Contoh Sap
Contoh Sap
Contoh Sap
Topik
Waktu
: 30 menit
Peserta
: Keluarga Tn. R
Tempat
Nama Mahasiswa
: Ratna Zakia H
I. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Setelah menerima pendidikan kesehatan selama 1 X 30 menit keluarga Tn.R akan
mampu memahami tentang pemberian aktifitas kepada pasien halusinasi
b. Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan diharapkan keluarga Tn. R dapat
mengetahui dan memahami tentang :
a) Pengertian Halusinasi
b) Tanda dan Gejala Halusinasi
c) Tahapan Halusinasi
d) Cara Menghentikan Halusinasi
e) Cara Merawat Pasien Halusinasi
II. Materi :
a.
Pengertian Halusinasi
b.
Jenis-jenis Halusinasi
c.
d.
e.
III. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab / diskusi
IV. Media :
Leaflet
V.
No Waktu
1. 5 menit
20 menit
Kegiatan peserta
1.
Menjawab salam
2.
mendengarkan dan
memperhatikan
C.
D.
E.
Menyimak dan
memperhatikan
untuk
mencegah
klien
halusinasi
3.
10 menit
Evaluasi :
1.
menyimpulkan isi penyuluhan
2.
menyampaikan secara singkat materi
penyuluhan
3.
memberi kesempatan kepada audience
untuk bertanya
4.
memberikan kesempatan kepada
udience untuk menjawab pertanyaan
yang dilontarkan
4.
6.
5 menit
Penutup
1. menyimpulkan materi yang telah
disampaikan
2. menyampaikan terima kasih tas waktu
yang telah diberikan oleh peserta
3. mengucapkan salam
Evaluasi
1)
2)
3)
4)
5)
Menjawab salam
TINJAUAN PUSTAKA
A.
B.
C.
Pengertian
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya
rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2007). Menurut Keliat, dkk (2011)
halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penyerapan panca
indera tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami seperti suatu
persepsi melalui pancaindera tanpa stimulus eksternal, persepsi palsu. Halusinasi
adalah perubahan persepsi sensori: keadaan dimana individu atau kelompok
mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah, pola atau
interpretasi stimulus yang datang (Carpenito, 2000).
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien
dengan gangguan jiwa, halusinasi sering diidentifikasikan dengan skizofrenia. Dari
seluruh klien skizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi.
Dari beberapa pengertian halusinasi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
halusinasi adalah suatu persepsi klien terhadap stimulus dari luar tanpa dari obyek
yang nyata. Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan
suatu obyek yang sebenarnya tidak terjadi.
Proses Terjadinya Masalah
Rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri secara
psikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi,
marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang dicintai, tidak dapat mengendalikan
dorongan ego, pikiran, dan perasaannya. Klien dengan halusinasi cenderung menarik
diri, sering didapatkan duduk melamun dengan pandangan mata pada satu arah
tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang
orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti menikmati sesuatu. Keterangan dari
klien sendiri mengenai halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau
dirasakan).
Penyebab halusinasi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1) Faktor Predisposisi
a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh:
a) Lesi pada daerah frontal, temporal, dan limbik berhubungan dengan
perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan
dengan terjadinya skizofrenia.
D.
Respon Adaptif
- Respon Logis
- Persepsi akurat
- Perilaku sesuai
- Emosi sosial
Maladaptif
Distorsi pikiran
- Distorsi pikiran
- Perilaku
aneh/tidak sesuai
- Menarik diri
- Emosi berlebihan
Gejala pikiran
- Delusi halusinasi
- Perilaku
tidak
terorganisir
- Sulit
berespon
dengan pengalaman
E.
Fase Halusinasi
Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart, 2007):
1) Fase I (Comforting): Halusinasi merupakan suatu kesenangan dan
memberi rasa nyaman. Pada fase ini klien mengalami ansietas sedang,
kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan. Mencoba berfokus pada pikiran
yang dapat menghilangkan ansietas. Pikiran masih ada dalam kontrol
kesadaran (jika kecemasan dikontrol).
Perilaku pasien yang muncul: Tersenyum, tertawa sendiri, menggerakkan
bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat,
diam dan berkonsentrasi pada halusinasi.
2) Fase II (Condemning): Secara umum halusinasi menyebabkan rasa
antipati, menyalahkan, dan tingkat kecemasan berat. Pada fase ini klien
mengalami pengalaman sensori menakutkan, mulai merasa kehilangan
kontrol, merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut, menarik diri
dari orang lain.
Perilaku klien: Peningkatan SSO, tanda-tanda ansietas, peningkatan denyut
jantung, pernafasan dan tekanan darah, rentang perhatian menyempit,
konsentrasi dengan pengalaman sensori, kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi dan realita.
3) Fase III (Controling): Pengalaman sensori tidak dapat ditolak lagi,
mengontrol tingkat kecemasan berat. Karakteritik: Pasien menyerah dan
menerima pengalaman sensorinya, isi halusinasi menjadi antraktif,
kesepian bila sensori berakhir. Perilaku : Perintah halusinasi ditaati, sulit
berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian hanya beberapa detik/
menit, gejala sisa ansietas berat, berkeringat, tremor, tidak mampu
mengikuti perintah
4) Fase IV (consquering): Halusinasi menguasai, tingkat kecemasan panik
dan dipengaruhi oleh waham. Karakteristik: Pengalaman sensori menjadi
ancaman, halusinasi dapat berlangsung selama beberapa jam atau hari (jika
tidak diintervensi). Perilaku : Perilaku panik, Potensial tinggi untuk bunuh
diri atau membunuh, terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau
ketakutan, Tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks,
Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.
