Asuhan Keperawatan Jiwa Pda Na. J. W Dengan Halusinasi Pende

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 82

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN Na. J.

W DENGAN
HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANGAN KABELA
RSJ. Prof. Dr. V. L. RATUMBUYSANG
PROVINSI SULAWESI UTARA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Menyelesaikan


Pendidikan Ahli Madya Keperawatan pada
Akademi Keperawatan Metuari Waya
Manado

Diajukan Oleh :
SEKLIFICE BITJOLI
NIM : 012056
Kepada
AKADEMI KEPERAWATAN METUARI WAYA
MANADO
2015
1

PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Karya tulis ilmiah ini asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar
Ahli Madya Keperawatan, baik di Akper Metuari Waya Manado maupun di
institusi D-III lainnya.
2. Karya tulis ilmiah murni gagasan, rumusan dan kerja saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain kecuali arahan tim pembimbing dan tim penyaji.
3. Dalam karya tulis ilmiah ini tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesunggunya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, saya
bersedia untuk menerima sanksi akademi dan sanksi lainnya sesuai yang
berlaku di institusi ini.

Manado, 29 Juni 2015

SEKLIFICE BITJOLI
NIM : 012056

LEMBAR PERSETUJUAN
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN Na. J. W DENGAN
HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANGAN KABELA
RSJ. Prof. Dr. V. L. RATUMBUYSANG
PROVINSI SULAWESI UTARA

Diajukan Oleh :
SEKLIFICE BITJOLI
NIM : 012056

Telah disetujui oleh :

Pembimbing I

Ns. Yuliet Tindatu, S. Kep.


NIDN : 0925066803

Tanggal : 29 Juni 2015

Pembimbing II

Ns. Noviyanti Parapaga, S. Kep.


NIDN :

Tanggal : 29 Juni 2015

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA DAN PENGUJI

Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima dan disetujui oleh Tim Penguji Ujian Jenjang
Pendidikan Tinggi Akademi Keperawatan Metuari Waya Manado sebagai salah
satu persyaratan menyelesaikan pendidikan Ujian akhir Diploma III pada tanggal
02 Juli 2015.
Penguji I

Ns. Marlit Makanoneng, S. Kep.


NIP : 196703081990031008

Penguji II

Ns. Ferdinand Wowiling, S. Kep.


NIP : 197702202000031001

Penguji III

Ns. Noviyanti Parapaga, S. Kep.


NIDN :

Direktur Akademi Keperawatan


Metuari Waya Manado

Ns. Erna Purwanti, S. Kep.


NIDN : 0919027602

Ketua Panitia

Ns. Yuliet Tindatu, S. Kep


NIDN : 0925066803

MOTTO

Hidup adalah pilihan, maka pilihlah apa yang baik


buat menentukan
hidup-Mu

CURRICULUM VITAE

A. Identitas Pribadi
Nama

: Seklifice Bitjoli

NIM

: 012056

Tempat/Tanggal Lahir

: Tobelo, 25 September 1994

Jenis kelamin

: Perempuan

Suku/Bangsa

: Maluku/Indonesia

Agama

: Kristen protestan

Alamat

: Desa Linaino, Kec. Tobelo Tengah, Kab.


Halmahera Utara, Prov. Maluku Utara

B. Riwayat Pendidikan
SD GMIH Pitu

: Tamat tahun 2006

SMP Negeri 2 Tobelo

: Tamat tahun 2009

SMA Negeri I Tobelo

: Tamat tahun 2012

Akademi Keperawatan Metuari Waya Manado : Masuk tahun 2012

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas segala berkat dan penyertaanNya yang telah melindungi, menuntun dan
memberikan kemampuan serta kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus dengan judul Asuhan Keperawatan Jiwa pada Na. J. W dengan
Halusinasi Pendengaran di Ruangan Kabela RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
Manado.
Laporan kasus ini disusun sebagai syarat dalam menyelesaikan pendidikan
program Diploma III di Akademi Keperawatan Metuari Waya Manado, selain itu
diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pengembangan untuk memajukan
penerapan asuhan keperawatan jiwa pada kasus Halusinasi Pendengaran.
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis banyak menemui kesulitan
dan hambatan, namun berkat doa dan bimbingan serta arahan dan dorongan dari
berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung, akhirnya Karya Tulis
Ilmiah ini dapat diselesaikan. Dan pada kesempatan ini, tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, antara lain kepada yang
terhormat :
1. Romi Kuhu, SE selaku ketua yayasan Metuari Waya Esa Manado yang
telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menimba ilmu Akper
Metuari Waya Manado.
2. Ns. Erna Purwanti, S.Kep selaku Direktur Akademi Keperawatan Metuari
Waya Esa Manado dan juga selaku dosen yang selalu memberikan

motivasi kepada penulis selama 3 tahun mengikuti pendidikan di Akper


Metuari Waya Manado.
3. Ns. Yuliet Tindatu, S. Kep. dan Ns. Noviyanti Parapaga, S. Kep. Selaku
pembimbing I dan pembimbing II yang banyak membantu, mendorong
serta memberikan masukan dan arahan yang membangun kepada penulis
dalam penyusunan laporan kasus ini.
4. Seluruh Staf Dosen dan Staf Tata Usaha Akper Metuari Waya Manado
yang telah mendidik, mendorong dan telah memberikan bimbingan selama
penulis mengikuti pendidikan.
5. Bagian Diklit RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado, yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat melakukan praktek
klinis keperawatan.
6. Paula Singal, S. Pd, SKM, Ibu Evelin Rambe, Bapak Ven, Bapak Utus
selaku pengawas Asrama yang telah menjadi orang tua selama penulis
berada di Asrama. Serta Bapak Buang, Bapak Agus, Bapak Hence yang
selalu sabar dan tak pernah bosan mengantar/jemput selama penulis
mengikuti praktek klinik.
7. Teman-teman angkatan XVIII Akademi Keperawatan Metuari Waya
Manado Aspura dan Aspuri.
8. Papa dan mama tersayang (Joab Bitjoli dan Yosmi Laluba) serta adikku
(vega Solistiawati Bitjoli), keluarga besar yang telah membantu dalam
bentuk materi untuk memenuhi kebutuhanku dan selalu mendoakan,
mendukung serta memberikan arahan, demi keberhasilan penulis.

Penulis menyadari dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan kekeliruan sehingga demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
semua pihak. Semoga apa yang penulis persembahkan lewat laporan kasus ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Manado, 29 Juni 2015

Penulis

DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ....................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iv
LEMBAR MOTTO ...................................................................................... v
CURRICULUM VITAE .............................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Pernyataan Masalah ..........................................................................4
C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 4
1. Tujuan Umum ............................................................................ 4
2. Tujuan Khusus ........................................................................... 4
D. Ruang Lingkup ................................................................................. 5
E. Manfaat Penulisan ............................................................................ 5
BAB II TINJAUAN TEORITIS .................................................................. 6
A. Konsep Dasar Halusinasi ................................................................. 6
1. Pengertian .................................................................................. 7
2. Rentang Respon Neurobiologis ................................................. 6
3. Jenisjenis Halusinasi ................................................................ 8
4. Etiologi ....................................................................................... 10

10

5. Tanda dan gejala .........................................................................12


6. Batasan karakteristik Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi ..13
7. Psikopatologi ...............................................................................13
8. Tahapan Halusinasi .................................................................... 14
9. Mekanisme Koping .................................................................... 15
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Jiwa ....................................... 16
1. Pengkajian .................................................................................. 16
2. Diagnosa Keperawatan .............................................................. 21
3. Rencana Keperawatan ................................................................ 22
Strategi Pelaksanaan ........................................................................ 30
Tahapan Komunikasi Terapeutik ..................................................... 31
BAB III TINJAUAN KASUS ...................................................................... 35
A. Pengkajian ........................................................................................ 35
B. Diagnosa .......................................................................................... 48
C. Rencana Keperawatan ...................................................................... 49
D. Implementasi dan Evaluasi .............................................................. 54
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................ 70
A. Pengkajian ....................................................................................... 70
B. Diagnosa .......................................................................................... 71
C. Intervensi .......................................................................................... 71
D. Implementasi .................................................................................... 72
E. Evaluasi ............................................................................................ 72

11

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 74


A. Kesimpulan ...................................................................................... 74
B. Saran ................................................................................................ 76
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 78

12

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan diri
sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan. Menurut American Psycyatric
Association (1994) bahwa seseorang dengan kesehatan jiwa terganggu
dinamakan gangguan jiwa. Gangguan jiwa sebagai sindrom atau pola
psikologis atau pola perilaku yang penting secara klinis, yang terjadi pada
individu dan sindrom itu dihubungkan dengan adanya distress (misalnya
gejala nyeri, menyakitkan) atau disabilitas (ketidakmampuan pada salah satu
bagian atau beberapa fungsi penting) atau disertai peningkatan resiko secara
bermakna untuk mati, sakit, ketidakmampuan, atau kehilangan kebebasan
(Notosoedirdjo, Latipun, 2007 dalam Prabowo, 2014)
Penderita gangguan jiwa telah menempati tingkat yang luar biasa,
lebih dari 24 juta jiwa mengalami gangguan jiwa berat. Prevalensi masalah
keperawatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia pernah
menderita masalah kesehatan jiwa, 1% diantaranya adalah gangguan jiwa
berat. World Health Organization (WHO) memperkirakan tidak kurang dari
450 juta penderita gangguan jiwa ditemukan di dunia. Bahkan berdasarkan
studi World Bank di beberapa Negara menunjukkan 8,1% dari kesehatan
global masyarakat (Global Burden Disease) menderita gangguan jiwa.
Halusinasi yang merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan

13

sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Diperkirakan sebanyak 0,7% dari


populasi di dunia menderita halusiansi (Maslina, 2013).
Indonesia menjadi peringkat pertama dengan gangguan jiwa terbanyak.
Dari data riset kesehatan dasar (riskesdas) Departemen Kesehatan tahun 2014
menyebutkan, jumlah penderita skizofrenia terdapat 1 juta jiwa pasien
gangguan jiwa berat dan 19 juta pasien gangguan jiwa ringan. Gangguan jiwa
berat terbanyak di Yogyakarta (2,7 %), Aceh (2,7 %), Sulawesi Selatan (2,6
%), Bali (2,3 %), dan Jawa Tengah (2,3 %). Gangguan jiwa di Sulawesi Utara
sendiri sebesar (0,8%).
Salah satu gangguan jiwa yang dimaksud adalah skizofrenia.
Skizofrenia adalah orang yang mengalami gangguan emosi, pikiran, dan
perilaku. Gangguan persepsi yang utama pada klien skizofrenia adalah
halusinasi, klien yang mengalami halusinasi biasanya mengalami gangguan
dalam menilai dan menilik sehingga perilaku pasien sulit dimengerti.
(Onibala, 2015).
Halusinasi adalah salah satu gangguan atau perubahan persepsi dimana
klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Klien merasakan
stimulus yang sebetulnya tidak ada. Selain itu, perubahan persepsi sensori:
halusinasi bisa juga diartikan sebagai persepsi sensori tentang suatu objek,
gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar
meliputi semua sistem penginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman,
perabaan atau pengecapan) (Prabowo, 2014).

