Aktualisasi Islam Berkemajuan Aisyiyah
Aktualisasi Islam Berkemajuan Aisyiyah
Aktualisasi Islam Berkemajuan Aisyiyah
merupakan agama Allah yang mengajarkan kemajuan, sehingga Islam dapat disebut sebagai Din
al-Hadlarah yakni Agama yang Berkemajuan; sebaliknya Islam itu anti kejumudan, ketertinggalan,
dan keterbelakangan; (2) Kelahiran Muhammadiyah sebagai gerakan Islam sejak berdirinya tahun
1912 pada hakikatnya merupakan gerakan dakwah dan tajid untuk memajukan kehidupan
sepanjang ajaran Islam; sehingga Muhammadiyah kemudian dikenal sebagai gerakan Islam
pembaruan dalam berbagai lapangan kehidupan di dunia Islam; (3) Pandangan Islam yang
berkemajuan merupakan perspektif keislaman dan gerakan yang bersifat tengahan atau moderat
(wasathiyyah) di tengah perkembangan berbagai paham keagamaan yang ekstrem antara yang
bercorak kanan (radikal-fundamentalis, tekstual-konservatif) maupun kiri (radikal-liberal,
kontekstual-progresif) yang tumbuh mekar di era mutakhir ini sehingga warga Muhammadiyah
tidak perlu terombang-ambing dan mengalami kebingungan; (4) Dalam mengaktualisasikan
gerakannya sekaligus menghadapi masalah, tantangan, dan arah masa depan abad kedua yang
ditandai kehidupan modern yang bercorak tahap-lanjut (postmodern) Muhammadiyah memiliki
fondasi, bingkai, dan orientasi yang kokoh pada pandangan Islam yang berkemajuan.
Karenanya pandangan Islam yang berkemajuan penting untuk diyakini, dipahami, dan tidak
kalah pentingnya diaktualisasikan dalam seluruh gerakan Muhammadiyah. Para anggota lebihlebih kader dan pimpinan Muhammadiyah di seluruh lingkungan dan komponennya dituntut untuk
memahami secara luas dan mendalam mengenai pandangan Islam yang berkemajuan. Setelah itu
bagaimana mewujudkan atau mengaktualisasikan pandangan Islam yang berkemajuan dalam
seluruh gerakannya termasuk dalam melaksanakan usaha-usaha melalui amal usaha, program, dan
kegiatan untuk mencapai tujuan terbentuknya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dan
menjadikan Islam sebagai rahmatan lil-alamin.
Islam adalah agama wahyu yang sempurna dan paripurna. Menurut Tarjih Muhammadiyah,
Ad-Din al-Islami: huwa maa syaraahu Allah ala lisani anbiyaaihi min al-awamir wa al-nawahi
wa al-isryadati li-al-shalah al-ibadi dunya-hum wa ukhra-hum (Agama Islam ialah apa-apa yang
telah disyariatkan Allah melalui perantaraan Nabi-nabi-Nya berupa perintah-perintah, laranganlarangan, dan petunjuk-petunjuk-Nya untuk kebaikan hamba-hamba-Nya di dunia dan akhirat).
Islam memiliki landasan yang kokoh, karena sebagai agama yang diturunkan Tuhan (al-fitrah almunajalah), kompatibel dengan hakikat dan potensi dasar manusia yang dianugerahi Allah fitrah
beragama (fitrah al-maqbulah), sehingga agama ini disebut sebagai agama fitrah atau agama hanif
sebagaimana firman Allah:
2|Halaman
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS Ar-Rum: 30).
Islam sebagai agama fitrah memiliki misi yang utama, yakni menjadi rahmat bagi kehidupan
alam semesta.
Firman Allah dalam Al-Quran menyatakan:
)(
Artinya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam (QS Al-Anbiya: 107).
Sebagai agama rahmat, Islam tidak hanya untuk manusia, tetapi memberi manfaat bagi
kehidupan di alam raya seperti hewan, tumbuhan, lingkungan, dan lain-lain dalam relasi saling
terkait antara hubungan dengan Tuhan (habluminallah), hubungan dengan sesama manusia
(hablimannas), dan hubungan dengan semesta alam (hablumin al-alam).
