Makalah Tentang Kurikulum 2013

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KURIKULUM 2013

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan
Pemerintah Negara Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31
Ayat (3) memerintahkan agar Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur
dengan undang-undang. Perwujudan dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 yaitu
dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang merupakan produk undang-undang pendidikan pertama
pada awal abad ke-21. Undang-undang ini menjadi dasar hukum untuk membangun
pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, dan
otonomi pendidikan yang menjunjung tinggi hak asasi manusia. Sejak Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945, undang-undang tentang sistem pendidikan nasional
telah mengalami beberapa kali perubahan.
Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan
sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua
warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Makna
manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh
karena itu, pendidikan nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana
utama dalam pembangunan bangsa dan karakter.
Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan
dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai
generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor
determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang
jaman.
Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu
unsur yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses
berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi
bahwa kurikulum, yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat
diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1)
manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang
selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3)
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pengembangan dan
pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi merupakan salah satu strategi
pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

B. Landasan Penyempurnaan Kurikulum
1. Landasan Yuridis
Secara konseptual, kurikulum adalah suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan
masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda bangsanya. Secara
pedagogis, kurikulum adalah rancangan pendidikan yang memberi kesempatan
untuk peserta didik mengembangkan potensi dirinya dalam suatu suasana belajar
yang menyenangkan dan sesuai dengan kemampuan dirinya untuk memiliki kualitas
yang diinginkan masyarakat dan bangsanya. Secara yuridis, kurikulum adalah suatu
kebijakan publik yang didasarkan kepada dasar filosofis bangsa dan keputusan
yuridis di bidang pendidikan.
Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, dan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.

2. Landasan Filosofis
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Untuk
mengembangkan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat,
pendidikan berfungsi mengembangkan segenap potensi peserta didik menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang
demokratis serta bertanggungjawab (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional).

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional maka pengembangan kurikulum
haruslah berakar pada budaya bangsa, kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan
bangsa di masa mendatang.
Pendidikan berakar pada budaya bangsa. Proses pendidikan adalah suatu proses
pengembangan potensi peserta didik sehingga mereka mampu menjadi pewaris dan
pengembang budaya bangsa. Melalui pendidikan berbagai nilai dan keunggulan
budaya di masa lampau diperkenalkan, dikaji, dan dikembangkan menjadi budaya
dirinya, masyarakat, dan bangsa yang sesuai dengan zaman dimana peserta didik
tersebut hidup dan mengembangkan diri. Kemampuan menjadi pewaris dan
pengembang budaya tersebut akan dimiliki peserta didik apabila pengetahuan,
kemampuan intelektual, sikap dan kebiasaan, keterampilan sosial memberikan
dasar untuk secara aktif mengembangkan dirinya sebagai individu, anggota
masyarakat, warganegara, dan anggota umat manusia.

Pendidikan juga harus memberikan dasar bagi keberlanjutan kehidupan bangsa
dengan segala aspek kehidupan bangsa yang mencerminkan karakter bangsa masa
kini. Oleh karena itu, konten pendidikan yang mereka pelajari tidak semata berupa
prestasi besar bangsa di masa lalu tetapi juga hal-hal yang berkembang pada saat
kini dan akan berkelanjutan ke masa mendatang. Berbagai perkembangan baru
dalam ilmu, teknologi, budaya, ekonomi, sosial, politik yang dihadapi masyarakat,
bangsa dan umat manusia dikemas sebagai konten pendidikan. Konten pendidikan
dari kehidupan bangsa masa kini memberi landasan bagi pendidikan untuk selalu
terkait dengan kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan,
kemampuan berpartisipasi dalam membangun kehidupan bangsa yang lebih baik,
dan memosisikan pendidikan yang tidak terlepas dari lingkungan sosial, budaya,
dan alam. Lagipula, konten pendidikan dari kehidupan bangsa masa kini akan
memberi makna yang lebih berarti bagi keunggulan budaya bangsa di masa lalu
untuk digunakan dan dikembangkan sebagai bagian dari kehidupan masa kini.

Peserta didik yang mengikuti pendidikan masa kini akan menggunakan apa yang
diperolehnya dari pendidikan ketika mereka telah menyelesaikan pendidikan 12
tahun dan berpartisipasi penuh sebagai warganegara. Atas dasar pikiran itu maka
konten pendidikan yang dikembangkan dari warisan budaya dan kehidupan masa
kini perlu diarahkan untuk memberi kemampuan bagi peserta didik
menggunakannya bagi kehidupan masa depan terutama masa dimana dia telah
menyelesaikan pendidikan formalnya. Dengan demikian sikap, keterampilan dan
pengetahuan yang menjadi konten pendidikan harus dapat digunakan untuk
kehidupan paling tidak satu sampai dua dekade dari sekarang. Artinya, konten
pendidikan yang dirumuskan dalam Standar Kompetensi Lulusan dan dikembangkan
dalam kurikulum harus menjadi dasar bagi peserta didik untuk dikembangkan dan
disesuaikan dengan kehidupan mereka sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan
warganegara yang produktif serta bertanggungjawab di masa mendatang.

3. Landasan Teoritis
Kurikulum dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan standar dan teori
pendidikan berbasis kompetensi.
Pendidikan berdasarkan standar adalah pendidikan yang menetapkan standar
nasional sebagai kualitas minimal hasil belajar yang berlaku untuk setiap
kurikulum. Standar kualitas nasional dinyatakan sebagai Standar Kompetensi
Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan tersebut adalah kualitas minimal lulusan
suatu jenjang atau satuan pendidikan. Standar Kompetensi Lulusan mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan (PP nomor 19 tahun 2005).

Standar Kompetensi Lulusan dikembangkan menjadi Standar Kompetensi Lulusan
Satuan Pendidikan yaitu SKL SD, SMP, SMA, SMK. Standar Kompetensi Lulusan
satuan pendidikan berisikan 3 (tiga) komponen yaitu kemampuan proses, konten,
dan ruang lingkup penerapan komponen proses dan konten. Komponen proses
adalah kemampuan minimal untuk mengkaji dan memproses konten menjadi
kompetensi. Komponen konten adalah dimensi kemampuan yang menjadi sosok
manusia yang dihasilkan dari pendidikan. Komponen ruang lingkup adalah keluasan
lingkungan minimal dimana kompetensi tersebut digunakan, dan menunjukkan
gradasi antara satu satuan pendidikan dengan satuan pendidikan di atasnya serta
jalur satuan pendidikan khusus (SMK, SDLB, SMPLB, SMALB).

Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk bersikap, menggunakan
pengetahuan dan keterampilan untuk melaksanakan suatu tugas di sekolah,
masyarakat, dan lingkungan dimana yang bersangkutan berinteraksi. Kurikulum
dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik
untuk mengembangkan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan
untuk membangun kemampuan tersebut. Hasil dari pengalaman belajar tersebut
adalah hasil belajar peserta didik yang menggambarkan manusia dengan kualitas
yang dinyatakan dalam SKL.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU nomor 20
tahun 2003; PP nomor 19 tahun 2005). Kurikulum berbasis kompetensi adalah
kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk dokumen, proses, maupun penilaian
didasarkan pada pencapaian tujuan, konten dan bahan pelajaran serta
penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan.

