Robekan Serviks
Robekan Serviks
Robekan Serviks
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Persalinan sering kali mengakibatkan perlukaan jalan lahir. Luka-luka biasanya ringan, tetapi kadangkadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya. Setelah persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaan vulva dan perinium. Pemeriksaan vagina dan serviks dengan spekulum perlu dilakukan setelah pembedahan pervaginam.
Sebagai akibat persalinan, terutama pada seorang primipara, bisa timbul luka pada vulva di sekitar introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan tetapi kadang-kadang bisa timbul perdarahan banyak, khususnya pada luka dekat klitoris.
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan
1.Tujuan umum
Tujuan umum dari kami mempelajari makalah ini adalah untuk mengetahui lebih mendalam tentang perlukaan jalan lahir.
2.Tujuan khusus
Mengetahui pengertian dari perlukaan jalan lahir Mengetahui etiologi perlukaan jalan lahir Mengetahui patofisiologi perlukaan jalan lahir Mengetahui tanda dan gejala perlukaan jalan lahir Mengetahui penatalaksanaan medis perlukaan jalan lahir
D.Manfaat
Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat mempeerluas khasanah ilmu yang lebih luas terutama dalam menangani pasien dengan kasus perlukaan jalan lahir.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir. Perlukaan jalan lahin terdiri dari :
Robekan Perinium
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengan dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito bregmatika
Perinium merupakan kumpulan berbagai jaringan yang membentuk perinium (Cunningham,1995). Terletak antara vulva dan anus, panjangnya kira-kira 4 cm (Prawirohardjo, 1999). Jaringan yang terutama menopang perinium adalah diafragma pelvis dan urogenital. Diafragma pelvis terdiri dari muskulus levator ani dan muskulus koksigis di bagian posterior serta selubung fasia dari otot-otot ini. Muskulus levator ani membentuk sabuk otot yang lebar bermula dari permukaan posterior ramus phubis superior, dari permukaan dalam spina ishiaka dan dari fasia obturatorius.
Serabut otot berinsersi pada tempat-tempat berikut ini: di sekitar vagina dan rektum, membentuk sfingter yang efisien untuk keduanya, pada persatuan garis tengah antara vagina dan rektum, pada persatuan garis tengah di bawah rektum dan pada tulang ekor. Diafragma urogenitalis terletak di sebelah luar diafragma pelvis, yaitu di daerah segitiga antara tuberositas iskial dan simpisis phubis. Diafragma urogenital terdiri dari muskulus perinialis transversalis profunda, muskulus konstriktor uretra dan selubung fasia interna dan eksterna (Cunningham, 1995).
Persatuan antara mediana levatorani yang terletak antara anus dan vagina diperkuat oleh tendon sentralis perinium, tempat bersatu bulbokavernosus, muskulus perinialis transversalis superfisial dan sfingter ani eksterna. Jaringan ini yang membentuk korpus perinialis dan merupakan pendukung utama perinium, sering robek selama persalinan, kecuali dilakukan episiotomi yang memadai pada saat yang tepat. Infeksi setempat pada luka episiotomi merupakan infeksi masa puerperium yang paling sering ditemukan pada genetalia eksterna. LukaPerinium Luka perinium adalah perlukaan yang terjadi akibat persalinan pada bagian perinium dimana muka janin menghadap (Prawirohardjo S,1999).
Tingkat I : Robekan hanya pada selaput lender vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perinium
Tingkat II : Robekan mengenai selaput lender vagina dan otot perinea transversalis, tetapi tidak mengenai spingter ani
Tingkat III : Robekan mengenai seluruh perinium dan otot spingter ani
Robekan Serviks
Robekan serviks paling sering terjadi pada jam 3 dan 9. bibir depan dan bibir belakang servik dijepit dengan klem fenster kemudian serviks ditariksedidikit untuk menentukan letak robekan dan ujung robekan. Selanjutnya robekan dijahit dengan catgut kromik dimulai dari ujung untuk menghentikan perdarahan.
