Makalah Perubahan Sosial

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan, yang dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang
mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun
yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, tetapi ada juga
yang berjalan dengan cepat. Perubahan-perubahan hanya akan dapat ditemukan
oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat
pada suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan dan kehidupan
masyarakat pada waktu yang lampau. Seseorang yang tidak sempat menelaah
susunan dan kehidupan masyarakat desa di Indonesia misalnya akan berpendapat
bahwa masyarakat tersebut statis, tidak maju, dan tidak berubah. Pernyataan
demikian didasarkan pada pandangan sepintas yang tentu saja kurang mendalam
dan kurang teliti karena tidak ada suatu masyarakat pun yang berhenti pada suatu
titik tertentu sepanjang masa. Orang-orang desa sudah mengenal perdagangan,
alat transportasi modern, bahkan dapat mengikuti berita-berita mengenai daerah
lain melalui radio, televisi, dan sebagainya yang kesemuanya belum dikenal
sebelumnya.
Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma
sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisanlapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain
sebagainya.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat dunia dewasa ini merupakan
gejala yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian
dunia lain berkat adanya komunikasi modern. Penemuan-penemuan baru di
bidang teknologi yang terjadi di suatu tempat dengan cepat dapat diketahui oleh
masyarakat lain yang berada jauh dari tempat tersebut.
Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman dahulu. Namun,
dewasa ini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepatnya
sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya, yang sering berjalan
konstan. Perubahan memang terikat oleh waktu dan tempat. Akan tetapi, karena
sifatnya yang berantai, perubahan terlihat berlangsung terus, walau diselingi
keadaan di mana masyarakat mengadakan reorganisasi unsur-unsur struktur
masyarakat yang terkena perubahan

1.2Rumusan Masalah
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Apa sih pengertian dari perubahan sosial tersebut ?


Apa yang menjadi ruang lingkup perubahan sosial?
Apa faktor-faktor penyebab perubahan sosial?
Bagaimana proses perubahan sosial
Bagaimana bentuk-bentuk perubahan sosial?
Apa faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan ?
Bagaimana aspek aspek perubahan sosial pada masyarakat desa ?

1.3Tujuan
1) Mengetahui definisi perubahan social secara umum dan pada masyarakat
desa.
2) Mengetahui ruang lingkup perubahan sosial .
3) Mengetahui faktor faktor penyebab perubahan sosial .
4) Mengetahui proses perubahan sosial .
5) Mengetahui bentuk bentuk perubahan sosial .
6) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan
sosial .
7) Mengetahui aspek aspek perubahan sosial pada masyarakat desa

BAB II
2

PEMBAHASAN

2.1Pengertian Perubahan Sosial


Dalam perubahan sosial, unsur-unsur kemasyarakatan yang mengalami
perubahan biasanya adalah mengenai nilai social, norma social, pola perilaku,
organisasi sosial, kekuasaan, tanggung jawab, dan kepemimpinan. Dalam
masyarakat maju atau masyarakat berkembang perubahan sosial berkaitan erat
dengan perkembangan ekonomi (Zindani, 1993).
Perubahan sosial dikalangan para sosiolog memiliki pengertian yang
berbeda. Berbedanya pengertian perubahan sosial tersebut sebagai konsekuensi
dari kekaburan yang sering dialami ahli sosial di dalam memberikan penjelasan
tentang ruang lingkup, batasan pengertian dan aspek-aspek, terutama dalam
perubahan sosial. Sebagai upaya untuk menghindari kesulitan tersebut, maka
paktor utama yang paling penting untuk diketahui dan dipahami adalah tentang
batas dan pengertian dari perubahan sosial itu sendiri. Adapun pengertian
perubahan sosial menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
a.Menurut Wilbert Moore (1967:3)
Perubahan sosial sebagai perubahan sosial yang terjadi dalam struktur sosial,
dan yang dimaksud dengan struktur sosial adalah pola-pola perilaku dan
interaksi sosial. Moore memasukkan kedalam definisi perubahan sosial sebagai
ekspresi mengenai struktur seperti norma, nilai dan fenomena kultur.
b. Menurut Selo Soemardjan (1964)
Soemardjan berpendapat bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan pada
lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang mempengaruhi system
sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku
diantara kelompok masyarakat.

c. Roucek dan Warren (1984)