Konten pendidikan dalam SKL dikembangkan dalam bentuk kurikulum satuan
pendidikan dan jenjang pendidikan sebagai suatu rencana tertulis (dokumen) dan
kurikulum sebagai proses (implementasi). Dalam dimensi sebagai rencana tertulis,
kurikulum harus mengembangkan SKL menjadi konten kurikulum yang berasal dari
prestasi bangsa di masa lalu, kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan bangsa di
masa mendatang. Dalam dimensi rencana tertulis, konten kurikulum tersebut
dikemas dalam berbagai mata pelajaran sebagai unit organisasi konten terkecil.
Dalam setiap mata pelajaran terdapat konten spesifik yaitu pengetahuan dan
konten berbagi dengan mata pelajaran lain yaitu sikap dan keterampilan. Secara
langsung mata pelajaran menjadi sumber bahan ajar yang spesifik dan berbagi
untuk dikembangkan dalam dimensi proses suatu kurikulum.

Kurikulum dalam dimensi proses adalah realisasi ide dan rancangan kurikulum
menjadi suatu proses pembelajaran. Guru adalah tenaga kependidikan utama yang
mengembangkan ide dan rancangan tersebut menjadi proses pembelajaran.
Pemahaman guru tentang kurikulum akan menentukan rancangan guru (Rencana
Program Pembelajaran/RPP) dan diterjemahkan ke dalam bentuk kegiatan
pembelajaran. Peserta didik berhubungan langsung dengan apa yang dilakukan
guru dalam kegiatan pembelajaran dan menjadi pengalaman langsung peserta
didik. Apa yang dialami peserta didik akan menjadi hasil belajar pada dirinya dan
menjadi hasil kurikulum. Oleh karena itu proses pembelajaran harus memberikan
kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya
menjadi hasil belajar yang sama atau lebih tinggi dari yang dinyatakan dalam
Standar Kompetensi Lulusan.

Kurikulum berbasis kompetensi adalah outcomes-based curriculum dan oleh
karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang
dirumuskan dari SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum
diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum diartikan sebagai
pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh
peserta didik.
Karakteristik kurikulum berbasis kompetensi adalah:
(1) Isi atau konten kurikulum adalah kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) mata
pelajaran dan dirinci lebih lanjut ke dalam Kompetensi Dasar (KD).

(2) Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi yang harus dipelajari
peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran
(3) Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu mata pelajaran di
kelas tertentu.
(4) Penekanan kompetensi ranah sikap, keterampilan kognitif, keterampilan psikomotorik, dan pengetahuan untuk
suatu satuan pendidikan dan mata pelajaran ditandai oleh banyaknya KD suatu mata pelajaran. Untuk SD
pengembangan sikap menjadi kepedulian utama kurikulum.
(5) Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris kompetensi bukan konsep, generalisasi, topik atau sesuatu yang
berasal dari pendekatan disciplinarybased curriculum atau content-based curriculum.
(6) Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat dan
memperkaya antar mata pelajaran.
(7) Proses pembelajaran didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada tingkat yang memuaskan dengan
memperhatikan karakteristik konten kompetensi dimana pengetahuan adalah konten yang bersifat tuntas
(mastery). Keterampilan kognitif dan psikomotorik adalah kemampuan penguasaan konten yang dapat
dilatihkan. Sedangkan sikap adalah kemampuan penguasaan konten yang lebih sulit dikembangkan dan
memerlukan proses pendidikan yang tidak langsung.
(8) Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat formatif dan hasilnya segera diikuti
dengan pembelajaran remedial untuk memastikan penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan (Kriteria
Ketuntasan Minimal/KKM dapat dijadikan tingkat memuaskan).


C. Prinsip-prinsip Pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
1. Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan merupakan daftar mata pelajaran. Atas dasar
prinsip tersebut maka kurikulum sebagai rencana adalah rancangan untuk konten pendidikan yang harus
dimiliki oleh seluruh peserta didik setelah menyelesaikan pendidikannya di satu satuan atau jenjang
pendidikan tertentu. Kurikulum sebagai proses adalah totalitas pengalaman belajar peserta didik di satu
satuan atau jenjang pendidikan untuk menguasai konten pendidikan yang dirancang dalam rencana. Hasil
belajar adalah perilaku peserta didik secara keseluruhan dalam menerapkan perolehannya di masyarakat.

2. Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program
pendidikan. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi
Lulusan yang menjadi dasar pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik
setelah mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun. Selain itu sesuai dengan fungsi dan tujuan jenjang
pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta fungsi dan tujuan dari masing-masing satuan pendidikan
pada setiap jenjang pendidikan maka pengembangan kurikulum didasarkan pula atas Standar Kompetensi
Lulusan pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta Standar Kompetensi satuan pendidikan.

3. Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan,
keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.
Kompetensi yang termasuk pengetahuan dikemas secara khusus dalam satu mata pelajaran. Kompetensi yang
termasuk sikap dan ketrampilan dikemas dalam setiap mata pelajaran dan bersifat lintas mata pelajaran dan
diorganisasikan dengan memperhatikan prinsip penguatan (organisasi horizontal) dan keberlanjutan
(organisasi vertikal) sehingga memenuhi prinsip akumulasi dalam pembelajaran.

4. Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dirumuskan
dalam kurikulum berbentuk Kemampuan Dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery
learning) sesuai dengan kaedah kurikulum berbasis kompetensi.

5. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
perbedaan dalam kemampuan dan minat. Atas dasar prinsip perbedaan kemampuan individual peserta didik,
kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memiliki tingkat penguasaan di atas standar
yang telah ditentukan (dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan). Oleh karena itu beragam program dan
pengalaman belajar disediakan sesuai dengan minat dan kemampuan awal peserta didik.

6. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta
lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral
dan aktif dalam belajar.

7. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni. Kurikulum
dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni berkembang secara
dinamis. Oleh karena itu konten kurikulum harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, budaya,
teknologi, dan seni; membangun rasa ingin tahu dan kemampuan bagi peserta didik untuk mengikuti dan
memanfaatkan secara tepat hasil-hasil ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pendidikan tidak boleh memisahkan peserta didik dari
lingkungannya dan pengembangan kurikulum didasarkan kepada prinsip relevansi pendidikan dengan
kebutuhan dan lingkungan hidup. Artinya, kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mempelajari permasalahan di lingkungan masyarakatnya sebagai konten kurikulum dan kesempatan untuk
mengaplikasikan yang dipelajari di kelas dalam kehidupan di masyarakat.

9. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat. Pemberdayaan peserta didik untuk belajar sepanjang hayat dirumuskan dalam
sikap, keterampilan, dan pengetahuan dasar yang dapat digunakan untuk mengembangkan budaya belajar.

10. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk
membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dikembangkan
melalui penentuan struktur kurikulum, Standar Kemampuan/SK dan Kemampuan Dasar/KD serta silabus.
Kepentingan daerah dikembangkan untuk membangun manusia yang tidak tercabut dari akar budayanya dan
mampu berkontribusi langsung kepada masyarakat di sekitarnya. Kedua kepentingan ini saling mengisi dan
memberdayakan keragaman dan kebersatuan yang dinyatakan dalam Bhinneka Tunggal Ika untuk membangun
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

11. Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian kompetensi. Instrumen
penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekurangan yang dimiliki setiap peserta didik atau
sekelompok peserta didik. Kekurangan tersebut harus segera diikuti dengan proses perbaikan terhadap
kekurangan dalam aspek hasil belajar yang dimiliki seorang atau sekelompok peserta didik.



BAB II
STRUKTUR KURIKULUM
Struktur kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, beban belajar, dan kalender pendidikan. Mata
pelajaran terdiri atas:
- Mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau
jenjang pendidikan
- Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan pilihan mereka.

Kedua kelompok mata pelajaran tersebut (wajib dan pilihan) terutama
dikembangkan dalam struktur kurikulum pendidikan menengah (SMA dan SMK)
sementara itu mengingat usia dan perkembangan psikologis peserta didik usia 7
15 tahun maka mata pelajaran pilihan belum diberikan untuk peserta didik SD dan
SMP.
A. Struktur Kurikulum SD
Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa belajar
selama satu semester. Beban belajar di SD Tahun I, II, dan III masing-masing 30,
32, 34 sedangkan untuk Tahun IV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu.
Jam belajar SD adalah 40 menit.

Struktur Kurikulum SD adalah sebagai berikut:
MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU BELAJAR PER
MINGGU
I II III IV V VI
KELOMPOK A
1. Pendidikan Agama 4 4 4 4 4 4
2. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
5 6 6 6 6 6
3. Bahasa Indonesia 8 8 10 10 10 10
4. Matematika 5 6 6 6 6 6
KELOMPOK B

1. Seni Budaya dan Keterampilan
(termasuk muatan lokal)
4 4 4 6 6 6
2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan
Kesehatan
(termasuk muatan lokal)
4 4 4 4 4 4
Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan
Kesehatan
(termasuk muatan lokal)
30 32 34 36 36 36
Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi lebih
kepada aspek intelektual dan afektif sedangkan kelompok B adalah mata pelajaran
yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor.

Integrasi konten IPA dan IPS adalah berdasarkan makna mata pelajaran sebagai
organisasi konten dan bukan sebagai sumber dari konten. Konten IPA dan IPS
diintegrasikan ke dalam mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia dan Matematika
yang harus ada berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang
mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran.
Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam 2 (dua) hal, yaitu integrasi sikap,
kemampuan/keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran serta
pengintegrasian berbagai konsep dasar yang berkaitan.

Tema memberikan makna kepada konsep dasar tersebut sehingga peserta didik
tidak mempelajari konsep dasar tanpa terkait dengan kehidupan nyata. Dengan
demikian, pembelajaran memberikan makna nyata kepada peserta didik.
Tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia. Keduanya
adalah pemberi makna yang substansial terhadap bahasa, PPKn, matematika dan
seni budaya karena keduanya adalah lingkungan nyata dimana peserta didik dan
masyarakat hidup. Disinilah kemampuan dasar/KD dari IPA dan IPS yang
diorganisasikan ke mata pelajaran lain yang memiliki peran penting sebagai
pengikat dan pengembang KD mata pelajaran lainnya.
Berdasarkan sudut pandang psikologis, tingkat perkembangan peserta didik tidak
cukup abstrak untuk memahami konten mata pelajaran secara terpisah-pisah.
Pandangan psikologi perkembangan dan Gestalt memberi dasar yang kuat untuk
integrasi KD yang diorganisasikan dalam pembelajaran tematik. Dari sudut
pandang transdisciplinarity maka pengotakan konten kurikulum secara terpisah
ketat tidak memberikan keuntungan bagi kemampuan berpikir selanjutnya.

B. Struktur Kurikulum SMP
Beban belajar di SMP untuk Tahun VII, VIII, dan IX masing-masing 38 jam per
minggu. Jam belajar SMP adalah 40 menit.
Struktur Kurikulum SMP adalah sebagai berikut:

MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU BEAJAR
PERMINGGU
VII VII IX
KELOMPOK A
1. Pendidikan Agama 3 3 3
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 3 3 3
3. Bahasa Indonesia 6 6 6
4. Matematika 5 5 5
5. IPA 5 5 5
6. IPS 4 4 4
7. Bahasa Inggris 4 4 4
KELOMPOK B

1. Seni Budaya (termasuk muatan lokal) 3 3 3
2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan
Kesehatan (termasuk muatan lokal)
3 3 3
3. Prakarya (termasuk muatan lokal) 2 2 2
Jumlah Alokasi Waktu per Minggu 38 38 38

Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi lebih
kepada aspek intelektual dan afektif sedangkan kelompok B adalah mata pelajaran
yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor.

C. Struktur Kurikulum SMA
Untuk menerapkan konsep kesamaan antara SMA dan SMK maka dikembangkan
kurikulum Pendidikan Menengah yang terdiri atas Kelompok mata pelajaran Wajib
dan Mata pelajaran Pilihan. Mata pelajaran wajib sebanyak 9 (Sembilan) mata
pelajaran dengan beban belajar 18 jam per minggu. Konten kurikulum (Kompetensi
Inti/KI dan KD) dan kemasan konten serta label konten (mata pelajaran) untuk
mata pelajaran wajib bagi SMA dan SMK adalah sama. Struktur ini menempatkan
prinsip bahwa peserta didik adalah subjek dalam belajar dan mereka memiliki hak
untuk memilih sesuai dengan minatnya.
Mata pelajaran pilihan terdiri atas pilihan akademik (SMA) serta pilihan akademik
dan vokasional (SMK). Mata pelajaran pilihan ini memberikan corak kepada fungsi
satuan pendidikan dan di dalamnya terdapat pilihan sesuai dengan minat peserta
didik. Beban belajar di SMA untuk Tahun X, XI, dan XII masing-masing 43 jam
belajar per minggu. Satu jam belajar adalah 45 menit.
Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah kelompok mata pelajaran wajib sebagai
berikut :
MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU
BELAJAR PER MINGGU
X XI XII
Kelompok Wajib

1. Pendidikan Agama 3 3 3
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Matematika 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 2 2 2
6. Bahasa Inggris 2 2 2
7. Seni Budaya 2 2 2
8. Prakarya 2 2 2
9. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan 2 2 2
Jumlah Jam Pelajaran Kelompok Wajib per Minggu 23 23 23
Kelompok Peminatan

Mata Pelajaran Peminatan Akademik (SMA) 20 20 20
Mata Pelajaran Peminatan Akademik dan Vokasi
(SMK)
28 28 28
Kompetensi Dasar mata pelajaran wajib memberikan kemampuan dasar yang sama
bagi tamatan Pendidikan Menengah antara mereka yang belajar di SMA dan SMK.
Bagi mereka yang memilih SMA tersedia pilihan kelompok peminatan (sebagai ganti
jurusan) dan pilihan antar kelompok peminatan dan bebas. Nama Kelompok
Peminatan digunakan karena memiliki keterbukaan untuk belajar di luar kelompok
tersebut sedangkan nama jurusan memiliki konotasi terbatas pada apa yang
tersedia pada jurusan tersebut dan tidak boleh mengambil mata pelajaran di luar
jurusan.
Struktur Kelompok Peminatan Akademik (SMA) memberikan keleluasaan bagi
peserta didik sebagai subjek tetapi juga berdasarkan pandangan bahwa semua
disiplin ilmu adalah sama dalam kedudukannya. Nama kelompok minat diubah dari
IPA, IPS dan Bahasa menjadi Matematika dan Sains, Sosial, dan Bahasa. Nama-nama
ini tidak diartikan sebagai nama kelompok disiplin ilmu karena adanya berbagai
pertentangan fisolosfis pengelompokan disiplin ilmu. Berdasarkan filosofi
rekonstruksi sosial maka nama organisasi kurikulum tidak terikat pada nama
disiplin ilmu.