14

Faktor penyebab terjadinya halusinasi secara umum ada 2 yaitu; faktor


predisposisi

(misalnya

faktor

perkembangan,

sosiokultural,

biokimia,

psikologis, faktor genetika dan pola asuh). Sedangkan faktor presipitasi


(misalnya faktor biologis, stress lingkungan dan sumber koping). (Prabowo,
2014).
Berdasarkan data rekam medik yang ada di Rumah Sakit Jiwa Prof.
Dr. V. L. Ratumbuysang Manado, jumlah keseluruhan penderita gangguan
jiwa yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
Manado selama 6 bulan terakhir dari bulan Desember 2014 s/d bulan Mei
2015 berjumlah sebanyak 166 pasien, sedangkan di ruangan Kabela jumlah
pasien selama 6 bulan terakhir dari bulan Desember 2014 s/d bulan Mei 2015
adalah 25 pasien.
Peran dan fungsi perawat dalam praktek keperawatan kesehatan jiwa
dalam memberikan asuhan dan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa.
Perawat dapat melakukan aktivitas pada tiga area utama yaitu memberikan
asuhan keperawatan secara langsung, aktivitas komunikasi dan aktivitas dalam
pengelolaan atau manajemen keperawatan. (Prabowo, 2014).
Berdasarkan data tersebut diatas, maka penulis tertarik membuat karya
tulis ilmiah dalam bentuk laporan kasus asuhan keperawatan jiwa pada klien
Na. J. W dengan halusinasi pendengaran di ruangan Kabela Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr.V. L. Ratumbuysang Manado.

15

B. Pernyataan Masalah
Bagaimanakah proses penerapan asuhan Keperawatan jiwa pada klien Na. J.
W dengan halusinasi pendengaran di ruangan Kabela Rumah Sakit Jiwa Prof.
Dr.V. L. Ratumbuysang Manado.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran tentang asuhan keperawatan jiwa pada klien Na. J.
W dengan halusinasi pendengaran di ruangan Kabela Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado.
2. Tujuan Khusus
a. Diidentifikasi penerapan asuhan keperawatan jiwa pada klien Na. J. W
dengan halusinasi pendengaran di ruangan Kabela Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado.
b. Diidentifikasi kesenjangan antara teori dan kasus dalam penerapan
asuhan keperawatan jiwa pada klien Na. J. W dengan halusinasi
pendengaran di ruangan Kabela Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang Manado.
c. Diidentifikasi faktor penunjang dan penghambat dalam penerapan
asuhan keperawatan jiwa pada klien Na. J. W dengan halusinasi
pendengaran di ruangan Kabela Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang Manado.

16

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan Karya Tulis Ilmiah adalah keperawatan jiwa yaitu
asuhan keperawatan pada klien Na. J. W dengan halusinasi pendengaran.
E. Manfaat Penulisan
1. Bagi institusi pendidikan
Hasil penulisan ini diharapkan menjadi masukan serta meningkatkan
wawasan pengetahuan pembaca dan sebagai tambahan referensi
kepustakaan di Akper Metuari Waya Manado dalam penulisan lebih lanjut
di bidang keperawatan.
2. Profesi keperawatan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan setelah dilakukan
asuhan keperawatan jiwa dengan halusinasi pendengaran.
3. Bagi penulis
a. Menambah ilmu dan pengalaman, dalam mengkaji permasalahan
tentang asuhan keperawatan jiwa pada klien Na. J. W dengan
halusinasi pendengaran serta untuk mengimplementasikan ilmu yang
diperoleh dari institusi terlebih dalam keperawatan jiwa pada klien Na.
J. W dengan halusinasi pendengaran.
b. Hasil penulisan ini diharapkan menjadi masukan dalam meningkatkan
kegiatan-kegiatan

atau

pendidikan

kesehatan

tentang

kejadian

halusinasi pendengaran.

17

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Halusinasi
1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien
mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2014).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi (Prabowo,
2014).
2. Rentang Respon Neurobiologis

Respon Adaptif
Pikiran logis

Respon Maladaptif
pikiran Gangguan pikir/delusi

Distorsi
(pikiran kotor)
Persepsi akurat
Ilusi
Emosi
konsisten Reaksi
emosi
dengan pengalaman
berlebihan atau kurang
Perilaku sesuai
Perilaku aneh dan tidak
biasa
Hubungan sosial
Menarik diri

Halusinasi
Perilaku kekerasan
Perilaku disorganisasi
Isolasi sosial

18

a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan
masalah tersebut, respon adaptif :
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul
dari pengalaman ahli.
4) Perilaku sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
b. Respon psikososial
Respon psikososial meliputi:
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan
gangguan.
2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan

yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena

rangsangan panca indera.


3) Emosi berlebihan atau berkurang.
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi
batas kewajaran.
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain.

19

c. Respon maladaptif
Respon

maladaptif

adalah

adalah

respon

individu

dalam

menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial


budaya dan lingkungan, adapun respon maladaptif meliputi:
1) Kelainan pikiran adalah kelainan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari
hati.
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu
dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu
kecelakaan yang negatif mengancam (Iskandar, 2014).
3. Jenis-jenis Halusinasi
Halusinasi terdiri dari delapan jenis. Penjelasan secara detail mengenai
karakteristik dari setiap jenis halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Halusinasi Pendengaran (auditif, Akustik)
Paling sering dijumpai dapat berupa atau bunyi mendenging atau suara
bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai
sebuah kata atau kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut

20

ditujukan pada penderita sehingga tidak jarang penderita bertengkar


dan berdebat dengan suara-suara tersebut.
b. Halusinasi Penglihatan (Visual, Optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik).
Biasanya sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran,
menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaran yang mengerikan.
c. Halusinasi Penciuman (Olfaktorik)
Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan
dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau
dilambangkan sebagai pengalaman yang di anggap penderita sebagai
suatu kombinasi moral.
d. Halusinasi Pengecapan (Gustatorik)
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi
penciuman. Penderita merasa mengecap sesuatu. Halusinasi gastorik
lebih jarang dari halusinasi gustatorik.
e. Halusinasi Perabaan (Taktil)
Merasa dirabah, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak di
bawah kulit. Terutama pada keadaan delirium toksis dan skizofrenia.
f. Halusinasi Seksual
Ini termasuk halusinasi raba. Penderita merasa diraba dan diperkosa
sering pada skizofrenia dengan waham kebesaran terutama mengenai
organ-organ.

21

g. Halusinasi Kinistetik
Penderita merasa badannya bergerak-gerak dalam suatu ruang atau
anggota badannya bergerak-gerak. Misalnya phantom phenomenom
atau tungkai yang diamputasi selalu bergerak-gerak ( phantom limb).
Sering pada skizofrenia dalam keadaan toksik tertentu akibat
pemakaian obat tertentu.
h. Halusinasi Viseral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.
1) Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa
pribadinya sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai
dengan kenyataan yang ada. Sering pada skizofrenia dan sindrom
lobus parietalis. Misalnya sering merasa dirinya terpecah dua.
2) Derealisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungannya
yang tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala
sesuatu yang dialaminya seperti dalam impian (Damaiyanti, 2014).
4. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi/pencetus klien dengan halusinasi adalah:
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol
dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri
sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan
terhadap stress.

22

2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi
akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya.
3) Faktor Biologis
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya ganggguan jiwa. Adany
stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh
akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia.

Akibat

stress

berkepanjangan

menyebabkan

teraktivasinya neurotransmitterotak.
4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalagunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang
tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenagan sesaat
dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang
tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hal studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.

23

b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi/pemicu terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
stimulus yang diterima oleh otak untuk di interpretasikan.
2) Stres lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stres (Prabowo, 2014).
5. Tanda dan Gejala
Perilaku klien yang berkaitan dengan halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Bicara, senyum, ketawa sendiri.
b. Menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon
verbal yang lambat.
c. Menarik diri dari orang lain, berusaha untuk menghindari orang lain.
d. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
e. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
f. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik,
berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya.

