Agama Dan Pelapisan Sosial

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

A.

Pendahuluan
Berbagai kepercayaan dan peribadatan agama sudah menjadi
ciri universal masyarakat manusia. Namun manusia tidak hanya
berdoa, menyembah (Tuhan) dan berkorban, mereka juga
memikirkan secara mendalam peribadatan-peribadatan mereka
sendiri, dan dengan demikian berkembanglah kajian-kajian yang
kita sebut teologi, filsafat agama dan perbandingan agama.
Dalam masa seratus tahun terakhir ini sosiologi tampil sebagai
pendatang baru dalam dunia ilmiah. Disini muncul berbagai
pertanyaan terkait apakah yang baru mengenai tuntunan ini, dan
bagaimanakah pemikiran ahli sosiolog bila dikaitkan dengan
pemikiran para filosof agama atau bahkan teologi, atau dengan
para pengkaji perbandingan agama.1
Inilah perlunya kita mengkaji disiplin ilmu sosiologi, terlepas
dari

menjawab

pertanyaan-pertanyaan

tadi

dan

juga

pembahasan yang amat panjang. Makalah ini akan mencoba


membahas salah satu dari teori yang dihasilkan dari disiplin ilmu
sosiologi.

Agama

sebagimana

dikatakan

oleh

ahli

sosiolog

merupakan suatu pandangan hidup yang harus diterapkan dalam


kehidupan individu ataupun kelompok. Keduanya mempunyai
hubungan saling mempengaruhi dan saling bergantung dengan
semua faktor yang ikut membentuk struktur sosial di masyarakat
mana pun. Sedang diposisi lain manusia yang hidup secara
berkelompok akan banyak sekali permasalahan-permasalahan
ataupun gejala-gejala sosial yang timbul dalam keseharianya.
Salah satunya ialah munculnya sesuatu yang dihargainya, selama
1 Betty R. Scharf, The Sociological Study Of Religion, ter. Husain Macnun,
(Yogyakarta : PT Tiara Wacana, 1995). Hlm. 1

manusia masih mempunyai sesuatu yang dihargainya dan sesutu


yang dihargainya tersebut mutlak dimiliki oleh masyarakt, maka
sistem pelapisan masyarakat akan muncul. Inilah salah satu bibit
dimana munculnya stratifikasi sosial dimasyarakat.2
Lebih lanjut, dijelaskan sistem berlapis-lapis dalam suatu
masyarakat,

dalam

sosiologi

dikenal

dengan

istilah

social

stratisfication (stratifikasi sosial). Kata stratisfication berasal dari


stratum (jamaknya: strata yang berarti lapisan). Mengenai istilah
ini, Soekanto mengutip Pitirim A. Sorokin dalam menjelaskan
definisinya. Di mana disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
social

stratisfication

adalah

pembedaan

penduduk

atau

masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (secara


hirarkis).3
Inilah yang akan coba kita angkat pada pembahasan kali ini
disamping

tetap

mempertimbangkan

prosedur

pembuatan

makalah yang telah ditetapkan oleh dosen pengampu, kiranya


pembahasan

ini

juga

menarik

untuk

dikaji

karena

dalam

realitanya kita juga sering menemukan hal-hal senacam ini. Lebih


jelasnya akan kami bahas secara global pada tulisan selanjutnya.
Selamat membaca.
B. Agama dalam kajian sosiologis
Dalam kajian sosiologis agama diartikan sebagai gejala sosial
yang umum dan dimiliki oleh seluruh masyarakat yang ada di
dunia ini, tanpa terkecuali. Ia merupakan salah satu aspek dalam
2 Soerjono Soekanto, Sosiologi; Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 1987),
hlm. 203.

3 Ibid. Hlm. 204


2

kehidupan sosial dan bagian dari sistem sosial suatu masyarakat.


Agama juga bisa dilihat sebagai unsur dari kebudayaan suatu
masyarakat disamping unsur-unsur lainnya. Meskipun agama
berkaitan

dengan

berbagai

kewajiban,

ketundukan,

dan

kepatuhan, tetapi tidak setiap ketaatan itu bisa disebut agama,


bergantung pada siapa ketaatan itu diperuntukkan dan atas
dasar motivasi apa ketaatan itu dilaksanakan. Ketaatan dan
kepatuhan pihak yang kalah perang kepada pihak yang menang
perang, ketaatan rakyat terhadap pemimpinnya tidak bisa
disebut agama dalam kacamata keilmuan. Berdasarkan hasil
studi

para

ahli

sosisologi,

dapat

diketahui

bahwa

agama

merupakan suatu pandangan hidup yang harus diterapkan dalam


kehidupan individu ataupun kelompok. Keduanya mempunyai
hubungan saling mempengaruhi dan saling bergantung dengan
semua faktor yang ikut membentuk struktur sosial di masyarakat
mana pun.
Berikut merupakan pendapat para tokoh mengenai agama
yang otomatis apa yang mereka katakan tidak terlepas pada
keyakinan mereka mengenai agamanya masing-masing:
1. Max Weber, salah satu alasan utama perbedaan antara
budaya barat dan timur. Ia mengaitkan efek pemikiran
agama

dalam

kegiatan

ekonomi,

hubungan

antara

stratifikasi sosial dan pemikiran agama serta pembedaan


karakteristik budaya barat.4

4 Kahmad Dadang Sosiologi Agama. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2000),


hlm.21

2. Cicero (abad 15 SM) dia adalah seorang pembuat hukum


romawi,

menurutnya

agama

adalah

anutan

yang

dihubungkan antara manusia dengan tuhan.


3. Emmanuel Kant, dalam bukunya yang berjudul agama
dalam batas-batas akal mengatakan bahwa agama adalah
perasaan berkewajiban melaksanakan perintah-perintah
tuhan.
4. Herbert Spencer, berpendapat bahwa factor utama dalam
agama adalah iman akan adanya kekuasaan yang tak
terbatas, atau kekuasaan yang tidak bisa digambarkan
batas waktu dan tempatnya.5
C. Agama dan Lapisan Sosial
1.

Lapisan Sosial
Stratifikasi atau lapisan masyarakat ialah jumlah orang-orang
yang statusnya sama menurut penilaian sosial (masyarakat).
Lapisan masyarakat ini biasanya digambarkan dengan kerucut
(piramide), disitu akan tampak, bahwa semakin tinggi lapisan
masyarakat,

akan

semakin

sedikit

jumlahnya,

begitu

pula

sebaliknya.6
Pada prinsipnya kelas adalah penggolongan manusia yang
tidak terang batas-batasnya dan hanya memperlihatkan sifat
golongan. Sebenarnya apabila diperiksa sungguh-sungguh, maka

5Djamari. Agama dalam Perspektif Sosiologi. (Jakarta: Depdikbud Direktorat


Jenderal Pendidikan Tinggi, 1988), hlm. 17.

6 Hartomo dan arnicun aziz, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008).
Hlm. 200.

ternyata banyak sekali kelas dan gaya hidup yang terdapat dalam
masyarakat.7
Menurut kingsley davis dan willert E. Moore bahwa stratifikasi
dan hubunganya dengan penghargaan pelaksanaan fungsi-fungsi
dalam masyarakat. Bukan fungsi yang menentukan kedudukan,
tetapi kedudukan menentukan fungsi seseorang. Stratifikasi ini
terjadi disegala macam masyarakat. Bahkan orang yang masih
sederhanapun terjadi setratifikasi, hanya jarak tingkatan yang
satu dengan yang lain tidak begitu tampak, misalnya pada
masyaraat primitif dukun, kyai dan sebagainya.8
Menurut Soerjono Soekanto di dalam setiap masyarakat
dimanapun selalu dan pasti mempunyai sesuatu yang dihargai.
Sesuatu yang dihargai di masyarakat bisa berupa kekayaan, ilmu
pengetahuan, status haji, status darah biru atau keturunan dari
keluarga

tertentu

yang

terhormat,

diberbagai

masyarakat

sesuatu yang dihargai tidakah sama. Sebagian pakar meyakini


bahwa pelapisan masyarakat sesungguhnya mulai ada sejak
masyarakat mengenal kehidupan bersama, dalam masyarakat
yang masih sederhana lapisan-lapisan masyarakat pada awalnya
didasarkan pada perbedaan seks, umur atau bahkan kekuasaan.
Pitirim A. Sorokin mengemukakan stratifikasi sosial adalah
pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas
secara bertingkat atau hierarkis, perwujudannya adalah adanya
kelas-kelas tinggi dan kelas rendah, selanjutnya disebutkan
bahwa dasar dan inti dari lapisan-lapisan dalam masyarakat
adalah adanya ketidakseimbangan dalam pembagian hak dan
7 Ibid. Hlm. 201.
8 M. Arifin Noor,Ilmu Sosial Dasar, (Bandung : CV Pustaka Setia,1999). Hlm. 161
5

kewajiban, kewajiban dan tanggung jawab nilai-nilai sosial dan


pengaruhnya di antara anggota-anggota masyarakat.
2.

Faktor-faktor yang menyebabkan lahirnya pelapisan


dan status sosial
Selo Soemardjan (1964), seorang tokoh sosiologi Indonesia,
menyatakan bahwa hal yang mewujudkan unsur-unsur dalam
teorisosiologi tentang sistem berlapis lapis dalam masyarakat,
adalah kedudukan (status) dan peranan (role) ; kedudukan dan
peranan ini kecuali merupakan unsur-unsur baku dalam sistem
berlapis-lapis, juga mempunyai arti yang penting bagi sistem
sosial masyarakat; Ralph Linton (1967) mengartikan sistem sosial
itu sebagai pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik antar
individu

dalam

masyarakat

dan

antar

individu

dengan

masyarakatnya, dan tingkah laku individu-individu tersebut.


Dalam hubungan-hubungan timbal balik tersebut, kedudukan dan
peranan

individu

keberlangsungan
keseimbangan

mempunyai
hidup

arti

yang

masyarakat

kepentingan

penting,

tergantung

kepentingan

individu

karena
daripada
individu

termaksud. Untuk mendapatkan gambaran yang mendalam


tentang kedudukan dan peranan ini akan dibicarakan tersendiri di
bawah ini.10
a)

Kedudukan (status)
Status

adalah

kelompoknya

kedudukan

(masyarakat).

sosial

Status

seseorang
seseorang

dalam
biasanya

mempunyai dua aspek yaitu :


9 Soerjono Soekanto, Op.Cit, hlm. 203-204
10 Syarif Moeis, Struktur Sosial : Startifikasi Sosial, (Bandung Jurusan Pendidikan
Sejarah FPIPS UPI Bandung,2008). Hlm. 10

1) Aspek struktural, ialah status yang ditunjukkan oleh adanya


atau susunan lapisan sosial dari atas kebawah. Aspek ini
sifatnya lebih stabil dibandingkan dengan fungsional.
2) Aspek fungsional, disebut juga peranan sosial yang terdiri dari
kewajiban atau keharusan yang harus dilakukan seseorang
karena kedudukannya didalam status tertentu.
Dalam masyarakat, sekurangnya ada tiga macam kedudukan,
yaitu :
a. Ascribed status, yaitu kedudukan seseorang yang akan
didapat dengan sendirinya. Misalnya golongan berdasar jenis
kelamin, tingkat umur dan sebagainya. Atau dengan kata
lain : seseorang dapat mencapai status secara ascrib, karena
ia dilahirkan dalam golongan tertentu, misalnya seorang anak
raja.
b. Achievel status, yaitu kedudukan seseorang yang didapat
dengan cara berusaha atau berjuang, mislanya sebagai
pemimpin parpol, guru, dosen dan lain sebagainya. Boleh juga
misalnya seorang buruh berjuang menjadi majikan, guru SD
berjuang menjadi profesor dan sebagainya11
c. Assigned Status, yaitu kedudukan yang diberikan karena
alasan-alasan tertentu; dalam arti bahwa suatu kelompok,
golongan, atau masyarakat memberikan kedudukan yang
lebih tinggi kepada seseorang yang dianggap berjasa, yang
telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan
dan kepentingan masyarakat. Akan tetapi kadang-kadang
kedudukan tersebut diberikan, karena seseorang telah lama
menduduki suatu jabatan tertentu, seperti di pedesaan ada
istilah lurah hormat adalah satu gelar yang diberikan kepada
11 Ibid. Hlm. 11-12
7

seorang mantan pemuka desa yang dianggap sangat berjasa


atas

kemajuan desanya. Kedudukan yang diberikan ini

diwujudkan

dalam

bentuk

penghormatan

gelar

tertentu

seperti datuk pada masyarakat Sumatera Barat, sir pada


masyarakat Inggris, atau andi pada masyarakat Makasar;
Individu-individu yang mendapatkan kedudukan ini tidak
dibebankan

atas

kewajiban-kewajiban

kedudukannya,

namun

mereka

sedikitnya

menurut
mendapakan

fasilitas-fasilitas khusus yang tidak diberikan pada orang


kebanyakan, di samping itu kedudukan ini tidak terbatas
diberikan

kepada

anggota-anggota

masyarakat

yang

bersangkutan, tetapi bisa juga kepada orang luar masyarakat


tersebut.12
b)

Peranan (role)

Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan,


dimana

apabila

seseorang

kewajiban-kewajibannya

melaksanakan

hak-hak

serta

sesuai dengan kedudukannya

maka

orang itu telah menjalankan suatu peran. Peranan dan kedudukan


itu saling melengkapi, kedua-duanya tidak dapat dipisahkan, oleh
karena yang satu tergantung pada yang lain dan demikian
sebaliknya. Yang membedakan dari keduanya adalah menyangkut
proses, harus ada kedudukan terlebih dahulu baru kemudian ada
peranan, keadaan ini tidak bisa terbalik.13
Status seseorang individu dalam masyarakat dapat dilihat dari
dua aspek, yakni
12 Syarif Moeis,Op.Cit, hlm. 12
13 Ibid. Hlm. 13-14
8

1) Aspek

statis,

yaitu

kedudukan

dan

derajat

seseorang

didalam suatu kelompok yang dapat dibedakan dengan


derajat atau kedudukan individu lainya. Seperti petani dapat
dibedakan dengan nelayan, PNS dengan pedagang dan lain
sebagainya.
2) Aspek Dinamis, yaitu berhubungan erat dengan peranan
sosial

tertentu

yang

berhubungan

dengan

pengertian

jabatan, fungsi dan tingkah laku yang formal serta jasa yang
diharapkan dari fungsi dan jabatan tersebut. Contoh :
direktur

perusahaan,

pimpinan

sekolah,

dan

lain

sebagainya.14
Untuk

menjalankan

peranannya

(role)

seorang

individu

memerlukan fasilitas-fasilitas, disebut: Role Facilities. Peranan


yang lebih dari satu bisa menimbulkan: Conflict of Role. Misal :
mahasiswa yang kuliah sambil kerja. Pada kondisi tertentu terjadi
pemisahan

antara

seorang

Individu

dengan

Peranan

yang

dilakukan: Role Distance Misal : pada kondisi capek, tegang,


Kinerja : akan turun

D. Sifat Pelapisan Sosial


a)

Stratifikasi terbuka
Anggota kelompok yang satu ada kemungkinan besar untuk

berpindah ke kelompok yang lain, artinya dapat menurun ke


kelompok yang lebih rendah atau sebaliknya. Contoh, kedudukan
presiden dan menteri. Anak-anak presiden dan menteri belum
14 Hartomo dan Arnicun Aziz, Op.Cit, hlm. 155
9

tentu dapat mencapai kedudukan sebagai presiden atau menteri.


Tetapi

sebaliknya

warga

masyarakat

pada

umumnya

ada

kemungkinan dapat memiliki kedudukan seperti tersebut diatas.


b)

Stratifikasi tertutup
Kemungkinan

pindah

seseorang

anggota

kelompok

dari

golongan yang satu ke golongan yang lain kemungkinya sanagat


kecil sekali, sebab biasanya sistem ini didasarkan atas keturunan.
Jadi misalnya anak habaib jadi penerusnya. Dengan sendirinya
akan tetap menjadi golongan habaib dan sebaliknya golongan
masyarakat biasa.
Ditinjau dari segi psikologis kedua kelompok ini mempunyai
kebaikan dan keburukan masing-masing. Stratifikasi terbuka itu
lebih dinamis (progresif) dan anggota-anggota mempunyai citacita hidup yang lebih tinggi. Sedang stratifikasi tertutup bersifat
statis, lebih-lebih golongan bawah dan kurang menunjukkan citacita yang tinggi. Adapun kelemahan stratifikasi terbuka ialah
bahwa anggota-anggotanya mengalami kehiduapan yang selalu
tegang

dan

khawatir.

Sehingga

akibatnya

lebih

banyak

menaglami ketegangan dan konflik-konflik jiwa lebih besar


daripada kelompok tertutup.
Maka

dari

itu

orangtua

pasti

selalu

berusaha

supaya

penghidupan dan kehidupan anak-anaknya masuk dalam tingkat


golongannya, jika perlu bahkan diatasnya. Sebab jika tidak
demikian penghidupan dan kehidupan mereka pasti akan turun
dan akhirnya turun pulalah status dan peranan mereka.15
E. Penentuan Strata
15 Syarif Musi, Op.Cit. hlm. 202-203
10

Dari apa yang sudah diuraikan diatas, akhirnya kita dapat


menentukan

dan

menyebutkan

ukuran

atau

kriteria

yang

biasanya dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat


kedalam lapisan-lapisan sosial ialah sebagai berikut ;
a. Ukuran kekayaan : ukuran kekayaan (kebendaan) dapat
dijadikan sebagai ukuran : barangsiapa yang mempunyai
kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan sosial
teratas.

Kenyataan

tersebut

misalnya

berupa

mobil

pribadinya, cara-cara mempergunakan pakaian serta bahan


pakaian yang dipakainya, kebiasaan untuk belanja barang
mahal dan sebagainya.
b. Ukuran kekuasaan : barangsiapa yang memiliki kekuasaan
atau mempunyai wewenang terbesar, menepati lapisan
sosial teratas.
c. Ukuran kehormatan : ukuran kehormatan mungkin terlepas
dari ukuran-ukuran diatas tersebut, orang yang paling
disegani dan dihormati, mendapat atau menduduki lapisan
sosial teratas. Ukuran semacam ini banyak dijumpai dalam
masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan
tua ataumereka yang bpernah berjasa besar kepada
masyarakat.
d. Ukuran ilmu pengetahuan : ilmu pengetahuan dipakai
ukuran

oleh

masyarakat

yang

menghargai

ilmu

pengetahuan. Ukuran ini kadang-kadang menjadi negatif;


karena ternyata bahwa bukan ilmu pengetahuan yang
dijadikan ukuran, akan tetapi gelar sarjananya. Sudah tentu
hal

ini

mengakibatkan

segala

macam

usaha

untuk

mendapatkan gelar tersebut walaupun secara tidak halal.

11

F. Kesimpulan
Berikut

kesimpulan

yang

kami

sampaikan,

bahwasanya

mengingat kembali dari signifikansi disiplin ilmu sosiologi agama


itu

sendiri.

Setidaknya

dengan

pemaparan

pembahasan

mengenai stratifikasi sosial ini juga dapat membantu kita untuk


menambah wacana akademis terkait dengan Living Quran
maupun Sunnah yang pada khususnya melihat beragam sekali
budaya masyarkat Indonesia yang masih perlu untuk diungkap
khususnya dalam perspektif al-Quran maupun hadits. Sampai
disini ada hal yang perlu kami sampaikan terkait dengan
pembahasan ini bahwa pelapisan sosial itu timbul dari hasil
budaya masyarakat sendiri yang mana disitu ada yang muncul
karena

faktor

kebutuhan

atau

memang

seharusnya

diperjuangkan dan bahkan ada faktor yang memaksa untuk


menyikapi dan menerima hal tersebut.
Demikian kiranya yang dapat kami sampaiakan, kurang
lebihnya mohon maaf dan mohon maaf maklum adanya jika
banyak kekhilafan, dan ucapan terimakasih kami sampaikan
kepada bapak dosen maupun teman-teman mahasiswa yang
sudah berkenan dan mau membaca serta mengkritisi makalah
ini.

