Manajemen Keuangan Mergers Corporate Con
Manajemen Keuangan Mergers Corporate Con
Manajemen Keuangan Mergers Corporate Con
Disusun Oleh :
KP F
3122082
3123179
UNIVERSITAS SURABAYA
FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan pengerjaan makalah mata kuliah
Manajemen Keuangan. Penulis juga bersyukur atas segala anugerah yang telah diberikan-Nya
selama proses pembuatan berlangsung.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang mendukung
keberhasilan penulisan makalah ini. Dosen mata kuliah Manajemen Keuangan yang telah
membantu dan membimbing penulis dalam pengerjaan makalah mata kuliah ini. Pada saat
makalah mata kuliah ini dibuat, penulis mengalami sedikit masalah terhadap pembahasan materi,
karena perlunya pencarian sumber data yang tepat bagi pemenuhan kebutuhan data makalah ini.
Penulis juga menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari sempurna karena
keterbatasan sarana dan prasarana serta kemampuan penulis. Oleh sebab itu, penulis menerima
kritik dan saran dari berbagai pihak yang dapat mendukung penulisan makalah mata kuliah
Manajemen Keuangan. Tema makalah ini adalah Mergers, Corporate Control, and Corporate
Governance khususnya membahas Portofolio. Penulis berharap agar makalah ini dapat menjadi
panduan bagi semua pihak yang membutuhkan data makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I : PENDAHULUAN.....................................................
C. Tujuan ........................................................................................
14
15
16
17
18
18
O. Spin-Off .............................................................................................
21
P. Split-Off .............................................................................................
21
Q. Split-Up ..............................................................................................
22
23
28
29
LAMPIRAN .............................................................................................
31
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rekso
Abadi mendirikan
stasiun
televisi
Channel yang
memfokuskan siarannya di wilayah Jabodetabek dan pada tahun 2009, kepemilikan O Channel
telah 100% dimiliki oleh EMTK.
Pada 1 Agustus 2010, EMTK meluncurkan rumah produksi Screenplay Productions.
Pada 13 Mei 2011, EMTK resmi membeli saham Indosiar Karya Media (induk Indosiar) 27,24%
dari PT. Prima Visualindo. Pada akhir penawaran tender wajib, EMTK resmi menguasai Indosiar
dengan saham 84,77%.
Pada 23
November 2011,
EMTK
berhasil
meluncurkan televisi
berlangganan bermerek Nexmedia. Nexmedia sendiri adalah televisi berlangganan yang bisa
dipasang
dengan antena
televisi
biasa.
Pada 6
Mei 2013,
EMTK
resmi
bergabung
dengan Indosiar Karya Media dengan penggabungan inilah yang menyebabkan perusahaan ini
menguasai SCTV dan Indosiar yang diperusahakan oleh Surya Citra Media.
Selain
itu,
Indosiar
juga
memopulerkan
sinetron-sinetron
Indonesia
yang
bertemakan cinta dan keluarga, acara-acara realitas yang melibatkan emosi penonton dan SMS
secara langsung (AFI), infortainment (KISS), dan juga program berita seperti Patroli dan Fokus.
Indosiar juga menayangkan acara anak-anak atau kartun yang cukup banyak setiap hari
Minggu yaitu dari pukul 06.30 sampai 12.00 WIB.
Pada 13 Mei 2011, mayoritas saham PT. Indosiar Karya Media Tbk. dibeli oleh PT.
Elang Mahkota Teknologi Tbk., pemilik SCTV (melalui SCM sebelum bergabung dengan
IDKM) dan O Channel, menjadikan ketiga stasiun televisi berada dalam satu pengendalian. Saat
ini, stasiun televisi Indosiar resmi dikuasai oleh SCM pasca bergabung dengan IDKM dan
"bersaudara" dengan SCTV.
B. Identifikasi Masalah
C. Tujuan
Manfaat yang diperoleh dengan adanya identifikasi masalah tersebut adalah :
1. Mengetahui terjadinya sinergi setelah terjadi akuisisi antara kedua perusahaan
tersebut.
2. Mengetahui penyebab kegagalan untuk mencapai sinergi antar kedua perusahaan
yang melakukan akuisisi.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Merger
Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya
ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai bahan hukum, sementara yang lainnya
menghentikan aktivitasnya atau bubar. Penyatuan kepentingan memiliki makna yang
sama dengan terminologi merger dan PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan)
No. 22 mendefinisikan penyatuan kepentingan (pooling of interest) adalah suatu
penggabungan usaha dimana para pemegang saham perusahaan yang bergabung bersama
sama menyatukan kendali atas seluruh, atau secara efektif seluruh aktiva neto dan
operasi perusahaan yang bergabung tersebut dan selanjutnya memikul bersama segala
risiko dan manfaat yang melekat pada entitas gabungan, sehingga tidak ada pihak yang
dapat diidentifikasikan sebagai perusahaan pengakuisisi. Pihak yang masih hidup atau
yang menerima merger dinamakan surviving firm atau pihak yang mengeluarkan saham
(issuing firm). Sementara itu perusahaan yang berhenti dan bubar setelah terjadinya
merger dinamakan merged firm. Surviving firm dengan sendirinya memiliki ukuran (size)
yang semakin besar karena seluruh aset dan kewajiban dari merged firm dialihkan ke
surviving firm.
B. Pengetian Akuisisi
Akuisisi adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan yaitu
pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan
yang diakuisisi (acquiree), dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu
kewajiban, atau mengeluarkan saham. Yang dimaksud dengan pengendalian adalah
kekuatan yang berupa kekuasaan untuk :
1. Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan
2. Mengangkat dan memberhentikan manajemen
3. Mendapatkan hak suara mayoritas dalam rapat direksi
Akuisisi berbeda dengan merger karena akuisisi tidak menyebabkan pihak lain bubar
sebagai entitas hukum.
C. Pengertian Konsolidasi
Konsolidasi atau peleburan merupakan bentuk khusus merger dimana dua atau
lebih perusahaan bersama sama meleburkan diri membentuk perusahaan yang baru.
Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan atau lebih untuk
meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan baru dan masing masing
perseroan yang meleburkan diri menjadi bubar. Dilihat dari segi yuridis dan operasional,
konsolidasi lebih kompleks dibanding merger atau akuisisi.
D. Pengambilalihan (Takeover)
Dalam rangka tumbuh dan berkembang ini perusahaan bisa melakukan ekspansi bisnis
dengan memilih satu diantara dua jalur alternatif yaitu pertumbuhan dari dalam
perusahaan (organi/ internal growth), dan pertumbuhan dari luar perusahaan (external
growth).
Pertumbuhan internal adalah ekspansi yang dilakukan dengan membangun bisnis
atau unit bisnis baru dari awal (start-ups business). Sebaliknya pertumbuhan eksternal ini
dilakukan dengan membeli perusahaan yang sudah ada.
Alasan mengapa perusahaan melakukan merger atau akuisisi adalah ada manfaat lebih
yang diperoleh darinya, meskipun asumsi ini tidak semuanya terbukti. Secara spesifik,
keunggulan dan manfaat merger dan akuisisi antara lain adalah :
1. Mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas.
2. Memperoleh kemudahan dana/ pembiayaan karena kreditor lebih percaya dengan
perusahaan yang telah berdiri dan mapan.
3. Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman.
4. Mendapatkan pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari awal.
5. Mengurangi risiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari konsumen baru.
6. Menghemat waktu untuk memasuki bisnis baru.
7. Memperoleh infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang lebih cepat.
Disamping mempeoleh berbagai manfaat, merger dan akuisisi juga memiliki kelemahan
sebagai berikut :
1. Proses integrasi yang tidak mudah.
2. Kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat.
3. Biaya konsultan yang mahal.
4. Meningkatkan kompleksitas birokrasi.
5. Biaya koordinasi yang mahal.
6. Seringkali menurunkan moral organisasi.
7. Tidak menjamin peningkatan nilai perusahaan.
8. Tidak menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham.
Merger eksistensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih
perusahaan untuk bersama sama memperluas area pasar.
Tujuan merger ini terutama untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi produk
masing masing perusahaan. Merger eksistensi pasar sering dilakukan oleh
perusahaan perusahaan lintas negara dalam rangka ekspansi dan penetrasi
pasar.
Merger Eksistensi Produk
Merger eksistensi produk adalah merger yang dilakukan oleh dua perusahaan
untuk memperluas lini produk masing masing perusahaan. Setelah merger
perusahaan akan menawarkan lebih banyak jenis produk dan lini produk
sehingga akan menjangkau konsumen yang lebih luas.
2. Berdasarkan Metode Pembiayaan
Kas
Penggunaan kas sebagai alat pembayaran adalah yang paling sering dilakukan
dan paling disukai baik oleh pengakuisisi ataupun yang diakuisisi. Pembayaran
secara tunai ini dilakukan ketika perusahaan memiliki uang tunai yang cukup
besar dan uang tersebut telah direncanakan untuk mendanai transaksi.
Hutang
Jika pengakuisisi menggunakan kas untuk membiayai transaksi tersebut, tetapi
uang kas tersebut sebagian besar berasal dari pinjaman pihak ketiga (hutang),
maka hal ini dinamakan leverage buyouts. Dengan kata lain, pembiayaan
akuisisi dilakukan melalui hutang dan hanya sebagian kecil dibiayai dengan
uang tunai pengakuisisi.
Saham
Jika pengakuisisi tidak memiliki cukup kas atau pemegang saham
perusahaan target masih tetap mempertahankan kepemilikan perusahaan yang
dimerger maka pengakuisisi bisa menggunakan saham sebagai alat pembayaran.
Pembiayaan melalui saham terjadi ketika saham perusahaan target diganti atau
ditukar dengan saham perusahaan hasil merger.
Rasio pertukaran antar saham tersebut didasarkan pada harga masing masing
saham berdasarkan kesepakatan kedua pihak.
Kombinasi Kas, Hutang, dan Saham
Jika pengakuisisi tidak memiliki cukup kas, tidak ingin menggunakan
saham seluruhnya, atau tidak ingin menggunakan hutang seluruhnya untuk
membiayai transaksi, maka pengakuisisi bisa mengkombinasi dua atau tiga cara
pembayaran tersebut. Dengan demikian pengakuisisi dapat menggunakan kas
dan hutang, kas dan saham, hutang dan saham atau kas, hutang dan saham
sebagai alat pembayaran. Manfaat bagi pengakuisisi adalah tidak harus
membayar secara tunai seluruh nilai transaksi.
3. Berdasarkan Obyek Pajak
Terkena Pajak
-
Bebas Pajak
-
Reorganisasi Tipe B
Reorganisasi tipe B dinamakan juga akuisisi saham untuk saham berhak
suara (acquisition of stock for voting stock).
Pengakuisisi hanya boleh menggunakan saham biasa berhak suara (voting
common stock) untuk membeli/ mengambilalih saham biasa perusahaan
target.
Reorganisasi Tipe C
Reorganisasi Tipe C dinamakan juga akuisisi properti untuk saham berhak
suara (acquisition of property for voting stock). Pengakuisisi harus
mengambilalih minimal 80% dari nilai pasar wajar aset perusahaan target
dengan menggunakan saham berhak suara pengakuisisi.
Reorganisasi Tipe D
Reorganisasi tipe D adalah bentuk khusus dari merge dimana perusahaan
yang ukurannya lebih kecil justru dipertahankan hidup, sedangkan
perusahaan yang ukurannya lebih besar dibubarkan.
Harga beli adalah harga yang diantisipasi oleh pengakuisisi yaitu sebesar harga yang
diminta oleh pemegang saham target. Harga beli bisa terbentuk dari hasil negosiasi
antara pengakuisisi dengan pemegang saham target.
4. Nilai Sinergi
Sinergi adalah nilai lebih yang dihasilkan sebagai efek dari penggabungan perusahaan
diatas penjumlahan nilai masing masing perusahaan seandainya tidak digabung.
5. Nilai Gap
Nilai gap atau nilai kesenjangan adalah perbedaan antara nilai intrinsik dengan harga
beli. Semakin tinggi nilai gap berarti semakin besar premium yang dibayarkan kepada
pemegang saham target.
6. Nilai Premium Akuisisi
Semakin besar premium berarti semakin berat bagi pengakuisisi untuk menutup
premium tersebut. Implikasinya adalah sinergi yang tercipta harus lebih besar dari
premium agar bisa menghasilkan Net Present Value (NPV) yang positif.
J. Motif Ekonomi
Motif ekonomi merger dan akuisisi meliputi :
1. Mengurangi waktu, biaya, dan risiko kegagalan memasuki pasar baru.
2. Mengakses reputasi teknologi, produk, dan merk dagang.
3. Memperoleh individu individu sumberdaya manusia yang profesional.
4. Membangun kekuatan pasar (market power).
5. Membangun kekuatan monopoli.
6. Memperluas pangsa pasar.
7. Mengurangi persaingan.
8. Mendiversifikasi lini produk.
9. Mempercepat pertumbuhan.
10. Menstabilkan cash flow dan keuntungan.
K. Motif Sinergi
Sinergi dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara simultan dari dua kekuatan atau
lebih elemen elemen perusahaan yang bergabung sedemikian rupa sehingga gabungan
aktivitas tersebut menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan
aktivitas aktivitas perusahaan jika mereka bekerja sendiri sendiri. Senergi harus
dipahami dalam konteks bahwa hasil riil atau manfaat ekstra tersebut harus jelas dan
terukur. Pemahaman tentang sinergi harus dikaitkan dengan besarnya premium yang
dibayarkan oleh perusahaan. Secara kuantitatif merger dan akuisisi akan dinilai berhasil
apabila nilai sinergi lebih besar dibandingkan dengan premium sehingga memberikan Net
Present Value (NPV) yang positif. Berikut ini disajikan bentuk bentuk sinergi.
1. Sinergi operasi
Sinergi operasi (operating synergy) terjadi ketika perusahaan hasil kombinasi
mampu mencapai efisiensi biaya. Efisiensi ini dicapai dengan cara pemanfaatan
secara optimal sumberdaya sumberdaya perusahaan. Operating synergy dapat
dibedakan dalam economies of scale dan economies of scope.
-
2. Sinergi finansial
Sinergi finansial (financial synergy) dihasilkan ketika perusahaan hasil merger
memiliki struktur modal yang kuat dan mampu mengakses sumber sumber dari luar
secara lebih mudah dan lebih murah sedemikian rupa sehingga biaya modal
perusahaan semakin menurun.
3. Sinergi manajerial
Sinergi manajerial (managerial synergy) dihasilkan ketika terjadi transfer kapabilitas
manajerial dan skill dari perusahaan yang satu ke perusahaan yang lain atau ketika
secara bersama sama mampu memanfaatkan kapasitas know-how yang mereka
miliki. Manajemen yang seperti ini mampu bersinergi dalam mengambil keputusan
keputusan strategik.
4. Sinergi teknologi
Sinergi teknologi bisa dicapai dengan memadukan keunggulan teknik sehingga
mereka saling memetik manfaat.
5. Sinergi pemasaran
Perusahaan yang melakukan merger akan memperoleh manfaat dari semakin luas dan
terbukanya pemasaran produk, bertambahnya lini produk yang dipasarkan, dan
semakin banyaknya konsumen yang bisa dijangkau.
L. Motif Non-Ekonomi
Hubris Hypothesis yang menyatakan bahwa merger dan akuisisi semata mata didorong
oleh motif ketamakan dan kepentingan pribadi para eksekutif. Alasannya adalah
mereka menginginkan perusahaan yang lebih besar. Jika hubris hypothesis ini melandasi
merger dan akuisisi, maka hal hal berikut seharusnya terjadi :
1. Harga saham pengakuisisi seharusnya turun setelah pasar mengetahui adanya rencana
untuk mengakuisisi. Hal ini karena akuisisi bukan merupakan keinginan terbaik dari
pemegang saham dan bukan merupakan sebuah alokasi yang efisisen dari kekayaan
mereka.
2. Harga saham perusahaan target seharunya meningkat dengan adanya tawaran itu. Hal
ini karena pengakuisisi bersedia membayar premium.
3. Kombinasi dari efek peningkatan nilai perusahaan target dengan penurunan nilai dari
perusahaan pengakuisisi seharusnya negatif. Hal ini karena terjadinya tambahan biaya
biaya yang besar selama proses merger dan akuisisi.
M. Motif Defensif
Manajemen dan pemegang saham adalah dua pihak yang berkepentingan apabila terjadi
pengambilalihan perusahaan. Alasan mengapa perusahaan melakukan taktik difensif
adalah :
1. Keinginan manajemen atau jajaran direksi untuk mengamankan posisi strukturalnya.
2. Keinginan pemegang saham untuk meningkatkan posisi tawar mereka atau untuk
mempertahankan kepemilikan pada perusahaan.
Manajemen perusahaan target dapat menerima tawaran tersebut dengan alasan :
1. Akuisisi tidak menyebabkan hilangnya posisi dan power mereka.
2. Akuisisi tidak menyebabkan hialangnya independensi untuk mengambil kebijakan
secara otonom.
3. Akuisisi menyebabkan semakin baiknya kompensasi yang diterima oleh para
manajer.
N. Teknik Difensif
Teknik difensif adalah cara yang digunakan untuk menghambat atau menggagalkan
akuisisi. Taktik difensif yang bersifat aktif antara lain adalah :
1. Penggunaan Rekayasa Finansial
Taktik ini dilakukan oleh perusahaan dengan mengubah struktur finansial atau
membuat kebijakan finansial sedemikian rupa sehingga calon pengakuisisi tidak
tertarik untuk melakukan akuisisi.
2. Peningkatan Kinerja Perusahaan
Hal ini dimaksudkan agar perusahaan mampu memberikan keuntungan yang
maksimum bagi pemegang saham, sehingga mereka tidak menjual saham kepada
calon pengakuisisi.
3. Perubahan/ amandemen Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Taktik ini bisa dilakukan dengan cara mengubah atau mengamandemen angggaran
dasar dan Anggaran Rumah Tangga perusahaan (shark repellent) sedemikian rupa
sehingga sulit bagi perusahaan lain untuk melakukan akuisisi.
4. Golden Parachut
Istilah yang digunakan untuk suatu perjanjian antara pengakuisisi dan manajemen
perusahaan target bahwa jajaran manajemen perusahaan target meminta jaminan
kompensasi yang sangat besar dan benefits lain dari pengakuisisian atas kehilangan
posisi mereka.
5. Dual-Class Share
Perusahaan tidak hanya mengeluarkan satu jenis saham biasa, tetapi
mengeluarkan dua saham yang berbeda voting right-nya, misalnya saham kelas A dan
kelas B. Saham kelas A memiliki voting power yang lebih rendah tetapi memiliki hak
klaim yang lebih dulu terhadap deviden. Sebaliknya saham kelas B memiliki hak
voting yang lebih besar tetapi memiliki hak klaim yang lebih rendah terhadap
deviden.
6. Supermajority Amandment
Melalui anggaran dasar perusahaan, merger atau akuisisi hanay bisa disetujui oleh
sejumlah suara tertentu pemegang saham.
7. Staggered Board of Director
8. Pack-Man Defense
Perusahaan target balik menawar saham perusahaan yang akan mengakuisisi.
9. Share Premium Buy-Back
Perusahaan menawarkan untuk membeli kembali saham (repurchase stok) dari
pemegang saham dengan harga premium atau lebih tinggi dari harga yang ditawarkan
oleh calon pengakuisisi.
10. White Knight
Perusahaan target berusaha menggagalkan sebuah akuisisi dengan cara mencari
perusahaan lain yang lebih menguntungkan.
11. Selling The Crown Jewel
Crown jewels digunakan untuk istilah aset aset utama perusahaan. Taktik yang
dilakukan dengan menjual aset aset utama perusahaan target ketika tejadi ancaman
akuisisi.
12. Poisson Pill
Perusahaan target memberi hak kepada pemegang sahamnya untuk membeli kembali
saham yang akan telah diakuisisi dengan harga yang murah atau hak untuk menukar
saham dengan rasio yang menguntungkan.
13. Standstill Agreement
Perjanjian yang menyebutkan bahwa pengakuisisi hanya boleh memiliki persentase
maksimum tertentu terhadap saham perusahaan target.
14. Liability Restructuring
Split-Off terjadi apabila sekelompok pemegang saham induk menerima saham perusahaan
anak dan pada saat yang sama mereka harus melepaskan saham perusahaan induk yang
mereka miliki.
Q. Split-Up
Split-Up adalah serangkaian spin-off melalui pemecahan perusahaan sedemikian rupa sehingga
terciptalah perusahaan perusahaan baru dan tidak ada lagi eksistensi perusahaan yang dipecah
tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
Berikut ini adalah analisa data laporan keuangan terkait dengan akuisisi yang dilakukan oleh PT.
Elang Mahkota Teknologi, Tbk terhadap PT. Indosiar Karya Media, Tbk. yang telah dilakukan
pada 13 Juli 2011 yang lalu.
PT. INDOSIAR KARYA MEDIA, TBK.
31 Desember
2010
31 Desember
2011
1,340
0,619
0,707
0,584
DEBT RATIOS
Debt Ratio
Jumlah Liabilitas : Jumlah Aset
0,679
0,848
PROFITABILITY RATIOS
Gross Profit Margin
Laba Kotor : Pendapatan
0,468
0,274
0,060
-0,018
0,011
-0,113
1,043
-12,173
7.956.652.412
7.956.652.412
LIQUIDITY RATIO
Current Ratio
Aset Lancar : Kewajiban Lancar
Quick (Acid-Test) Ratio
(Aset Lancar - Persediaan) : Kewajiban Lancar
31 Desember
2010
31 Desember
2011
0,009
-0,108
0,027
-0,711
13,29
Rp147,44
52,992
Rp67,21
12,744
-4,353
0,09
0,79
MARKET RATIOS
Market price per share of common stock
Book value per share of common stock
Price/Earnings (P/E) Ratio
Market price per share of common stock : Earnings per Share
Market/Book (M/B) Ratio
Market price per share of common stock :
Market price per share of common stock :
LIQUIDITY RATIO
Current Ratio
Aset Lancar : Kewajiban Lancar
Quick (Acid-Test) Ratio
(Aset Lancar - Persediaan) : Kewajiban Lancar
DEBT RATIOS
Debt Ratio
Jumlah Liabilitas : Jumlah Aset
PROFITABILITY RATIOS
Gross Profit Margin
31 Desember 2010
31 Desember 2011
4,417
1,424
3,947
1,280
0,271
0,331
2,644
1,696
0,210
0,272
31 Desember 2010
31 Desember 2011
0,150
0,178
0,098
0,131
5.127.302.220
5.640.032.442
0,115
0,103
0,161
0,155
750,87
Rp564,16
1823,705
Rp846,31
7644,60
13936,63
1,33
2,15
MARKET RATIOS
Market price per share of common stock
Book value per share
Price/Earnings (P/E) Ratio
Market price per share of common stock : Earnings per Share
Market/Book (M/B) Ratio
Market price per share of common stock :
Book value per share of common stock
PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. telah melakukan akuisisi horizontal dimana
perusahaan ini bergerak dalam bidang lembaga penyiaran swasta (LPS) mengakuisisi PT.
Indosiar Karya Media, Tbk. yang juga berada dalam bidang yang sama. Akuisisi yang dilakukan
oleh PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. merupakan akuisisi yang terkena pajak dikarenakan
menggunakan sebagian kasnya. Hal ini terbukti dengan jumlah beban pajak yang meningkat
pada tahun 2011 akuisisi. Akuisisi yang dilakukan juga tergolong akuisisi saham, karena
penguasaan sebesar 72,76% atas saham PT. Indosiar Karya Media, Tbk.
Setelah dilakukannya akuisisi oleh PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. terhadap PT.
Indosiar Karya Media, Tbk. dengan landasan data laporan keuangan pada periode sebelum dan
sesudah akuisisi, yaitu pada tahun 2010 dan 2011 ditemukan hal hal yang tidak seharusnya
terjadi. Hal ini adalah menurunnya kinerja PT. Indosiar Karya Media, Tbk. dimana nampak dari
kemampuan untuk menghasilkan keuntungan yang semakin menurun.
Kemampuan untuk menghasilkan keuntungan tersebut terlihat dari Gross Profit Margin
yang menurun dari 0,468 menjadi 0,274, Net Profit Margin, Operating Profit Margin, Earnings
Per Share, Return on Total Assets (ROA/ROI), dan Return on Common Equity (ROE) yang turun
sangat drastis dimana sebelum diakuisisi berada pada kondisi yang positif. Namun, setelah
dilakukan akuisisi berada pada kondisi yang negatif. Harga saham PT. Indosiar Karya Media,
Tbk. mengalami fluktuasi setelah terjadinya akuisisi. Fluktuasi harga saham tersebut terjadi
dengan meningkatnya harga saham setelah akuisisi hingga akhir Juli 2013 dan pada pertengahan
Agustus 2013 mencapai harga terendah setelah akuisisi.
PT. Elang Media Teknologi, Tbk. sebagai perusahaan yang melakukan akuisisi terhadap
PT. Indosiar Karya Media, Tbk. ternyata mengalami penurunan dalam hal rasio likuiditas dan
kemampuan menghasilkan keuntungan (laba) kotor, dimana rasio likuiditas menurun sangat
signifikan dan kemampuan menghasilkan keuntungan (laba) kotornya menurun tidak terlalu
signifikan. Rasio hutang juga meningkat, namun tidak signifikan. Upaya mengakuisisi PT.
Indosiar Karya Media, Tbk. pembiayaannya dilakukan dengan penggadaian saham sebesar 1,6
miliar saham anak usahanya, PT. Surya Citra Media, Tbk. (SCMA) kepada Standard Charter
Bank dan Citibank N.A . senilai Rp. 1,5 triliun. Dapat dikatakan bahwa upaya akuisisi ini
dilakukan melalui cara kombinasi antara kas, hutang, dan saham kepada bank dengan sistem
gadai atau jaminan dengan persentase penggunaan hutang yang terbanyak. Return on Total
Assets (ROA/ROI) dan Return on Common Equity (ROE) milik PT. Elang Mahkota Teknologi,
Tbk. mengalami penurunan yang cukup besar.
Penyebab menurunnya kinerja PT. Indosiar Karya Media, Tbk. adalah jumlah beban yang
meningkat tajam antara tahun 2010 dengan tahun 2011. Peningkatan beban ini dapat diakibatkan
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan dari makalah ini, ternyata teori yang ada itu tidak selalu sesuai dengan apa
yang sesungguhnya terjadi. Pada teori yang sebenarnya, seharusnya setelah perusahaan
melakukan akuisisi. Perusahaan tersebut dapat meningkatkan kinerja kedua perusahaan yang
dapat diukur dari laba yang diperoleh. Selain itu juga dapat dikatakan terjadi sinergi setelah
melakukan akuisisi. Sedangkan pada kenyataannya telah ditemukan hal-hal yang tidak
seharusnya terjadi.
Hal yang demikian terlihat dari kinerja PT. Indosiar Karya Media, Tbk yang mengalami
penurunan setelah melakukan akuisisi. Kinerja PT. Indosiar Karya Media, Tbk semakin
memburuk yang nampak dari Earning Per Share yang menjadi negatif.
Penyebab menurunnya kinerja PT. Indosiar Karya Media, Tbk. adalah jumlah beban yang
meningkat tajam antara tahun 2010 dengan tahun 2011. Peningkatan beban ini dapat diakibatkan
karena perusahaan pengakuisisi melimpahkan beban usahanya kepada perusahaan yang
diakuisisi, dimana jumlah peningkatan beban jauh lebih besar dibandingkan jumlah peningkatan
pendapatannya.
Sedangkan PT. Elang Media Teknologi, Tbk. sebagai perusahaan yang melakukan
akuisisi terhadap PT. Indosiar Karya Media, Tbk. ternyata juga tidak memperoleh keuntungan
positif setelah mengakuisisi. PT. Elang Media Teknologi, Tbk. justru mengalami penurunan
dalam hal rasio likuiditas dan kemampuan menghasilkan keuntungan (laba) kotor.
Tidak hanya merugi dalam hal itu saja, akuisisi yang dilakukan oleh PT. Elang Mahkota
Teknologi, Tbk. terhadap PT. Indosiar Karya Media, Tbk. juga tidak menghasilkan sinergi. Ada
pihak yang lebih unggul, yaitu perusahaan pengakuisisi Hal ini terjadi karena setelah melakukan
akuisisi, kinerja yang diperoleh oleh kedua perusahaan itu tidak sesuai dengan prinsip sinergi
yang ada. Dimana seharusnya tujuan yang akan dicapai bersama antar kedua perusahaan adalah
untuk menghasilkan sinergi, meningkatkan dan memaksimalkan kinerja kedua perusahaan
tersebut. Kejadian seperti ini seharusnya dapat dihindarkan, dimana sebenarnya perusahaan yang
mengakuisisi dan diakuisisi dapat bekerjasama dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Moin, Abdul. 2003. Merger, Akuisisi dan Divestasi. Yogyakarta: Ekonisia FE-UI
Astutik, Yuni. 2011. Tak Ada Ruginya Akuisisi Indosiar.
(http://economy.okezone.com/read/2011/12/06/278/538598/tak-ada-ruginya-akuisisiindosiar, diakses tanggal 2 Desember 2013)
Saputra, Ari. 2011. Beli Indosiar Rp 2,03 Triliun, Emtek Gadaikan Saham SCTV.
(http://finance.detik.com/read/2011/04/05/135425/1608938/6/3/beli-indosiar-rp-203triliun-emtek-gadaikan-saham-sctv, diakses tanggal 19 Desember 2013)
Triyatna, Stefanus Osa. 2011. KPPU: Akuisisi Indosiar Tidak Melanggar Undang-undang.
(http://health.kompas.com/read/2011/12/21/18210318/KPPU.Akuisisi.Indosiar.Tidak.Mel
anggar.Undang-undang, diakses tanggal 19 Desember 2013)
Purwantono, Suherman dan Surja, Sinarta. 2012. PT. Indosiar Karya Media Tbk dan Entitas
Anak / and Subsidiaries.
(http://static.indosiar.com/pdf/investor/audit_report_indo.pdf,
diakses
tanggal
Desember 2013)
Purwantono, Suherman dan Surja, Sinarta. 2012. PT. Indosiar Karya Media Tbk dan entitas
anak / and subsidiaries.
LAMPIRAN
31 Desember 2011
ASET
ASET LANCAR
Kas dan setara kas
Piutang usaha
Pihak ketiga
Pihak - pihak berelasi
Piutang lain - lain pihak ketiga
Persediaan
Pajak dibayar di muka
Uang muka pembelian film dan uang muka lain - lain
Biaya dibayar di muka
Jumlah Aset Lancar
Rp30.856.834.740
Rp158.057.366.512
Rp175.176.045.738
Rp706.253.913
Rp202.922.413.108
Rp1.500.000
Rp8.189.721.862
Rp11.877.206.032
Rp429.729.975.393
Rp275.009.217.466
Rp209.000.000
Rp1.158.653.090
Rp26.526.855.644
Rp64.465.963
Rp5.096.546.848
Rp2.858.024.202
Rp468.980.129.725
Rp10.070.000.000
Rp135.338.347.045
Rp340.870.190.520
Rp8.494.059.580
Rp10.787.195.797
Rp5.259.493.350
Rp21.226.067.995
Rp532.045.354.287
Rp2.020.000.000
Rp53.860.054.952
Rp339.534.527.807
Rp17.639.768.844
Rp7.678.480.752
Rp5.212.153.413
Rp981.116.205
Rp426.926.101.973
JUMLAH ASET
Rp961.775.329.680
Rp895.906.231.698
Rp27.451.620.084
Rp20.000.000.000
Rp85.673.502.415
-
Rp203.338.840.156
Rp8.296.750.000
Rp72.246.502.130
Rp3.020.625.196
Rp54.481.063.956
Rp394.958.327
Rp10.338.189.010
Rp9.152.582.688
Rp141.250.000
Rp123.003.402.571
Rp59.244.508.229
Rp630.750.000
Rp400.518.611.490
31 Desember 2010
31 Desember 2011
Rp320.689.485.084
Rp757.243.671.168
Rp325.000.000.000
Rp7.203.514.015
Rp332.203.514.015
Rp2.522.306.522
Rp2.522.306.522
Jumlah Liabilitas
Rp652.892.999.099
Rp759.765.977.690
EKUITAS
Ekuitas yang Dapat Diatribusikan
Kepada Pemilik Entitas Induk
Modal saham
Tambahan modal disetor - neto
Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali
Opsi pemilikan saham karyawan
Saldo laba (defisit)
Telah ditentukan penggunaannya
Belum ditentukan penggunaannya
Rp506.403.454.750
Rp201.252.710.784
Rp67.387.705.202
Rp8.496.265.438
Rp506.403.454.750
Rp201.252.710.784
-
Rp5.000.000.000
Rp5.000.000.000
(Rp489.885.073.622) (Rp586.729.591.137)
Rp298.655.062.552
Rp10.227.268.029
Rp125.926.574.397
Rp10.213.679.611
Jumlah Ekuitas
Rp308.882.330.581
Rp136.140.254.008
Rp961.775.329.680
Rp895.906.231.698
PENDAPATAN NETO
31 Desember 2010
31 Desember 2011
Rp749.009.490.723
Rp856.478.322.483
(Rp398.410.444.963) (Rp621.736.530.657)
LABA BRUTO
Rp350.599.045.760
(Rp219.459.302.369) (Rp248.431.868.850)
(Rp4.606.258.164)
(Rp14.052.274.973)
Rp2.741.003.270
Rp84.058.118.972
LABA USAHA
Rp129.274.488.497
Rp56.315.766.975
Biaya keuangan
Pendapatan keuangan
(Rp85.267.167.951)
Rp1.165.484.997
(Rp73.153.860.975)
Rp1.458.280.160
Rp45.172.805.543
(Rp15.379.813.840)
BEBAN PAJAK
Tangguhan
(Rp36.877.201.013)
(Rp81.478.292.093)
Rp8.295.604.530
(Rp96.858.105.933)
Rp8.295.604.530
(Rp96.858.105.933)
Rp8.295.292.590
Rp311.940
(Rp96.844.517.515)
(Rp13.588.418)
Jumlah
Rp8.295.604.530
(Rp96.858.105.933)
(Rp47,81)
Rp4,09
Rp234.741.791.826
ASET
ASET LANCAR
Kas dan setara kas
Investasi Jangka Pendek
Piutang usaha
Pihak ketiga
Pihak - pihak berelasi
Piutang lain - lain pihak ketiga
Persediaan
Pajak dibayar di muka
Uang muka
Biaya dibayar di muka
Jumlah Aset Lancar
ASET TIDAK LANCAR
Aset tetap
Properti investasi
Investasi jangka panjang
Investasi ensitas asosiasi
Goodwill dan aset tak berwujud
Aset pajak tangguhan
Klaim atas pengembalian pajak
Biaya sewa dibayar dimuka
jangka panjang
Aset tidak lancar lainnya
Jumlah Aset Tidak Lancar
TOTAL ASET
LIABILITAS DAN EKUITAS
LIABILITAS JANGKA PENDEK
Pinjaman jangka pendek
Utang usaha
Pihak ketiga
Pihak-pihak berelasi
Utang lain-lain
Pihak ketiga
Pihak-pihak berelasi
31 Desember 2010
31 Desember 2011
Rp1.458.875.700
Rp3.042.937
Rp1.341.581.271
Rp5.495.327
Rp654.466.893
Rp993.413.953
Rp14.743.054
Rp265.820.097
Rp14.002.138
Rp62.585.403
Rp22.888.808
Rp2.496.425.030
Rp32.043.084
Rp278.368.569
Rp39.535.708
Rp38.887.127
Rp27.348.768
Rp2.756.673.807
Rp556.826.967
Rp28.530.942
Rp1.044.992
Rp1.088.752.884
Rp28.639.259
Rp8.734.275
Rp159.308.385
Rp1.130.857.599
Rp219.178.875
Rp2.699.542.807
Rp45.774.844
Rp19.020.649
Rp153.861.944
Rp26.021.933
Rp1.897.859.637
Rp110.136.858
Rp4.378.373.576
Rp4.394.284.667
Rp7.135.047.383
Rp6.682.755
Rp34.844.755
Rp252.680.703
Rp335.797
Rp424.596.276
-
Rp22.932.004
Rp80.605.405
Utang pajak
Biaya masih harus dibayar
Uang muka
Rp80.027.797
Rp187.672.775
Rp13.806.873
Rp80.134.423
Rp302.766.815
Rp35.629.354
31 Desember 2010
31 Desember 2011
Rp1.017.632
Rp565.196.879
Rp574.572.025
Rp400.518.611
Rp2.480.715
Rp1.936.189.287
Rp67.082.885
Rp1.577.981
Rp573.801.643
Rp4.679.073
Rp45.521.144
Rp625.579.841
Rp2.714.509
Rp296.107.407
Rp59.791.296
Rp425.696.097
Rp1.190.776.720
Rp2.361.885.384
Rp1.025.460.444
Rp1.317.355.320
Rp31.340.248
Rp83.575.582
-
Rp1.128.006.488
Rp2.037.216.943
Rp31.340.120
Rp76.341.604
-
Rp2.000.000
Rp432.561.848
Rp4.000.000
Rp1.041.154.646
Rp305.048
Rp2.892.598.490
Rp230.950.000
Rp4.318.059.801
Rp455.143.106
Rp3.123.548.490
Rp4.773.202.907
Rp4.314.325.210
Rp7.135.088.291
31 Desember 2011
Rp3.353.538.263
Rp4.136.532.904
(Rp2.021.909.925)
(Rp2.106.039.041)
LABA KOTOR
Rp1.331.628.338
Rp2.030.493.863
Beban penjualan
Beban umum dan administrasi
Rugi penjualan aset tetap - neto
Rugi selisih kurs - neto
Pendapatan (beban) operasi lain-lain - neto
(Rp24.901.522)
(Rp507.286.446)
(Rp2.948.543)
(Rp12.577.892)
Rp18.507.321
(Rp18.988.951)
(Rp758.289.455)
(Rp12.720.241)
(Rp3.677.730)
(Rp39.758.245)
LABA USAHA
Rp802.421.256
Rp1.197.059.241
Rp59.290.669
(Rp65.965.792)
(Rp91.557.422)
(Rp98.232.545)
Rp68.895.771
(Rp139.048.746)
(Rp1.943.744)
(Rp72.096.719)
Rp704.188.711
Rp1.124.962.522
(Rp208.788.953)
Rp8.272.577
(Rp200.516.376)
(Rp330.633.531)
(Rp56.291.423)
(Rp386.924.954)
LABA NETO
Rp503.672.335
Rp738.037.568
(Rp59.006)
PENDAPATAN
Rp503.613.329
Rp738.037.568
Rp429.187.536
Rp74.484.799
Rp503.672.335
Rp607.607.976
Rp130.429.592
Rp738.037.568
31 Desember 2010
31 Desember 2011
Rp429.128.350
Rp74.484.799
Rp503.613.149
Rp607.607.976
Rp130.429.592
Rp738.037.568
Rp83,83
Rp118,08
Open
High
Low
Close
Avg Vol
Adj Close*
Apr 6, 2010
Apr 12,
2010
Apr 19,
2010
Apr 26,
2010
May 3,
2010
May 10,
2010
May 17,
2010
May 24,
2010
May 31,
2010
600.00
640.00
570.00
620.00
50,6
578,12
630.00
670.00
560.00
670.00
20,2
624,74
670.00
670.00
600.00
630.00
10,6
587,44
650.00
660.00
600.00
650.00
23,6
606,09
640.00
640.00
550.00
630.00
6,6
587,44
630.00
640.00
630.00
640.00
700
596,77
640.00
640.00
640.00
640.00
3,8
596,77
630.00
650.00
610.00
620.00
251,8
578,12
630.00
640.00
500.00
580.00
359,6
540,82
Jun 7, 2010
Jun 14,
2010
Jun 21,
2010
Jun 22,
2010
Jun 28,
2010
570.00
590.00
530.00
580.00
304
540,82
580.00
590.00
560.00
580.00
194,1
540,82
580.00
580.00
540.00
580.00
10,1
550,99
600.00
620.00
540.00
610.00
17,9
579,49
Jul 5, 2010
Jul 12,
2010
Jul 19,
2010
Jul 26,
2010
Aug 2,
2010
Aug 9,
2010
Aug 16,
2010
Aug 23,
2010
Aug 30,
2010
Sep 6,
2010
Sep 20,
2010
Sep 27,
2010
610.00
650.00
600.00
640.00
18,9
607,99
660.00
660.00
610.00
650.00
6,8
617,49
650.00
650.00
550.00
650.00
15,9
617,49
650.00
720.00
610.00
680.00
90,3
645,99
690.00
690.00
600.00
660.00
128,9
626,99
670.00
670.00
640.00
670.00
10,7
636,49
670.00
670.00
610.00
630.00
25,8
598,49
630.00
720.00
600.00
650.00
71,8
617,49
690.00
940.00
640.00
890.00
922,2
845,49
1,110.00
1,380.00
830.00
960.00
2,376,200
911,99
930.00
1,000.00
830.00
830.00
585,8
788,49
890.00
1,020.00
840.00
950.00
396,5
902,49
Oct 4, 2010
Oct 11,
2010
Oct 18,
2010
950.00
990.00
910.00
940.00
231,4
892,99
930.00
960.00
900.00
940.00
109,2
892,99
920.00
960.00
910.00
910.00
70
864,49
Oct 25,
920.00
980.00
910.00
910.00
350,4
864,49
10.71 Dividend
2010
Nov 1,
2010
Nov 8,
2010
Nov 12,
2010
Nov 15,
2010
Nov 22,
2010
Nov 29,
2010
Dec 6,
2010
Dec 13,
2010
Dec 20,
2010
Dec 27,
2010
920.00
1,020.00
920.00
1,000.00
338,9
949,99
1,060.00
1,080.00
990.00
1,030.00
571,3
986,71
8.50 Dividend
970.00
1,080.00
940.00
980.00
507,3
938,81
1,040.00
1,040.00
960.00
980.00
115,5
938,81
1,010.00
1,080.00
990.00
1,050.00
310,7
1005,87
1,020.00
1,110.00
1,020.00
1,060.00
579
1015,45
1,060.00
1,090.00
1,020.00
1,080.00
59,1
1034,61
1,080.00
1,180.00
1,060.00
1,100.00
65,2
1053,71
1,100.00
1,250.00
1,100.00
1,220.00
89,2
1168,73
JUMLAH
RERATA
28532,96
750,87
Open
High
Low
Close
Avg Vol
Adj Close*
Jan 3, 2011
Jan 10,
2011
Jan 17,
2011
Jan 24,
2011
Jan 31,
2011
1,200.00
1,320.00
1,190.00
1,290.00
92,4
1235,78
1,280.00
1,340.00
1,080.00
1,150.00
375,9
1101,67
1,150.00
1,180.00
1,000.00
1,000.00
198,6
957,97
1,000.00
1,160.00
980.00
1,150.00
31,6
1101,67
1,100.00
1,150.00
1,060.00
1,140.00
83
1092,09
Feb 7, 2011
Feb 14,
2011
Feb 21,
2011
Feb 28,
2011
1,140.00
1,160.00
1,140.00
1,150.00
56,2
1101,67
1,150.00
1,180.00
1,150.00
1,180.00
72,8
1130,41
1,340.00
1,400.00
1,150.00
1,340.00
742
1283,68
1,340.00
1,380.00
1,150.00
1,170.00
621,3
1120,83
Mar 7, 2011
Mar 14,
2011
Mar 21,
2011
Mar 28,
2011
1,190.00
1,270.00
1,160.00
1,190.00
48,6
1139,09
1,200.00
1,200.00
1,100.00
1,130.00
29,8
1082,51
1,100.00
1,210.00
1,100.00
1,120.00
20,6
1072,93
1,280.00
1,440.00
1,120.00
1,390.00
242,7
1331,58
Apr 4, 2011
Apr 11,
2011
Apr 18,
2011
Apr 25,
2011
May 2,
2011
May 9,
2011
May 16,
2011
May 23,
2011
May 30,
2011
1,410.00
1,500.00
1,350.00
1,400.00
193
1341,16
1,400.00
1,430.00
1,400.00
1,420.00
15,5
1360,32
1,420.00
1,560.00
1,350.00
1,540.00
355,2
1475,28
1,560.00
1,750.00
1,500.00
1,600.00
143,6
1532,76
1,660.00
1,730.00
1,600.00
1,660.00
128,8
1590,23
1,660.00
1,700.00
1,530.00
1,680.00
995
1609,39
1,670.00
1,850.00
1,510.00
1,580.00
1,643,500
1513,60
1,620.00
1,740.00
1,580.00
1,730.00
1,919,000
1657,29
1,760.00
1,800.00
1,730.00
1,780.00
76,6
1705,19
Jun 6, 2011
Jun 13,
2011
Jun 20,
2011
Jun 27,
2011
1,750.00
1,760.00
1,710.00
1,730.00
42,8
1657,29
1,810.00
2,025.00
1,750.00
1,780.00
710,2
1705,19
1,860.00
1,930.00
1,780.00
1,890.00
317
1810,57
1,820.00
1,970.00
1,820.00
1,850.00
229,1
1772,25
Jul 5, 2011
Jul 11,
2011
Jul 18,
2011
Jul 25,
2011
1,910.00
1,910.00
1,870.00
1,900.00
21,1
1820,15
1,880.00
1,990.00
1,880.00
1,950.00
66,8
1868,05
1,960.00
2,600.00
1,950.00
2,200.00
283,7
2107,54
2,400.00
2,525.00
2,150.00
2,275.00
198,9
2179,39
Aug 1,
2011
Aug 8,
2011
Aug 15,
2011
Aug 22,
2011
Sep 5,
2011
Sep 12,
2011
Sep 19,
2011
Sep 26,
2011
Oct 3, 2011
Oct 10,
2011
Oct 17,
2011
Oct 24,
2011
Oct 31,
2011
Nov 7,
2011
Nov 14,
2011
Nov 21,
2011
Nov 28,
2011
Dec 5,
2011
Dec 12,
2011
Dec 19,
2011
Dec 26,
2011
2,400.00
2,425.00
2,275.00
2,300.00
116,1
2203,34
2,100.00
2,350.00
2,000.00
2,200.00
221,4
2107,54
2,200.00
2,225.00
2,000.00
2,000.00
80
1915,95
2,200.00
2,400.00
2,100.00
2,400.00
4,7
2299,13
2,400.00
2,475.00
2,200.00
2,200.00
4,4
2107,54
2,200.00
2,200.00
2,100.00
2,200.00
5,1
2107,54
2,200.00
2,250.00
2,050.00
2,250.00
9,8
2155,44
2,200.00
2,200.00
1,990.00
2,075.00
294,3
1987,79
2,075.00
2,100.00
1,930.00
2,075.00
8,8
1987,79
2,075.00
2,075.00
2,075.00
2,075.00
1987,79
2,075.00
2,150.00
2,000.00
2,150.00
6,2
2059,64
2,150.00
2,300.00
2,100.00
2,300.00
6,8
2203,34
2,150.00
2,400.00
2,100.00
2,300.00
24,4
2203,34
2,300.00
2,475.00
2,225.00
2,400.00
144,7
2299,13
2,400.00
2,800.00
2,350.00
2,700.00
494,4
2586,83
2,625.00
2,800.00
2,500.00
2,600.00
36,9
2490,73
2,600.00
3,350.00
2,600.00
2,900.00
103,5
2778,12
2,950.00
3,300.00
2,600.00
3,300.00
11,3
3161,31
3,300.00
3,300.00
3,000.00
3,000.00
13,1
2873,92
3,000.00
3,000.00
2,675.00
3,000.00
15,3
2873,92
3,000.00
3,300.00
2,850.00
3,300.00
12,4
3161,31
JUMLAH
RERATA
93008,97
1823,71
Open
High
Low
Close
Avg Vol
Adj Close*
Jan 4, 2010
Jan 11,
2010
Jan 18,
2010
Jan 25,
2010
21.00
25.40
21.00
25.40
1,614,500
5,08
25.40
26.00
20.00
24.20
226
4,84
24.40
24.80
21.20
21.20
169,5
4,24
23.80
24.00
21.40
22.80
154,5
4,56
Feb 1, 2010
21.00
23.60
21.00
22.60
588
4,52
Feb 8, 2010
Feb 15,
2010
Feb 22,
2010
22.20
22.20
20.60
21.60
601
4,32
22.40
22.80
22.20
22.80
498,5
4,56
23.00
23.00
21.60
21.60
53,1
4,32
Mar 1, 2010
21.60
23.20
21.60
23.00
255
4,60
Mar 8, 2010
Mar 15,
2010
Mar 22,
2010
Mar 29,
2010
23.80
24.00
22.00
24.00
398,5
4,80
24.80
26.00
24.00
24.00
4,155,600
4,80
24.00
24.60
24.00
24.20
437,5
4,84
24.00
24.40
23.80
24.00
885,6
4,80
Apr 5, 2010
Apr 12,
2010
Apr 19,
2010
Apr 26,
2010
May 3,
2010
May 10,
2010
May 17,
2010
May 24,
2010
May 31,
2010
24.00
24.00
23.60
24.00
228
4,80
25.00
25.00
24.00
24.60
338,5
4,92
33.20
48.00
24.60
48.00
49,514,000
9,60
60.00
75.00
48.00
75.00
136,464,000
15,00
75.00
92.00
51.00
52.00
56,902,000
10,40
54.00
61.00
50.00
51.00
1,828,700
10,20
51.00
52.00
40.00
41.00
2,622,500
8,20
39.00
43.00
33.20
39.20
2,592,500
7,84
39.00
51.00
38.00
51.00
3,516,500
10,20
Jun 7, 2010
Jun 14,
2010
Jun 21,
2010
Jun 28,
2010
63.00
71.00
51.00
52.00
11,882,500
10,40
52.00
62.00
50.00
56.00
7,021,500
11,20
57.00
59.00
53.00
54.00
1,413,000
10,80
54.00
56.00
48.00
51.00
584,5
10,20
Jul 5, 2010
Jul 12,
2010
Jul 19,
2010
Jul 26,
2010
53.00
58.00
52.00
52.00
729
10,40
52.00
58.00
52.00
55.00
981,5
11,00
54.00
56.00
52.00
53.00
865
10,60
52.00
69.00
52.00
60.00
28,144,500
12,00
Aug 2,
2010
Aug 9,
2010
Aug 16,
2010
Aug 23,
2010
Aug 30,
2010
Sep 6,
2010
Sep 20,
2010
Sep 27,
2010
Oct 4, 2010
Oct 11,
2010
Oct 18,
2010
Oct 25,
2010
Nov 1,
2010
Nov 8,
2010
Nov 15,
2010
Nov 22,
2010
Nov 29,
2010
Dec 6,
2010
Dec 13,
2010
Dec 20,
2010
Dec 27,
2010
60.00
63.00
54.00
57.00
6,545,500
11,40
57.00
59.00
56.00
56.00
1,980,000
11,20
56.00
59.00
55.00
57.00
2,459,300
11,40
57.00
73.00
56.00
66.00
13,598,000
13,20
67.00
87.00
64.00
84.00
44,259,000
16,80
104.00
130.00
85.00
112.00
94,922,000
22,40
108.00
114.00
102.00
108.00
7,157,000
21,60
110.00
136.00
106.00
136.00
83,515,000
27,20
142.00
148.00
114.00
118.00
83,836,000
23,60
118.00
124.00
114.00
114.00
25,127,000
22,80
112.00
150.00
112.00
134.00
108,026,000
26,80
136.00
142.00
122.00
126.00
15,829,000
25,20
126.00
128.00
116.00
122.00
11,243,000
24,40
122.00
124.00
114.00
116.00
7,119,000
23,20
112.00
118.00
110.00
114.00
5,165,000
22,80
114.00
116.00
106.00
108.00
6,226,000
21,60
104.00
124.00
100.00
112.00
9,693,500
22,40
112.00
126.00
110.00
122.00
15,733,700
24,40
118.00
128.00
108.00
116.00
20,371,000
23,20
108.00
118.00
106.00
110.00
8,295,000
22,00
128.00
168.00
110.00
160.00
131,974,300
32,00
JUMLAH
677,64
13,29
RERATA
Open
High
Low
Close
Avg Vol
Adj Close*
Jan 3, 2011
Jan 10,
2011
Jan 17,
2011
Jan 24,
2011
Jan 31,
2011
170.00
192.00
158.00
180.00
104,826,500
36,00
174.00
204.00
172.00
204.00
76,327,500
40,80
190.00
208.00
180.00
184.00
108,695,000
36,80
186.00
192.00
180.00
184.00
63,341,000
36,80
174.00
192.00
172.00
190.00
68,211,800
38,00
Feb 7, 2011
Feb 14,
2011
Feb 21,
2011
Feb 28,
2011
186.00
196.00
182.00
188.00
126,481,500
37,60
188.00
196.00
182.00
190.00
27,860,000
38,00
202.00
204.00
188.00
202.00
96,990,000
40,40
202.00
202.00
174.00
192.00
100,417,500
38,40
Mar 7, 2011
Mar 14,
2011
Mar 21,
2011
Mar 28,
2011
190.00
198.00
178.00
180.00
52,318,000
36,00
182.00
184.00
176.00
180.00
48,913,500
36,00
178.00
186.00
176.00
178.00
15,061,800
35,60
174.00
178.00
160.00
174.00
6,937,500
34,80
Apr 4, 2011
Apr 11,
2011
Apr 18,
2011
Apr 25,
2011
May 2,
2011
May 9,
2011
May 16,
2011
May 23,
2011
May 30,
2011
174.00
186.00
166.00
184.00
27,676,500
36,80
182.00
182.00
178.00
180.00
6,994,000
36,00
176.00
182.00
176.00
180.00
4,764,300
36,00
178.00
184.00
178.00
182.00
6,044,500
36,40
184.00
188.00
182.00
184.00
5,626,000
36,80
184.00
188.00
182.00
186.00
6,044,000
37,20
186.00
192.00
182.00
186.00
11,401,200
37,20
186.00
188.00
184.00
186.00
35,193,500
37,20
186.00
188.00
186.00
186.00
6,772,500
37,20
Jun 6, 2011
Jun 13,
2011
Jun 20,
2011
Jun 27,
2011
188.00
188.00
184.00
184.00
6,978,000
36,80
186.00
188.00
184.00
186.00
6,961,500
37,20
186.00
190.00
186.00
188.00
3,961,500
37,60
188.00
190.00
188.00
188.00
1,509,300
37,60
Jul 5, 2011
Jul 11,
2011
Jul 18,
2011
Jul 25,
2011
188.00
190.00
188.00
188.00
30,465,600
37,60
190.00
252.00
186.00
238.00
80,675,000
47,60
246.00
368.00
232.00
330.00
37,784,500
66,00
344.00
366.00
302.00
330.00
16,208,500
66,00
Aug 1,
2011
Aug 8,
2011
Aug 15,
2011
Aug 22,
2011
Sep 5,
2011
Sep 12,
2011
Sep 19,
2011
Sep 26,
2011
Oct 3, 2011
Oct 10,
2011
Oct 17,
2011
Oct 24,
2011
Oct 31,
2011
Nov 7,
2011
Nov 14,
2011
Nov 21,
2011
Nov 28,
2011
Dec 5,
2011
Dec 12,
2011
Dec 19,
2011
Dec 26,
2011
320.00
330.00
238.00
260.00
4,838,500
52,00
250.00
276.00
220.00
256.00
9,047,000
51,20
262.00
284.00
248.00
254.00
7,616,800
50,80
246.00
270.00
246.00
268.00
3,337,500
53,60
268.00
334.00
260.00
332.00
6,482,500
66,40
314.00
322.00
290.00
314.00
1,215,500
62,80
310.00
320.00
254.00
280.00
2,509,000
56,00
260.00
280.00
250.00
268.00
3,158,000
53,60
258.00
270.00
242.00
256.00
543
51,20
260.00
280.00
258.00
270.00
203
54,00
272.00
278.00
260.00
278.00
138
55,60
278.00
314.00
264.00
298.00
2,566,500
59,60
306.00
366.00
298.00
350.00
13,711,000
70,00
348.00
356.00
338.00
340.00
1,976,500
68,00
346.00
352.00
322.00
342.00
1,319,000
68,40
326.00
430.00
326.00
420.00
10,353,500
84,00
465.00
620.00
410.00
575.00
19,226,000
115,00
565.00
600.00
545.00
575.00
3,881,500
115,00
585.00
630.00
540.00
540.00
4,918,500
108,00
530.00
560.00
515.00
545.00
10,189,500
109,00
545.00
600.00
545.00
580.00
1,396,000
116,00
JUMLAH
2702,60
52,99
RERATA
JAKARTA - PT Elang Mahkota Teknologi (EMTEK) Tbk mengaku tidak merugi, setelah
perusahaan melakukan akuisisi PT Indosiar Karya Media Tbk (IDKM) beberapa waktu lalu.
Indosiar memang telah merugi sebelum diakuisisi.
"Belum menemukan kerugian dari adanya akuisisi antara EMTEK dan Indosiar," ungkap
Direktur Utama EMTEK, Susanto Suwarto saat Paparan Publik di SCTV Tower, Jakarta, Selasa
(6/12/2011).
Dia mengatakan, sebelum Indosiar bergabung dengan EMTEK, neraca perusahaan memang telah
merugi. Namun, Susanto meyakini, kinerja perusahaan semakin membaik seiring dengan akuisisi
yang dilakukan.
"Waktu mereka (Indosiar) sebelum masuk, itu rugi, saya lupa angkanya. Tapi sekarang pasti dan
sudah baik. Karena kita betulin kinerjanya," tuturnya.
Menurutnya, dari lima hingga enam tahun yang lalu, Indosiar pernah mengalami masa kejayaan
menjadi televisi yang paling banyak diminati karena programnya.
Dengan adanya kejadian tersebut, perusahaan yakin Indosiar masih memiliki prospek yang bagus
ke depannya, meskipun saat ini kondisinya sudah berubah. "Dulu siapa yang nggak nonton
Indosiar. Kita berani akuisis Indosiar karena pertumbuhannya yang signifikan," tandasnya.
Sebagai informasi, EMTEK telah menyelesaikan akuisi dan penawaran umum wajib tender atas
88,77 persen saham Indosiar pada 13 Juli lalu. Sebelumnya, proses akuisis ini sempat menuai
sejumah dugaan adanya monopoli usaha.
Namun pada akhir November lalu, Komite Pengawas dan Persaingan Usaha (KPPU) telah
memberikan pendapat bahwa tidak ada godaan praktik monopoli yang tidak sehat dari akuisisi
tersebut. (mrt) (rhs)
Beli Indosiar Rp 2,03 Triliun, Emtek Gadaikan Saham SCTV
Ari Saputra - detikfinance
Selasa, 05/04/2011 14:02 WIB
Jakarta -PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) berniat untuk melakukan gadai saham PT
Surya Citra Media Tbk (SCMA) dan meningkatkan modal tanpa hak memesan efek terlebih
dahulu (HMETD) aliasprivate placement untuk rencana akuisisi PT Indosiar Karya Media Tbk
(IDKM).
Seperti dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (5/4/2011), dana hasil gadai saham dan private
placement itu akan digunakan EMTK untuk membiayai penawaran tender (tender offer) saham
IDKM di kisaran harga Rp 900-1.040 per lembar.
Tender offer ini akan dilakukan usai pembelian 551.708.684 (27,24%) saham IDKM dari PT
Prima Visualindo (PV) senilai Rp 496,5 miliar. Sementara tender offer dilakukan atas 1,473
miliar (72,76%) dari total saham IDKM.
Nilai penawaran tender ini sebanyak Rp 1,53 triliun. Dengan demikian, nilai seluruh transaksi
akuisisi IDKM dari PV dan tender offer ini jumlahnya mencapai Rp 2,03 triliun.
Pembelian saham PV ini perseroan akan menggunakan dana internal, sementara untuk saham
penawaran tender, dananya dari pinjaman lembaga keuangan.
Dalam rangka mencari pinjaman untuk biayai penawaran tender itu, induk Grup SCTV itu akan
menandatangani perjanjian gadai saham. Saham yang akan digadaikan adalah SCMA.
Atas penggadaian itu, EMTK akan mengantongi dana sebanyak Rp 866,3 miliar. Perseroan juga
akan melakukan transaksi peningkatan modal yang ditempatkan di EMTK tanpa HMETD
EMTK berniat menerbitkan saham sebanyak 512,730 juta (10%) saham perseroan. Dengan total
target dana Rp 666,6 miliar, maka harga saham baru itu per lembarnya sebesar Rp 1.300 per
lembar.
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) enggan disebut loyo dan mundur teratur bila menghadapi
raksasa media. Menurut Ketua KPI Dadang Hidayat, sejauh ini sikap KPI selalu tegas
menegakkan aturan penyiaran seperti rencana akuisisi Indosiar oleh pemilik SCTV yang
dianggap pelanggaran UU Penyiaran.
"Kami sangat tegas menentang akuisisi. Itu sangat jelas. Karena rencana ini berimplikasi
penguasaan opini. Kalau terjadi, ini efeknya sangat besar. Luar biasa penguasaan opini. Karena
bisa saja kalau berkolaborasi dengan kekuasaan, publik harus bersikap," kata Dadang Hidayat
menepis keraguan salah satu peserta seminar 'Tolak Monopoli TV Swasta' di Gedung Jakarta
Media Center (JMC), Jl Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (5/3/2011).
Hanya saja, Dadang mengakui keputusan KPI tersebut masih menunggu keputusan pengadilan.
Sebab, selain isi siaran, keputusan KPI tersebut tidak mengikat.
"Apakah keputusan KPI tersebut bisa membatalkan akuisisi atau tidak, merubah atau tidak, itu
sebuah pertanyaan bagi kami. Kami menunggu pengadilan apakah keputusan kami dipakai atau
tidak," tandas Dadang.
Seirama dengan Dadang, Ketua Komite Advokasi untuk Independen Penyiaran Wirawan Adnan
juga menyatakan akuisisi jelas-jelas menyalahi aturan. Pada kesempatan serupa, pengacara
tersebut menyatakan rencana akuisisi melanggar UU Penyiaran. "Pasal 34 UU Penyiaran jelas
melarang pemindahtanganan frekuensi. Dari A ke B. Itu tidak ada penafsiran, tegas. Hitam-putih
jelas," kata Adnan.
"Kalau multitafsir itu kalau yang diambilalih hanya sahamnya saja. Dalam hukum pidana,
pembuktian tidak hanya persoalan formil tetapi materil. Ini sudah betul-betul pelanggaran.
Karena secara formal pengambilalihan saham, secara materil monopoli informasi," tandas
Adnan.
Pendapat berbeda dilontarkan anggota Dewan Pers, Leo Batubara. Menurutnya, akuisisi tersebut
tidak serta merta berujung monopoli.
Akan tetapi dapat menyelamatkan isi siaran yang makin berkurang kualitasnya karena kompetisi
tidak sehat.
"Diskusi ini seolah-olah kerjasama itu langsung dicap monopoli informasi. Diskusi para pakar ini
tidak berimbang. Seolah-olah wacananya sudah menuju monopoli. Di Jakarta ada 11 stasiun
televisi komersial. Jangan 11 ini dibiarkan sendirian untuk selera rendah, kompetisi tidak sehat
dan berdarah-darah," kritik Leo Batubara.
Saat ini proses akuisisi Indosiar masih dalam tahap proses di Bapepam. Namun wacana boleh
tidaknya televisi tersebut di beli oleh perusahaan pemilik SCTV masih terus berjalan. Untuk
dapat selesai proses tersebut, akuisisi perlu mendengar suara Kemenkominfo, KPPU dan KPI.
Pendapat KPPU yang ditandatangani Ketua KPPU Nawir Messi ini merupakan kesimpulan dua
rangkaian proses. Pertama, pemberitahuan (notifikasi) terhadap pihak yang mengakuisisi. Kedua,
penilaian komisi. Pemberitahuan (notifikasi) dilakukan PT Elang Mahkota Teknologi (EMTek)
kepada KPPU pada 20 Juni 2011 dan dinyatakan lengkap pada 20 Juli 2011.
Pada rentang 20 Juni 2011 hingga 20 Juli 2011, EMTek melengkapi dokumen yang diminta
Komisi melalui Surat Penetapan 48/KPPU/Pen/VII/2011 tanggal 20 Juli 2011. Dalam proses
penilaian yang berlangsung sejak 20 Juli 2011 hingga 24 November 2011, Komisi terlebih
dahulu melihat pasar bersangkutan dan konsentrasi pasar, serta checklist justifikasi.
Dalam konteks pasar bersangkutan, setelah melalui pengumpulan data, Komisi mengidentifikasi
pasar bersangkutan dari transaksi ini berdasarkan pasar produk dan pasar geografisnya, yaitu
pasar jasa penayangan program melalui televisi free to air yang diukur melalui pendapatan iklan,
dan akan dilakukan penilaian checklist justifikasi bilamana konsentrasi pasar yang ada sebelum
akuisisi adalah melebihi batas 1800 HHI (Hirschman-Herfindahl Index) dengan perubahan
konsentrasi melebihi 150.
HHI adalah standar konsentrasi pasar yang diperoleh dari jumlah atau gabungan dari kuadrat
pangsa pasar masing-masing kompetitior (pelaku usaha pada pasar bersangkutan) di mana dalam
konteks ini, konsentrasi pasar yang terhimpun dari 6 grup lembaga penyiaran swasta(LPS)
adalah 2.355,26 (pra-akuisisi).
Grup dimaksud meliputi RCTI, MNC TV, dan GLOBAL TV dimiliki oleh MNC Grup; TRANS
TV dan TRANS 7 dimiliki PARA Grup; AN TV dan TV ONE dimiliki BAKRIE Grup; SCTV
dimiliki EMTeK Grup; IVM dimiliki Salim Grup; dan Metro TV dimiliki Media Grup.
Sementara perubahan konsentrasi pra dan post akuisisi menunjukkan bahwa perubahan
konsentrasi pasar akibat dari akuisisi ini adalah 216,01 atau melebihi 150 poin yang diperoleh
dari perubahan konsentrasi praakuisisi sebesar 2.355,26 dan postakuisisi sebesar 2571,27.