Asuhan Keperawatan Jiwa Pda Na. J. W Dengan Halusinasi Pende
Asuhan Keperawatan Jiwa Pda Na. J. W Dengan Halusinasi Pende
Asuhan Keperawatan Jiwa Pda Na. J. W Dengan Halusinasi Pende
W DENGAN
HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANGAN KABELA
RSJ. Prof. Dr. V. L. RATUMBUYSANG
PROVINSI SULAWESI UTARA
Diajukan Oleh :
SEKLIFICE BITJOLI
NIM : 012056
Kepada
AKADEMI KEPERAWATAN METUARI WAYA
MANADO
2015
1
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Karya tulis ilmiah ini asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar
Ahli Madya Keperawatan, baik di Akper Metuari Waya Manado maupun di
institusi D-III lainnya.
2. Karya tulis ilmiah murni gagasan, rumusan dan kerja saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain kecuali arahan tim pembimbing dan tim penyaji.
3. Dalam karya tulis ilmiah ini tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesunggunya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, saya
bersedia untuk menerima sanksi akademi dan sanksi lainnya sesuai yang
berlaku di institusi ini.
SEKLIFICE BITJOLI
NIM : 012056
LEMBAR PERSETUJUAN
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN Na. J. W DENGAN
HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANGAN KABELA
RSJ. Prof. Dr. V. L. RATUMBUYSANG
PROVINSI SULAWESI UTARA
Diajukan Oleh :
SEKLIFICE BITJOLI
NIM : 012056
Pembimbing I
Pembimbing II
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima dan disetujui oleh Tim Penguji Ujian Jenjang
Pendidikan Tinggi Akademi Keperawatan Metuari Waya Manado sebagai salah
satu persyaratan menyelesaikan pendidikan Ujian akhir Diploma III pada tanggal
02 Juli 2015.
Penguji I
Penguji II
Penguji III
Ketua Panitia
MOTTO
CURRICULUM VITAE
A. Identitas Pribadi
Nama
: Seklifice Bitjoli
NIM
: 012056
Tempat/Tanggal Lahir
Jenis kelamin
: Perempuan
Suku/Bangsa
: Maluku/Indonesia
Agama
: Kristen protestan
Alamat
B. Riwayat Pendidikan
SD GMIH Pitu
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas segala berkat dan penyertaanNya yang telah melindungi, menuntun dan
memberikan kemampuan serta kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus dengan judul Asuhan Keperawatan Jiwa pada Na. J. W dengan
Halusinasi Pendengaran di Ruangan Kabela RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
Manado.
Laporan kasus ini disusun sebagai syarat dalam menyelesaikan pendidikan
program Diploma III di Akademi Keperawatan Metuari Waya Manado, selain itu
diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pengembangan untuk memajukan
penerapan asuhan keperawatan jiwa pada kasus Halusinasi Pendengaran.
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis banyak menemui kesulitan
dan hambatan, namun berkat doa dan bimbingan serta arahan dan dorongan dari
berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung, akhirnya Karya Tulis
Ilmiah ini dapat diselesaikan. Dan pada kesempatan ini, tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, antara lain kepada yang
terhormat :
1. Romi Kuhu, SE selaku ketua yayasan Metuari Waya Esa Manado yang
telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menimba ilmu Akper
Metuari Waya Manado.
2. Ns. Erna Purwanti, S.Kep selaku Direktur Akademi Keperawatan Metuari
Waya Esa Manado dan juga selaku dosen yang selalu memberikan
Penulis menyadari dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan kekeliruan sehingga demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
semua pihak. Semoga apa yang penulis persembahkan lewat laporan kasus ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Manado, 29 Juni 2015
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ....................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iv
LEMBAR MOTTO ...................................................................................... v
CURRICULUM VITAE .............................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Pernyataan Masalah ..........................................................................4
C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 4
1. Tujuan Umum ............................................................................ 4
2. Tujuan Khusus ........................................................................... 4
D. Ruang Lingkup ................................................................................. 5
E. Manfaat Penulisan ............................................................................ 5
BAB II TINJAUAN TEORITIS .................................................................. 6
A. Konsep Dasar Halusinasi ................................................................. 6
1. Pengertian .................................................................................. 7
2. Rentang Respon Neurobiologis ................................................. 6
3. Jenisjenis Halusinasi ................................................................ 8
4. Etiologi ....................................................................................... 10
10
11
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan diri
sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan. Menurut American Psycyatric
Association (1994) bahwa seseorang dengan kesehatan jiwa terganggu
dinamakan gangguan jiwa. Gangguan jiwa sebagai sindrom atau pola
psikologis atau pola perilaku yang penting secara klinis, yang terjadi pada
individu dan sindrom itu dihubungkan dengan adanya distress (misalnya
gejala nyeri, menyakitkan) atau disabilitas (ketidakmampuan pada salah satu
bagian atau beberapa fungsi penting) atau disertai peningkatan resiko secara
bermakna untuk mati, sakit, ketidakmampuan, atau kehilangan kebebasan
(Notosoedirdjo, Latipun, 2007 dalam Prabowo, 2014)
Penderita gangguan jiwa telah menempati tingkat yang luar biasa,
lebih dari 24 juta jiwa mengalami gangguan jiwa berat. Prevalensi masalah
keperawatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia pernah
menderita masalah kesehatan jiwa, 1% diantaranya adalah gangguan jiwa
berat. World Health Organization (WHO) memperkirakan tidak kurang dari
450 juta penderita gangguan jiwa ditemukan di dunia. Bahkan berdasarkan
studi World Bank di beberapa Negara menunjukkan 8,1% dari kesehatan
global masyarakat (Global Burden Disease) menderita gangguan jiwa.
