Hipotermi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

Maret, 2016

HIPOTERMI PADA BAYI

Nama

: Nanda Hikma Lestari

No. Stambuk

: N 111 15 022

Pembimbing

: dr. Nurhaedah, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2016

BAB I
PENDAHULUAN

Kematian bayi baru lahir merupakan komponen utama tinginya angka kematian
bayi, di indonesia kematian anak dibawah 5 tahun telah menurunkan pengurangan
secara signifikan dan masalah kematian pada neonatal masih jadi penyumbang utama
kematian pada balita. 2 Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran
dan bayi masih berusia 0-28 hari dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari
kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim. Termoregulasi atau pengaturan suhu
tubuh merupakan aspek yang sangat penting dan menentang dalam perawatan BBL.
Suhu tubuh normal dihasilkan dari keseimbangan antara produksi dan kehilangan
panas tubuh. Salah satu masalah khusus pada bayi terutama BKB adalah
ketidakmampuannya untuk mempertahankan suhu tubuh yang normal. 1 Hipotermia
adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh berada dibawah 36,5Celsius. 3,4 Hipotermia
pada bayi baru lahir disebabkan belum sempurnanya pengaturan suhu tubuh bayi,
maupun pengetahuan yang kurang tentang pengelolaan bayi baru lahir yang benar.
Pengaturan suhu tubuh bayi baru lahir sangat penting untuk kelangsungan hidup dan
mencegah terjadinya hipotermia.1-3 Hipotermia pada bayi baru lahir mempengaruhi
metabolisme tubuh dan dapat mengakibatkan komplikasi hipoglikemia, asidosis
metabolik, distres pernapasan, dan infeksi. Hipotermia terjadi apabila suhu tubuh di
bawah 36,50C. Hipotermia terjadi akibat ketidakseimbangan antara produksi panas
dan kehilangan panas. Kehilangan panas pada bayi baru lahir dapat melalui 4 cara
yaitu evaporasi, konduksi, radiasi, dan konveksi. Kesalahan penanganan sesudah
lahir dapat menyebabkan bayi baru lahir kehilangan panas akibat keempat cara
tersebut Suhu normal adalah suhu tubuh yang menjamin kebutuhan oksigen bayi
secara individual dapat terpenuhi, pada kulit bayi: 36--36,5oC; pada aksila: 36,537,5oC; dan pada rektum 36,5-37,5oC C. Istilah hipotermia secara umum
digambarkan sebagai suhu tubuh kurang dari 36,5oC.1,
Menurut RISKESDAS 2007 didalam , penyebab kematian neonatal 0-6 hari
adalah gangguan pernafasan (37%), prematurias (34%), sepsis (12%), hipotermi
(7%), ikterus (6%) dan kelainan congenital (1%). Hipotermi merupakan penyebab
kematian bayi yang cukup tinggi, Pada neonatus yang baru lahir. Dimana,di dalam
tubuh ibunya, suhu tubuh fetus selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan
1

ibunya sudah terputus. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin


memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali. Dengan terpisahnya bayi dari
ibu, maka terjadilah awal proses fisiologik. Neonatus harus mempertahankan suhu
tubuhnya sendiri melalui aktifitas metabolismenya. Perubahan kondisi terjadi pada
neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh ibunya, suhu tubuh fetus selalu terjaga,
begitu lahir maka hubungan dengan ibunya sudah terputus dan neonatus harus
mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui aktifitas metabolismenya.4,6
Semakin kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan lemaknya. Semakin
kecil tubuh neonatus juga semakin tinggi rasio permukaan tubuh dengan massanya.
Temperatur rektal biasanya lebih rendah 1-2 oF atau 0,556- 1,112 oC di banding suhu
inti tubuhnya. Suhu membran timpani sangat akurat karena telinga tengah
mempunyai sumber vascular yang sama sebagaimana vaskular yang menuju
hipotalamus.4
Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan suhu
lingkungan. Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada
pediatrik, pengaturan tersebut masih belum matang dan belum efisien. Oleh sebab itu
pada

pediatrik ada

lapisan

yang

penting

yang dapat

membantu untuk

mempertahankan suhu tubuhnya serta mencegah kehilangan panas tubuh yaitu


rambut, kulit dan lapisan lemak bawah kulit. Ketiga lapisan tersebut dapat berfungsi
dengan baik dan efisien atau tidak bergantung pada ketebalannya. Sayangnya
sebagian besar pediatrik tidak mempunyai lapisan yang tebal pada ketiga unsur
tersebut.4
Transfer panas melalui lapisan pelindung tersebut dengan lingkungan
berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama panas inti tubuh disalurkan menuju
kulit. Tahap kedua panas tubuh hilang melalui radiasi, konduksi, konveksi atau
evaporasi. Saat ini telah dikembangkan tindakan untuk mencegah hipotermi pada
neonatal yaitu dengan menunda memandikan sampai suhu tubuh stabil.4