Rupture Uteri
Ruptur uteri merupakan peristiwa yang paling gawat dalam bidang kebidanan karena angka kematiannya yang tinggi. Janin pada ruptur uteri yang terjadi di luar rumah sakit sudah dapat dipastikan meninggal dalam kavum abdomen.
Ruptura uteri masih sering dijumpai di Indonesia karena persalinan masih banyak ditolong oleh dukun. Dukun seagian besar belum mengetahui mekanisme persalinan yang benar, sehingga kemacetan proses persalinan dilakukan dengan dorongan pada fundus uteri dan dapat mempercepat terjadinya rupturauteri.
Menurut Sarwono Prawirohardjo pengertian ruptura uteri adalah robekan atau diskontinuitas dinding rahim akiat dilampauinya daya regang mio metrium. Penyebab ruptura uteri adalah disproporsi janin dan panggul, partus macet atau traumatik. Ruptura uteri termasuk salahs at diagnosis banding apabila wanita dalam persalinan lama mengeluh nyeri hebat pada perut bawah, diikuti dengan syok dan perdarahan pervaginam. Robekan tersebut dapat mencapai kandung kemih dan organ vital di sekitarnya.
Resiko infeksi sangat tinggi dan angka kematian bayi sangat tinggi pada kasus ini. Ruptura uteri inkomplit yang menyebabkan hematoma pada para metrium, kadang-kadang sangat sulit untuk segera dikenali sehingga menimbulkan komplikasi serius atau bahkan kematian. Syok yang terjadi seringkali tidak sesuai dengan jumlah darah keluar karena perdarhan heat dapat terjadi ke dalam kavum abdomen. Keadaankeadaan seperti ini, sangat perlu untuk diwaspadai pada partus lama atau kasep.
Ruptur Uteri adalah robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat dilampauinya daya regang miomentrium. ( buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal )
Rupture uteri adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau dalam persalinan dengan atau tanpa robeknya perioneum visceral.
a)R. u. Gravidarum
2.Menurut lokasinya:
a)Korpus uteri, ini biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi seperti seksio sesarea klasik ( korporal ), miemoktomi
b)Segmen bawah rahim ( SBR ), ini biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama tidak maju, SBR tambah lama tambah regang dan tipis dan akhirnya terjadilah ruptur uteri yang sebenarnya
c)Serviks uteri ini biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forsipal atau versi dan ekstraksi sedang pembukaan belum lengkap
a). R. u. Kompleta : robekan pada dinding uterus berikut peritoneumnya ( perimetrium ) ; dalam hal ini terjadi hubungan langsung antara rongga perut dan rongga uterus dengan bahaya peritonitis
b)R. u. Inkompleta : robekan otot rahim tanpa ikut robek peritoneumnya. Perdarahan terjadi subperitoneal dan bisa meluas ke lig.latum
4.Menurut etiologinya
bekas miomectomia
B.Etiologi (penyebab)
1. Robekan perinium
Kepala janin terlalu cepat lahir Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya Jaringan parut pada perinium Distosia bahu
2.Robekan serviks
a. Partus presipitatus
d. Partus lama
3. Ruptur Uteri
( Helen, 2001 )
4. panggul sempit
5.letak lintang
6.hydrosephalus
C.Patofisiologi
1. Robekan Perinium
Robekan perineum terjadi pada semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat, sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan pendarahan dalam tengkorok janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena diregangkan terlalu lama.
Robekan perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bias menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang daripada biasa, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito-bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan vaginial.
2. Robekan Serviks
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks, sehingga serviks seorang multiparaberbeda daripada yang belum pernah melahirkan per vaginam. Robekan serviks yang luas mengakibatkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus berkontraksi baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya robekan serviks uteri.
3. Rupture Uteri
b. Terjadi gangguan mekanisme persalinan sehingga menimbulkan ketegangan segmen bawah rahim yang berlebihan
b. Timbulnya ruptura uteri karena tindakan seperti ekstraksi farsep, ekstraksi vakum, dll
Terjadinya spontan atau bekas seksio sesarea dan bekas operasi pada uterus.