Halusinasi yang merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan
13
14
(misalnya
faktor
perkembangan,
sosiokultural,
biokimia,
15
B. Pernyataan Masalah
Bagaimanakah proses penerapan asuhan Keperawatan jiwa pada klien Na. J.
W dengan halusinasi pendengaran di ruangan Kabela Rumah Sakit Jiwa Prof.
Dr.V. L. Ratumbuysang Manado.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran tentang asuhan keperawatan jiwa pada klien Na. J.
W dengan halusinasi pendengaran di ruangan Kabela Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado.
2. Tujuan Khusus
a. Diidentifikasi penerapan asuhan keperawatan jiwa pada klien Na. J. W
dengan halusinasi pendengaran di ruangan Kabela Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado.
b. Diidentifikasi kesenjangan antara teori dan kasus dalam penerapan
asuhan keperawatan jiwa pada klien Na. J. W dengan halusinasi
pendengaran di ruangan Kabela Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang Manado.
c. Diidentifikasi faktor penunjang dan penghambat dalam penerapan
asuhan keperawatan jiwa pada klien Na. J. W dengan halusinasi
pendengaran di ruangan Kabela Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang Manado.
16
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan Karya Tulis Ilmiah adalah keperawatan jiwa yaitu
asuhan keperawatan pada klien Na. J. W dengan halusinasi pendengaran.
E. Manfaat Penulisan
1. Bagi institusi pendidikan
Hasil penulisan ini diharapkan menjadi masukan serta meningkatkan
wawasan pengetahuan pembaca dan sebagai tambahan referensi
kepustakaan di Akper Metuari Waya Manado dalam penulisan lebih lanjut
di bidang keperawatan.
2. Profesi keperawatan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan setelah dilakukan
asuhan keperawatan jiwa dengan halusinasi pendengaran.
3. Bagi penulis
a. Menambah ilmu dan pengalaman, dalam mengkaji permasalahan
tentang asuhan keperawatan jiwa pada klien Na. J. W dengan
halusinasi pendengaran serta untuk mengimplementasikan ilmu yang
diperoleh dari institusi terlebih dalam keperawatan jiwa pada klien Na.
J. W dengan halusinasi pendengaran.
b. Hasil penulisan ini diharapkan menjadi masukan dalam meningkatkan
kegiatan-kegiatan
atau
pendidikan
kesehatan
tentang
kejadian
halusinasi pendengaran.
17
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Halusinasi
1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien
mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2014).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi (Prabowo,
2014).
2. Rentang Respon Neurobiologis
Respon Adaptif
Pikiran logis
Respon Maladaptif
pikiran Gangguan pikir/delusi
Distorsi
(pikiran kotor)
Persepsi akurat
Ilusi
Emosi
konsisten Reaksi
emosi
dengan pengalaman
berlebihan atau kurang
Perilaku sesuai
Perilaku aneh dan tidak
biasa
Hubungan sosial
Menarik diri
Halusinasi
Perilaku kekerasan
Perilaku disorganisasi
Isolasi sosial
18
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan
masalah tersebut, respon adaptif :
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul
dari pengalaman ahli.
4) Perilaku sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
b. Respon psikososial
Respon psikososial meliputi:
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan
gangguan.
2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan
19
c. Respon maladaptif
Respon
maladaptif
adalah
adalah
respon
individu
dalam
20
21
g. Halusinasi Kinistetik
Penderita merasa badannya bergerak-gerak dalam suatu ruang atau
anggota badannya bergerak-gerak. Misalnya phantom phenomenom
atau tungkai yang diamputasi selalu bergerak-gerak ( phantom limb).
Sering pada skizofrenia dalam keadaan toksik tertentu akibat
pemakaian obat tertentu.
h. Halusinasi Viseral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.
1) Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa
pribadinya sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai
dengan kenyataan yang ada. Sering pada skizofrenia dan sindrom
lobus parietalis. Misalnya sering merasa dirinya terpecah dua.
2) Derealisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungannya
yang tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala
sesuatu yang dialaminya seperti dalam impian (Damaiyanti, 2014).
4. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi/pencetus klien dengan halusinasi adalah:
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol
dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri
sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan
terhadap stress.
22
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi
akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya.
3) Faktor Biologis
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya ganggguan jiwa. Adany
stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh
akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia.
Akibat
stress
berkepanjangan
menyebabkan
teraktivasinya neurotransmitterotak.
4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalagunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang
tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenagan sesaat
dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang
tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hal studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
23
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi/pemicu terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
stimulus yang diterima oleh otak untuk di interpretasikan.
2) Stres lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stres (Prabowo, 2014).
5. Tanda dan Gejala
Perilaku klien yang berkaitan dengan halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Bicara, senyum, ketawa sendiri.
b. Menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon
verbal yang lambat.
c. Menarik diri dari orang lain, berusaha untuk menghindari orang lain.
d. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
e. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
f. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik,
berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya.
24
25
normal dibombardir oleh aliran stimulus yang berasal dari tubuh atau dari
luar tubuh. Jika masukan akan terganggu atau tidak ada sama sekali saat
bertemu dalam keadaan normal atau patologis, materi berada dalam
prasadar dapat unconsicious atau dilepaskan dalam bentuk halusinasi.
Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan keinginan
yang direpresi ke unconsicious dan kemudian karena kepribadian rusak
dan kerusakan pada realitas tingkat kekuatan keinginan sebelumnya
diproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus eksternal. (Damaiyanti, 2014)
8. Tahapan Halusinasi
Menurut Yosep (2010) dalam Damaiyanti, 2014 tahapan halusinasi ada
lima fase, yaitu:
Tahapan Halusinasi
Karakteristik
sering
9. Mekanisme koping
a. Regresi : menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
b. Proyeksi : menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha
untuk mengalikan tanggungjawab kepada orang lain.
c. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal (Prabowo, 2014).