24

g. Sulit berhubungan dengan orang lain.


h. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah.
i. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
j. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton.
k. Curiga, bermusuhan, bertindak merusak (diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan), dan takut. (Prabowo, 2014).
6. Batasan Karakteristik Gangguan Persepsi sensori: Halusinasi
Batasan karakteristik klien dengan gangguan persepsi sensori: Halusinasi
yaitu :
a. Perubahan dalam pola perilaku,
b. Perubahan dalam kemampuan menyelesaikan masalah,
c. Perubahan dalam ketajaman sensori,
d. Perubahan dalam respon yang biasa terdapat stimulus,
e. Disorientasi,
f. Halusinasi,
g. Hambatan komunikasi,
h. Iritabilitas,
i. Konsentrasi buruk,
j. Gelisah, distorsi sensori (Nanda-I,2012 dalam Damaiyanti, 2014)
7. Psikopatologi
Psikopatologi dari halusinasi yang belum diketahui. Banyak teori yang
diajukan yang menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik, fisiologik,
dan lain-lain. Beberapa orang mengatakan bahwa situasi keamanan di otak

25

normal dibombardir oleh aliran stimulus yang berasal dari tubuh atau dari
luar tubuh. Jika masukan akan terganggu atau tidak ada sama sekali saat
bertemu dalam keadaan normal atau patologis, materi berada dalam
prasadar dapat unconsicious atau dilepaskan dalam bentuk halusinasi.
Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan keinginan
yang direpresi ke unconsicious dan kemudian karena kepribadian rusak
dan kerusakan pada realitas tingkat kekuatan keinginan sebelumnya
diproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus eksternal. (Damaiyanti, 2014)
8. Tahapan Halusinasi
Menurut Yosep (2010) dalam Damaiyanti, 2014 tahapan halusinasi ada
lima fase, yaitu:
Tahapan Halusinasi

Karakteristik

Stage I : Sleep disorder


Klien merasa banyak masalah, ingin
Fase awal seseorang sebelum muncul menghindari dari lingkungan, takut
halusinasi.
diketahui oleh orang lain bahwa
dirinya banyak masalah. Masalah
makin terasa sulit karena berbagai
stessor
terakumulasi,
misalnya
kekasih hamil, terlibat narkoba,
dihianati kekasih, masalah di
kampus, drop out, dan seterusnya.
Masalah terasa menekan karena
terakumulasi sedangkan support
sistem kurang dan persepsi terhadap
masalah sangat buruk,. Sulit tidur
berlangsung terus-menerus sehingga
terbiasa
menghayal.
Klien
menganggap lamunan-lamunan awal
tersebut sebagai pemecahan masalah.
Stage II: Comforting
Klien mengalami emosi yang
Halusinasi secara umum ia terima berlanjut seperti adanya perasaan
sebagai sesuatu yang alami
cemas, kesepian, perasaan berdosa,
ketakutan dan mencoba memusatkan
pemikiran
pada
timbulnya
kecemasan. Ia beranggapan bahwa
pengalaman pikiran dan sensorinya
dapat dia kontrol bila kecemasannya
26

Stage III: Condemning


Secara umum halusinasi
mendatangi klien

sering

Stage IV: Controlling Severe Level


of Anxiety
Fungsi sensori menjadi tidak relevan
dengan kenyataan
Stage V: Conquering Panik Level
of Anxiety
Klien mengalami gangguan dalam
menilai lingkungannya.

diatur, dalam tahap ini ada


kecenderungan klien merasa nyaman
dengan halusinasinya.
Pengalaman sensori klien menjadi
sering datang dan mengalami bias.
Klien mulai merasa tidak mampu lagi
mengontrolnya dan mulai berupaya
menjaga jarak antara dirinya dengan
objek yang dipersepsikan klien mulai
menarik diri dari orang lain, dengan
intensitas waktu yang lama.
Klien mencoba melawan suara-suara
sensori abnormal yang dating. Klien
dapat merasakan kesepian bila
halusinasinya berakhir. Dari sinilah
dimulai fase gangguan psikotik.
Pengalaman sensorinya terganggu.
Klien mulai terasa terancam dengan
datangnya suara-suara terutama bila
klien tidak dapat menuruti ancaman
atau perintah yang ia dengar dari
halusinasinya.
Halusinasi
dapat
berlangsung selama minimal empat
jam atau seharian bila klien tidak
mendapatkan komunikasi terapeutik.
Terjadi gangguan psikotik berat.

9. Mekanisme koping
a. Regresi : menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
b. Proyeksi : menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha
untuk mengalikan tanggungjawab kepada orang lain.
c. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal (Prabowo, 2014).

27

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Jiwa


1. Pengkajian
Isi pengkajian meliputi:
a. Identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, informan, tanggal
pengkajian, nomor rekam medik)
b. Keluhan utama atau alasan masuk
1) Apa yang menyebabkan klien/keluarga datang ke Rumah Sakit?
2) Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah
ini?
3) Bagaimana hasilnya?
c. Faktor predisposisi
1) Tanyakan riwayat gangguan jiwa di masa lalu
2) Pengobata sebelumnya
3) Tanyakan pada klien apakah klien pernah melakukan atau
mengalami aniaya fisik, seksual, penolakan dari lingkungan,
kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal
4) Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
5) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
d. Aspek fisik atau biologis
1) Tanda-Tanda Vital ( Tekanan Darah, Nadi, Respirasi dan Suhu
Badan)
2) Ukur tinggi badan dan berat badan
3) Keluhan fisik

28

e. Aspek psikososial
1) Genogram
2) Konsep diri (gambaran diri, identitas, peran, ideal diri, harga diri)
3) Hubungan sosial seperti orang yang berarti dalam kehidupanya,
peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat, dan hambatan
dalam berhubungan dengan orang lain
4) Spiritual ( Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah)
f. Status mental
1) Penampilan (Tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara
berpakaian tidak seperti biasanya)
2) Pembicaraan (Cepat, keras, gagap, inkoheren, apatis, lambat,
membisu, tidak mamapu memulai pembicaraan)
3) Aktivitas motorik (Lesu, tegang, gelisah, agitasi, tik, grimasen,
tremor, kompulsif)
4) Alam perasaan (Sedih, ketakutan, putus asa, khawatir, gembira
berlebihan)
5) Afek (Datar, tumpul, labil, tidak sesuai)
6) Interaksi selama wawancara (Bermusuhan, tidak kooperatif,
mudah tersinggung, kontak mata (-), defensif, curiga)
7) Persepsi

(Pendengaran,

penglihatan,

perabaan,

pengecapan,

penghidu)
8) Proses pikir (Sirkumtansial, tangensial, kehilangan asosiasi, flight
of idea, blocking, pengulangan pembicaraan/persevarasi)

29

9) Isi pikir (Obsesi, fobia, hipokondria, depersonalisasi, ide yang


terkait, pikiran magis)
Waham (Agama, somatik, kebesaran, curiga, nihilistic, sisip piker,
siar pikir, kontrol pikir)
10) Tingkat kesadaran (Bingung, sedasi, stupor),
Disorientasi (Waktu, tempat, orang)
11) Memori (Gangguan daya ingat jangka panjang, gangguan daya
ingat jangka pendek, gangguan daya ingat saat ini, konfabulasi)
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung (Mudah beralih, tidak mamapu
konsentrasi, tidak mampu berhitung sederhana)
13) Kemampuan penilaian (Gangguan ringan, gangguan bermakna)
14) Daya tilik diri (Mengingkari penyakit yang di derita, menyalahkan
hal-hal diluar dirinya)
g. Kebutuhan persiapan pulang
1) Makan
2) BAB/BAK
3) Mandi
4) Berpakaian/berhias
5) Istirahat dan tidur
6) Penggunaan obat
7) Pemeliharaan kesehatan
8) Kegiatan di dalam rumah
9) Kegiatan di luar rumah

30

h. Mekanisme koping
1) Adaptif : Bicara dengan orang lain, mampu menyelesaikan
masalah, tehnik relaksasi, aktivitas konstruktif, olahraga.
2) Maladaptif : Minum alkohol, reaksi lambat/berlebih, bekerja
berlebihan, menghindar, mencederai diri.
i. Masalah psikososial
1) Masalah dengan dukungan kelompok
2) Masalah berhubungan dengan lingkungan
3) Masalah dengan pendidikan
4) Masalah dengan pekerjaan
5) Masalah dengan perumahan
6) Masalah ekonomi
7) Masalah dengan pelayanan kesehatan
j. Pengetahuan
Pengetahuan kurang mengenai: Penyakit jiwa, faktor presipitasi,
koping, sistem pendukung, penyakit fisik
k. Aspek medik
1) Diagnosa medik
2) Terapi medik (Damaiyanti, 2014).

31

Masalah Keperawatan
a.

Isolasi Sosial

b.

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

c.

Resiko Perilaku Kekerasan (Pada diri sendiri, orang lain,


lingkungan dan verbal).

Pohon Masalah
Resiko perilaku kekerasan (diri sendiri,
orang lain, lingkungan, dan verbal)
Effect

Gangguan persepsi sensori :


halusinasi
Core Problem

Isolasi sosial
Causa

32

2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul, klien dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Gangguan persepsi sensori: halusinasi.
b. Isolasi sosial
c. Resiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan
verbal) (Damaiyanti, 201)

33

35

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien


Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
STRATEGI PELAKSANAAN
SP1 P
SP1 K
1. Mengidentifikasi jenis Halusinasi klien. 1. Mendiskusikan masalah yang
2. Mengidentifikasi isi Halusinasi klien.
dirasakan
keluarga
dalam
3. Mengidentifikasi Waktu Halusinasi
merawat klien.
klien.
2. Memberikan
pendidikan
4. Mengidentifikasi Frekuensi Halusinasi
kesehatan tentang pengertian
klien.
Halusinasi, jenis Halusinasi
5. Mengidentifikasi situasi yang dapat
yang dialami klien, tanda dan
menimbulkan Halusinasi klien.
gejala Halusinasi, serta proses
6. Mengidentifikasi respon klien terhadap
terjadinya Halusinasi.
Halusinasi klien.
3. Menjelaskan cara merawat klien
7. Mengajarkan
klien
menghardik
dengan Halusinasi.
halusinasi.
8. Menganjurkan klien memasukan cara
menghardik ke dalam kegiatan harian.
SP2 P
SP2 K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Melatih
keluarga
klien.
mempraktikkan cara merawat
2. Melatih
klien
mengendalikan
klien dengan Halusinasi.
Halusinasi dengan cara bercakap-cakap 2. Melatih keluarga melakukan
dengan orang lain.
cara merawat langsung kepada
3. Menganjurkan
klien
memasukan
klien Halusinasi.
kedalam jadwal kegiatan harian.
SP3 P
SP3 K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Membantu keluarga membuat
klien.
jadwal
aktivitas
dirumah
2. Melatih
klien
mengendalikan
termasuk
minum
obat
Halusinasi dengan cara melakukan
(discharge planning).
kegiatan.
2. Menjelaskan Follow Up klien
3. Menganjurkan
klien
memasukan
setelah pulang
kedalam jadwal kegiatan harian.
SP4 P
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien.
2. Memberikan
penkes
tentang
penggunaan obat secara teratur.
3. Menganjurkan
klien
memasukan
kedalam jadwal kegiatan harian.

