Kep MENPAN 75-2004
Kep MENPAN 75-2004
Kep MENPAN 75-2004
KEPUTUSAN
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
NOMOR : KEP/75/M.PAN/7/2004
TENTANG
MEMUTUSKAN :
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 23 Juli 2004
Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara,
Feisal Tamin
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
NOMOR : KEP/75/M.PAN/7/2004
TANGGAL : 23 JULI 2004
PEDOMAN PERHITUNGAN
KEBUTUHAN PEGAWAI BERDASARKAN
BEBAN KERJA DALAM RANGKA
PENYUSUNAN FORMASI
PEGAWAI NEGERI SIPIL
A. LATAR BELAKANG
• Pasal 1 ayat 1 : “ Pegawai Negeri Sipil adalah setiap warga Negara Republik
Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang
berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas
Negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
• Pasal 15 ayat 1: “ Jumlah dan susunan pangkat Pegawai Negeri Sipil yang
diperlukan ditetapkan dalam formasi”.
• Sedangkan dalam ayat 2: “ Formasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
ditetapkan untuk jangka waktu tertentu berdasarkan jenis, sifat, dan beban kerja
yang harus dilaksanakan”.
• Pasal 17 ayat 1: “ pegawai Negeri Sipil diangkat dalam jabatan dan pangkat
tertentu”.
Oleh karena itu, perencanaan formasi harus didasarkan pada hasil perhitungan beban
kerja organisasi sehingga formasi pegawai yang telah disusun dapat memenuhi
kebutuhan organisasi untuk pelaksanaan tugas organisasi dalam mendukung
pencapaian visi dan misinya.
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instasi pemerintah dalam
menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan
formasi PNS di lingkungannya.
C. Ruang Lingkup
Pedoman ini dapat dipergunakan untuk menghitung beban kerja berbagai jabatan,
baik structural maupun fungsional. Untuk keperluan perhitungan formasi, pedoman
ini lebih difokuskan untuk menghitung jumlah kebutuhan pegawai dalam jabatan
fungsional.
A. Pengertian
Dalam pedoman ini terdapat beberapa pengertian yang dipergunakan sebagai dasar.
Pengertian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Formasi adalah jumlah dan susunan pangkat PNS yang diperlukan dalam suatu
satuan organisasi Negara untuk mampu melaksanakan tugas pokok dalam jangka
waktu tertentu.
2. Persediaan pegawai adalah jumlah PNS yang dimiliki saat ini. Persediaan
pegawai disebut juga dengan Bezetting.
3. Analisis kebutuhan pegawai adalah proses yang dilakukan secara logic, teratur,
dan berkesinambungan untuk mengetahui jumlah dan kualitas pegawai yang
diperlukan. Analisis kebutuhan pegawai dilakukan agar pegawai memiliki
pekerjaan yang jelas sehingga pegawai secara nyata terlihat sumbangan tenaganya
terhadap pencapaian misi organisasi atau program yang telah ditetapkan.
5. Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau target hasil yang harus dicapai
dalam satu satuan waktu tertentu.
Dalam menghitung formasi pegawai terdapat 3 (tiga) aspek pokok yang harus
diperhatikan. Ketiga aspek tersebut adalah:
1. Beban kerja
Beban kerja merupakan aspek pokok yang menjadi dasar untuk perhitungan.
Beban kerja perlu ditetapkan melalui program-program unit kerja yang
selanjutnya dijabarkan menjadi target pekerjaan untuk setiap jabatan.
Standar kemampuan rata-rata dapat berupa standar kemampuan yang diukur dari
satuan waktu yang digunakan atau satuan hasil. Standar kemampuan dari satuan
waktu disebut dengan Norma Waktu. Sedangkan standar kemampuan dari satuan
hasil disebut dengan Norma Hasil.