27
28
e. Aspek psikososial
1) Genogram
2) Konsep diri (gambaran diri, identitas, peran, ideal diri, harga diri)
3) Hubungan sosial seperti orang yang berarti dalam kehidupanya,
peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat, dan hambatan
dalam berhubungan dengan orang lain
4) Spiritual ( Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah)
f. Status mental
1) Penampilan (Tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara
berpakaian tidak seperti biasanya)
2) Pembicaraan (Cepat, keras, gagap, inkoheren, apatis, lambat,
membisu, tidak mamapu memulai pembicaraan)
3) Aktivitas motorik (Lesu, tegang, gelisah, agitasi, tik, grimasen,
tremor, kompulsif)
4) Alam perasaan (Sedih, ketakutan, putus asa, khawatir, gembira
berlebihan)
5) Afek (Datar, tumpul, labil, tidak sesuai)
6) Interaksi selama wawancara (Bermusuhan, tidak kooperatif,
mudah tersinggung, kontak mata (-), defensif, curiga)
7) Persepsi
(Pendengaran,
penglihatan,
perabaan,
pengecapan,
penghidu)
8) Proses pikir (Sirkumtansial, tangensial, kehilangan asosiasi, flight
of idea, blocking, pengulangan pembicaraan/persevarasi)
29
30
h. Mekanisme koping
1) Adaptif : Bicara dengan orang lain, mampu menyelesaikan
masalah, tehnik relaksasi, aktivitas konstruktif, olahraga.
2) Maladaptif : Minum alkohol, reaksi lambat/berlebih, bekerja
berlebihan, menghindar, mencederai diri.
i. Masalah psikososial
1) Masalah dengan dukungan kelompok
2) Masalah berhubungan dengan lingkungan
3) Masalah dengan pendidikan
4) Masalah dengan pekerjaan
5) Masalah dengan perumahan
6) Masalah ekonomi
7) Masalah dengan pelayanan kesehatan
j. Pengetahuan
Pengetahuan kurang mengenai: Penyakit jiwa, faktor presipitasi,
koping, sistem pendukung, penyakit fisik
k. Aspek medik
1) Diagnosa medik
2) Terapi medik (Damaiyanti, 2014).
31
Masalah Keperawatan
a.
Isolasi Sosial
b.
c.
Pohon Masalah
Resiko perilaku kekerasan (diri sendiri,
orang lain, lingkungan, dan verbal)
Effect
Isolasi sosial
Causa
32
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul, klien dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Gangguan persepsi sensori: halusinasi.
b. Isolasi sosial
c. Resiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan
verbal) (Damaiyanti, 201)
33
35
36
Dalam tahapan ini .perawat menggali perasaan dan menilik dirinya dengan
cara mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini juga
perawat mencari informasi tentang klien sebagai lawan bicaranya. Tujuannya
mengurangi rasa cemas atau kecemasan yang mungkin dirasakan oleh
perawat sebelum melakukan komunikasi terapeutik dengan klien.
Tugas perawat pada tahap ini antara lain :
a.
Mengeksplorasi
perasaan,
harapan,
dan
kecemasan.
Sebelum
c.
37
2.
kontak
dengan
memperkenalkan
klien.
dirinya
Pada
terlebih
saat
berkenalan,
dahulu
kepada
perawat
klien.
harus
Dengan
b.
38
peran perawat dan klien agar tidak terjadi kesalah pahaman klien
terhadap kehadiran perawat.
c.
d.
3.
Tahap Kerja
b.
c.
39
4.
Tahap Terminasi
Mengevaluasi
pencapaian
tujuan
dari
interaksi
yang
telah
c.
2)
3)
d.
40
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama
: Na. J. W
Umur
: 35 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Agama
: Kristen Protestan
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
:-
Status
: Belum kawin
Tanggal MRS
: 26 April 2011
Tanggal pengkajian
: 08 Juni 2015
No. register
: 8236
2. Alasan masuk
Keluhan saat pertama kali masuk klien suka memukul ibunya sendiri
karena ia melihat kalau ibunya itu seperti hantu, bicara ngawur, bingung,
suka mondar-mandir di kamar.
3. Keluhan saat dikaji
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 08 juni 2015 data yang ditemukan
adalah sebagai berikut :
41
42
: 100/70 mmHg
Nadi
: 76 x / menit
Respirasi
: 22 x / menit
Suhu Badan
: 36, 5
43
b. Ukur
Tinggi Badan
: 158 cm
Berat Badan
: 55 kg
c. Keluhan fisik
Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruhnya pulang
ke Bitung untuk beribadah, biasanya dalam sehari klien mendengar
suara-suara itu sebanyak tiga kali, perasaan klien disaat mendengar
suara-suara itu ia merasa senang, suara itu sering muncul pada siang
hari, dan suara-suara hanya didengar oleh klien saja ketika klien
sendirian.
6. Psikososial
a. Genogram
Keterangan
:
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien anak ke 2 dari 6 orang bersaudara
44
b. Konsep diri
1) Gambaran diri
Klien mengatakan bagian tubuh yang tidak ia sukai yaitu mata
karena matanya sering sakit.
2) Identitas diri
Klien dapat menyebutkan identitas dirinya seperti nama, umur, dan
alamat.
3) Peran
Di rumah : klien berperan sebagai anak ke dua dari enam orang
bersaudara.
Di rumah sakit : klien berperan sebagai seorang pasien yang
dirawat di ruangan kabela dan diberi tanggungjawab untuk selalu
memperhatikan kesehatannya supaya cepat sembuh.
4) Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh agar dapat berkumpul
dengan keluarganya.