36

Tahapan Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang terstruktur dan
memiliki tahapan-tahapan. Dalam proses komunikasi terapeutik terbagi
menjadi empat tahapan yaitu tahap persiapan atau tahap pra-interaksi, tahap
perkenalan atau tahap orientasi, tahap kerja dan terminasi.
1.

Tahap persiapan / Pra-interaksi

Dalam tahapan ini .perawat menggali perasaan dan menilik dirinya dengan
cara mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini juga
perawat mencari informasi tentang klien sebagai lawan bicaranya. Tujuannya
mengurangi rasa cemas atau kecemasan yang mungkin dirasakan oleh
perawat sebelum melakukan komunikasi terapeutik dengan klien.
Tugas perawat pada tahap ini antara lain :
a.

Mengeksplorasi

perasaan,

harapan,

dan

kecemasan.

Sebelum

berinteraksi dengan klien, perawat perlu mengkaji perasaannya sendiri


(misalnya apakah ada perasaan cemas?, apa yang dicemaskan?
b.

Menganalisis kekuatan dan kelemahan sendiri. (misalnya seorang


perawat mungkin mempunyai kekuatan mampu memulai pembicaraan
dan sensitif terhadap perasaan orang lain, keadaan ini mungkin bisa
dimanfaatkan perawat untuk memudahkannya dalam membuka
pembicaraan dengan klien dan membina hubungan saling percaya)

c.

Mengumpulkan data tentang klien. Kegiatan ini juga sangat penting


karena dengan mengetahui informasi tentang klien dan bisa

37

memahami klien. Paling tidak perawat bisa mengetahui identitas klien


yang bisa digunakan pada saat memulai interaksi.
d.

Merencanakan pertemuan yang pertama dengan klien. Hal yang


direncanakan mencakup kapan, dimana, dan strategi apa yang akan
dilakukan untuk pertemuan pertama tersebut.

2.

Tahap perkenalan / Orientasi

Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama kali bertemu


atau

kontak

dengan

memperkenalkan

klien.

dirinya

Pada

terlebih

saat

berkenalan,

dahulu

kepada

perawat
klien.

harus
Dengan

memperkenalkan dirinya berarti perawat telah bersikap terbuka pada klien


dan ini diharapkan akan mendorong klien untuk membuka dirinya. Tujuannya
untuk memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat dengan
keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang lalu.
Tugas perawat pada tahap ini antara lain :
a.

Membina rasa saling percaya, menunjukan penerimaan, dan


komunikasi terbuka. Karena itu, untuk mempertahankan atau
membina hubungan saling percaya perawat harus bersikap terbuka,
jujur, ikhlas, menerima klien apa adanya, menepati janji, dan
menghargai klien

b.

Merumuskan kontrak pada klien. Kontrak ini sangat penting untuk


menjamin kelangsungan sebuah interaksi. Pada saat merumuskan
kontrak perawat juga perlu menjelaskan atau mengklarifikasi peran-

38

peran perawat dan klien agar tidak terjadi kesalah pahaman klien
terhadap kehadiran perawat.
c.

Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah pasien.


Dengan memberikan pertanyaan terbuka, diharapkan perawat dapat
mendorong klien untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya
sehingga dapat mengidentifikasi masalah klien

d.

Merumuskan tujuan dengan klien. Perawat perlu merumuskan tujuan


interaksi bersama klien karena tanpa keterlibatan klien mungkin
tujuan sulit dicapai.

3.

Tahap Kerja

Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik.


Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik
karena didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien
untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya, kemudian menganalisa respon
atau pun pesan komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh
klien.
Tugas perawat pada tahap ini antara lain :
a.

Perawat mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian


sehingga membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang sedang
dihadapi oleh klien

b.

Mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya

c.

Mampu menyimpulkan percakapanya dengan klien

39

4.

Tahap Terminasi

Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap


terminasi dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir. Terminasi
sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dank lien. Sedangkan
terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah menyelesaikan seluruh proses
keperawatan Tugas perawat pada tahap ini antara lain: (Prabowo, 2014).
a.

Mengevaluasi

pencapaian

tujuan

dari

interaksi

yang

telah

dilaksanakan. Dalam mengevaluasi, perawat tidak boleh terkesan


menguji kemampuan klien, akan tetapi sebaiknya terkesan sekedar
mengulang atau menyimpulkan.
b.

Melakukan evaluasi dengan menanyakan perasaan klien setalah


berinteraksi dengan perawat, misalnya :
1)

Apakah klien merasa bahwa interaksi itu dapat menurunkan


kecemasanya?

c.

2)

Apakah klien merasa bahwa interksi itu ada gunanya?

3)

Apakah interksi itu justru menimbulkan masalah aru bagi klien

Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan,


misalnya pada akhir interaksi klien sudah memahami tentang
beberapa alternatif mengatasi marah. Maka untuk tindak lanjut
perawat mungkin bisa meminta klien untuk mencoba salah satu dari
alternatif tersebut

d.

Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya. Kontrak yang dibuat


termasuk tempat, waktu, dan tujuan interaksi.

40

BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama

: Na. J. W

Umur

: 35 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Alamat

: Desa Lemoh Barat jaga V, Kec. Tombariri

Agama

: Kristen Protestan

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

:-

Status

: Belum kawin

Tanggal MRS

: 26 April 2011

Tanggal pengkajian

: 08 Juni 2015

No. register

: 8236

2. Alasan masuk
Keluhan saat pertama kali masuk klien suka memukul ibunya sendiri
karena ia melihat kalau ibunya itu seperti hantu, bicara ngawur, bingung,
suka mondar-mandir di kamar.
3. Keluhan saat dikaji
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 08 juni 2015 data yang ditemukan
adalah sebagai berikut :

41

Subjektif : Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruhnya


pulang ke Bitung untuk beribadah, biasanya dalam sehari klien mendengar
suara-suara itu sebanyak tiga kali, perasaan klien disaat mendengar suarasuara itu ia merasa senang. Suara itu sering muncul pada siang hari, dan
suara-suara hanya didengar oleh klien saja ketika klien sendirian.
Objektif :
a. Klien bicara, senyum dan tertawa sendiri
b. Klien suka memandang ke kiri dan ke kanan
c. Klien tampak gelisah
d. Klien menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,
respon verbal lambat.
e. Klien kurang bergaul dengan teman-teman yang ada diruangan
f. Kontak mata klien kurang
g. Afek klien tumpul
h. Ekspresi wajah klien kurang berseri
i. Klien nampak tegang
j. Kadang klien jalan mondar-mandir dan mengepal tangan.
4. Faktor Predisposisi
a. Gangguan jiwa di masa lalu
Klien masuk rumah sakit tahun 2007 yang dibawa oleh ibunya, dengan
keluhan saat masuk klien suka memukul ibunya sendiri karena ia
melihat kalau ibunya itu seperti hantu, bicara ngawur, bingung, suka
mondar-mandir di kamar, selama 3 tahun klien dirawat di rumah sakit

42

jiwa sampai pada tahun 2010 kondisi klien membaik, sehingga ia di


pulangkan kepada keluarganya, namun setelah klien berada di rumah,
ia mengalami putus obat, sehingga pada tanggal 26 April 2011 klien
kembali dibawa ke rumah sakit jiwa karena sering marah-marah dan
bicara ngawur.
b. Pengobatan sebelumnya
Klien sudah mengkonsumsi obat sejak tahun 2007, jenisnya Diazepam
tab 2x1, Cpz (Chlorpromazin) tab 100 gram 3x1, Haloperidol 5 mg
3x1, THP (Trihexipenidil) 2 mg 3x1.
c. Klien pernah mengalami aniaya fisik, pada waktu masih SD ia sering
dicambuk oleh ayahnya, untuk anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa, itu tidak diketahui karena sampai dengan saat ini sudah
tidak ada satu pun anggota keluarganya yang datang mengunjungi
klien, sebab keluarganya sudah menolak atau tidak mau lagi menerima
klien.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda Tanda Vital
Tekanan Darah

: 100/70 mmHg

Nadi

: 76 x / menit

Respirasi

: 22 x / menit

Suhu Badan

: 36, 5

43

b. Ukur
Tinggi Badan

: 158 cm

Berat Badan

: 55 kg

c. Keluhan fisik
Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruhnya pulang
ke Bitung untuk beribadah, biasanya dalam sehari klien mendengar
suara-suara itu sebanyak tiga kali, perasaan klien disaat mendengar
suara-suara itu ia merasa senang, suara itu sering muncul pada siang
hari, dan suara-suara hanya didengar oleh klien saja ketika klien
sendirian.
6. Psikososial
a. Genogram

Keterangan

:
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien anak ke 2 dari 6 orang bersaudara

44

b. Konsep diri
1) Gambaran diri
Klien mengatakan bagian tubuh yang tidak ia sukai yaitu mata
karena matanya sering sakit.
2) Identitas diri
Klien dapat menyebutkan identitas dirinya seperti nama, umur, dan
alamat.
3) Peran
Di rumah : klien berperan sebagai anak ke dua dari enam orang
bersaudara.
Di rumah sakit : klien berperan sebagai seorang pasien yang
dirawat di ruangan kabela dan diberi tanggungjawab untuk selalu
memperhatikan kesehatannya supaya cepat sembuh.
4) Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh agar dapat berkumpul
dengan keluarganya.
5) Harga diri
Klien mengatakan malu kepada orang-orang mengenai kondisinya
sekarang dan ingin cepat sembuh.