Islam sebagai agama mengatur seluruh aspek kehidupan. Tetapi ada aspek-aspek
kehidupan yang secara rinci diatur, ada yang sifatnya mujmal atau umum, dan bahkan ada yang
diberikan keleluasaan manusia untuk mengaturnya. Hadis Nabi: Antum alamu bi umuri
dunyakum. Al-muradu bi-amri al-dunya... antum aalum bi umuri dunyakum...huwa alumurullati lam yubats li-ajliha al-anbiyaau (yakni perkara-perkara / urusan-urusan / pekerjaanpekerjaan yang diserahkan sepenuhnya kepada kebijakan-kebijakan manusia). Dalam hal ini
terutama masalah-masalah muamalah-dunyawiyyah, al-ashlu fil asyaa (al-muamalat) al-ibahah,
hatta yaquma ad-dalil ala at-tahrim, bahwa asal muasal hukum muamalah boleh sampai ada
dalil yang mengharamkan. Termasuk dalam hal bagaimana mengurus masyarakat, bangsa, dan
negara. Islam hanya mengatur prinsip-prinsipnya atau isyarat-isyarat dalam bentuk al-isryadat.
Islam sebagai agama rahmatan lilalamin berkomitmen untuk membangun tatanan
kehidupan yang adil (QS Al-Araf: 29), makmur (Qs Hud: 61), sejahtera (QS An-Nisa: 19),
persaudaraan (QS Al-Hujarat: 10), saling tolong menolong (QS Al-Maidah: 2), agar setiap umat
mengubah nasib dirinya dan memperhatikan masa depan (QS Ar-ra'du: 11; Al-Hasyr: 18),
membebaskan kaum dhu'afa-mustadh'afin (QS Al-Ma'unn: 1-7; Al-Balad: 11-16, dst), menjadi
khalifah di muka bumi untuk membangun dan tidak untuk merusak (QS Al-Baqarah: 30; Hud: 61;
Al-Baqarah: 11; dst.); kebaikan (QS Al-Qashas: 77), terbangunnya hubungan baik pemimpin dan
warga (An-Nisa: 57-58), terjaminnya keselamatan umum (QS At-Taubah: 128), Hidup
berdampingan dengan baik dan damai (Al-Imran: 101, 104; dan Al-Qashas: 77), tidak adanya
3|Halaman
kezaliman (Al-Furqan: 19), tidak ada kerusakan atau fasad fi al-ardl (QS Al-Baqarah: 11), dan
terciptanya umat terbaik atau khaira ummah (QS Ali Imran: 110), sehingga secara keseluruhan
terwujud baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur sebagaimana firman Allah SWT:
)(
Artinya: Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat
kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka
dikatakan) Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah
kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang
Maha Pengampun (QS Saba: 15).
Islam mengajarkan agar manusia mengurus dunia dan menjadikannya sebagai majraat alakhirat atau ladang akhirat. Islam memerintahkan umatnya untuk merencanakan masa depan
sebagai bagian tidak terpisahkan dari bertaqwa (QS Al-Hasyr: 18), bahkan umat diperintahkan
untuk melakukan perubahan nasib dengan ikhtiar sebab Allah tidak akan mengubah nasib suatu
kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya (QS Ar-Rad: 11). Muslim tidak boleh
melupakan dunia, sebaliknya mengurus untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat dengan
perbuatan baik sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran:
)(
Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang berbuat kerusakan (QS Al-Qashash: 77).
Karena itu menjadi suatu kewajiban umatnya agar Islam didakwahkan sehingga menjadi
sistem kehidupan yang utama bagi peradaban umat manusia. Kewajiban berdakwah itu
merupakan tanggungjawab pribadi sekaligus kolektif, sehingga setiap muslim harus merasa
terpanggil untuk melakukannya dengan ikhlas dan niat beribadah tanpa paksaan. Kewajiban
dakwah Islam itu diperintahkan Allah dalam Al-Quran sebagaimana firman-Nya :
)(
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar [217]; merekalah
orang-orang yang beruntung (QS Ali Imran: 104).
