Masjid Al Irsyad Satya Kota Baru Parahyangan
Masjid Al Irsyad Satya Kota Baru Parahyangan
Masjid Al Irsyad Satya Kota Baru Parahyangan
Masjid Al-Irsyad merupakan sebuah masjid dengan arsitektur bangunan yang sangat unik yang berada di Bandung, Jawa Barat, tepatnya berada di Kota baru Parahyangan. Masjid Al-Irsyad ini dibangun diatas lahan seluas 1 hektar yang berada dalam satu lingkungan dengan Al-Irsyad Satya Islamic School ( afiliasi dengan Madrasah Al irsyad Al-Islamiyah of Singapore) yang merupakan sebuah sekolah islam berbasis Internasional yang berada di Kota Baru Parahyangan. MAsjid ini merupakan karya besar seorang Arsitek ternama asal kota Bandung yaitu Ridwan Kamil yang sekarang merupakan Wali Kota Bandung periode 20132018. A. Tentang Sang Arsitek Mochammad Ridwan Kamil, ST. MUD lahir di Bandung pada 4 Oktober 1971. Beliau merupakan Wali Kota Bandung periode 2013-2018 dan juga merupakan seorang yang berlatar belakang sebagai arsitek, dosen dan juga aktivis sosial asal Indonesia. Beliau merupakan putra dari pasangan Dr, Atje Misbach SH (Alm) dan Dra Tjutju Sukaesih. Ayahnya merupakan seorang Doktor Fakultas Hukum UNPAD sementara itu, ibunya merupakan seorang dosen farmasi UNISBA dan staff ahli LPPOM MUI Jabar.Beliau belajar Arsitektur melalui pendidikan teknik Aritektur,
Institut Teknologi Bandung, Setelah lulus tahun 1995, pada tahun 1999 beliau melanjutkan sekolah Master di Master of Urban Design di University of California, Berkeley dan selesai pada tahun 2001. Setelah lulus S2 nya, Ridwan Kamil terjun sebagai pekerja professional sebagai arsitek di berbagai firma di Amerika Serikat. Pada ahun 2002, Ridwan Kamil, kembali ke Indonesia, dan dua tahun setelahnya beliau mendirikan Urbane yang bergerak dalam bidang jasa konsultan perencanaan, arsitektur, dan desain. Saat ini, Ridwan Kamil aktif menjabat sebagai principal PT. Urbane Indonesia. Selain itu beliau juga aktif sebagai dosen jurusan Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung Urbane adalah firma yang didirikan oleh Ridwan Kamil bersama teman-temannya seperti Achmad D. TAryana, Irvan W. Darwis, dan Reza Nurtjahja. Firma ini sudah memiliki reputasi Internasional. Mereka telah membangun berbagai proyek diluar Indonesia berskala Internasional, diantaranya adalah Syria Al-Noor Ecopolis Di Negara Syria dan Suzhou Financial District di China. Urbane telah banyak mendapat penghargaan dari media Internasional seperti BCI Asia Award tiga tahun berturutturut pada tahun 2008-2010 dan juga mendapatkan BCI Green Award pada tahun 2009 atas project desain rumah botol (dari botol bekas). Selain itu, Urbane juga telah memenagkan berbagai kompetisi di bidang desain Arsitektur tingkat Nasional seperti juara 1 Kompetisi desain Museum Tsunami di Aceh pada tahun 2007, juara 1 kompetisi desain kampus Universitas Tarumanegara pada tahun 2007 dan juga juara 1 kompetisi desain fakultas ilmu Budaya di Universitas Indonesia pada tahun 2009, juara 1 kompetisi desain Sanggar Nagari di Kota Baru Parahyangan di kabupaten
Bandung Barat dan juga juara 1 kompetisi desain Pusat Seni dan Sekolah Seni Universitas Indonesia tahun 2009. Dari semua karya yang telah beliau dirikan, Masjid Al Irsyad merupakan sebuah karya besar (Masterpiece) belia yang sangat ia banggakan. Masjid inipun ia dedikasikan untuk Alm. Ayahandanya.
B. Masjid Al Irsyad Satya Masjid ini didirikan pada 7 September 2009 diatas lahan seluas 1 hektar. Pembanguna masjid ini dibilang cukup singkat karena diangun kurang dari 1 tahun, yaitu seelesai pada bulan Agustus tahun 2010. MAsjid ini juga bisa dibilang mempunyai bentuk yang sangat sederhana (kubus) namun mempunyai filosofi yang sangat indah dan penuh makna.
Bentuk masjid yang terlihat kotak ternyata terinspirasi dari bentuk Kabbah yang berada di Mekah. Desain masjid memang sengaja dirancang menyerupai kabah,
Selain itu bentuknya yang kotak dapat memaksimalkan jamaah yang dapat tertampung di dalam masjid ini. MAsjid ini mempunyai kapasitas 1500 orang untuk beribadah dan bahkan dapat menampung 3000 orang atau lbih apabila digunakan saat pengajian. Bangunan ini mempunyai warna dasar abu-abu. Fasad bangunan ini merupakan susunan concrete block yang membentuk kaligrafi kalimat As-Syahadah( kalimat syahadat). Masjid ini juga dirancang sama sekali tidak menggunakan jendela untuk bukaan. Namun, ia menciptakan sebuah desain unik dengan memanfaatkan sinar matahari dan juga angin dari alam sebgai penerangan dan juga penghawaan melalui celah-celah concrete blok yang membentuk kalimat syahadat tersebut.
