Bab I Pendahuluanfisika
Bab I Pendahuluanfisika
Bab I Pendahuluanfisika
Deni Rachmat, MT
Silabi
Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
SILABUS
Lamp)
TUJUAN UMUM
OUT COMES
Mahasiswa mampu memanfaatkan
BUKU ACUAN
Serway, Reymond A, Physics for Scientist and
EVALUASI
(contoh)
Fisika Dasar 1 = 3 SKS = 100%
1. Praktikum
1 SKS = 34 %
Tugas Pendahuluan = 20%
Laporan Akhir
= 30%
Keaktifan Praktikum = 20% dari Praktikum
Kehadiran : 20% dari Praktikum
2. Teori
2 SKS = 66 %
(Teknik Perminyakan)
Kehadiran = 10 % dari Teori
UTS
= 30 % dari Teori
UAS
= 40 % dari Teori
Tugas
= 20 % dari Teori
RUANG LINGKUP
ILMU FISIKA
Dalam bahasa Yunani ilmu fisika disebut dengan
PERISTIWA ALAM
Perilaku partikel di dalam ruang dari waktu ke waktu,
termasuk bagaimana mereka berinteraksi satu sama
lain.
Interaksi
Gravitasi
Elektromagnet
Lemah
Kuat
Besaran Gaya
Fisika
Klasik
(sebelum 1920)
Posisi dan Momentum
partikel dapat ditetapkan
secara tepat
Ruang dan Waktu
merupakan
dua hal yang terpisah
Hukum Newton
Kuantum
(setelah 1920)
Ketidak pastian Posisi
dan Momentum partikel
Ruang dan Waktu
merupakan satu
kesatuan
Dualisme
Gelombang-Partikel
Metode Ilmiah
Pengamatan terhadap
Peristiwa alam
Hipotesa
TidakCocok
Eksperimen
Uji prediksi
Teori
Hasil
positif
Perbaiki teori
Hasil negatif
Prediksi
MEKANIKA
STATIKA
ELCTROMAGNETIC
CONTD
Mekanika adalah Ilmu Fisika yang
CONTD
Mekanika benda padat dibagi dua yaitu:
Klasifikasi Mekanika
Akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan,
Mekanika Klasik
Bertumpu pada landasan Hukum Galileo,
PRINSIP DASAR
MEKANIKA
CONTD
CONTD
CONTD
Pengukuran
Pengamatan
Peristiwa Alam
Model
Eksperimen
Besaran Fisika
Contd
Fisika adalah Ilmu Percobaan (EKSPERIMEN),
Contd
Ketika mengukur suatu besaran, sama halnya
Pengukuran
Alat Ukur
Kuantitas
(Hasil Pengukuran)
Sistem Matrik
Kalibrasi
SI
Penyajian
Harga
Standar ukuran
Satuan
Sistem satuan
Contd
Mengukur berarti mendapatkan sesuatu
Konseptual
Besaran Pokok
: besaran yang ditetapkan
dengan suatu standar ukuran
Besaran Turunan
: Besaran yang dirumuskan
dari besaran-besaran pokok
Besaran
Fisika
Besaran Skalar
: hanya memiliki nilai
Matematis
Besaran Vektor
: memiliki nilai dan arah
Besaran Pokok
(dalam SI)
Satuan
(dalam SI)
Massa
kilogram (kg)
Panjang
meter (m)
Waktu
sekon (s)
Arus listrik
ampere (A)
Suhu
kelvin (K)
Jumlah Zat
mole (mol)
Intensitas
kandela (cd)
Faktor Awalan
Simbol
Faktor Awalan
Simbol
1018
exa-
10-1
desi-
1015
peta-
10-2
senti-
1012
tera-
10-3
mili-
109
giga-
10-6
mikro-
106
mega-
10-9
nano-
103
kilo-
10-12
piko-
102
hekto-
10-15
femto-
101
deka-
da
10-18
ato-
Panjang - meter :
Satu meter adalah panjang lintasan di dalam ruang hampa
yang dilalui oleh cahaya dalam selang waktu
1/299,792,458 sekon.