Dari sejumlah ayat Al-Quran dan Sunnah Nabi yang dipaparkan tersebut tampak jelas
hakikat Islam sebagai agama yang menanamkan nilai-nilai kemajuan bagi umat manusia.
Karenanya menjadi muslim dan umat Islam semestinya mempunyai spirit, etos, pemikiran, sikap,
dan tindakan yang berwawasan kemajuan. Dengan Islam yang berkemajuan maka umat Islam akan
4|Halaman
melahirkan peradaban yang menyinari dan menjadi rahmat bagi semesta alam.
masyarakat
dhu'afa-mustadl'afin
melalui
Al-Ma'un,
mendirikan
gerakan
perempuan Islam berkemajuan yakni Aisyiyah, serta berbagai dakwah bi-lisan dan bi-lisan yang
bersifat maju lainnya sungguh merupakan wujud nyata dari gerakan Muhammadiyah dalam
menghadirkan dakwah pencerahan. Muhammadiyah bahkan terlibat aktif dalam pergerakan
perjuangan kemerekaan dan pada tanggal 17 Agustus 1945 terlibat aktif dalam meletakkan
fondasi berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Muhammadiyah bukan hanya berkeringat
deras, tetapi bahkan menjadi pendiri Republik ini.
Karenanya kini para anggota, mubalig, aktivis, dan pimpinan Muhammadiyah di mana pun
termasuk yang berada di lingkngan Organisasi Otonom, Majelis, Lembaga, Amal Usaha, dan
seluruh lingkungan Persyarikatan harus secara masif menggerakkan kembali jiwa, pikiran, dan
langkah-langkah pencerahan dalam seluruh aspek yang menjadi bidang gerakannya. Gerakan
pencerahan dalam Muhammadiyah digelorakan kembali pada Muktamar ke-46 tahun 2010 di
Yogyakarta sebagaimana terkandung dalam "Pernyataan Pikiran Muhammasiyah Abad Kedua".
Dinyatakan, bahwa Muhammadiyah pada abad kedua berkomitmen kuat untuk melakukan
gerakan pencerahan. Gerakan pencerahan (tanwir) merupakan praksis Islam yang berkemajuan
untuk membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan. Gerakan pencerahan
dihadirkan untuk memberikan jawaban atas problem-problem kemanusiaan berupa kemiskinan,
kebodohan, ketertinggalan, dan persoalan-persoalan lainnya yang bercorak struktural dan
kultural. Gerakan pencerahan menampilkan Islam untuk menjawab masalah kekeringan ruhani,
krisis moral, kekerasan, terorisme, konflik, korupsi, kerusakan ekologis, dan bentuk-bentuk
kejahatan kemanusiaan. Gerakan pencerahan berkomitmen untuk mengembangkan relasi sosial
yang berkeadilan tanpa diskriminasi, memuliakan martabat manusia laki-laki dan perempuan,
menjunjung tinggi toleransi dan kemajemukan, dan membangun pranata sosial yang utama.
Dengan gerakan pencerahan Muhammadiyah terus bergerak dalam mengemban misi
dakwah dan tajdid untuk menghadirkan Islam sebagai ajaran yang mengembangkan sikap
tengahan (wasithiyah), membangun perdamaian, menghargai kemajemukan, menghormati harkat
martabat kemanusiaan laki-laki maupun perempuan, mencerdaskan kehidupan bangsa,
5|Halaman
Kyai Hadjid, Kyai Dahlan menyatakan, Manusia perlu digolongkan menjadi satu dalam
kebenaran, harus bersama-sama menggunakan akal fikirannya, untuk memikir, bagaimana
sebenarnya hakikat dan tujuan manusia hidup di dunia. Apakah perlunya? Hidup di dunia harus
mengerjakan apa? Dan mencari apa? Dan apa yang dituju? Manusia harus menggunakan
fikirannya untuk mengoreksi soal itikad dan keyakinannya, tujuan hidup dan tingkahlakunya,
mencari kebenaran yang sejati. Karena kalau hidup di dunia hanya sekali ini sampai sesat,
akibatnya akan celaka, dan sengsara selamanya. Pendapat tersebut dikaitkan dengan ayat ke-44
Surat Al-Furqan, yang artinya: Apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar
atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat jalannya (dari binatang ternak itu).