Norma waktu adalah satu satuan waktu yang dipergunakan untuk mengukur
berapa hasil yang dapat diperoleh. Rumusnya adalah:
Contoh:
Pengetik dalam waktu 30 menit dapat menghasilkan berapa lembar ketikan
(misalnya 2 lembar ketikan).
Norma hasil adalah satu satuan hasil dapat diperoleh dalam waktu berapa lama.
Rumusnya adalah:
NORMA Hasil
HASIL =
Orang x Waktu
Contoh:
Analisis jabatan untuk menghasilkan 1 uraian jabatan diperlukan waktu berapa
lama untuk menyelesaikannya (misalnya 90 menit).
3. Waktu kerja
Waktu kerja yang dimaksud di sini adalah waktu kerja efektif, artinya waktu kerja
yang secara efektif digunakan untuk bekerja. Waktu kerja Efektif terdiri atas
HARI KERJA EFEKTIF dan JAM KERJA EFEKTIF.
a. Hari kerja efektif adalah jumlah hari dalam kalender dikurangi hari libur dan
cuti. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Catatan:
Hari libur dapat berupa hari libur nasional dan hari libur kedaerahan. Oleh
karena itu, bagi tiap-tiap daerah dapat menghitung sendiri hari libur
kedaerahannya.
b. Jam kerja efektif adalah jumlah jam kerja formal dikurangi dengan waktu
kerja yang hilang karena tidak bekerja (allowance) seperti buang air, melepas
lelah, istirahat makan, dan sebagainya. Allowance diperkirakan rata-rata
sekitar 30 % dari jumlah jam kerja formal. Dalam menghitung jam kerja
efektif sebaiknya digunakan ukuran 1 minggu.
Jumlah jam kerja formal dalam 1 minggu dihitung 8 jam per hari kali 5 hari.
]C. Metoda
Hasil kerja
Objek kerja
Peralatan kerja
Tugas per tugas jabatan
Penjelasan penggunaan metoda diberikan lebih lanjut dalam Bab III Teknik
Perhitungan.
1. Perubahan target-target
Setiap unit kerja dalam organisasi setiap kurun waktu tertentu menetapkan
program-program yang didalamnya terkandung target yang akan menjadi beban
pekerjaan. Target yang berubah akan mempengaruhi pula jumlah beban
pekerjaan. Dengan demikian, beban kerja jabatan akan bergantung kepada ada
tidaknya perubahan target dari program yang ditetapkan oleh unit kerjanya.
2. Perubahan fungsi-fungsi
Fungsi yang dimaksud disini adalah fungsi unit kerja. Perubahan fungsi unit kerja
memiliki kecenderungan mempengaruhi bentuk kelembagaan. Dengan adanya
perubahan fungsi unit berarti juga mempengaruhi peta jabatan.
6. pencatatan data menjadi bagian dari dokumentasi data pada Sistem Informasi
Manajemen Kepegawaian (SIMPEG). Dengan demikian, pencatatan data harus
berkesinambungan.
Formasi pegawai harus dapat ditunjukkan dengan jumlah pegawai dalam jabatan.
Maksudnya adalah agar setiap pegawai yang menjadi bagian dalam formasi memiliki
kedudukan dalam jabatan yang jelas. Dengan demikian, sebelum dilakukan
perhitungan formasi terlebih dahulu harus tersedia peta jabatan dan uraian jabatan
yang tertata rapi.
Peta jabatan dan uraian jabatan diperoleh dengan melakukan analisis jabatan. Oleh
karenanya, analisis jabatan merupakan tahap awal dalam pelaksanaan perhitungan
formasi.
Persediaan pegawai adalah jumlah pegawai yang dimiliki oleh suatu unit kerja pada
saat ini. Pencatatan data persediaan pegawai menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
perencanaan kepegawaian secara keseluruhan. Kemudian dalam kepentingannya
dengan perhitungan formasi, persediaan pegawai perlu disusun perkiraan untuk
beberapa tahun yang akan datang.
