LP Miopi
LP Miopi
LP Miopi
A. DEFINISI
Miopia adalah ketidakmampuan untuk melihat objek pada jarak jauh
dengan jelas. Pada orang dengan miopia, bola mata akan lebih panjang dari
normal sehingga sinar yang datang dari objek yang jauh difokuskan di depan
retina. Miopia dapat diklasifikasikan menjadi miopia simpleks (miopia yang
fisiologik) dan miopia degeneratif (miopia patologik). Mata dengan miopia
simpleks mempunyai kelainan refraksi kurang dari 6 Dioptri dan tidak
terdapat perubahan patologis sedangkan mata dengan miopia degeneratif
mempunyai kelainan refraksi paling sedikit 6 Dioptri dan berhubungan
dengan perubahan degeneratif terutama di segmen posterior bola mata.
Miopia merupakan kelainan optik yang sering dijumpai. Pada fisiologi
miopia, kekuatan lensa kurang dari -6 D, hal ini dianggap variasi biologi yang
normal. Keadaan mata yang eror yaitu dengan kekuatan lensa lebih dari 6
D disebut sebagai miopia tinggi. Dimana pada keadaan ini, panjang aksial
miopia tersebut tidak dapat stabil selama dewasa muda. Patofisiologi dari
progresivitas kelainan ini sebagai bentuk degeneratif miopi yang tidak
diketahui.
Miopi dibagi menjadi beberapa karakteristik yaitu:
1. Menurut jenis kelainannya, di bagi atas:
Miopia aksial, dimana diameter antero-posterior dari bola mata lebih
panjang dari normal.
seperti padakatarak.
Miopia aksial adalah akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan
kelengkungankornea dan lensa yang normal.
dikategorikan
berbahaya
apabila
berpotensi
untuk
B. ETIOLOGI
miopia belum diketahui secara pasti. Ada beberapa keadaan yang
dapat menyebabkantimbulnya miopia seperti alergi, gangguan endokrin,
kekurangan makanan, herediter, kerja dekat yang berlebihan dan kekurangan
zat kimia (kekurangan kalsium, kekurangan vitamin).Pada mata miopia fokus
sistem optik mata terletak di depan retina, sinar sejajar yang masuk kedalam
mata difokuskan di dalam badan kaca. Jika penderita miopia tanpa koreksi
melihat keobjek yang jauh, sinar divergenlah yang akan mencapai retina
sehingga bayangan menjadi kabur.Ada dua penyebab yaitu : daya refraksi
terlalu kuat atau sumbu mata terlalu panjang. Miopia yang sering dijumpai
adalah miopia aksial.
Miopia aksial adalah bayangan jatuh di depanretina dapat terjadi jika
bola mata terlalu panjang. Penyebab dari miopia aksial adalahperkembangan
yang menyimpang dari normal yang di dapat secara kongenital pada waktu
awalkelahiran, yang dinamakan tipe herediter. Bila karena peningkatan
kurvatura kornea atau lensa,kelainan ini disebut miopia kurvatura.
Miopia disebabkan karena pembiasan sinar di dalam mata yang terlalu kuat untuk
panjangnyabola mata akibat :
1. Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter antero-posterior yang
lebih panjang,bola mata yang lebih panjang ) disebut sebagai miopia aksial
2. Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu cembung
atau lensamempunyai kecembungan yang lebih kuat) disebut miopia
kurvatura/refraktif
3. Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes mellitus.
Kondisi ini disebutmiopia indeks
4. Miopi karena perubahan posisi lensa. Posisi lensa lebih ke anterior, misalnya
pasca operasi glaucoma
D. MANIFESTASI KLINIS
Penglihatan kabur atau mata berkedip ketika mata mencoba melihat suatu
objek dengan jarak jauh ( anak-anak sering tidak dapat membaca tulisan di papan
tulis tetapi mereka dapat dengan mudah membaca tulisan dalam sebuah buku.
Penglihatan untuk jauh kabur, sedangkan untuk dekat jelas. Jika derajat
miopianya terlalu tinggi, sehingga letak pungtum remotum kedua mata terlalu
dekat, maka kedua mata selalu harus melihat dalam posisi kovergensi, dan hal ini
mungkin menimbulkan keluhan (astenovergen) . Mungkin juga posisi
konvergensi itu menetap, sehingga terjadi strabismus konvergen (estropia).
Apabila terdapat myopia pada satu mata jauh lebih tinggi dari mata yang lain
dapat terjadi ambliopia pada mata yang myopianya lebih tinggi. Mata ambliopia
akan bergulir ke temporal yang disebut strabismus divergen (eksotropia).
