Bultek 08 Akuntansi Utang
Bultek 08 Akuntansi Utang
Bultek 08 Akuntansi Utang
BuletinTeknis
Teknis
STANDAR AKUNTANSI
STANDAR AKUNTANSI
PEMERINTAHAN
PEMERINTAHAN
Nomor 01
Nomor 08
PENYUSUNAN
AKUNTANSI
NERACA UTANG
AWAL
PEMERINTAH PUSAT
OMITE
KOMITE STANDAR
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
AKUNTANSI
PEMERINTAHAN
BULETIN TEKNIS
STANDAR AKUNTANSI
PEMERINTAHAN
Sugijanto Anggota
1
Buletin Teknis Akuntansi Utang
1 BAB I
2 PENDAHULUAN
3
4 A. Latar Belakang
5
6 Undang-undang di bidang keuangan negara telah mewajibkan entitas pemerintah
7 untuk menyajikan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban
8 pelaksanaan anggaran dan penggunaan sumberdaya dalam periode tertentu.
9 Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi
10 pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah
11 ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu
12 entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan
13 perundang-undangan. Penyusunan dan penyajian laporan keuangan tersebut
14 dimaksudkan untuk memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
15 keuangan negara. Untuk memenuhi tujuan tersebut, laporan keuangan entitas
16 pelaporan menyediakan informasi mengenai antara lain aset, kewajiban, dan
17 ekuitas dana.
18
19 Kewajiban merupakan dampak transaksi masa lalu yang penyelesaiannya
20 mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi. Kewajiban pemerintah dapat
21 timbul dari pengadaan barang dan jasa atau gaji yang belum dibayar, yang
22 pelunasannya akan dilakukan dengan pengeluaran belanja pemerintah.
23 Kewajiban pemerintah dapat juga timbul dari keharusan membayar kembali
24 penerimaan pembiayaan yang berasal dari pinjaman dalam negeri (obligasi),
25 pinjaman lembaga internasional, pemerintah lain, atau lembaga keuangan dalam
26 negeri.
27
28 Di samping kewajiban-kewajiban di atas, ada juga kewajiban-kewajiban yang jumlah
29 dan waktu pembayarannya belum pasti yang disebut kewajiban kontinjensi.
30 Kewajiban kontinjensi adalah:
31
32 (a) kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya
33 menjadi pasti dengan terjadinya atau tidak terjadinya suatu peristiwa atau lebih
34 pada masa datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali suatu entitas;
35 atau
36
37 (b) kewajiban kini yang timbul sebagai akibat masa lalu, tetapi tidak diakui karena:
38
39
1 (1) tidak terdapat kemungkinan besar (not probable) suatu entitas mengeluarkan
2 sumber daya yang mengandung manfaat ekonomis untuk menyelesaikan
3 kewajibannya; atau
4 (2) jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.
5
6 Akuntansi kewajiban meliputi pengakuan, pengukuran, serta pelaporan dan
7 pengungkapan seluruh transaksi kewajiban yang menyebabkan timbulnya utang,
8 baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk perlakuan atas
9 restrukturisasi utang, penghapusan utang dan kapitalisasi biaya pinjaman.
10
11 Pada akuntansi berbasis kas murni kewajiban pada umumnya hanya terbatas pada
12 pinjaman jangka pendek yang berupa uang muka dari kas negara dan perhitungan
13 fihak ketiga. Hal ini terjadi karena berlakunya basis kas pada penganggaran, yang
14 praktek pelaksanaan anggaran belanjanya selalu menekankan agar entitas tidak
15 melakukan pengadaan pada menjelang batas akhir tahun anggaran, atau tidak
16 melakukan pengadaan bila tidak tersedia anggaran belanjanya, karena akan
17 berkonsekuensi pelaksanaan pembayaran baru dapat dilakukan pada tahun
18 anggaran berikutnya. Namun demikian, tidak dapat dihindari adanya belanja yang
19 pembayarannya masih terutang, misalnya dalam hal terjadi bencana alam atau
20 keadaan darurat pada akhir tahun anggaran yang memerlukan penanggulangan
21 dan penanganan segera dengan melalui pengadaan barang dan atau jasa,
22 walaupun anggaran untuk itu tidak atau kurang cukup tersedia.
23
24 Pada akuntansi berbasis kas menuju akrual, klasifikasi dan jenis utang yang harus
25 disajikan pada neraca harus sesuai dengan karakteristik masing-masing utang
26 bersangkutan. Dengan mengacu pada PSAP 09 tentang Akuntansi Kewajiban,
27 bulletin teknis ini menjelaskan baik utang dalam negeri maupun luar negeri, jangka
28 pendek maupun jangka panjang, sebagai panduan dalam akuntansi utang pada
29 entitas pemerintah, baik entitas akuntansi maupun entitas pelaporan.
30
31 Buletin teknis ini dinamakan Buletin Teknis Utang karena menjelaskan secara lebih
32 mendalam tentang akun utang daripada pos kewajiban.
33
34 B. Klasifikasi Kewajiban
35
36 Kewajiban pemerintah diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kewajiban jangka pendek
37 dan kewajiban jangka panjang.
38
39
40
41
42
1 BAB II
2 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
3
4 Perlakuan akuntansi kewajiban jangka pendek mencakup 3 (tiga) aspek, yaitu
5 pengakuan, pengukuran, serta penyajian dan pengungkapan. Setiap akun dari pos
6 kewajiban jangka pendek dalam buletin teknis ini akan ditelaah dari tiga aspek
7 perlakuan akuntansi di atas.
8
9 A. Utang kepada Pihak Ketiga (Account Payable)
10
11 Utang kepada Pihak Ketiga berasal dari kontrak atau perolehan barang/jasa
12 yang sampai dengan tanggal pelaporan belum dibayar.
13
14 Pengakuan
15 Dalam kondisi transaksi pembelian barang dilakukan secara FOB destination
16 point (C&F), utang diakui pada saat barang yang dibeli sudah diterima tetapi
17 belum dibayar. Dalam kondisi transaksi pembelian barang dilakukan secara
18 FOB shipping point, utang diakui pada saat barang sudah diserahkan kepada
19 perusahaan jasa pengangkutan (dalam perjalanan) tetapi sampai dengan
20 tanggal pelaporan belum dibayar.
21
22 Dalam transaksi pembelian jasa, utang diakui pada saat jasa/bagian jasa
23 diserahkan sesuai perjanjian tetapi pada tanggal pelaporan belum dibayar.
24
25 Dalam hal kontrak pembangunan fasilitas atau peralatan, utang diakui pada
26 saat sebagian/seluruh fasilitas atau peralatan tersebut telah diselesaikan
27 sebagaimana dituangkan dalam berita acara kemajuan pekerjaan/serah terima,
28 tetapi sampai dengan tanggal pelaporan belum dibayar.
29
30 Pengukuran
31 Utang kepada Pihak Ketiga dinilai sebesar kewajiban entitas pemerintah
32 terhadap barang/jasa yang belum dibayar sesuai kesepakatan atau perjanjian.
33 Dalam hal kesepakatan atau perjanjian menyebutkan syarat pembayaran (terms
34 of payment) dengan diskon tertentu untuk pembayaran dalam jangka waktu
35 tertentu (misalkan 2/10, n/30) maka nilai utang kepada pihak ketiga ditentukan
36 sebesar jumlah utang dengan atau tanpa memperhitungkan diskon tergantung
37 pada kebijakan akuntansi pembayaran utang yang ditetapkan.
38
39 Dalam hal pihak ketiga/kontraktor membangun fasilitas atau peralatan sesuai
40 dengan spesifikasi yang ada pada kontrak perjanjian dengan pemerintah, dan
41 sebagian/seluruh fasilitas atau peralatan tersebut telah diserahterimakan tetapi
1 belum dibayar sampai dengan tanggal pelaporan, maka transaksi tersebut akan
2 diakui sebagai utang kepada pihak ketiga sebesar jumlah yang belum dibayar.
3
4 Penyajian dan Pengungkapan
5 Utang kepada Pihak Ketiga pada umumnya merupakan utang jangka pendek
6 yang harus segera dibayar setelah barang/jasa diterima. Oleh karena itu
7 terhadap utang semacam ini disajikan di neraca dengan klasifikasi/pos
8 Kewajiban Jangka Pendek. Rincian utang kepada pihak ketiga diungkapkan di
9 CaLK.
10
11 Ilustrasi jurnal untuk mencatat Utang kepada Pihak Ketiga adalah sebagai
12 berikut:
13
Kode Uraian Debet Kredit
Akun
XXXX Dana yang harus disediakan untuk xxx
pembayaran utang jangka pendek
XXXX Utang kepada Pihak Ketiga xxx
14 Ket: Dana yang harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek merupakan bagian dari
15 Ekuitas Dana Lancar (pengurang ekuitas dana lancar)
16
17 Contoh:
18 Pada bulan Desember 2007, Pemerintah meminta PT Inti Karya untuk
19 melakukan pemeliharaan gedung Sekretariat Negara dengan Surat Perintah
20 Kerja No. 250/12/SETNEG/2007 tanggal 1 Desember 2007 dengan nilai
21 pekerjaan Rp10.000.000. Pekerjaan tersebut telah diselesaikan oleh PT Inti
22 Karya dalam bulan Desember 2007 dan telah diserahterimakan ke Sekretariat
23 Negara pada tanggal 28 Desember 2007 dengan Berita Acara Serah Terima
24 Pekerjaan No. 260/12/SETNEG/2007. Terhadap pekerjaan yang telah
25 diselesaikan tersebut sampai dengan 31 Desember 2007 belum dibayar oleh
26 Pemerintah.
27
28 Berhubung pekerjaan pemeliharaan gedung telah selesai dan telah
29 diserahterimakan ke pemerintah namun sampai dengan 31 Desember 2007
30 belum dibayar, berarti bahwa pemerintah mempunyai utang kepada PT Inti
31 Karya sejumlah Rp10.000.000. Berdasarkan dokumen sumber yang berupa
32 Surat Perintah Kerja, Berita Acara Serah Terima Pekerjaan, dan bukti
33 pendukung lainnya (misalnya dokumen penagihan) dibuat jurnal untuk mengakui
34 utang biaya ini, yaitu:
35
36
37
38
39
1
2 Ilustrasi jurnal untuk mencatat Utang Bunga adalah sebagai berikut:
3
Kode Uraian Debet Kredit
Akun
XXXX Dana yang harus Disediakan XXX
untuk Pembayaran Utang
Jangka Pendek
XXXX Utang Bunga XXX
4 Ket: Dana yang harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek merupakan bagian dari
5 Ekuitas Dana Lancar (pengurang ekuitas dana lancar)
6
7
8 Contoh :
9
10 Pada tanggal 1 Oktober 2007 Pemerintah Daerah A menerima pinjaman dari
11 Bank Jateng sebesar Rp1.000.000.000 dengan tingkat bunga 4% per tahun dan
12 dibayar setiap tanggal 1 April dan 1 Oktober. Pinjaman tersebut akan dilunasi
13 dalam jangka waktu 5 tahun sejak perjanjian ditandatangani. Per 31 Desember
14 2007 berarti terdapat bunga terutang untuk periode Oktober s/d Desember 2007
15 atau 3 bulan. Dengan demikian jumlah bunga terutang adalah Rp1.000.000.000
16 X 3/12 X 4% = Rp10.000.000. Jumlah ini akan dibayar pada tanggal 1 April 2008,
17 berarti masuk dalam kelompok kewajiban jangka pendek.
18
19 Jurnal untuk mencatat Utang Bunga pada akhir tahun 2007 adalah sebagai
20 berikut:
21
Kode Uraian Debet Kredit
Akun
XXXX Dana yang harus Disediakan untuk 10.000.000
Pembayaran Utang Jangka Pendek
XXXX Utang Bunga 10.000.000
22
23
24 C. Utang Perhitungan Fihak Ketiga ( PFK)
25
26 Utang PFK menurut PSAP 09 paragraf 5 adalah utang pemerintah kepada pihak
27 lain yang disebabkan kedudukan pemerintah sebagai pemotong pajak atau
28 pungutan lainnya seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai
29 (PPN), Iuran Askes, Taspen dan Taperum.
30
31 Bagi pemerintah pusat PFK antara lain terdiri dari potongan iuran Taspen,
32 Bapertarum, dan Askes, sedangkan pajak pusat tidak termasuk karena langsung
33 diakui sebagai pendapatan.