45

c. Hubungan sosial
1) Orang terdekat
Klien mengatakan orang yang dekat dengan klien dan yang ia
kenal di ruangan kabela hanya C, sedangkan kalau di rumah orang
yang paling dekat dengan klien adalah ayah dan ibunya.
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien mengatakan kalau di ruangan ia sering mengikuti terapi
aktivitas kelompok yang dilaksanakan oleh para mahasiswa
praktek.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Hambatan klien dalam berhubungan dengan orang lain yaitu
karena klien merasa bahwa mereka adalah orang asing, sehingga
klien tidak mau bergaul dengan teman-temannya di ruangan.
d. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Klien beragama Kristen protestan dan meyakini bahwa Tuhan
Yesus adalah penolong dalam hidupnya.
2) Kegiatan ibadah
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit ia sering pergi ke
gereja pada setiap hari minggu, ia juga sering mengikuti kegiatan
ibadah yang dilaksanakan di rumah sakit.

46

7. Status mental
a. Penampilan
Rambut klien terlihat acak-acakan, gigi terlihat kuning dan tidak
bersih, cara berpakaian tidak rapih.
b. Pembicaraan
Pada saat sedang berbicara, cara bicara klien berpindah-pindah dari
satu kalimat ke kalimat lain yang tidak ada kaitannya (inkoheren).
c. Aktivitas motorik
Klien terlihat gelisah ketika sedang berbicara, senyum, tertawa dan
bicara sendiri, pergerakan mata yang cepat, menggerakan bibir tanpa
suara.
d. Alam perasaan
Klien merasa senang/gembira ketika ia mendengar suara-suara yang
menyuruhnya pulang ke Bitung untuk beribadah.
e. Afek
Tumpul : klien hanya bereaksi bila diberikan stimulus, contohnya pada
saat sedang berbicara klien baru akan berespon/menjawab ketika
dipanggil namanya.
f. Interaksi selama wawancara
Selama berwawancara kontak mata klien kurang/tidak mau menatap
lawan bicara.

47

g. Persepsi
Klien mengalami gangguan persepsi pendengaran yaitu sering
mendengar suara-suara yang menyuruh klien pulang ke Bitung untuk
beribadah, biasanya dalam sehari klien mendengar sebanyak tiga kali.
h. Proses pikir
Klien dapat menjawab pertanyaan yang diberikan, namun setelah
menjawab pertanyaan klien sering berbicara yang sudah meloncat ke
topik yang lain.
i. Isi pikir
Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha
menghilangkannya, contohnya saat dikaji isi pikir klien tentang suarasuara yang selalu ia dengar yaitu suara-suara yang menyuruhnya
pulang ke Bitung untuk beribadah.
j. Tingkat kesadaran
Klien terlihat tampak bingung, namun klien dapat mengerti semua
yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
k. Memori
1) Gangguan daya ingat jangka panjang : klien tidak dapat mengingat
dan menyebutkan tempat tanggal lahir.
2) Ganguan daya ingat jangka pendek : klien tidak mampu mengingat
nama perawat yang sedang berbicara dengannya, ia sering
menanyakan
sebelumnya.

berulang-ulang,

meski

sudah

diberitahukan

48

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung


1) Klien kurang mampu berkonsentrasi, ia selalu meminta agar
pertanyaannya diulang kembali.
2) Klien mampu berhitung, namun ia hanya mampu bila masih
pengurangan dan penjumlahan yang angkanya kecil-kecil.
m. Kemampuan penilaian
Gangguan kemampuan penilaian ringan : klien dapat mengambil
keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain, contohnya klien
dapat mengambil keputusan untuk mandi dulu baru kemudian makan.
n. Daya tilik diri
Klien menyadari bahwa dirinya sedang sakit dan ia saat ini berada di
rumah sakit Ratumbuysang.
8. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
Frekuensi makan 3 kali sehari, dengan menu makanan yang diberikan
di rumah sakit yaitu : nasi, ikan, sayur, dan buah, klien dapat makan
sendiri tanpa ada bantuan dari orang lain, namun klien belum mampu
menyiapkan membersihkan alat makan.
b. BAB/BAK
Saat dikaji klien tidak memiliki kesulitan dalam BAB/BAK, mampu
membersihkan diri dan merapihkan pakaian setelah BAB/BAK dengan
sendiri tanpa ada bantuan orang lain, klien BAB dua kali sehari,
sedangkan BAK sehari bisa sampai 4-5 kali.

49

c. Mandi
Klien mandi, mencuci rambut dan menyikat gigi dua kali sehari, dan
dilakukan sendiri oleh klien, namun harus ada arahan/perintah dari
perawat.
d. Berpakaian/berhias
Klien dapat mengganti pakaian dan menyisir rambut serta mampu
memakai baju yang diberikan sendiri tanpa ada bantuan dari orang
lain, dalam sehari klien mengganti pakaian 2 kali.
e. Istirahat dan tidur
Klien tidur siang hanya satu jam saja mulai dari pukul 14.00-15.00 dan
tidur malam selama 9 jam mulai dari pukul 21.00-06.00, sebelum tidur
klien tidak pernah menyikat gigi. Setelah bangun tidur pagi klien
mampu merapikan tempat tidurnya sendiri, makan pagi dan mandi.
f. Penggunaan obat
Klien mengatakan selama di rumah sakit ia minum obat secara teratur.
Jenis obatnya : Chlorpromazin (Cpz) tab 100 gram 3x1 gunanya untuk
menghilangkan suara-suara, Haloperidol (HP) 5 mg 3x1 untuk pikiran
biar tenang, Trihexipenidil (THP) 2 mg 3x1 untuk rileks dan tidak
kaku, obat-obat tersebut semuanya di minum lewat oral/mulut, klien
sudah tidak minum obat diazepam lagi karena ia sudah tidak kejangkejang.

50

g. Pemeliharaan kesehatan
Saat dikaji terdapat gatal-gatal pada bagian tangan dan kaki, klien
mengatakan ia sudah pernah di bawa oleh perawat di ruangan berobat
kepada dokter, namun belum lagi sembuh-sembuh sampai sekarang.
h. Kegiatan di ruangan
Klien mampu merapihkan tempat tidur, menyapu, mengepel, mencuci
pakaian serta makan dan minum sendiri tanpa bantuan orang lain.
i. Kegiatan di luar rumah
Klien belum mampu untuk belanja keperluan sehari-hari, klien hanya
mampu melakukan perjalanan mandiri dengan jalan kaki dan
menggunakan kendaraan umum.
9. Mekanisme koping
Klien mampu berbicara dengan orang lain hanya saja reaksi klien lambat,
klien akan berespon bila diberi stimulus.
10. Masalah psikososial dan lingkungan
Klien mengalami masalah dengan keluarganya yaitu mengalami penolakan
dari keluarganya sendiri, keluarga klien sudah tidak mau menerima klien
lagi karena kondisinya sekarang yang mengalami gangguan jiwa.
11. Kurang pengetahuan
Klien belum dapat membedakan suara-suara yang ia dengar, apakah suarasuara itu nyata atau tidak nyata sehingga klien sering senyum, tertawa dan
bicara sendiri saat mendengar suara-suara yang sebenarnya tidak ada
wujudnya.

51

12. Aspek medik


Diagnosa medik

: Skizofrenia Paranoid

Terapi medik

a. Trihexipenidil (THP) 2 mg 3x1 tab


b. Chlorpromazin (Cpz) tab 100 gram 3x1 tab
c. Haloperidol (HP) 5 mg 3x1 tab

52

13. Analisa data


No
1.

2.

3.

Data
Subjektif/Objektif

DS :
- Saat dikaji klien mengatakan mendengar suarasuara yang menyuruhnya pulang ke Bitung untuk
beribadah.
- Biasanya dalam sehari klien mendengar suarasuara itu sebanyak tiga kali.
- Perasaan klien disaat mendengar suara-suara itu
ia merasa senang.
- Suara itu sering muncul pada siang hari,
- Suara-suara hanya didengar oleh klien saja
ketika klien sendirian
DO :
- Klien bicara, senyum dan tertawa sendiri
- Klien suka memandang ke kiri dan ke kanan
- Klien tidak dapat membedakan yang nyata dan
tidak nyata
- Klien menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan
mata yang cepat, respon verbal yang lambat
DS :
- Klien mengatakan orang yang dekat dengan
klien dan yang ia kenal di ruangan kabela hanya
C, sedangkan kalau di rumah orang yang paling
dekat dengan klien adalah ayah dan ibunya
DO :
- Klien kurang bergaul dengan teman-teman yang
ada diruangan
- Kontak mata klien kurang
- Afek klien tumpul
- Ekspresi wajah klien kurang berseri
DS :
- Klien mengatakan sering memukul temantemannya di ruangan, jika mereka pelit
kepadanya
DO :
- Klien nampak tegang
- Kadang klien jalan mondar.mandir dan mengepal
tangan.

Masalah
Halusinasi
pendengaran

Isolasi Sosial

Perilaku kekerasan

53

14. Masalah keperawatan


a. Isolasi Sosial
b. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
c. Resiko Perilaku Kekerasan (Pada diri sendiri, orang lain, lingkungan
dan verbal)
15. Pohon masalah
Resiko perilaku kekerasan (diri sendiri,
orang lain, lingkungan, dan verbal)
Effect / dampak

Gangguan persepsi sensori :


Halusinasi
Care problem / masalah

Isolasi sosial
Causa / penyebab

B. Diagnosa keperawatan
Halusinasi Pendengaran

35

C. Intervensi keperawatan pada klien dengan Halusinasi Pendengaran


Tanggal

Diagnosa
keperawatan

Tanggal
Halusinasi
08 Juni pendengaran
2015

Perencanaan

Intervensi

Tujuan
Kriteria Evaluasi
1. Klien
dapat 1. Ekspresi wajah SPI. P :
membina
bersahabat,
1. Bina hubungan saling percaya
hubungan saling
menunjukan rasa
dengan
mengungkapkan
percaya
senang,
ada
prinsip komunikasi terapeutik:
kontak
mata,
a. Sapa klien dengan ramah
mau
berjabat
baik
verbal
maupun
tangan,
mau
nonverbal
menyebutkan
b. Perkenalkan diri dengan
nama,
mau
sopan
menjawab salam,
c. Tanyakan nama lengkap
klien mau duduk
klien dan nama panggilan
berdampingan
klien yang disukai klien
dengan perawat,
d. Jelaskan tujuan pertemuan
mau
e. Tanyakan tentang perasaan
mengutarakan
klien
masalah
yang
f. Tanyakan apakah klien
dihadapi.
sering mendengar suarasuara
g. Kontrak waktu dengan klien
(tempat dan jam
pertemuan).

