
dari
pendidikan
keperawatan.
Pada
program pendidikan Ners, peserta didik dimungkinkan untuk memperoleh kesempatan praktik
klinik sebanyak mungkin dan mengenal area klinik diawal pembelajaran. Untuk program
spesialisasi, pembelajaran klinik merupakan inti dari pengembangan professional. Bagaimana
cara pembimbing klinik meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran dalam praktik
sehari-hari.
B.
TUJUAN
Tujuan Pembelajaran
C.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Belajar di lingkungan klinik memiliki banyak keunggulan. Pembelajaran klinis berfokus pada
masalah nyata dalam konteks praktik profesional. Peserta didik termotivasi oleh kesesuaian
kompetensi yang dilakukannmelalui partisipasi aktif pembelajaran klinik, sedangkan pemikiran,
tindakan, dan sikap professional diperankan oleh pembimbing klinik. Lingkungan klinik
merupakan wadah bagi mahasiswa untuk belajar pemeriksaan fisik, argumentasi klinik,
pengambilan keputusan , empati, serta profesionalisme yang diajarkan dan dipelajari sebagai satu
kesatuan.
2.
2.
3.
4.
5.
Lingkungan klinik terkadang kurang kondusif bagi pembelajaran ( sarana dan prasarana )
6.
3.
2.
3.
4.
Supervisi yang belum adekuat dan kurangnya masukan dari pembimbing klinik
5.
Peserta didik lebih banyak melakukan observasi pasif dibandingkan partisipasi aktif
6.
Lebih cenderung untuk focus pada aspek pengetahuan berdasar fakta daripada
pengembangan sikap serta ketrampilan memecahkan masalah
Berbagai prinsip mengajar yang baik dapat diintegrasikan kedalam pengajaran klinik. Salah
satu hal penting yang diperluakan adalah perencanaan. Fungsi perencanaan adalah memeberiakn
panduan kepada pembimbing dan mahasiswa dalam struktur dan konteks seperti kerangka kerja
untuk refleksi dan evaluasi. Persiapan merupakan hal yang perlu diamati oleh peserta didik untuk
mengenai apakah pembimbing klinik tersebut siap atau tidak.
Teori kognitif menyatakan bahwa pembelajaran melibatkan proses informasi melalui
pertukaran anatar pengetahuan yang ada dengan pengetahuan yang baru. Faktor penting yang
mempengaruhi adalah apa yang telah diketahui olehpeserta didik. Kualitas akibat dari
pengetahuan baru bergantung tidak hanya dari pengetahuan yang baru saja diperoleh tetapi juga
dari pengembangan yang sedang berlangsung.
D.
1.
Bedside teaching
2.
Case presentation
3.
Jurnal presentation
4.
5.
6.
Mini-clinical examination
PRECEPTOR
1. MODEL PRECEPTOR
Menurut Mahen dan Clark (1996), preceptor adalah seorang perawata yang mengajar,
memberikan bimbingan, dapat menginspirasi rekannya, menjadi tokoh panutan (Role model),
serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan individu (trainee) untuk jangka waktu
tertentu dengan tujuan khusus mensosialisasikan trainee pada peran barunya. Tujuan dari model
preceptorship sendiri dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu makro (skala luas) dan mikro
(skala individu).
Secara mikro bertujuan untuk melibatkan pengembangan perawat didalam organisasi.
Shamian dan Inhaber (1985) menyatakan bahwa model preceptorship digunakan sebagai alat
ssosialisasi dan orientasi. Hill dan loweinstein (1992) memandang model preceptorship sebagai
salah satu metode rekrutmen staf. Akses ke pengetahuan organisasi dan praktik klinik tidak
dapat di prediksi oleh perawat baru, sehingga diskusi anatara preceptor dan preceptee diperlukan
untuk memberikan praktik terkini dalam lingkungan klinik dengan harapan preceptee akan
memiliki kemampuan yang sama dengan preceptornya.
2. TUJUAN PRECEPTOR
Preceptorship secara mikro (bagi individu) adalah untuk membenatu proses transisi dari
pembelajar ke praktisioner (mahen dan Clark, 1996) mengurangi dampak syok realita (Kramer,
1947) dan memfasilitasi perawat untuk berkembang apa yang dihadapi dalam lingkungan
barunya (bain, 1996). Fokus pada efisiensi dan efektifitas layanan keperawatan yang
berkembang cepat sering kali mem menimbulkan culture shock tersendiri khususnya bagi
perawat baru.
3. KRITERIA PRECEPTOR
Tidak semua perawat senior dan medio dapat memiliki criteria sebagai seorang preceptor.