Perilaku Halusinasi
Menurut Rawlins dan Heacokck ( dalam Yosep 2010) , perilaku halusinasi dapat
dilihat dari lima dimensi sebagai berikut:
a.
Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik, seperti kelelahan yang
luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol
dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama. Tanda gejala yang ditimbulkan
yaitu muka merah, kadang pucat, ekspresi dengan perubahan wajah tegang, TD
F.
NAMA GENERIK
(DAGANG)
DOSIS HARIAN
Fenotiazin
Tioksanten
Butirofenon
Dibenzondiazepin
Dibenzokasazepin
Dihidroindolon
Asetofenazin (Tidal)
Klopromazin
(Thorazine)
Flufenazine (Prolixine,
Permiti) Mesoridazin
(Serentil) Perfenazin
(Trilafon)
Proklorperazin
(Compazine)
Promazin (Sparine)
Tiodazin (Mellaril)
Trifluoperazin
(Stelazine)
Trifluopromazine
(Vesprin)
Kloprotiksen (Tarctan)
Tiotiksen (Navane)
Haloperidol (Haldol)
Klozapin (Clorazil)
Loksapin (Loxitane)
Molindone (Moban)
60-120 mg 30-800 mg
1-40 mg 30-400 mg
12-64 mg 15-150 mg
40-1200 mg 150-800
mg 2-40 mg 60-150
mg
75-600 mg 8-30 mg
1-100 mg
300-900 mg
20-150 mg
15-225 mg
G.
H.
I.
J.
Akibat Halusinasi
Dampak dari gangguan sensori persepsi: Halusinasi ( Stuart and Laraia, 2005):
a. Risiko perilaku kekerasan
Hal ini terjadi bahwa klien dengan halusinasinya cenderung untuk marah-marah
dan mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
b. Isolasi sosial
Hal ini terjadi karena prilaku klien yang sering marah-marah dan risiko perilaku
kekerasan maka lingkungan akan menjauh dan mengisolasi.
c. Harga diri rendah
Hal ini terjadi karena klien menjauhi dan mengisolasi dari lingkungan klien
beranggapan dirinya merasa tidak berguna dan tidak mampu.
d. Defisit perawatan diri : kebersihan diri
Hal ini terjadi karena klien merasa tidak berguna dan tidak mampu sehingga klien
mengalami penurunan motivasi dalam hal kebersihan dirinya.
Masalah Keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien halusinasi :
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Gangguan sensori persepsi: halusinasi
3. Isolasi sosial
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
- Mengkaji Jenis Halusinasi
Ada beberapa jenis halusinasi pada pasien gangguan jiwa. Kira-kira 70%
halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi dengar
atau suara, 20% halusinasi penglihatan, dan 10% halusinasi penghidu,
pengecap, perabaan, senestik, dan kinestik. Mengkaji halusinasi dapat
dilakukan dengan mengevaluasi perilaku pasien dan menanyakan secara
verbal apa yang sedang dialami oleh pasien.
-
2. Asuhan Keperawatan
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
- Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya.
- Pasien dapat mengontrol halusinasinya
- Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal.
Tindakan Keperawatan:
a) Membantu pasien mengenal halusinasi. Dapat dilakukan dengan cara
berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar / dilihat),
waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan halusinasi muncul, dan respon pasien saat halusinasi muncul.
b) Melatih pasien untuk mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar
mampu mengontrol halusinasi dapat dilatih empat cara, empat cara tersebut
meliputi:
1) Menghardik halusinasi
Tahapan tindakan meliputi: menjelaskan cara menghardik halusinasi,
memperagakan cara menghardik, meminta pasien memperagakan ulang,
dan memantau penerapan cara menghardik, menguatkan perilaku pasien.
2) Bercakap-cakap dengan orang lain
3) Melakukan aktivitas yang terjadwal
Tahapan tindakan meliputi: menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur
untuk mengatasi halusinasi, mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan
oleh pasien, melatih pasien untuk melakukan aktivitas, menyusun jadwal
aktivitas sehari-hari dengan aktivitas yang telah dilatih, dan memantau
Keluarga
SP I k
1.
Mendiskusikan
masalah
yang
dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
gejala halusinasi, dan jenis halusinasi
yang
dialami pasien beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
halusinasi terhadap halusinasi
SP II k
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara
merawat pasien dengan halusinasi
SP IV p
1. Memvalidasi masalah dan latihan
sebelumnya.
2. Menjelaskan cara kontrol halusinasi
dengan teratur minum obat (prinsip 5
benar minum obat).
3. Membimbing pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian termasuk
minum
obat di rumah (discharge planning)
Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta: EGC
. (2009). Diagnosis Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinis.
Jakarta: EGC
CMHN. (2006). Modul Pelatihan Asuhan Keperawatan Jiwa Masyarakat. Jakarta: Direktorat
Kesehatan Jiwa DepKes RI
Depkes. (2000). Standar Pedoman Perawatan Jiwa
Keliat, Budi Ana. (1999). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta: EGC
Keliat, Budi A. (2005) . Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Anna et al. (2011) Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (basic course). Jakarta:
EGC
Purba, Jenny Marlindawani., dkk (2007). Buku Panduan program profesi ners keperawatan
jiwa. Cet. 1. Medan: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran USU.
Purwaningsih, Wahyu. Karlina, Ina. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha
Medika Press.
Stuart GW, Sundeen. (2005). Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5th ed.).
St.Louis Mosby Year Book
Tarwoto dan Watonoh. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: ECG
Tim Direktorat Keswa. (2000). Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1. Bandung, RSJP
Bandung
Townsend, M.C. (2003). Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan Psikiatri,
edisi 3. Jakarta: EGC
Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Reflika Aditama