Rasional
Hubungan
saling
percaya
merupakan
dasar untuk kelancaran
hubungan
interaksi
selanjutnya

36

2. Klien
dapat 2. Klien
dapat 2. Bantu
klien
mengenali Mengenal halusinasi
mengenali
menyebutkan isi
halusinasinya :
memungkinkan klien
halusinasi-nya
halusinasi,
a. Apakah ada suara-suara untuk menghindarkan
waktu, frekuensi,
yang didengar ?
faktor
pencetus
situasi
yang
b. Apa yang dikatakan ?
timbulnya halusinasi
dapat
menimbulkan
c. Diskusikan dengan klien Dengan
mengetahui
halusinasi,
tentang waktu terjadinya waktu,
isi
dan
perasaan
klien
halusinasi
frekuensi munculnya
terhadap
d. Diskusikan dengan klien halusinasi
halusinasi,
mengenai
frekuensi mempermudah
respon
klien
timbulnya halusinasi
tindakan keperawatan
terhadap
e. Diskusikan dengan klien klien
yang
akan
halusinasi.
tentang situasi yang dapat dilakukan perawat
menimbulkan halusinasi
f. Diskusikan dengan klien Untuk
apa yang dirasakan jika mengidentifikasi
terjadi halusinasi
pengaruh
halusinasi
klien.
g. Identifikasi mengenai cara Upaya
untuk
yang dilakukan klien jika memutuskan
siklus
terjadi halusinasi
halusinasi
sehingga
halusinasi
tidak
berlanjut

37

3. Klien
dapat 3. Diskusikan cara baru untuk
memilih
cara
memutus atau mengontrol
mengatasi
halusinasi, ada 4 cara untuk
halusinasi seperti
mengontrol halusinasi yaitu :
yang
telah
a. Menghardik halusinasi
didiskusikan
b. Bercakap-cakap
dengan
dengan klien.
orang lain
c. Melaksanakan
aktivitas
terjadwal
d. Menggunakan obat secara
teratur

Memberikan alternatif
pilihan bagi klien
untuk
mengontrol
halusinasi

4. Bantu klien memilih dan


melatih secara bertahap mulai
dari SPI. P untuk mengontrol
halusinasi.

Memotifasi
dapat
meningkatkan kegiatan
klien untuk mencoba
memilih salah satu
cara
mengendalikan
halusinasi dan dapat
meningkatkan
harga
diri klien.

SP2. P :
Agar perawat dapat
1. Evaluasi jadwal harian klien mengetahui tinagakat
pada SPI. P
parkembangan klien.
2. Latih klien mengendalikan Supaya ketika klien
halusinasi
dengan
cara mulai mendengar
bercakap-cakap dengan orang suara-suara, ia

38

lain

langsung mencari
teman lain untuk
berbicara dengannya

3. Anjurkan klien memasukan ke Untuk


memudahkan
dalam jadwal kegiatan harian agar
klien
dapat
mengingat
kegiatan
hariannya.
SP3. P :
Agar perawat dapat
1. Evaluasi jadwal kegiatan mengetahui
tingkat
harian klien pada SP2. P
perkembangan klien.
2. Latih klien mengendalikan Dengan
melakukan
halusinasi
dengan
cara banyak kegiatan, klien
melakukan kegiatan
akan tidak mudah
untuk berhalusinasi.
3. Anjurkan klien memasukan Untuk
memudahkan
kedalam jadwal kegiatan agar
klien
dapat
harian
mengingat
kegiatan
hariannya
SP4. P :
Agar perawat dapat
1. Evaluasi jadwal kegiatan mengetahui
tingkat
harian klien pada SP3. P
perkembangan klien.

39

2. Berikan
penkes
penggunaan
obat
teratur

tentang Dengan minum obat


secara secara teratur klien
dapat cepat sembuh

3. Anjurkan klien memasukan Untuk


memudahkan
kedalam jadwal kegiatan agar
klien
dapat
harian.
mengingat
kegiatan
hariannya.

40

D. Implementasi dan Evaluasi pada klien Halusinasi Pendengaran


Hari / tanggal
Senin, 08 Juni
2015
Jam 10.00 10.05 Wita

Diagnosa
keperawatan
Halusinasi
Pendengaran
SP
Menghardik

Implementasi

Evaluasi

Membina hubungan saling percaya S :


dengan
mengungkapkan
prinsip
- Klien mengatakan ia
komunikasi terapeutik :
merasa senang saat
Orientasi
mendengar suara-suara
P : Selamat pagi Nona ?
yang
menyuruhnya
pulang ke Bitung untuk
K : Pagi juga suster.
beribadah.
P : Perkenalkan nama saya Seklifice
- Klien
mengatakan
Bitjoli, saya biasa dipanggil fice.
suara-suara itu sering
Saya dari Akademi Keperawatan
muncul pada siang
Metuari Waya, datang ke sini untuk
hari.
merawat Nona selama tiga hari.
- Klien
mengatakan
K : Ooh, iya suster.
sehari,
klien
mendengar suara itu
P : Kalau suster boleh tahu Nona
sebanyak tiga kali.
namanya siapa ?
Klien
juga
K : Nama saya Na. J. W
mengatakan,
klien
P : Na. J. W senangnya dipanggil apa ?
mendengar suara itu
K : Saya suka dipanggil Na. J.
ketika klien hanya
P : Bagaimana perasaan Na. J. hari
sendirian.
ini ?
O:
K : Baik suster.
- Ekspresi wajah klien
tampak bersahabat dan
P : Saya dengar, Na. J. sering
menunjukan
rasa
mendengar suara-suara ?

41

K : Iya suster.
P : Bagaimana kalau sekarang kita
berbincang-bincang
tentang
suara-suara yang sering Na. J.
dengar ?
K : Ooh, iya suster.
P : Boleh 10 menit ? di sini saja ya
kita bercerita ?
K : Iya suster.
10.05 10.15
Wita

senang.
- Kontak mata klien
masih kurang.
- Klien mau berjabat
tangan.
- Klien
mau
menyebutkan nama dan
mau menjawab salam.
- Klien dapat melakukan
cara menghardik

A : Intervensi berhasil
Kerja
P : Tadi kan Na. J. katakan sering P : Lanjutkan SP bercakapmendengar suara-suara, apa yang
cakap dengan orang
dikatakan
oleh
suara-suara
lain.
tersebut ?
K : Suara-suara itu menyuruh saya
pulang
ke
Bitung
untuk
beribadah
P
: Kapan suara-suara itu sering
muncul ?
K : siang, suster.
P : Biasanya berapa kali dalam sehari
Na. J. mendengar suara itu ?
K : Tiga kali, suster.

42

P : Pada saat Na. J. sedang buat apa


lalu mendengar suara-suara itu ?
K : Pada saat saya sendiri suster dan
hanya saya saja yang mendengar
suara-suara itu.
P : Apa yang Na. J. rasakan pada saat
mendengar suara-suara tersebut ?
K : senang suster.
P : Apa yang Na. J. lakukan ketika
halusinasi itu timbul ?
K : saya berdoa suster.
P : Ooh iya, itu juga cara yang bagus.
tapi suster tidak mendengar
suara-suara yang Na. J dengar,
jadi itulah yang dinamakan
dengan halusinasi pendengaran,
karena hanya Na. J saja yang
mendengar suara itu, tapi orang
lain tidak mendengar. Ada
beberapa cara lain untuk
mengontrol suara-suara yang Na.
J dengar yaitu :
1. Menghardik
2. Bercakap-cakap dengan orang

43

lain
3. Melaksanakan
aktivitas
terjadwal
4. Menggunakan obat secara
teratur
Bagaimana kalau sekarang kita
belajar dulu cara yang pertama
yaitu dengan cara menghardik
halusinasi ?
K : Ooh iya suster.
P : Caranya yaitu begini rapatkan
kedua jari-jari tangan, kemudian
tutup kedua telinga dan katakan
pergi, pergi saya tidak mau
dengar suara itu palsu , lakukan
itu berulang-ulang kali sampai
suara-suara itu hilang. Coba
sekarang Na. J. peragakan seperti
tadi yang suster lakukan ?
K : rapatkan kedua jari-jari tangan,
kemudian tutup kedua telinga
dan katakan pergi (3 x) saya
tidak mau dengar suara itu palsu
P : iya bagus, Na. J. sudah mampu

44

10.15 10.25
Wita

melakukan, cara menghardik


dengan baik.
Terminasi
P : Bagaimana perasaan Na. J. setelah
tadi kita sudah latihan tentang
cara menghardik halusinasi ?
K : Saya merasa senang suster.
P : Ooh iya, kalau suara-suara itu
muncul lagi Na. J. langsung
melakukan cara tadi yang suster
ajarkan ya..!!! Boleh besok kita
bertemu lagi untuk belajar dan
latihan cara yang kedua yaitu
bercakap-cakap dengan orang
lain ?. Boleh jam 11.00 Wita
siang besok ? tempat ini lagi ya.
K : Iya suster.
P : Baiklah, sampai jumpa besok,
terimah kasih.

45

Selasa, 09 Juni Halusinasi


Pendengaran
2015
SP BercakapJam 09.00
cakap dengan
09. 05 Wita
orang lain.

