Rekayasa Trafik Seluler
Rekayasa Trafik Seluler
Rekayasa Trafik Seluler
Pendahuluan Sama seperti halnya pada Public Olds Telephone Service (POTS) atau Public Switch Telephone Network (PSTN) yang notabene adalah telepon tetap, di dalam dunia teknologi seluler juga terdapat sebuah tantangan dalam merekayasa traffic. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan perencanaan pembangunan Network Element oleh pihak operator pada masa yang akan datang dengan memprediksikan jumlah pelanggan yang akan dilayani pada tahun-tahun kedepan. Hal memprediksi dan memperhitungkan traffic seperti ini biasa disebut dengan dimensioning traffic. Tulisan ini akan coba memberikan gambaran perhitungan traffic untuk sistem GSM dan WCDMA, dengan asumsi-asumsi yang biasa dipakai.
Rekayasa Trafik Global System for Mobile (GSM) Seperti yang sudah diketahui bahwa GSM terdiri dari 8 time slot yang bisa diduduki oleh pelanggan. Misalkan ada sebuah BTS dengan konfigurasi 2/2/2, ini
TUGAS REKAYASA TRAFIK | Program Ekstensi Cikini - S1 Institut Sains dan Teknologi Nasional
berarti BTS tersebut terdiri dari 3 sektor, dengan masing-masing sektor terdiri dari 2 buah TRx. Dengan masing-masing TRx berisi 8 buah time slot, maka masing-masing sektor pada BTS tersebut terdiri dari 16 buah time slot. Sehari-hari kita tidak hanya melakukan telepon, tapi juga SMS dan MMS, BTS tidak hanya menghandle trafik voice, tetapi juga SMS dan MMS. Dengan demikian artinya pada Logical Channel kita tidak hanya butuh kanal suara yang biasa disebut dengan TCH (Traffic Channel) namun juga membutuhkan kanal signalling untuk mengakomodir SMS yaitu kanal SDCCH ( Standalone Dedicated Control Channnel). Typical value untuk tiap pelanggan yang dipakai dalam planning jaringan adalah: TCH load SDCCH load = 25 mErlang = 4 mErlang
Anggap kita sudah selesai melakukan evaluasi dan didapat hasilnya 14 time slot digunakan untuk traffic dan 2 time slot untuk signalling. Langkah berikutnya yang harus kita lakukan adalah melihat Tabel Erlang yang sudah disebut diatas.
TUGAS REKAYASA TRAFIK | Program Ekstensi Cikini - S1 Institut Sains dan Teknologi Nasional
Dari tabel Erlang tersebut kita lihat untuk jumlah kanal traffic sebanyak 14 buah dapat menghandle 8,2 Erlang pada nilai GOS yang mencapai 2%. Yang menjadi pertimbangan adalah, dalam mendesain kita banyak menggunakan asumsi-asumsi dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Sebut saja pemodelan propagasi (path profile), link budget, dimana digunakan asumsi yang tentu masih bisa ditoleransi. Hal ini harus disesuaikan dulu dengan kondisi environment nya. Kalau diperhatikan semua perhitungan dan asumsi yang digunakan diambil dari penelitian yang dilakukan diluar negeri dimana kondisi kontur bumi dan cuaca berbeda pada masing-masing daerah.
TUGAS REKAYASA TRAFIK | Program Ekstensi Cikini - S1 Institut Sains dan Teknologi Nasional
Hal ini sangat berdampak terhadap network, dan perlu diperhatikan ketika proses mendisain jaringan (network planning). Ambil contoh traffic pelanggan, dimana biasanya digunakan nilai sebesar 25 mErlang. Tapi dengan kondisi seperti sekarang mungkin diperlukan sebuah nilai yang lebih realistis. Misalkan sebuah operator seluler, umpakan bernama Operator X. Operator X tersebut memiliki sebuah produk dengan data-data sebagai berikut :
Product User(s)
A B Total 80 20 100
Holding Time
40 minutes 3 minutes 43 minutes
Call Attempt
1 4 5
Load Traffic
53.33 4 57.33
Dari tabel diatas didapat rata-rata traffic untuk masing-masing pelanggan adalah 0,57 Erlang. Jika dibandingkan dengan typical value yang biasa kita gunakan antara 25-35 mErlang, tentunya memiliki perbedaan yang sangat besar. Artinya kalau kita mendesain masih dengan data yang lama, sementara pola pikir pelanggan sudah berubah, network akan mengalami overload. Hal ini akan berakibat pada timbulnya kesulitan saat melakukan panggilan, drop call, hingga network down, dimana impactnya sangat besar terhadap kepuasan pelanggan.