Terlampir di bawah adalah mata pelajaran peminatan dan mata pelajaran pilihan
(pendalaman minat dan lintas minat).
MATA PELAJARAN
KELAS
X XI XII
Kelompok Wajib
Peminatan Matematika dan Sains
I 1. Matematika 3 4 4
2. Biologi 3 4 4
3. Fisika 3 4 4
4. Kimia 3 4 4
Peminatan Sosial

II 1. Geografi 3 4 4
2. Sejarah 3 4 4
3. Sosiologi dan Antropologi 3 4 4
4. Ekonomi 3 4 4
Peminatan Bahasa

III 1. Bahasa dan Sastra Indonesia 3 4 4
2. Bahasa dan Sastra Inggris 3 4 4
3. Bahasa dan Sastra Asing lainnya 3 4 4
4. Sosiologi dan Antropologi 3 4 4
Mata Pelajaran Pilihan

Pilihan Pendalaman Minat atau Lintas Minat 6 4 4
Jumlah Jam Pelajaran yang Tersedia 73 75 75
Jumlah Jam Pelajaran yang Harus Ditempuh 41 43 43




BAB III
STRATEGI IMPLEMENTASI
A. Implementasi Kurikulum
Implementasi kurikulum adalah usaha bersama antara Pemerintah dengan
pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota.
1. Pemerintah bertanggungjawab dalam mempersiapkan guru dan kepala sekolah untuk melaksanakan kurikulum.
2. Pemerintah bertanggungjawab dalam melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum secara nasional.
3. Pemerintah propinsi bertanggungjawab dalam melakukan supervisi dan evaluasi terhadap pelaksanaan
kurikulum di propinsi terkait.
4. Pemerintah kabupaten/kota bertanggungjawab dalam memberikan bantuan profesional kepada guru dan
kepala sekolah dalam melaksanakan kurikulum di kabupaten/kota terkait.

Stategi Implementasi Kurikulum terdiri atas:

a. Pelaksanaan kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan yaitu:
i. Juli 2013: Kelas I, IV, VII, dan X
ii. Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI
iii. Juli 2015: kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, dan XII


b. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dari tahun 2013 2015

c. Pengembangan buku siswa dan buku pegangan guru dari tahun 2012 2014

d. Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi, dan pengembangan budaya sekolah (budaya
kerja guru) terutama untuk SMA dan SMK, dimulai dari bulan Januari Desember 2013

e. Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk menemukan kesulitan dan masalah implementasi
dan upaya penanggulangan: Juli 2013 2016


B. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pelatihan PTK adalah bagian dari pengembangan kurikulum. Pelatihan PTK
disesuaikan dengan strategi implementasi yaitu: Tahun pertama 2013 sampai tahun
2015 ketika kurikulum sudah dinyatakan sepenuhnya diimplementasikan.
Strategi pelatihan dimulai dengan melatih calon pelatih (Master Trainer) yang
terdiri atas unsur-unsur, yaitu Dinas Pendidikan, Dosen, Widyaiswara, guru inti
nasional, pengawas dan kepala sekolah berprestasi.
Langkah berikutnya adalah melatih master teacher yang terdiri dari guru inti,
pengawas dan kepala sekolah.
Pelatihan yang bersifat masal dilakukan dengan melibatkan semua guru kelas dan
guru mata pelajaran di tingkat SD, SMP dan SMA/SMK.

C. Pengembangan Buku Siswa dan Pedoman Guru
Implementasi kurikulum dilengkapi dengan buku siswa dan pedoman guru yang
disediakan oleh Pemerintah. Strategi ini memberikan jaminan terhadap kualitas
isi/bahan ajar dan penyajian buku serta bahan bagi pelatihan guru dalam
keterampilan melakukan pembelajaran dan penilaian pada proses serta hasil
belajar peserta didik.
Pada bulan Juli 2013 yaitu pada awal implementasi Kurikulum 2013 buku sudah
dimiliki oleh setiap peserta didik dan guru.
Ketersediaan buku adalah untuk meringankan beban orangtua karena orangtua
tidak perlu membeli buku baru.

D. Evaluasi Kurikulum
Pelaksanaan evaluasi implementasi kurikulum dilaksanakan sebagai berikut:
Jenis Evaluasi:
Formatif sampai tahun Belajar 2015-2016
Sumatif: Tahun Belajar 2016 secara menyeluruh untuk menentukan kelayakan ide,
dokumen, dan implementasi kurikulum.
Evaluasi pelaksanaan kurikulum diselenggarakan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi masalbah pel,aksanaan kurikulum dan membantu kepala sekolah
dan guru menyelesaikan masalah tersebut. Evaluasi dilakukan pada setiap satuan
pendidikan dan dilaksanakan pada satuan pendidikan di wilayah kota/kabupaten
secara rutin dan bergiliran.

a. Evaluasi dilakukan di akhir tahun ke II dan ke V SD, tahun ke VIII SMP dan tahun ke XI SMA/SMK. Hasil dari
evaluasi digunakan untuk memperbaiki kelemahan hasil belajar peserta didik di kelas/tahun berikutnya.
b. Evaluasi akhir tahun ke VI SD, tahun ke IX SMP, tahun ke XII SMA/SMK dilakukan untuk menguji efektivitas
kurikulum dalam mencapai Standar Kemampuan Lulusan (SKL).



DAFTAR PUSTAKA
http://kangmartho.com
kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikel-mendikbud-kurikulum2013






Makalah Kurikulum 2013
BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar Belakang
Dalam sejarah perjalanan pendidikan di Indonesia, kurikulum sudah menjadi stigma negative dalam masyarakat
karena seringnya berubah tetapi kualitasnya masih tetap diragukan. Kurikulum merupakan sarana untuk
mencapai program pendidikan yang dikehendaki. Sebagai sarana, kurikulum tidak akan berarti jika tidak
ditunjang oleh sarana dan prasarana yang diperlukan seperti sumber-sumber belajar dan mengajar yang
memadai, kemampuan tenaga pengajar, metodologi yang sesuai, serta kejernihan arah serta tujuan yang akan
dicapai. Pelaksanaan suatu kurikulum tidak terlepas dari arah perkembangan suatu masyarakat. Perkembangan
kurikulum di Indonesia pada zaman pasca kemerdekaan hingga saat ini terus mengalami perubahan sesuai
dengan tuntutan zaman serta terus akan mengalami penyempurnaan dalam segi muatan, pelaksanaan, dan
evaluasinya.

Perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian (pada kompoenen tertentu), tetapi dapat pula bersifat keseluruhan
yang menyangkut semua komponen kurikulum. Pembaharuan kurikulum biasanya dimulai dari perubahan
konsepsional yang fundamental yang diikuti oleh perubahan struktural. Pembaharuan dikatakan bersifat
sebagian bila hanya terjadi pada komponen tertentu saja misalnya pada tujuan saja, isi saja, metode saja, atau
sistem penilaiannya saja. Pembaharuan kurikulum bersifat menyeluruh bila mencakup perubahan semua
komponen kurikulum. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah
mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, dan 2004, 2006 dan tak
ketinggalan juga kurikulum terbaru yang akan diterapkan di tahun ajaran 2013/2014. Sebelum pelaksanaan
penerapan kurikulum 2013 ini, pemerintah melakukan uji public untuk menentukan kelayakan kurikulum ini di
mata public. Kemudian pada akhirnya di tahun 2013 akan mulai diberlakukan kurikulum ini secara bertahap.

Pada Kesempatan ini saya akan membahas kurikulum 2013 yang menjadi pro dan kontra bagi guru dan
masyarakat.

B. Identifikasi Masalah
1. Apa pengertian kurikulum?
2. Apa pengertian kurikulum 2013?
3. Apa kelebihan dan kekurangan kurikulum 2013?



BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum berasal dari kata dalam Bahasa Latin curerer yaitu pelari, dan curere yang artinya
tempat berlari. Pada awalnya kurikulum adalah suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari garis start
sampai dengan finish. Kemudian pengertian kurikulum tersebut digunakan dalam dunia pendidikan, dengan
pengertian sebagai rencana dan pengaturan tentang sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik
dalam menempuh pendidikan di lembaga pendidikan.

Berikut ini beberapa pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli:

Pengertian Kurikulum Menurut Kerr, J. F (1968): Kurikulum adalah semua pembelajaran yang
dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun secara kelompok, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Pengertian Kurikulum Menurut Inlow (1966): Kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang
oleh pihak sekolah untuk membimbing murid memperoleh hasil pembelajaran yang sudah ditentukan.
Pengertian Kurikulum Menurut Neagley dan Evans (1967): kurikulum adalah semua pengalaman yang
dirancang dan dikemukakan oleh pihak sekolah.
Pengertian Kurikulum Menurut Beauchamp (1968): Kurikulum adalah dokumen tertulis yang
mengandung isi mata pelajaran yang diajar kepada peserta didik melalui berbagai mata pelajaran, pilihan
disiplin ilmu, rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian Kurikulum Menurut Good V. Carter (1973): Kurikulum adalah kumpulan kursus ataupun
urutan pelajaran yang sistematik.
Pengertian Kurikulum Menurut UU No. 20 Tahun 2003: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
B. Pengertian Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang melakukan penyederhanaan, dan tematik-integratif, menambah jam
pelajaran dan bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan
observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau
mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran dan diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif,
sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya,
memasuki masa depan yang lebih baik.

C. Kelebihan dan kekurangan kurikulum 2013.

Kelebihan Kurikulum 2013
1. Lebih menekankan pada pendidikan karakter. Selain kreatif dan inovatif, pendidikan karakter
juga penting yang nantinya terintegrasi menjadi satu. Misalnya, pendidikan budi pekerti luhur dan
karakter harus diintegrasikan kesemua program studi.
2. Asumsi dari kurikulum 2013 adalah tidak ada perbedaan antara anak desa atau kota.
Seringkali anak di desa cenderung tidak diberi kesempatan untuk memaksimalkan potensi mereka.
3. Merangsang pendidikan siswa dari awal, misalnya melalui jenjang pendidikan anak usia dini.
4. Kesiapan terletak pada guru. Guru juga harus terus dipacu kemampuannya melalui pelatihan-
pelatihan dan pendidikan calon guru untuk meningkatkan kecakapan profesionalisme secara terus
menerus.

Kelemahan Kurikulum 2013
1. Pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki kapasitas yang sama dalam
kurikulum 2013. Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum
2013.
2. Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum
2013. Keseimbangan sulit dicapai karena kebijakan ujian nasional (UN) masih diberlakukan.
3. Pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk
jenjang pendidikan dasar tidak tepat, karena rumpun ilmu pelajaran-pelajaran tersebut berbeda.


BAB III
KESIMPULAN


Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya, setiap kurikulum pasti memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. oleh karena kita harus tetap mendukung upaya pemerintah untuk
memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia demi menciptakan peserta didik yang beriman, bertakwa,
berakhlak mulia dan sesuai dengan pancasila demi memenuhi perkembagan zaman.



BAB IV
PENUTUP


Demikianlah makalah yang dapat saya sajikan dan sampaikan, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan
maupun pelafalannya saya mohon maaf. Semoga makalah ini bermanfaat.



















Makalah Kurikulum 2013


TENTANG KURIKULUM 2013
Bab 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kurangannya Sumber Daya Manusia pada era kemerdekaan indonesia pada tahun 1945
itu disebabkan karena adanya penyimpangan dari penjajah terhadap bangsa indonesia agar
tidak bersekolah. Masa-masa itulah yang ingin dicapai bangsa indonesia untuk bertekat
mencerdaskan kehidupan bangsa. Para petinggi negri ini menyadari bahwa harus mengawali
dengan cara memperbaiki sumber daya manusia.
Ilmu pengetahuan dan teknologi akan selalu berkembang dengan menyesuaikan
perkembangan jaman. Dengan tuntutan pekerjaan yang semakin beragam dalam peningkatan
ekonomi suatu perusahaan. Perkembangan segala aspek kehidupan manusia yang semakin
berkembang dan mengandalkan suatu teknologi menuntut sumber daya manusia dapat
menangani masalah tersebut.
Oleh karena itu pendidikan di indonesia harus selalu mengikuti perkembangan jaman.
Maka di susunlah kurikulum sebagai pedoman atau panutan untuk mengendalikan pendidikan
di indonesia untuk selalu berkembang dan setara antara daerah satu dengan daerah yang lain.
Hal itu di lakukan agar sumber daya manusia yang berkualitas baik akan merata di seluruh
daerah indonesia.
Peningkatan ilmu pengetahuan dan Teknologi yang paling baru harus tersampaikan pada
peserta didik agar nantinya para peserta didik tersebut dapat bersaing dengan sumber daya
manusia negara lain dalam membangun negara ini.

B. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
Apa Fungsi dari kurikulum?
Bagaimana perkembangan kurikulum di Indonesia?
Problem apa saja yang terjadi saat kurikulum diterapkan?