BAB II
TINJUAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi
Suhu tubuh atau temperatur normal pada anak dan dewasa adalah :
Usia
3 bulan
6 bulan
1 tahun
3 tahun
5 tahun
7 tahun
9 tahun
11 tahun
13 tahun
Dewasa
>70 tahun

Suhu (oc)
37,5
37,5
37,7
37,2
37,0
36,8
36,7
36,7
36,6
36,4
36,0

1.0 Tabel suhu tubuh


Suhu normal pada neonatus berkisar antara 36,5 OC - 37,5 OC pada suhu
ketiak. Gejala awal hipotermia apabila suhu < 36,5 oC atau kedua kaki dan tangan
teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami
hipotermia sedang (suhu 32oC - 36,5oC). Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh
< 32 oC. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer
ukuran rendah (low reading termometer) sampai 25 OC. Disamping sebagai suatu
gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan
kematian.2,6
Yang menjadi prinsip kesulitan sebagai akibat hipotermia adalah
meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi hipoksia), terjadinya metabolik asidosis
sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik, dan menurunnya simpanan glikogen
3

dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak dengan turunnya berat


badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake kalori.2
Suhu tubuh diatur oleh sistem saraf dan sistem endokrin, dimana :
1. Sistem Saraf : Merupakan pusat pengatur suhu tubuh, yaitu
hipotalamus preoptik hipotalamus anterior. Saat terjadi
pemanasan pembuluh darah akan mengalami vasodilatasi dan
saat dingin pembuluh darah akan mengalami vasokonstriksi.
2. Sistem Endokrin : Dingin mengakibatkan sekresi tiroksin yang
mengakibatkan peningkatan metabolisme dan pembentukan panas.
Hormon kelamin pria dapat meningkatka kecepatan metabolisme
basal

kira-kira

10-15%

kecepatan

normal,

menyebabkan

peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuaso suhu lebih


bervariasi

daripada

laki-laki

karena

pengeluaran

hormon

progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar


0,3-0,6 oC di atas suhu basal. Hormon pertumbuhan (growth
hormone) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme
sebesar 15-20%. Akibatnya,produksi panas tubuh juga meningkat.

Sedangkan

pengeluaran panas atau kehilangan panas/heat loss terdiri dari 4

mekanisme yang aktif dalam pengeluaran panas, yaitu :

a. Konduksi : adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara


tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan
yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh
bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda-benda
tersebut4,5.
b. Konveksi : adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar
udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di
dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas.
Kehilangan panas juga terjadi jika ada aliran udara dingin dari kipas angin,
hembusan udara dingin melalui ventilasi/pendingin ruangan4,5.
c. Radiasi : adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di
dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi.
Bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut
menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara
langsung) 4,5.
d. Evaporasi : adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban pada
permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Hal ini merupakan jalan
utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika saat lahir
tubuh bayi tidak segera dikeringkan atau terlalu cepat dimandikan dan
tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.4,5

2.2 Etiologi Hipotermi


Penyebab terjadinya penurunan suhu tubuh pada bayi disebabkan karena ;
Luas permukaan tubuh pada bayi baru lahir (terutama jika berat badannya
rendah), relatif lebih besar dibandingkan dengan berat badannya sehingga panas
5

tubuhnya cepat hilang.

Pada cuaca dingin, suhu tubuhnya cenderung

menurun.Panas tubuh juga bisa hilang melalui penguapan, yang bisa terjadi jika
seorang bayi yang baru lahir dibanjiri oleh cairan ketuban. 1,2
Neonatus mudah sekali terkena hipotermi, hal ini disebabkan oleh karena:

Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan

sempurna
Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas
Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakainnya agar dia tidak

kedinginan
Keadaan yang menimbulkan kehilangan panas yang berlebihan, seperti
lingkungan dingin, basah, atau bayi yang telanjang,cold linen, selama
perjalanan dan beberapa keadaan seperti mandi, pengambilan sampel
darah, pemberian infus, serta pembedahan. Juga peningkatan aliran

udara dan penguapan.


