Teknologi Pemadatan Tanah
Teknologi Pemadatan Tanah
Teknologi Pemadatan Tanah
Karena kebutuhan lahan untuk pembangunan terus bertambah, bangunan terpaksa harus
didirikan pada daerah-daerah/lahan dengan kondisi tanah yang kurang baik. Untuk itu
diperlukan perbaikan tanah dasar, pembahasan kali ini adalah prinsip dasar, pelaksanaan,
dan pokok perencanaan untuk perbaikan tanah dengan berbagai cara. Meliputi metodametoda pemadatan tanah dalam, pencampuran tanah dengan bahan luar, pabrikan tanah
dengan proses thermal dan perkuatan tanah (reinforcement).
Semua kebutuhan diatas memerlukan pengetahuan tentang perbaikan tanah. Tetapi karena
suatu metoda perbaikan tanah belum tentu tepat untuk jenis tanah yang lain, diperlukan
pemahaman yang cukup tentang teknologi perbaikan tanah yang tersedia dan kesesuaian
penerapannya. Pembahasan metoda perbaikan tanah masa kini secara garis besarnya saja,
serta diberikan juga kondisi-kondisi dimana perbaikan tanah tersebut dapat dilakukan.
Karena luasnya lahan yang diliput, pada tulisan ini tanah dapat disertakan contoh-contohnya
pada proyek-proyek yang sudah ada (case histories) secara mendetail.
.
Pembahasan ini terutama cara-cara perbaikan tanah dalam skala besar. Teknologi perbaikan
tanah masa tersebut meliputi :
1.
2.
3.
Injeksi
dan
grouting kedalam
tanah
untuk
memperkuat
tanah
dasar
dan
5.
6.
prinsip
getaran.
Teknologi
pemadatan
dan heavy
masa
kini
meliputi
tamping (penumbukan
Cara blasting (ledakan) ialah cara pemadatan dengan menggunakan bahan peledak;
sedangkan heavy tamping ialah pemadatan dengan menggunakan alat penumbuk super
berat yang dijatuhkan dari suatu ketinggian ke permukaan tanah. Kedua jenis pemadatan ini
menghasilkan gelombang getaran tekan dan geser (compaction wave dan shear wave) yang
cukup besar sehingga susunan partikel tanah (semula) runtuh dan membentuk susunan
yang lebih rapat.
Cara vibrocompaction, blasting, dan heavy tamping pada prinsipnya sama, yaitu menghasilkan
getaran yang dapat meruntuhkan struktur susunan partikel tanah (mula-mula) sehingga
partikel
membentuk
susunan
yang
lebih
rapat
dan
lebih
kokoh. Vibrocompaction menghasilkan energi yang jauh lebih kecil dari pada kedua cara yang
disebut terakhir. Getaran akibat vibrocompation biasanya terasa hanya sejauh jarak satu atau
dua meter dari sumbernya, sedangkan pada cara blasting dan heavy tamping, getaran
dapat berpengaruh sampai 10 meter dari sumbernya.
Cara vibrocompaction lebih efektif bila digunakan untuk memadatkan tanah dominan pasir
bilamana jumlah fraksi tanah yang lolos ayakan no. 200 (persen berat). Adanya fraksi
lempung dan lanau yang lebih besar menyebabkan tanah sulit (berat) untuk dipadatkan
dengan cara vibrocompaction ini. Untuk kasus bilamana fraksi lanau dan lempung cukup
tinggi sebaiknya digunakan cara blasting atau heavy tamping.
Adapun cara-cara untuk mengukur hasil pemadatan tanah setelah di treatment dengan cara
getaran diatas, atau mengukur perubahan kepadatan dan kekuatan tanah sebelum dan
sesudah pemadatan, dapat dilakukan cara sebagai berikut :
o
Pengukuran dengan SPT (Standard Penetration Test, CPT), sebelum dan sesudah
treatment.
Pengukuran dengan alat sondir (Cone Penetration Test, CPT), sebelum dan sesudah
treatment.
Pengukuran jumlah volume bahan pengisi tambahan yang dimasukkan dalam tanah
pada cara vibrocompaction menggunakan bahan pengisi.
Pengukuran kepadatan tanah cara gelombang geser seismic (sismic shear wave
method).
Cara pemancangan tiang dan mengukur resistance tiang tersebut pada kondisi
sebelum dan sesudahtreatment.
Pengukuran dengan cara alat density meter dalam lubang bor (down-hole density
meter).
Perlu diketahui bahwa pemadatan dengan getaran ini memang menghasilkan perubahan
kepadatan yang drastis secara berarti, tetapi perubahan kekuatan tanah tidak langsung
terjadi. Diperlukan waktu yang cukup lama untuk tanah
tersebut membangun strukturnya melebihi kekuatan tanah mula-mula.