Pendarahan segera Darah segar yang mengalir segera setelah bayi hir Uterus kontraksi baik Plasenta baik
2. Rupture Uteri
Tanda dan gejala ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis atau tenang.
Dramatis
Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi hebat memuncak
Terdapat tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat, tekanan darah menurun dan nafas pendek ( sesak )
Janin dapat tereposisi atau terelokasi secara dramatis dalam abdomen ibu
Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun menjadi tidak ada gerakan dan DJJ sama sekali atau DJJ masih didengar
Lingkar uterus dan kepadatannya ( kontraksi ) dapat dirasakan disamping janin ( janin seperti berada diluar uterus ).
Tenang
Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek pada servik atau kontraksi mungkin tidak dirasakan
F.Penatalaksanaan Medis
Tinjau kembali prinsip perawatan umum dan oleskan larutan anti septik ke vagina dan serviks Berikan dukungan dan penguatan emosional. Anastesi tidak dibutuhkan padasebasian besar robekan serviks. Berikan petidin dan diazepam melalui IV secara perlahan (jangan mencampur obat tersebut dalam spuit yang sama) atau gunakan ketamin untuk robekan serviks yang tinggi dan lebar Minta asisten memberikan tekanan pada fundus dengan lembut untuk membantu mendorong serviks jadi terlihat Gunakan retraktor vagina untuk membuka serviks, jika perlu Pegang serviks dengan forcep cincin atau forcep spons dengan hatihati. Letakkan forcep pada kedua sisi robekan dan tarik dalam berbagai arah secara perlahan untuk melihat seluruh serviks. Mungkin terdapat beberapa robekan. Tutup robekan serviks dengan jahitan jelujur menggunakan benang catgut kromik atau poliglokolik 0 yang dimulai pada apeks(tepi atas robekan) yang seringkali menjadi sumber pendarahan. Jika bagian panjang bibir serviks robek, jahit dengan jahitan jelujur menggunakan benang catgut kromik atau poliglikolik 0. Jika apeks sulit diraih dan diikat, pegang pegang apeks dengan forcep arteri atau forcep cincin. Pertahankan forcep tetap terpasang selama 4 jam. Jangan terus berupaya mengikat tempat pendarahan karena upaya tersebut dapat mempererat pendarahan. Selanjutnya :
Terdapat empat derajat robekan yang bisa terjadi saat pelahiran, yaitu :
Tingkat I : Robekan hanya pada selaput lender vagina dan jaringan ikat
Tingkat II : Robekan mengenai mukosa vagina, jaringan ikat, dan otot dibawahnya tetapi tidak menenai spingter ani
Tingkat III : robekan mengenai trnseksi lengkap dan otot spingter ani
Berikan dukungan dan penguatan emosional. Gunakan anastesi lokal dengan lignokain. Gunakan blok pedendal, jika perlu. Minta asisten memeriksa uterus dan memastikan bahwa uterus berkontraksi. Periksa vagina, perinium, dan serviks secara cermat. Jika robekan perinium panjang dan dalam, inspeksi untuk memastikan bahwa tidak terdapat robekan derajat III dan IV.
Ganti sarung tangan yang bersih, steril atau DTT Jika spingter cedera, lihat bagian penjahitan robekan derajat III dan IV. Jika spingter tidak cedera, tindak lanjuti dengan penjahitan
Tinjau kembali prinsip perawatan umum Berikan dukungan dan penguatan emosional. Gunakan anastesi lokal dengan lignokain. Gunakan blok pedendal, ketamin atau anastesi spinal. Penjahitan dapat dilakukan menggunakn anastesi lokal dengan lignokain dan petidin serta diazepam melalui IV dengan perlahan ( jangan mencampurdengan spuit yang sama ) jika semua tepi robekan dapat dilihat, tetapi hal tersebut jarang terjadi. Minta asisten memeriksa uterus dan memastikan bahwa uterus berkontraksi.
