Keluarga Berencana
Keluarga Berencana
Keluarga Berencana
PENDAHULUAN
Sebagaimana diketahui keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang dapat
mencerminkan kualitas dari suatu negara. Keluarga yang sejahtera, sehat, harmonis, berkualitas,
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan idaman dari setiap keluarga, oleh karena
itu program-program Keluarga Berencana telah dirubah visinya dari mewujudkan NKKBS
menjadi Keluarga Berkualitas Tahun 2015
1
. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang
sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan,
bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dari visi tersebut
terlihat bahwa program Keluarga Berencana memiliki andil yang penting dalam upaya
meningkatkan kualitas penduduk.
Keluarga berencana merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan preventif yang
paling dasar dan utama. Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama
diperlukannya pelayanan keluarga berencana
1
.
Perwujudan nyata dalam partisipasi program Keluarga Berencana adalah dengan menggunakan
kontrasepsi. Tetapi dilain pihak terdapat kendala berupa banyaknya jenis kontrasepsi yang
beredar dipasaran dan masyarakat hanya mampu menyebut jenis alat atau obat kontrasepsi
tersebut sedangkan informasi-infomasi mengenai keuntungan, kekurangan, kontraindikasi
maupun efek samping dari kontrasepsi tersebut tidak mereka dapatkan, belum lagi adanya
pandangan-pandangan atau norma budaya lingkungan dan orang tua yang dapat membuat
pengguna (akseptor) menjadi ragu-ragu dalam menggunakan kontrasepsi tersebut. Untuk itu
diperlukan suatu layanan konseling agar dapat menjelaskan secara benar setiap kontrasepsi
dengan jelas mengenai keuntungan, kerugian, efek samping maupun kontraindikasinya.
Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan mutu
pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat
kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah berubahnya paradigma dalam pengelolaan masalah
kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas
menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi. Maka
pelayanan Keluarga Berencana harus menjadi lebih berkualitas serta memperhatikan hak-hak
dari klien/ masyarakat dalam memilih metode kontrasepsi yang diinginkan.
Sebenarnya ada cara yang baik dalam pemilihan alat kontrasepsi bagi ibu. Sebelumnya
ibu mencari informasi terlebih dahulu tentang cara-cara KB berdasarkan informasi yang lengkap,
akurat dan benar. Untuk itu dalam memutuskan suatu cara kontrasepsi sebaiknya
mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien.
Seorang perempuan menjadi subur dan dapat melahirkan segera setelah ia mendapatkan
haid pertama (menarche), dan kesuburan seorang perempuan akan terus berlangsung sampai mati
haid (menopause) Kehamilan dan kelahiran yang terbaik, artinya risikonya paling rendah untuk
ibu dan anak, adalah Antara 20-35 tahun sedangkan peralinan pertama dan kedua paling rendah
risikonya bila jarak Antara dua kelahiran adalah 2-4 tahun. Dari data WHO (1990) didapatkan
bahwa diseluruh dunia terjadi lebih dari 1 juta kelahiran baru per hari dimana 50% diantaranya
tidak direncanakan dan 25% tidak diharapkan. Dari 150.000 kasus abortus provokatus yang
terjadi perhari, 50.000 diantaranya abortus illegal dan lebih dari 500 perempuan meninggal
akibat komplikasi abortus setiap harinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kontrasepsi adalah suatu cara atau alat yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Biasanya wanita menggunakan kontrasepsi untuk menunda kehamilan pertamanya dahulu atau
menjarangkan kelahiran dengan anak berikutnya. Sampai saat ini, cara kontrasepsi yang ideal
belum ada. Kontrasepsi yang ideal itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut, yaitu dapat
dipercaya, tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan, daya kerjanya dapat diatur
menurut kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus, tidak memerlukan
motivasi terus menerus, mudah pelaksaannya, murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat, dan dapat diterima penggunanya oleh pasangan yang bersangkutan.
Tujuan kontrasepsi menunda kehamilan (hingga usia 20 tahun), menjarangkan kehamilan (20-35
tahun), dan menghentikan kehamilan (lebih dari 35 tahun)
1,2
Tunda
(<20 thn)
Jarangkan 2-4 tahun
(20-35 thn)
Menghentikan
(>35thn)
1) Pil
2) IUD
3) Implant
4) Suntikan
1) IUD
2) Suntik
3) Pil
4) Implan
5) Sterilisasi
1) Sterilisasi
2) IUD
3) Implant
4) Suntik
5) pil
Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi
telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat)
dan berkembang di dalam rahim. Kontrasepsi dapat reversible (kembali) atau permanen (tetap).
Kontrasepsi yang reversible adalah metode kontrasepsi yang dapat dihentikan setiap saat tanpa
efek lama di dalam mengembalikan kesuburan atau kemampuan untuk punya anak lagi. Metode
kontrasepsi permanen atau yang kita sebut sterilisasi adalah metode kontrasepsi yang tidak dapat
mengembalikan kesuburan dikarenakan melibatkan tindakan operasi.
Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan berdasarkan cara kerjanya yaitu:
1. Kontrasepsi tanpa menggunakan alat-alat atau obat-obatan
2. Kontrasepsi secara mekanis baik untuk pria maupun wanita.
3. Kontrasepsi dengan obat-obatan spermatisida
4. Kontrasepsi hormonal (oral, suntik, dan implant)
5. Kontrasepsi dengan AKDR
6. Kontrasepsi mantap ( tubektomi dan vasektomi)
Faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah efektivitas, keamanan, frekuensi
pemakaian dan efek samping, serta kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasepsi
secara teratur dan benar. Selain hal tersebut, pertimbangan kontrasepsi juga didasarkan atas biaya
serta peran dari agama dan kultur budaya mengenai kontrasepsi tersebut. Faktor lainnya adalah
frekuensi bersenggama, kemudahan untuk kembali hamil lagi, efek samping ke laktasi, dan efek
dari kontrasepsi tersebut di masa depan. Sayangnya, tidak ada metode kontrasepsi, kecuali
abstinensia (tidak berhubungan seksual), yang efektif mencegah kehamilan 100%.
Setiap tahun ada 500.000 perempuan meninggal akibat berbagai masalah yang melingkupi
kehamilan, persalinan, dan pengguguran kandungan (aborsi) yang tidak aman. KB bisa
mencegah sebagian besar kematian itu. Di masa kehamilan misalnya, KB dapat mencegah
munculnya bahaya-bahaya akibat:
1. Kehamilan terlalu dini
Perempuan yang sudah hamil tatkala umurnya belum mencapai 17 tahun sangat terancam
oleh kematian sewaktu persalinan. Karena tubuhnya belum sepenuhnya tumbuh, belum
cukup matang dan siap untuk dilewati oleh bayi. Lagipula bayinya pun dihadang risiko
kematian sebelum usianya mencapai 1 tahun.
2. Kehamilan terlalu terlambat
Perempuan yang usianya sudah terlalu tua untuk mengandung dan melahirkan terancam
banyak bahaya. Khususnya bila ia punya problema-problema kesehatan lain, atau sudah
terlalu sering hamil dan melahirkan.
3. Kehamilan-kehamilan terlalu berdekatan jaraknya
Kehamilan dan persalinan menuntut banyak energi dan kekuatan tubuh perempuan. Kalau ia
belum pulih dari satu persalinan tapi sudah hamil lagi, tubuhnya tak sempat memulihkan
kebugaran, dan berbagai masalah, bahkan juga bahaya kematian, menghadang.
4. Terlalu sering hamil dan melahirkan
Perempuan yang sudah punya lebih dari 4 anak dihadang bahaya kematian akibat
pendarahan hebat dan macam-macam kelainan lagi, bila ia terus saja hamil dan bersalin lagi.
KONTRASEPSI TANPA MENGGUNAKAN ALAT/OBAT
1. Senggama terputus (koitus interuptus)
Cara ini merupakan kontrasepsi tertua yang dikenal manusia, dan mungkin masih
merupakan cara terbanyak yang dilakukan hingga kini. Walaupun cara ini merupakan cara
dengan banyak kegagalan, koitus interuptus merupakan cara utama dalam penurunan angka
kelahiran dipranics pada abad ke 17 dan ke 18.
