Konjungtivitis Folikularis
Konjungtivitis Folikularis
Konjungtivitis Folikularis
Infeksi sistem penglihatan merupakan kelainan gangguan sistem penglihatan dan yang paling sering terjadi adalah konjungtivitis. Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering disebut mata merah. Boleh dikatakan masyarakat kita sudah sangat mengenalnya. Penyakit ini dapat menyerang semua umur. Konjungtivitis yang disebabkan oleh mikro-organisme (terutama virus dan kuman atau campuran keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara. Konjungtivitis berarti adanya peradangan pada konjungtiva,yaitu selaput bening yang menyelimuti bagian putih pada mata dan melapisi bagian dalam kelopak mata. Pada prinsipnya, tiap peradangan pada konjungtiva dapat menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Pelebaran inilah yg menyebabkan mata terlihat merah. Peradangan dibagi 2, yaitu akibat infeksi dan non infeksi. Infeksi bakteri antara lain dari spesies Staphylococcus sp., Clamydia sp., dan Neisseria sp.,serta berbagai virus dapat menyebabkan konjungtivitis. Peradangan akibat proses non infeksi antara lain disebabkan oleh alergi, adanya iritasi akibat benda asing, misalnya pada pemakai lensa kontak. Peradangan juga bisa terjadi akibat penggunaan obat-obatan mata tertentu. Pada bentuk yang lain, mata merah juga dapat terjadi akibat adanya perdarahan di bawah konjungtiva.
I.
IDENTITAS PASIEN Nama Umur No. RM Pekerjaan Alamat Agama Suku Status : Tn. AM : 63 tahun : 0250788 : Pensiunan : Kg. Keramat RT 2/RW 1, Kel. Penarangan, Kec. Bogor Tengah : Islam : Sunda : Menikah
II.
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan mata kiri terasa membengkak sejak 1 minggu yang lalu. Mata terasa gatal dan perih serta kadang seperti ada yang mengganjal. Pasien sering menggosok matanya tetapi menjadi semakin gatal. Selain itu, pasien juga mengeluhkan bahwa matanya sering berair dan menjadi warna merah. Pasien merasakan keluhan ini sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu dan dalam 1 minggu pasien mengatakan matanya akan merah sebanyak dua kali. Pasien mengaku telah mendapat obat tetes mata dari apotek puskesmas tetapi tidak ada perubahan. Pasien tidak mengeluh penglihatannya terganggu. Pasien sudah memakai kacamata sejak 10 tahun yang lalu dan baru diganti kurang lebih dalam 2 tahun terakhir. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien sering mengalami keadaan seperti ini sebelumnya dalam 1 bulan terakhir.Riwayat operasi pada mata disangkal.Pasien menyangkal menghidap penyakit seperti hipertensi dan alergi tetapi pasien mengaku memiliki asma dan pernah memiliki penyakit gula dan GDS terakhir pasien pada 2 minggu yang lalu adalah 119 . Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada ahli keluarga yang mengalami keadaan seperti ini. Orang tua pasien juga tidak ada ahli keluarga yg mengalami keadaan seperti ini.
III.
PEMERIKSAAN FISIK Umum Kesadaran Sikap Kooperasi : Baik : Compos Mentis : Aktif : Kooperatif
Status Oftalmikus Ocular Dextra Normal Bening, Hiperemis (-), injeksi (-), hordeolum (-), Kalazion (-), Jernih, sikatrik (-) Volume dan isi normal Ukuran 3-4 mm, isokor, RCL +, RCTL +, ditengah Jernih Lensa Gerakan Bola Mata Kornea COA Pupil Palpebra Konjungtiva Ocular Sinistra Normal Bening, Hiperemis (+), injeksi (+), hordeolum (-), Kalazion (-), Jernih, sikatrik (-) Volume dan isi normal Ukuran 3-4 mm, isokor, RCL +, RCTL +, ditengah Jernih
0,7
Visus
0,4
IV.