S:
Orientasi
- Klien
mengatakan
P : Selamat siang Na. J. bagaimana
suara-suara itu mulai
perasaan hari ini ?
berkurang, ketika klien
K : Siang juga suster, baik.
melakukan
cara
P : Apakah suara-suara itu masih
menghardik.
muncul lagi ?
- Klien
mengatakan
K : Iya masih suster.
perasaan klien terasa
tenang setelah kemarin
P : Apakah disaat suara-suara itu
klien melakukan cara
muncul Na. J telah melakukan cara
menghardik.
menghardik yang telah kita belajar
kemarin ?
O:
K : Iya sudah suster.
- Kontak mata klien ada.
P : Lalu apakah suara-suara itu
- Klien
mampu
berkurang ?
mengingat cara yang
kemarin telah dilatih
K : Iaya suster sudah berkurang.
yaitu menghardik.
P : Apakah Na. J masih ingat cara
- Klien
mampu
menghardik yang telah kita belajar
memperagakan
cara
kemarin ?
menghardik.
K : Iya suster.
- Klien dapat melakukan
P : Coba Na. J. peragakan cara
cara
mengontrol
halusinasi
bercakapmenghardik yang kemarin kita
cakap
dengan
orang
telah latihan.
lain.
K : rapatkan kedua jari-jari tangan,
A : Intervensi berhasil
kemudian tutup kedua telinga dan

46

katakan pergi (3 x) saya tidak P: Lanjutkan SP melakukan


aktivitas terjadwal.
mau dengar suara itu palsu
P : Iya bagus. Sesuai dengan janji
kita yang kemarin, hari ini kita
akan belajar cara yang kedua untuk
mengontrol
halusinasi
yaitu
dengan
cara
bercakap-cakap
dengan orang lain. Boleh 10 menit
kita bercerita ? disini saja ya ?
K : iya suster.

09.05 09.15
Wita

Kerja
P : Cara kedua untuk mengontrol
halusinasi adalah bercakap-cakap
dengan orang lain, jadi kalau Na. J.
mulai mendengar suara-suara langsung
saja cari teman untuk diajak bicara.
Contohnya begini saya mulai dengar
suara-suara, ayo bicara dengan saya .
Coba sekarang Na. J. peragakan
seperti tadi yang suster ajarkan.
K : saya mulai dengar suara-suara,
ayo bicara dengan saya .
P : iya bagus, dilatih terus ya Na. J.

47

09.15 09.20
Wita

Terminasi
P : Bagaimana perasaan Na. J. setelah
tadi kita sudah latihan cara yang
kedua ?
K : perasaan saya mulai senang
suster.
P : Jadi sudah ada berapa cara yang
Na. J. latihan untuk mengontrol
halusinasi ?
K : Sudah dua cara suster, cara
menghardik dan bercakap-cakap
dengan orang lain.
P : Iya bagus, jadi kalau disaat Na. J.
mendengar suara-suara, langsung
saja dilakukan kedua cara
tersebut.
K : Iya suster.
P : Sebentar boleh kita bertemu lagi ?
untuk belajar cara yang ketiga
yaitu dengan melakukan aktivitas
terjadwal.
Bagaimana
kalau
setelah makan siang, jam 13. 00,
boleh selama 20 menit ? di tempat
ini lagi ya..!!

48

Halusinasi
Pendengaran
SP Melakukan
aktifitas
terjadwal.

Selasa, 09 Juni
2015
Jam 13.00
13. 05

K : Iya suster.
P : kalau begitu sampai disini dulu,
dan terimah kasih.

S:
Orientasi
- Klien
mengatakan
P : Selamat siang Na. J ?
suara-suara yang ia
K : Siang juga suster.
dengar
mulai
P
: Apakah suara-suara masih
berkurang.
- Klien mengatakan telah
terdengar ?
melakukan kedua cara
K : Iya masih suster.
yang
telah
dilatih
P
:
Lalu apakah Na. J telah
sebelumnya, yaitu cara
menggunakan dua cara yang
menghardik
dan
telah kita pelajari ?
bercakap-cakap dengan
K : Sudah suster.
orang lain
P : Bagaimana hasilnya ?
O:
- Klien
mampu
K : Suara-suaranya mulai berkurang
mengingat cara yang
suster.
dilatih
sebelumnya
P : Oh iya bagus, sesuai dengan janji
yaitu menghardik dan
kita tadi, sekarang kita akan
bercakap-cakap dengan
belajar
cara
mengontrol
orang lain.
halusinasi yang ketiga yaitu
- Klien
mampu

49

dengan melakukan aktivitas


terjadwal. Boleh kita berbicara
selama 10 menit ? di sini saja ya
kita bercerita.
K : Iya suster.

13.05 13.15
Wita

memperagakan ulang
cara
bercakap-cakap
dengan orang lain.
- Kontak mata klien ada.
- Klien
mampu
menyebutkan
dan
memperagakan
kegiatan
hariannya
yaitu menyapu lantai.

Kerja
P : Biasanya dalam sehari mulai dari
pagi sampai malam kegiatan apa- A : Intervensi berhasil
apa saja yang Na. J sering
P : Lanjutkan SP minum
kerjakan ?
obat secara teratur.
K : Saya bangun pagi jam 06. 00
suster, membantu membersihkan
ruangan seperti menyapu lantai,
sesudah
itu
mandi
pagi,
kemudian jam 7 sarapan pagi,
lalu setelah itu bercerita-cerita
dengan mahasiswa yang sedang
praktek, kemudian jam 12. 00
makan siang, setelah itu tidur
siang, setelah bangun tidur jam
15. 00, saya bercerita-cerita lagi
dengan teman-teman diruangan,

50

K
P

K
13.15 13.25
Wita

terus jam 17.00 saya mandi, dan


jam 18. 00 sore makan malam.
: Ooh iya, banyak sekali ya
kegiatan Na. J, mari kita latih
dulu salah satu dari kegiatan itu ?
misalnya yang menyapu lantai,
jadi begini caranya, coba Na. J
peragakan seperti yang suster
lakukan tadi ?
: Iya suster.
: Bagus, Na. J sudah mampu
melakukan cara menyapu lantai
dengan baik. Kegiatan ini dapat
Na. J lakukan jika suara-suara itu
mulai muncul.
: Iya suster.

Terminasi
P : Bagaimana perasaan Na. J setelah
tadi kita telah berlatih cara yang
ketiga
untuk
mengontrol
halusinasi ?
K : Saya merasa suara-suara itu mulai
berkurang.

51

P : Ooh, iya bagus. Masih ada satu


cara lagi untuk mengontrol agar
suara-suara itu tidak muncul lagi
yaitu dengan minum obat secara
teratur. Baimana kalau besok kita
bertemu lagi, sebelum makan
siang Jam 11. 30 untuk
membahas mengenai cara minum
obat yang baik dan benar, serta
guna dari obat tersebut. Boleh
selama 20 menit ? di tempat ini
lagi ya.
K : Iya suster.
P : Baiklah, kalau begitu sampai
jumpa besok dan terimah kasih.
Rabu, 10 Juni
2015
Jam 11. 30
11. 40

Halusinasi
Pendengaran
SP
Minum
obat
secara
teratur.

S:
Orientasi
- Klien
mengatakan
P : Selamat siang Na. J, bagaimana
suara
yang
perasaan Na. J hari ini ?
menyuruhnya pulang
K : Siang juga Suster, kabar baik.
ke
Bitung
untuk
P : Apakah Na. J sudah melakukan
beribadah berkurang.
- Klien mengatakan ,
tiga cara yang telah saya ajarkan
klien merasa tenang
?
setelah minum obat.
K : Iya sudah suster.
- Klien
juga

52

11. 40 12. 00
Wita

mengatakan,
klien
P : Tadi pagi apakah Na. J sudah
merasa
senang
karena
minum obat ?
klien dapat mengetahui
K : Sudah suster.
cara minum obat yang
P : Baiklah, sesuai dengan janji kita
benar dan kegunaan
kemarin hari ini kita akan
dari obat yang ia
membahas mengenai cara minum
minum.
obat yang baik dan benar, serta O :
guna dari obat tersebut. Boleh
- Kontak mata klien ada
- Klien
dapat
selama
20
menit
sambil
menyebutkan 4 cara
menunggu makan siang ? di sini
yang telah dilatih yaitu
saja ya kita bercerita.
menghardik, bercakapK : Iya boleh suster.
cakap dengan orang
lain,
melakukan
Kerja
aktivitas terjadwal, dan
P : Apakah setelah minum obat
minum obat dengan
teratur.
secara teratur, suara-suara yang
Klien
mampu
sering muncul itu berkurang ?
menunjukan
dan
K : Iya suster suaranya berkurang dan
menyebutkan jenis obat
saya juga merasa tenang setelah
A : Intervensi berhasil
minum obat.
P : Iya minum obat itu sangat penting P : Berikan motivasi pada
klien
untuk
selalu
supaya suara-suara yang Na. J
minum
obat
secara
dengar selama ini tidak muncul
teratur, agar supaya
lagi. Ada berapa macam obat
klien cepat sembuh.

53

K
P

K
P

yang Na. J minum ?


: ada 3 macam suster.
: Ini yang warna orange (CPZ) 3
kali sehari jam 7 pagi, jam 1
siang dan jam 7 malam gunanya
untuk menghilangkan suarasuara. Ini yang putih (THP)3 kali
sehari jam nya sama gunanya
untuk rileks dan tidak kaku.
Sedangkan
yang
merah
jambu (HP) 3 kali sehari jam
nya sama gunanya untuk pikiran
biar tenang.
: Iya suster.
: Kalau suara-suara sudah hilang
obatnya tidak boleh diberhentikan.
Nanti konsultasikan dengan dokter,
sebab kalau putus obat, Na. J akan
kambuh
dan
sulit
untuk
mengembalikan
ke
keadaan
semula. Kalau obat habis Na. J
bisa minta ke dokter untuk
mendapatkan obat lagi. Na. J juga
harus teliti saat menggunakan

54

obat-obatan ini. Pastikan obatnya


benar, artinya Na. J harus
memastikan bahwa itu obat yang
benar-benar punya Na. J jangan
keliru dengan obat milik orang
lain. Baca nama kemasannya.
Pastikan obat diminum pada
waktunya, dengan cara yang benar.
Yaitu diminum sesudah makan dan
tepat jamnya bapak juga harus
perhatikan berapa jumlah obat
sekali minum, dan harus cukup
minum 10 gelas per hari.
K : Iya suster.
12. 00 12. 15
Wita

Terminasi
P : Bagaimana perasaan Na. J setelah
tadi kita telah bercerita tentang
cara minum obat yang baik dan
benar ?
K : Saya merasa senang terlebih lagi
bisa mengetahui cara minum obat
yang benar, serta saya juga
mengetahui kegunanaan dari obat-

55

obat yang saya minum suster.