1
2 Bagi pemerintah daerah PFK antara lain terdiri dari potongan pajak-pajak
3 pemerintah pusat, iuran Taspen, Bapertarum, dan Askes.
4 Potongan PFK tersebut seharusnya diserahkan kepada pihak lain (Kas Negara
5 cq. pendapatan pajak, PT Taspen, PT Asabri, Bapertarum, dan PT Askes)
6 sejumlah yang sama dengan jumlah yang dipungut/dipotong.
7
8 Pengakuan
9 Utang PFK diakui pada saat dilakukan pemotongan oleh BUN/BUD atas
10 pengeluaran dari kas negara untuk pembayaran tertentu, tetapi demi kepraktisan
11 diakui pada setiap akhir periode pelaporan.
12
13 Pengukuran
14 Nilai yang dicantumkan dalam neraca untuk akun ini adalah sebesar kewajiban
15 PFK yang sudah dipotong tetapi oleh BUN/BUD belum disetorkan kepada yang
16 berkepentingan.
17
18 Penyajian dan Pengungkapan
19 Utang PFK merupakan utang jangka pendek yang harus segera dibayar. Oleh
20 karena itu terhadap utang semacam ini disajikan di neraca dengan
21 klasifikasi/pos Kewajiban Jangka Pendek.
22
23 Didalam praktek akuntansi kas menuju akrual (CTA) yang berlaku sekarang,
24 penyajian PFK dilaksanakan oleh BUN/BUD sebagaimana ilustrasi berikut:
25
26 1. Pada waktu Pembayaran gaji yang disertai dengan Pemotongan PFK
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Belanja pegawai XXX
XXXX Penerimaan PFK XXX
XXXX Kas XXX
27
28 2. Pada saat pembayaran PFK
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Pengeluaran PFK XXX
XXXX Kas XXX
29
30 Contoh:
31
32 I. Pada tanggal 29 Desember 2007 BUN/BUD membayarkan gaji pegawai
33 sebesar Rp125.000, dengan perincian Rp100.000 untuk pegawai yang
34 bersangkutan, Rp15.000 untuk potongan pajak penghasilan (PPh), Rp7.000
35 merupakan potongan iuran pegawai untuk dana pensiun, Rp3.000 untuk iuran
1 pada setiap akhir periode akuntansi, kecuali bagian lancar utang jangka panjang
2 yang akan didanai kembali sebagaimana dimaksud dalam PSAP 09 paragraf 14.
3 Termasuk dalam Bagian Lancar Utang Jangka Panjang adalah utang jangka
4 panjang menurut PSAP 09 paragraf 17 yang persyaratan tertentunya telah
5 dilanggar sehingga kewajiban tersebut menjadi kewajiban jangka pendek
6 (payable on demand).
7
8 Pengukuran
9 Nilai yang dicantumkan di neraca untuk bagian lancar utang jangka panjang
10 adalah sebesar jumlah yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan
11 setelah tanggal neraca. Dalam kasus kewajiban jangka pendek yang terjadi
12 karena payable on demand, nilai yang dicantumkan di neraca adalah sebesar
13 saldo utang jangka panjang beserta denda dan kewajiban lainnya yang harus
14 ditanggung oleh peminjam sesuai perjanjian.
15
16 Penyajian dan Pengungkapan
17 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang disajikan di neraca sebagai kewajiban
18 jangka pendek.
19 Rincian Bagian Lancar Utang Jangka Panjang untuk masing-masing jenis
20 utang/pemberi pinjaman diungkapkan di CaLK.
21
22 Jurnal untuk mencatat Bagian Lancar Utang Jangka Panjang adalah
23 sebagaimana ilustrasi berikut:
24
25
Kode Uraian Debet Kredit
Akun
XXXX Dana yang harus Disediakan untuk XXX
Pembayaran Utang Jangka Pendek
XXXX Bagian Lancar Utang Jangka Panjang XXX
1 mulai tahun 2007. Dengan demikian pada tanggal 31 Desember 2007 jumlah
2 utang yang jatuh tempo pada tahun 2007 sejumlah Rp100.000.000 disajikan
3 dalam bagian lancar utang jangka panjang dalam klasifikasi/pos kewajiban
4 jangka pendek. Sisanya sejumlah Rp900.000.000 disajikan sebagai utang
5 jangka panjang.
6
7 Jurnal untuk mencatat Bagian Lancar Utang Jangka Panjang adalah:
Kode Uraian Debet Kredit
Akun
XXXX Dana yang harus disediakan untuk 100.000.000
pembayaran utang jangka pendek
XXXX Bagian Lancar Utang Jangka 100.000.000
Panjang
1 Ilustrasi jurnal untuk mencatat Uang Muka dari KUN adalah sebagai berikut:
Kode Uraian Debet Kredit
Akun
XXXX Kas di Bendahara Pengeluaran XXX
XXXX Uang Muka dari Kas Umum XXX
Negara/Daerah
2
3 Contoh :
4 Pada tanggal 20 Januari 2007 Bendahara Pengeluaran pada Kantor
5 Departemen Agama Surabaya menerima UP awal sebesar Rp5.000.000.
6 Sepanjang tahun 2007 telah dilakukan belanja dan telah diberikan penggantian.
7 Pada tanggal 14 Desember 2007 telah dipertanggungjawabkan pengeluaran
8 sebesar Rp3.000.000 untuk biaya pembelian supplies kantor dan telah
9 diterbitkan SP2D GU Nihil. Sampai dengan tanggal 31 Desember masih
10 terdapat sisa UP sebesar Rp2.000.000 ( Rp5.000.000 – Rp3.000.000). Maka
11 terhadap sisa UP yang belum disetor kembali ke KPPN tersebut akan dicatat
12 sebagai Uang Muka dari KUN dan disajikan di neraca pada kelompok Utang
13 Jangka Pendek.
14
15 Jurnal untuk mencatat Uang Muka dari KUN adalah:
Kode Uraian Debet Kredit
Akun
XXXX Kas di Bendahara Pengeluaran 5.000.000
XXXX Uang Muka dari KUN 5.000.000
16
17
18 Jurnal untuk mencatat belanja supplies kantor adalah:
Kode Uraian Debet Kredit
Akun
XXXX Belanja Barang-Supplies Kantor 3.000.000
XXXX Piutang dari KUN 3.000.000
19
20 Jurnal untuk mencatat SP2D GU Nihil adalah:
Kode Uraian Debet Kredit
Akun
XXXX Uang Muka dari KUN 3.000.000
XXXX Kas di Bendahara Pengeluaran 3.000.000
21
22 Saldo Uang Muka dari KUN sebesar Rp2.000.000 disajikan pada pos
23 Kewajiban Jangka Pendek
24
25
26
1
2 Contoh :
3 Pada tanggal 15 Desember 2008 Bendahara Pengeluaran pada Kantor
4 Departemen Agama Surabaya menerima dana SPM LS untuk pembayaran
5 honor Rp25.000.000. Sampai dengan tanggal 31 Desember masih terdapat sisa
6 honor yang belum dibayarkan kepada yang berhak sebesar Rp10.000.000.
7 Maka terhadap sisa honor yang belum dibayarkan tersebut diakui sebagai
8 Kewajiban pd Pihak Lain.
9
10 Jurnal pada saat menerima dana SPM/LS (tanggal 15 Desember 2008) adalah:
Kode Uraian Debet Kredit
Akun
XXXX Belanja Barang 25.000.000
XXXX Piutang dari Kas Umum Negara 25.000.000
11
12
13 Jurnal untuk mencatat utang pada tanggal 31 Desember 2008 adalah:
Kode Uraian Debet Kredit
Akun
XXXX Kas lainnya di Bend Pengeluaran 10.000.000
1 BAB III
2 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
3
4
5 A. Utang Luar Negeri
6
7 Utang luar negeri atau biasa dikenal dalam istilah pemerintahan sebagai pinjaman luar
8 negeri merupakan salah satu instrumen yang diambil oleh pemerintah dalam upaya
9 menanggulangi defisit anggaran.
10
11 Pinjaman luar negeri dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis sumber dana:
12 (1) Negara asing,
13 (2) Lembaga Multilateral,
14 (3) Lembaga keuangan dan lembaga non keuangan asing, dan
15 (4) Lembaga keuangan non asing yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di
16 luar wilayah Negara Republik Indonesia.
17
18 Perlakuan akuntansi terhadap Utang Luar Negeri mencakup 4 (empat) aspek yaitu
19 pengertian/definisi, pengakuan, pengukuran, serta penyajian dan pengungkapan dalam
20 laporan keuangan.
21
22 Pengertian
23 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman
24 dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman mendefinisikan pinjaman luar
25 negeri sebagai setiap penerimaan Negara baik dalam bentuk devisa atau devisa yang
26 dirupiahkan, rupiah, maupun dalam bentuk barang dan/atau jasa yang diperoleh dari
27 pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.
28
29 Perjanjian pinjaman dituangkan dalam Loan agreement yang ditandatangani oleh
30 pemberi pinjaman (lender) dan penerima pinjaman (borrower). Loan agreement
31 setidaknya mencantumkan:
32 1. Plafon Nilai Pinjaman Luar Negeri dan/atau plafon yang dapat ditarik per periode
33 2. Effective Date
34 3. Suku Bunga
35 4. Commitment Fee atas undisbursed loan
36 5. Periode Pinjaman dan pembayaran bunga.
37
38 Sejak tanggal effective date terhadap nilai pinjaman luar negeri yang belum dikeluarkan
39 oleh lender (undisbursed) pada umumnya dikenai commitment fee dengan besaran
40 sebagaimana diatur dalam loan agreement.
41
1 Nilai pinjaman yang sudah dikeluarkan oleh lender (disbursed) merupakan pokok
2 pinjaman bagi borrower yang dikenai bunga dengan besaran sebagaimana diatur
3 dalam loan agreement.
4
5 Lender melakukan disbursement berdasarkan penarikan yang dilakukan oleh borrower.
6 Nilai yang telah dikeluarkan oleh lender (disbursed), merupakan pokok pinjaman.
7 Berdasar Peraturan Menteri Keuangan No. 143/PMK.05/2006 tentang Tata Cara
8 Penarikan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri, dana pinjaman luar negeri dapat ditarik
9 dalam 4 mekanisme yaitu:
10 (1) Pembukaan Letter of Credit (L/C)
11 (2) Pembayaran Langsung
12 (3) Pembukaan Rekening Khusus
13 (4) Penggantian Pembiayaan Pendahuluan.
14
15 Letter of Credit adalah janji tertulis dari bank penerbit L/C (issuing bank) untuk
16 membayar kepada eksportir (beneficiary) sepanjang memenuhi persyaratan L/C.
17
18 Pembayaran langsung (PL) adalah penarikan dana yang dilakukan oleh KPPN yang
19 ditunjuk atas permintaan Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA)
20 dengan cara mengajukan aplikasi penarikan dana (withdrawal application) kepada
21 pemberi pinjaman dan/atau hibah luar negeri (PPHLN) untuk membayar langsung
22 kepada pihak yang dituju.
23
24 Rekening khusus (Reksus) adalah rekening yang dibuka oleh Menteri Keuangan
25 pada Bank Indonesia (BI) atau bank yang menampung sementara dana pinjaman dan/
26 hibah luar negeri tertentu berupa initial deposit untuk kebutuhan pembiayaan kegiatan
27 selama periode tertentu. Initial deposit, disebut juga dana awal rekening khusus
28 (DARK), adalah dana awal yang ditempatkan pada Reksus oleh PPHLN atas
29 permintaan Menteri Keuangan atau kuasanya yang besarnya telah ditetapkan dalam
30 Naskah Perjanjian Penerusan Pinjaman (NPPHLN). Setelah digunakan, Reksus diisi
31 kembali dengan mengajukan penggantian (replenishment) kepada PPHLN.
32
33 Penggantian pembiayaan pendahuluan (reimbursement) adalah pembayaran yang
34 dilakukan oleh PPHLN untuk penggantian dana yang pembiayaan kegiatannya
35 dilakukan terlebih dahulu melalui rekening BUN dan/atau Rekening Kas Negara atau
36 Rekening Penerima Penerusan Pinjaman. Dalam hal ini, penerima penerusan pinjaman
37 (PPP) adalah pemerintah daerah atau BUMN.