Di antara sembilan ciri masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, salah satu cirinya ialah
Masyarakat berkemajuan, yang ditandai oleh: (a) Masyarakat Islam ialah masyarakat yang
maju dan dinamis, serta dapat menjadi contoh; (b) Masyarakat Islam membina semua sektor
kehidupan secara serempak dan teratur/ terkoorrdinir; (c) Dalam pelaksanaannya masyarakat itu
mengenal pentahapan dan pembagian pekerjaan. Dari ciri masyarakat Islam yang berkemajuan
itu jelas sekali bagaimana tujuan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah dan tajdid untuk
membentuk masyarakat yang dicita-citakan. Makin kuat rujukan tentang ikon pandangan dan citacita Islam yang berkemajuan.
Spirit dan jiwa yang berkemajuan juga tampak kuat dalam usaha-usaha Muhammadiyah,
yang diformulasikan dalam Anggaran Rumah Tangga, tetapi sesungguhnya merupakan pantulan
dari apa yang selama ini dilakukan gerakan Islam ini. Usaha yang dilakukan Muhammadiyah ialah
sebagai berikut: (1) Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman,
meningkatkan pengamalan, serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan;
(2) Memperdalam dan mengembangkan pengkajian ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan
untuk mendapatkan kemurnian dan kebenarannya; (3) Meningkatkan semangat ibadah, jihad,
zakat, infak, wakaf, shadaqah, hibah, dan amal shalih lainnya; (4) Meningkatkan harkat, martabat,
dan kualitas sumberdaya manusia agar berkemampuan tinggi serta berakhlaq mulia; (5)
Memajukan
dan
memperbaharui
pendidikan
dan
kebudayaan,
mengembangkan
ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni, serta meningkatkan penelitian; (6) Memajukan perekonomian
dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang berkualitas; (7) Meningkatkan kualitas
kesehatan
dan
kesejahteraan
masyarakat;
(8)
Memelihara,
mengembangkan,
dan
kelahiran
terus berkomitmen untuk menampilkan jatidiri dan aktualisasi Islam yang berkemajuan. Islam
yang murni (aseli, autentik) bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah yang yang maqbulah disertai
tajdid atau ijtihad atau pembaruan yang muaranya melahirkan kemajuan sepanjang kemauan
ajaran Islam. Dengan pandangan Islam yang berkemajuan itulah, Muhammadiyah mampu
melintasi zaman dalam segala dinamika pasang-surut perjuangan yang dilalaluinya. Spirit Islam
yang berkemajuan itulah yang kemudian memberikan inspirasi bagi kemajuan berpikir dan
melangkah Muhammaddiyah pada saat ini dan ke depan.
Kini, persoalannya bagaimana mengaktualisasikan Islam yang berkemajuan itu dalam
gerakan Muhammadiyah? Ideologi atau suatu pandangan mendasar itu bukan sekadar sistem
paham tentang kehidupan, tetapi sekaligus mengandung unsur sistem perjuangan untuk
mewujudkan paham tersebut dalam kehidupan. Artinya Islam yang berkemajuan yang dipahami
Muhammadiyah itu harus diamalkan melalui sistem perjuangan yang bersifat kolektif dan
terorganisasi sejalan dengan pandangan Islam yang berkemajuan. Muhammadiyah dengan
pandangan atau ideologi Islam yang berkemajuan telah berkiprah untuk mewujudkan cita-citanya
membentuk masayarakat Islam yang sebenar-benarnya, sehingga dari umat yang terbaik itu
kemudian terwujud kehidupan yang baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur dalam semesta
kehidupan. Namun kini dan ke depan usaha-usaha mewujudkan pandangan Islam yang
berkemajuan itu dituntut untuk direvitalisasi sehingga mencapai keunggulan yang tinggi baik
dalam pemikiran, kepribadian, maupun amaliah yang ditampilkan Muhammadiyah di tengah
kehidupan yang serba kompleks dan sarat tantangan saat ini.