TUGAS REKAYASA TRAFIK | Program Ekstensi Cikini - S1 Institut Sains dan Teknologi Nasional
Rekayasa Trafik Wideband Code Division Multiple Access (WCDMA) Kalau sebelumnya sudah dibahas perekayasaan trafik pada sistem, maka kali ini akan dilakukan perekayasaan pada sistem WCDMA. Hal ini akan menjadi lebih rumit, karena berbeda dengan GSM yang sudah jelas kapasitas per TRx nya, pada sistem WCDMA, hal tersebut tidak ada. Pada WCDMA, kapasitas, cakupan, dan kecepatan harus pada trade off yang tepat. Hal ini dikarenakan satu sama lain akan saling mempengaruhi. Dalam memperhitungkan coverage, pada prinsipnya adalah sama dengan system GSM. Dimana kita harus menghitung link budget untuk mendapatkan MAPL (Maximum Allowable Path Loss), hanya saja terdapat beberapa perbedaan yang mendasar, antara lain : 1. Ada beberapa parameter tambahan di sistem WCDMA yang tidak terdapat pada sistem GSM. 2. Pada sistem WCDMA perlu dilakukan perhitungan uplink dan downlink, lalu bandingkan hasil nya, agar dapat diambil radius yang terkecil dari keduanya. Untuk memudahkan, perhatikan contoh berikut ini :
Contoh: Berapakah jumlah cell yang harus dibangun oleh sebuah operator untuk dapat memenuhi permintaan pasar sebesar : 50 Pelanggan dengan kecepatan 144 Kbps 100 Pelanggan dengan kecepatan 64 Kbps
TUGAS REKAYASA TRAFIK | Program Ekstensi Cikini - S1 Institut Sains dan Teknologi Nasional
Untuk mempermudah perhitungan, kita ambil formula yang biasa digunakan (dengan berbagai standar dan asumsi parameter yang sering digunakan) :
Eb/No (dB)
4.8 2.4 1.7 0.4
No (=50%)
27.1 9.06 4.79 2.5
Sumber : (Training Material, Total Solutions of 3G UMTS and Transmission Network Design,
Maksimum pelanggan per cell (dari tabel diatas) [=50%]No untuk 144 kbps = 4,79 user /cell [=50%]No untuk 64 kbps = 9,06 user /cell
Dengan demikian, maka terdapat 19.63 cell per km2 Dengan mengasumsikan 1 buah node B terdiri dari 3 cell, maka dibutuhkan 7 node B.
Contoh 2 : Kasus dimensioning (capacity) Data : Total Subscriber BH mE/subs (voice) BH mE/subs (CS64) Asumsi lain : Jumlah data yang ditransfer tiap user/jam rata-rata : 700 kbyte/jam Data umum UMTS (source from Ericsson) : 100000 : 25 mErlang : 5 mErlang
Dengan menggunakan persamaan di atas didapatkan data jumlah kanal maksimum (Mpole) untuk uplink sebagai berikut : Tabel 3. Mpole untuk uplink
RAB
Speech 12.2 Kbps CS 64 Kbps
Pedestrian A
95 12
TUGAS REKAYASA TRAFIK | Program Ekstensi Cikini - S1 Institut Sains dan Teknologi Nasional
PS 128 Kbps
11
Dengan rumus diatas didapatkan data jumlah kanal maksimum (Mpole) untuk downlink, seperti pada table berikut : Tabel 4. Mpole untuk downlink
RAB
Speech 12.2 Kbps CS 64 Kbps
PS 128 Kbps
Pedestrian A
110 12
11
Langkah-langkah untuk melakukan dimensioning : 1. Membuat inisialisasi loading factor = (voice) + (RT data) + (NRT data) Catatan : RT = Real Time Untuk inisialisasi awal = 0,4 = (Mspeech/Mmax,speech) + (Mcs64/Mmax,cs64) = 0,4 Mencari nilai untuk memenuhi loading faktor 0,4 misalkan: Kanal suara (voice) = 17 kanal Kanal CS64 = 3 kanal
TUGAS REKAYASA TRAFIK | Program Ekstensi Cikini - S1 Institut Sains dan Teknologi Nasional
Dari data awal diatas, asumsikan bahwa : 1. 2. Kanal suara = 17 kanal Kanal CS64 = 3 kanal
Hitung kapasitas uplink, lihat dari tabel Erlang Asumsi GOS untuk voice 2% dan CS64 = video call = GOS 5%
Dari tabel Erlang didapatkan : 17 Kanal suara = 10,66 Erlang = 426 subscriber (@ subscriber = 25 mErlang) 3 Kanal CS64 = 0.899 Erlang = 180 subscriber (@ subscriber = 5 mErlang)
Jika nilai 426 subscriber (voice) dan 180 subscriber (CS64) dianggap tidak seimbang, maka harus dilakukan percobaan lagi sampai mendapatkan nilai perbandingan yang dirasakan seimbang antara voice dan CS64 nya.