Kedua ahli ini mengemukakan bahwa perubahan sosial adalah perubahan dalam
proses sosial atau dalam struktur sosial.
d. Soedjono Dirdjosisworo (1985)
Soedjono merumuskan bahwa definisi perubahan sosial sebagai perubahan
fundamental yang terjadi dalam struktur sosial, system sosial dan organisasi
sosial.
e. Karl Manheim (Lauer, 1993:248)
Karl menjelaskan mengenai inti dari suatu perubahan. Ia mengungkapkan bahwa:
changing community is not determined by a set of unshakable commands, but is
engaged in a permanent search for new norms to exprem ss change experiences.
The content of conscience is accordingly not determined by explicit and rule but is
continuously shaping itself a new
Jelaslah, bahwa perubahan masyarakat dalam intinya ialah perbahan normanorma masyarakat. Karena perubahan norma dan proses pembentukan norma baru
merupakan inti dari usaha mempertahankan persatuan hidup kelompok, dengan
sendirinya proses perubahan masyarakat menjadi proses disintegrasi dalam
banyak bidang, sehingga demi kemajuan harus diusahakan adanya reintegrasi,
yaitu: penampungan kembali dalam dalam suatu kehidupan bermasyarakat yang
lebih cocok dengan kebutuhan baru masyarakat dimana norma-norma yang lebih
cocok ini akan merupakan ikatan dari masyarakat yang baru/lebih luas (Susanto,
1965:160).

2.2Ruang Lingkup Perubahan Sosial


Ruang lingkup perubahan sosial meliputi bidang yang sangat luas.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Selo Soemardjan perubahan sosial adalah
segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu
masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk didalamnya nilainilai, sikap, dan perilaku diantara kelompok dalam masyarakat (Soekanto, 2002).
Perubahan sosial meliputi berbagai bidang,seperti bidang pendidikan,
ekonomi, hokum, dan teknologi. Sebaliknya, perubahan sosial yang terjadi dapat
hanya meliputi bidang tertentu saja dan terbatas pula kedalamnya. Misalnya
perubahan pada bidang pendidikan yang baru mencapai tarap normal dan nilai
belum Sampai pada tarap perilaku. Perilaku sosial dapat terjadi pada tingkat
individu, kelompok sosial, kelompok besar, maupun kelompok yang sangat besar.

Perubahan sosial pada bidang tertentu yang akan pada tingkat yang luas, misalnya
tentang timbulnya kesadaran terhadap usaha pelestarian.

2.3Faktor-Faktor Perubahan Sosial


Perubahan sosial menghadapkaan manusia pada situasi baru yang
mengarahkan pada suatu bentuk kegiatan yang baru. Terhadap banyak faktor yang
terkait dan menyebabkan perubahan perilaku dan budaya manusia serta struktur
didalam masyarakat. Para sosiolog telah mengidentifikasikan sejumlah faktor
utama yang dampaknya sangat berbeda satu sama lainnya,tergantung pada
situassi, waktu dan tempat.setelah memulai proses analisis yang panjang, para
sosiolog sepertinya telah menyaring beberapa faktor utama pendorongan
perubahan sosial. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1964:489)
mengatakan bahwa secara umum peneyebab dari perubahan sosial dibedakan atas
dua golongan besar, yaitu: perubahan yang berasal dari masyarakat itu sendiri, dan
perubahan yang berasal dari luar masyarakat.
Perubahan yang berasal dari masyarakat itu sendiri
Perkembangan ilmu pengetahuan
Perkembangan ilmu pengetahuan melahirkan berbagai pertemuan baru. Penemuan
baru, banyak faktor yang menyebabkan individumencari penemuan baru,
beberapa diantaranya adalah :
1) Kesadaran dari orang perorang akan ketergantungan dalam masyarakat
2) Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan, dan
3) Adanya perangsang bagi aktivitas-aktivitas pencipta dalam masyarakat.
Pada saat awal seseorang memulai keinginan untuk mewujudkan cita-citanya
pertama kali yang dilakukan dengan cara coba-coba (trial and error) secara
spekulatif. Pada priode tersebut, justru mengalami kegagalan dijadikan bahan
pertimbangan atau perbaikan untuk mencapai keberhasilan dimsyarakat
berikutnya. Perubahan yang dilalui tidak menunjukkan adanya suatu peningkatan
yang berarti, lingkungan kemajuan bersiklus tidak menentu. Arah siklus lingkaran
bergerak mendatar dari titik A kembali ketitik A. Oleh karenanya, dapat dijelaskan
bahwa ide-ide keyakinan dan dan hasil-hasil karya yang bersifat fisik dalam
pengertian penemuan baru, semuanya merupakan faktor pendorong kearah
perubahan kehidupan masyarakat. Dalam apapun penemuan baru itu, senantiasa
akan membawa perubahan bagi kehidupan masyarakat, baik secara cepat
(revolusi) maupun lambat (evolusi), dalam skala perubahan yang kecil, sebagian
atau keseluruhan.