5) Harga diri
Klien mengatakan malu kepada orang-orang mengenai kondisinya
sekarang dan ingin cepat sembuh.
45
c. Hubungan sosial
1) Orang terdekat
Klien mengatakan orang yang dekat dengan klien dan yang ia
kenal di ruangan kabela hanya C, sedangkan kalau di rumah orang
yang paling dekat dengan klien adalah ayah dan ibunya.
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien mengatakan kalau di ruangan ia sering mengikuti terapi
aktivitas kelompok yang dilaksanakan oleh para mahasiswa
praktek.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Hambatan klien dalam berhubungan dengan orang lain yaitu
karena klien merasa bahwa mereka adalah orang asing, sehingga
klien tidak mau bergaul dengan teman-temannya di ruangan.
d. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Klien beragama Kristen protestan dan meyakini bahwa Tuhan
Yesus adalah penolong dalam hidupnya.
2) Kegiatan ibadah
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit ia sering pergi ke
gereja pada setiap hari minggu, ia juga sering mengikuti kegiatan
ibadah yang dilaksanakan di rumah sakit.
46
7. Status mental
a. Penampilan
Rambut klien terlihat acak-acakan, gigi terlihat kuning dan tidak
bersih, cara berpakaian tidak rapih.
b. Pembicaraan
Pada saat sedang berbicara, cara bicara klien berpindah-pindah dari
satu kalimat ke kalimat lain yang tidak ada kaitannya (inkoheren).
c. Aktivitas motorik
Klien terlihat gelisah ketika sedang berbicara, senyum, tertawa dan
bicara sendiri, pergerakan mata yang cepat, menggerakan bibir tanpa
suara.
d. Alam perasaan
Klien merasa senang/gembira ketika ia mendengar suara-suara yang
menyuruhnya pulang ke Bitung untuk beribadah.
e. Afek
Tumpul : klien hanya bereaksi bila diberikan stimulus, contohnya pada
saat sedang berbicara klien baru akan berespon/menjawab ketika
dipanggil namanya.
f. Interaksi selama wawancara
Selama berwawancara kontak mata klien kurang/tidak mau menatap
lawan bicara.
47
g. Persepsi
Klien mengalami gangguan persepsi pendengaran yaitu sering
mendengar suara-suara yang menyuruh klien pulang ke Bitung untuk
beribadah, biasanya dalam sehari klien mendengar sebanyak tiga kali.
h. Proses pikir
Klien dapat menjawab pertanyaan yang diberikan, namun setelah
menjawab pertanyaan klien sering berbicara yang sudah meloncat ke
topik yang lain.
i. Isi pikir
Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha
menghilangkannya, contohnya saat dikaji isi pikir klien tentang suarasuara yang selalu ia dengar yaitu suara-suara yang menyuruhnya
pulang ke Bitung untuk beribadah.
j. Tingkat kesadaran
Klien terlihat tampak bingung, namun klien dapat mengerti semua
yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
k. Memori
1) Gangguan daya ingat jangka panjang : klien tidak dapat mengingat
dan menyebutkan tempat tanggal lahir.
2) Ganguan daya ingat jangka pendek : klien tidak mampu mengingat
nama perawat yang sedang berbicara dengannya, ia sering
menanyakan
sebelumnya.
berulang-ulang,
meski
sudah
diberitahukan
48
49
c. Mandi
Klien mandi, mencuci rambut dan menyikat gigi dua kali sehari, dan
dilakukan sendiri oleh klien, namun harus ada arahan/perintah dari
perawat.
d. Berpakaian/berhias
Klien dapat mengganti pakaian dan menyisir rambut serta mampu
memakai baju yang diberikan sendiri tanpa ada bantuan dari orang
lain, dalam sehari klien mengganti pakaian 2 kali.
e. Istirahat dan tidur
Klien tidur siang hanya satu jam saja mulai dari pukul 14.00-15.00 dan
tidur malam selama 9 jam mulai dari pukul 21.00-06.00, sebelum tidur
klien tidak pernah menyikat gigi. Setelah bangun tidur pagi klien
mampu merapikan tempat tidurnya sendiri, makan pagi dan mandi.
f. Penggunaan obat
Klien mengatakan selama di rumah sakit ia minum obat secara teratur.
Jenis obatnya : Chlorpromazin (Cpz) tab 100 gram 3x1 gunanya untuk
menghilangkan suara-suara, Haloperidol (HP) 5 mg 3x1 untuk pikiran
biar tenang, Trihexipenidil (THP) 2 mg 3x1 untuk rileks dan tidak
kaku, obat-obat tersebut semuanya di minum lewat oral/mulut, klien
sudah tidak minum obat diazepam lagi karena ia sudah tidak kejangkejang.
50
g. Pemeliharaan kesehatan
Saat dikaji terdapat gatal-gatal pada bagian tangan dan kaki, klien
mengatakan ia sudah pernah di bawa oleh perawat di ruangan berobat
kepada dokter, namun belum lagi sembuh-sembuh sampai sekarang.
h. Kegiatan di ruangan
Klien mampu merapihkan tempat tidur, menyapu, mengepel, mencuci
pakaian serta makan dan minum sendiri tanpa bantuan orang lain.
i. Kegiatan di luar rumah
Klien belum mampu untuk belanja keperluan sehari-hari, klien hanya
mampu melakukan perjalanan mandiri dengan jalan kaki dan
menggunakan kendaraan umum.
9. Mekanisme koping
Klien mampu berbicara dengan orang lain hanya saja reaksi klien lambat,
klien akan berespon bila diberi stimulus.
10. Masalah psikososial dan lingkungan
Klien mengalami masalah dengan keluarganya yaitu mengalami penolakan
dari keluarganya sendiri, keluarga klien sudah tidak mau menerima klien
lagi karena kondisinya sekarang yang mengalami gangguan jiwa.