CONTD
Massa - kilogram :
CONTD
Waktu - sekon
Besaran Turunan
Contoh :
Kecepatan
pergeseran yang dilakukan persatuan waktu
satuan : meter per sekon (ms-1)
Percepatan
perubahan kecepatan per satuan waktu
satuan : meter per sekon kuadrat (ms-2)
Gaya
DIMENSI
Dimensi menyatakan esensi dari suatu besaran
Besaran
Pokok
Simbol
Dimensi
Besaran
Pokok
Simbol
Dimensi
Massa
Suhu
Panjang
Jumlah Zat
Waktu
Arus listrik
T
I
Intensitas
Kelajuan = jarak/waktu
v = d/t (m/s)L/T = L.T
Energi kinetik = m.v
Energi Potensial = m.g.h
Momentum = masa x kecepatan
Usaha atau Kerja = Gaya x Jarak
Daya = Kerja per satuan waktu
Selesaikan Dimensi jarak S = k a . t
Jawab :
Dimensi perioda [T] : T
Dimensi panjang tali [l] : L
Dimensi percepatan gravitasi [g] : LT-2
: tak berdimensi
L
T
LT 2
T
CONTD
Perbedaan antara kedua hasil pengukuran
ini adalah ketidakpastian. Pengukuran
dengan mikrometer skrup memiliki
ketidakpastian lebih kecil, ini menghasilkan
pengukuran yang lebih akurat.
Ketidakpastian disebut juga galat (error),
galat mengindikasikan selisih maksimum
yang mungkin terjadi antara nilai terukur
dengan nilai sebenarnya (disimbolkan ).
CONTD
Misalnya:
KESALAHAN
PENGUKURAN
Kesalahan (error) : yaitu besarnya taksiran
CONTD
1. Kesalahan-kesalahan intrinsik,
CONTD
Dimana:
M = Harga sebenarnya
T = Harga hasil pengukuran
= Error Absolut
CONTD
2. Kesalahan acak dan tidak menentu
Kesalahan tidak menentu dan acak terlihat bila pengukuranpengukuran berulang pada besaran sama menghasilkan
harga-harga yang berbeda. Besar dan arah dari kesalahan
tidak diketahui dan tidak dapat ditentukan. Kesalahan
tersebut timbul banyak dalam analisa data dinamis. Hal ini
dapat disebabkan karena adanya gesekan atau histerisis
pegas, noise/derau, atau gejala lain. Faktor yang
menyebabkan ialah perubahan sinyal input yang acak
(random), bersama noise dan drift yang ada dalam
pengkondisi sinyal. Ketidakmenentuan dinyatakan sebagai
deviasi rata-rata, kemungkinan kesalahan, atau deviasi
statistik. Harga kesalahan diperkirakan sebagai harga
daripenyimpangan nilai yang diamati atau dihitung terhadap
nilai yang sebenarnya.
CONTD
3. Kesalahan Sistimatik atau Instrumental
Kesalahan sistimatik relatif konstan, kesalahan
disebabkan karena sensitivitas, drift, zero effect.
Gejalanya biasanya tersembunyi tidak mudah
terlihat. Harga kesalahan ini didapatkan secara
statistik berdasarkan observasi berulang dalam
kondisi yang berbedabeda atau dengan alat yang
berbeda (tipe sama). Biasanya kesalahan ini dapat
dihilangkan menggunakan faktor koreksi, Kesalahan
instrumental adalah pengukuran ketetapan pada
pembacaan instrumen. Kesalahan ini dapat
direduksi oleh pengamat pada waktu membaca.
(membacanya lebih cermat).
CONTD
Kesalahan interferensi
Gangguan yang tidak diinginkan termodulasi pada
sinyal input yang rendah misalnya karena noise
(derau), hum (dengung), induksi, riak (ripple), atau
dari transien karena saklar dihidupkan, ini semua
mengakibatkan kesalahan interferensi. Noise timbul
dari mesin listrik lain, medan maknit, sumber panas,
gangguan cuaca, pembusuran kontak pada saklar
dan relay, elektrostatis dan lainnya. Kesalahan ini
dapat dikurangi memakai isolasi pada alat,
diskriminasi frekwensi. Isolasi (shielding) terhadap
listrik, elektromaknit dan Iistrik statis.
CONTD
4. Kesalahan instalasi (kesalahan pakai)
CONTD
CONTD
6. Driftnol (zero drift)
CONTD
7. Kesalahan karena perubahan-perubahan
sensitif
Kadang-kadang, kesalahan karena drift pada skala nol atau skala
penuh adalah besar dan sifatnya sangat acak. Koreksi sangat
sukar dihilangkan. Kesalahan maksimum timbul sesaat setelah
alat dihidupkan dan mengecil setelah waktu pemanasan.
Kesalahan ini timbul karena perubahan sensitivitas alat akibat
perubahan temperatur atau fluktuasi tegangan jala-jala.