Faktor jumlah penduduk


Faktor penduduk, perubahan pada jumlah, komposisi dan distribusi
penduduk dapat mempengaruhi budaya dan struktur sosial. Bertambahnya
penduduk suatu daerah, dapat mengakibatkan perubahan pada struktur
masyarakat, terutama mengenai lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sebagai
contoh yang paling releven adalah program transmingrasi, jika program
transmingrasi dijalankan secara ideal dengan memperhatikan aspek sosial
ekonomi, budaya, politik, agama, dan keagamaan, sangat mungkin akan terjadi
perubahan yang sangat positif. Artinya pendatang baru yang terampil dan sikap
bekerja dilokasi baru, maka besar kemungkinan tidak saja akan menguntungkan
transimingrasi, melainkan jug dapat mempengaruhi positf pada penduduk asli.
Penduduk asli dapat pula bekerja dengan pola yang menguntungkan sama dengan
para pendatang. Kehidupan bermasyarakat pun akan berubah kerena pencampuran
antara berbagai macam pola perilaku sosial dan budaya,demikian pula dengan
ekonomi, politik, agama, dan keaamanan. Bahkan Rauccek dan Warren (1984)
menggambarkan bahwa perubahan sosial lebih berkembang pada masyarakat
heterogen. Dikatakan bahwa masyarakat yang berasal dari berbagai etnik yang
bergaul dengan be3bas dan mendifusikan adat, pengetahuan,teknologi dan
ideologi, biasanya mengalami kadar perubahan pesat.
Faktor pertentangan dan pemberontakan
Pertentangan (konflik) dalam nilai dan norma-norma, politik,etnis, dan
agama dapat menimbulkan perubahan sosial yang luas. Pertentangan individu
terhadap nilai-nilai dan norma-norma serta adat istiadat yang telah berjalan lama
akan menimbulkan perubahan bila individu-individu tersebut beralih dari nilai,
norma, dan adat kebiasaan yang telah diikuti selama ini, misalnya, adanya
anggapan umum masyarakat Indonesia, bahwa makin banyak anak makin banyak
rizki, setiap anak mempunyai rizkinya,masing-masing, sehingga tidak
menimbulkan kecemasan setiap kali anaknya lahir. Kini pandangan itu mengalami
perubahan, bahwa makin banyak anak makin besar beban ekonomi.
Perubahan sosial yang diakibatkan oleh pertentangan politik dan
pemberontakan di Indonesia telah menunjukkan buktinya. Perubahan-perubahan
yang ditimbulkan akibat pertentangan dan pembetontakan selalu berakibat buruk,
seperti terhentinya aktivitas perekonomian, inflasi, timbulnya saling curiga,
kecemasan, dan lain-lainnya.
Pertentangan antara anggota-anggota masyarakat dapat terjadi karena
perubahan masyarakat yang pesat, sebagaimana dijelaskan oleh Roucek dan