Senggama terputus adalah penarikan penis dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi. Hal ini
berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari sebelumnya oleh sebagian
besar laki-laki, dan setelah itu masih ada waktu kira-kira detik sebelum ejakulasi terjadi.
Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk menarik penis keluar dari vagina.
Keuntungan cara ini adalah tidak membutuhkan biaya, alat-alat ataupun persiapan, tetapi
kekurangannya adalah untuk menyukseskan cara ini dibutuhkan pengendalian diri yang
besar dari pihak laki-laki. Beberapa laki-laki karena factor jasmani dan emosional tidak
dapat mempergunakan cara ini. Selanjutnya, penggunaan cara ini dapat menimbulkan
neurasteni.
2
Efektivitas cara ini umumnya dianggap kurang berhasil, beberapa penyelidikan yang
dilakukan diamerika serikat dan inggris membuktikan bahwa angka kehamilan dengna cara
ini hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan cara yang mempergunakan kontrasepsi
mekanis atau kimiawi. Kegagalan dengan cara ini dapat disebabkan oleh:
a. adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi (praejaculation fluids) yakni dapat
mengandung sperma apalagi pada koitus yang berulang (repeated coitus)
b. terlambatnya pengeluaran penis dari vagina
c. pengeluaran semen dekat pada vulva (petting) oleh karena adanya hubungan Antara
vulva dan kanalis servikalis uteri melalui benang lender serviks uteri yang pada ,asa
ovulasi mempunyai spinnbarkeit yang tinggi.
2. Metode suhu basal
Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau dalam
keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari segera setelah
banguntidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya.
3
Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subuur / ovulasi.
Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal. Termometer basal ini
dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi
serta waktu yang sama selama 5 menit.
Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36
0
C. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu
(hormone turun mendadak) dan naik menjadi 37-38
0
C kemudian tidak akan kembali pada
suhu 35
0
C. Pada saat itulah terjadi masa subur / ovulasi. (progesterone tinggi membuat suhu
tubuh lebih tinggi). Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian
akan turun kembali sekitar 2
0
C dan akhirnya kembali pada suhu tubuh normal sebelum
menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi progesteron menurun.
Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh, kemungkinan
tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan suhu tubuh. Hal ini terjadi
dikarenakan tidak adanya korpus luteum yang memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya,
jika terjadi kenaikan suhu tubuh dan terus berlangsung setelah masa subur/ovulasi
kemungkinan terjadi kehamilan. Karena, bila sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus
luteum akan terus memproduksi hormon progesteron, akibatnya suhu tubuh tetap tinggi.
3. Metode ovulasi billing
Efektivitas MOB ini sekitar 9-20 hamil/100 prempuan/tahun. Cara kerjnya dengan cara
mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan
perubahan rasa pada vulva menjelang hari-hari ovulasi.
Lendir / mukosa serviks ini tidak hanya dihasilkan oleh sel leher rahim tetapi juga oleh sel-
sel vagina. Pada saat menjelang ovulasi, lendir serviks akan mengalir dari vagina. Ovulasi
hanya terjadi pada satu hari di setiap siklus dan sel telur akan hidup 12-24 jam, kecuali
dibuahi sel sperma. Oleh karena itu, lendir pada masa subur berperan menjaga kelangsungan
hidup sperma selama 3-5 hari.
3
Pada pemeriksaan lender jika didapatkan lendir jernih, licin,
mulus menunjukkan masa subur sedangkan jika lendir kental, keruh, kekuningan dan
lengket atau kering menunjukkan masa tidak subur sehigga aman untuk berhubungan.
Kelebihan metode ini adalah Mudah digunakan dan tidak memerlukan biaya. Sedangkan
keterbatasan metode ini adalah tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya
dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain, Tidak cocok untuk wanita yang tidak
menyukai menyentuh alat kelaminnya, wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi
dapat mengaburkan tanda-tanda kesuburan dan wanita yang menghasilkan sedikit lendir.
Hal yang Mempengaruhi Pola Lendir Serviks adalah menyusui, Operasi serviks dengan
cryotherapy atau electrocautery, Perimenopause, Penggunaan kontrasepsi hormonal
termasuk kontrasepsi darurat, Spermisida, Infeksi penyakit menular seksual dan terkena
vaginitis.
4. Pembilasan pasca senggama (Postcoital douche)
Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan larutan obat (cuka atau
obat lain) segera setelah coitus merupakan suatu carayang telah lama sekali dilakukan untuk
tujuan kontrasepsi. Maksudnya ialah untuk mengeluarkan sperma secara mekanik dari
vagina. Penambahan cuka ialah untuk memperoleh efek spermatisida serta menjaga asiditas
vagina. Efektivitas cara ini mengurangi kemungkinan terjadinya konsepsi hanya dalam batas
batas tertentu karena sebelum dilakukannya pembilasan spermatozoa dalam jumlah besar
sudah memasuki serviks uteri.
5. Perpanjangan masa menyusui anak (prolonged lactation)
Sepanjang sejarah perempuan mengetahui bahwa kemungkinan untuk menjadi hamil
menjadi lebih kecil apabila mereka terus menyusui anaknya setelah melahirkannya. Maka
memperpanjang masa aktasi sering dilakukan untuk mencegah kehamilan. Efektivitas
menyusui anak dapat mencegah ovulasi dan memperpanjang amenorea postpartum. Akan
tetapi ovulasi pada suatu saat akan terjadi lagi dan akan mendahului haid pertama setelah
partus. Bila hal ini terjadi, konsepsi dapat terjadi selagi peempuan tersebut masih dalam
keadaan amenorea dan terjadilaj kehamilan kembali setelah melahirkan sebelum
mendapatkan haid.
Instruksi yang diberikan,yaitu; memberikan ASI secara penuh (full breast feeding), dari
kedua payudara (sekitar 8-10x sehari), paling sedikit 1x pada malam hari (tidak boleh > 4-6
jam diantara 2 pemberian), jangan gantikan jadwal pemberian ASI dengan makanan/cairan
lain, Selalu gunakan metode kontrasepsi pendukung misalnya kondom.
6. Pantang berkala (Rhythm method)
Metode kalender atau pantang berkala merupakan metode keluarga berencana alamiah
(KBA) yang paling tua. Pencetus KBA sistem kalender adalah dr. Knaus (ahli kebidanan
dari Vienna) dan dr. Ogino (ahli ginekologi dari Jepang). Metode kalender ini berdasarkan
pada siklus haid/menstruasi wanita. Metode kalender atau pantang berkala adalah
cara/metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak
melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi.
Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan
dengan baik dan benar. Sebelum menggunakan
metode kalender ini, pasangan suami istri harus
mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap
wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan
pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi.
Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila
digunakan bersama dengan metode kontrasepsi lain.
Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawan-kawan
di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan metode
simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per 100 wanita per
tahun.
KONTRASEPSI SEDERHANA
1. Kontrasepsi sederhana untuk laki-laki (kondom)
Penggunaan kondom untuk tujuan perlindungan terhadap penyakit kelamin telah di kenal
sejak zaman mesir kuno. Pada tahun 1553 gabriele fallopii melukiskan tentang penggunaan
kantong sutera yang diolesi dengan minyak, dan yang dipasang menyelubungi penis sebelum
koitus. Penggunaannya ialah untuk tujuan melindungi laki-laki terhadap penyakit kelamin.
Pemakaian kondom untuk tujuan kontrasepsi baru dimulai kira-kira pada abad ke 18 di
inggris. Yang kini paling umum dipakai ialah kondom dari karet, kondom ini tebalnya kira-
kira 0.05 mm. kini telah tersedian berbagai ukuran dengan bermacam-macam warna. Kini
kondom telah dipergunakan secara luas diseluruh dunia dengan program keluarga
berencana.