Kesalahan ini dapat dikurangi memakai kompensasi temperatur
dan regulator tegangan atau dengan pemakaian penguat
diferensial yang seimbang atau penguat dengan stabilisasi
chopper (Chopper stabilized). Kesalahan ini dapat dikurangi
dengan pengamatan yang berulang dan kalibrasi statis yang
banyak pada input yang konstan. Sifat dari kesalahan acak
mengikuti distribusi Gauss.
CONTD
8. Kesalahan statistik
CONTD
adalah nilai taksiran atau nilai rata-rata dari
besaran X.
X adalah nilai ketidakpastian absolut dari
besaran X, dan
% adalah nilai
ketidakpastian relatif dari besaran X.
Penentuan nilai dan nilai ketidakpastian X
ditentukan tergantung proses pengukuran
yang dilakukan. Terdapat dua cara
menentukan kedua nilai tersebut , yaitu :
CONTD
1. Pengukuran dilakukan sekali
Pengukuran dalam percobaan yang dilakukan
hanya sekali, penentuan nilai
ditetapkan oleh
nilai bawah pada penunjukkan angka alat tersebut.
Apabila
dalam alat ukur terdapat nonius, maka
nilai
memiliki tingkat ketelitian lebih tinggi yang
diperoleh dari berimpitnya nilai sekala terkecil
(NST) dengan sekala nonius (0.01).
Perhatikan pengukuran yang nilainya ditunjukkan
tanda panah pada gambar 1.
CONTD
NST dari alat ukur ini adalah 0,1 skala. Apabila
33
34
10
35
CONTD
Angka 4 merupakan tambahan tingkat
CONTD
2. Pengukuran dilakukan berulang kali :
Pada pengukuran berulang kali , sebutlah N
kali , nilai ditentukan sebagai nilai rata-rata
dari semua pengukuran. Secara matematis
penentuan nilai rata rata ini dituliskan dalam
bentuk :
X1 X 2 X 3 ....... X N
1 N
X
Xj
N
N j1
CONTD
Nilai ketidakpastian, X, ada pada rentang
nilai-nilai pengukuran.
Terdapat 2 cara penentuan nilai X , yaitu :
a. Menggunakan nilai tengah dari nilai tertinggi
(Xmax) dan nilai terrendah (Xmin). Sehingga nilai
X adalah :
X max - X min
X
2
CONTD
b. Menggunakan nilai penyimpangan baku
(standar deviasi), yang didefinisikan sebagai
:
2
(X
X
)
j
j 1
2
(X
X
)
j
j 1
(N 1)
N X j - ( X j ) 2
2
j 1
j1
N(N 1)
Nilai X
X -X
(XX)2
100
45
2025
90
35
1225
80
25
625
70
15
225
60
25
50
-5
25
40
-15
225
30
-25
625
20
-35
1225
10
-45
2025
(X
j 1
- X)
Jumlah
N
2
(X
X
)
j
j 1
(N 1)
8250
N
N X j - ( X j ) 2
j 1
j1
N(N 1)
KOMBINASI BESARAN
Nilai suatu besaran seringkali ditentukan oleh
UKUR
CONTD
Misal Besaran akhirnya adalah Y dan
Y
Y
Y
Y
Y
X 1
X 2
X 3 .......
X n
X1
X 2
X 3
X n
CONTD
Contoh:
Y X1 X 2
Y
(X1 X 2 )
(X1 X 2 )
X 1
X 2 X 1 X 2
X 1
X 2
Y X1 X 2
(X1 X 2 )
(X1 X 2 )
Y
X 1
X 2 X 1 X 2
X 1
X 2
Y X1.X 2
(X1. X 2 )
(X1. X 2 )
Y
X 1
X 2 X 2 .X 1 X 1.X 2
X 1
X 2
CONTD
Y Xn
Y n. X n 1X
Y X1 / X 2
Y
(X1 / X 2 )
(X1 / X 2 )
X 1
X 2 (1 / X 2 ).X 1 ( X 1 / X 22 ).X 2
X 1
X 2
CONTD
CONTOH:
1. Mengukur Luas benda
Luas benda A = p x l
p = panjang
l = lebar
A = A
p ( p p )
l (l l )
CONTD
Pembobotan kesalahan
CONTD
Kecermatan/Ketelitian/Keakuratan:
CONTD
Ketepatan (presisi) : yaitu kemampuan suatu alat
CONTD
Kepekaan (sensitivitas) : yaitu kemampuan
CONTD
Daya pisah (resolusi) : yaitu kemampuan
CONTD
Dijit yang diketahui yang dapat dipastikan
CONTOH
Aturan:
1.Semua angka yang bukan angka nol adalah
angka penting.