Warren (1984), masyarakat yang heterogen biasanya ditandai kurang dekatnya


hubungan antara orang yang satu dengan orang atau kelompok lainnya; individu
cenderung mencari jalannya sendiri-sendiri. Sementara itu, kondisi sumber
pemenuhan kebutuhan semakin terbatas, sehingga persaingan tidak dapat
dihindari; jika proses ini memuncak, maka pertentangan akan terjadi pada
masyarakat yang bersangkutan. Pada saat masyarakat dalam keadaan konflik
dapat timbul kekecewaan dan keresahan sosial, maka pada saat itu pula individuindividu pada umumnya sangat mudah terpengaruh terhadap hal-hal baru.
Perubahan yang berasal dari luar masyarakat
Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Faktor kebudayaan,dapat menyebabkan terjadinya nperubahan masyarakat. Secara
timbal balik perubahan pada unsur budaya dapat mendorong pada bentuk dan
hubungan sosial kemasyarakatan. Perubahan sosial masyarakat tidak semata-mata
disesbabkan oleh faktor kebudayaan yang ada dalam masyarakat itu
sendiri,melainkan dapat pula disebabkan oleh pengaruh kebudayaan yang dating
dari masyarakat sekitar (luar). Terdapat kemungkinan perubahan sosial
masyarakat sama sekali tidak disebabkan oleh perubahan kebudayaan masyarakat
sekitar, atau kebudayaan yang berbeda. Pengaruh kebudayaan tersebut
mengakibatkan beberapa skenerio perubahan sosial masyarakat, yaitu antara lain :
1) Kebudayaan saling berdampingan dan bercampur menjadi atau kebulatan
2) Salah satu kebudayaan menjadi pudar karena kebudayaan lain
3) Masing-masing kebudayaan akan menjadi lebur, timbul kebudayaan baru
sebagai akibat saling mempengaruhi.
Peperangan
Peperangan yang terjadi antara satu masyarakat dengan masyarakat lain
menimbulkan berbagai dampak, seprti halnya dampak yang ditimbulkan oleh
adanya pemberontakan dan pertentangan-pertentangan. Akan tetapi, dampak
negatif yang ditimbulkan oleh peperangan lebih dahsyat karena peralatan perang
biasanya lebih canggih pula.

2.4Proses Perubahan Sosial

Harapan sebagian, bahkanmungkin keseluruhan masyaraka, terjadi suatu


keselarasan dan keseimbangan dalam tatanan kehidupan masyarakat, akan tetapi
kenyataannya harapan tersebut tidak mudah untuk terwujud. Pada waktu tertentu
tatanan kehidupan masyarakat dapat lebih harmonis,namun pada
perkembangannya tidak jarang terjadi pertentangan atau diseintegrasi. Robeet K.
Merton berpendapat bahwa didalam setiap masyarakat terdapat starin toward
anomie. Karena demi kelangsungan suatu kehidupan masyaraka, makagejala
pertentangan dan anomi diusahakan dengan diimbangi dengan proses
integrasi.penyusunan tersebut dimaksudkan sebagai suatu upaya untuk
menghindari terjadinya kebingungan (anomi) atau ketidakstabilan masyarakat.
Jika kebingungan dan ketidakstabilan tersebut terjadi pada masyarakat yang
terbatas, maka kemungkinan penyesuian akan lebih mudah. Akn tetapi apabiala
terjadi pada masyarakat yang lebih besar dan luas atau pada masyarakat yang
heterogen, maka proses penyesuiannya relative lebih sulit dapat dicapai, sehingga
kemungkinan akan terjadinya kebingungan dan disentegrasi lebih besar (Merton,
1998).
Astrid S. Susanto (1977) mengemukakan ada beberapa fase reorganisasi
sehubungan dengan proses penyesuaian nilai-nilai dan norma-norma dalam
kehidupan masyarakat, yaitu antara lain :
1) Mula-mula adanya kegelisahan dan ketidakpuasan pada sebagai penduduk
(biasanya kaum terpelajar).
2) Terdapat popular-stage atau tersebarnya ide-ide perubahan.
3) Adanya program perencanaan pembangunan secara sistematis,
4) Adanya sistematika dalam pelaksanaan perencanaaan (formal stage)
5) Adanya badan yang menyalurkan stimulasi pembangunan terencana dengan
akibat bahwa pendapat diterima (institution stage)
6) Kompromipelaksanaan bahan penolakan ataupun bahan penerimaan
sepenuhnya, dan
7) Adanya sosial planning atau sosial organization sebagai hasil research

Lebih jauh Astrid Susanto (1977) menjelaskan bahwa, melalui proses


perubahan sosial masyarakat dapat dihasilkan tiga alternatifarah perubahan, yaitu :

1) Perubahan akan bergerak kearah baru dengan landasan pola perilaku dan nilai
lama,
2) Perubahan akan bergerak meuju pada suatu bentuk semi atau pertengahan
antara nilai-nilai,
3) Perubahan dapat bergerak kearah suatu pola perilaku dan nilai yang sama
sekali baru