Prinsip kerja kondom adalah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan koitus dan
mencegah pengumpulan sperma dalam vagina. Bentuk kondom adalah silindris dengan
pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang ujung yang buntu berfungsi sebagai
penampung sperma. Biasanya diameter kurang lebih 31-36.5 mm dan panjangnya lebih
kurang 19 cm. keuntungan kondom selain untuk memberi perlindungan terhadap penyakit
kelamin, juga dapat dipergunakan untuk tujuan kontrasepsi. Kekurangannya adalah ada
kalanya pasangan yang mempergunakannya merasakan selaput karet tersebut sebagai
penghalang dalam kenikmatan sewaktu melakukan koitus. Ada pula pula pasangan yang
tidak menyukai kondom oleh karena adanya asosiasi dengan soal pelacuran.
Baik digunakan Tidak baik digunakan
Ingin berpartisipasi dalam program KB Mempunyai pasangan yang beresiko tinggi
apabila terjadi kehamilan
Ingin segera mendapatkan kontrasepsi Alergi terhadap bahan dasar kondom
Ingin kontrasepsi sementara Menginginkan kontrasepsi jangka panjang
Ingin kontrasepsi tambahan Tidak mau terganggu dalam persiapan untuk
melakukan hubungan seksual
Hanya ingin menggunakan
alat kontrasepsi saat berhubungan
Tidak peduli dengan berbagai persyaratan
kontrasepsi
Beresiko tinggi tertular/menularkan PMS
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat penggunaan kondom adalah:
a. Jangan melakukan koitus sebelum kondom terpasang dengan baik.
b. Pasanglah kondom sepanjang penis yang sedang dalam ereksi. Pada laki-laki tanpa tidak
bersunat, prepusium harus ditarik terlebih dahulu.
c. Tinggalkan sebagian kecil keil dari ujung kondom untuk menampung sperma, pada
kondom yang mempunyai kantong kecil diujungnya, keluarkanlah udaranya terlebih
dahulu sebelum kondom dipasang
d. Pergunakan bahan pelicin secukupnya pada permukaan kondom untuk mencegah
terjadinya robekan
e. Keluarkanlah penis dari vagina sewaktu masih dalam keadaan ereksi dan tahanlah
kondom pada tempatnya ketika penis dikeluarkan dari vagina supaya sperma tidak
tumpah.
Cara penggunaan kondom
Tahap 1
Kondom dipasang saat penis ereksi, dan sebelum melakukan hubungan
badan.
Tahap 2
Buka kemasan kondom secara hati-hati dari tepi, dan arah robekan ke arah
tengah. Jangan menggunakan gigi, benda tajam saat membuka kemasan.
Tahap 3
Tekan ujung kondom dengan jari dan jempol untuk menghindari udara
masuk ke dalam kondom. Pastikan gulungan kondom berada di sisi luar.
Tahap 4
Buka gulungan kondom secara perlahan ke arah pangkal penis,
sambil menekan ujung kondom. Pastikan posisi kondom tidak
berubah selama coitus, jika kondom menggulung, tarik kembali
gulungan ke pangkal penis.
Tahap 5
Setelah ejakulasi, lepas kondom saat penis masih ereksi. Hindari kontak
penis dan kondom dari pasangan anda.
Tahap 6
Buang dan bungkus kondom bekas pakai ke tempat ya
2. Kontrasepsi sederhana untuk perempuan
a. Kondom untuk wanita
Tahap 1
Buka kemasan kondom secara hati-hati dari tepi, dan arah robekan
kearah tengah. Jangan menggunakan gigi, benda tajam saat membuka
kemasan.
Tahap 2
Sebelum hubungan seksual, perhatikan kondom wanita mempunyai ring
yang lebar (outer ring) untuk bagian luar dan ring yang kecil (inner
ring) untuk bagian dalam.
Tahap 3
Pegang inner ring kondom, lalu tekan dengan
ibu jari pada sisi ring, dan dengan jari lain pada
sisi yang berseberangan, kemudian tekan
sehingga sisi ring yang berseberangan akan
bersentuhan dan bentuk inner ring menjadi
lonjong.
Tahap 4
Atur posisi yang nyaman. Posisi dapat dilakukan secara berdiri satu kaki di atas kursi,
jongkok maupun berbaring.
Tahap 5
Masukkan inner ring ke dalam vagina denganhati-hati.
Sewaktu kondom masuk ke dalam vagina, gunakan jari telujuk
untuk menekan inner ring lebih jauh ke dalam vagina.
Pastikan kondom jangan sampai berputar, dan outer ring (ring yang
besar) tetap berada di luar.
Tahap 6
Berikan sedikit minyak pelicin pada penis atau bagian
dalam kondom. Bantu penis masuk ke dalam kondom.
Tahap 7
Pasca coitus, keluarkan kondom secara hati-hati dengan memutar
bagian outer ring untuk menjaga air mani yang tertampung di
dalam kondom tidak tumpah. Keluarkan kondom secara hati-hati.
Buang kondom bekas pakai ke tempat yang aman (tempat sampah).
Jangan buang di toilet.
b. Pessarium
Bermacam-macam pessarium telah dibuat untuk tujuan kontrasepsi. Secara umum
pessarium dapat dibagi atas dua golongan yaitu diafragma vaginal dan cervical cap.
Dewasa ini diafragma vagina terdiri atas kantong karet yang terbentuk mangkuk dengan
per elastis pada pinggirnya. Per ini ada yang terbuat dari logam tipis yang tidak dapat
berkarat, ada pula yang dari kawat halus yang tergulung sebagai spiral dan mempunyai
sifat seperti per. Diafragma dimasukan kedalam vagina sebelum koitus untuk menjaga
jangan sampai sperma masuk kedalam uterus. Untuk memperkuat khasiat diafragma
obat spermatisida dimasukkan ke dalam mangkuk dan dioleskan pada pinggirnya.
Dafragma vaginal sering dianjurkan pemakaiannya dalam hal seperti berikut: keadaan
dimana tidak tersedia cara yang lebih baik, jika frekuensi koitus tidak seberapa tinggi,
sehingga tidak dibutuhkan perlindungan yang terus menerus, jika pemakaian pil, IUD
atau cara lain harus dihentikan untuk sementara waktu oleh karena sesuatu sebab.
Pada keadaan-keadaan tertentu pemakaian diafragma tidak dapat dibenarkan, misalnya
pada sistokel yang berat, prolapses uteri, fistula vagina, dan hiperantefleksio atau
hiperetrofleksio dan uterus. Diafragma paling cocok dipakai dengan dasar panggul yang
tidak longgar dan dengan tonus dinding vagina yang baik. Umumnya diafragma vaginal
tidak menimbulkan banyak efek samping. Efek samping mungkin disebabkan oleh
reaksi alergi terhadap obat-obat spermatisida yang dipergunakan atau oleh karena
terjadinya perkembang biakan bakteri yang terlebih dalam vagina jika difragma
dibiarkan terlalu lama terpasang disitu.
Jika akseptor telah setuju dengan cara ini terlebih dahulu tentukan ukuran diafragma
yang akan dipakai dengan mengukur jarak antar simfisis bagian bawah dan forniks
vagina posterior dengan menggunakan jari telunjuk serta jari tengah tangan dokter, yang
dimasukkan kedalam vagina akseptor. Kemudia kepadanya diterangkan anatomi alat-
alat genital bagian dalam dari perempuan dan dijelaskan serta didemostrasikan cara
memasang diafragma vaginal. Pinggir mangkuk dijepit Antara ibu jari dan jari telunjuk
dan diafragma dimasukkan ke dalam vagina sesuai dengan sumbunya.
Setelah pemasangannya selesai, akseptor harus meraba dengan jarinya bahwa porsio
servisis uteri terletak diatas mangkuk pinggir atas diafragma diforniks.
Kelemahan diafragma vaginal adalah:
diperlukan motivasi cukup kuat
umumnya hanya cocok untuk perempuan yang terpelajar dan tidak untuk
dipergunakan secara massal
pemakaian yang tidak teratur dapat menimbulkan kegagalan.
tingkat kegagalan lebih tinggi daripada pil atau IUD.