11. Kurang pengetahuan
Klien belum dapat membedakan suara-suara yang ia dengar, apakah suarasuara itu nyata atau tidak nyata sehingga klien sering senyum, tertawa dan
bicara sendiri saat mendengar suara-suara yang sebenarnya tidak ada
wujudnya.
51
: Skizofrenia Paranoid
Terapi medik
52
2.
3.
Data
Subjektif/Objektif
DS :
- Saat dikaji klien mengatakan mendengar suarasuara yang menyuruhnya pulang ke Bitung untuk
beribadah.
- Biasanya dalam sehari klien mendengar suarasuara itu sebanyak tiga kali.
- Perasaan klien disaat mendengar suara-suara itu
ia merasa senang.
- Suara itu sering muncul pada siang hari,
- Suara-suara hanya didengar oleh klien saja
ketika klien sendirian
DO :
- Klien bicara, senyum dan tertawa sendiri
- Klien suka memandang ke kiri dan ke kanan
- Klien tidak dapat membedakan yang nyata dan
tidak nyata
- Klien menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan
mata yang cepat, respon verbal yang lambat
DS :
- Klien mengatakan orang yang dekat dengan
klien dan yang ia kenal di ruangan kabela hanya
C, sedangkan kalau di rumah orang yang paling
dekat dengan klien adalah ayah dan ibunya
DO :
- Klien kurang bergaul dengan teman-teman yang
ada diruangan
- Kontak mata klien kurang
- Afek klien tumpul
- Ekspresi wajah klien kurang berseri
DS :
- Klien mengatakan sering memukul temantemannya di ruangan, jika mereka pelit
kepadanya
DO :
- Klien nampak tegang
- Kadang klien jalan mondar.mandir dan mengepal
tangan.
Masalah
Halusinasi
pendengaran
Isolasi Sosial
Perilaku kekerasan
53
Isolasi sosial
Causa / penyebab
B. Diagnosa keperawatan
Halusinasi Pendengaran
35
Diagnosa
keperawatan
Tanggal
Halusinasi
08 Juni pendengaran
2015
Perencanaan
Intervensi
Tujuan
Kriteria Evaluasi
1. Klien
dapat 1. Ekspresi wajah SPI. P :
membina
bersahabat,
1. Bina hubungan saling percaya
hubungan saling
menunjukan rasa
dengan
mengungkapkan
percaya
senang,
ada
prinsip komunikasi terapeutik:
kontak
mata,
a. Sapa klien dengan ramah
mau
berjabat
baik
verbal
maupun
tangan,
mau
nonverbal
menyebutkan
b. Perkenalkan diri dengan
nama,
mau
sopan
menjawab salam,
c. Tanyakan nama lengkap
klien mau duduk
klien dan nama panggilan
berdampingan
klien yang disukai klien
dengan perawat,
d. Jelaskan tujuan pertemuan
mau
e. Tanyakan tentang perasaan
mengutarakan
klien
masalah
yang
f. Tanyakan apakah klien
dihadapi.
sering mendengar suarasuara
g. Kontrak waktu dengan klien
(tempat dan jam
pertemuan).
Rasional
Hubungan
saling
percaya
merupakan
dasar untuk kelancaran
hubungan
interaksi
selanjutnya
36
2. Klien
dapat 2. Klien
dapat 2. Bantu
klien
mengenali Mengenal halusinasi
mengenali
menyebutkan isi
halusinasinya :
memungkinkan klien
halusinasi-nya
halusinasi,
a. Apakah ada suara-suara untuk menghindarkan
waktu, frekuensi,
yang didengar ?
faktor
pencetus
situasi
yang
b. Apa yang dikatakan ?
timbulnya halusinasi
dapat
menimbulkan
c. Diskusikan dengan klien Dengan
mengetahui
halusinasi,
tentang waktu terjadinya waktu,
isi
dan
perasaan
klien
halusinasi
frekuensi munculnya
terhadap
d. Diskusikan dengan klien halusinasi
halusinasi,
mengenai
frekuensi mempermudah
respon
klien
timbulnya halusinasi
tindakan keperawatan
terhadap
e. Diskusikan dengan klien klien
yang
akan
halusinasi.
tentang situasi yang dapat dilakukan perawat
menimbulkan halusinasi
f. Diskusikan dengan klien Untuk
apa yang dirasakan jika mengidentifikasi
terjadi halusinasi
pengaruh
halusinasi
klien.
g. Identifikasi mengenai cara Upaya
untuk
yang dilakukan klien jika memutuskan
siklus
terjadi halusinasi
halusinasi
sehingga
halusinasi
tidak
berlanjut
37
3. Klien
dapat 3. Diskusikan cara baru untuk
memilih
cara
memutus atau mengontrol
mengatasi
halusinasi, ada 4 cara untuk
halusinasi seperti
mengontrol halusinasi yaitu :
yang
telah
a. Menghardik halusinasi
didiskusikan
b. Bercakap-cakap
dengan
dengan klien.
orang lain
c. Melaksanakan
aktivitas
terjadwal
d. Menggunakan obat secara
teratur
Memberikan alternatif
pilihan bagi klien
untuk
mengontrol
halusinasi
Memotifasi
dapat
meningkatkan kegiatan
klien untuk mencoba
memilih salah satu
cara
mengendalikan
halusinasi dan dapat
meningkatkan
harga
diri klien.
SP2. P :
Agar perawat dapat
1. Evaluasi jadwal harian klien mengetahui tinagakat
pada SPI. P
parkembangan klien.