Ketidaksanggupan menahan panas, seperti pada permukaan tubuh yang
relatif luas, kurang lemak, ketidaksanggupan mengurangi permukaan
tubuh, yaitu dengan memfleksikan tubuh dan tonus otot yang lemah

yang mengakibatkan hilangnya panas yang lebih besar pada BBLR.


Kurangnya metabolisme untuk menghasilkan panas, seperti defisiensi
brown fat, misalnya bayi preterm, kecil masa kelahiran, kerusakan sistem
syaraf pusat sehubungan dengan anoksia, intra kranial hemorrhage,
hipoksia, dan hipoglikemia. 2
Hipotermi dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekelilingi bayi rendah

dan upaya mempertahankan suhu tubuh tidak di terapkan secara tepat, terutama
pada masa stabilisasi yaitu: 6-12 jam pertama setelah lahir.2
Hipotermia juga bisa menyebabkan hipoglikemia (kadar gula darah yang
rendah), asidosis metabolik (keasaman darah yang tinggi) dan kematian.Tubuh
dengan cepat menggunakan energi agar tetap hangat, sehingga pada saat
kedinginan bayi memerlukan lebih banyak oksigen. Karena itu, hipotermia bisa
menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke jaringan. 2
6

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hipotermi antara lain paparan


suhu lingkungan, intoksikasi alkohol, cedera otak, syok dan beberapa kondisi
penyakit seperti hipotiroidism, neuropati, diabetes dan hipoglikemi. Kelelahan
dan juga keseimbangan energi yang negatif juga meningkatkan risiko terjadinya
hipotermi.2
Jika suhu inti terancam menurun, sebagai upaya untuk mengatasinya
adalah dengan mengatur produksi panas (tremor otot dan gerak tubuh).
Kedinginan yang mengancam akan memicu perubahan sikap, tergantung
penyebab yang mendasarinya (misalnya dengan melindungi terhadap angin
dengan penambahan pakaian, meninggalkan kolam renang, berkemul, dll). Jika
reaksi perubahan sikap ini tidak muncul (tidak dilakukan) dapat terjadi
hipotermia, yakni penurunan suhu inti di bawah 35oC. Hal ini dapat terjadi karena
alasan fisik yang tidak memungkinkan keluar dari situasi tersebut, atau bahaya
hipotermia yang tidak disadari, atau akibat ganggua neurologist, hormon, atau
metabolic. Membenamkan diri di dalam air bersuhu 5 10 oC selama 10 menit
dapat menimbulkan hipotermia (tergantung ketebalan lemak). Memakai pakaian
basah ditempat dengan hembusan angin yang kuat bersuhu lingkungan 0 oC dapat
menyebabkan hipotermia dalam waktu kurang dari 1 jam.2
Risiko hipotermia terutama terdapat pada orang yang sudah tua (rentang
pengaturan suhunya mulai terbatas) dan bayi (terutama bayi baru lahir) karena
perbandingan luas permukaan dengan massa tubuh relatif besar, produksi panas
basal yang kurang, dan lapisan lemak subkutan yang masih tipis. Orang dewasa
muda yang tidak berpakaian tetap dapat mempertahankan suhu inti meskipun
suhu lingkungan turun menjadi 27oC karena produksi panas basalnya cukup. Pada
neonatus, hipotermia dapat terjadi pada suhu lingkungan <34 oC.2

2.3 Patofisiologi
Suhu tubuh diatur dengan mengimbangi produksi panas terhadap
kehilangan panas. Bila kehilangan panas dalam tubuh lebih besar dari pada laju
pembentukan panas maka akan terjadi penurunan suhu tubuh. Begitu juga
7

sebaliknya bila di dalam tubuh lebih besar dari pada kehilangan panas, timbul
panas di dalam tubuh dan suhu tubuh akan meningkat.1
Gangguan salah satu atau lebih unsure-unsur termoregulasi akan
mengakibatkan suhu tubuh berubah, menjadi tidak normal. Apabila terjadi
paparan dingin, secara fisiologis tubuh akan memberikan respon untuk
menghasilkan panas berupa;
1. Shivering thermoregulation/ST
merupakan mekanisme tubuh berupa menggigil atau gemetar secara involunter
akibat dari kontraksi otot untuk menghasilkan panas.
2. Non-Shivering thermoregulation/NST
merupakan mekanisme yang dipengaruhi oleh stimulasi system saraf simpatis
untuk menstimulasi proses metabolic dengan melakukan oksidasi terhadap
jaringan lemak coklat. peningkatan metabolism jaringan lemak coklat akan
meningkatkan produksi panas dari tubuh.
3. vasokonstriksi periver
mekanisme ini juga distimulasi oleh system saraf simpatis, kemudian system
saraf perifer akan memicu otot sekitar arteriol kulit untuk berkontraksi
sehingga terjadi vasokonstriksi. keadaan ini efektif untuk mengurangi aliran
darah ke jaringan kulit dan mencegah hilangnya panas yang tidak berguna.1
Sedangkan berdasarkan kejadiannya, hipotermia dibagi atas: 1