38
39 Dalam buletin teknis ini, pinjaman luar negeri akan diuraikan berdasarkan 4 (empat)
40 mekanisme Penarikan Pinjaman Luar Negeri. Keempat jenis mekanisme penarikan
41 tersebut perlu dijelaskan karena mekanisme penarikan tersebut akan berpengaruh
1 terhadap saat atau waktu dilakukan disbursement oleh lender yang menjadi dasar
2 pencatatan pinjaman tersebut ke dalam laporan keuangan.
3
4
5 Pengakuan
6 Sesuai dengan PSAP 9 paragraf 21 disebutkan bahwa kewajiban diakui pada saat
7 dana pinjaman diterima dan/atau pada saat kewajiban timbul. Namun demikian, karena
8 mekanisme penarikan pinjaman luar negeri bermacam-macam, maka pengakuan utang
9 atau pinjaman luar negeri bagi tiap-tiap cara penarikan adalah sebagai berikut:
10
11 1. Pinjaman luar negeri yang cara penarikannya dilakukan dengan pembukaan LC
12 diakui pada saat lender melakukan disbursement kepada bank koresponden untuk
13 membayar LC tersebut. Realisasi disbursement diberitahukan oleh lender kepada
14 borrower dengan dokumen Notice of Disbursement (NOD).
15 2. Pinjaman luar negeri yang penarikannya dilakukan dengan pembayaran langsung
16 diakui pada saat lender melakukan disbursement kepada pihak ketiga (rekanan).
17 Realisasi disbursement diberitahukan oleh lender kepada borrower dengan
18 dokumen Notice of Disbursement (NOD).
19 3. Pinjaman luar negeri yang penarikannya dilakukan dengan pembukaan rekening
20 khusus, diakui pada saat lender melakukan disbursement ke rekening khusus
21 (reksus) dimaksud. Karena dana dalam reksus adalah milik borrower, maka
22 pengisian reksus tersebut diberitahukan oleh lender kepada borrower dengan
23 dokumen Notice of Disbursement (NOD) yang selanjutnya oleh borrower diakui
24 sebagai utang.
25 4. Pinjaman luar negeri yang penarikannya dilakukan dengan pembiayaan
26 pendahuluan, diakui pada saat lender melakukan disbursement ke rekening BUN
27 dan/atau Rekening Kas Negara atau Rekening Penerima Penerusan Pinjaman
28 untuk mengganti (reimburse) pengeluaran yang telah dilakukan. Realisasi
29 disbursement diberitahukan oleh lender kepada borrower dengan dokumen Note of
30 Disbursement (NOD).
31
32 Pengukuran
33 Sesuai paragraf 32 PSAP 09, Utang dicatat sebesar nilai nominal. Utang dalam mata
34 uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar
35 (kurs tengah BI) pada tanggal neraca. Nilai nominal atas utang mencerminkan nilai
36 utang pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung seperti nilai yang
37 tertera pada lembar surat utang pemerintah. Aliran ekonomi setelahnya, seperti
38 transaksi pembayaran, perubahan penilaian dikarenakan perubahan kurs valuta asing,
39 dan perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan
40 menyesuaikan nilai tercatat utang tersebut.
41
42
1
2 Tanggal 31 Desember 2005, Jurnal pencatatan utang commitment fee:
3
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Dana yang harus disediakan untuk 567.333.364
pembayaran utang jangka pendek-
Commitment fee
XXXX Utang Jangka Pendek 567.333.364
4
5 Perhitungan commitment fee per 31 Desember 2005:
6 − Bulan Oktober 2005
7 1/12 x 0,25/100 x US $100.000.000 = $ 20.833,33
8
9 Bulan November dan Desember 2005
10 2/12 x 0,25/100 x US $ 98.000.000 = $ 40.833,33
11 Jumlah $ 61.666,67
12 Kurs tengah Rp9.200 = Rp 567.333.364
13
14 Tanggal 31 Desember 2005, jurnal untuk mencatat kenaikan jumlah Utang Luar Negeri
15 karena perbedaan selisih kurs pada tanggal penerimaan dengan tanggal pelaporan:
16
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Dana yang harus disediakan untuk 400.000.000
pembayaran utang jangka panjang
XXXX Utang Luar Negeri 400.000.000
17 Catatan:
18 − Nilai utang per 31/12/2005 (USD 2.000.000 x Rp 9.200) = Rp 18.400.000.000
19 − Nilai utang per 1/11/2005 (USD 2.000.000 x Rp.9.000) = 18.000.000.000
20 Kenaikan jumlah utang dalam rupiah karena selisih kurs Rp 400.000.000
21
22
23 B. Utang Dalam Negeri- Sektor Perbankan
24
25 Utang dalam negeri sektor perbankan merupakan utang jangka panjang yang berasal
26 dari perbankan dan diharapkan akan dibayar lebih dari dua belas bulan setelah tanggal
27 neraca. Berdasarkan pasal 8 PP 54 tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah
28 Daerah dapat melakukan Pinjaman Jangka Panjang yang bersumber dari lembaga
29 keuangan bank yang berbadan hukum Indonesia dan mempunyai tempat kedudukan
30 dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
31
32 Terkait dengan pengadaan utang dalam negeri-sektor perbankan, terdapat biaya-biaya
33 yang harus dikeluarkan, antara lain berupa biaya pengurusan utang (notaris, asuransi),
1 bunga dan denda, commitment fee. Biaya-biaya yang terutang dan belum dibayar
2 diklasifikasikan sebagai utang jangka pendek.
3
4 Pengakuan
5 Sepanjang tidak diatur secara khusus dalam perjanjian pinjaman, utang dalam negeri-
6 sektor perbankan diakui pada saat dana diterima di Kas Daerah.
7
8 Pengukuran
9 Jumlah utang yang tercantum dalam naskah perjanjian merupakan komitmen
10 maksimum jumlah pendanaan yang disediakan oleh pemberi pinjaman. Penerima
11 pinjaman belum tentu menarik seluruh jumlah pendanaan tersebut, sehingga jumlah
12 yang dicantumkan dalam neraca untuk utang dalam negeri sektor perbankan adalah
13 sebesar jumlah dana yang telah ditarik oleh penerima pinjaman.
14 Dalam perkembangan selanjutnya, pembayaran pokok pinjaman akan mengurangi
15 jumlah utang sehingga jumlah yang dicantumkan dalam neraca adalah sebesar total
16 penarikan dikurangi dengan pelunasan.
17
18 Penyajian dan Pengungkapan
19
20 Utang Perbankan disajikan sebagai kewajiban jangka panjang. Rincian utang
21 perbankan diungkapkan di CALK berdasarkan pemberi pinjaman.
22
23
24 Ilustrasi jurnal untuk mencatat Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan pada saat dana
25 diterima beserta jurnal korolari untuk pencatatan utang dimaksud adalah sebagai
26 berikut:
27
Kode Uraian Debet Kredit
Akun
XXXX Kas Xxxxxxxx
XXXX Penerimaan Pembiayaan xxxxxxx
28
29
30 Contoh :
1 Pada tahun 2006 Pemerintah Daerah Kab Misal melakukan pinjaman dari sektor
2 perbankan dalam negeri sebesar Rp5.000.000.000. Pinjaman ini akan dicicil selama 5
3 tahun.
4
5 Jurnal untuk mencatat penerimaan pembiayaan yang bersumber dari Utang Dalam
6 Negeri Sektor Perbankan
Kode Uraian Debet Kredit
Akun (Ribuan Rp) (Ribuan Rp)
XXXX Kas 5.000.000
XXXX Pembiayaan 5.000.000
7
8 Jurnal korolari untuk mencatat Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan
Kode Uraian Debet Kredit
Akun (Ribuan Rp) (Ribuan Rp)
XXXX Dana yang harus Disediakan untuk Pembayaran 5.000.000
Utang Jangka Panjang
XXXX Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan 5.000.000
9
10
11 C. Utang Obligasi
12
13 Definisi
14 Obligasi Negara adalah salah satu jenis Surat Utang Negara yang berjangka waktu
15 lebih dari 12 (dua belas) bulan dengan imbalan bunga tetap (fixed rate / FR) atau
16 dengan imbalan bunga secara variabel (variable rate / VR). Sesuai kebutuhan
17 pemerintah dalam hal pembiayaan/pendanaan, obligasi negara dapat diterbitkan dalam
18 mata uang rupiah ataupun dalam valuta asing.
19 Surat Utang Negara adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam
20 mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran pokok utang dan
21 bunganya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya.
22 Obligasi Daerah adalah pinjaman daerah yang ditawarkan kepada publik melalui
23 penawaran umum di pasar modal.
24 Karakteristik umum obligasi yang akan berkaitan langsung dengan akuntansi a.l.:
25 • Denominasi mata uang surat utang obligasi,
26 • Nilai par, atau nilai nominal, atau nilai jatuh tempo,
27 • Besaran suku bunga, apakah tetap atau variabel, dan tanggal-tanggal
28 pembayarannya,
29 • Jangka waktu yang meliputi tanggal mulai berlaku dan berakhirnya utang,
30 • Cara pelunasan surat utang dimaksud, apakah sekaligus atau diangsur, dan
31 kemungkinan untuk ditarik sebelum tanggal jatuh tempo,
1 • Registrasi obligasi tersebut, apakah atas nama atau atas unjuk (pembawa
2 /bearer),
3 • Premium atau diskon atas penjualan surat utang obligasi yang terjadi karena
4 perbedaan harga par dengan harga jual (harga pasar).
5 Surat utang obligasi dinyatakan dalam denominasi rupiah atau mata uang asing
6 tertentu. Pada umumnya obligasi yang dipasarkan di dalam negeri dinyatakan dalam
7 denominasi rupiah, sedangkan obligasi dalam valuta asing dipasarkan di luar negeri.
8 Investor utama surat utang obligasi adalah badan-badan perbankan, perusahaan
9 asuransi, dana pensiun, serta reksa dana, khususnya jenis reksa dana pendapatan
10 tetap.
11 Nilai nominal/par surat utang obligasi yang dipasarkan untuk nasabah korporasi
12 biasanya dinyatakan dengan angka bulat besar misalnya Rp1 milyar per satuan surat
13 utang. Untuk nasabah retail nilai par surat utang obligasi dengan angka bulat kecil,
14 misalnya Rp1 juta, seperti tertuang pada nilai par ORI (Obligasi Republik Indonesia).
15 Di samping mencantumkan nilai par, setiap lembar surat utang obligasi juga
16 mencantumkan besaran suku bunga yang berlaku, baik dinyatakan secara tetap (fixed
17 rate) atau dinyatakan secara variable (variable rate). Apabila secara variable,
18 disebutkan pula acuan variabel tersebut, misalnya sebesar 50 basis point di atas bunga
19 SBI 3 bulan. Bunga yang terutang atas obligasi mulai berjalan sejak tanggal mulai
20 berlakunya surat utang sampai dengan tanggal pembayarannya, yang biasanya
21 dinyatakan dalam jangka 6 bulanan. Pembeli surat utang obligasi, di samping
22 membayar harga transaksi obligasi, juga membayar bunga yang berjalan sejak tanggal
23 penerbitan atau tanggal pembayaran bunga yang terakhir.
24 Surat utang obligasi biasanya diterbitkan untuk jangka waktu menengah, misalnya 5
25 tahun, atau jangka waktu panjang, misalnya 10 s/d 20 tahun. Apabila dikehendaki,
26 surat utang tersebut juga mencantumkan klausul tentang dapat atau tidaknya surat
27 utang tersebut dilunasi sebelum tanggal akhir pelunasannya.
28 Surat utang obligasi dapat diterbitkan atas nama, artinya nama pembeli obligasi
29 diregistrasi pada setiap lembar surat utang. Namun, pada umumnya surat utang
30 obligasi diterbitkan atas unjuk, artinya setiap pembawa (bearer) yang mengunjukkan
31 surat utang dimaksud dianggap sebagai yang berhak atas jumlah pokok dan bunga
32 yang terutang.
33 Mekanisme harga yang terbentuk dari penjualan surat utang obligasi sangat tergantung
34 pada perbedaan besaran suku bunga yang dicantumkan pada surat utang (Ir) dengan
35 ekpektasi besaran suku bunga yang berlaku di pasar (Im).
36 • Pada kondisi (Ir) lebih besar dari (Im), maka penjualan surat utang obligasi
37 cenderung menghasilkan premium, artinya harga jual berada di atas harga par.
38 • Pada kondisi (Ir) lebih kecil dari (Im), maka penjualan surat utang obligasi
39 cenderung mengalami diskon, artinya harga jual berada di bawah harga par.