C. Tujuan
Menjelaskan dan mendeskripsikan pengertian dari kurikulum
Menjelaskan dan mendeskripsikan fungsi dari kurikulum
Menjelaskan sejarah perkembangan kurikulum yang terjadi di Indonesia
Menjelaskan problem apa saja yang terjadi saat kurikulum diterapkan










BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum
Menurut HILDA TABA Kurikulum adalah sebuah rancangan pembelajaran, yang di
susun dengan mempertimbangkan berbagai hal mengenai proses pembelajaran serta
perkembangan individu. Sedangkan Menurut Murray Print Kurikulum didefinisikan sebagai
semua ruang pembelajaran terencana yang diberikan kepada siswa oleh lembaga pendidikan
dan pengalaman yang dinikmati oleh siswa saat kurikulum itu diterapkan.
Jadi dapat di simpulkan bahwa Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program
pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi
rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang
pendidikan. Dengan program itu, para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga
terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan
dan pembelajran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa yang
memberikan kesempatan untuk belajar. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan
dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan
pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.

Lama waktu dalam satu kurikulum, biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari
sistem pendidikan yang dilaksankan. Kurikulum ini diterapkan dengan maksud untuk dapat
mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan
pembelajaran secara menyeluruh.

B. Fungsi Kurikulum
Kurikulum dalam pendidikan memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
1) Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tidak lain merupakan alat
untuk mencapalai tujuan pendidikan. Dalam hal ini, alat untuk menempa manusia yang
diharapkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Maka :
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Kurikulum merupakan program yang harus dilaksanakan oleh guru dan murid dalam
proses belajar mengajar, guna mencapai tujuan.
Kurikulum merupakan pedoman guru dan siswa agar terlaksana proses belajar
mengajar dengan baik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
2) Fungsi kurikulum bagi sekolah yang bersangkutan adalah sebagai berikut:
Sebagai alat mencapai tujuan pendidikan yang di inginkan.
Sebagai pedoman mengatur segala kegiatan sehari-hari di sekolah tersebut, yang
meliputi:
Jenis program pendidikan yang harus dilaksanakan.
Cara menyelenggaran setiap jenis program pendidikan.
Orang yang bertanggung jawab dan melaksanakan program pendidikan.
3) Fungsi kurikulum bagi Guru
Tidak hanya berfungsi sebagai pelakana kurikulum sesuai dengan kurikulum yang
berlaku, tetapi juga sebagai pengembangan kurikulum dalam rangka pelaksanaan
kurikulum tersebut.
4) Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah
Kurikulum merupakan barometer atau alat pengukur keberhasilan program
pendidikan di sekolah yang di pimpinnya. Kepala sekolah dituntut untuk menguasai an
mengontrol, apakah kegiatan proses pendidikan yang dilaksanakan itu berpijak pada
kurikulum yang berlaku.
5) Fungsi kurikulum bagi pengawas
Dapat dijadikan sebagai pedoman, patokan atau ukuran dan menetapkan bagaimana
yang memerlukan penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha pelaksanaan kurikulum
dan peningkatan mutu pendidikan.

6) Fungsi kurukulum bagi Masyarakat
Melalaui kurikulum sekolah yang bersangkutan, masyarakat bisa mengetahui apakah
pengetahuan, sikap, dan nilai serta keterampilan yang dibutuhkannnya relevan atau tidak
dengan kurukulum sekolah.
7) Fungsi kurikulum bagi pemakai
Lulusan instansi atau perusahaan yang mempergunakan tenaga kerja yang baik dalam
arti kuantitas dan kualitas agar dapat meningkatkan produktivitas.

C. Sejarah Kurikulum di Indonesia
sejarah kurikulum pendidikan di indonesia kerap berubah setiap ada pergantian Menteri
Pendidikan, sehingga mutu pendidikan di indonesia hingga kini belum memenuhi
standar mutu yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, 1952, 1964,
1968, 1975, 1984, 1994, 2004 dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis
dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan IPTEK dalam
masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana
pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang
terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama,
yaitu Pancasila dan Undang-Undang 1945, perbedaannya pada penekanan pokok dari tujuan
pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya. Perubahan kurikulum didunia
pendidikan indonesia beserta tujuan yang ingin dicapai dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kurikulum 1947
Kurikulum pertama di masa kemerdekaan namanya rencana pelajaran 1947. Ketika itu
penyebutan lebih populer menggunakan Leer Plan (Rencana pelajaran) ketimbang istilah
Curriculum dalam bahasa inggris. Rencana pelajaran 1947 bersifat politis, yang tidak mau
lagi melihat dunia pendidikan masih menerapkan kurikulum belanda, yang orientasi
pendidikan dan pengajarannya di tujukan untuk kepentingan kolonialis belanda. Rencana
pelajaran 1947 ini lebih mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara, dan
masyarakat daripada pendidikan pikiran. Materi pelajaran duhubungkan dengan kejadian
sehari-hari, perhatiaan terhadap kesenian, dan pendidikan jasmani. Pada masa itu juga di
bentuk kelas Masyarakat yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak
melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti pertanian,
pertukangan, dan perikanan. Tujuannya, agar anak yang tak mampu sekolah ke jenjang SMP,
bisa langsung bekerja.

2. Kurikulum 1952
Pada tahun 1952 ini di beri nama Rentjana Pelajaran terurai 1952. Kurikulum ini sudah
mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri
dari kurukulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran
yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Fokusnya pada pengembangan daya cipta,
rasa, karsa, karya dan moral (pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima
kelompok bidang studi : moral, kecerdasan, emosional, keprigelan (keterampilan), dan
jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional
praktis.

3. Kurikulum 1964
Kali ini beri nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang
menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran
dipusatkan pada program Pancawardhana yang meliputi pengembangan daya cipta, rasa,
karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi :
moral, kecerdasan, emosional, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar
lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

4. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari kurikulum 1964, yaitu dilakukannya
perubahan struktur kurikulum pendidikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Dari segi tujuan pendidikan, kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan di
tekankan pada upaya untuk membentuk manusia pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

5. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, aagar pendidikan lebih efisien dan efektif. yang
melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manajemen, yaitu MBO (management
by objective) yang terkenal saat itu. Metode, materi, dan tujuan pengajaran di rinci dalam
Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional (PPSI). Zaman ini di kenal istilah satuan
pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi:
petunjuk umum, tujuan instruksional khusu (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan
belajar mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis
rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
Pada kurikulum kegiatan ini juga menekankan pada pentingnya pelajaran matematika sebagai
pedoman untuk melakukan kegiatan sehari-hari.

6. Kurikulum 1984 (kurikulum CBSA)
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan
proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut kurikulum 1975
yang disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati
sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Aktive Learning (SAL).
Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada tujtuan interaksional. Didasari oleh pandangan
bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas
di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau
menentukan bahan ajar, yang petama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai
siswa.

7. Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai UU
no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem
pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem
caturwulan. Tujuan pengajaran lebih menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan
menyelesaikan soal dan pemecahan maslah.

8. Kurikulum 2004 (KBK)
Kurikulum ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pendidikan
berbasis kopetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan
(kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah ditetapkan.
Hal ini dapat diartikan bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu yang
mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya adalah perlu
dikembangkan suatu kurikulum berbasis kompetensi sebagai pedoman pembelajaran.
Kurikulum ini berorientasi pada hasil dan dampak dari proses pendidikan serta keberagaman
individu dalam menguasai semua kopetensi.