Hipotermia sepintas, yaitu penurunan suhu tubuh 12 derajat Celsius


sesudah lahir. Suhu tubuh akan menjadi normal kembali sesudah bayi
berumur 4-8 jam, bila suhu lingkungan diatur sebaik-baiknya. Biasanya hal
ini terdapat pada BBLR, hipoksia (suatu keadaan dimana suplai oksigen
tidak mencukupi untuk keperluan sel, jaringan atau organ), ruangan tempat
bersalin yang dingin, bila bayi tidak segera dibungkus setelah lahir, terlalu
cepat dimandikan (kurang dari 4 jam sesudah lahir), dan pemberian morfin

pada ibu yang sedang bersalin.


Hipotermia akut, terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama
6-12 jam. Umumnya terdapat pada bayi dengan BBLR di ruang tempat
bersalin yang dingin, inkubator yang tidak cukup panas, kelalaian terhadap
bayi yang akan lahir, yaitu diduga mati dalam kandungan tetapi ternyata
8

hidup dan sebagainya. Gejalanya adalah lemah, gelisah, pernapasan dan


bunyi jantung lambat serta kedua kaki dingin. Terapi yang dilakukan adalah
dengan segera memasukkan bayi ke dalam inkubator yang suhunya telah
diatur menurut kebutuhan bayi dan dalam keadaan telanjang supaya dapat

diawasi dengan teliti.


Hipotermia sekunder. Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh
suhu lingkungan yang dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, sindrom
gangguan pernapasan dengan hipoksia atau hipoglikemia, perdarahan intrakranial tranfusi tukar, penyakit jantung bawaan yang berat, dan bayi dengan
BBLR serta hipoglikemia. Pengobatannya ialah dengan mengobati
penyebabnya, misalnya dengan pemberian antibiotik, larutan glukosa,
oksigen, dan sebagainya.Pemeriksaan suhu tubuh pada bayi yang sedang
mendapat tranfusi tukar harus dilakukan beberapa kali karena hipotermia
harus diketahui secepatnya. Bila suhu tubuh bayi sekitar 32 derajat Celsius,
tranfusi tukar harus dihentikan untuk sementara waktu sampai suhu tubuh

menjadi normal kembali.


Celsius Cold injury, yaitu hipotermia yang timbul karena terlalu lama dalam
ruangan dingin (lebih dari 12 jam). Gejalanya ialah lemah, tidak mau
minum, badan dingin, suhu berkisar antara 29,535 derajat, tak banyak
bergerak, edema, serta kemerahan pada tangan, kaki, dan muka seolah-olah
bayi dalam keadaan sehat; pengerasan jaringan subkutis. Bayi seperti ini
sering mengalami komplikasi infeksi, hipoglikemia, dan perdarahan.
Pengobatannya ialah dengan memanaskan secara perlahan-lahan, antibiotik,
pemberian larutan glukosa 10 persen, dan kortikosteroid.1,2

2.4 Penangan pada Hipotermi


Prinsip penanganan hipotermia adalah penstabilan suhu tubuh dengan
menggunakan selimut hangat (tapi hanya pada bagian dada, untuk mencegah
turunnya tekanan darah secara mendadak) atau menempatkan pasien di ruangan
yang hangat. Berikan juga minuman hangat(kalau pasien dalam kondisi sadar).2

Pencegahan dan Penanganan Hipotermi Pemberian panas yang mendadak,


berbahaya karena dapat terjadi apnea sehingga direkomendasikan penghangatan
0,5-1C tiap jam (pada bayi < 1000 gram penghangatan maksimal 0,6 C). Untuk
mencegah komplikasi hipotermia, pemanasan terhadap bayi harus segera
dilakukan. Penyebab hilangnya panas harus segera dihentikan, suhu harus terus
dimonitor, dan investigasi terhadap penyebab-penyebab patologi atau iatrogenik
harus diperiksa. Jika hipotermianya ringan, dilakukan pemanasan yang perlahanlahan. Panas yang diberikan lebih tinggi sedikit dari panas kulit dan perlahanlahan dinaikkan hingga dicapai suhu yang kira-kira sama dengan suhu ruangan
yang normal (tabel 2). Suhu kulit, aksila, dan ruangan harus diukur setiap 30
menit selama masa pemanasan.2
Dianjurkan untuk menaikkan panas satu derajat tiap satu jam, kecuali jika
berat badan bayi yang kurang dari 1200 gram, usia kehamilan kurang dari 28
minggu, atau suhunya kurang dari 32oC, dan bayi dapat dipanaskan lebih
perlahan-lahan (rata-rata tidak lebih dari 0,6oC tiap jam).2
Hipotermia Sedang

Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat,
memakai topi dan selimuti dengan selimut hangat.