40 Agar harga jual surat utang obligasi berada persis atau disekitar harga par, maka
41 penerbit obligasi mencantumkan bunga variabel atau mengambang di atas patokan
42 (benchmark) tertentu.
1 Pengakuan
2 Utang Obligasi Negara/Daerah diakui pada saat kewajiban timbul yaitu pada saat
3 terjadi transaksi penjualan.
4 Sehubungan dengan transaksi penjualan utang obligasi, bunga atas utang obligasi
5 diakui sejak saat penerbitan utang obligasi tersebut, atau sejak tanggal pembayaran
6 bunga terakhir, sampai saat terjadinya transaksi.
7
8 Pengukuran
9 Utang Obligasi Negara/Daerah dicatat sebesar nilai nominal/ par, ditambah premium
10 atau dikurangi diskon yang disajikan pada akun terpisah. Nilai nominal Utang Obligasi
11 Negara/Daerah tersebut mencerminkan nilai yang tertera pada lembar surat utang
12 pemerintah dan merupakan nilai yang akan dibayar pemerintah pada saat jatuh tempo.
13 Dalam hal utang obligasi yang pelunasannya diangsur, aliran ekonomi setelahnya,
14 seperti transaksi pembayaran, dan perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar,
15 diperhitungkan dengan menyesuaikan nilai tercatat (carrying amount) utang tersebut.
16 Apabila surat utang obligasi dijual di bawah nilai par (dengan diskon), maupun di atas
17 nilai par (dengan premium), maka nilai pokok utang tersebut adalah sebesar nilai
18 nominalnya atau nilai jatuh temponya, sedangkan diskon atau premium dikapitalisasi
19 untuk diamortisasi sepanjang masa berlakunya surat utang obligasi.
20 Apabila surat utang obligasi diterbitkan dengan denominasi valuta asing, maka
21 kewajiban tersebut perlu dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah dengan
22 menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.
23
24 Penyajian dan Pengungkapan
25 Utang Obligasi Negara/Daerah disajikan dalam neraca pada pos Utang Jangka
26 Panjang, yaitu sebesar nilai tercatat (carrying amount). Carrying amount adalah pokok
27 utang ditambah/dikurangi sisa premium/diskon yang belum diamortisasi.
28
29 Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam penjelasan atas pos-pos neraca yaitu rincian
30 dari masing-masing jenis utang dalam masing-masing denominasi, jatuh tempo, tingkat
31 dan jenis suku bunga, registrasi masing-masing jenis obligasi, dan amortisasi diskon/
32 premium.
33
34 Ilustrasi jurnal untuk mencatat Utang Obligasi pada saat dana diterima adalah sebagai
35 berikut:
36
37 -- Jurnal pencatatan realisasi penerimaan pembiayaan
38
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Kas xxxxxxxx
XXXX Penerimaan Pembiayaan – xxxxxxx
Pinjaman dalam Negeri Obligasi
1
2 Unit yang mengelola Utang Obligasi mencatat hasil penjualan di atas per 1 April 2008
3 dalam akun neraca sebagai berikut:
4
5 Jurnal untuk Mencatat Realisasi Anggaran
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX R/C dengan BUD 1.040.000
XXXX Belanja Bunga 10.000
XXXX Penerimaan Pembiayaan 1.030.000
6
7 Jurnal korolari untuk mencatat dalam akun neraca
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Ekuitas Dana – Dana yang harus 1.030.000
Disediakan untuk Pembayaran Utang
Jangka Panjang
XXXX Premium - Penjualan Surat Utang 30.000
Obligasi
XXXX Utang Obligasi Dalam Rupiah 1.000.000
8
9 Jurnal Pembayaran Bunga Obligasi per 1 September 2008
10
11 BUD mencatat pembayaran bunga sebagai berikut:
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX R/C dengan Pengelola Utang Obligasi 60.000
XXXX Kas 60.000
12
13 Pengelola Utang Obligasi mencatat pembayaran bunga sebagai berikut:
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Belanja Bunga Obligasi 60.000
XXXX R/C dengan BUD 60.000
14
15 Jurnal Penutup Akhir tahun 2008
16
17 Jurnal akhir tahun oleh unit yang mengelola utang obligasi untuk mencatat bunga yang
18 terutang (selama 4 bulan) sebagai berikut:
19
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Ekuitas Dana Lancar 40.000
XXXX Utang Bunga Obligasi 40.000
20
21
22 Jurnal akhir tahun oleh unit yang mengelola utang obligasi untuk mencatat amortisasi
23 premium (selama 10 bulan) sebagai berikut:
24
25
1 Misalkan Samurai Bond diterbitkan dengan nilai Rp10 Triliun, berjangka waktu 10 tahun
2 dengan suku bunga tetap 10% per tahun. Bunga dibayar setiap 6 bulan per 1 Januari
3 dan 1 Juli.
4
5 1. Jurnal pada saat penjualan tanggal 1 Januari 2010
6
7 SAKUN
8
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Kas 10.000.000
XXXX Penerimaan Pembiayaan Penjualan 10.000.000
Obligasi (p.m.)
9
10 SAUP
11
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Utang kepada KUN (p.m.) 10.000.000
XXXX Penerimaan Pembiayaan Penjualan 10.000.000
Obligasi
12
13 Jurnal Korolari
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Ekuitas Dana – Dana yang harus 10.000.000
Disediakan untuk Pembayaran Utang
Jangka Panjang
XXXX Utang Obligasi Dalam Valuta Asing 10.000.000
14
15
16 2. Jurnal pada saat pembentukan dana cadangan untuk membayar kupon
17 selama 2 tahun
18
19 SAKUN
20
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Belanja Bunga (p.m.) 2.000.000
XXXX Kas 2.000.000
21
22
23 SAUP
24
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Belanja Bunga 2.000.000
XXXX Piutang dari KUN (p.m.) 2.000.000
25
1 Jurnal Korolari
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Belanja Bunga Dibayar Dimuka 2.000.000
XXXX Cadangan Piutang 2.000.000
2
3
4 3. Jurnal pada saat pembayaran bunga tahun pertama dan tahun kedua oleh
5 trust fund
6
7 SAKUN
8
9 Tidak dijurnal karena tidak melibatkan kas.
10
11 SAUP
12
13 1 Juli 2010 dan 1 Juli 2011
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Cadangan Piutang 500.000
XXXX Belanja Bunga Dibayar Dimuka 500.000
14
15 31 Desember 2010 dan 31 Desember 2011
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Cadangan Piutang 500.000
XXXX Belanja Bunga Dibayar Dimuka 500.000
16
17
18 4. Jurnal pada saat pembayaran bunga mulai tahun ke-3 (tanggal 1 Juli 2012)
19
20 SAKUN
21
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Belanja Bunga (p.m.) 500.000
XXXX Kas 500.000
22
23 SAUP
24
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Belanja Bunga 500.000
XXXX Piutang dari KUN (p.m.) 500.000
25
26
27
28
1 5. Jurnal pengakuan utang bunga yang belum dibayar per 31 Desember 2012
2
3 SAKUN
4 Tidak dijurnal karena tidak melibatkan kas.
5
6 SAUP
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Dana yang Disediakan Untuk 500.000
Pembayaran Utang jangka pendek
XXXX Utang Bunga Obligasi 500.000
7
8
9 6. Jurnal pada saat realisasi pembayaran bunga per 1 Januari 2013
10
11 SAKUN
12
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Belanja Bunga (p.m.) 500.000
XXXX Kas 500.000
13
14 SAUP
15
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Belanja Bunga 500.000
XXXX Piutang dari KUN (p.m.) 500.000
16
17 Jurnal korolari penghapusan utang bunga tahun sebelumnya yang sudah dibayar pada
18 1 Januari 2013
19
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Utang Bunga Obligasi 500.000
XXXX Dana yang Disediakan Untuk 500.000
Pembayaran Utang jangka pendek
20
21 7. Jurnal pada saat pelunasan (tanggal 1 Januari 2020)
22
23 SAKUN
24
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Pengeluaran Pembiayaan (p.m.) 10.000.000
XXXX Kas 10.000.000
25
26
1 SAUP
2
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Pengeluaran Pembiayaan 10.000.000
XXXX Piutang dari KUN (p.m.) 10.000.000
3
4 Jurnal Korolari
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Utang Obligasi Dalam Valuta Asing 10.000.000
XXXX Ekuitas Dana - Dana yang harus 10.000.000
Disediakan untuk Pembayaran Utang
Jangka Panjang
5
6 Catatan:
7 Akun dengan kode (p.m.) adalah akun memorial yang tidak dimasukkan dalam penyusunan
8 laporan keuangan pemerintah konsolidasian.
9
10 D. Utang Pembelian Cicilan
11
12 Utang cicilan adalah kewajiban yang timbul karena perolehan barang/jasa
13 pemerintah dilakukan dengan membayar secara angsuran.
14 Suatu kementerian, sebagai instansi operasional, secara fungsional seringkali tidak
15 dapat mengelak dari kebutuhan akan sarana dan prasarana yang mahal tersebut.
16 Setiap kementerian atau lembaga atau pemerintah daerah, misalnya, tentu
17 membutuhkan tanah atau kantor. Departemen Luar Negeri misalnya perlu
18 mengadakan mobil yang representatif untuk kantor-kantor perwakilan RI di luar
19 negeri untuk menjaga prestise negara. Barang modal tersebut ada kalanya tidak
20 dapat dilunasi dengan anggaran satu tahun. Salah satu bentuk pembiayaan
21 tersebut adalah dengan mengikat utang cicilan.
22 Secara hukum, transaksi ini ditandai dengan penandatanganan suatu akta utang
23 atau hipotek oleh pembeli yang menetapkan secara spesifik syarat-syarat
24 pembayaran atau penyelesaian kewajiban.
25 Transaksi pembelian secara angsuran/cicilan memiliki dua varian utama. Pertama,
26 perjanjian dengan menetapkan jumlah cicilan di masa depan dengan tingkat bunga
27 tertentu. Kedua, perjanjian dengan menetapkan skema pembayaran secara
28 angsuran per periode dengan besaran jumlah tetap mencakup pokok dan bunga
29 yang tidak disebutkan secara eksplisit. Kesamaan pada kedua varian tersebut
30 adalah bahwa tingkat bunga dikenakan terhadap sisa pokok utang yang belum
31 dibayar.
32 Pelaksanaan transaksi pembelian pemerintah secara kredit yang melampaui tahun
33 anggaran lebih rumit daripada yang dibayar tunai, karena di satu pihak akan
34 menghadapi persoalan yang berhubungan dengan ketentuan pelaksanaan
35 anggaran belanja, di lain pihak pelunasan kredit sekaligus atau cicilan akan dikenai
1 bunga eksplisit atau tersamar, yang pada gilirannya berkonsekuensi pada besaran
2 harga pembelian. Uraian variasi permasalahan transaksi ini adalah sebagai berikut:
3 Agar pembelian secara kredit yang melampaui tahun anggaran dapat berlangsung,
4 prasyarat dan asumsi yang harus diberlakukan adalah sebagai berikut:
5
6 1) Setiap kementerian/lembaga/pemerintah daerah yang akan melaksanakan
7 pengadaan barang dan jasa dengan kontrak pembayaran yang melampaui
8 tahun anggaran harus terlebih dahulu mendapat dispensasi dari Menteri
9 Keuangan. Dispensasi dari Menteri Keuangan ini harus jelas menyebutkan
10 jumlah utang dan bunga yang harus dibayarkan dan jumlah cicilan pembayaran
11 jika dilakukan secara mencicil serta saat terakhir pembayaran. Terkait dengan
12 jumlah dan masa pembayaran, dispensasi juga harus jelas menyatakan adanya
13 jaminan penganggaran belanja untuk pelunasan utang tersebut selama masa
14 pembayaran yang dibutuhkan.
15
16 2) Berdasarkan dispensasi di atas, pencatatan utang sebagai bentuk pendanaan
17 tahun jamak (multi years) dialihkan kepada kementerian/ lembaga/pemerintah
18 daerah yang diberi dispensasi.
19
20 3) Setiap tahun, berdasarkan surat dispensasi Menteri Keuangan,
21 kementerian/lembaga/pemerintah menganggarkan belanja sebesar porsi pokok
22 utang yang diklasifikasikan sebagai utang jangka pendek berikut bunganya yang
23 jatuh tempo pada tahun anggaran berikutnya.
