Tonometri
Tonometri
Tonometri
Tonometri
Tujuan pemeriksaan dengan tonometri adalah untuk mengetahui tekanan
bola mata seseorang. Tonometer yang ditaruh pada permukaan kornea akan
menekan bola mata
Mata ditutup
Kedua jari telunjuk menekan bola mata pada bagian belakang kornea
bergantian
Nilai:
Didapat kesan berapa ringannya bola mata dapat ditekan. Penilaian
dilakukan dengan pengalaman sebelumnya yang dapat dicatat, N : normal,
N+1 : agak tinggi, N+2 : untuk tekanan lebih tinggi, N+3 : untuk tekanan
yang sangat tinggi, N-1 : tekanan lebih rendah dari normal, N-2 : lebih
rendah lagi dan seterusnya.
Sangat baik bila tonometer tidak dapat dipakai atau sulit dinilai, seperti pada
sikatrik kornea, kornea ireguler dan infeksi kornea. Tetapi pemeriksaan ini
memerlukan pengalaman pemeriksa karena terdapat faktor subjektif.
b. Tonometri Schiotz
Dasar:
Tonometer Schiotz merupakan tonometer indentasi atau menekan
permukaan kornea dengan beban yang dapat bergerak bebas pada sumbunya.
Benda yang ditaruh pada kornea akan menekan bola mata kedalam dan
mendapat perlawanan tekanan dari dalam melalui kornea. Keseimbangan
tekanan tergantung pada beban tonometer.
Tujuan:
Melakukan pemeriksaan tekanan bola mata dengan tonometer.
Alat:
Tonometer Schiotz
Kelopak mata pasien dibuka dengan telunjuk dan ibu jari (jangan
tertekan bola mata pasien)
Nilai:
Pembacaan skala dikonfersi pada tabel untuk mengetahui bola mata
dalam mmHg. Tekanan bola mata normal 15-20 mmHg.
Tonometer Schiotz tidak dapat dipercaya pada miopia dan penyakit
tiroid karena terdapat pengaruh kekakuan sklera pada pemeriksaan.
c. Tonometri Aplanasi
Tujuan:
Pemeriksaan ini untuk mendapatkan tekanan intra okuler dengan
menghilangkan pengaruh kekakuan sklera dengan mendatarkan permukaan
kornea.
Dasar:
Tekanan sama besar dengan tenaga dibagi dengan luas yang ditekan
(P=F/A). Untuk mengukur tekanan mata harus diketahui luas penampang
yang ditekan alat sampai kornea rata dan jumlah tenaga yang diberikan.
Pada tonometer aplanasi Goldmann jumlah tekanan dibagi penampang dikali
sepuluh dikonfirmasi langsung kedalam mmHg tekanan bola mata.
Dengan tonometer aplanasi tidak diperhatikan kekakuan sklera (scleral
rigidity) karena pad atonometer aplanasi pengembangan mata dalam 0,5
mm3 sehingga tidak terjadi pengembangan sklera yang berarti.
Alat:
1. Slitlamp dengan sinar biru.
2. Tonometer aplanasi
3. Flouresein strip/tetes
4. Obat tetes anestesi lokal (tetrakai/pantokain)
Nilai:
Dengan tonometer aplanasi tekanan bola mata lebih dari 20 mmHg
dianggap menderita glaukoma.