Bila ada ibu/ pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan


melakukan kontak kulit dengan kulit atau perawatan bayi lekat (PMK:
Perawatan Metode Kanguru).

Bila ibu tidak ada:


o Beri bayi baju hangat dan topi, dan tutupi dengan selimut hangat;
o Hangatkan kembali bayi dengan rnenggunakan alat pemancar panas,
gunakan inkubator dan ruangan hangat, bila perlu;
o Periksa suhu alat penghangatdan suhu ruangan, beri ASI peras dengan
mengunakan salah satu alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan
pengatur suhu;

10

Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu,
berikan ASI peras menggunakan salah satu alternatif cara pemberian
minum

Mintalah ibu untuk mengamati tanda kegawatan (misalnya gangguan


napas, kejang, tidak sadar) dan segera mencari pertolongan bila terjadi hal
tersebut.

Periksa kadar glukosa darah, bila < 45 mg/dL (2,6 mmol/L), tangani
hipoglikemia.

Nilai tanda kegawatan, misalnya gangguan napas, bila ada tangani


gangguan napasnya.

Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0,5C/ jam,
berarti usaha menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap 2
jam:

Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang 0,5C/jam, cari tanda
sepsis.

Setelah suhu tubuh normal:


o Lakukan perawatan lanjutan
o Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam

Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik
serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit,
bayi dapat dipulangkan. Nasihati ibu cara menghangatkan bayi di rumah.
Hipotermia Berat

Segera hangatkan bayi di bawah pemancar panas yang telah dinyalakan


sebelumnya, bila mungkin. Gunakan inkubator atau ruangan hangat, bila
perlu.

Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu. Beri pakaian yang hangat,
pakai topi dan selimuti dengan selimut hangat.

Bila bayi dengan gangguan napas (frekuensi napas lebih 60 atau kurang
30 kali/menit,tarikan dinding dada, merintih saat eksipirasi), lakukan
manajemen Gangguan napas.
11

Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis rumatan, dan infus
tetap terpasang di bawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan

Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah kurang 45 mg/dL
(2,6 mmol/L),tangani hipoglikemia.

Nilai tanda kegawatan pada bayi (misalnya gangguan napas, kejang atau
tidak sadar) setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam
sampai suhu tubuh kembali dalam batas normal.

Ambil sample darah dan beri antibiotika sesuai dengan yang disebutkan
dalam penanganan kemungkinan besar sepsis.

Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap:


o Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI peras dengan menggunakan
salah satu alternatifcara pemberian minum
o Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan
beri ASI peras begitu suhu bayi mencapai 36,5C.

Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5o C/
jam, berarti upaya menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan
memeriksa suhu bayi setiap 2 jam.

Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu
ruangan setiap jam

Setelah suhu tubuh bayi normal:


o Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi
o Pantau bayi selama 12 jam kemudian, dan ukur suhunya setiap 3 jam

Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi
tetap dalam batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada
masalah lain yang memerlukan perawatar di rumah sakit, bayi dapat
dipulangkan dan nasehati ibu bagaimana cara menjaga agar bayi tetap
hangat selama di rumah.1

Peralatan yang dipakai untuk mengatasi hipotermia:


1. Closed incubator.
12

Biasanya digunakan untuk bayi yang mempunyai berat kurang dari


1800 gram. Kerugian pemakaian alat ini adalah kita sulit untuk
mengamati dan melakukan tindakan terhadap bayi. Perubahan suhu yang
berhubungan dengan sepsis bisa kabur karena alat ini. Bayi dikeluarkan
dari inkubator bila suhu tubuh dapat bertahan pada suhu lingkungan lebih
dari 30oC (biasanya sewaktu tubuh telah mencapai kira-kira 1800 gram).
Inkubator ini biasanya memakai alat-alat berikut: Pengatur suhu sendiri,
yang ditaruh di atas perut bayi. Bila suhu tubuh bayi turun, panas akan
dihasilkan sesuai target dan alat akan mati secara otomatis. Kerugiannya
adalah bila sensornya lepas atau rusak dapat terjadi panas yang
berlebihan. Air temperatur control device.
2. Radiant warmer
Khusus dipakai pada bayi yang tidak stabil atau yang sedang
mengalami pemeriksaan. Temperatur dapat diatur dengan memakai skin
probe atau manual mode. Pengaturan suhu tubuh pada bayi cukup bulan
yang normal (> 2500 gram) antara lain tempatkan bayi di bawah pemanas
segera setelah bayi lahir, keringkan seluruh tubuh untuk mencegah
kehilangan panas dengan cara penguapan, tutup kepala dengan cap,
bungkus bayi dengan selimut, masukkan dalam tempat tidur bayi.
Pengaturan suhu tubuh bayi cukup bulan yang sakit, prosedurnya sama
dengan bayi cukup bulan yang sehat, kecuali radiant warmer-nya dengan
pengatur suhu sendiri.2
Pengaturan panas pada bayi prematur (1000-2500 gram) yaitu untuk
berat bayi 1800-2500 gram, tanpa masalah medis, digunakan tempat tidur
bayi, topi, dan selimut biasanya sudah cukup. Juga dapat digunakan cara
skin-to-skin (kangaroo). Untuk bayi 1000-1800 gram, bayi yang sehat
seharusnya ditempatkan di inkubator tertutup dengan pengatur suhu
sendiri. Sedangkan untuk bayi yang sakit ditempatkan di bawah radiant
warmer dengan pengatur suhu sendiri.
13

4.0 closed incubator dan radiant warmer

2.5 Komplikasi Hipotermi


Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat hipotermia: hipoglikemia
karena

kekurangan

cadangan

glikogen.

Asidosis

metabolik

disebabkan

vasokonstriksi perifer dengan metabolisme anaerobik dan asidosis. Hipoksia


dengan kebutuhan oksigen yang meningkat, gangguan pembekuan, dan
perdarahan pulmonal dapat menyertai hipotermia berat. Schok dengan akibat
penurunan tekanan arteri sistemik, penurunan volume plasma, dan penurunan
cardiac output. Apnea dan perdarahan intra ventrikuler.2
2.6 Pencegahan hipotermi
Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL, belum berfungsi
sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan
kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan
hipotermia, berisiko tinggi untuk mengalami sakit berat atau bahkan kematian.
Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau
tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang
relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah lebih rentan untuk
mengalami hipotermia. Walaupun demikian, bayi tidak boleh menjadi
hipertermia (temperatur tubuh lebih dari 37,5C) 5
Sepuluh langkah melakukan tujuh rantai hangat, yaitu 1

14

Ruang melahirkan yang hangat


Selain bersih, ruang bersalin tempat ibu melahirkan, harus cukup hangat
dengan suhu ruangan antara 25oC-23oC serta bebas dari aliran arus udara
melalui jendela, pintu, ataupun dan kipas angin. Selain itu saran resusitasi
lengkap yang diperlukan untuk pertolongan BBL sudah disiapkan, serta harus
dihadiri paling tidak 1 orang tenaga terlatih dalam resusitasi BBL sebagai
penanggung jawab pada perawatan BBL.

Pengeringan segera
Segera setelah lahir, bayi dikeringkan kepala dan tubuhnya, dan segera
mengganti kain yang basah dengan kain yang hangat dan kering. Kemudian
diletakkan di permukaan yang hangat seperti pada dada atau perut ibunya atau
segera dibungkus dengan pakaian hangat. Kesalahan yang sering dilakukan
adalah, konsentrasi penolong kelahiran terutama pada oksigenasi dan tindakan
pompa jantung pada waktu resusitasi, sehingga rnelupakan kontrol terhadap
paparan dingin yang kemungkinan besar terjadi segera setelah bayi dilahirkan.
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu
menghangatkan tubuh bayi. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang
kering.