2. Latih klien mengendalikan Supaya ketika klien
halusinasi
dengan
cara mulai mendengar
bercakap-cakap dengan orang suara-suara, ia
38
lain
langsung mencari
teman lain untuk
berbicara dengannya
39
2. Berikan
penkes
penggunaan
obat
teratur
40
Diagnosa
keperawatan
Halusinasi
Pendengaran
SP
Menghardik
Implementasi
Evaluasi
41
K : Iya suster.
P : Bagaimana kalau sekarang kita
berbincang-bincang
tentang
suara-suara yang sering Na. J.
dengar ?
K : Ooh, iya suster.
P : Boleh 10 menit ? di sini saja ya
kita bercerita ?
K : Iya suster.
10.05 10.15
Wita
senang.
- Kontak mata klien
masih kurang.
- Klien mau berjabat
tangan.
- Klien
mau
menyebutkan nama dan
mau menjawab salam.
- Klien dapat melakukan
cara menghardik
A : Intervensi berhasil
Kerja
P : Tadi kan Na. J. katakan sering P : Lanjutkan SP bercakapmendengar suara-suara, apa yang
cakap dengan orang
dikatakan
oleh
suara-suara
lain.
tersebut ?
K : Suara-suara itu menyuruh saya
pulang
ke
Bitung
untuk
beribadah
P
: Kapan suara-suara itu sering
muncul ?
K : siang, suster.
P : Biasanya berapa kali dalam sehari
Na. J. mendengar suara itu ?
K : Tiga kali, suster.
42
43
lain
3. Melaksanakan
aktivitas
terjadwal
4. Menggunakan obat secara
teratur
Bagaimana kalau sekarang kita
belajar dulu cara yang pertama
yaitu dengan cara menghardik
halusinasi ?
K : Ooh iya suster.
P : Caranya yaitu begini rapatkan
kedua jari-jari tangan, kemudian
tutup kedua telinga dan katakan
pergi, pergi saya tidak mau
dengar suara itu palsu , lakukan
itu berulang-ulang kali sampai
suara-suara itu hilang. Coba
sekarang Na. J. peragakan seperti
tadi yang suster lakukan ?
K : rapatkan kedua jari-jari tangan,
kemudian tutup kedua telinga
dan katakan pergi (3 x) saya
tidak mau dengar suara itu palsu
P : iya bagus, Na. J. sudah mampu
44
10.15 10.25
Wita
45
S:
Orientasi
- Klien
mengatakan
P : Selamat siang Na. J. bagaimana
suara-suara itu mulai
perasaan hari ini ?
berkurang, ketika klien
K : Siang juga suster, baik.
melakukan
cara
P : Apakah suara-suara itu masih
menghardik.
muncul lagi ?
- Klien
mengatakan
K : Iya masih suster.
perasaan klien terasa
tenang setelah kemarin
P : Apakah disaat suara-suara itu
klien melakukan cara
muncul Na. J telah melakukan cara
menghardik.
menghardik yang telah kita belajar
kemarin ?
O:
K : Iya sudah suster.
- Kontak mata klien ada.
P : Lalu apakah suara-suara itu
- Klien
mampu
berkurang ?
mengingat cara yang
kemarin telah dilatih
K : Iaya suster sudah berkurang.
yaitu menghardik.
P : Apakah Na. J masih ingat cara
- Klien
mampu
menghardik yang telah kita belajar
memperagakan
cara
kemarin ?
menghardik.
K : Iya suster.
- Klien dapat melakukan
P : Coba Na. J. peragakan cara
cara
mengontrol
halusinasi
bercakapmenghardik yang kemarin kita
cakap
dengan
orang
telah latihan.
lain.
K : rapatkan kedua jari-jari tangan,
A : Intervensi berhasil
kemudian tutup kedua telinga dan
46
09.05 09.15
Wita
Kerja
P : Cara kedua untuk mengontrol
halusinasi adalah bercakap-cakap
dengan orang lain, jadi kalau Na. J.
mulai mendengar suara-suara langsung
saja cari teman untuk diajak bicara.
Contohnya begini saya mulai dengar
suara-suara, ayo bicara dengan saya .
Coba sekarang Na. J. peragakan
seperti tadi yang suster ajarkan.
K : saya mulai dengar suara-suara,
ayo bicara dengan saya .
P : iya bagus, dilatih terus ya Na. J.
47
09.15 09.20
Wita
Terminasi
P : Bagaimana perasaan Na. J. setelah
tadi kita sudah latihan cara yang
kedua ?
K : perasaan saya mulai senang
suster.
P : Jadi sudah ada berapa cara yang
Na. J. latihan untuk mengontrol
halusinasi ?
K : Sudah dua cara suster, cara
menghardik dan bercakap-cakap
dengan orang lain.
P : Iya bagus, jadi kalau disaat Na. J.
mendengar suara-suara, langsung
saja dilakukan kedua cara
tersebut.
K : Iya suster.
P : Sebentar boleh kita bertemu lagi ?
untuk belajar cara yang ketiga
yaitu dengan melakukan aktivitas
terjadwal.
Bagaimana
kalau
setelah makan siang, jam 13. 00,
boleh selama 20 menit ? di tempat
ini lagi ya..!!
48
Halusinasi
Pendengaran
SP Melakukan
aktifitas
terjadwal.
Selasa, 09 Juni
2015
Jam 13.00
13. 05
K : Iya suster.
P : kalau begitu sampai disini dulu,
dan terimah kasih.
S:
Orientasi
- Klien
mengatakan
P : Selamat siang Na. J ?
suara-suara yang ia
K : Siang juga suster.
dengar
mulai
P
: Apakah suara-suara masih
berkurang.
- Klien mengatakan telah
terdengar ?
melakukan kedua cara
K : Iya masih suster.
yang
telah
dilatih
P
:
Lalu apakah Na. J telah
sebelumnya, yaitu cara
menggunakan dua cara yang
menghardik
dan
telah kita pelajari ?
bercakap-cakap dengan
K : Sudah suster.
orang lain
P : Bagaimana hasilnya ?