24
25 4) Pelunasan pokok dan bunga pada suatu tahun anggaran dilakukan dengan
26 membebani anggaran belanja kementerian/ lembaga/ pemerintah daerah yang
27 diberi dispensasi.
28
1
2 Dengan perhitungan di atas, transaksi di atas dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
3 2 Januari 2008
4 Harga perolehan tanah €50.000.000
5 Uang muka 15.000.000
6 Utang pembelian cicilan anuitas 50.323.000
7 bunga tersamar 15.323.000
8 Pokok utang 35.000.000
9
10 31 Desember 2008
11 Pembayaran pertama atas utang pembelian cicilan anuitas €7.198.000
12 Pembayaran bunga atas sisa pokok utang 3.500.000*)
13 *) perhitungan bunga: (€50.323.000 –15.323.000) x 10% = €3.500.000
14
15 31 Desember 2009
16 Pembayaran kedua atas utang pembelian cicilan anuitas €7.198.000
17 Pembayaran bunga atas sisa pokok utang 3.130.200*)
18 *) perhitungan bunga:
19 (€50.323.000– €7.198.000) = €43.125.000
20 (€15.323.000 – €3.500.000) = €11.823.000
21 €31.302.000 x 10% = €3.130.200
22
23 Dan seterusnya sampai seluruh pokok pinjaman terlunasi.
24
31 a. Pengakuan
32 Sehubungan dengan utang pembelian cicilan, baik yang mengandung bunga secara
33 eksplisit maupun bunga secara tersamar, utang diakui ketika barang yang dibeli telah
34 diserahkan kepada pembeli dan perjanjian utang setentangnya secara legal telah
35 mengikat para pihak, yaitu ketika perjanjian utang ditandatangani oleh pihak penjual
36 yang sekaligus bertindak selaku kreditur dan pembeli yang juga menjadi debitur.
37 b. Pengukuran
38 Utang pembelian cicilan, baik yang bunganya dinyatakan secara eksplisit maupun yang
39 bunganya disamarkan dalam bentuk cicilan anuitas, dicatat sebesar nilai nominal.
40
1 Khusus mengenai utang cicilan anuitas, setiap pelunasan harus dipecah menjadi unsur
2 pelunasan pokok utang dan pelunasan bunga.
3 Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
4 Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal
5 neraca.
6
7 c. Penyajian dan Pengungkapan
8 Utang pembelian cicilan disajikan dalam neraca pada pos Utang Jangka Panjang, yaitu
9 sebesar nilai tercatat (carrying amount).
10 Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan adalah rincian
11 dari masing-masing jenis utang cicilan, tanggal jatuh tempo masing-masing cicilan,
12 tingkat bunga baik yang eksplisit maupun yang tersamar.
13 Dalam hal bunga tersamar pada cicilan anuitas maka perlu diungkapkan besaran
14 bunga yang tersamar pada anuitas bersangkutan. Mengacu pada contoh di atas,
15 skedul pembayaran pembelian cicilan secara anuitas dapat diungkapkan sebagai
16 berikut:
17
18 Iktisar Pembayaran Cicilan Pembelian Tanah secara Anuitas
Uang Muka/ Sisa Pokok
Tanggal Harga Tunai Cicilan Anuitas Cicilan Pokok Bunga Hutang
*) bunga per 31 Des 2014 dibulatkan ke atas agar sisa pokok hutang menjadi nol.
19
20
21
1 Jurnal untuk mencatat transaksi pembelian tanah secara cicilan tersebut di atas adalah
2 sebagai berikut:
3
4 Untuk mencatat pembelian tanah secara cicilan
5
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Aset Tetap 50.000.000
XXXX Diinvestasikan dalam Aset Tetap 50.000.000
6
7
8 Untuk mencatat pembayaran uang muka/cicilan pertama
9
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Belanja Modal 15.000.000
XXXX Piutang dari KUN 15.000.000
10
11
12
13
14 Untuk mencatat sisa utang cicilan
15
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Dana yang harus disediakan untuk 35.000.000
pembayaran Utang Jangka Panjang
XXXX Utang Pembelian Cicilan 35.000.000
16
17 Untuk mencatat pembayaran cicilan anuitas 31 Desember 2008
18
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXXX Belanja Modal 3.698.000
XXXX Belanja Bunga 3.500.000
XXXX Piutang dari KUN 7.198.000
19
20 Pembayaran cicilan anuitas (cicilan pokok dan bunga) dilakukan sampai dengan tahun
21 2013 sesuai dengan tabel di atas.
22
23 E. Utang Jangka Panjang Lainnya
24 Utang jangka panjang lainnya adalah utang jangka panjang yang tidak termasuk pada
25 kelompok Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan, Utang Dalam Negeri Obligasi dan
26 Utang Luar Negeri, misalnya Utang Kemitraan. Utang Kemitraan merupakan utang
27 yang berkaitan dengan adanya kemitraan pemerintah dengan pihak ketiga dalam
28 bentuk Bangun, Serah, Kelola (BSK). BSK merupakan pemanfaatan aset pemerintah
29 oleh pihak ketiga/investor, dengan cara pihak ketiga/investor tersebut mendirikan
1 bangunan dan/atau sarana lain berikut fasilitasnya, kemudian menyerahkan aset yang
2 dibangun tersebut kepada pemerintah untuk dikelola oleh mitra sesuai dengan tujuan
3 pembangunan aset tersebut. Penyerahan aset oleh pihak ketiga/investor kepada
4 pemerintah disertai dengan pembayaran kepada investor sekaligus atau secara bagi
5 hasil. Utang Kemitraan dengan Pihak Ketiga timbul apabila pembayaran kepada
6 investor dilakukan secara angsuran atau secara bagi hasil pada saat penyerahan aset
7 kemitraan. Utang Kemitraan disajikan pada neraca sebesar dana yang dikeluarkan
8 investor untuk membangun aset tersebut. Apabila pembayaran dilakukan dengan bagi
9 hasil, utang kemitraan disajikan sebesar dana yang dikeluarkan investor setelah
10 dikurangi dengan nilai bagi hasil yang dibayarkan.
11
12 Pengakuan
13 Utang kemitraan diakui pada saat aset diserahkan oleh pihak ketiga kepada
14 pemerintah yang untuk selanjutnya akan dibayar sesuai perjanjian, misalnya secara
15 angsuran.
16
17 Pengukuran
18 Utang kemitraan diukur berdasarkan nilai yang disepakati dalam perjanjian kemitraan
19 BSK sebesar nilai yang belum dibayar.
20
21 Penyajian dan Pengungkapan
22 Utang kemitraan disajikan dalam Neraca dengan klasifikasi/pos Utang Jangka Panjang.
23 Rincian Utang kemitraan untuk masing-masing perjanjian kerja sama diungkapkan
24 dalam CaLK.
25
26 Ilustrasi jurnal untuk mencatat Utang Kemitraan dengan Pihak Ketiga:
27
28
29 -- untuk mencatat aset berupa gedung dan bangunan
Kode Uraian Debet Kredit
Akun
XXXX Gedung dan Bangunan xxxxxxxx
XXXX Diinvestasikan pada Aset Tetap xxxxxxx
30
31 -- Untuk mencatat utang jangka panjang lainnya
Kode Uraian Debet Kredit
Akun
XXXX Dana yang harus Disediakan untuk xxxxxxxx
Pembayaran Utang Jangka Panjang
32
1 Contoh:
2 Pada tanggal 12 Pebruari 2005, dalam rangka peningkatan pelayanan kepada
3 masyarakat, Pemerintah telah mengikat kerjasama BSK (bangun, serah, kelola)
4 dengan PT Ranggataksaka untuk membangun Rumah Sakit dengan system bagi hasil.
5 Untuk menyelesaikan pembangunan Rumah Sakit tersebut, investor telah
6 mengeluarkan dana sebesar Rp5.000.000.000,00. sedangkan tanah yang diserahkan
7 oleh Pemerintah untuk pembangunan Rumah Sakit tersebut adalah senilai
8 Rp1.000.000.000,00. Pada tahun 2007, aset BSK tersebut telah selesai dibangun dan
9 telah diserahkan kepada pemerintah.
10
11 Pada waktu aset tersebut diserahkan, maka dijurnal:
12
13 -- Untuk mencatat Gedung dan Bangunan dalam Neraca
Kode Uraian Debet Kredit
Akun (Rp.000) (Rp.000)
XXXX Gedung dan Bangunan 5.000.000
XXXX Diinvestasikan pada Aset Tetap 5.000.000
14
15 -- Untuk mencatat Utang BSK dalam Neraca
Kode Uraian Debet Kredit
Akun (Rp.000) (Rp.000)
XXXX Dana yang harus Disediakan untuk 5.000.000
Pembayaran Utang Jangka Panjang
16
17
1 BAB IV
2 UTANG TRANSFER
3
4
5 A. PENGANTAR
6 Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan Negara dan
7 pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur, dan merata
8 berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
9 1945. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Negara Kesatuan Republik
10 Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi terdiri atas daerah-
11 daerah kabupaten dan kota. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
12 penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat, tiap-tiap daerah
13 tersebut mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan
14 tertentu pemerintahannya.
15 Pasal 18A ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
16 mengamanatkan agar hubungan keuangan, pelayanan umum, serta pemanfaatan
17 sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara Pemerintah dan Pemerintah
18 Daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan Undang-Undang.
19 Pembentukan Undang-Undang tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
20 Pusat dan Pemerintahan Daerah dimaksudkan untuk mendukung pendanaan atas
21 penyerahan urusan kepada Pemerintahan Daerah yang diatur dalam Undang-Undang
22 tentang Pemerintahan Daerah. Pendanaan tersebut menganut prinsip money follows
23 function, yang mengandung makna bahwa pendanaan mengikuti fungsi pemerintahan
24 yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab masing-masing tingkat pemerintahan.
25 Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah mencakup
26 pembagian keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah secara
27 proporsional, demokratis, adil, dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi,
28 dan kebutuhan Daerah.
29 Dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah, penyerahan, pelimpahan, dan
30 penugasan urusan pemerintahan kepada Daerah secara nyata dan bertanggung jawab
31 harus diikuti dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional
32 secara adil, termasuk perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan
33 Daerah. Sebagai daerah otonom, penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan
34 tersebut dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, partisipasi, dan
35 akuntabilitas.
36 Dana Perimbangan merupakan pendanaan Daerah yang bersumber dari APBN yang
37 terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi
38 Khusus (DAK). Dana Perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu Daerah
39 dalam mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan
40 sumber pendanaan pemerintahan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta untuk
41 mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antar-Daerah. Ketiga komponen
1 Dana Perimbangan ini merupakan sistem transfer dana dari Pemerintah serta
2 merupakan satu kesatuan yang utuh.
3 Dana Perimbangan bertujuan untuk menciptakan keseimbangan keuangan antara
4 Pemerintah Pusat dan Daerah dan antara Pemerintahan Daerah. Pasal 1 Peraturan
5 Pemerintah RI Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (PP 55/2005)
6 menyebutkan Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
7 yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
8 pelaksanaan Desentralisasi. Pasal 2 PP 55/2005 menyebutkan Dana Perimbangan
9 terdiri atas Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus. Dana
10 Perimbangan merupakan sumber pendanaan bagi daerah dalam pelaksanaan
11 desentralisasi, yang alokasinya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain
12 mengingat tujuan masing-masing jenis penerimaan tersebut saling mengisi dan
13 melengkapi.
14 Pelaksanaan dan pertanggungjawaban Transfer ke Daerah diatur dalam Peraturan
15 Menteri Keuangan Nomor 04 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran
16 Transfer ke Daerah, yang telah direvisi dengan PMK No. 21/PMK.07/2009 tentang
17 Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah. PMK itu
18 menyebutkan bahwa Transfer ke Daerah adalah dana yang bersumber dari Anggaran
19 Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah dalam
20 rangka pelaksanaan desentralisasi yang terdiri dari Dana Perimbangan dan Dana
21 Otonomi Khusus dan Penyesuaian.
22
23 PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran Paragraf 8 mendefinisikan Transfer adalah
24 penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas
25 pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil. Dana perimbangan
26 yang dimaksud di sini adalah Dana Perimbangan menurut UU No 33 tahun 2004 yang
27 terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus. Sedangkan
28 yang dimaksud dengan dana bagi hasil pada paragraf 8 adalah dana bagi hasil dari
29 pemerintah propinsi kepada pemerintah kabupaten/kota dalam wilayahnya dan dari
30 pemerintah kabupaten ke desa dalam wilayahnya. Paragraf 40 menyebutkan Transfer
31 Keluar adalah pengeluran uang dari entitas pelaporan ke entitas pelaporan lain seperti
32 pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat dan dana bagi hasil oleh
33 pemerintah daerah.