Kontak kulit dengan kulit


Kontak kulit dengan kulit adalah cara yang sangat efektifuntuk mencegah
hilangnya panas pada BBL, baik pada bayi-bayi aterm maupun preterm. Dada
atau perut ibu, merupakan tempat yang sangat ideal bagi BBL untuk
rnendapatkan lingkungan suhu yang tepat. Apabila oleh karena sesuatu hal
melekatkan BBL ke dada atau ke perut ibunya tidak dimungkinkan, maka bayi
yang telah dibungkus dengan kain hangat dapat diletakkan dalam dekapan
lengan ibunya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan.
Mencegahkehilangan panas dan anjurkan ibu untuk rnenyusui bayinya segera
setelah lahir sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalarn waktu satu jam
pertama kelahiran.
15

Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu
dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus
berada di dalam satu pakaian (merupakan teknologi tepat guna baru) disebut
sebagai Metoda Kanguru. Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar
berkancing depan.
Metode perawatan kontak kulit dengan kulit (Skin to skin contact / Kangoroo
mother care / KMC / perawatan bayi lekat) dalam perawatan bayi selanjutnya
sangat dianjurkan khususnya untuk bayi-bayi kecil, oleh karena dari beberapa
penelitian dilaporkan adanya penurunan secara bermakna angka kesakitan dan
angka kematian bayi-bayi kecil.

Pemberian ASI
Pemberian ASI sesegera mungkin, sangat dianjurkan dalam jam -jam pertama
kehidupan BBL. Pemberian ASI dini dan dalam jumlah yang mencukupi kini
sangat menunjang kebutuhan nutrisi, serta akan berperan dalam proses
termoregulasi pada BBL.

Tidak segera memandikan/menimbang bayi


Memandikan bayi dapat dilakukan beberapa jam kemudian (paling tidak
setelah 6 jam) yaitu setelah keadaan bayi stabil. Oleh karena tindakan
memandikan bayi segera setelah lahir, akan menyebabkan terjadinya
penurunan suhu tubuh bayi. Mekonium, darah, atau sebagian verniks, dapat
dibersihkan pada waktu tindakan mengeringkan bayi. Sisa verniks yang masih
rnenernpel di tubuh bayi tidak perlu dibuang, selain tindakan tersebut akan
menyebabkan iritasi kulit juga verniks tersebut masih bermanfaat sebagai
pelindung panas tubuh bayi, dan akan direabsorbsi dalam hari-hari pertama
kehidupan bayi.
Menimbang bayi dapat ditunda beberapa saat kemudian, oleh karena dengan
tindakan menimbang sangat dimungkinkan akan terjadi penurunan suhu tubuh
bayi. Sangat dianjurkan pada waktu menimbang bayi, timbangan yang
diigunakan diberi alas kain hangat.

Pakaian dan selimut bayi yang adekuat

16

Secara umum, BBLmemerlukan beberapa lapis pakaian dan selirnut lebih


banyak daripada orang dewasa. Pakaiandalam halini juga meliputi topi, karena
sebagiam besar (kurang lebih 25 %) kehilangan panas dapat terjadi melalui
kepala bayi. Pakaian dan selimutseyogyanya cukup longgar, sehingga
meimungkinkan adanya lapisan udara diantara pemukaannya sebagai
penyangga panas tubuh yang cukup efektif. Bedong (swaddling) yang
biasanya sangat erat sebaiknya dihindarkan, selain menghilangkan lapisan
udara sebagai penyangga panas, juga menaikkan risiko terjadinya pneumonia
dan penyakit infeksi saluran nafas lainnya, karena tidak memungkinkan paru
bayi mengembang sempurna pada waktu bernafas.

Rawat Gabung
Bayi-bayi yang dilahirkan di rumah ataupun yanng dilahirkan di rumah sakit,
seyogyanya dijadikan satu, dalam tempa tidur yang sama dengan ibunya,
selama 24 jam penuh dalam ruangan yang cukup hangat (minimal 25C). Hal
ini akan sangat menunjang pemberian ASI ondemand, serta mengurangi risiko
terjadinya infeksi nosokomial pada bayi-bayi yang lahir di rumah sakit.

Transportasi hangat
Apabila bayi perlu segera dirujuk ke rumah sakit, atau ke bagian lain di
lingkungan rumah sakit seperti di ruang rawat bayi atau di NICU, sangat
penting untuk selalu menjaga kehangatan bayi selama dalarn perjalanan.
Apabila memungkinkan, adalah merujuk bayi bersarnaan dengan ibunya
dalam perawatan bayi lekat, oleh karena hal ini merupakan cara yang
sederhana dan aman.