Keuntungan dengan cara ini adalah:
Hampir tidak ada efek samping
Dengan motivasi yang baik dan pemakaian yang betul hasilnya cukup memuaskan
Dapat dipakai sebagai pengganti pil, IUD atau pada perempuan yang tidak
mempergunakan pil atau IUD oleh karenaa sesuatu sebab.
Dipasang 6 jam sebelum dan pasca sanggama, dan dilepas <24 jam pasca sanggama.
Tahap 1
Kosongkan kandung kemih dan cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir. Pastikan diafragma tidak berlubang. Oleskan spemisida
pada kap diafragma secara merata.
Tahap 2
Cari posisi yang nyaman pada saat pemasangan diafragma.
Posisi dapat dengan mengangkat satu kaki ke atas
kursi, duduk di tepi kursi, berbaring ataupun sambil
jongkok. Pisahkan bibir vulva. Tepi diafragma melipat
menjadi dua dengan sisi yang lain. Letakkan jari telunjuk di
tengah kap untuk pegangan yang kuat. Spermisida harus
berada di dalam kap.
Tahap 3
Masukkan diafragma ke dalam vagina jauh ke belakang, dorong
bagian depan pinggiran ke atas di balik tulang pubis. Masukkan
jari ke dalam vagina sampai menyentuh serviks. Sarungkan
karetnya dan pastikan serviks telah terlindungi.
Perhatian
Diafragma masih terpasang dalam vagina sampai 6 jam setelah berakhir hubungan seksual.
Jika hubungan seksual berlangsung di atas 6 jam setelah pemasangan,
tambahkan spermisida ke dalam vagina. Jangan meninggalkan diafragma di
dalam vagina lebih dari 24 jam.
Pelepasan Diafragma
Tahap 1
Sebelum melepas diafragma, cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir. Kait bagian ujungdiafragma dengan jari telunjuk dan
tengah untuk memecah penampung.
Tahap 2
Tarik diafragma turun dan tarik keluar. Cuci dengan sabun dan air,
kemudian keringkan sebelum disimpan kembali di tempat
18
c. Kontrasepsi dengan obat-obatan spermatisid
Penggunaan obat-obat spermatisida untuk tujuan kotrasepsi telah dikenal sejak
zaman dahulu. Berbagai bahan digunakan dalam berbagai bentuk untuk dimasukkan
kedalam vagina. Obat spermatisida yang dipakai untuk kontrasepsi terdiri atas dua
komponen yaitu zat kimiawi yang mampu mematikan spermatozoon, dan vehikulum
yang nonaktif dan yang diperlukan untuk membuat tablet atau cream jelly.
Jenis spermatisid berbentuk aerosol (busa), tablet vagina, suppositoria atau
dissolvable film. Ataupun krim. Makin erat hubungan Antara zat kimia dan sperma,
makin tinggi efektivitas obat. Oleh sebab itu obat yang paling baik adalah yang
dapat membuat busa setelah dimasukkan kedalam vagina, sehingga kelak busanya
dapat mengelilingi serviks uteri dan menutup ostium ekternum. Cara kontrasepsi
dengan obat spermatisida umumnya digunakan bersama-sama dengan cara lain
(diafragma vaginal) atau apabila ada kontraindikasi terhadap cara lain. Efek samping
jarang terjadi dan umumnya berupa reaksi alergik.
Aerosol (busa)
Cara pemakaian:
Sebelum digunakan, kocok tempat
aerosol 20-30menit. Tempatkan kontainer
dengan posisi ke atas, letakkan aplikator
pada mulut kontainer dan tekan untuk
mengisi busa. Masukkan aplikator ke
dalam vagina mendekati serviks dengan
posisi berbaring. Dorong sampai busa
keluar. Ketika menarik aplikator, pastikan untuk tidak menarik kembali pendorong
karena busa dapat masuk kembali ke pendorong. Aplikator segera dicuci
menggunakan sabun dan air kemudian keringkan. Aplikator sebaiknya digunakan
untuk pribadi. Spermisida aerosol (busa) dimasukkan dengan segera, tidak lebih dari
satu jam sebelum melakukan hubungan seksual.
19
Krim dan Jeli
Cara pemakaian:
Krim dan jeli dapat dimasukkan ke
dalam vagina dengan aplikator dan atau
mengoles di ataspenis. Krim atau jeli
biasanya digunakan dengan diafragma atau
kap serviks, atau dapat juga digunakan
bersama kondom. Masukkan spermisida 10-
15 menit sebelum melakukan hubungan
seksual. Isi aplikator dengan krim atau jeli.
Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekatiserviks. Pegang aplikator dan dorong
sampai krim atau jeli keluar. Kemudian tarik aplikator keluar dari vagina. Aplikator
segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian keringkan.
Cara memasukkan spermisida bentuk busa, krim atau jeli dengan inserter.
Kontrasepsi Vagina Film/Tissue
Cara pemakaian:
Sebelum membuka kemasan, terlebih
dahulu cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir. Spermisida bentuk film/tissue ini
berupa kotak-kotak tipis yang larut
dalam serviks. Untuk menggunakannya, lipat
film menjadi dua dan kemudian letakkan di
ujung jari. Masukkan jari Anda ke
dalam vagina dan dorong film ke dalam vagina mendekati serviks. Keadaan jari yang
kering dan cara memasukkan film secepat mungkin ke dalam vagina, akan membantu
penempelan dan jari tidak menjadi lengket. Tunggu sekitar 15 menit agar film larut
dan bekerja efektif.
20
Suppositoria
Cara pemakaian:
S
u
p
p
o
s
i
t
supositoria merupakan spermisida berbentuk kapsul yang dapat larut
dalam vagina. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum membuka
kemasan. Lepaskan tablet vagina atau suppositoria dari kemasan. Sambil berbaring
masukkan masukkan suppositoria jauh ke dalam vagina. Tunggu 10-15 menit sebelum
melakukan hubungan seksual. Sediakan selalu tablet vagina atausuppositoria.
KONTRASEPSI HORMONAL
Saat diperkenalkan pada tahun 1960, kontrasepsi hormonal menjadi sebah perubahan drastic
dari metode-metode tradisional sebelumnya. Kontrasepsi ini tersedia dalam berbagai bentuk
oral, injeksi dan implant. Kontrasepsi oral adalah kombinasi estrogen dan progestin atau
hanya progestin (mini pil). Pada tahun 1995, 10,4 juta wanita di AS menggunakan
kontrasepsi oral untuk mengendalikan kesuburannya.
6
1. Kontrasepsi hormonal pil
Pil KB atau oral contraceptives pill berisi hormon estrogen dan/atau progesteron yang
bertujuan untuk mengendalikan kelahiran atau mencegah kehamilan dengan menghambat
pelepasan sel telur dari ovarium setiap bulannya. Pil KB akan efektif dan aman apabila
digunakan secara benar dan konsisten tetapi secara umum tidak sepenuhnya melindungi
wanita dari infeksi penyakit menular seksual.
a. Pil kontrasepsi kombinasi
Mengandung hormon estrogen dan progesteron dalam bentuk hormon aktif dan tidak
aktif, berupa;
21
Conventional Pack.
Paket konvensional biasanya berisi 21 pil dengan hormon aktif dan 7 pil dengan
hormon tidak aktif atau 24 pil aktif dan 4 pil tidak aktif. Haid terjadi setiap
bulan selama seminggu ketika minum pil pada hari ke 4-7 dari pil terakhir yang
tidak aktif.
Continuous Dosing Or Extended Cycle
Merupakan pil kombinasi yang berisi 84 pil dengan hormon aktif dan 7 pil
dengan hormon tidak aktif. Haid terjadi setiap empat kali setahun selama
seminggu ketika minum pil pada hari ke 4-7 dari pil terakhir yang tidak aktif.
Tersedia juga pil KB yang mengandung 28 pil dengan hormon aktif yang dapat
mencegah haid.