O:
- Klien
mampu
K : Suara-suaranya mulai berkurang
mengingat cara yang
suster.
dilatih
sebelumnya
P : Oh iya bagus, sesuai dengan janji
yaitu menghardik dan
kita tadi, sekarang kita akan
bercakap-cakap dengan
belajar
cara
mengontrol
orang lain.
halusinasi yang ketiga yaitu
- Klien
mampu
49
13.05 13.15
Wita
memperagakan ulang
cara
bercakap-cakap
dengan orang lain.
- Kontak mata klien ada.
- Klien
mampu
menyebutkan
dan
memperagakan
kegiatan
hariannya
yaitu menyapu lantai.
Kerja
P : Biasanya dalam sehari mulai dari
pagi sampai malam kegiatan apa- A : Intervensi berhasil
apa saja yang Na. J sering
P : Lanjutkan SP minum
kerjakan ?
obat secara teratur.
K : Saya bangun pagi jam 06. 00
suster, membantu membersihkan
ruangan seperti menyapu lantai,
sesudah
itu
mandi
pagi,
kemudian jam 7 sarapan pagi,
lalu setelah itu bercerita-cerita
dengan mahasiswa yang sedang
praktek, kemudian jam 12. 00
makan siang, setelah itu tidur
siang, setelah bangun tidur jam
15. 00, saya bercerita-cerita lagi
dengan teman-teman diruangan,
50
K
P
K
13.15 13.25
Wita
Terminasi
P : Bagaimana perasaan Na. J setelah
tadi kita telah berlatih cara yang
ketiga
untuk
mengontrol
halusinasi ?
K : Saya merasa suara-suara itu mulai
berkurang.
51
Halusinasi
Pendengaran
SP
Minum
obat
secara
teratur.
S:
Orientasi
- Klien
mengatakan
P : Selamat siang Na. J, bagaimana
suara
yang
perasaan Na. J hari ini ?
menyuruhnya pulang
K : Siang juga Suster, kabar baik.
ke
Bitung
untuk
P : Apakah Na. J sudah melakukan
beribadah berkurang.
- Klien mengatakan ,
tiga cara yang telah saya ajarkan
klien merasa tenang
?
setelah minum obat.
K : Iya sudah suster.
- Klien
juga
52
11. 40 12. 00
Wita
mengatakan,
klien
P : Tadi pagi apakah Na. J sudah
merasa
senang
karena
minum obat ?
klien dapat mengetahui
K : Sudah suster.
cara minum obat yang
P : Baiklah, sesuai dengan janji kita
benar dan kegunaan
kemarin hari ini kita akan
dari obat yang ia
membahas mengenai cara minum
minum.
obat yang baik dan benar, serta O :
guna dari obat tersebut. Boleh
- Kontak mata klien ada
- Klien
dapat
selama
20
menit
sambil
menyebutkan 4 cara
menunggu makan siang ? di sini
yang telah dilatih yaitu
saja ya kita bercerita.
menghardik, bercakapK : Iya boleh suster.
cakap dengan orang
lain,
melakukan
Kerja
aktivitas terjadwal, dan
P : Apakah setelah minum obat
minum obat dengan
teratur.
secara teratur, suara-suara yang
Klien
mampu
sering muncul itu berkurang ?
menunjukan
dan
K : Iya suster suaranya berkurang dan
menyebutkan jenis obat
saya juga merasa tenang setelah
A : Intervensi berhasil
minum obat.
P : Iya minum obat itu sangat penting P : Berikan motivasi pada
klien
untuk
selalu
supaya suara-suara yang Na. J
minum
obat
secara
dengar selama ini tidak muncul
teratur, agar supaya
lagi. Ada berapa macam obat
klien cepat sembuh.
53
K
P
K
P
54
Terminasi
P : Bagaimana perasaan Na. J setelah
tadi kita telah bercerita tentang
cara minum obat yang baik dan
benar ?
K : Saya merasa senang terlebih lagi
bisa mengetahui cara minum obat
yang benar, serta saya juga
mengetahui kegunanaan dari obat-
55
70
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori dan
praktek yang diperoleh dari asuhan keperawatan klien Na. J. W selama tiga hari
mulai tanggal 08 10 Juni 2015 dengan masalah utama halusinasi pendengaran di
ruangan Kabela RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara.
A. Pengakajian
Dari pengakajian yang telah dilakukan terdapat kesenjangan antara teori dan
praktek, hal-hal yang tidak ditemukan pada klien Na. J. W berdasarkan dengan
tanda dan gejala dari halusinasi pendengaran yang terdapat pada teori menurut
Prabowo, 2014 adalah :
1. Ekspresi muka klien tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah
2. Klien tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton
3. Curiga, bermusuhan, bertindak merusak, takut (diri sendiri, orang lain dan
lingkungan)
4. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah
Pada tanggal 08 09 Juni 2015 telah dilaksanakan asuhan keperawatan pada
klien di ruangan Kabela RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi
Utara. Pada teori dan praktek ditemukan klien dengan halusinasi :
Data subjektif
Klien
mengatakan
mendengar
suara-suara
yang
71
ia merasa senang. Suara itu sering muncul pada siang hari, dan suara-suara itu
hanya klien saja yang dengar ketika ia hanya sendiri.
Data objektif :
k. Kontak mata klien kurang
l. Klien bicara, senyum dan tertawa sendiri
m. Klien suka memandang ke kiri dan ke kanan
n. Klien tampak gelisah
o. Klien menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,
respon verbal lambat.
p. Klien kurang bergaul dengan teman-teman yang ada diruangan
q. Kontak mata klien kurang
r. Afek klien tumpul
s. Ekspresi wajah klien kurang berseri
t. Klien nampak tegang
u. Kadang klien jalan mondar-mandir dan mengepal tangan.