Pasien dengan myopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering
disertai dengan juling dan celah kelopak yang sempit. Seseorang penderita
myopia mempunyai kebiasaan mengerinyitkan matanya untuk mencegah aberasi
sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil). Pasien myopia
mempunyai pungtum remotum (titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang dekat
sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan
E. KOMPLIKASI
Komplikasi miopia adalah :
1. Abalasio retina
Resiko untuk terjadinya ablasio retina pada 0D (- 4,75) D sekitar
1/6662. Sedangkan pada (- 5)D (-9,75) D resiko meningkat menjadi 1/1335.
Lebih dari (-10) D resiko ini menjadi 1/148. Dengan kata lain penambahan
factor resiko pada miopia rendah tiga kali sedangkan miopia tinggi meningkat
menjadi 300 kali.
2. Vitreal Liquefaction dan Detachment
Badan vitreus yang berada di antara lensa dan retina mengandung 98%
air dan 2% serat kolagen yang seiring pertumbuhan usia akan mencair secara
perlahan-lahan, namun proses ini akan meningkat pada penderita miopia
tinggi. Hal ini berhubungan denga hilangnya struktur normal kolagen. Pada
tahap awal, penderita akan melihat bayangan-bayangan kecil (floaters). Pada
keadaan lanjut, dapat terjadi kolaps badan viterus sehingga kehilangan kontak
dengan retina. Keadaan ini nantinya akan beresiko untuk terlepasnya retina
dan menyebabkan kerusakan retina. Vitreus detachment pada miopia tinggi
terjadi karena luasnya volume yang harus diisi akibat memanjangnya bola
mata.
3. Miopic makulopaty
Dapat terjadi penipisan koroid dan retina serta hilangnya pembuluh
darah kapiler pada mata yang berakibat atrofi sel-sel retina sehingga lapanagn
pandang berkurang. Dapat juga terjadi perdarahan retina dan koroid yang bisa
menyebabkan kurangnya lapangan pandang. Miop vaskular koroid/degenerasi
makular miopic juga merupakan konsekuensi dari degenerasi makular normal,
dan ini disebabkan oleh pembuluh darah yang abnormal yang tumbuh di
bawah sentral retina.
4. Glaukoma
Resiko terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%, pada
miopia sedang 4,2%, dan pada miopia tinggi 4,4%. Glaukoma pada miopia
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto fundus / retina
2. Pemeriksaan lapang pandang / campimetri / perimetri
3. Pemeriksaan kwalitas retina ( E.R.G = electro retino gram)
4. Pemeriksaan kelainan otak / brain berkaitan dengan kelainan mata ( E.E.G =
electro ence falogram
5. EVP (evoked potential examination)
6. USG ( ultra sono grafi ) bola mata dan keliling organ mata missal pada
tumor,panjang bola mata , kekentalan benda kaca (vitreous)
7. Retinometri ( maksimal kemungkinan tajam penglihatan mata yang tersisa)
8. CT scan dengan kontras / MRI. VI. Penatalaksanaan
G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Kacamata, kontak lensa, dan operasi refraksi adalah beberapa pilihan
untuk mengobati gejala-gejala visual pada pada penderita myopia. Dalam
ilmu keratotology kontak lensa yang digunakan adalah adalah kontak lensa
yang keras atau kaku untuk pemerataan kornea yang berfungsi untuk
mengurangi miopia. Latihan pergerakan mata dan teknik relaksasi
Para
pelaksana
dan
penganjur
terapi
alternatif
ini
sering
H. PENCEGAHAN
Pencegahan miopia salah satunya dengan cara tidak membaca dalam
keadaan gelap dan menonton TV dengan jarak yang dekat. Pada beberapa tahun
lalu, penurunan pelebaran mata dimaksudkan untuk salah satu pengobatan yang
telah dikembangkan untuk anak-anak, tetapi ternyata terapi tersebut tidak efektif.
Penggunaan kacamata dan kontak lensa mempengaruhi perkembangan
myopia dalam akhir tahun ini. Beberapa dokter yang menggunakan pengobatan
klinik dan para peneliti merekomendasikan kekuatan lebih ( konvex ) pada lensa
kacamata yang dapat dipakai untuk melihat jauh dan dekat. Para pelajar Malaysia
juga baru-baru ini melaporkan bahwa ahli ilmu pengetahuan yang baru
menyatakan bahwa pembentukan atau perbaikan pada penderita myopia
disebabkan karena melajunya pertumbuhan myopia, ini juga terdapat dalam
pertanyaan-pertanyaan klinis. Banyak pengobatan myopia mengalami kesulitan
dan juga terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, beberapa
grup kontrol cukup menutupi kekurangan tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidarta.2008. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI; Jakarta.