2.5Bentuk - Bentuk Perubahan Sosial


Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi
beberapa bentuk, yaitu perubahan evolusi dan perubahan revolusi, perubahan
terencana dan perubahan tak terencana.
Perubahan evolusi adalah suatu perubahan sosial yang terjadi dalam proses
yang lambat dalam waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari
masyarakat yang bersangkutan. Perubahan tersebut berlangsung mengikuti
kondisi perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha masyarakat
dalam rangka nmenyesuaikan diri terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya
dengan perkembangan masyarakat pada waktu tertentu. Pada saat muncul perilaku
sosial baru dalam masyarakat, maka pertama kali terjadi proses kepercayaan
terhadap manfaat yang mungkin tercapai. Tahap berikutnya masyarakat mulai
melihat realita sosial, jika perubahn tersebut pada umumnya lebih banyak
memberikan manfaat atau berguna dalam rangka usaha memenuhi berbagai aspek
kebutuhan hidupnya, maka secara perlahan masyarakat akan menerima
perkembangan masyarakat yang bersangkutan sebagai suatu kebenaran. Misalnya
pada masyarakat yang homogen dengan pergaulan secar langsung, lambat laun
akan menerima sikap-sikap dan norma-norma sosial baru yang dating menurut
pola yang hiterogen. Menurut prinsip teori yang diuraikan oleh pakar sosiologi,
Herbert Spencer, bahwa kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi.
Masyarakat merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen ke
kelompok yang heterogen sifat dan susunannya. Perubahan seperti itu tidak pasti
arahnya, karena arus perubahannya menuju pada bentuk kehidupan yang
sempurna atau mungkin sebaliknya.
Perubahn revolusi, dimana perubahan berlangsung sangat cepat dan tidak
ada kehendak atau perencanaan sebelumnya. Secara sosiologis perubahan revolusi
diartikan sebagai perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Perubahn
tersebut dapat terjadi karena sudah ada perencanaan sebelumnya atau mungkin
tidak ada sama sekali. Perubahn revolusi serring kali diawali oleh ketengangan-

ketengangan atau konflik dalam tubuh masyarakat yang bersangkutan,


ketengangan-ketengangan tersebut sulit untuk dihindari, bahkan banyak yang
tidak bisa dikendalikan, sehingga kemudian ada yang menjelma menjadi tindakan
revolusi.
Perubahan terencan adalah perubahan yang diperkirakan atau yang telah
direncanakan terlebih dahulu sebelumnya oleh pihak-pihak yang khendak
mengadakan suatu perubahan dalam masyarakat. Pihak-pihak yang menghendaki
suatu perubahan dinamakan agen perubahan, yaitu seorang atau sekelompok
orang yang mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin satu
atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan. Perubahan yang terencana, selalu
berada dibawah kendali atau pengawasan dari agen perubahan tersebut.
Pelaksanaan rencana perubahan tidak hanya terbatas pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan tertentu saja, melainkan bisa juga diarahkan pada perubahan
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang lain dan dalam tubuh masyarakat yang
lain pula. Perubahan terencana, paling ideal dilakukan pada masyarakat yang pada
dasarnya telah mempunyai keiginan untuk mendapatkan perubahan, tetapi tidak
mampu mengimpelentasikannya. Dalam situasi seperti itu, masyarakat akan serta
merta dirasakan sesuai dengan khendak dan harapan mereka kemudia
menyesuaikan dengan perencanaan yang sudah ada. Perubahan terencana, yang
didahului oleh pengamatan tentang khendak dan harapan masyarakat sasaran
selanjutnya dapat pula merupakan rencana perubahan hasil-hasil perubahan
sebelum yang tidak menguntungkan pihak masyarakat.
Perubahan tak terencan adalah perubahan yang berlangsung diluar khendak
dan pengawasan masyarakat. Perubahan yang tidak dikhendaki tersebut biasanya
lebih banyak menimbulkan pertentangan-pertentangan yang merugikan kehidupan
masyarakat yang bersangkutan. Dalam kondisi demikian, anggota m,asyarakat
akan sulit diarahkan untuk melakukan perubahan, sebagai akibat kekecewaan
mereka yang mendalami. Kekecewaan tersebut terjadi sangat mungkin karena
pengalaman buruk mereka terhadap akibat-akibat daripada perubahan yang terjadi
sebelumnya yang tidak membuahkan kesejahteraan dan kepuasan, atau mungkin
karena masyarakat masih mempunyai kepercayaan yang sangat kuat terhadap
kesakralan dan keampuhan lembaga-lembaga sosial atau tradisi-tradisi sosial yang
hidup dalam masyarakat yang bersangkutan.