9. Kurikulum 2006 (KTSP)
Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
Awal 2006 uji coba KBK dihentikan, muncullah KTSP. Tinjauan dari segi isi dan proses
pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak
perbedaan dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih
diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan
kondisi sekolah berada. Hal ini dapat disebabkan kerangka dasar (KD), standar kompetensi
lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran
untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Depertemen Pendidikan Nasional. Jadi
pengembangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan
kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan sepervisi pemerintah
Kabupatena/kota.

D. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang pernah digagas
dalam rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tapi belum terselesaikan karena
desakan untuk segera mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
2006. Selain itu penataan kurikulum pada kurikulum 2013 dilakukan sebagai amanah dari
UU No.20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional dan peraturan presiden N0. 5 tahun 2010
tentang rencana pembangunan jangka menengah nasional.
Kurikulum 2013 dikembangkan untuk meningkatkan capaian pendidikan dengan dua
strategi utama, yaitu peningkatan efektifitas pembelajaran pada satuan pendidikan dan
penambahan waktu pembelajaran di sekolah. Efektifitas pembelajaran dicapai melalui tiga
tahap, yaitu:
1. Efektifitas interaksi, akan tercipta dengan adanya harmonisasi iklim akademi dan budaya
sekolah. Efektifitas interaksi dapat terjaga apabila kesinambungan manajemen dan
kepemimpinan pada satuan pendidikan.
2. Efektifitas pemahaman, menjadi bagian penting dalam pencapaian efektifitas
pembelajaran. Efektifitas tersebut dapat dicapai apabila pembelajaran yang
mengedepankan pengalaman personal siswa melalui observasi, asosiasi, bertanya,
menyimpulkan dan mengkomunikasikan.
3. Efektivitas penyerapan, dapat tercipta manakala adanya kesinambungan pembelajaran
horizonta dan vertikal.
Penerapan kurikulum 2013 diimplementasikan adanya penambahan jam pelajaran, hal
tersebut sebagai akibat dari adanya perubahan proses pembelajaran yang semula dari siswa
diberi tahu menjadi siswa yang mencari tahu. Selain itu, akan merubah pula proses
penialaiayang semula berbasis output menjadi berbasis proses dan output.
Orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara
kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Hal itu sejalan dengan amanat UU no.20
tahun 2003 sebagai mana tersurat dalam penjelasan pasal 35: kompetensi lulusan merupakan
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai
dengan standar yang telah disepakati. Hal ini sejalan pula dengan pengembangan kurikulum
berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencangkup kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.
E. Faktor Adanya Pengembangan Kurikulum
Tiga faktor yang menjadi alasan pengembangan kurikulum 2013:
1) Tantangan masa depan diantaranya meliputi arus globalisasi, masalah lingkungan
hidup, kemajuan teknologi informasi, kovergensi ilmu dan teknologi, dan ekonomi
berbasis ilmu pengetahuan.
2) Kompetensi masa depan yang diantaranya meliputi kemampuan berkomunikasi,
kemampuan berfikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral,
kemampuan menjadi kewarganegaraan yang efektif, dan kemampuan mencoba untuk
mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda.
3) Fenomena sosial yang mengemuka, seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi,
plagiarisme, kecurangan dalam berbagai jenis ujian, dan gejolak sosial (social unrest).
4) Persepsi publik yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitik beratkan pada
aspek kognitif, beban siswa yang terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter.

F. Pokok-Pokok Perubahan Dalam Kurikulum 2013
Terdapat beberapa perubahan mendasar dari kurikulum 2006 ke kurikulum
2013 yaitu:
a) Penataan pola pikir.
b) Pendalaman dan perluasan materi.
c) Penguatan proses
d) Penyesuaian beban
Sedangkan elemen yang berubah antara lain:
a) Standar kompetensi Lulusan
b) Standar isi
c) Standar proses
d) Standar penilaian
Kurikulum 2013 lebih menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah tersebut meliputi,
mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring. Secara konseptual
kurikulum 2013 jelas ada perubahan signifikan. Perubahan itu tentunya di maksudkan untuk
menjadikan pendidikan menjadi lebih baik.

G. Prinsip Penyusunan RPP Kurikulum 2013
Prinsip-prinsip penusunan RPP sebagai berikut:
1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik RPP disusun dengan memperhatikan
perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi
belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus,
kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan lingkungan peserta didik.
2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik proses pembelajaran dirancang dengan
berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif,
inspirasi, kemandirian dan semangat belajar.
3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis proses pembelajaran dirancang untuk
mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi
dalam berbagai bentuk tulisan.
4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program
pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedy
5. Keterkaitan dan keterpaduan RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan
keterpaduan SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu kebutuhan
pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran
tematik,keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman
budaya.
6. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi RPP disusun dengan
mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara
terintegrasi, sistematis dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

H. Perbedaan Kurikulum 2013 dengan KTSP
Kurikulum 2013 sudah di implementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014 pada
sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal
15 juli 2013. Perbedaan kurikulum 2013 dengan KTSP, sebagai berikut:


No Kurikulum 2013 KTSP
1.
SKL (Standar Kompetensi Lulusan) ditentukan
terlebih dahulu, melalui permendikbud No.54
Tahun 2013. Setelah itu baru ditentukan Standar isi,
yang berbentuk kerangka dasar kurikulum, yang
dituangkan dalam permendikbud No. 67, 68, 69,
dan 70 tahun 2013.
Standar isi ditentukan terlebih
dahulu melalui
permendiknas No. 22 tahun
2006. Setelah itu ditentukan
SKL melalui
permendiknas No. 23 Tahun
2006.
2. Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft
skill dan hard skill yang meliputi aspek kompetensi
sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Lebih menekankan pada aspek
pengetahuan
3.
Dijenjang SD tematik terpadu untuk kelas I-IV
Di jenjang SD tematik terpadu
untuk kelas I-III
Jumlah jam pelajaran perminggu lebih banyak dan Jumlah jam pelajaran lebih
4.

jumlah mata pelajaran lebih sedikit dibanding
KTSP
sedikit dan jumlah mata
pelajaraan lebih banyak
dibanding dengan kurikulum
2013
5. Proses pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan
semua mata pelajaran di jenjang SMP/SMA/SMK
di lakukan dengan pendekatan ilmiah (saintific
approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran
terdiri dari mengamati, menanya, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.
Standar proses dalam
pembelajaran terdiri dari
Eksplorasi, Elaborasi, dan
Konfirmasi.
6. TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) bukan
sebagai mata pelajaran, melainkan sebagai media
pembelajaran
TIK sebagai mata pelajaran
7. Standar penilaian menggunakan penilaian otentik,
yaitu mengukur semua kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses
dan hasil
Penilaian lebih dominan pada
aspek pengetahuan
8. Pramuka menjadi ekstra kulikuler wajib Pramuka bukan ekstra kulikuler
wajib
9. Permintaan (penjurusan) mulai kelas X untuk
jenjang SMA/MA
Penjurusan mulai kelas IX
10. BK lebih menekankan pengembangan potens siswa BK lebih pada menyelesaikan
masalah siswa