P : Iya, jadi coba Na. J sebutkan
sudah berapa cara yang sudah kita
belajar
untuk
mengontrol
halusinasi ?
K : Menghardik halusinasi, bercakapcakap dengan teman/orang lain,
melakukan aktivitas terjadwal, dan
minum obat secara teratur.
P : Iya betul, jadi setiap kali suarasuara itu muncul Na. J jangan lupa
lakukan 4 cara yang sudah kita
latihan ya. Dan minum obat secara
teratur, supaya Na. J cepat sembuh
dan bisa bertemu lagi dengan
keluarga.
Kalau begitu sampai disini dulu,
semoga Na. J cepat sembuh dan
terimah kasih.

70

BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori dan
praktek yang diperoleh dari asuhan keperawatan klien Na. J. W selama tiga hari
mulai tanggal 08 10 Juni 2015 dengan masalah utama halusinasi pendengaran di
ruangan Kabela RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara.
A. Pengakajian
Dari pengakajian yang telah dilakukan terdapat kesenjangan antara teori dan
praktek, hal-hal yang tidak ditemukan pada klien Na. J. W berdasarkan dengan
tanda dan gejala dari halusinasi pendengaran yang terdapat pada teori menurut
Prabowo, 2014 adalah :
1. Ekspresi muka klien tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah
2. Klien tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton
3. Curiga, bermusuhan, bertindak merusak, takut (diri sendiri, orang lain dan
lingkungan)
4. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah
Pada tanggal 08 09 Juni 2015 telah dilaksanakan asuhan keperawatan pada
klien di ruangan Kabela RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi
Utara. Pada teori dan praktek ditemukan klien dengan halusinasi :
Data subjektif

Klien

mengatakan

mendengar

suara-suara

yang

menyuruhnya pulang ke Bitung untuk beribadah, biasanya sehari klien mendengar


suara-suara itu sebanyak tiga kali, perasaan klien disaat mendengar suara-suara itu

71

ia merasa senang. Suara itu sering muncul pada siang hari, dan suara-suara itu
hanya klien saja yang dengar ketika ia hanya sendiri.
Data objektif :
k. Kontak mata klien kurang
l. Klien bicara, senyum dan tertawa sendiri
m. Klien suka memandang ke kiri dan ke kanan
n. Klien tampak gelisah
o. Klien menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,
respon verbal lambat.
p. Klien kurang bergaul dengan teman-teman yang ada diruangan
q. Kontak mata klien kurang
r. Afek klien tumpul
s. Ekspresi wajah klien kurang berseri
t. Klien nampak tegang
u. Kadang klien jalan mondar-mandir dan mengepal tangan.
Berdasarkan data-data yang ditemukan diatas sesuai dengan tanda dan gejala
halusinasi menurut teori.
B. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan dalam konsep teori terdapat satu diagnosa keperawatan yaitu
halusinasi pendengaran, ketika praktek ditemukan sama juga klien dengan
halusinasi pendengaran.

72

C. Intervensi
Intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan teori yaitu ada
strategi pelaksanaan klien dan strategi pelaksanaan keluarga.
D. Implementasi
Terdapat kesenjangan antara teori dan praktek yaitu pada teori ada terdapat
SP untuk keluarga, namun pada saat pelaksanaan praktek SP keluarga tidak
dilakukan, sebab klien sudah tidak diterima lagi oleh keluarganya, sehingga
sudah tidak ada lagi anggota keluarga yang datang mengunjungi klien di
rumah sakit.
Pada prinsipnya tindakan keperawatan dilaksanaan sesuai dengan intervensi
yang telah direncanakan, ditambah lagi dengan adanya faktor pendukung
yang cukup baik seperti lingkungan rumah sakit dan kemauan klien untuk
melaksanakan rencana asuhan keperawatan yaitu mulai dari SPI menghardik,
SP2 bercakap-cakap dengan orang lain, SP3 melakukan aktivitas terjadwal
dan SP4 minum obat secara teratur
E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan bertujuan khusus untuk klien dan sekaligus memantau
kemajuan yang telah dicapai oleh klien. Evaluasi berorientasi di khususkan
pada klien. Hasil evaluasi setelah 3 hari dilakukan pengkajian yaitu untuk
diagnosa keperawatan halusinasi pendengaran :
SPI. P

: Klien dapat membina hubungan saling percaya, kontak mata


klien kurang dan klien dapat melakukan cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik.

73

SP2. P : Klien dapat melakukan cara mengontrol halusinasi bercakapcakap dengan orang lain.
SP3. P : Klien mampu menyebutkan dan memperagakan kegiatan
hariannya yaitu menyapu lantai, kontak mata klien ada.
SP4. P : Kontak mata klien ada, klien mampu menunjukan dan
menyebutkan jenis obat.

74

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan jiwa pada klien Na. J. W dengan
masalah utama halusinasi pendengaran selama 3 hari, terhitung mulai tanggal 08
10 Juni 2015 di ruangan Kabela RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi
Sulawesi Utara. Didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Penerapan asuhan keperawatan kepada klien Na. J. W yang dilaksanakan
selama 3 hari yaitu
Data subjektif :

Klien

mengatakan

mendengar

suara-suara

yang

menyuruhnya pulang ke Bitung untuk beribadah, biasanya sehari klien


mendengar suara-suara itu sebanyak tiga kali, perasaan klien disaat mendengar
suara-suara itu ia merasa senang. Suara itu sering muncul pada siang hari, dan
suara-suara itu hanya klien saja yang dengar ketika ia hanya sendiri.
Data objektif : Klien bicara, senyum dan tertawa sendiri, klien suka
memandang ke kiri dan ke kanan, klien tampak gelisah, klien menggerakan
bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal lambat, klien
kurang bergaul dengan teman-teman yang ada diruangan, kontak mata klien
kurang, afek klien tumpul, ekspresi wajah klien kurang berseri, klien nampak
tegang, kadang klien jalan mondar-mandir dan mengepal tangan.

75

Dari data tersebut maka diangkat satu diagnosa yaitu halusinasi pendengaran.
Interaksi disusun berdasarkan pada teori. Pada pelaksanaan SP klien dapat
membina hubungan saling percaya dan mampu melakukan 4 cara mengontrol
halusinasi yaitu menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain,
melakukan aktivitas terjadwal dan minum obat secara teratur.
2. Ada kesenjangan antara teori dan praktek yaitu pada pengkajian terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek, hal-hal yang tidak ditemukan pada klien
Na. J. W berdasarkan dengan tanda dan gejala dari halusinasi pendengaran
yang terdapat pada teori menurut Prabowo, 2014 adalah :
a. Ekspresi muka klien tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah
b. Klien tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton
c. Curiga, bermusuhan, bertindak merusak, takut (diri sendiri, orang lain dan
lingkungan)
d. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah
Sedangkan kesenjangan pada implementasi yaitu pada teori terdapat SP untuk
keluarga, namun setelah dipraktek SP keluarga tidak dilakukan, sebab klien
sudah tidak diterima lagi oleh keluarganya, sehingga sudah tidak ada lagi
anggota keluarga yang datang mengunjungi klien di rumah sakit.
3. Faktor penunjang dan penghambat
a. Faktor penunjang
Ada pun faktor penunjang yang penulis jumpai selama melakukan asuhan
keperawatan adalah sikap klien sendiri yang sangat kooperatif terutama
dalam

memberikan

data-data

yang

berhubungan

dengan

asuhan

76

keperawatan yang diberikan, serta kerja sama antara tim kesehatan yang
ada di ruangan Kabela RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi
Sulawesi Utara.
b. Faktor penghambat
Ada masalah yang penulis jumpai selama melaksanakan asuhan
keperawatan adalah klien susah diajak untuk fokus pada pembicaraan,
sehingga saat pelaksanan SP diberikan klien sering mengalikan
pembicaraan ke hal-hal yang lain.
B. Saran
4. Bagi institusi pendidikan
Hasil penulisan ini diharapkan menjadi masukan serta meningkatkan
wawasan pengetahuan

pembaca dan sebagai

tambahan referensi

kepustakaan di Akper Metuari Waya Manado dalam penulisan lebih lanjut


di bidang keperawatan
5. Profesi keperawatan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan setelah dilakukan
asuhan keperawatan jiwa dengan halusinasi pendengaran.
6. Bagi penulis
c. Menambah ilmu dan pengalaman, dalam mengkaji permasalahan
tentang asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan halusinasi
pendengaran serta untuk mengimplementasikan ilmu yang diperoleh
dari institusi terlebih dalam keperawatan jiwa pada klien dengan
halusinasi pendengaran.

77

d. Hasil penulisan ini diharapkan menjadi masukan dalam meningkatkan


kegiatan-kegiatan

atau

halusinasi pendengaran.

pendidikan

kesehatan

tentang

kejadian

78

DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, Mukhripah. Iskandar. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jilid
2. Bandung: PT Refika Aditama
Onibala, dkk. 2015. JurKep Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Pada pasien
Halusinasi Di RSJ. Prof.DR.V.L Ratumbuysang.Sulut. 24 Mei 2015
Prabowo, Eko. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jilid
I. Yogyakarta: Nuha Medika
Prabowo, Eko. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jilid I. Yogyakarta:
Nuha Medika
Riskesdes. 2014. Penderita Gangguan Jiwa Di Indonesia. 24 Mei 2015
Sulaemana Engkeng, Muslina.2013. Faktor Presipitasi Yang Berhubungan
Dengan Timbulnya Halusinasi Di BPRS. Makasar. 24 Mei 2015.
Rekamedik pasien dengan no. register 8236 di ruangan Kabela Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara.

Anda mungkin juga menyukai