Pembangunan masjid ini sendiri menghabiskan dana sekitar 7 miliar rupiah. Desain awal dari masjid ini pertama-tama ada 3 alternatif. Yang pertama masjid ini dibangun dengan semua dikelilingi dan berada di atas air, yang kedua masjid ini akan dibangun menjadi 3 tingkat dan desain terakhir yaitu desain yang terpilih sekarang ini. Desain ini dipilih atas pertimbangan biaya, waktu dan sebagainya. Desain arah kiblat dibuat terbuka dengan pemandangan alam pegunungan yang sangat indah yang di ujung masjid ini terdapat sebuah bola besar yang bertuliskan kaligrafi Allah SWT yang dibuat berada diatas air dari kolam buatan. Saat senja tiba, semburat matahari akan masuk dari bagian depan masjid yang tak berdinding itu. Masjid ini mempunyai luas bagunan sekitar 1696 meter persegi, luas selasar 807 meter persegi dan hanya memiliki tiga warna yaitu, putih, hitam dan abuabu. Susunan tiga warna Tersebut menjadikan masjid ini manjadi tampil lebih indah, modern, simple namun tetap elegan dan elok dipandang mata. Walaupun dibangun tanpa adanya jendela, kita tak perlu khawatir akan rasa
panas yang ada. Justru, masjid ini terasa sangat sejuk dan dingin, karena adanya lubang-lubang dari dinding yang bertuliskan kaligrafi juga berfungsi sebagai ventilasi untuk pergantian udara. Selain itu penghawaan juga dapat dirasakan dari arah kiblat yang mempunyai dinding terbuka, sehingga udara dapat masuk masjid sebanyakbanyaknya. Namun sayangnya, saat hujan yang sangat deras terjadi, bukaan yang ada justru membuat air dapat masuk ruangan masjid secara berlebih, terutama tempat imam. Air yang masuk akhirnya dapat membasahi karpet-karpet yang ada,dan imam pun mau tidak mau harus memundurkan shafnya agar tidak kebasahan. Interior masjid Al- Irsyad juga sangat sederhana namun sangat menarik. Pada bagian plafon, terdapat lampu yang berbentuk Persegi panjang dari beton yang berjumlah 99 buah lampu sebagai symbol 99 nama-nama Allah (Asmaul Husna). Tulisan pada lampu itu dapat dibaca secara jelas dimulai dari sisi depan kanan masjid hngga tulisan ke 99 pada sisi kiri belakang masjid. Namun, kaligrafi yang tercetak pada lampu ini, apabila lampu dihidupkan bayangan kaligrafi yang timbul tidak perlu dikhawatirkan akan mencapai dasar lantai sehingga dapat terinjak-injak, karena sang Arsitek Ridwan Kamil telah memperhitungkan agar bayangan kaligrafi yang ditimbulkan oleh lampu tidak akan mengenai bawah lantai. Ruang sholat masjid dapat menampung 1500 jamaah.
Masjid
ini
juga
tidak
mempunyai pilar-pilar untuk ditengah untuk menopang atap, sehingga masjid ini terasa cukup luas, hanya ada 4 sisi dinding yang menjadi pembatas sekaligus penopang atapnya. Celah- celah angin pada dinding membuat masjid terasa sejuk walaupun tanpa AC ataupun kipas angin. Mihrab juga berbeda dengan masjid lain pada umumnya. Mihrab berbentuk lorong persegi itu terbuka dibagian depan dan langsng menghadap pegunungan. Mihrab dan mimbar diletakkan menjorok diatas sebuah kolam. Sebuah batu bulat berukir lafaz Allah SWT, diposisikan tepat ditengah mihrab yang terbuka. Hal ini bertujuan agar oaring- orang tidak lewat di depan imam.
Pemandangan pegunungan yang disuguhkan pun juga memiliki arti tersendiri. Panorama pegunungan tersebut memperlihatkan superioritas kebesaran alam. Siapapun yang bermunajat ke hadapan-Nya dan melihat pemandangan tersebut akan merasa sangat kecil sehingga diharapkan manusia selalu rendah hati.
Pada bagian lantai yang membatasi dinding dan lantai, sengaja tidak diberi keramik dan hanya diberi batu putih, Hal ini bertujuan untuk mengurangi banyaknya air yang bisa masuk masjid saat hujan besar tiba, tempat orang lewat (saat telat pengajian, sholat berjamaah atau apapun) agar tidak mengganggu jamaah yang lainnya dan juga bertujuan agar jamaah tidk ada yang memanfaatkan tempok sebagai tempat bersandar.
Pada saat malam hari, bola besar yang terdapat tulisan Kaligrafi Allah akan tidak terlihat. Justru yang terlihat hanyalah lafal Allah SWT yang menyala berwarna merah dan seeolah-olah berada di atas air. Hal seperti ini tentu membuat orang-orang terkagum-kagum melihat nya, dan juga membuat kita merinding saat beribadah di masjid tersebut. Lanskap dan ruang terbukannya pun sengaja dirancang membentuk gari-garis melingkar yang mengelilingi bangunan masjid. Lingkaran-lingkaran yang mengelilingi masjid ini terinspirasi dari konsep Tawaf yang mengelilingi kabah.
MAsjid Al Irsyad ini sendiri telah meraih penghargaan The Best 5 World Building of The Year 2011 umtuk kategori bangunan Religi, versi Archdaily & Green Leadership Award Tahun 2011 dari BCI Asia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Narasumber di Masjid Al irsyad Bandung, Jawa Barat 2. www. infobdg.com diakses pada Minggu, 8 Desember 2013 pukul 22.50 WIB 3. id.m.wikipedia.org/wiki/Ridwan_Kamil diakses pada Minggu, 8 Desember 2013 pukul 23.12 WIB 4. id.m.wikipedia.org/wiki/Masjid_Al_Irsyad 5. diakses pada Minggu, 8 Desember 2013 pukul 23.30 WIB