2.6Faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses Perubahan Sosial


Faktor-faktor yang mendorong proses perubahan.

10

a)

Kontak dengan kebudayaan lain.


Ralp Linton (1936) mengatakan, bahwa salah satu proses yang menyangkut
kontak dengan kebudayaan lain adalah difusi. Yang mengartikan difusi
sebagai proses penyebaran unsure-unsur kebudayaan individu keindividu
yang lain dari masyarakat sau kemasyarakat yang lain, sehingga dapat
dihimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Difusi berperan
dalam menyebarkan penemuan baru pada masyarakat luas, sehingga seluruh
manusia menikmati manfaatnya (soekanto,2002: 326). Faktor-faktor yang
berpengaruh difusimasyarakat antara lain, yaitu :
1. Adanya kontak antara masyarakat-masyarakat tersebut.
2. Kemampuan untuk mendemostrasikan kemanfaatan penemuan baru
tersebut.
3. Pengakuan akan kegunaan penemuan baru.
4. Ada tidaknya unsure-unsur kebudayaan yang menyaingi unsure-unsur
penemuan baru tersebut.
5. Peranan masyarakat yang menyebarkan penemuann baru di dunia ini.
6. Paksaan dapat juga dipergunakan untuk menerima suatu penemuan baru.

b)

System pendidikan formal yang maju


Pendidikan memiliki fungsi utama, antara lain sebagai transpormasi budaya,
penamaan nilai-nilai yang baru, serta membentuk pola fikir ilmiyah dan
obyektif. Fungsi pendidikan tersebut dapat memberikan masyarakat
kemampuan untuk menilai apakah kebudayan masyarakat dapat memenuhi
kebutuhan jaman atau tidak .

1. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk


maju.
2. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang yang bukan
merupakan delik.
3. Sistem stratifikasi terbuka.
4. Penduduk yang heterogen.
5. Ketidak puasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.
6. Nilai bahwa manusia harus senantiasa beriktiar untuk memperbaiki
hidupnya
7. Orentasi kemasa depan.
Faktor-faktor yang maenghalangi terjadinya perubahan.
Soekanto (2002; 330) menyebutkan, setidaknya ada 8 faktor yang menghalangi
terjadinya perubahan sosial, yaitu :
1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
11

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat


Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat
Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan
Perasangka terhadap hal-hal baru atau sikap yang tertutup
Hambatan-hambatan yang bersikap ideologis
Adat atau kebiasaan
Nilai bahwa hidup ini pada hakekatnya burukdan tidak mungkin diperbaiki.

2.7Aspek-Aspek Perubahan Sosial Pada Masyarakat Desa


Perubahan-Perubahan Khusus
Disini yang dimaksud dengan aspek-aspek perubahan yaitu menyangkut
tentang perubahan khusus dalam masyarakat desa yang diperkirakan penting
untuk memahami kehidupan masyarakat desa. Hal ini dapat memperdalam
pemahaman tentang dinamika kehidupan desa.
a. Urbanisasi dan Perkembangan Masyarakat Desa
Urbanisasi, terlebih dalam artinya sebagai proses pengotaan, adalah suatu
bentuk khusus modernisasi. Dengan kata lain, konsep modernisasi yang sangat
luas cakupan pengertiannya itu mendapatkan bentuknya yang khusus di pedesaan
dalam konsep urbanisasi. Sebagaimana diketahui urbanisasi adalah proses
pengotaan (proses mengotanya suatu desa), proporsi penduduk yang tinggal di
desa dan di kota, dan perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanward
migration).
Urbanisasi dalam arti proses pengkotaan hakekatnya meng gambarkan proses
perubahan dari suatu wilayah dengan masyara katnya yang semula adalah desa
atau bersifat pedesaan kemudian berubah dan berkembang menjadi kota atau
bersifat kekotaan. Dalam kenyataannya secara umum desa memang selalu
mengalami peru bahan dan perkembangan. Cepat-lambatnya atau besar-kecilnya
peru bahan dan perkembangan yang terjadi tergantung pada banyak faktor, antara
lain tergantung- kepada potensi wilayah yang bersangkutan. Perubahan itu secara
umum cenderung mengarah ke sifat-sifat perkotaan. Namun, tidak semua
perubahan dan perkembangan yang terjadi di desa itu dapat disimpulkan sebagai
proses pengkotaan (proses perubahan desa menjadi kota). Proses perubahan itu
seringkali hanya merupakan proses perubahan biasa saja, yang hakekatnya secara
umum terjadi di semua kelompok masyarakat. Menurut Roland L. Warren, proses
perubahan yang menunjukkan terjadinya metamor pose dari desa menjadi kota
hanya dapat disimak lewat adanya gejala yang disebut great change.
Indikator dari adanya great change ini adalah:

12

1. Division of labor, yakni bila pada desa itu telah menunjukkan tumbuh dan
berkembangnya kelompok-kelompok kerja yang berbeda-beda tetapi saling
ada ketergantungan atau jalinan.
2. Munculnya diferensiasi kepentingan dan asosiasi.
3. Semakin bertam bahnya hubungan yang sistemik dengan masyarakat yang
lebih luas.
4. Muncul dan berkembangnya fenomena birokratisasi dan imperso nalisasi
dalam kegiatan usaha;
5. Pengalihan fungsi-fungsi ke lembagaan bidang usaha yang menguntungkan.
6. Adanya proses penerapan gaya hidup perkotaan.
7. Adanya proses perubahan nilai-nilai (Roland L. Warren, 1963: 54).
Yang sering diulas dalam berbagai pembahasan adalah konsep urbanasasi
dalam artian pergeseran penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi dalam artian ini
banyak diulas berkaitan dengan kerugian- kerugian yang dialami desa jika
penduduknya bermigrasi ke kota. Desa akan kehilangan para penduduknya dan itu
menyebabkan desa semakin sulit berkembang. Disamping itu ada pula gejala
urbanisasi yang tidak permanen. Artinya, para migran tersebut tidak secara
permanen menetap di kota. Jika tidak ada peluang lagi bekerja di kota, mereka
akan kembali ke desa. Di desapun meski mereka lebih merasakan sebagai seorang
warga desa, namun selalu siap untuk bergerak ke kota apabila menemukan
peluang pekerjaan di kota.
b. Perubahan Kultural
Perubahan kultural (kebudayaan) adalah perubahan kebudayaan masyarakat
desa dari pola tradisional menjadi bersifat modern. Dalam hal ini yang dimaksud
adalah kebudayaan desa yang awalnya bersifat tradisional mulai dari alat yang
digunakan, ideologi, pendidikan, sedikit demi sedikit menjadi berkembang ke arah
yang lebih modern.
Yang menjadi titik tolak utama pengertian pola kebudayaan tradisional adalah
yang dikemukakan oleh Paul H. Landis an Everett M. Rogers. Seperti telah
diuraikan dalam bab tersebut, nurut Paul H. Landis keberadaan pola kebudayaan
tradisional tentukan oleh tiga faktor. Ketiga faktor itu adalah:
1. Sejauh mana ketergantungan masyarakat terhadap alam,
2. Bagaimana tingkat teknolo gi nya.
3. Bagaimana sistem. produksinya.
Pola kebudayaan tradisio nal akan tetap eksis apabila masyarakat desa
memiliki ketergantungan yang sangat besar terhadap alam, namun dengan tingkat
teknologi yang tinggi, dan produksi yang hanya ditujukan untuk memenuhi kebu
tuhan keluarga. Ini berarti bahwa apabila ketergantungan terhadap alam berkurang
13

atau bahkan hilang, tingkat teknologinya tinggi, dan produksi ditujukan untuk
mengejar keuntungan (profit orientecl), maka kebudayaan tradisional menjadi
kehilangan dasar eksistensinya Dan hal tersebut menunjukkan perubahan cultural
pada masyarakat desa yang sudah terlihat. Selain hal tersebut meningkatnya
teknologi pada masyarakat desa juga menunjukkan semakin berubahnya
kebudayaan di desa. Ynag awalnya menggunakan alat pertanian yang sederhana,
sekarang mulai maju dengan menggunakan teknologi-teknologi modern. Hal ini
tidak buruk karena dapat semakin memajukan desa kearah modern. Akan tetapi
masih ada kendala dalam memajukan desa kea rah modern. Hal ini disebabkan
karena cara hidup modern menuntut biaya tinggi. Sebaliknya, cara hidup
tradisional adalah merupakan cara hidup yang relatif murah. Oleh karena itu,
sekalipun misalnya penduduk telah mendapatkan dan menyerap pengetahuan baru
dan budaya modern, namun pengaruhnya hanya sebatas sikap dan pandangan
hidup saja. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan hidup
modern karena masalah struktural, yakni karena mereka termasuk golongan
miskin yang rendah tingkat keberdayaannya.
c. Perubahan Struktural
Senada dengan uraian tentang perubahan kebudayaan di atas, bagian ini juga
mencoba mengungkapkan perubahan struktur masya rakat desa yang menjadi
semakin bersifat kompleks.
Struktur adalah bagaimana bagian-bagian dari sesuatu berhubungan satu
dengan lain atau bagaimana sesuatu tersebut disatukan. Struktur adalah sifat
fundamental bagi setiap sistem. Identifikasi suatu struktur adalah suatu tugas
subjektif, karena tergantung pada asumsi kriteria bagi pengenalan bagianbagiannya dan hubungan mereka. Karenanya, identifikasi kognitif suatu struktur
berorientasi tujuan dan tergantung pada pengetahuan yang ada.