Berdasarkan data-data yang ditemukan diatas sesuai dengan tanda dan gejala
halusinasi menurut teori.
B. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan dalam konsep teori terdapat satu diagnosa keperawatan yaitu
halusinasi pendengaran, ketika praktek ditemukan sama juga klien dengan
halusinasi pendengaran.
72
C. Intervensi
Intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan teori yaitu ada
strategi pelaksanaan klien dan strategi pelaksanaan keluarga.
D. Implementasi
Terdapat kesenjangan antara teori dan praktek yaitu pada teori ada terdapat
SP untuk keluarga, namun pada saat pelaksanaan praktek SP keluarga tidak
dilakukan, sebab klien sudah tidak diterima lagi oleh keluarganya, sehingga
sudah tidak ada lagi anggota keluarga yang datang mengunjungi klien di
rumah sakit.
Pada prinsipnya tindakan keperawatan dilaksanaan sesuai dengan intervensi
yang telah direncanakan, ditambah lagi dengan adanya faktor pendukung
yang cukup baik seperti lingkungan rumah sakit dan kemauan klien untuk
melaksanakan rencana asuhan keperawatan yaitu mulai dari SPI menghardik,
SP2 bercakap-cakap dengan orang lain, SP3 melakukan aktivitas terjadwal
dan SP4 minum obat secara teratur
E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan bertujuan khusus untuk klien dan sekaligus memantau
kemajuan yang telah dicapai oleh klien. Evaluasi berorientasi di khususkan
pada klien. Hasil evaluasi setelah 3 hari dilakukan pengkajian yaitu untuk
diagnosa keperawatan halusinasi pendengaran :
SPI. P
73
SP2. P : Klien dapat melakukan cara mengontrol halusinasi bercakapcakap dengan orang lain.
SP3. P : Klien mampu menyebutkan dan memperagakan kegiatan
hariannya yaitu menyapu lantai, kontak mata klien ada.
SP4. P : Kontak mata klien ada, klien mampu menunjukan dan
menyebutkan jenis obat.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan jiwa pada klien Na. J. W dengan
masalah utama halusinasi pendengaran selama 3 hari, terhitung mulai tanggal 08
10 Juni 2015 di ruangan Kabela RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi
Sulawesi Utara. Didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Penerapan asuhan keperawatan kepada klien Na. J. W yang dilaksanakan
selama 3 hari yaitu
Data subjektif :
Klien
mengatakan
mendengar
suara-suara
yang
75
Dari data tersebut maka diangkat satu diagnosa yaitu halusinasi pendengaran.
Interaksi disusun berdasarkan pada teori. Pada pelaksanaan SP klien dapat
membina hubungan saling percaya dan mampu melakukan 4 cara mengontrol
halusinasi yaitu menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain,
melakukan aktivitas terjadwal dan minum obat secara teratur.
2. Ada kesenjangan antara teori dan praktek yaitu pada pengkajian terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek, hal-hal yang tidak ditemukan pada klien
Na. J. W berdasarkan dengan tanda dan gejala dari halusinasi pendengaran
yang terdapat pada teori menurut Prabowo, 2014 adalah :
a. Ekspresi muka klien tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah
b. Klien tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton
c. Curiga, bermusuhan, bertindak merusak, takut (diri sendiri, orang lain dan
lingkungan)
d. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah
Sedangkan kesenjangan pada implementasi yaitu pada teori terdapat SP untuk
keluarga, namun setelah dipraktek SP keluarga tidak dilakukan, sebab klien
sudah tidak diterima lagi oleh keluarganya, sehingga sudah tidak ada lagi
anggota keluarga yang datang mengunjungi klien di rumah sakit.
3. Faktor penunjang dan penghambat
a. Faktor penunjang
Ada pun faktor penunjang yang penulis jumpai selama melakukan asuhan
keperawatan adalah sikap klien sendiri yang sangat kooperatif terutama
dalam
memberikan
data-data
yang
berhubungan
dengan
asuhan
76
keperawatan yang diberikan, serta kerja sama antara tim kesehatan yang
ada di ruangan Kabela RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi
Sulawesi Utara.
b. Faktor penghambat
Ada masalah yang penulis jumpai selama melaksanakan asuhan
keperawatan adalah klien susah diajak untuk fokus pada pembicaraan,
sehingga saat pelaksanan SP diberikan klien sering mengalikan
pembicaraan ke hal-hal yang lain.
B. Saran
4. Bagi institusi pendidikan
Hasil penulisan ini diharapkan menjadi masukan serta meningkatkan
wawasan pengetahuan
tambahan referensi
77
atau
halusinasi pendengaran.
pendidikan
kesehatan
tentang
kejadian
78
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, Mukhripah. Iskandar. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jilid
2. Bandung: PT Refika Aditama
Onibala, dkk. 2015. JurKep Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Pada pasien
Halusinasi Di RSJ. Prof.DR.V.L Ratumbuysang.Sulut. 24 Mei 2015
Prabowo, Eko. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jilid
I. Yogyakarta: Nuha Medika
Prabowo, Eko. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jilid I. Yogyakarta:
Nuha Medika
Riskesdes. 2014. Penderita Gangguan Jiwa Di Indonesia. 24 Mei 2015
Sulaemana Engkeng, Muslina.2013. Faktor Presipitasi Yang Berhubungan
Dengan Timbulnya Halusinasi Di BPRS. Makasar. 24 Mei 2015.
Rekamedik pasien dengan no. register 8236 di ruangan Kabela Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara.