Teknik Relaksasi Napas Dalam Pasien SC
Teknik Relaksasi Napas Dalam Pasien SC
Teknik Relaksasi Napas Dalam Pasien SC
Pendahuluan
Pembedahan atau operasi adalah
semua
tindakan
pengobatan
yang
menggunakan cara invasif dengan membuka
atau menampilkan bagian tubuh yang akan
ditangani dan pada umumnya dilakukan
dengan membuat sayatan serta diakhiri
dengan penutupan dan penjahitan luka.
Sayatan atau luka yang dihasilkan
merupakan suatu trauma bagi penderita dan
ini bisa menimbulkan berbagai keluhan dan
gejala. Keluhan dan gejala yang sering
dikemukakan oleh pasien setelah tindakan
operasi adalah nyeri (Sjamsuhidayat, 2005).
Nyeri adalah alasan utama seseorang
untuk mencari bantuan perawatan kesehatan.
Nyeri terjadi bersama banyak proses
penyakit atau bersamaan dengan beberapa
pemeriksaan diagnostik atau pengobatan.
Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan
lebih banyak orang dibanding suatu penyakit
manapun (Brunner & Suddarth, 2002).
Perawat
berperan
besar
dalam
penanggulangan nyeri non farmakologis.
Salah satu penanggulangan nyeri non
farmakologis yang mudah dalam mengatasi
nyeri akibat kerusakan jaringan akibat
tindakan pembedahan adalah teknik
relaksasi. Sectio caesarea adalah proses
persalinan dengan melalui pembedahan
dimana irisan dilakukan di perut ibu
(laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk
mengeluarkan bayi. Lebih dari 85% indikasi
sectio caesarea dilakukan karena riwayat
sectio caesarea, distosia persalinan, gawat
janin dan letak sungsang (Cunningham,
2006).
Berdasarkan uraian tersebut diatas,
maka peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian dengan judul pengaruh teknik
relaksasi nafas dalam terhadap intensitas
nyeri pada pasien post-operasi sectio
caesaria di RSUD.Prof.DR.H. ALOEI
SABOE Kota Gorontalo.
Metode Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan di
ruang nifas RSUD Prof.Dr.Hi.Aloei Saboe
Kota Gorontalo, dengan waktu penelitian
mulai dari tanggal 17 mei sampai dengan 31
mei 2013.
Penenlitian ini menggunakan desain
penelitian One Group Pra-post test design
yang merupakan rancangan penelitian PraExperimental. Rancangan ini dilakukan
dengan cara subjek diobservasi sebelum
dilakukan intervensi (pre-test), kemudian
diberikan treatmen/tindakan, setelah itu
dilakukan observasi lagi setelah intervensi
(post-test), dengan teknik pengambilan
sampel menggunakan accidental sampling,
dengan memenuhi beberpa
kriteria inklusi dan ekslusi.
kriteria,
yakni
Frekuensi
0
0
0
0
10
29
39
Presentase
(%)
0%
0%
0%
0%
25,64%
74,36%
100%
= Tidak Nyeri
= Nyeri
= Sangat Nyeri
1 = Nyeri Sedikit
3 = Nyeri Lebih Berat
5 = Nyeri Hebat
Berdasarkan
tabel
distribusi
frekuensi responden skala nyeri sebelum
dilakukan intervensi teknik relaksasi nafas
dalam menunjukkan bahwa skala nyeri
pasien post-operasi sectio caesaria sebelum
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam,
frekuensi terbanyak yakni pada skala nyeri 5
(Nyeri Hebat) dengan frekuensi 29
responden atau presentase 74,36% dan 10
responden lainnya menunjukkan pada skala
nyeri 4 (sangat nyeri) dengan presentase
25,64%. Hal ini disebabkan karena adanya
persepsi individu tentang nyeri berbedabeda.
Menurut teori tentang persepsi nyeri
individu yang berbeda-beda dalam hal skala
dan tingkatannya dijelaskan oleh Musrifatul
dan Hidayat (2011),
yang menyatakan
bahwa nyeri merupakan kondisi berupa
perasaan yang tidak menyenangkan.
Sifatnya sangat subjektif karena perasaan
nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal
skala atau tingkatannya, dan hanya orang
tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
Hal ini dibuktikan oleh Ernawati dkk
(2009) dalam penelitian sebelumnya pada
mahasiswi Universitas Muhammadiyah
Semarang bahwa nyeri dismenore sebelum
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam
sebagian besar, pada skala 2 (nyeri sedang)
sebanyak 31 orang (62,0%),
3(nyeri
menderita) 10 orang (20,00%) sedangkan
yang terendah 1 (nyeri ringan) sebanyak 9
orang (18,0%).
Menurut peneliti bahwa setiap nyeri
yang dirasakan oleh individu masing-masing
sangatlah berbeda-beda, sesuai dengan
persepsi individu dalam merasakan nyeri
yang dialaminya, beradasarkan karena
faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas
nyeri itu sendiri, dalam teori Smeltzer and
Bare (2002). Dalam penelitian, peneliti
menemukan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi nyeri berasal dari usia,
perhatian,
ansietas,
makna
nyeri,
pengalaman masa lalu dan pekerjaan,
pengetahuan, dukungan keluarga dan sosial.
1. Usia
Usia merupakan variabel penting
yang mempengaruhi nyeri, Pada
orang dewasa kadang melaporkan
nyeri jika sudah patologis dan
mengalami kerusakan fungsi. Pada
lansia cenderung memendam nyeri
yang dialami, karena mereka
menganggap nyeri adalah hal
alamiah yang harus dijalani dan
mereka takut kalau mengalami
penyakit berat atau meninggal jika
nyeri diperiksakan (Potter&Perry,
2005).
2. Perhatian
Menurut Gill (1990) yang dikutip
oleh
Priyanto (2009), tingkat
seorang
klien
memfokuskan
perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi
persepsi
nyeri.
Perhatian
yang
meningkat
dihubungkan dengan nyeri yang
meningkat,
sedangkan
upaya
distraksi/relaksasi
dihubungkan
dengan respon nyeri yang menurun.
Konsep ini merupakan salah satu
konsep yang digunakan dalam
keperawatan.
3. Ansietas
Menurut Gil (1990) dalam Potter dan
Perry (2005), hubungan antara nyeri
dan ansietas bersifat kompleks.
Ansietas seringkali meningkatkan
persepsi nyeri, tetapi juga seringkali
menimbulkan
suatu
perasaan
ansietas.
4. Makna nyeri
Menurut
Potter&Perry
(2005),
individu
akan
mempersepsikan
dengan cara berbeda-beda, apabila
nyeri tersebut memberi kesan
ancaman,
suatu
kehilangan,
hukuman, dan tantangan. Derajat dan
5.
6.
7.
8.
0
3
24
10
2
0
Presentase
(%)
0%
7.69%
61.54%
25,64%
5,13%
0%
39
100.0%
Frekuensi
Total
= Tidak Nyeri
= Nyeri
= Sangat Nyeri
1 = Nyeri Sedikit
3 = Nyeri Lebih Berat
5 = Nyeri Hebat
Presentase
(%)
2
10
17
7
3
39
5,13 %
25,64 %
43,59 %
17,95 %
7,69 %
100 %
= Tidak Nyeri
= Nyeri
= Sangat Nyeri
1 = Nyeri Sedikit
3 = Nyeri Lebih Berat
5 = Nyeri Hebat
mengekspresikan
dialaminya.
nyeri
sesuai
yang
SD
Nyeri
4.74
39
0.442
Pre-Test
Nyeri
2.28
39
0.686
Post-Test
Sumber : Data Primer 2013
Pada hasil uji statistik yang
ditunjukkan pada tabel 4.5 Distribusi Rataan
Skala Nyeri Pre-Test dan Post-Test, bahwa
nilai rataan intensitas nyeri sebelum
intervensi
(pre-test)
diperoleh
hasil
4,74% 0,442, sedangkan nilai rataan
intensitas nyeri sesudah intervensi (post-test)
diperoleh hasil 2,28% 0,686.
Sum of
Z
Ranks
780.00 -5.591a
Nyeri
PreTest
dan
PostTest
Sumber : Data Primer 2013
p
0.000
maka
dengan
hasil
tersebut
menunjukkan
bahwa
masing-masing
intensitas skala nyeri mengalami penurunan
dari sebelum dilakukan intervensi sampai
setelah dilakukan intervensi.
Sehingga
berdasarkan data hasil analisis uji statistik
Wilcoxon Signed Rank Test yang
ditunjukkan tabel diatas bahwa besar nilai Z
(bassed of posstive ranks) yakni -5.591a
dengan signifikan p value 0.000 dari nilai
< 0,05. Maka dengan nilai p value 0.000
lebih kecil dari < 0,05, artinya hipotesis
alternative sebelumnya dapat diterima.
Dengan demikian pada penelitian ini, ada
pengaruh tekhnik relaksasi nafas dalam
terhadap intensitas nyeri pada pasien postoperasi sectio caesaria di Rumah Sakit
Umum Prof.Dr. Ha.Aloei Saboe Kota
Gorontalo. Teknik relaksasi nafas dalam
merupakan salah satu metode yang paling
mudah dilakukan dalam mengontrol atau
mengurangi nyeri, merilekskan tegangan
otot sesuai teori smeltzer & Bare (2002).
Hal ini diperkuat oleh peneliatn Arfa (2012)
yang menunjukkan nilai rataan dari skala
nyeri Pre Intervensi sebesar 5,82% 0,65,
sedangkan
skala
Post
Intervensi
menunjukkan nilai rataan 1,95% 0,62, dan
Jakarta: Erlangga
Long, C.B. 1996. Medikal Surgical
Nursing. Bandung : Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan
Manurung,Martin.2011.Oksitoksik.http://
uterotonikamartin.
blogspot.
com/
(diakses pada tanggal 26 Juni 2013)
Martius Gerhard.1997.Bedah Kebidanan
Martius Edisi 12.Jakarta: EGC
Medical Record RSAS. 2013. Data Pasien
Post Operasi Sectio Caesaria.Kota
Gorontalo
Mochtar, Rustam, 2001.Sinopsis Obstetri.
Jakarta: EGC.
Notoadmodjo,
Dr.
Soekidjo.2005.Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam.2011. Konsep dan Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan Edisi 2 Pedoman Skripsi,
Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Pajuju,M.
2011.
Pengaruh
Tehnik
Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Penurunan Tingkat Nyeri Pada Pasien
Post Operasi Sectio Caesaria Di ruang
Perawatan
Kebidanan
RSUD.
Prof.Dr.H Aloei Saboe. Fakultas
Kedokteran dan Kesehatan. Universitas
Muhammadiyah Jakarta
Potter, A, G dan Perry, P.A. 2006. Buku
Ajar
Fundamental
Keperawatan
Konsep Proses dan Praktik. Volume I
Edisi 4. Jakarta: EGC
Ilmu
Bina
Tamsuri,
A.
2007.
Konsep
dan
Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC
Whalley, J., Simkin, P., & Keppler, A.
(2008). Panduan praktis bagi calon ibu
: kehamilan dan persalinan. Jakarta :
PT. Bhuana Ilmu Populer