RESUME Pasien laki-laki 63 tahun datang dengan keluhan mata kiri terasa membengkak sejak 1
minggu yang lalu, pasien juga merasa gatal dan sering menggosok matanya sehingga terasa
4
semakin gatal, pasien juga kadang merasakan seperti ada yang mengganjal, selain itu juga pasien mengeluh matanya sering menjadi merah dan berair, pasien telah mendapat obat tetes mata dari puskesmas tetapi masih belum ada perubahan, pasien mengaku telah memakai kacamata sejak 10 tahun lalu dan baru diganti 2 tahun terakhir, pasien menyangkal adanya gangguan pada penglihatannya. Dari pemeriksaan visus didapatkan pada OD pasien adalah 0,7 dan OS adalah 0,4. Pemeriksaan fisik didapatkan adanya hiperemis pada konjungtiva dan injeksi konjungtiva pada mata kiri.benda asing pada kornea mata kiri. Palpebra, kornea, COA, lensa dan gerakan bola mata dalam batas normal. V. DIAGNOSIS OS Konjungtivitis Folikularis VI. PENATALAKSANAAN VII. Neocortic Na Diclofenac CTM Vitanorm
Definisi
5
Pengertian
konjungtivitis
adalah
inflamasi
konjungtiva
yang
ditandai
dengan
pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata nampak merah, sehingga sering disebut mata merah. Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan pengobatan. (Effendi, 2008). Menurut sumber lainnya, Konjungtivitis atau mata memerah adalah salah satu penyakit mata yang bisa mengganggu penderitanya sekaligus membuat orang lain merasa tidak nyaman ketika berkomunikasi dengan si penderita. Semua orang dapat tertular konjungtivis, bahkan bayi yang baru lahir sekalipun. Yang bisa ditularkan adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Penularan terjadi ketika seorang yang sehat bersentuhan dengan seorang penderita atau dengan benda yang baru disentuh oleh penderita tersebut. Oleh karena itu, maka kita harus memahami tentang penyakit konjungtivitis agar dapat memutus mata rantai dari penularannya. Anatomi dan Fisiologi a. Anatomi Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan dalam dari kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan dari bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea). Membran ini berisi banyak pembuluh darah dan berubah merah saat terjadi inflamasi. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian: 1. 2. 3. konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra). konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata). forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior palpebra dan
bola mata). Meskipun konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar juga bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh darah dengan mudah dapat dilihat di bawahnya. Di dalam konjungtiva bulbar terdapat sel goblet yang
mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre-kornea yang memproteksi dan memberi nutrisi bagi kornea. b. Fisiologi Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder bertingkat, superficial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas karunkula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel skuamosa. Sel-sel epitel superficial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara merata diseluruh prekornea. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat daripada sel-sel superficial dan di dekat linbus dapat mengandung pigmen. Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superficial) dan satu lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan dibeberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa konjungtivitis inklusi pada neonatus bersifat papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian menjadi folikuler. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus. Hal ini menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata. Kelenjar air mata asesori (kelenjar Krause dan wolfring), yang struktur dan fungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar kelenjar krause berada di forniks atas, dan sedikit ada diforniks bawah. Kelenjar wolfring terletak ditepi atas tarsus atas.
Klasifikasi dan Etiologi 1. Konjungtivitis Bakteri Terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis. Konjungtivitis bakteri sangat menular, menyebar melalui kontak langsung dengan pasien dan sekresinya atau dengan objek yang terkontaminasi.
7
2.