Periksa vagina, perinium, dan serviks secara cermat. Untuk melihat apakah spingter ani robek.
Ganti sarung tangan yang bersih, steril atau yang DTT Oleskan larutan antiseptik kerobekan dan keluarkan materi fekal, jika ada. Pastikan bahwa tidak alergi terhadap lignokain atau obat-obatan terkait. Masukan sekitar 10 ml larutan lignokain 0,5 % kebawah mukosa vagina, kebah kulit perineum dan ke otot perinatal yang dalam. Pada akhir penyuntikan, tunggu selama dua menit kemudian jepit area robekan denagn forcep. Jika ibu dapat merasakan jepitan tsb, tunggu dua menit algi kemudian lakukan tes ulang. Jahit rektum dengan jahitan putus-putus mengguanakan benang 3-0 atau 4-0 dengan jarak 0,5 cm untuk menyatukan mukosa. Jika spingter robek
Pegang setiap ujung sfingter dengan klem Allis ( sfingter akan beretraksi jika robek ). Selubung fasia disekitar sfingter kuat dan tidak robek jika ditarik dengan klem.
Jahit sfingter dengan dua atau tiga jahitan putus-putus menggunakan benang 2-0.
Periksa anus dengan jari yang memakai sarung tangan untuk memastikan penjahitan rektum dan sfingter dilakukan dengan benar. Selanjutnya, ganti sarung tangan yang bersih, steril atau yang DTT. Jahit mukosa vagina, otot perineum dan kulit.
Tinjau kembali indikasi. Tinjau kembali prinsip prawatan umum, prinsipperawatan operasi dan pasang infus IV. Berikan dosis tunggal antibiotik profilaksis.
Buka abdomen
Buat insisi vertikalgaris tengah dibawah umbilikus sampai kerambut pubis melalui kulit sampai di fasia.
Pegang tepi fasia dengan forcep dan perpanjang insisi keatas dan kebawah dengan menggunakan gunting.
Gunakan jari atau gunting untuk memisahkan otot rektus (otot dinding abdomen )
Gunakan jari untuk membuka peritoneum dekat umbilikus. Gunakan gunting untuk memperpanjang insisi ke atas dan ke bawah guna melihat seluruh uterus. Gunakan gunting untuk memisahkan lapisan peritoneum dan membuka bagian bawah peritoneum dengan hati-hati guna mencegah cedera kandung kemih.
Periksa area rupture pada abdomen dan uterus dan keluarkan bekuan darah.
Lahirkan bayi dan plasenta. Infuskan oksitoksin 20 unit dalam 1L cairan IV ( salin normal atau laktat ringer ) dengan kecepatan 60 tetes permenit sampai uterus berkontraksi, kemudian kurangi menjadi 20 tetes permenit. Angkat uterus keluar panggul untukmelihat luasnya cedera. Periksa bagian depan dan belakang uterus. Pegang tepi pendarahan uterus denganklem Green Armytage ( forcep cincin ) Pisahkan kandungan kemih dari segmen bawah uterus dengan diseksi tumpul atau tajam. Jika kandung kemih memiliki jaringan parut sampai uterus, gunakan gunting runcing.
Jika uterus robek sampai serviks dan vagina, mobilisasi kandung kemih minimal 2cm dibawah robekan. Jika memungkinkan, buat jahitan sepanjang 2cm diatas bagian bawah robekan serviks dan pertahankan traksi pada jahitan untuk memperlihatkan bagian-bagian robekan jika perbaikan dilanjutkan.
Jika rupture meluas secara lateral sampai mencederai satu atau kedua arteri uterina, ikat arteri yang cedera.
Jika rupture uterus menimbulkan hematoma pada ligamentum latum uteri, pasang klem, potong dan ikat ligamentum teres uteri. Buka bagian anterior ligamentum atum uteri. Buat drain hematoma secara manual, bila perlu. Inspeksi area rupture secara cermat untuk mengetahui adanya cedera pada arteria uterina atau cabang-cabangnya. Ikat setiap pembuluh darah yang mengalami pendarahan.