Muhammadiyah secara internal harus terlebih dulu memajukan dirinya sendiri sebelum
memajukan orang lain, sebab betapa besar tanggungjawab dan konsekuensi mengusung ideologi
atau pandangan Islam yang berkemajuan di tengah dinamika peradaban modern saat ini, lebihlebih untuk ke depan ketika Muhammadiyah menjalani abad kedua di tengah pergumulan
kehidupan umat manusia yang bercorak pasca-modern. Karenya dalam usaha mengaktualisasikan
pandangan Islam yang berkemajuan di lingkungan Muhammadiyah dapat dilakuan langkah8|Halaman
langkah berikut.
Pertama, memahamkan pandangan Islam yang berkemajuan. Artinya meningkatkan
usaha-usaha untuk memahami dan memasyarakatkan Risalah Islamiyah dan berbagai pemikiran
resmi dalam Muhammadiyah, yang mengandung pandangan Islam yang berkemajuan. Konsep
Risalah Islamiyah telah mulai disusun dan penting untuk dilanjutkan, Majelis Tarjih telah
menyusun satu bagian yakni Risalah Islamiyah Bidang Akhlaq. Namun demikian selain buku
Himpunan Putusan Tarjih, terdapat pemikiran resmi hasil-hasil Musyawarah Nasional Tarjih yang
mengandung pandangan Islam yang berkemajuan. Termasuk Manhaj Tarjih, Fiqh Al-Maun, Fiqh
Antikorupsi, Fiqh Perempuan, Tanya Jawab Agama, dan lain-lain. Demikian juga dengan tafsir yang
disusun Tarjih, yakni Tafsir At-Tanwir sudah dimulai digarap dan dimuat rutin di Majalah Suara
Muhammadiyah secara bersambung. Termasuk pula berbagai hasil Muktamar Muhammadiyah
yang dihimpun menjadi buku Manhaj Gerakan Muhammadiyah. Maka agar para anggota, aktivis,
kader, dan pimpinan Muhammadiyah termasuk Aisyiyah memiliki pandangan Islam yang
berkemajuan maka semestinya membaca pemikiran-pemikiran resmi Muhammadiyah tersebut.
Membaca dan memahami pemikiran-pemikiran resmi Muhammdiyah tersebut merupakan bagian
penting dari usaha mengaktualisasikan atau mewujudkan pandangan Islam yang berkemajuan. Di
sinilah pentingnya membaca dan tidak menyepelekan pemikiran-pemikiran resmi Muhammadiyah
dan Aisyiyah yang harus dibudayakan di seluruh lingkungan Muhammadiyah. Tidak kecuali
membaca Majalah resmi Suara Muhammadiyah dan Suara Aisyiyah, yang di dalamnya memuat
pandangan-pandangan Islam yang berkemajuan.