3.24 (3 angka penting), 85.64 (4 angka
penting), 356 (3 angka penting)
2. Angka nol yang terletak diantara dua angka
bukan nol termasuk angka penting.
304 (3 angka penting), 40006 (5 angka
penting), 75.06 (4 angka penting)
CONTOH
3. Untuk desimal yang lebih kecil dari satu (0,..), angka
CONTD
Jumlah angka signifikan dalam suatu perkalian
dan pembagian tidaklah lebih besar daripada
jumlah terkecil angka signifikan dalam
masing masing bilangan yang terlibat dalam
perkalian atau pembagian.
Contoh:
3.1416 x 2.34 x 0.58 = 4.3 (2 angka
signifikan).
424/135 = 3.14 (tiga angka signifikan)
CONTD
Hasil dari penjumlahan dan pengurangan bilangan
Contoh:
CONTD
Hasil dari penjumlahan dan pengurangan dua
ANALISIS REGRESI
5.1. Umum
Dalam analis data hasil pengukuran sering
CONTD
Data tersebut dapat berupa hasil percobaan di
laboratorium atau pengamatan dilapangan seperti :
1.Percobaan Hukum Hook, memberikan hubungan Gaya
Pegas F terhadap perubahan panjang pegas (F = kx)
2.Percobaang Gaya gesek fluida, memberikan hubungan
Gaya gesek fluida F dengan kecepatan benda jatuh
dalam fluida (F =-6 rv)
3. Hubungan antara data hujan dan debit sungai
4.Pertumbuhan arus barang atau penumpang disuatu
pelabuhan, terminal atau bandara dari tahun-ke
tahun,
5.Pertumbuhan jumlah penduduk sebagai fungsi waktu,
6.Hubungan antara kandungan oksigen di air dan
temperatur .
Analisis Regresi
Contoh : Tentukan persamaan garis yang mewakili
N
data berikut.
o 1 2
3 4 5
6 7 8 9 10
x 4 6
8 10 14 16 20 22 24 28
y 30 18 22 28 14 22 16 8 20 8
Penyelesaian:
x-y
Analisis Regresi
Menghitung data untuk Regresi linier:
No
xi
yi
xi.yi
xi
30
120
16
18
108
36
22
176
64
10
28
280
100
14
14
196
196
16
22
352
256
20
16
320
400
22
176
484
24
20
480
576
10
28
224
784
n
10
xi
152
yi xi.yi xi
186
2432
2912
Analisis Regresi
Menentukan nilai rata-rata:
adalah:
Dengan:
= -0.6569 dan
= 28.5849
Jadi persamaan garis tersebut:
0.6569.x
y = 28.5849
Analisis Regresi
Dalam Analisis Regresi akan dibuat kurva atau fungsi
Analisis Regresi
Penetapan bentuk kurva, apakah kurva linier,
Analisis Regresi
5.3. Metoda Kuadrat Terkecil
Gambar ini menunjukan sebaran titik-titik data dari hasil
pengukuran pada bidang x-y.
Analisis Regresi
Metode yang lebih pasti untuk mendapatkan kurva tersebut yaitu
Analisis Regresi
3. Ditentukan parameter
sedemikian rupa sehingga
melalui sedekat mungkin titik-titik data.
Bentuk
mempunyai arti
fungsi g (xi) dengan parameter
4. Apabila kordinat dari titik-titik percobaan adalah
M(xi,yi)
dengan i=1,2,3,,n maka selisih
ordinat antara titik-titik tersebut dengan fungsi
adalah
Analisis Regresi
Dipilih suatu fungsi g(x) yang mempunyai
Dicari parameter
sedemikian
hingga D adalah minimum. Nilai D akan
minimum jika turunan pertamanya terhadap
adalah nol sehingga:
Analisis Regresi
7. Penyelesaian persamaan tersebut akan
Analisis Regresi
Persamaan tersebut dapat ditulis:
dengan a = n.a
Lanjut
Jika bernilai mendekati +1 artinya persamaan
yang diambil dari data y dan x berkorelasi
positif kuat.
Jika bernilai mendekati -1 artinya y dan x
berkorelasi negatif kuat.
VEKTOR
2.1
Besaran Skalar
Besaran yang cukup dinyatakan oleh besarnya saja (besar dinyatakan
oleh bilangan dan satuan).