Konjungtivitis Bakteri Hiperakut Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri hiperakut yang berat
dan mengancam penglihatan, perlu rujukan ke oftalmologis segera. 3. Konjungtivitis Viral Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus ( yang paling sering adalah keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari penyakit virus sistemik seperti mumps dan mononukleosis. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam. 4. Konjungtivitis Alergi Infeksi ini bersifat musiman dan berhubungan dengan sensitivitas terhadap serbuk, protein hewani, bulu, makanan atau zat-zat tertentu, gigitan serangga dan/atau obat ( atropin dan antibiotik golongan Mycin). Infeksi ini terjadi setelah terpapar zat kimia seperti hair spray, tata rias, asap rokok. Asma, demam kering dan ekzema juga berhubungan dengan konjungtivitis alergi. Disebabkan oleh alergen yang terdapat di udara, yang menyebabkan degranulasi sel mast dan pelepasan histamin.. Pasien dengan konjungtivitis alergi sering memiliki riwayat atopi, alergi musiman, atau alergi spesifik (misal terhadap kucing). 5. Konjungtivitis blenore, konjungtivitis purulen ( bernanah pada bayi dan konjungtivitis Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat pada bayi yang baru lahir. Penyebab oftalmia neonatorum adalah Gonococ Chlamydia ( inklusion blenore ) Staphylococus Masa inkubasi bervariasi antara 3 6 hari Patofisiologi Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor lingkungan lain yang menganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mukus
8
gonore ).
Gonore Chlamydia
: 1 3 hari : 5 12 hari
menangkap debris dan kerja memompa dari palpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasuk lisozim. Adanya agens perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva ( kemosis ) dan hipertrofi lapis limfoid stroma ( pembentukan folikel ). Sel sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur. Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus. Pada hiperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papila yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hiperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau badan silier berarti kornea terkena.
Manifestasi Klinis Tanda-tanda konjungtivitis, yakni: konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak. produksi air mata berlebihan (epifora). kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas. pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi nonspesifik peradangan.
9
pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya. terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein). dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah). Penatalaksanaan Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontraminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit. Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari penyebaran konjungtivitis antar pasien. Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %). Penanganannya dimulai dengan edukasi pasien untuk memperbaiki higiene kelopak mata. Pembersihan kelopak 2 sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears dan salep dapat menyegarkan dan mengurangi gejala pada kasus ringan. Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi antibiotik-steroid. Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya iritis. Pada banyak kasus Prednisolon asetat (Pred forte), satu tetes, QID cukup efektif, tanpa adanya kontraindikasi. Apabila etiologinya dicurigai reaksi Staphylococcus atau acne rosasea, diberikan Tetracycline oral 250 mg atau erythromycin 250 mg QID PO, bersama dengan pemberian salep antibiotik topikal seperti bacitracin atau erythromycin sebelum tidur. Metronidazole topikal (Metrogel) diberikan pada kulit TID juga efektif. Karena tetracycline dapat merusak gigi pada anak-anak, sehingga kontraindikasi untuk usia di bawah 10 tahun. Pada kasus ini, diganti dengan doxycycline 100 mg TID atau erythromycin 250 mg QID PO. Terapi dilanjutkan 2 sampai 4 minggu. Pada kasus yang dicurigai, pemeriksaan X-ray dada untuk menyingkirkan tuberkulosis.
10
Pencegahan Pencegahan dari konjungtivitis dapat dilakukan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah lain Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya. Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari. Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain. Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil. Pada pemeriksaan klinik didapat adanya hiperemia konjungtiva, sekret atau getah mata dan edema konjungtiva. Komplikasi Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya: 1. glaucoma
11
2. 3. 4. 5. 6.
katarak ablasi retina komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh
akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta 7. komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu penglihatan
DAFTAR PUSTAKA 1. Brunner & suddarth.2001. keperawatan medical bedah. Vol.3. Ed 8 : Jakarta : EGC Corwin Elizabeth, 2001, Pathofisiologi, EGC, Jakarta. 2. Doengoes, Marilyn E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien.ed 3. Jakarta : EGC 3. Mansjoer, Arif dkk., 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I, Medica Aesculapius FKUI, Jakarta. 4. Wijana, Nana. 1990. Ilmu Penyakit mata. Cetakan V. Jakarta. 5. Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab / UPF Ilmu Penyakit Mata. RSU Sutomo. 1994. Surabaya. 6. Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Penerbit : EGC, Jakarta.
12