Jahit robekan dengan jahitan jelujur mengunci (continous locking ) menggunakan benang catgut kromik (atau poliglikolik)0. Jika perdarahan tidak terkandali atau jika ruptur melalui insisi klasik atau insisi vertikal terdahulu, buat jahitan lapisan kedua. Jika rupture terlalu luas untuk dijahit, tindak lanjuti dengan histerektomi.\ Kontrol pendarahan dalam, gunakan jahitan berbentuk angka delapan. Jika ibu meminta ligasi tuba, lakukan prosedur tsb pada saat ini. Pasang drain abdomen Tutup abdomen.
Pastikan tidak ada pendarahan. Keluarkan bekuan darah dengan menggunakn spons.
Pada semua kasus, periksa adanya cedera pada kandung kemih. Jka teridentifikasi adanya cedera kandung kemih, perbaiki cedera tsb.
Tutup fasia engan jahitan jelujur menggunakan benang catgut kromik (poliglikolik) 0.
Jika terdapat tanda-tanda infeksi, tutup jaringan subcutan dengan kasa dan buat jahitan longgar menggunakan benang catgut ( poligkolik ) 0. Tutup kulit dengan penutupan lambat setelah infeksi dibersihkan.
Jika tidak terdapat tanda-tanda infeksi, tutup kulit dengan jahitan matras vertikal menggunakan benang nelon ( sutra ) 3-0 dan tutup dengan balutan steril.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Kami dapat menyimpulkan bahwa perlukaan pada jalan lahir, sebagai akibat persalinan, terutama pada seorang primipara. Baik itu berupa robekan perinium, robekan serviks atau rupture uteri. Hal ini dapat diatasi apabila seorang tenaga kesehatan dapat mengelolanya dengan baik.
B.Saran
Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan agar dapat mengerti tentang robekan jalan lahir sampai dengan bagaimana manifestasi klinik dan penatalaksanaan medisnya, menerapkan konsep asuhan kebidanan kepada klien dengan perlukaan jalan lahir.
Diharapakan mampu mengerti tentang robekan jalan lahir dan dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi klien serta mampu memberikan asuhan secara komprehensif.
Sumber : koleksi Mediague.wordpress.com dikumpulkan oleh RW.Hapsari Suka Be the first to like this post.
Robekan Serviks
Pada hakekatnya persalinan selalu mengakibatkan perlukaan jalan lahir, robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari pendarahan pasca persalinan. Robekan pada serviks biasanya uterus berkontraksi lemah untuk menghindari adanya perdarahan hebat yang akan mengancam nyawa ibu, maka perlu dilakukan pemeriksaan yang seksama pada kala dua dan segera perbaiki robekan pada serviks. Pemeriksaan pada serviks harus secara cepat dan hati-hati, beritahukan pada ibu bahwa pemeriksaan ini sangat penting untuk memastikan ada tidaknya robekan yang akan berpotensial kematian pada ibu. Robekan serviks biasanya terjadinya secara lateral disalah satu sisi atau kedua sisi, robekan ini juga dapat mengenai cabang arteri uterus ke serviks dan menyebabkan perdarahan hebat. (Dikutip dari: Modul Hemoragi Post Partum dan Modul Episiotomi & Robekan Jalan Lahir)
Persalinan lama: apabila serviks terjepit diantara kepala bayi dan Sympisis pubis, sisi anterior dapat membengkak, tidak teregang dengan baik dan kemungkinan akan ruptur. Kelahiran dengan bantuan misalnya:forsep, ekstraksi vakum, atau ekstraksi pada bokong sebelum serviks berdilatasi penih. Persalinan Pretiposisi (secara spontan atau distimulasi dengan oksitosik) Kegagalan serviks atau berdilatasi karena kelainan kongenital atau jaringan parut akibat luka terdahulu. (dikutip dari: Modul Hemoragi Post Partum. 2001. Jakarta. EGC)
Tanda Biasanya pada robekan serviks ditandai dengan perdarahan. Jika robekan besar dan dalam biasanya keadaan umum ini buruk dan apabila dengan rehidrasi intravena keadaan ibu tidak membaik, segera pasang tampon kasa dan segera rujuk ibu dengan Baksoku Do.