TUGAS REKAYASA TRAFIK | Program Ekstensi Cikini - S1 Institut Sains dan Teknologi Nasional
Misalkan, gunakan 11 kanal suara dan 4 kanal CS64, maka didapatkan 233 subscriber voice dan 305 subscriber untuk CS64.
3. Memperhitungkan jumlah site yang diperlukan untuk memenuhi kapasitas uplink Dengan asumsi 3 sector/site, sehingga total jumlah sector yang dibutuhkan adalah :
4. Menghitung MAPL (Maximum Allowable Path Loss) MAPL adalah hasil perhitungan dari link budget, yang merupakan nilai loss maksimum yang masih bisa ditoleransi oleh sistem.
5. Menghitung ulang jumlah site yang dibutuhkan untuk memenuhi cakupan uplink Masukan nilai dari perhitungan pada langkah ke empat (4) dengan menyesuaikan dengan kondisi real daerah tersebut. Output dari pemodelan ini adalah jumlah site yang dibutuhkan.
6. Menghitung iterasi lanjutan Dengan membandingkan hasil perhitungan pada langkah ke tiga (3) dan ke lima (5), dapat ditentukan apakah perlu melakukan adjustment nilai loading
TUGAS REKAYASA TRAFIK | Program Ekstensi Cikini - S1 Institut Sains dan Teknologi Nasional
factor. Jika dirasakan nilainya tidak seimbang, nilai loading factor harus dinaikan. Misalkan kita naikkan loading faktor menjadi 60%. Dengan cara yang sama seperti langkah ke dua (2) di atas didapatkan: 18 kanal suara = 11,5 E (dari tabel) = 460 subscriber voice (@subs = 25 mErlang) 6 kanal CS64 = 2,96 E (dari tabel) = 592 subscriber CS64 (@subs = 5 mErlang) Kalau dianggap nilai diatas adalah seimbang, maka jumlah subscriber yang bisa didukung adalah 460 subscriber/sector. Dengan demikian, maka dapat dihitung jumlah site :
Catatan : Loading factor sebesar 60% adalah nilai maksimal untuk WCDMA. Range nilai untuk optimalisasi loading factor adalah antara 20% 60%, dimana nilai yang direkomendasikan adalah 40%.
7. Checking Checking diperlukan untuk mengecek apakah volume data sesuai dengan kapasitas yang tersedia Asumsi akhir : 18 kanal disediakan untuk voice
TUGAS REKAYASA TRAFIK | Program Ekstensi Cikini - S1 Institut Sains dan Teknologi Nasional
Server Load =
Maka, loading factor yang tersedia untuk layanan lain (data) adalah : Loading factor data =
= 350 Mbyte/jam/sektor
Dari perhitungan diatas ternyata demand > beban yang mampu disediakan, dimana ini berarti perlu adanya penambahan .
TUGAS REKAYASA TRAFIK | Program Ekstensi Cikini - S1 Institut Sains dan Teknologi Nasional
Lakukan hal yang sama untuk arah downlink, sehingga didapatkan hasil akhir yang balance antara jalu uplink dan jalur downlink.
TUGAS REKAYASA TRAFIK | Program Ekstensi Cikini - S1 Institut Sains dan Teknologi Nasional