Contoh : waktu, suhu, volume, laju, energi
Catatan : skalar tidak tergantung sistem koordinat
Besaran Vektor
y
x
2.2
Titik P
Titik Q
: Ujung vektor
Tanda panah
: Arah vektor
Panjang PQ = |PQ|
Notasi Vektor
A
Huruf tebal
A= B
:
2.4
Metode :
Jajaran Genjang
Segitiga
Poligon
Uraian
1. Jajaran Genjang
=
S
B
A+
=
R
-B
=A
-B
R = A+ B
Besarnya vektor R = | R | =
Besarnya vektor A+B = R = |R| =
Besarnya vektor A-B = S = |S| =
A 2 B 2 2 AB cos
A 2 + B 2 + 2 AB cos
A 2 + B 2 - 2 AB cos
2.5
2. Segitiga
B
A+
A
+
A+B+C+D
B
2.6
4. Uraian
Vektor diuraikan atas komponen-komponennya (sumbu x dan sumbu y)
Y
Ay
A
B
By
Ax
Bx
B = Bx.i + By.j
Ax = A cos ;
Bx = B cos
Ay = A sin ;
By = B sin
A = Ax.i + Ay.j ;
Rx = Ax + Bx
Rx 2 R y 2
Ry = Ay + By
Ry
Rx
= arc tg
Ry
Rx
2.7
Hasilnya vektor
k : Skalar
A : Vektor
C=kA
C = 3A
2.8
A B
os
c
B
=C
Hasilnya skalar
C = skalar
B
A cos
2.9
1. Komutatif : A B = B A
2. Distributif : A (B+C) = (A B) + (A C)
Catatan :
1. Jika A dan B saling tegak lurus A B = 0
2. Jika A dan B searah
A B =A B
3. Jika A dan B berlawanan arah A B = - A B
2.10
Hasilnya vektor
C = Ax B
B
A
B
A
C=BxA
Catatan :
Arah vektor C sesuai aturan tangan kanan
Besarnya vektor C = A x B = A B sin
Sifat-sifat :
1. Tidak komutatif A x B = B x A
2. Jika A dan B saling tegak lurus A x B = B x A
3. Jika A dan B searah atau berlawan arah A x B = 0
2.11
A
A
A
Notasi
A A
A
A
Besar Vektor
A
j
Arah sumbu x
Arah sumbu y
i
j
Arah sumbu z
A Ax i Ay j Az k
2.12
i i
j j =
k k
i j
j k =
k i
jxj
= kxk
ixj
jxk
kxi
0
k
i
j
2.13
Contoh Soal
1. Lima buah vektor digambarkan sebagai berikut :
X
C
B
A
Vektor
Besar (m)
Arah (o)
19
15
45
16
135
11
207
22
270
Vektor
Besar (m)
Arah(0)
Komponen X(m)
Komponen Y (m)
A
B
C
D
E
19
15
16
11
22
0
45
135
207
270
19
10.6
-11.3
-9.8
0
0
10.6
11.3
-5
-22
RX = 8.5
RY = -5.1
R
Besar vektor R :
R 2+=
R 2
8.52+ ( - 5 .1)2
=
X
y
Arah vektor R terhadap sumbu x positif :
- 5.1
tg =
= - 0,6
8.5
94.
. 01
= 9.67 m
2.14
2. Diketahui koordinat titik A adalah (2, -3, 4). Tuliskan dalam bentuk vektor dan berapa
besar vektornya ?
Jawab :
Vektor A =
A =
2i 3j + 4k
A
2 + (-3) + 4
29
satuan
3. Tentukanlah hasil perkalian titik dan perkalian silang dari dua buah vektor berikut ini :
A = 2i 2j + 4k
B = i 3j + 2k
Jawab :
Perkalian titik :
A . B = 2.1 + (-2)(-3) + 4.2
= 16
Perkalian silang :
AxB =
i
2
1
j
- 2
- 3
k
4
2
Besaran Vektor:
Besaran yang memiliki besar (nilai/angka) dan arah
Besaran Skalar:
Besaran yang hanya memiliki besar (nilai/angka) saja
Gambar Vektor
PENULISAN VEKTOR
A
AB
A
Vektor A
= Vektor AB
Cara Poligon
Penjumlahan & Pe
ngurangan Vektor
Soal-soal
A2 B 2 2 AB cos
B
R
A2 B 2 2 AB cos 90
a. = 90
=A
+B
A2 B 2
cos 90 0
Ay
Tg
R
Ay
Ax
arc tg
Ay
Ax
Ax
Ax A cos
Ay A sin ???
Dari
Mana
A BR A+ B
3= 3
-3= 3
5= 5
-5= 5
100 = 100
- 100 = 100
Keterangan:
Bila sebuah bilangan diberi tanda mutlak ( . ), maka diambil
nilai yang positif
Vektor 3 Dimensi
END