Jenis pil kombinasi atau combination oral contraceptive pill antara lain:
Monofasik.
Monofasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dalam dosis yang sama,
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
1
Bifasik.
Bifasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dengan dua dosis yang
berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
1
Trifasik
Trifasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dengan tiga dosis yang
berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
1
Cara Kerja
Mencegah implantasi.
Menghambat ovulasi.
Mengentalkan lendir serviks.
Memperlambat transportasi ovum.
Menekan perkembangan telur yang telah dibuahi.
22
Efektifitas
Efektifitas pil kombinasi lebih dari 99 persen, apabila digunakan dengan benar dan
konsisten. Ini berarti, kurang dari 1 dari 100 wanita yang menggunakan pil
kombinasi akan hamil setiap tahunnya. Metode ini juga merupakan metode yang
paling reversibel, artinya bila pengguna ingin hamil bisa langsung berhenti minum
pil dan biasanya bisa langsung hamil dalam waktu 3 bulan.
Manfaat
Pil kombinasi memberikan manfaat antara lain:
Resiko terhadap kesehatan kecil.
Memiliki efektifitas tinggi, apabila diminum secara teratur.
Tidak mengganggu hubungan seksual.
Siklus haid teratur.
Dapat mengurangi kejadian anemia.
Dapat mengurangi ketegangan sebelum menstruasi (pre menstrual tension).
Dapat digunakan dalam jangka panjang.
Mudah dihentikan setiap waktu.
Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
Dapat digunakan pada usia remaja sampai menopause.
Membantu mengurangi kejadian kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium,kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak pada
payudara, dismenorea dan jerawat.
Pil kombinasi mempunyai keterbatasan antara lain:
Tidak mencegah penyakit menular seksual termasuk Hepatitis B maupun
HIV/AIDS.
Pengguna harus disiplin minum pil setiap hari.
Tidak boleh digunakan pada wanita menyusui.
Mahal.
Efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan pil kombinasi ini antara lain:
Peningkatan resiko trombosis vena, emboli paru, serangan jantung, stroke dan
kanker leher rahim.
Peningkatan tekanan darah dan retensi cairan.
Pada kasus-kasus tertentu dapat menimbulkan depresi, perubahan suasana hati
dan penurunan libido.
23
Mual (terjadi pada 3 bulan pertama).
Kembung, pusing, amenorea, nyeri payudara, kenaikan berat abdan
Perdarahan bercak atau spotting (terjadi pada 3 bulan pertama).
Kriteria Yang Dapat Menggunakan Pil Kombinasi
Pada prinsipnya hampir semua wanita yang ingin menggunakan pil kombinasi
diperbolehkan, seperti:
Wanita dalam usia reproduksi.
Wanita yang telah atau belum memiki anak.
Wanita yang gemuk atau kurus.
Wanita setelah melahirkan dan tidak menyusui.
Wanita yang menginginkan metode kontrasepsi dengan efektifitas tinggi.
Wanita pasca keguguran/abortus.
Wanita dengan perdarahan haid berlebihan sehingga menyebabkan anemia.
Wanita dengan siklus haid tidak teratur.
Wanita dengan nyeri haid hebat, riwayat kehamilan ektopik, kelainan payudara
jinak.
Wanita dengan diabetus melitus tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah,
mata dan saraf.
Wanita dengan penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis atau
tumor jinak ovarium.
Wanita yang menderita tuberkulosis pasif.
Wanita dengan varises vena.
Kriteria Yang Tidak Dapat Menggunakan Pil Kombinasi
Kontra indikasi absolute; tromboplebitis atau tromboemboli, riwayat
tromboplebitis atau tromboemboli, kelainan serebrovaskuler atau penyakit
jantung koroner, diketahui atau diduga karsinoma mammae, diketahui atau
diduga karsinoma endometrium, diketahui atau diduga neoplasma yang
tergantung estrogen, perdarahan abnormal genetalia yang tidak diketahui
penyebabnya, adenoma hepar, karsinoma atau tumor-tumor jinak hepar,
diketahui atau diduga hamil, gangguan fungsi hati, tumor hati yang ada sebelum
pemakaian pil kontrasepsi atau produk lain yang mengandung estrogen.
Kontra indikasi relative; sakit kepala (migrain), disfungsi jantung atau ginjal,
diabetes gestational atau pre diabetes, hipertensi, depresi, varises, umur lebih 35
24
tahun, perokok berat, fase akut mononukleosis, penyakit sickle cell, asma,
kolestasis selamakehamilan, hepatitis atau mononukleosis tahun lalu, riwayat
keluarga (orang tua, saudara) yang terkena penyakit reumatik yang fatal atau
tidak fatal atau menderita DM sebelum usia 50 tahun, kolitis ulseratif.
Selain itu, kriteria lain yang tidak dapat menggunakan pil kombinasi adalah:
Wanita yang tidak dapat disiplin minum pil setiap hari.
Wanita yang dicurigai hamil atau benar hamil.
Wanita yang menyusui secara eksklusif.
Waktu Mulai Menggunakan Pil Kombinasi
Hari pertama sampai hari ke tujuh siklus haid.
Sewaktu mendapat haid.
Setelah melahirkan (pasca keguguran, setelah 3 bulan tidak menyusui, setelah 6
bulan pemberian ASI).
Saat ingin berhenti kontrasepsi hormonal jenis suntikan dan ingin ganti pil
kombinasi.
b. Pil Mini pil adalah pil KB yang hanya mengandung hormon progesteron dalam dosis
rendah. Pil mini atau pil progestin disebut juga pil menyusui. Dosis progestin yang
digunakan 0,03-0,05 mg per tablet.
Jenis Mini Pil
Mini pil dalam kemasan dengan isi 28 pil,mengandung 75 mikro gram
desogestrel.
Mini pil dalam kemasan dengan isi 35 pil, mengandung 300 mikro gram
levonogestrel atau 350 mikro gram noretindron.
Contoh mini pil antara lain:
Micrinor, NOR-QD, noriday, norod mengandung 0,35 mg noretindron.
Microval, noregeston, microlut mengandunng 0,03 mg levonogestrol.
Ourette, noegest mengandung 0,5 mg norgeestrel.
Exluton mengandung 0,5 mg linestrenol.
Femulen mengandung 0,5 mg etinodial diassetat.
25
Cara Kerja
Menghambat ovulasi.
Mencegah implantasi.
Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma.
Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma menjadi terganggu
Efektifitas
Pil progestin atau mini pil sangat efektif (98,5 persen). Penggunaan yang benar dan
konsisten sangat mempengaruhi tingkat efektifitasnya. Efektifitas penggunaan mini
pil akan berkurang pada saat mengkonsumsi obat anti konvulsan (fenitoin),
carbenzemide, barbiturat, dan obat anti tuberculosi (rifampisin). Adapun cara untuk
menjaga kehandalan mini pil antara lain:
Minum pil setiap hari pada saat yang sama.
Penggunaan mini pil jangan sampai ada yang lupa.
Senggama dilakukan 3-20 jam setelah minum mini pil.
Manfaat
Mini pil mempunyai manfaat kontrasepsi sebagai berikut:
Sangat efektif apabila digunakan dengan benar dan konsisten.
Tidak mempengaruhi ASI.
Nyaman dan mudah digunakan.
Hubungan seksual tidak terganggu.
Kesuburan cepat kembali.
Efek samping sedikit.
Dapat dihentikan setiap saat.
Tidak mengandung estrogen.
Mini pil mempunyai manfaat non kontrasepsi sebagai berikut:
Mengurangi jumlah darah haid.
Mengurangi kejadian anemia.
Menurunkan pembekuan darah.
Mengurangi nyeri haid.
Mencegah kanker endometrium.
26
Melindungi dari penyakit radang panggul.
Penderita endometriosis, kencing manis yang belum mengalami komplikasi
dapat menggunakan.
Tidak menyebabkan peningkaan tekanan darah, nyeri kepala dan depresi.
Mengurangi gejala pre menstrual sindrom.