Perkiraan persediaan pegawai tahun yang akan dating merupakan perkiraan yang
terdiri atas jumlah pegawai yang ada, dikurangi dengan jumlah pension dalam tahun
yang bersangkutan. Pengurangan pegawai diluar pension seperti mutasi dan promosi
sulit diramalkan. Oleh karena itu, pengurangan tersebut tidak perlu masuk dalam
perkiraan, kecuali sudah ada rencana yang pasti.
Contoh:
Tabel 3: PERKIRAAN PERUBAHAN KOMPOSISI PEGAWAI
Tahun 2004 s.d. 2006
Unit kerja: Bagian kepegawaian
Pegawai Persediaan
No Nama jabatan
yang ada Th………… Th………. Th……….
Contoh :
Tabel 4: PERKIRAAN PERSEDIAAN PEGAWAI
Tahun 2004 s.d. 2006
Unit kerja: Bagian kepegawaian
Pegawai Persediaan
No Nama jabatan
yang ada 2004 2005 2006
1 kepala bagian kepegawaian 1 1 1 0
2 kasubag mutasi 1 1 0 0
3 dan seterusnya
4 pemroses mutasi jabatan 3 3 2 1
5 penyusun formasi 2 2 2 2
6 dan seterusnya
7 dan seterusnya
Hasil kerja
Objek kerja
Peralatan kerja
Tugas per tugas jabatan
Hasil kerja adalah produk atau output jabatan. Metoda dengan pendekatan hasil
kerja adalah menghitung formasi dengan mengidentifikasi beban kerja dari hasil
kerja jabatan. Metoda ini dipergunakan untuk jabatan yang hasil kerjanya fisik
atau bersifat kebendaan, atau hasil kerja non fisik tetapi dapat dikuantifisir. Perlu
diperhatikan, bahwa metoda ini efektif dan mudah digunakan untuk jabatan yang
hasil kerjanya hanya satu jenis.
∑ Beban kerja
x 1 orang
Standar kemampuan Rata-rata
Contoh:
Jabatan : Pengentri Data
Hasil kerja : Data entrain
Beban kerja/ Target Hasil : 200 data entrain setiap hari
Standar kemampuan pengentrian : 30 data per hari
Perhitungannya adalah:
Objek kerja yang dimaksud disini adalah objek yang dilayani dalam pelaksanaan
pekerjaan. Metoda ini dipergunakan untuk jabatan yang beban kerjanya
bergantung dari jumlah objek yang harus dilayani. Sebagai contoh, Dokter
melayani pasien, maka objek kerja jabatan Dokter adalah pasien. Banyaknya
volume pekerjaan Dokter tersebut dipengaruhi oleh banyaknya pasien.
Objek kerja
x 1 orang
Standar kemampuan Rata-rata
Contoh:
Jabatan : Dokter
Objek kerja : Pasien
Beban kerja : 80 pasien per hari
Standar kemampuan pemeriksaan : 25 pasien per hari
80 pasien
x 1 Dokter = 3,2 orang Dokter
25 pasien
peralatan kerja adalah peralatan yang digunakan dalam bekerja. Metoda ini
digunakan untuk jabatan yang beban kerjanya bergantung pada peralatan
kerjanya. Sebagai contoh, pengemudi beban kerjanya bergantung pada kebutuhan
operasional kendaraan yang harus dikemudikan.
Peralatan kerja
x 1 orang
Rasio penggunaan alat kerja
pengemudi Bis:
20 bis
x 1 pengemudi = 20 pengemudi
1 bis
Kernet Bis:
20 bis
x 1 kernet = 20 kernet bis
1 bis
Montir Bis:
20 bis
x 1 montir = 4 montir bis
5 bis
Metoda ini adalah metoda untuk menghitung kebutuhan pegawai pada jabatan
yang hasil kerjanya abstrak atau beragam. Hasil beragam artinya hasil kerja dalam
jabatan banyak jenisnya.