UKCC (1993) menganjurkanbahwa preceptor adsalah perawat yang memiliki pengalaman
minimal 12 tahun dibidang yang sama atau bidang yang masih berhubungan. Ketrampilan
komunikasi dan kepemimpinan, kemampuan membuat keputusan yang tepat, dan mendukung
perkembangan professional merupakan hal terpenting (shamian dan Inhaber, 1985). Secara garis
besar dapat disimpulkan criteria seorang preceptor yang berkualitas adalah berpengalaman dan
ahli di lingkungan klinik, berjiwa kepemimpinan, ketrampilan komunikasi yang baik,
kemampuan membuat keputusan, mendukung perkembangan professional, memiliki kemauan
untuk mengajar dan mengambil peran dalam penerapan model preceptorship, tidak mempunyai
sikap yang menilai terlalu awal pada rekan kerja asertif, fleksibilitas untuk berubah, mapu
beradaptasi dengan pembelajaran individu.
Faktor kunci dlam pengembangan dan implementasi model preceptorship adalah
keterlibatan staf yang berpengalaman di semua tingkatan, ketersediaan literature untuk
mendapatkan kepahaman praktik yang terbaik, dan penggunaan pengetahuan yang diperoleh
untuk dijadikan panduan dlam praktik. Penggunaan kobinasi dari strategi perubahan dan program
pendidikan staf dapat diimplementasiakn untuk meningkatkan model preceptoship. Komitmen
dan dukungan dari bidang keperawatan merupakan salah satu faktor penting. Hal terakhir untuk
menilai keberhasilan penerapan model preceptorship harus dilakukan melalui audit yang sudah
distandarisasi
Isu-isu yang dipertimbangkan dlam memberikan panduan bagi program kemitraan
preceptor dan preceptee adalah sebagai berikut :
1.
Mengenalkan program
2.
Mengidentifikasi dari tujuan pribadi serta institusi dan tujuan yang dapat diukur
3.
4.
5.
6.
Menurut Cerinus dan Ferguson (1994) bahwa tanggung jawab dari seorang preceptor diantaranya
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Secara umum tanggung jawab seorang preceptor dibagi menjadi dua golongan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Memfasilitasi pengembangan dari apa yang harus dikuasai preceptee melalui model
preceptorship
Kerangka tujuan (tujuan peserta didik, target ketrampilan dan situasi klinik
institusi pendidikan
ii)
Metode PPK
1. Metode pengalaman: penugasan klinik, pelaporan tertulis, simulasi, permainan
2. Metode pemecahan masalah: menganalisa situasi klinik, pemahaman masalah, perencanaan,
penerapan pengetahuan, pemahaman nilai-nilai keyakinan
3. Konferensi/ kelompok diskusi: konferensi awal dan ahir, pear preview, issues (dampak sosial
politik bagi praktek keperawatan), konferensi multidisiplinary (kolaborasi pengambilan
keputusan untuk mengembangkan rencana perawatan pasien)
4. Observasi: peserta didik dapat meniru
5. Bed side teaching (peran serta klien, diskusi hal penting, tidak hanya how tapi why
6. Nursing care study: penguasaan merawat klien
7. Nursing team konferens: siswa diikutsertakan dalam pembahasan kasus oleh staf sebagai
bagian dalam perencanaan keperawatan
8. Nursing round
Peran pembimbing klinik
Change agent
Nara sumber
Menagemen/ pengelola: pengelola lingkungan fasilitas lahan praktek
Mediator dan fasilitator
Demonstrator
evaluator
Fungsi pembimbing klinik
Membina hubungan baik
Terlibat dalam penemuan tim kesehatan
Merancang magang
Identifikasi populasi pasien untuk pembelajaran
Mendampingi peseta didik selama praktik
Fasilitasi proses pembelajaran, dll
Kriteria pembimbing
Profesional dibidangnya
Memahami askep
Mempu mendeseminasikan
Mempu melaksanakan fungsi pembimbing
Kualifikasi pendidikan tinggi
Kriteria lahan praktik
Terdaftar dan diakui pemerintah, manajemen baik
Memberi pelayanan diagnostik, pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi
Pasien cukup (jumlah/ jenis penyakit)
Fasilitas fisik dan alat memadai untuk kebutuhan pembelajaran
Daftar Pustaka
file://localhost/D:/About_Chu_PhiT/Semester%204/PDK/tgs%20revisi%20pdk/books.htm (diaks
es 23 Mei 2012 19.00 WIB )
file://localhost/D:/About_Chu_PhiT/Semester%204/PDK/tgs%20revisi%20pdk/books
%20perceptorsip.htm (diakses 23 Mei 2012 19.59 WIB)