Kerugian
Kontrasepsi pil progestin atau mini pil mempunyai kerugian, antara lain:
Memerlukan biaya.
Harus selalu tersedia.
Efektifitas berkurang apabila menyusui juga berkurang.
Penggunaan mini pil bersamaan dengan obat tuberkulosis atau epilepsi akan
mengakibatkan efektifitas menjadi rendah.
Mini pil harus diminum setiap hari dan pada waktu yang sama.
Angka kegagalan tinggi apabila penggunaan tidak benar dan konsisten.
Tidak melindungi dari penyakit menular seksual termasuk HBV dan HIV/AIDS.
Mini pil tidak menjamin akan melindungi dari kista ovarium bagi wanita yang
pernah mengalami kehamilan ektopik.
Efek Samping
Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan pil progestin atau mini pil
antara lain:
Gangguan haid (perdarahan bercak, spotting, amenorea dan haid tidak teratur).
Peningkatan/penurunan berat badan.
Payudara tegang.
Mual.
Pusing.
Perubahan mood.
Dermatitis atau jerawat.
Hirsutisme (pertumbuhan rambut atau bulu yang berlebihan pada daerah muka),
tetapi sangat jarang.
Indikasi
27
Kriteria yang boleh menggunakan pil progestin atau mini pil antara lain:
Wanita usia reproduksi.
Wanita yang telah memiliki anak maupun yang belum mempunyai anak.
Pasca persalinan dan tidak menyusui.
Menginginkan metode kontrasepsi efektif selama masa menyusui.
Pasca keguguran.
Tekanan darah kurang dari 180/110 mmHg atau dengan masalah pembekuan
darah.
Tidak boleh mengkonsumsi estrogen atau lebih senang menggunakan progestin.
Perokok segala usia.
Kontra Indikasi
Wanita usia tua dengan perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya.
Wanita yang diduga hamil atau hamil.
Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.
Riwayat kehamilan ektopik.
Riwayat kanker payudara atau penderita kanker payudara.
Wanita pelupa sehingga sering tidak minum pil.
Gangguan tromboemboli aktif (bekuan di tungkai, paru atau mata).
Ikterus, penyakit hati aktif atau tumor hati jinak maupun ganas.
Wanita dengan mioma uterus.
Riwayat stroke.
c. Pil sekuensial
Pil ini dibuat seperti urutan hormon yang dikeluarkan ovariun pada tiap siklus. Maka
berdasarkan urutan hormon tersebut, estrogen hanya diberikan selama 1416 hari
pertama diikuti oleh kombinasi progestron dan estrogen selama 57 hari terakhir.
d. Once a month pill.
Pil hormon yang mengandung estrogen yang long acting yaitu biasanya pil ini
terutama diberikan untuk wanita yang mempunyai Biological Half Life panjang.
e. Morning after pill.
Morning after pill merupakan pil yang mengandung hormon estrogen dosis tinggi
yang hanya diberikan untuk keadaan darurat saja, seperti kasus pemerkosaan dan
kondom bocor.
28
2. Kontrasepsi hormonal suntik
Kontrasepsi suntikan kombinasi mengandung 25mg DMPA dan 5mg Estradiol sipionat,
diberikan IM sebulan sekali (cyclofem), 50 mg Noretindron enantat dan 5 mg Estradiol
valerat, diberikan IM sebulan sekali.
Sedangkan kontrasepsi suntikan progestin mengandung 150 mg DMPA diberikan setiap
3 bulan secara IM, depo noretisteron enantat (depo noristerat) mengandung 200 mg
noretindrone enatat, diberikan setiap 2 bulan secara IM
Cara kerjanya adalah dengan menekan ovulasi, Mengentalkan lender dann Perubahan
pada endometrium
Yang tidak boleh menggunakan adalah:
a. Hamil atau diduga hamil
b. Menyusui postpartum < 6minggu
c. Perdarahan pervaginam yang belum jelas
d. Penyakit hepatitis
e. Usia > 35 tahun yang merokok
f. Riwayat stroke dgn tekanan darah tinggi
g. Riwayat kelainan tromboemboli dgn DM > 20 tahun
h. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migraine
i. Keganasan payudara
Waktu mulai
a. Dalam waktu 7 hari siklus haid
b. Jika > hari ke 7, tidak boleh koitus atau menggunakan pelindung selama 7 hari
c. Bila haid (-), pastikan tidak hamil, diberikan setiap saat, tidak boleh koitus atau
menggunakan pelindung selama 7hari
d. Pascapersalinan 3minggu, tidak menyusui
e. Beralih dari kontrasepsi hormonal, diberikan sesuai dengan jadwal
f. Beralih dari kontrasepsi non hormonal, dapat diberikan segera atau menunggu saat
haid
3. Subkutis atau bawah kulit
Norplant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgestrel yang dibungkus
dalam kapsul silastic-silicone dan disusukkan dibawah kulit sebanyak 6 kapsul dan
masing-masing kapsul panjangnya 34 mm dan berisi 36 mg levonorgestrel. Setiap hari
sebanyak 30 mcg levonorgestrel dilepaskan ke dalam darah secara difusi melalui dinding
29
kapsul. Levonorgestrel adalah suatu progestin yang dipakai juga dalam pil KB seperti
mini-pill atau kombinasi atau pun pada AKDR yang bioaktif.
5
Mekanisme kerja
a. Mengentalkan lendir serviks uteri sehingga menyulitkan penetrasi sperma.
b. Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehingga tidak cocok untuk
implantasi zygote.
c. Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya ovulasi.
d. Efek kontrasepsi norplabt merupakan gabungan dari ketiga mekanisme kerja
tersebut di atas. Daya guna norplant cukup tingi. Efektivitas antara 0,3 0,5
/100wanita/tahun.
Keuntungan
a. Cara ini cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang mengandung
estrogen
b. Perdarahan yang terjadi lebih ringan
c. Tidak menaikkan tekanan darah,
d. Resiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan dengan
pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
e. Selain itu cara Norplant ini dapat digunakan untuk jangka panjang ( 5 tahun dan
bersifat reversibel. Menurut data-data klinis yang ada dalam waktu satu tahun
setelah pengangkatan Norplant, 80 % sampai 90 % wanita daat menjadi hamil
kembali.
Efek samping
a. Gangguan pola haid, seperti terjadinya spotting, perdarahan memanjang atau lebih
sering berdarah ( metrorrhagia ),
b. Amenore, Mual-mual, anoreksia, pening, sakit kepala,
c. Kadang-kadang terjadi perubahan pada libido dan berat badan.
d. Timbulnya jerawat.
e. Oleh karena jumlah progestin yang dikeluarkan ke dalam darah sangat kecil, maka
efek samping yang terjadi tidak sesering pada penggunaaan KB.
Indikasi
a. Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yang lama
tetapi tidak bersedia menjalani kontap atau menggunakan AKDR
b. Wanita-wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung estrogen
30
Kontraindikasi
a. Kehamilan atau disangka hamil
b. Penderita penyakit hati
c. Kanker payudara
d. Kelainan jiwa ( psikosis, neurosis ),
e. varikosis
f. Riwayat kehamilan ektopik
g. Diabetes mellitus
h. Kelainan kardiovaskuler.
Waktu Pemasangan
Sewaktu haid berlangsung atau masa pra-ovulasi dari siklus haid, sehingga adanya
kehamilan dapat disingkirkan.
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM
1. Mekanisme kerja IUD
Sampai sekarang mekanisme kerja IUD belum diketahui dengan pasti. Kini pendapat
yang terbanyak ialah bahwa IUD dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan
endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan
blastokista atau sprema. Pada pemeriksaan cairan uterus pada pemakaian IUD seringkali
dijumpai pula sel-sel makrofag (fagosit) yang mengandung spermatozoa. Kar dan
kawan-kawan selanjutnya menemukan sifat-sifat da nisi cairan uterus yang mengalami
perubahan-perubahan pada pemakai IUD yang menyebabkan blastokista tidak dapat
hidup dalam uterus, walaupun sebelumnya terjadi nidasi. Penelitian lain menemukan
sering adanya kontraksi uterus pada pemakai IUD, yang dapat menghalangi nidasi. Di
duga ini disebabkan oleh meningkatnya kdar prostaglandin dalam uterus pada perempuan
tersebut.