Informasi yang diperlukan untuk dapat menghitung dengan metoda ini adalah:
Rumusnya adalah:
Jumlah waktu kerja rata-rata per hari yang ditetapkan sebagai waktu efektif
adalah 270 menit. Jadi jumlah pegawai yang dibutuhkan untuk jabatan
pengadministrasi umum adalah:
2, 598 + n menit
x 1 orang = ……. orang
270 menit
RS RS RS RS RS
JENIS TENAGA Kelas B Kelas B
Kelas A Kelas C Kelas D
(p) (NP)
Dokter Spesialis 304 102 36 7 -
Dokter Umum - 11 11 11 3
Dokter Gigi 6 3 3-Jan 2 1
Keperawatan 1,240 464 200 80 16
Kefarmasian 24 12 12 3 1
Kesehatan Masyarakat 6 3 3 2 1
Gizi 24 12 12 3 1
Keterapian Fisik 34 15 15 5 1
Keteknisan Medis 52 23 23 7 2
Non Tenaga Kesehatan 348 282 282 87 28
Pegawai dalam TK terdiri atas Guru TK dan Kepala TK. Komponen untuk
menghitung kebutuhan pegawai TK adalah rombongan beljar atau kelas dan
Kepala TK. Rumus perhitungannya adalah:
Keterangan :
JGTK = jumlah Guru TK
JRB = jumlah rombongan belajar/kelas
KTK = kepala Taman Kanak-kanak
Contoh perhitungan:
Pada Kabupaten X, terdapat 3 TK yaitu TK A, TK B, TK C. masing-masing TK
memiliki rombongan belajar yang berlainan dan perhitungn kebutuhan tenaga
pendidikannya seperti dalam tabel berikut:
Dari daftar kebutuhan dalam tabel contoh, maka jumlah kebutuhan Tenaga
Pendidikan unutk taman kanak-kanak di kabupaten X adalah Guru TK = 13
orang; Kepala TK = 3 orang.
Tenaga pendidikan dalam SD terdiri atas Guru SD dan Kepala sekolah, Guru
pendidikan Jasmani dan Kesehatan (GP), serta Guru Agama (GA). Komponen
untuk menghitung kebutuhan tenaga pendidikan SD adalah rombongan belajar
atau kelas dan Kepala Sekolah, GP, dan GA. Rumus perhitungannya adalah:
JGSD = JRB + 1 KS + 1 GP + 1 GA
Keterangan:
JGSD = jumlah Guru SD
JRB = jumlah rombongan belajar/kelas
KS = Kepala sekoalh
GP = Guru pendidikan jasmani dan kesehatan
GA = Guru Agama ( untuk guru agama minimal 1 orang )
Contoh perhitungan:
Pada Kabupaten X terdapat 3 SD Negeri yaitu SDN 1, SDN 2, SDN 3. masing-
masing SD memiliki rombongan belajar yang berlainan dan perhitungan
kebutuhan tenaga pendidikannya seperti dalam tabel berikut:
jumla jumla
Nama jumlah Rombongan Belajar/Kelas h kepala h jumlah
sekolah I II III IV V VI Guru sekolah1 GP GA
SDN 1 2 2 1 1 1 1 8 1 1 1
SDN 2 3 3 3 2 2 2 15 1 1 1
SDN 3 4 4 3 2 2 2 17 1 1 1
jumlah 9 9 7 5 5 5 40 3 3 3
3). Kebutuhan Tenaga Pendidikan untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
Tenaga pendidikan untuk SLTP terdiri atas Kepala sekolah, Guru Mata
pelajaran (GMP), dan Guru Pembimbing. Standar perhitungan untuk masing-
masing guru adalah sebagai berikut:
Komponen menghitung kebutuhan Guru Mata pelajaran adalah (a) jumlah jam
pelajaran yang wajib dilaksanakan oleh seorang guru per minggu (ditetapkan
minimal 24 jam), dan (b) alokasi waktu belajar efektif per mata pelajaran per
minggu pelajaran per minggu yang ditetapkan untuk SLTP adalah:
Kelas
No Mata Pelajaran
I II III
1 pendidikan pancasila dan 2 2 2
kewarganegaraan
2 pendidikan Agama 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 6 6 6
4 Matematika 6 6 6
5 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 6 6 6
6 Ilmu pengetahuan Sosial (IPS) 6 6 6
7 Kerajinan Tangan dan Kesenian 2 2 2
8 Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 2 2 2
9 Bahasa Inggris 4 4 4
10 Muatan Lokal (sejumlah mata pelajaran) 6 6 6
jumlah 42 42 42
Keterangan:
• Mata pelajaran untuk muatan local dikembangkan sendiri oleh pemerintah
daerah disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pembangunan daerah,
lingkungan alam, lingkungan social, dan budaya daerah.