a. Komplikasi awal 1. Perdarahan Perdarahan dapat terjadi jika pembuluh darah tidak diikat dengan baik. Pencegahannya adalah dengan mengikat titik perdarahan ketika sedang menjahit, pastikan bahwa perdarahan tidak berasal dari uterus yang atonik. 2. Hematoma Hematoma adalah mengumpulnya darah pada dinding vagina yang biasanya terjadi akibat komplikasi luka pada vagina. Hematoma terlihat adanya pembengkakan vagina atau nyeri hebat dan retensi urine. 3. Retensi Urine Maternal harus sering dianjurkan untuk sering berkemih. Jika ibu tidak mampu maka pasang kateter untuk menghindari ketegangan kandung kemih. 4. Infeksi Komplikasi paling umum dan dapat dihindari dengan memberikan anti biotik profilatik pada maternal dan gunakan teknik aseptik saat menjahit robekan. Jika terjadi infeksi, jahitan harus segera dilepas dan diganti dengan jahitan kedua kali, jika diperlukan hanya setelah infeksi teratasi. b. Komplikasi lanjut. 1. Jaringan parut dan stenosis (penyempitan) vagina, dapat menyebabkan nyeri selama bersenggama dan persalinan lama pada kelahiran berikutnya, jika robekan yang terjadi tidak diperbaiki. 2. Vesiko Vagina, vesiko serviks atau fistula dapat terjadi apabila robekan vagina atau serviks meluas kekandung kemih atau rectum. (Dikutip dari: Modul Hemoragi Post Partum.. 2001. Jakarta: EGC)
Penatalaksanaan, Perbaikan robekan Serviks Biasanya pada robekan serviks terjadi pada bagian kiri tengah atau kanan tengah (posisi jam 3/9), dan akan terlihat pada saat inspeksi vagina dan serviks, robekan serviks juga dapat terjadi pada persalinan spontan, itulah sebabnya pemeriksaan serviks dan vagina harus dilakukan secara teliti. Pada robekan ringan akan cepat sembuh, tapi tampilannya akan berubah dari bukaan sirkuler yang halus menjadi irisan transversal. (gambar A). jika robekan serviks meluas harus dijahit. Perbaikan Robekan Serviks:
Beritahu ibu tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan dan beri dukungan. Jika robekan luas beri diazepam dan petidin IV, perlahan. Tahan fundus. Jepit bibir serviks dengan klem ovum, kemudian pindahkan klem bergantian searah jarum jam sehingga semua bagian serviks dapat diperiksa. Jika ditemukan robekan tinggalkan 2 klem diantara robekan. Tempatkan klem dalam satu tangan. Tarik kearah kita. Mulailah menjahit bagian apeks (atas) serviks. Lakukan penjahitan terputus disepanjang luka berjarak 1 cm, dengan mengambil seluruh ketebalan pada setiap bibir serviks. Gunakan pembalut steril pada perineum.
Perawatan lanjutan. 1. Periksa tanda vital tiap 2-4 jam 2. Perhatikan jika ada robekan atau terjadinya hematoma. 3. Beri cairan IV dan atau donor sesuai keadaan pasien. 4. Beri antibiotic profilaktik, misal amoksilin 500 mg oral tiap 8 jam selama 5 hari. 5. Tindak lanjuti selama 10 hari, dan dalam 6 minggu untuk memastikan bahwa luka benar-benar sembuh. (DIkutip dari: Modul Unpad Episiotomi dan Penjahitan Robekan Jalan Lahir. DepKes)
http://www.bascommetro.com/2010/05/robekan-serviks.html