Pada IUD bioaktif mekanisme kerjanya selain menimbulkan peradangan seperti pada
IUD biasa, juga oleh karena ionisasi ion logam atau bahan lain yang terdapat pada IUD
yang mempunyai perngaruh terhadap sperma. Menurut penelitian ion logam yang paling
efektif adalah ion logam tembaga (Cu) yang lambat laun aktifnya terus berkurang dengan
lamanya pemakaian.
2. Jenis-jenis IUD
Hingga kini telah terdapat berpuluh-puluh jenis IUD; yang paling banyak digunakan
dalam program keluarga berencana di Indonesia ialah IUD jenis lippes loop. IUD dapat
31
dibagi dalam bentuk yang terbuka lnear dan bentuk tertutup sebagai cincin. Yang
termasuk dalam golongan bentuk terbuka dan linear antara lain lippes loop, self-T-coil,
dalken shield, Cu-7, Cu-T, Spring coil dan marguilies spiral, sedangkan yang termasuk
dalam golongan bentuk tertutup dengan bentuk dasar cincin adalah Cu ring, antigon F,
Ragab ring, cincin gravenberg, cincin Hall-stone, birnberg bow, dan lain-lain. Jenis alat
kontrasepsi dalam rahim / IUD ya ng sering digunakan di Indonesia antara lain
1,2,3
:
a. Copper-T
AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada bagian vertikalnya
diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek
antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik.
5
b. Copper-7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan.
Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan
gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2,
fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Coper-T.
c. Multi Load
AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan
berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm.
Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau
375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small
(kecil), dan mini.
d. Lippes Loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S
bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes
Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe
A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C
berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D.
Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari spiral
jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan
usus, sebab terbuat dari bahan plastik.
32
a. Lippes-Loop
b. Saf-T-Coil
c. Dana-Super
d. Copper-T (Gyne-T)
e. Copper-7
(Gravigard)
3. Keuntungan IUD
IUD mempunyai keunggulan bila dibandingkan dengan cara kontrasepsi lainnya seperti
umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian satu kali
motivasi, tidak menimbulkan efek sistemik, alat itu wkonomis dan cocok untuk
penggunaan secara massal, efektivitas cukup tinggi dan reversible.
a. Sangat efektif. 0,6 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1
kegagalan dalam 125 170 kehamilan). Pencegah kehamilan jangka panjang yang
ampuh, paling tidak 10 tahun
b. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan
c. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)
d. Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih nyaman karena
rasa aman terhadap risiko kehamilan
e. Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A
f. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu menyusui tidak
mengganggu kualitas dan kuantitas ASI
g. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
h. Dapat digunakan sampai menopause
i. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
j. Membantu mencegah kehamilan ektopik
k. Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur
4. Efek samping dan kerugian IUD
a. Efek samping yang umum terjadi:
Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan)
33
Haid lebih lama dan banyak
Perdarahan (spotting) antarmenstruasi
Saat haid lebih sakit
b. Komplikasi lain
Merasakan sakit selama 3 5 hari setelah pemasangan
Perdarahan berta pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan
penyebab anemia
Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar)
c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV / AIDS
d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering
berganti pasangan
e. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR.
Penyakit radang panggul memicu infertilitas
f. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan plevik diperlukan dalam pemasangan
AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan
g. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR.
Biasanya menghilang dalam 1 2 hari
h. Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri
i. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR
dipasang segera setelah melahirkan)
j. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk
mencegah kehamilan normal
k. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk
melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian
perempuan tidak mau melakukan ini.
5. kontraindikasi IUD
Relatif
a. Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus
b. Insufisiensi serviks uteri
c. Uterus dengan parut pada dindingnya seperti pada bekas seksio sesarea, enukleasi
mioma dan sebagainya
d. Kelainan yang jinak serviks uteri seperti erosio porsiones uteri
34
Mutlak
a. Kehamilan
b. Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis
c. Adanya tumor ganas pada traktus genitalis
d. Adanya metroragia yag belum disembuhkan
e. Pasangan yang tidak lestari
6. Waktu pemasangan IUD
Sewaktu haid sedang berlangsung. Dilakukan pada hari- hari pertama atau pada hari
terakhir haid.
1
Keuntungannya:
a. Pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu itu agak terbuka dan
lembek
b. Rasa nyeri tidak seberapa keras
c. Perdarahan yang timbul sebagai alat pemasangan tidak seberapa dirasakan
d. Kemungkinan pemasangan AKDR pada uterus yang sedang hamil tidak ada
Sewaktu postpartum, Pemasangan IUD pasca persalinan bisa dibagi menjadi 3 macam
7
a. Pemasangan post plasenta
Pemasangan IUD dalam 10 menit setelah lahirnya plasenta pada persalinan
pervaginam. Pemasangan bisa dilakukan dengan menggunakan ringed forceps atau
secara manual. Pada saat ini serviks masih berdilatasi sehingga memungkinkan
untuk penggunaan tangan atau forsep. Penggunaan inserter IUD interval tidak bisa
digunakan pada pemasangan post plasenta , karena ukuran inserter yang pendek
sehingga tidak bisa mencapai fundus selain itu , karena uterus yang masih lunak
sehingga memungkinkan terjadinya perforasi lebih besar dibandingkan dengan
menggunakan ringed forceps atau secara manual.
1
b. Pemasangan segera pasca persalinan
Pemasangan IUD pada masa ini dilakukan setelah periode post plasenta sampai 48
jam pasca persalinan. Teknik pemasangan IUD pada saat ini masih bisa dengan
menggunakan ringed forsep , karena serviks masih berdilatasi, tetapi tidak bisa
dilakukan secara manual. Penggunaan inserter IUD interval sebaiknya tidak
digunakan, karena kemungkinan terjadinya perforasi yang lebih tinggi. Pemasangan
IUD setelah 48 jam sampai 4 minggu pasca persalinan tidak dianjurkan karena
angka kejadian ekspulsi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pemasangan
segera pasca persalinan dan pemasangan IUD interval.
1
35
c. Pemasangan IUD transcesarian
Pemasangan pada transcesarian dilakukan sebelum penjahitan insisi uterus. Bisa
dilakukan dengan meletakkan IUD pada fundus uteri secara manual atau dengan
menggunakan alat.
1
Pemasangan IUD interval
Merupakan pemasangan IUD yang dilakukan lebih dari 4 minggu pasca persalinan.
Pemasangan. IUD dilakukan dengan menggunakan inserter IUD
Pemasangan Pasca abortus
a. Trimester 1 : bisa dilakukan dengan teknik pemasangan IUD interval karena serviks
berdilatasi minimal dan hanya inserter IUD yang bisa masuk kedalam kavum uteri.
Selain itu ukuran uterus relatif tidak mengalami perbesaran dan lebih kaku sehingga
mempunyai angka resiko perforasi yang kecil .
1
b. Trimester 2 : bisa dilakukan dengan menggunakan teknik interval atau dengan
menggunakan teknik forsep . forsep digunakan jika serviks cukup berdilatasi.
1
Beberapa hari setelah haid terakhir
Masa interval ( antara dua haid)
After morning (dalam waktu 72 jam setelah berhubungan)
Setelah kandung kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan di atas meja ginekologik
dalam posisi litotomi. Kemudian, dilakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui
letak, bentuk dan besar uterus. Spekulum dimasukkan ke dalam vagina dan serviks uteri
dibersihkan dengan larutan antiseptik (sol. Betadine atau tingtura jodii). Sekarang dengan
cunam serviks dijepit bibir depan porsio uteri dan dimasukkan sonde ke dalam uterus
untuk menentukan arah poros dan panjangnya kanalis servikalis serta kaum uteri. AKDR
dimasukkan ke dalam uterus melalui ostium uteri eksternum sambil mengadakan tarikan
ringan pada cunam serviks.