Itulah beberapa perbedaan kurikulum 2013 dan KTSP. Walaupun keliatannya terdapat
perbedaan yang sangat jauh antara kurikulum 2013 dengan KTSP, namun sebenarnya
terdapat kesamaan ESENSI kurikulum 2013 dengan KTSP. Misalnya pendekatan ilmiah
(saintific approach) yang pada hakikatnya adalah pembelajaran berpusatnya pada siswa.
Siswa mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pendekatan ini mempunyai esensi
yang sama dengan pendekatan keterampilan proses (PKP). Masalah pendekatan sebenarnya
bukan bukan masalah kurikulum, tetapi masalah implementasi yang tidak jalan di kelas. Bisa
jadi pendekatan ilmiah yang diperkenalkan dikurikulum 2013 akan bernasip sama dengan
pendekatan-pendekatan kurikulum terdahulu bila seorang guru tidak paham dan tidak bisa
menerapkan dalam pembelajaran di kelas.

A. Problematika Kurikulum 2013

Berbagai wacana berkembang di masyarakat terkait kurikulum 2013 sangat marak,
tentunya berdasarkan pada sudut pandang mereka. Banyak persepsi yang perlu dihargai
sebagai bagian dari proses pematangan kurikulum yang sedang disusun. Kurikulum ini
merupakan terobosan baru dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Alasan perubahan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013 banyak
berbagai alasan. Menteri pendidikan dan kebudayaan, Moh Nuh menemukan pasalnya, hasil
studi lembaga survei pendidikan internasional, TIMSS dan PIRLS 2011 tidak menunjukkan
perkembangan yang signifikan terhadap kemampuan siswa di indonesia. Selain itu evaluasi
kurikulum pendidikan saat ini terlalu membebani siswa. Dari evaluassi nanti di harapkan
bisa ditemukan formulasi sesuai standar kompetensi. Katanya (Dikutip dari :
edukasi.kompas.com).
Dengan adanya hal tersebut yang menyebabkan kementrian pendidikan dan
kebudayaan semakin memantapkan langkah untuk mengganti KTSP dengan kurikulum baru
pada tahun 2013. Kurikulum 2013 ini rencananya diterapkan mulai tahun ajaran 2013/2014
pada berbagai jenjang. Mulai dari tingkat SD, SMP, SMA, dan SMK. Untuk jenjang solah
dasar sederajat, akan diamputasi 2 mata pelajaran yakni mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), jadi nantinya untuk SD sederajat hanya ada
mata pelajaran atau bidang studi, yakni:
i. Pendidikan agama
ii. Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan atau PKN
iii. Bahasa Indonesia
iv. Matematika
v. Seni budaya
vi. Pendidikan jasmani dan kesehatan.
Pengurangan mata pelajaran untuk tingkat atau jenjang SD sederajat ini dilakukan
oleh pemerintah dengan tujuan agar peserta didik atau para siswa tidak terlalu terjejali oleh
banyaknya mata pelajaran yang mereka dapatkan di bangku sekolah. Di harapkan dengan
pengurangan ini, kecerdasan para siswa akan terasah tanpa disertai beban dengan banyaknya
mata pelajaran yang mereka terima di sekolah.
Saat ini yang ramai diperbincangkan di media massa terkait perubahan kurikulum
adalah masalah pengurangan mata pelajaran dan penambahan jam belajar, secara mendasar,
ada empat elemen perubahan dalam kurikulum 2013, yakni standar kompetensi lulusan,
standar isi (kompetensi inti dan kompetensi dasar), standar proses, dan standar penilaian.
Penyempurnaan standar kompetensi lulusan memperhatikan pengembangan nilai,
pengetahuan, dan keterampilan. Secra terpadu dengan fokus pada pencapaian kompetensi.

Dalam bahasan kurikulum yang akan dicanangkan tersebut masih menuai banyak
perdebatan. Dikalangan praktisi pendidikan masih menimbulkan pro dan kontra. Pihak yang
mendukung kurikulum baru menyatakan bahwa kurikulum 2013 nantinya akan memadatkan
pelajaran sehingga tidak membebani siswa. Selain itu kurikulum ini akan memfokuskan pada
tantangan masa depan bangsa, dan tidak memberatkan guru dalam penyusunan KTSP.
Sedangkan pihak yang kontra menyatakan bahwa, kurikulum justru kurang fokus karena
menggabungkan mata pelajaran IPA dengan bahasa indonesia di SD. Padahal kedua mata
pelajaran memiliki substansi pokok yang berbeda. Akan tetapi hampir semua orang setuju
atas alasan di balik perubahan kurikulum. Hal ini dipertegas lagi bahwa kementrian
pendidikan dan kebudayaan berupaya kembali pada tujuan mulia pendidikan; tak hanya
mencecoki siswa dengan pengetahuan, tapi juga membentuk karakter mereka.

Dari pihak kontra memberikan argumen kembali bahwa, memang nantinya mata
pelajaran yang akan diajarkan tersebut dibuat lebih simpel. Akan tetapi tingkat pemahaman
dan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa akan semakin berkurang akibat berpaduan mata
pelajaran tersebut.


BAB III
KESIMPULAN

Menurut HILDA TABA Kurikulum adalah sebuah rancangan pembelajaran, yang
di susun dengan mempertimbangkan berbagai hal mengenai proses pembelajaran serta
perkembangan individu. Sedangkan Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis
kompetensi yang pernah digagas dalam rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
2004, tapi belum terselesaikan karena desakan untuk segera mengimplementasikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006.
Dan Kurikulum 2013 lebih menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah tersebut meliputi,
mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring. Secara konseptual
kurikulum 2013 jelas ada perubahan signifikan. Perubahan itu tentunya di maksudkan untuk
menjadikan pendidikan menjadi lebih baik dan usaha unutk selalu memperbaruhi tata cara
pelaksanaan pendidikan din indonesia agar merata disetiap daerahnya.

DAFTAR PUSTAKA
Linomeng87.wordpress.com/pengertian-kurikulum-menurut-para-ahli/
http://id.m.wikipedia.org/wiki/kurikulum
http:/www.m-edukasi.web.id/2013/05/perkembangan-kurikulum-di-
indonesia.html?m=1
http://taqwimislamy.com/index.php/en/57-kurikulum/297-sejarah-perkembangan-
kurikulum-di-indonesia
http://fatkoer.wordpress.com/2013/07/28/perbedaan-kurikulum-2013-dan-ktsp/
http://aswan67.blogspot.com/2013/04/problematika-kurikulum-2013-
tinjauan.html?m=1
http://atcontent.com/publication/878784857071999mb..text/-/Menyongsong-
kurikulum-2013
m.kompasiana.com/post/edukasi/2013/09/13/pokok-pokok-perubahan-pada-
kurikulum-2013/
www.unja.ac.id/fkip/index.php/kurikulum-2013/133-prinsip-penyusunan-rpp

Anda mungkin juga menyukai