d. Perubahan Lembaga dan Kelembagaan


Lembaga adalah sebagai wahana untuk memenuhi kebutuhan dalam suatu
masyarakat. Dalam kaitan ini kelembagaan adalah sebagai wujud dari suatu
tindakan bersama (Collective action). Jadi jika suatu masyarakat menginginkan
suatu kebutuhan baru dan beragam maka secara otomatis lembaga lama akan tidak
berfungsi lagi.

14

Seperti telah dijelaskan di atas, secara umum lembaga diartikan sebagai


wahana untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam suatu masyarakat.
Kelembagaan dalam kaftan ini adalah tindakan bersama (collective action) yang
memiliki pola atau tertib yang jelas dalam upaya untuk mencapai tujuan atau
kebutuhan tertentu. ini berarti bahwa kelembagaan yang ada dalam suatu
masyarakat eksistensinya ditentukan oleh sifat dan ragam kebutuhan yang ada
dalam suatu masyarakat. Dengan demikian apabila dalam masyarakat muncul
kebutuhan-kebutuhan baru yang semakin meluas dan bera gam, maka lembagalembaga lama menjadi kurang dapat berfungsi. Sebagai konsekuensinya, lembagalembaga baru yang instrumental bagi pemenuhan kebutuhan baru itu semakin
dituntut keberadaannya. Munculnya lembaga-lembaga baru di desa-desa belum
tentu rupakan tanggapan dari kebutuhan-kebutuhan baru yang berkemba ng di
tengah masyarakat itu. Lembaga-lembaga baru dapat saja muncul berdasarkan
program-program pembangunan yang diadakan oleh Pemerintah. Sebagai contoh
di Indonesia terdapat seiurnfah mbaga baru seperti LSD/LKMD, BUD, KUD,
LMD, BPD, dan bagainya. Badan-badan lain di luar Pemerintah juga ikut
menyum bang hadirnya lembaga-lembaga baru itu, seperti misalnya berbagai
lembaga dari berbagai LSM yang bergerak di pedesaan.
e. Perubahan dan Pembangunan dalam Bidang Pertanian
Perubahan dan pembangunan di bidang pertanian tidak lepas dari perubahan
yang ada di dunia ini khususya dalam IPTEK dan teknologi yang menunjang
peningkatan dalam sektor pertanian.

BAB III
PENUTUP
2.1Kesimpulan

15

Jadi, jelaslah bahwa perubahan sosial dalam masyarakat dalam intinya ialah
perubahan norma-norma masyarakat. Karena perubahan norma dan proses
pembentukan norma baru merupakan inti dari usaha mempertahankan persatuan
hidup kelompok, dengan sendirinya proses perubahan masyarakat menjadi proses
disintegrasi dalam banyak bidang, sehingga demi kemajuan harus diusahakan
adanya reintegrasi yaitu: penampungan kembali dalam suatu kshidupan
bermasyarakat yang lebih cocok dengan kebutuhan baru masyarakat dimana
norma-norma yang lebih cocok ini akan merupakan ikatan masyarakat yang
baru/lebih luas.

3.2

Saran

Dengan adanya perubahan sosial, semoga dapat memberikan atau


menuntun masyarakat kedalam hidup yang lebih baik, dan dengan adanya
perubahan sosial yang terjadi dapat merupakan suatu kemajuan bagi masyarakat,
jangan sampai membawa kepada kemunduran,

16

Anda mungkin juga menyukai