• Alokasi waktu belajar efektif adalah 42 jam setiap minggu atau 1.680 jam
per tahun. 1 jam pelajaran adalah 45 menit, termasuk di dalamnya waktu
untuk penyelenggaraan penilaian kemajuan dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan alokasi waktu belajar efektif per minggu per mata pelajaran, maka
rumus penghitungan kebutuhan guru mata pelajaran adalah:
JRB x W
JGMP =
24
Keterangan:
JGMP = jumlah guru mata pelajaran
JRB = jumlah rombongan belajar/kelas
W = alokasi waktu per minggu
24 = jumlah jam wajib mengajar per minggu
Contoh perhitungan:
Pada kabupaten X terdapat tiga SLTP yaitu SLTP 1, SLTP 2, dan SLTP 3.
jumlah rombongan belajar/kelas untuk masing-masing SLTP adalah:
Rombongan Belajar
kelas
SLTP 1 SLTP 2 SLTP 3
kelas I 5 3 2
kelas II 5 3 1
kelas III 4 3 1
jumlah 13 9 4
Perhitungan untuk kebutuhan guru mata pelajaran adalah sebagai berikut:
Keterangan:
• WM adalah jumlah jam wajib mengajar per minggu yaitu telah ditetapkan
jumlahnya 24.
JS
JGP =
JSWB
Keterangan:
JGP = jumlah Guru pembimbing
JS = jumlah seluruh siswa
JSWB = jumlah siswa yang wajib dibimbing oleh satu guru.
Telah ditetapkan, 1 guru pembimbing wajib membimbing
150 siswa. Jadi JSWB adalah 150.
Contoh perhitungan:
Kabupaten X jumlah siswa SLTP 1 = 425 siswa, SLTP 2 = 307 siswa, SLTP 3 =
158 siswa.
Tenaga pendidikan yang dihitung kebutuhannya untuk SMU adalah Guru Mata
pelajaran dan Guru pembimbing.
JRB x W
JGMP =
24
Contoh perhitungan:
Pada Kabupaten X terdapat SMU Negeri 1, SMU Negeri 2, dan SMU Negeri 3.
jumlah rombongan belajar masing-masing SMU adalah sebagai berikut:
Rombongan Belajar
Kelas
SMU 1 SMU 2 SMU 3
kelas I 6 4 3
kelas II 4 4 1
kelas III IPA 3 2 1
kelas III IPS 2 2 1
kelas III Bhs 1 1 1
jumlah 16 13 7
JS
JGP =
150
Keterangan:
JGP = jumlah Guru pembimbing
JS = jumlah siswa
150 = jumlah siswa yang wajib dibimbing
Contoh perhitungan:
Pada Kabupaten X jumlah siswa pada SMUN 1, SMUN 2, SMUN 3 adalah:
Rombongan Belajar
Kelas
SMU 1 SMU 2 SMU 3
kelas I 230 158 110
kelas II 160 149 35
kelas III IPA 110 70 31
kelas III IPS 74 74 30
kelas III Bhs 35 40 25
jumlah 609 491 231
Keterangan:
JGMP = jumlah guru mata pelajaran yang dibutuhkan
JP = jumlah jam pelajaran per tahun untuk program produktif adalah
praktek minimum 70% dan teori maksimum 30%.
JK = jumlah kelas tiap tingkat/parallel
JW = jam wajib mengajar 24 jam per minggu
KB = kelompok belajar (1 untuk normative dan adaptif, serta 2 untuk
produktif)
ME = jumlah minggu efektif per tahun:
• tingkat I dan II 40 minggu, dan tingkat III 16 minggu
(untuk normative dan produktif)
• tingkat I dan II 40 minggu, dan tingkat III 36 minggu
(untuk normative dan produktif)
Contoh perhitungan:
Pada Kabupaten X, salah satu SMK Negeri yaitu SMK Negeri I memiliki
jumlah rombongan belajar/kelas sebagai berikut:
Contoh perhitungan:
Pada kabupaten X terdapat tiga TKLB yaitu TKLB A, TKLB B, TKLB C.
jumlah peserta didik pada masing-masing TKLB adalah:
Jumlah
Nama TKLB
Peserta Didik Guru TKLB Kepala TKLB
1 2 3 4
TKLB A 15 15:5 = 3 1
TKLB B 24 24:5 = 5 1
TKLB C 18 18:5 = 4 1
jumlah kebutuhan 12 3
JPD
JGSDLB = + KSDLB
8
Contoh perhitungan:
Pada kabupaten X terdapat tiga SDLB yaitu SDLB 1, SDLB 2, dan SDLB 3.
jumlah peserta didik pada masing-masing SDLB adalah:
Jumlah
Nama SDLB
Peserta Didik Guru TKLB Kepala TKLB
1 2 3 4
SDLB A 32 32:5 = 4 1
SDLB B 45 45:5 = 6 1
SDLB C 21 21:5 = 3 1
jumlah kebutuhan 13 3
Keterangan:
Hasil perkalian untuk Guru SDLB 2 adalah 5,6 dibulatkan menjadi 6
Hasil perkalian untuk Guru SDLB 2 adalah 2,3 dibulatkan menjad 3
Guru SLTPLB dan SMLB meliputi guru mata pelajaran dan guru pembimbing.
Guru pembimbing adalah guru pembimbing klinis atau pembimbing karier.
Alokasi waktu belajar efektif per mata pelajaran adalah sebagai berikut:
Alokasi waktu belajar efektif per mata pelajaran per minggu bagi siswa
Tunanetra, Tunarungu, Tunadaksa, dan Tunalaras
Alokasi waktu belajar efektif per mata pelajaran per minggu bagi siswa
Tunagrahita Ringan, Tunagrahita sedang, Kelainan Ganda.
JRB x W
JGMP =
JWM
Keterangan :
JGMP = Jumlah Guru Mata Pelajaran
JRB = Jumlah Rombongan Belajar/kelas
W = Alokasi Waktu per Minggu
JWM = Jumlah jam wajib mengajar
JPD
JGP =
12
Keterangan:
JGP = jumlah Guru pembimbing
JPD = jumlah peserta didik
12 = minimal jumlah peserta didik yang dibimbing
Contoh perhitungan:
Jumlah siswa pada SLTPLB 1 = 90 siswa
Jumlah siswa pada SLTPLB 2 = 74 siswa
Jumlah siswa pada SLTPLB 3 = 49 siswa
1 2 3 4 5 6
Keterangan:
• persediaan (kolom 3) adalah bezetting atau pagawai yang ada.
• Kebutuhan (kolom 4) adalah merupakan total pegawai yang dibutuhkan
dari hasil penghitungan.
• Kelebihan adalah persediaan pegawai melebihi kebutuhan yang ada yaitu
kolom 3 dikurangi kolom 4
• Kekurangan adalah kebutuhan lebih besar dari persediaan yang ada yaitu
kolom 4 dikurangi kolom 3.
BAB IV
PENUTUP
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal, 23 Juli 2004
Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara,
Feisal Tamin