4
Tabung penyalur digerakkan di dalam uterus, sesuai dengan arah poros kavum uteri
sampai tercapai ujung atas kavum uteri yang telah ditentukan lebih dahulu dengan sonde
uterus. Selanjutnya, sambil mengeluarkan tabung penyalur perlahan- lahan, pendorong
menahan AKDR dalam posisinya. Setelah tabung penyalur keluar dari uterus, pendorong
juga dikeluarkan, cunam dilepaskan, benang AKDR digunting sehingga 2- 3 cm keluar
dari ostium uteri dan akhirnya speculum diangkat. Pemeriksaan sesudah AKDR
dipasang, dilakukan 1 minggu sesudahnya. Pemeriksaan kedua 3 bukan kemudian dan
selanjutnya tiap 6 bulan
36
7. Cara mengeluarkan IUD
Mengeluarkan AKDR biasanya dilakukan dengan jalan menarik benang AKDR yang
keluar dari ostium uteri eksternum dengan dua jari, dengan pinset atau dengan cunam.
Kadang- kadang benang AKDR tidak tampak di ostium uteri eksternum.
4
Tidak terlihatnya benang AKDR ini dapat disebabkan oleh
a. akseptor menjadi hamil
b. perforasi uterus
c. ekspulsi yang tidak disadari oleh akseptor
d. perubahan letak AKDR, sehingga benang AKDR tertarik ke dalam rongga uterus,
seperti ada mioma uterus
KONTRASEPSI MANTAP
1. Kontrasepsi mantap untuk laki-laki
Pada tahun-tahun terakhir ini vasektomi untuk tujuan sterilisasi makin banyak dilakukan
dibeberapa Negara seperti india, Pakistan, amerika serikat, dan korea untuk menekan laju
pertambahan penduduk. Di Indonesia vasektomi tidak termasuk dalam program keluarga
berencana nasional. Pada dasarnya indikasi untuk melakukan vasektomi adalah bahwa
pasangan suami isteri tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia
bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan pada dirinya. Sebetulnya untuk kontraindikasi
untuk vasektomi hampir tidak ada, namun apabila ada kelainan local atau umum yang
dapat mengganggu sembuhnya luka operasi, kelainan itu harus disembuhkan dahulu.
Keuntungan vasektomi adalah tidak menimbulkan kelainan baik fisik maupun mental,
tidak mengganggu libido seksualis dan dapat dikerjakan secara poliklinis.
5
Teknik vasektomi mula mula kulit skrotum didaerah operasi disucihamakan. Kemudian,
dilakukan anestesi local dengan xilocain 1%. Anestesia dilakukan dikulit skrotum dan
jaringan disekitar vas deferens. Vas dicari dan setelahnya ditentuka lokalisasinya,
dipegang sedekat mungkin dibawah kulit skrotum. Setelah itu dilakukan sayatan pada
kulit skrotum sepanjang 0,5 sampaii 1 cm di dekat tempat vas deferens. Setelah vas
kelihatan dijepit dan dikeluarkan dari sayatan (harus yakin betul, bahwa yang
dikeluarkan itu emmang vas), vas dipotong sepanjang 1 sampai 2 cm dan kedua
ujungnya diikat. Setelah kulit dijahit, tindakan diulangi pada skrotum sebelahnya.
Seseorang yang telah mengalami vasektomi baru dapat dikatakan betul-betul steril jika
dia telah mengalami 8 sampai 12 ejakulasi setelah vasektomi. Oleh Karena itu sebelum
37
hal tersebut diatas tercapai, yang bersangkutan dianjurkan saat koitus memakai cara
kontrasepsi lain.
Kegagalan vasektomi terjadi karena rekanalisasi spontan, atau adanya ketidak tahuan
anatomis yang bersangkutan (terdapat dua vas deferens)
Sterilisasi baik pada pria maupun wanita makin lama semakin banyak dilakukan didunia.
Diantara mereka yang telah menjalankan vasektomi ada yang kemudia inginmenjadi
subur kembali (vas deferensnya disambung kembali). Akhir akhir ini dengan
pembedahan yang menggunakan mikroskop (micro surgery) dalam persentase tertentu
rekanalisasi tuba falopii atau vas deferens dapat berhasil baik dan perempuan atau laki-
laki dapat menjadi subur kembali.
2. Kontrasepsi mantap untuk perempuan
Dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang cincin),
sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
1
Manfaat
Kontrasepsi
a. Sangat efektif (0,2-4 kehamilan per 100 perempan selama tahun pertama
penggunaan)
b. Permanen
c. Tidak mempengaruhi proses menyusui (breast feeding)
d. Tidak bergantung pada faktor senggama
e. Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anastesi lokal
f. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
38
g. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon
ovarium.
Nonkontrasepsi : Berkurangnya resiko kanker ovarium.
Sebaiknya tubektomi sukarela dilakukan pada wanita yang memenuhi syarat berikut:
a. Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup
b. Umur sekitar 30 tahun dengan 3 anak hidup
c. Umur sekitar 35 tahun dengan 2 anak hidup
Yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi adalah wanita yang:
a. Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)
b. Perdarahan vaginal yang belum jelas penyebabnya
c. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut
d. Belum memberikan persetujuan tertulis
Tubektomi dapat dilakukan pada saat:
a. Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional pasien
tersebut tidak hamil.
b. Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstrasi (fase proliferasi)
c. Pasca persalinan:
minilap: didalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu
laparoskopi: tidak tepat untuk klien-klien pasca persalinan
d. Pasca keguguran:
Trismester I: dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik
(minilap atau laparoskopi)
Trismester II: dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik
(minilap saja)
Cara penutupan tuba adalah sebagai berikut:
a. Cara Pameroy
Tuba dijepit kira-kira pada pertengahannya, kemudian diangkat sampai melipat.
Dasar lipatan diikat dengan sehelai catqut biasa No. 0 atau No. 1. Lipatan tuba
dipotong diatas lipatan catqut tadi.
b. Cara Kroener
Fimbria dijepit dengan sebuah klem. Bagian tuba proksimal dari jepitan diikat
dengan sehelai benang sutera atau dengan catgut yang tidak mudah diabsorsi. Bagian
tuba distal dari jepitan dipotong ( fimbriektomi ).
39
c. Cara Irving :
Tuba dipotong pada pertengahan panjangnya setelah kedua ujung potongan diikat
dengan cutgut kromik No.0 atau 00. Ujung potongan proksimal di tanamkan di
dalam miometrium dinding depan uterus. Ujung potongan distal ditanamkan di
dalam ligamentum latum.
d. Pemasangan Cincing Falope :
Cincin Falope (Toon Ring) terbuat dari silikon. Dengan aplikator bagian ismus tuba
ditarik dan cincin dipasang pada bagian tuba tersebut.
e. Pemasangan Klip:
Klip filshie mempunyai keuntungan dapat digunakan pada tuba yang edema. Klip
tidak memperpendek panjang tuba, maka rekanalisasi lebih mungkin dikerjakan.
BAB III
KESIMPULAN
40
Kontrasepsi ialah suatu usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Dan
usaha usaha pencegahan itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanent.
Dalam hal ini setiap calon peserta KB (akseptor KB) bebas dalam menentukan dan
memilih jenis alat dan obat kontrasepsi yang paling cocok untuk dirinya.
Untuk dapat memilih mana alat atau obat kontrasepsi yang kiranya cocok untuk
mereka baik dalam hal rasionalitas, efektivitas dan efisiensi, maka masyarakat harus dapat
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan terbuka mengenai kelebihan, kekurangan, efek
samping, dan kontrasindikasi dari masing-masing alat atau obat tersebut dari para
penyelenggara KB tersebut.
Ada pun maksud dan tujuan dari program KB tersebut ialah untuk mengendalikan laju
pertumbuhan penduduk, yang pada gilirannya akan berkontribusi pada peningkatan Sumber
Daya Manusia pada umumnya dan untuk menciptakan keluarga yang sehat, sejahtera dan
harmonis pada khususnya.