12

DAFTAR PUSTAKA
Betty R. Scharf, The Sociological Study Of Religion, ter. Husain
Macnun, Yogyakarta : PT Tiara Wacana, 1995.
Djamari. Agama dalam Perspektif Sosiologi. Jakarta: Depdikbud
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1988.
Hartomo dan arnicun aziz, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta : PT Bumi
Aksara, 2008.
Kahmad Dadang Sosiologi
Rosdakarya, 2000.

Agama.

Bandung:

PT.Remaja

M. Arifin Noor,Ilmu Sosial Dasar,Bandung : CV Pustaka Setia,


1999.
Soerjono Soekanto, Sosiologi; Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali
Pers, 1987.
Syarif Moeis, Struktur Sosial : Startifikasi Sosial, Bandung Jurusan
Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung,2008.

13

Pertanyaan dan jawaban

1. Apa

yang

dimaksud

dengan

Agama

dalam

pandangan

sosiologi?
Jawab :
Agama diartikan sebagai gejala sosial yang umum dan dimiliki
oleh seluruh masyarakat yang ada di dunia ini, tanpa
terkecuali. Ia merupakan salah satu aspek dalam kehidupan
sosial dan bagian dari sistem sosial suatu masyarakat.
2. Jelaskan yang dimaksud dengan Pelapisan Sosial?
Jawab :
Stratifikasi atau lapisan masyarakat ialah jumlah orangorang

yang

statusnya

sama

menurut

penilaian

sosial

(masyarakat). Lapisan masyarakat ini biasanya digambarkan


14

dengan kerucut (piramide), disitu akan tampak, bahwa


semakin tinggi lapisan masyarakat, akan semakin sedikit
jumlahnya, begitu pula sebaliknya
3. Jelaskan peranan dan kedudukan pelapisan social?
Jawab :
Kedudukan Status adalah kedudukan sosial seseorang dalam
kelompoknya (masyarakat). Sedangkan peranan merupakan
aspek dinamis dari kedudukan, dimana apabila seseorang
melaksanakan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya maka orang itu telah menjalankan
suatu peran.
4. Coba jelaskan status individu dalam masyarakat?
Jawab :
1. Aspek statis, yaitu kedudukan dan derajat seseorang
didalam suatu kelompok yang dapat dibedakan dengan
derajat atau kedudukan individu lainya. Seperti petani
dapat dibedakan dengan nelayan, PNS dengan pedagang
dan lain sebagainya.
2. Aspek Dinamis, yaitu berhubungan erat dengan peranan
sosial tertentu yang berhubungan dengan pengertian
jabatan, fungsi dan tingkah laku yang formal serta jasa
yang

diharapkan

dari

fungsi

dan

jabatan

tersebut.

Contoh : direktur perusahaan, pimpinan sekolah, dan lain


sebagainya
5. Apa ukuran dan kriteria pelapisan sosial dalam masyarakat?
Jawab :
a. Ukuran kekayaan
b. Ukuran kekuasaan
c. Ukuran kehormatan
d. Ukuran ilmu pengetahuan
6. Apa sifat pelapisan sosial dan jelaskan?
Jawab :

15

a)

Stratifikasi terbuka
Anggota kelompok yang satu ada kemungkinan besar

untuk berpindah ke kelompok yang lain, artinya dapat


menurun ke kelompok yang lebih rendah atau sebaliknya.
b)

Stratifikasi tertutup
Kemungkinan pindah seseorang anggota kelompok

dari

golongan

yang

satu

ke

golongan

yang

lain

kemungkinya sangat kecil sekali, sebab biasanya sistem


ini didasarkan atas keturunan.
7. Sebutkan aspek pelapisan social dalam kelompoknya?
Jawab :
1. Aspek struktural, ialah status yang ditunjukkan oleh
adanya atau susunan lapisan sosial dari atas kebawah.
Aspek ini sifatnya lebih stabil dibandingkan dengan
fungsional.
2. Aspek fungsional, disebut juga peranan sosial yang
terdiri dari kewajiban atau keharusan yang harus
dilakukan seseorang karena kedudukannya didalam
status tertentu.

16

Anda mungkin juga menyukai