Sebagai perkiraan kondisi tanah pasir, perkiraan kekuatan perlawanan pasir dan sifatsifatnya dalam berbagai tingkat kepadatan dapat dilihat pada Tabel berikut :
catatan:
*
**
untuk pasir yang normally consolidated dan baru saja mengendap pada peristiwa
sedimentasi.
*** Menurut Seed (1979).
Cara ini umumnya dilakukan dengan bantuan alat vibrocompaction yang dapat berupa tiang
(pancang) berujung terbuka atau tertutup. Tiang tersebut dimasukkan ke dalam tanah
dengan digetar. Pada sebagian dari cara ini, tanah dipadatkan dengan menusuk-nusukkan
tiang pancang yang bergetar kedalam tanah (tanpa tambahan material pengisi) dan
sebagian lagi dengan menambahkan meterial pengisi (pasir atau kerikil).
Adapun pada prinsipnya cara vibrocompaction ini dapat dibedakan menjadi beberapa cara
berikut :
- Sistem tiang bergetar (vibrating probe)
Sistim ini mula-mula dikembangkan di USA berupa bentuk tiang pancang tertentu (diameter
0, 76 m) yang dipancang ke dalam tanah dengan bantuan alat Foster Vibrodriver, dan pile
hammer (penumbuk getar). Bentuk tiang pancang pada umumnya adalah pipa baja berujung
terbuka. Biasanya alat tersebut dioperasikan pada frekuensi getar 15 Hz dan amplitudo arah
vertikal antara 10-25 mm. Bentuk lainnya ialah bentuk bentuk Vibro-rod (batang getar)
dikembangkan oleh Saito (1977) di Jepang. Pada bentuk Vibro-rodini digunakan pipa baja
berujung tertutup.
Prinsipnya kedua cara ini dioperasikan dengan menusukkan pipa ber- getar (pergerakan
pipa arah vertikal) kedalam
tanah
sampai pipa
diinginkan. Kemudian pipa ditarik keatas sambil tetap digetarkan. Cara ini dilakukan
berulang kali (tekan dengan digetar kemudian ditarik dengan getar) pada titik-titik berjarak
1,0 sampai 3,0 m diseluruh area yang dipadatkan sampai kepadatan tanah mencapai harga
yang diinginkan.
2. Sistem Vibroflotation.
Sistem
Vibroflotation
ini
dikembangkan
mulanya
di
Jerman
60
tahun
yang
lalu.
Alat vibroflotation pada umumnya terdiri dari 3 bagian utama yaitu : alat vibrator, pipa
pemanjang (extension tube), dan mobil derek/crane pemikul. Prinsip dasar kerja alat seperti
pada Gambar berikut.
Perbedaan
sistem
ini
dengan
sistem vibrating
probe ialah
bahwa
pada vibroflotation penggetaran bekerja akibat perputaran pada poros alat vibrator
yang tidak sentris sehingga menghasilkan gaya centrifugal pada arah horisontal dan
menyibak
tanah
kesamping
dan
menghasilkan
lubang
pada
tanah.
Akibat
getarancentrifugal dan berat sendiri dari vibrator, alat ini dapat dengan cepat masuk
kedalam tanah. Penggetaran menyibak tanah kesamping itu juga dapat dilakukan dengan
bantuan air yang dipompa ke alat vibrator dengan tekanan (water jet). Pada saat penarikan
keatas, lubang yang ditimbulkan oleh sistem ini diisi dengan pasir atau kerikil, sambil tetap
digetarkan untuk memadatkan bahan pengisi tersebut.
Vibratory
Stabilization (SVS)
ini
juga
dikenal
sebagai
pasir atau krikil (pada waktu pencabutan alat ke atas), tetapi water jet tidak digunakan
sama sekali.
Sistem vibrocompaction yang diuraikan diatas dapat memadatkan tanah sampai kedalam
20,0 meter, tetapi umumnya sistem ini tidak banyak digunakan untuk kedalaman > 30.0
meter.
Sistem vibroflotation, vibro-compozer dan SVS juga dapat digunakan pada tanah lempung
yang lunak. Tetapi tujuannya terutama ialah untuk pemasangan sand column atau stone
column pada
tanah
tetapi instalasi
asli.
Jadi
sand/stone
yang
dituju
bukan
column (kolom-kolom
perubahan
kepadatan
pasir
kerikil)
dan
tanah
asli
tersebut.
Bila
kepadatan tanah asli ingin dirubah dengan penggetaran, cara vibrocompaction ini lebih
efektif untuk tanah-tanah dominan pasir.
Pembuatan/pemancang pipa dengan cara getar, jetting, auger boring atau lainnya.
Kedalaman pipa sampai sedalam ledakan yang diinginkan.
2.
3.
4.
Peledakan bahan dinamit menurut pola ledak dan kekuatan ledak yang direncanakan.
5.
Peledakan akan menghasilkan gelombang getar tekan dan geser yang akan
meruntukhan susunan partikel tanah asli dan membentuk susunan yang lebih padat.
2.
Kedalaman pusat ledakan : Pusat ledakan harus tertimbun pada kedalaman > 1/4 x
kedalaman total (sampai kedasar lapisan tanah yang ingin dipadatkan); tetapi letak
pusat ledakan pada kedalaman 1/2 sampai 3/4 x kedalaman total lebih umum dilakukan
orang.
3.
4.
Jumlah kali ulangan peledakan : 1 sampai 5 kali, dan ummnya 2-3 kali. setiap ulangan
terdiri dari beberapa ledakan beruntun dari masing-masing pusat ledak. Setiap ulangan
biasanya berjarak beberapa jam sampai beberapa hari dari ledakan sebelumnya.
5.
Jumlah total bahan explosive yang digunakan : 8 - 150 gr/m3 tanah, biasanya sekitar
10-30 gr/m3.
6.
Dengan cara ini, jelas akan terlihat adanya pemadatan yang berarti dari tanah setempat,
tetapi kekuatan tanah tidak segera membaik. Perlu waktu lama untuk tanah tersebut
menguat kembali. Akan tetapi pada tanah dominan pasir, kekuatan tanah minimal biasanya
sudah memenuhi syarat untuk bangunan, hanya kepadatannya saja yang menjadi masalah
bilamana ada getaran nantinya.
Pada tanah-tanah yang tidak terletak di bawah air, akan lebih mudah dipadatkan bila tanah
tersebut lebih dahulu dijenuhkan dengan air kemudian baru diledakkan, cara ini
disebut hydro-blasting. Jadi kedalam tanah dipompakan air sampai lapisan tanah disitu
sampai jenuh, baru baru kemudian sistem pemadatan cara blasting dilakukan.
dimana :
D = Kedalaman maximum pengaruh pemadatan heavy tamping, dalam meter.
W = berat massa penumbuk, dalam ton.
H = tinggi jatuh massa penumbuk, dalam meter.
yang
didirikan
diatasnya.
Untuk
itu
perlu
memampatkan
tanah
yang
bersangkutan sebelum bangunan didirikan dengan tujuan pokoknya adalah sebagai berikut :
o
Menghilangkan sama sekali (atau sebagian besar), penurunan konsolidasi yang akan
terjadi akibat beban bangunan tersebut. Penghilangan penurunan konsolidasi ini
dilakukan dengan cara membebani tanah dengan beban awal yang lebih besar atau
sama dengan beban bangunan yang direncanakan. Bila total penurunan tanah yang
dicapai sesuai dengan yang direncanakan, beban awal tersebut dapat dihilangkan
Meningkatkan daya dukung (tanahan geser = shear strength) dari tanah dasar.
Pemampatan dapat meningkatkan tahanan geser tanah sehingga tanah yang semula
lunak dan mempunyai daya dukung yang rendah menjadi lebih kuat dan lebih stabil
dalam mendukung beban bangunan.
Perbaikan tanah cara pemampatan awal (precompression) ini umumnya cocok untuk
tanah-tanah lempung jenuh air yang lunak, tanah-tanah lanau yang compressible, tanah
lempung
organik
dan
tanah
peat.
Untuk
mempercepat
digunakan drainase vertikal (vertical drains) yang memperpendek panjang aliran (drainage
path) dari air pori. Teknik precompression atau preloading ini telah berhasil diterapkan pada
tanah-tanah yang mendukung pondasi gedung, embankment, jalan raya, rurnway, tangkitangki dan abutment jembatan dengan sukses.
Jenis Teknik Pemampatan Awal (Precompression)
Teknik pemampatan awal dapat dibagi menjadi 2 (dua) cara utama yaitu :
1. Pemberian beban awal external.
Beban dapat berupa beban tanah timbunan di atas tanah asli (yang ingin dimampatkan),
beban tangki air atau kolam air buatan atau beban luar lainnya yang diletakkan diatas tanah
aslinya. Karena pemberian beban luar tersebut, tanah dasar memampat.
2. Pemberian beban awal internal. Termasuk dalam teknik ini adalah :
a. Cara pemadatan menggunakan metoda vacuum.
b. Cara pemadatan dengan menurunkan muka air tanah.
c. Cara pemadatan konsolidasi cara elektro osmosis.