34 Pada tahun 2008 pemerintah pusat telah melakukan perbaikan pelaksanaan
35 desentralisasi fiskal dalam rangka mendukung pelaksaanaan otonomi daerah.
36 Perubahan pelaksanaan desentralisasi fiskal tersebut berupa perubahan dari pola lama
37 ke pola baru yang dimulai sejak Januari 2008 yaitu sebagai berikut:
38 • Perubahan nomenklatur Belanja ke Daerah menjadi Transfer ke Daerah dalam
39 struktur APBN 2008;
40 • Perpindahan kuasa pengguna anggaran (KPA) dari pemerintah daerah bertindak
41 selaku KPA menjadi Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK);
1 B. PENGAKUAN
2
3 1. UTANG DANA BAGI HASIL
4 Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
5 dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka prosentase untuk mendanai
6 kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. DBH bersumber dari
7 Pajak dan Sumber Daya Alam. DBH Pajak adalah bagian daerah yang berasal dari
8 penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan,
9 Pajak Penghasilan Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri,
10 dan Pajak Penghasilan Pasal 21. DBH Sumber Daya Alam adalah bagian daerah yang
11 berasal dari penerimaan sumber daya alam kehutanan, pertambangan umum,
12 perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan
13 panas bumi.
14 Dana Bagi Hasil (DBH) terdiri dari bagi hasil pajak dan bagi hasil sumber daya alam,
15 yang diberikan baik oleh Pemerintah Pusat kepada pemerintah daerah. DBH dapat
16 juga dialokasikan oleh pemerintah provinsi ke pemerintah kabupaten/kota. Sesuai
17 ketentuan peraturan perundang-undangan, DBH diperhitungkan dan ditransfer
18 berdasarkan realisasi penerimaan.
19 Utang Transfer DBH dapat terjadi karena:
20 • kesalahan tujuan dan/atau jumlah transfer;
21 • kekurangan transfer sebagai akibat realisasi penerimaan melebihi proyeksi
22 penerimaan; atau
23 • kekurangan transfer sebagai akibat daerah penghasil belum dapat
24 diidentifikasi/diketahui sampai dengan akhir tahun anggaran.
25 Utang Transfer DBH yang terjadi karena kesalahan tujuan dan/atau jumlah transfer
26 merupakan kewajiban jangka pendek yang harus diakui pada saat kesalahan tersebut
27 diketahui. Hal ini mengacu pada PSAP 10 Paragraf 10 yang menyatakan bahwa
28 terhadap setiap kesalahan harus dilakukan koreksi segera setelah diketahui. Terhadap
29 kesalahan tersebut, Pemerintah Pusat mengakui Utang Transfer ke pemda A dan
30 mengakui Piutang Transfer ke pemda B.
31 Utang Transfer DBH dapat juga terjadi karena sesuai dengan peraturan perundangan,
32 Dana Bagi Hasil dibagi ke Daerah berdasarkan angka prosentase tertentu dari realisasi
33 penerimaan, sehingga apabila realisasi penerimaan melebihi proyeksi penerimaan
34 yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan APBN, akan timbul Utang Transfer
35 DBH yaitu sebesar bagian dari realisasi penerimaan DBH yang sesuai dengan
36 peraturan perundang-undangan merupakan bagian dari hasil daerah dan belum
37 ditransfer oleh Pemerintah Pusat. Utang Transfer DBH seperti ini diakui pada saat
38 jumlah definitif diketahui setelah dilakukan rekonsiliasi penerimaan sampai dengan
39 bulan Desember. Hal ini mengacu pada PSAP 9 paragraf 18 yang menyatakan bahwa
40 perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur
41 dengan andal.
42 Utang Transfer DBH yang lain dapat terjadi karena kekurangan transfer sebagai akibat
43 daerah penghasil belum dapat diidentifikasi/diketahui sampai dengan akhir tahun
1 anggaran. Utang Transfer seperti ini terjadi karena sesuai dengan peraturan
2 perundangan, Dana Bagi Hasil tertentu dibagi ke Daerah penghasil berdasarkan
3 angka prosentase tertentu dari realisasi penerimaan, sehingga apabila Daerah
4 penghasil belum dapat diketahui maka Dana Bagi Hasil tersebut belum dapat ditransfer
5 sehinggga akan timbul Utang Transfer.
6 Utang Transfer sebagaimana dimaksud di atas diakui pada saat penyusunan laporan
7 keuangan akhir tahun. Hal ini mengacu pada PSAP 09 Paragraf 25 yang menyatakan
8 bahwa untuk transaksi tanpa pertukaran, suatu kewajiban harus diakui atas jumlah
9 terutang yang belum dibayar pada tanggal pelaporan. Utang transfer tersebut pada
10 dasarnya termasuk kelompok kewajiban diestimasi berdasarkan pertimbangan bahwa
11 jumlah definitif dan pihak-pihak penerima baru dapat diketahui setelah lewat tahun
12 anggaran.
13
14 2. UTANG DANA ALOKASI UMUM
15 Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU, adalah dana yang bersumber dari
16 pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
17 keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
18 Desentralisasi. DAU dialokasikan untuk provinsi dan kabupaten/kota. DAU untuk suatu
19 daerah dialokasikan berdasarkan formula yang terdiri atas celah fiskal dan alokasi
20 dasar. Celah fiskal merupakan selisih antara kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal.
21 Kebutuhan fiskal diukur dengan menggunakan variabel jumlah penduduk, luas wilayah,
22 Indeks Kemahalan Konstruksi, Produk Domestik Regional Bruto per kapita, dan Indeks
23 Pembangunan Manusia. Kapasitas fiskal diukur berdasarkan Pendapatan Asli Daerah
24 dan DBH. Alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah.
25 UU nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
26 dan Daerah menetapkan bahwa jumlah keseluruhan DAU sekurang-kurangnya 26 %
27 dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN. Selanjutnya
28 sebagai tindak lanjut dari rincian APBN, Peraturan Presiden tentang DAU Daerah
29 Provinsi, Kabupaten dan Kota, menetapkan besarnya rincian alokasi DAU untuk
30 masing-masing Provinsi/Kota/Kabupaten dalam satu tahun anggaran. Dalam
31 pelaksanaan pencairan alokasi DAU tersebut, setiap pemerintah daerah menerima
32 pembayaran 1/12 (satu per dua belas) setiap bulan dari total alokasi DAU pemerintah
33 daerah menurut Peraturan Presiden dimaksud.
34
35 Apabila pada akhir tahun anggaran masih ada jumlah yang belum ditransfer, yaitu
36 merupakan perbedaaan antara total alokasi DAU menurut Peraturan Presiden dengan
37 realisasi pembayarannya dalam satu tahun anggaran, maka jumlah perbedaan tersebut
38 dapat dicatat sebagai Utang Transfer DAU oleh Pemerintah Pusat apabila pemerintah
39 mengakuinya serta menerbitkan suatu dokumen yang sah untuk itu. Kekurangan
40 Transfer DAU dapat terjadi karena penundaan penyaluran DAU atau karena kesalahan
41 tujuan dan/atau jumlah transfer.
42 Penyaluran DAU dapat ditunda sebagai akibat sanksi yang dikenakan terhadap daerah
43 penerima DAU. Penundaan penyaluran DAU tidak mengurangi hak daerah atas DAU
1 yang telah ditetapkan, sehingga terhadap jumlah DAU yang ditunda penyalurannya
2 tersebut diakui sebagai Utang Transfer DAU pada saat penyusunan laporan keuangan.
3 Kekurangan transfer DAU dapat terjadi karena kesalahan transfer DAU. Sebagai
4 contoh, untuk tahun anggaran 2008 Pemda A mendapat alokasi DAU Rp300 miliar dan
5 Pemda B mendapat alokasi DAU Rp400 miliar. Selama tahun anggaran 2008 terjadi
6 kesalahan transfer DAU kepada Pemda A telah ditransfer Rp330 miliar sementara
7 kepada Pemda B telah ditransfer Rp340 miliar. Dengan demikian, terjadi kekurangan
8 transfer DAU kepada Pemda B sebesar Rp60 miliar.
9 Utang Transfer DAU yang terjadi karena kesalahan tujuan dan/atau jumlah transfer
10 merupakan kewajiban jangka pendek yang harus diakui pada saat kesalahan tersebut
11 diketahui. Hal ini mengacu pada PSAP 10 Paragraf 10 yang menyatakan bahwa
12 terhadap setiap kesalahan harus dilakukan koreksi segera setelah diketahui. Terhadap
13 kesalahan tersebut, Pemerintah Pusat mengakui Utang Transfer ke pemda A dan
14 mengakui Piutang Transfer ke pemda B.
15
16 3. UTANG DANA ALOKASI KHUSUS
17 Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang bersumber dari
18 pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk
19 membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai
20 dengan prioritas nasional. Program yang menjadi prioritas nasional sebagaimana
21 dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah tahun anggaran bersangkutan. Menteri teknis
22 mengusulkan kegiatan khusus yang akan didanai dari DAK dan ditetapkan setelah
23 berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara
24 Perencanaan Pembangunan Nasional, sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah.
25 Menteri teknis menyampaikan ketetapan tentang kegiatan khusus kepada Menteri
26 Keuangan.
27 Penghitungan alokasi DAK dilakukan melalui 2 (dua) tahapan, yaitu Penentuan daerah
28 tertentu yang menerima DAK dan Penentuan besaran alokasi DAK masing-masing
29 daerah. Penentuan Daerah Tertentu memenuhi kriteria umum, kriteria khusus, dan
30 kriteria teknis. Besaran alokasi DAK masing-masing daerah ditentukan dengan
31 perhitungan indeks berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.
32 Kriteria umum dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang
33 dicerminkan dari penerimaan umum APBD setelah dikurangi belanja Pegawai Negeri
34 Sipil Daerah. Kriteria khusus dirumuskan berdasarkan peraturan perundang-undangan
35 yang mengatur penyelenggaraan otonomi khusus dan karakteristik daerah. Kriteria
36 teknis disusun berdasarkan indikator-indikator kegiatan khusus yang akan didanai dari
37 DAK dan dirumuskan melalui indeks teknis oleh menteri teknis terkait.
38 Apabila pada akhir tahun anggaran masih ada jumlah yang belum ditransfer, yaitu
39 merupakan perbedaaan antara total alokasi DAK menurut peraturan perundang-
40 undangan dengan realisasi pembayarannya dalam satu tahun anggaran, maka jumlah
41 perbedaan tersebut dicatat sebagai Utang Transfer DAK oleh Pemerintah Pusat
42 apabila pemerintah mengakuinya serta menerbitkan suatu dokumen yang sah untuk itu.
1 Kekurangan Transfer DAK dapat terjadi karena kesalahan tujuan dan/atau jumlah
2 transfer.
3 Utang Transfer DAK yang terjadi karena kesalahan tujuan dan/atau jumlah transfer
4 merupakan kewajiban jangka pendek yang harus diakui pada saat kesalahan tersebut
5 diketahui. Hal ini mengacu pada PSAP 10 Paragraf 10 yang menyatakan bahwa
6 terhadap setiap kesalahan harus dilakukan koreksi segera setelah diketahui. Terhadap
7 kesalahan tersebut, Pemerintah Pusat mengakui Utang Transfer ke pemda A dan
8 mengakui Piutang Transfer ke pemda B.
9
10 4. UTANG DANA OTONOMI KHUSUS
11 Dana Otonomi Khusus (Otsus) merupakan dana yang bersumber dari pendapatan
12 APBN yang dialokasikan kepada Provinsi NAD dan Papua sesuai dengan undang-
13 undang yang mengatur mengenai status otonomi khusus bagi provinsi tersebut. Dana
14 ini diberikan dengan tujuan untuk membantu mendanai program/kegiatan khusus yang
15 merupakan urusan daerah. Dana Otsus disalurkan secara bertahap.