Resusitasi hangat
Pada waktu melakukan resusitasi, perlu menjaga agar tubuh bayi tetap hangat.
Hal ini sangat penting, oleh karena bayi-bayi yang mengalami asfiksia,
tubuhnya tidak dapat menghasilkan panas yang cukup efisien schingga
mempunyai risiko tinggi menderita hipotermia. 1,5

17

Pada waktu melakukan resusitasi di rumah sakit, memberikan


lingkungan yang hangat dan kering, dengan meletakkan bayi di bawah alat
pemancar panas, merupakan salah satu dari rangkaian prosedur standar
resusitasi BBL.1,

Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan setiap orang
ialah metode dekap, yaitu bayi diletakkan telungkup dalam dekapan ibunya
dan keduanya iselimuti agar bayi senantiasa hangat.1,3 Bayi yang dirawat
dengan metode Kangguru lebih cepat mencapai suhu normal dibandingkan
bayi yang dirawat dalam incubator, ini disebabkan suhu pada kulit ibu yaitu
berkisar antara 360C-370C bisa memberikan lingkungan yang nyaman sesuai
dengan lingkungan. 1,3,4

6.0 metode dekap

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
18

Hipotermi pada bayi baru lahir perlu mendapat perhatian dari para
petugas kesehatan dan khususnya calon ibu yang akan memiliki anak. Mereka
perlu memiliki pengetahuan tentang bagaimana cara memperlakukan bayi
pertama kali ketika lahir.
Penanganan yang salah terhadap bayi bisa menyebabkan dampak
negatif bagi mereka. Sebagai contoh terjadinya hipotermi pada bayi
disebabkan oleh kebiasaan / perilaku yang salah seperti mengeringkan dan
membersihkan tubuh bayi menunggu setelah plasenta lahir, memandikan bayi
dilakukan segera setelah lahir, membersihkan lemak bayi segera setelah lahir,
memercikkan air hangat / air dingin / air kembang / minyak wangi pada bayi
baru lahir yang tidak menangis (untuk merangsang pernafasan) , mengosok
tubuh bayi dengan minyak kayu putih / obat gosok , bayi baru lahir tidak
segera didekapkan / dipisah /tidak segera disusui oleh ibunya. Semua
kebiasaan diatas justru mengakibatkan penurunan suhu tubuh pada bayi.
Hipotermi merupakan salah satu penyebab tersering dari kematian bayi
baru lahir. Oleh karena itu para petugas kesehatan harus melakukan tindakan
pencegahan terjadinya hipotermi di tingkat pelayanan dasar. Sebaiknya para
petugas kesehatan memiliki penguasaan dalam mencegah dan menangani
hipotermi pada bayi baru lahir untuk memberikan dampak positif yang sangat
berarti dalam mencegah terjadinya kematian. Begitu pula dengan ibu,
penolong persalinan, dan keluarga di rumah yang bisa dengan mudah
mencegah terjadinya hipotermi.

DAFTAR PUSTAKA

19

1. Yunanto, A. Termoregulasi dalam Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama.


IDAI. Jakarta; 2014
2. Alit, P.S. Sarana Emergensi untuk Penanganan Stabilisasi dan Rujukan Bayi
Baru Lahir dengan Berat Lahir Rendah. Bogor; 2011. Di akses pada 15
Desember
2015
dari
<
http://jurnals1.fsrd.itb.ac.id/index.php/product/article/view/251 >
3. Rochima, P.I, Suradi.R, Munasir.Z. Insidens dan Faktor Resiko Hipotermia
Akibat Memandikan Bayi Lahir Cukup Bulan. Sari Pediatri. Jakarta ; 2009. Di
akses pada 15 Desember 2015 dari < http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/8-41.pdf >
4. Mitayanti et al. Efektivitas perawatan metoda kangguru (PMK) terhadap
adaptasi suhu bayi baru lahir beresiko masa pemulihan diruang perinatologi
level II IRNA anak RSUP Dr.Djamil. Padang ; 2011. Diakses pada tanggal 15
Desember
2015
dari
<https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKE
wi6ur3z4uHJAhXMCo4KHfL0CnMQFggiMAA&url=http%3A%2F
%2Fwww.journal.mercubaktijaya.ac.id%2Fdownlotfile.php%3Ffile
%3D5.pdf&usg=AFQjCNEYpG2y9PyAFYD7GrqTQt6Q5-qudg >
5. Tanjung, W, 2010. Buku saku pelayanan kesehatan neonatal esensial.
Kementrian Kesehatan RI; Jakarta. Diakses pada 6 Maret 2016 dari <
http://www.gizikia.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2011/09/Buku-Saku-Pelayanan-KesehatanNeonatal-Esensial.pdf >
6. Banun, S.T.I, Mufida, N. Hubungan tingkat pengethuan ibu nifas paritas I
tentang peranan perawatan bayi baru lahir dengan kejadian hipotermi.
Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum. Jombang; 2014. Diakses pada
tanggal
5
Maret
2016
dari
<
http://www.journal.unipdu.ac.id/index.php/eduhealth/article/view/453 >

20

Anda mungkin juga menyukai