Kedua, mengembangkan tradisi keilmuan. Artinya melakukan berbagai ikhtiar untuk
meningkatkan tradisi keilmuan dan melakukan kajian-kajian pemikiran melalui berbagai diskusi,
halaqah, seminar, dan berbagai forum sejenis untuk memperdalam dan memperluas wawsan
pemikiran di lingkungan Muhammadiyah. Anggota Muhammadiyah, lebih-lebih para kader dan
pimpinannya, dituntut untuk memiliki tradisi keilmuan yang tinggi sebagai wujud dari gerakan
Islam yang berkemajuan. Termasuk membudayakan gemar membaca sebagai bagian dari tradisi
keilmuan di kalangan Muhammadiyah. Anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah termasuk di
kalangan Aisyiyah perlu menggelorakan kebiasaan membaca, sehingga memahami perkembangan
pemikiran dan berbagai hal yang bersifat aktual dalam kehidupan saat ini. Jika tradisi membaca
meluas maka tidak akan ketinggalan dalam wacana pemikiran dan perkembangan kehidupan,
apalagi merasa bingung dan cemas dalam menghadapi perkembangan aktual. Inilah tradisi iqra
dan thalabul-ilmi yang diajarkan Islam, yang dalam sejarah telah membangun peradaban dan
kejayaan Islam di era keemasan. Jika anggota Muhammadiyah tidak memiliki tradisi membaca dan
memahami pemikiran yang bersifat klasik maupun kontemporer, maka akan mudah kehilangan
arah atau orientasi dalam bermuhammadiyah, bahkan akan mudah terbawa arus oleh berbagai
pemikiran dan gerakan yang berkembang di sekitar. Anggota pimpinan Muhammadiyah di seluruh
tingkatan dan lingkungan penting menggelorakan Hari Membaca, artinya tiada hari tanpa
9|Halaman
membaca
sebagai
tradisi
keilmuan
yang
menyatu
dengan
denyut
nadi
aktivitas
umat dan bangsa. Pemerintah Republik Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 657 tanggal
27 Desember 1961 menganugerahi Kyai Haji Ahmad Dahlan sebagai Pahlawan Nasional atas kiprah
yang bersejarah yakni: (1) KHA Dahlan telah memelopori kebangunan umat Islam Indonesia untuk
menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat; (2) Dengan
organisasi Muhammadiyah yang didirikannya telah memberikan ajaran Islam yang murni kepada
bangsanya; Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan dan beramal bagi masyarakat dan
umat, dengan dasar iman dan Islam; (3) Dengan organisasinya Muhammadiyah telah memelopori
amal-usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangunan dan kemajuan bangsa,
dengan jiwa ajaran Islam; dan (4) Dengan organisasinya Muhammadiyah bagian Wanita atau
Aisyiyah telah memelopori kebangunan wanita bangsa Indonesia untuk mengecap pendidikan dan
berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria (Djarnawi, t.t).
Penghargaan pemerintah tersebut merupakan bentuk pengakuan yang objektif terhadap
usaha-usaha Muhammadiyah, yang sejak awal kelahirannya bekerja keras untuk memajukan
kehidupan umat dan bangsa tanpa pamrih. Karena itu kalau kemudian pemerintah dari pusat
sampai
bawah
memberikan
penghargaan,
membantu,
dan
mendukung
usaha-usaha
Muhammadiyah maka semuanya itu merupakan hal yang wajar dan semuanya akan kembali
kepada umat dan bangsa, bukan untuk Muhammadiyah. Pemerintah bahkan berkewajiban
mendukung, membantu, dan berperan dalam memfasilitasi gerakan-gerakan kemasyarakatan
yang dilakukan Muhammadiyah dan kekuatan masyarakat madani lainnya, karena sejatinya
Muhammadiyah telah meringankan beban pemerintah untuk sebesar-besarnya mencerdaskan,
memajukan, dan memakmurkan kehidupan bangsa sebagai kewajiban yang utama. Sebaliknya
manakala ada yang tidak mendukung atau menghambat langkah Muhammadiyah tentu karena
subjektivitas dan tidak paham sejarah dan kiprah Muhammadiyah.
Muhammadiyah dengan pandangan Islam yang berkemajuan tidak akan pernah berhenti
menyinari negeri dan semesta kehidupan. Kemajuan senantiasa menyertai dan menjadi napas
gerakan Muhammadiyah sepanjang perjalanan gerakannya. Anggota, kader, dan elite pimpinan
Muhammadiyah di seluruh tingkatan dan lingkungan mesti menghayati dan memahami
pandangan Islam yang berkemajuan untuk kemudian mengaktualisasikannya dalam seluruh usahausaha gerakan. Dengan spirit dan pandangan Islam yang berkemajuan, Muhammadiyah
mencerahkan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan wujud dari ijtihad dakwah Islam sebagai Din
al-Hadlarah dan menyebar risalah rahmatan lil-alamin untuk membangun peradaban yang utama
di muka bumi yang dianugerahkan Allah SWT.
*) Disarikan dari Buku Aktualisasi Islam Yang Berkemajuan oleh DR H Haedar Nashir (Ketua PP
Muhammadiyah) disampaikan pada Musypimda Aisyiyah Banjarnegara pada tanggal 29
30 Nopember 2014.
12 | H a l a m a n