16 Apabila pada akhir tahun anggaran masih ada jumlah yang belum ditransfer, yaitu
17 merupakan perbedaaan antara total alokasi dana Otsus menurut peraturan perundang-
18 undangan dengan realisasi pembayarannya dalam satu tahun anggaran, maka jumlah
19 perbedaan tersebut dapat dicatat sebagai Utang Transfer Dana Otsus oleh Pemerintah
20 Pusat apabila pemerintah mengakuinya serta menerbitkan suatu dokumen yang sah
21 untuk itu. Kekurangan Transfer Dana Otsus dapat terjadi antara lain karena kesalahan
22 tujuan dan/atau jumlah transfer.
23
24 5. UTANG TRANSFER LAINNYA
25 Selain jenis-jenis transfer seperti tersebut di atas, setiap tahun pemerintah dapat
26 mengeluarkan kebijakan transfer lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
27 yang berlaku yang dituangkan dalam APBN. Misalnya, pada Tahun Anggaran 2008,
28 Pemerintah menyalurkan Dana Tambahan Infrastruktur khusus untuk Provinsi Papua
29 dan Dana Penyesuaian. Penyaluran Dana Tambahan Infrastruktur dilaksanakan secara
30 bertahap sepanjang tahun. Terdapat dua kemungkinan cara penyaluran, yaitu pertama,
31 pencairannya bertahap dalam periode/bulan tertentu tanpa persyaratan, dan kedua,
32 pencairannya bertahap dengan persyaratan tertentu.
33 Dalam hal penyaluran tidak memerlukan persyaratan, apabila pada akhir tahun
34 anggaran masih ada jumlah yang belum ditransfer, yaitu merupakan perbedaaan
35 antara total alokasi dana transfer lainnya menurut peraturan perundang-undangan
36 dengan realisasi pembayarannya dalam satu tahun anggaran, maka jumlah perbedaan
37 tersebut dapat dicatat sebagai Utang Transfer Lainnya oleh Pemerintah Pusat apabila
38 pemerintah mengakuinya serta menerbitkan suatu dokumen yang sah untuk itu.
39 Apabila dalam pencairan dana diperlukan persyaratan, misalnya tingkat penyelesaian
40 pekerjaan tertentu, maka timbulnya hak tagih pada saat persyaratan sudah dipenuhi,
41 tetapi belum dilaksanakan pembayarannya oleh Pemerintah Pusat.
42
43
1
2 2. Penyajian Neraca
3 Berdasarkan PSAP 09 Paragraf 11 Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban
4 jangka pendek jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah
5 tanggal pelaporan. Utang Transfer termasuk kewajiban jangka pendek karena
6 seharusnya dapat diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan. Penyajian Utang
7 Transfer di Neraca adalah sebagaimana ilustrasi berikut:
8 NERACA
9 PER 31 DESEMBER 20XX
ASET` KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban Transfer – DBH xxx
Diestimasi
Utang Transfer – DAU xxx
Utang Transfer – DAK xxx
Utang Transfer – Otsus xxx
Utang Transfer – Lainnya xxx
EKUITAS DANA
Dana yang Harus Disediakan Untuk xxx
Pembayaran Utang Jangka Pendek
10
11
12 3. Pengungkapan CALK
13 Setelah disajikan di neraca, informasi mengenai akun utang transfer harus
14 diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Informasi dimaksud dapat
15 berupa:
16 a. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian, pengakuan dan pengukuran
17 utang;
18 b. Rincian jenis utang dan saldo menurut umur; dan
19 c. Penjelasan atas penyelesaian utang.
20
21 Utang Transfer diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan beserta rincian
22 masing-masing jenis Utang Transfer. Hal ini didasarkan pada paragraf 84 yang
23 menyatakan bahwa Utang pemerintah harus diungkapkan secara rinci dalam bentuk
24 daftar utang untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada pemakainya.
25
26 4. CONTOH
27 Utang Transfer karena Kesalahan Transfer
28 Pasal 6 PMK No. 21/PMK.07/2009 tentang Transfer ke Daerah menyebutkan bahwa
29 Menteri Keuangan, selaku Pengguna Anggaran Transfer ke Daerah, mempunyai
30 kewenangan atas pelaksanaan anggaran Transfer ke Daerah. Kewenangan tersebut
31 meliputi:
1
2 Bagi Pemda Kota Kediri kelebihan transfer DAK sebesar Rp30.000.000 tersebut
3 merupakan utang transfer sehingga perlu membuat jurnal sbb:
4
Kode Uraian Debet Kredit
Akun
xxxx Dana yang Harus Disediakan 3.000.000.000
Untuk Pembayaran Utang
Jangka Pendek
xxxx Utang Transfer - DAK 3.000.000.000
5
6 Sementara itu, bagi Pemda Kabupaten Kediri kekurangan transfer DAK sebesar
7 Rp3.000.000.000 tersebut merupakan piutang transfer sehingga perlu membuat
8 jurnal sebagai berikut:
Kode Uraian Debet Kredit
Akun
xxxx Piutang Transfer - DAK 3.000.000.000
xxxx EDL – Cadangan Piutang 3.000.000.000
9
10 Utang Transfer karena Realisasi Penerimaan melebihi Proyeksi Penerimaan
11 Sebagai contoh, alokasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Pertambangan Umum
12 dari PNBP Iuran Eksplorasi dan Iuran Eksploitasi (Royalty).sesuai dengan ketentuan
13 peraturan perundangan didasarkan pada realisasi PNBP untuk sektor terkait. DBH
14 Pertambangan Umum dari PBNP Iuran Eksplorasi dan Iuran Eksploitasi (Royalty)
15 sebesar 80% (delapan puluh persen) yang berasal dari wilayah kabupaten/kota dibagi
16 dengan rincian:
17 a. 16% (enam belas persen) untuk provinsi yang bersangkutan;
18 b. 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota penghasil; dan
19 c. 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang
20 bersangkutan, dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh
21 kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.
22
1
2 (dalam ribuan rupiah)
Perkiraan
PNBP DBH 80% Alokasi untuk Pemda dibagi dengan rincian
dalam Pertamban
APBN dari gan Umum
Alokasi Per
Provinsi Banten Iuran dari PNBP
Pemda
Eksplorasi Royalty
dan Iuran 80% Untuk 16% 32 % Untuk
Eksploitasi Pemda Untuk Kab/Kota 32% Untuk Kab/Kota Lainnya Dalam Provinsi
(Royalty). Provinsi Penghasil Yang Bersangkutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 (4+5+6+7+8)
20.000.000
Kota Cilegon 25.000.000 . 8.000.000 533.333,333 266.666,667 1.333.333,333 10.133.333,333
3
4 Pagu Alokasi dalam PMK ditetapkan sebesar Alokasi per Pemda sebagaimana ada
5 dalam kolom 9 pada tabel di atas. Dana Bagi Hasil (DBH) Sumber Daya Alam dari
6 sektor Pertambangan Umum dari Royalty telah ditransfer ke masing-masing
7 pemerintah daerah sebesar sebagaimana ada dalam tabel di atas. Namun demikian
8 dari hasil rekonsiliasi pada akhir tahun anggaran diketahui bahwa realisasi PNBP
9 Royalty adalah sebagaimana pada tabel di bawah ini. Sehingga masih terdapat
10 kekurangan transfer dengan total sebesar Rp. 4.000.000.000 (Rp. 36.000.000.000 – Rp.
11 32.000.000.000) dan rincian per pemerintah daerah sebesar kolom 9 tabel di bawah ini
12 dikurangi kolom 9 tabel di atas. Kekurangan transfer ini merupakan Utang Transfer ke
13 Pemerintah Daerah.
14
1
2 (dalam ribuan rupiah)
Realisasi
DBH 80% Alokasi untuk Pemda dibagi dengan rincian
PNBP dari
Pertambangan
Iuran
Umum dari Alokasi Final
Provinsi Banten Eksplorasi
PNBP Royalty 32 % Per Pemda
dan Iuran
80% Untuk Untuk
Eksploitasi
Pemda 16% Untuk Kab/Kota 32% Untuk Kab/Kota Lainnya Dalam
(Royalty).
Provinsi Penghasil Provinsi Yang Bersangkutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 (4+5+6+7+8)
1
2 Dari total DBH SDA yang belum disalurkan pada tahun anggaran 2007, terdapat Rp.
3 255.300.000.000 yang sudah dapat diidentifikasi daerah penghasilnya, sementara
4 sejumlah Rp. 76.700.000.000 belum dapat diidentifikasi daerah penghasilnya. Dengan
5 demikian total Utang Transfer pemerintah pusat adalah sebesar Rp. 332.000.000.000
6 dengan rincian Rp. 255.300.000.000 sudah diketahui calon daerah penerimanya
7 sementara sejumlah Rp. 76.700.000.000 belum diketahui calon daerah penerimanya.
8
SDA KEHUTANAN DBH YG BELUM RENCANA SISA DBH TA.2007
DISALURKAN PENYALURAN DBH YANG BELUM
DARI REKENING DISALURKAN
CADANGAN DBH SDA (DAERAH PENGHASIL
(DAERA H PENGHASIL BELUM
DIIDENTIFIKASI) DIIDENTIFIKASI)
1 2 3 4
Dana Reboisasi 142.000.000.000 122.000.000.000 20.000.000.000
9
10 Jurnalnya adalah sebagai berikut:
11
Kode Uraian Debet Kredit
Akun
Xxxx Dana yang Harus Disediakan 332.000.000.000
Untuk Pembayaran Utang
Jangka Pendek
Xxxx Kewajiban Transfer DBH 332.000.000.000
Diestimasi
12
13
1 BAB V
2 KEWAJIBAN PENSIUN (PAST SERVICE LIABILITY)
3
4 Definisi
5 Program pensiun PNS diselenggarakan berdasarkan UU Nomor 11 Tahun 1969
6 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai. Dana Pensiun dibentuk
7 berdasarkan kontribusi pemerintah, sebagai pemberi kerja, dan PNS, sebagai peserta.
8 Namun demikian, berdasarkan PP 25 tahun 1981 iutan untuk penyelenggaraan
9 program pensiun dan program Tabungan Hari Tua (THT) hanya disetor oleh peserta
10 masing-masing sebesar 4,75% dan 3,25% dari gaji pokok, sedangkan pemerintah
11 sebagai pemberi kerja belum memenuhi kewajiban kontribusinya.
12 Sampai saat ini, untuk pensiun pegawai negeri pemerintah menganut sistem
13 pembayaran secara current cost financing atau sering juga disebut dengan istilah pay
14 as you go, yaitu pembayaran pensiun dipenuhi secara langsung oleh pemerintah
15 melalui APBN pada saat pegawai memasuki masa pensiun dengan sistem sharing
16 dengan PT Taspen (Persero).
17 Berhadapan dengan sistem di atas adalah system fully funded sebagaimana diatur
18 dalam UU Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Dalam sistem ini baik peserta
19 maupun pemberi kerja membayar suatu kontribusi iuran kepada suatu Dana Pensiun,
20 dan apabila seseorang pegawai memasuki masa pensiun, maka pembayaran pensiun
21 pegawai yang bersangkutan dilakukan oleh Dana Pensiun tersebut.
22 Apabila sistem pembayaran pensiun pay as you go pegawai negeri sekarang ini
23 dikembalikan ke gagasan dana pensiun fully funded sebagaimana yang semula
24 dimaksud dalam UU Nomor 11 Tahun 1969, maka pemerintah harus memenuhi
25 kewajiban kontribusi masa lalu yang belum dipenuhi, atau sering juga disebut dengan
26 istilah past service liability, yang mengakibatkan terjadinya utang past service liability
27 (PSL) pemerintah kepada dana pensiun pegawai negeri.
28
29 Pengakuan
30 Sesuai dengan maksud yang terkandung dalam UU No.11 Tahun 1969 pemerintah
31 menjamin pemberian uang pensiun untuk para pensiunan pegawai negeri. Oleh karena
32 itu, dalam hal pensiun para pensiunan pegawai negeri dibayar secara pay as you go,
33 maka jumlah nilai tunai pensiun pegawai negeri yang sudah pensiun maupun yang
34 masih aktif (PSL) harus diakui sebagai utang pemerintah kepada para pegawainya.
35 Dalam hal pemerintah bermaksud mengubah cara pembayaran pensiun dari pay as
36 you go menjadi fully funded, maka nilai tunai pensiun pegawai negeri yang sudah
37 pensiun maupun yang masih aktif (PSL) harus diakui oleh pemerintah sebagai utang
38 kepada Dana Pensiun yang akan mengelola pensiun tersebut.
39
40 Pengukuran
41 Utang Pensiun dinilai sebesar kewajiban aktuaria yang dihitung oleh aktuaris dikurangi
42 dengan kewajiban peserta. Kewajiban aktuaria adalah nilai sekarang (present value)
1 pembayaran manfaat pensiun yang akan dilakukan oleh pemerintah atau Dana
2 Pensiun kepada PNS dan TNI/POLRI yang masih bekerja dan yang sudah pensiun,
3 dihitung berdasarkan jasa yang telah diberikan.
4 Penyajian dan Pengungkapan
5 Apabila jumlah utang Pensiun dapat diukur dan ditetapkan secara andal, maka utang
6 tersebut disajikan pada Neraca sebagai kewajiban jangka panjang kepada pegawai,
7 apabila sistem pembayarannya pay as you go, atau kewajiban jangka panjang kepada
8 dana pensiun, apabila system pembayarannya fully funded. (Sebagai catatan,
9 berdasarkan pertimbangan tertentu pada saat ini Utang Pensiun hanya diungkapkan
10 dalam Catatan atas Laporan Keuangan).
11 Pengungkapan Utang Pensiun pada CaLK dapat meliputi besaran Utang Pensiun yang
12 dapat diestimasi, sumber perhitungan Utang Pensiun, metode penilaian dan asumsi
13 aktuarial yang digunakan aktuaris, nama aktuaris, dan tanggal laporan aktuaris yang
14 digunakan sebagai dasar pengakuan Utang Pensiun.
15
16
1 BAB VI
2 KEWAJIBAN KONTINGENSI
3
4 Definisi
5 Kewajiban kontingensi adalah:
6 1. kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu, dan keberadaannya
7 menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada
8 masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali pemerintah; atau
9 2. kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui
10 karena:
11 (i) tidak terdapat kemungkinan besar (not probable) pemerintah mengeluarkan
12 sumber daya yang mengandung manfaat ekonomis untuk menyelesaikan
13 kewajibannya; atau
14 (ii) jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.
15
16 Pengakuan
17 Banyak peristiwa masa lalu yang dapat menimbulkan kewajiban kini. Walaupun
18 demikian, dalam beberapa peristiwa yang jarang terjadi, misalnya dalam tuntutan
19 hukum, dapat timbul perbedaan pendapat mengenai apakah peristiwa tertentu sudah
20 terjadi atau apakah peristiwa tersebut menimbulkan kewajiban kini. Jika demikian
21 halnya, pemerintah menentukan apakah kewajiban kini telah ada pada tanggal neraca
22 dengan mempertimbangkan semua bukti yang tersedia, termasuk misalnya pendapat
23 ahli. Bukti yang dipertimbangkan mencakup, antara lain, bukti tambahan yang diperoleh
24 dari peristiwa setelah tanggal neraca. Atas dasar bukti tersebut, apabila besar
25 kemungkinan bahwa kewajiban kini belum ada pada tanggal neraca, pemerintah
26 mengungkapkan adanya kewajiban kontingensi. Pengungkapan tidak diperlukan jika
27 kemungkinan arus keluar sumber daya kecil.
28 Kewajiban kontingensi dapat berkembang ke arah yang tidak diperkirakan semula.
29 Oleh karena itu, kewajiban kontingensi harus terus-menerus dikaji ulang untuk
30 menentukan apakah tingkat kemungkinan arus keluar sumber daya bertambah besar
31 (probable). Apabila kemungkinan itu terjadi, maka pemerintah akan mengakui
32 kewajiban diestimasi dalam laporan keuangan periode saat perubahan tingkat
33 kemungkinan tersebut terjadi, kecuali nilainya tidak dapat diestimasikan secara andal.
34
35 Pengukuran
36 Besaran kewajiban kontingensi tidak dapat diukur secara eksak. Untuk itu diperlukan
37 pertimbangan profesional oleh pihak yang berkompeten.
38
39 Penyajian dan Pengungkapan
40 Kewajiban kontingensi tidak disajikan pada neraca pemerintah, namun demikian
41 pemerintah harus mengungkapkan kewajiban kontingensi pada Catatan atas Laporan
42 Keuangan untuk setiap jenis kewajiban kontingensi pada tanggal neraca.
1 shortfall atas batas penumpang minimum sebanyak 160.000 penumpang per hari
2 atau 50% dari nilai maksimum sebesar USD22,500,000 per tahun selama lima
3 tahun.
4 Pada tanggal 31 Desember 2006 Berdasarkan bukti yang tersedia saat laporan
5 keuangan pemerintah disusun, tidak terdapat kewajiban yang timbul akibat dari
6 peristiwa masa lalu. Dengan demikian, masalah jaminan pemerintah atas
7 pembangunan proyek monorail Jakarta tersebut diungkapkan sebagai kewajiban
8 kontingensi.
9
10
11
1 BAB VII
2 RESTRUKTURISASI DAN PENGHAPUSAN UTANG
3
4
5 A. Restrukturisasi
6
7 Definisi restrukturisasi utang berdasarkan PSAP 09 Akuntansi Kewajiban, adalah
8 kesepakatan antara kreditur dan debitur untuk memodifikasi syarat-syarat perjanjian
9 utang dengan atau tanpa pengurangan jumlah utang, dalam bentuk:
10 − Pembiayaan kembali yaitu mengganti utang lama termasuk tunggakan dengan
11 utang baru; atau
12 − Penjadwalan ulang atau modifikasi persyaratan utang yaitu mengubah persyaratan
13 dan kondisi kontrak perjanjian yang ada. Penjadwalan utang dapat berbentuk
14 perubahan jadwal pembayaran, penambahan masa tenggang, atau menjadwalkan
15 kembali rencana pembayaran pokok dan bunga yang jatuh tempo dan/atau
16 tertunggak.
17 Dengan demikian, restrukturisasi utang dapat berupa pembayaran utang dengan syarat
18 yang lebih lunak atau lebih ringan dibandingkan dengan syarat pembayaran utang
19 sebelum dilakukannya proses restrukturisasi utang, karena adanya keringanan yang
20 diberikan kreditur kepada debitur. Keringanan semacam ini tidaklah diberikan kepada
21 debitur apabila debitur tersebut tidak dalam keadaan kesulitan keuangan. Keringanan
22 semacam ini dapat berasal dari perjanjian antara kreditur dengan debitur, atau dari
23 keputusan pengadilan, serta dari peraturan hukum.
24 Restrukturisasi utang dapat terjadi sebelum, pada, atau sesudah tanggal jatuh tempo
25 utang yang tercantum dalam perjanjian. Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
26 pengungkapan utang baru hasil restrukturisasi di neraca diatur dalam PSAP 9 Paragraf
27 67 dan 70, yaitu:
28
29 Paragraf 67
30 Dalam restrukturisasi utang melalui modifikasi persyaratan utang, debitur harus
31 mencatat dampak restrukturisasi secara prospektif sejak saat restrukturisasi
32 dilaksanakan dan tidak boleh mengubah nilai tercatat utang pada saat
33 restrukturisasi kecuali jika nilai tercatat tersebut melebihi jumlah pembayaran kas
34 masa depan yang ditetapkan dengan persyaratan baru. Informasi restrukturisasi ini
35 harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian
36 pengungkapan dari pos kewajiban yang terkait.
37
38 Paragraf 70
39 Jika jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana ditetapkan dalam
40 persyaratan baru utang, termasuk pembayaran untuk bunga maupun untuk pokok
41 utang lebih rendah dari nilai tercatat, maka debitur harus mengurangi nilai tercatat
42 utang ke jumlah yang sama dengan jumlah pembayaran kas masa depan
Cicilan
Tanggal Saldo Hutang
Pokok Bunga (5%/th)
31/12/2003 2.000.000.000 500.000.000 8.000.000.000
31/12/2004 2.000.000.000 400.000.000 6.000.000.000
31/12/2205 2.000.000.000 300.000.000 4.000.000.000
31/12/2006 2.000.000.000 200.000.000 2.000.000.000
31/12/2007 2.000.000.000 100.000.000 -
Jumlah 10.000.000.000 1.500.000.000
1
2 Hingga akhir tahun 2007 Pemda A baru sanggup melunasi cicilan pokok sebesar
3 Rp2.000.000.000. Bunga terutang juga belum dibayar.
4 Jumlah tunggakan pokok dan bunga yang harus dibayar per 31 Desember 2007
5 adalah sebagai berikut:
6
Cicilan Tunggakan
Tanggal Saldo Utang
Pokok Bunga Bunga
10.000.000.000
31/12/2003 2.000.000.000 0 500.000.000 8.500.000.000
31/12/2004 0 0 425.000.000 8.925.000.000
31/12/2205 0 0 446.250.000 9.371.250.000
31/12/2006 0 0 468.562.500 9.839.812.500
31/12/2007 0 0 491.990.625 10.331.803.125
Jumlah 2.000.000.000 2.331.803.125
7
8 Jadi, saldo utang Pemda A di neraca per 31 Desember 2007 adalah sebesar
9 Rp10.331.803.125.
10
11 Atas permasalahan tersebut, pada tanggal 5 Januari 2008 Pemda A dan BPD
12 mencapai kesepakatan untuk melakukan restrukturisasi Utang tersebut yang
13 berlaku efektif tmt 1 Januari 2008.
14
15 Pengukuran dan Penyajian nilai utang baru di neraca berdasarkan pilihan jenis
16 restrukturisasi adalah sebagai berikut:
17
18 a. Pembiayaan Kembali
19 Penggantian Utang Lama Termasuk Tunggakan dengan Utang Baru
20 Utang diganti dengan utang baru senilai sisa utang, dengan tingkat bunga tetap
21 (5%/tahun) selama 5 tahun dengan cicilan pertama mulai 31 Desember 2008.
22 Jadwal dan jumlah pembayaran cicilan tersebut adalah:
23
24
25
26
27
28
Cicilan
Tanggal Saldo Utang
Pokok Bunga
5/01/2008 10.331.803.125
31/12/2008 2.331.803.125 516.590.156 8.000.000.000
31/12/2009 2.000.000.000 400.000.000 6.000.000.000
31/12/2010 2.000.000.000 300.000.000 4.000.000.000
31/12/2011 2.000.000.000 200.000.000 2.000.000.000
31/12/2012 2.000.000.000 100.000.000 -
Jumlah 10.331.803.125 1.516.590.156
1
2 Berdasarkan PSAP 9 Paragraf 67 dan 70, dapat disimpulkan bahwa nilai tercatat
3 utang di neraca berubah apabila pembayaran kas masa depan (nilai utang baru
4 sesuai kesepakatan restrukturisasi) lebih kecil dari nilai tercatat sekarang. Nilai
5 utang baru di neraca adalah sebesar jumlah utang baru sesuai kesepakatan
6 restrukturisasi. Tetapi apabila jumlah utang baru sesuai kesepakatan
7 restrukturisasi sama atau lebih besar dari saldo utang saat ini, saldo utang di
8 neraca tidak berubah dan hanya diungkapkan di Catatan atas Laporan
9 keuangan.
10 Jadi, penyajian utang Pemda A berdasarkan jenis restrukturisasi ini adalah
11 sebagai berikut:
12
Saldo Utang per 31 Desember 2007 10.331.803.125
Nilai Utang baru 10.331.803.125
Perbedaan 0
13
14 Karena nilai utang baru sama dengan utang tercatat (Rp10.331.803.125) maka
15 saldo utang hasil restrukturisasi adalah tetap sebesar Rp10.331.803.125 (saldo
16 utang sebelum restrukturisasi), sehingga informasi restruktrisasi tersebut hanya
17 diungkapkan di CALK.
18
19 b. Penjadwalan ulang atau modifikasi persyaratan utang
20 Mengubah persyaratan dan kondisi kontrak perjanjian yang ada.
21 Misalnya Bank membebaskan bunga utang yang belum dibayar sebesar 60 %,
22 serta menurunkan tingkat bunga menjadi 3 % per tahun dengan jangka waktu
23 pembayaran 5 tahun.
24
25 Perhitungan Utang baru adalah sebagai berikut:
Utang pokok 8.000.000.000
Utang Bunga 2.331.803.125
- Dibebaskan 60 % (1.399.081.875)
Bunga utang bersih 932.721.250
Jumlah Utang 8.932.721.250
Utang Tercatat 10.331.803.125
Pengurangan Utang 1.399.081.875