Cara kedua dilakukan bila cara pertama tidak mungkin dilaksanakan karena alasan teknis
pelaksanaan, karena mahalnya bahan tanah timbunan atau karena alasan lainnya.
Cara pertama dan kedua diatas pada prinsipnya sama, yaitu memampatkan tanah
dengan cara menaikkan tegangan efektif dalam tanah. Cara vacuum dilakukan
dengan melakukan pemompaan vacuum dari lapisan tanah di bawah lapisan tipis membrane
yang kedap air sehingga tegangan air pori didalam tanah dapat dibuat negatif. Menurunkan
muka air tanah dengan pemompaan juga dapat menyebabkan penurunan konsolidasi tanah.
Tetapi kecuali disekitar daerah tersebut tidak ada bangunan yang tidak boleh ikut turun,
cara pemampatan tanah dengan penurunan muka air tanah ini dapat membahayakan
stabilitas
gedung-gedung/bangunan
disekitar
lokasi
proyek. Cara
pemadatan
konsolidasi electro-osmosis adalah dengan menimbulkan tegangan negatif pada air pori (air
pori disedot dengan cara pengaliran arus listrik searah) sehingga tegangan efektif tanah
meningkat.
Cara pemberian beban internal (vacuum, penurunan air tanah, dan electro-osmosis)
mempunyai kelebihan karena pada cara ini tidak didapati masalah stabilitas talud timbunan
dan cara ini tidak memerlukan bahan timbunan yang sangat banyak (seperti pada cara
pembebanan
external).
pemberian
beban
internal
ialah
bahwa cara ini lebih kompleks dan lebih sulit dilaksanakan dari pada cara
pemberian beban external.
Dasar Teori Perbaikan Tanah dengan Pemampatan Awal.
Penurunan tanah yang dibebani dengan beban preloading pada waktu t dapat dituliskan
sebagai berikut :
Dimana :
St = settlement total pada waktu t.
Si = immediate settlement (settlement segera karena deformasi elastis tanah).
U = harga rata-rata derajat konsolidasi (pada waktu t)
Scons = settlement toal tanah akibat konsolidasi, dan
Ss = secondary compression settlement (pemampatan sekunder) akibat pemampatan dari
struktur partikel tanah sendiri (setelah waktu t).
Sistem precompression atau preloading ialah dengan memberikan beban awal yang
berlebih Pf+s sedemikian rupa sehingga pada waktu yang pendek tsr didapatkan penurunan
yang sama besarnya dengan totap penurunan Sf dari beban rencana Pf sebagaimana
terlihat
pada
Gambar
dibawah.
Bila pada beban awal pf+s penurunan Sf terjadi pada waktu tsr, beban surcharge Ps dapat
dibongkar. Kemudian dengan asumsi bahwa tanah sudah termampatkan sampai Sf, beban pf
tidak lagi menyebabkan penurunan tambahan. Makin besar pf+s makin pendek waktu tsr.
Cara pemampatan diatas sebetulnya tidak benar-benar menghilangkan seluruh penurunan;
karena
akibat
beban
pf+s
berubah
menjadi
pf
sebagian
lapisan
tanah
menjadi overconsolidated dan sebagian lagi masih underconsolidated. Jadi masih akan ada
lagi penurunan tambahan, meskipun pf tetap. Cara yang betul ialah menghentikan
preloading pada waktu tm > tsr sedemikian rupa sehingga lapisan tanah sudah hampir
semuanya overconsolidated.
Pada tanah lempung organik peat, pemampatan tanah sekunder (secondary compression)
relatif cukup besar dibanding dengan primary compressionnya. Untuk jenis tanah seperti ini,
waktu preloading harus diperpanjang lagi sampai derajad konsolidasi
Uz
rata-rata
Dimana Ssec = besar secondary compression akibat beban Pf. Pada saat tz dimana derajat
konsolidasi minimum dalam tanah sebesar Uz, pembebanan preloading dapat dibongkar.
Gambar Prinsip pembebanan preloading pada pemampatan tanah dengan beban awal
Pf+s>Pf.
Meskipun nantinya secara teoritis penurunan sekunder masih akan terjadi (dengan beban
Pf), tetapi besarnya sudah sangat kecil dan dapat diabaikan.
Selama terjadinya pemampatan tersebut kekuatan geser undrained tanah (undrained shear
strength) meningkat; dan besar peningkatan kekuatan tersebut dapat diperkirakan misalnya
dengan prosedur SHANSEP.
Cara ini diterapkan pada tanah-tanah dimana pemampatan terjadi sebagian besar akibat
konsolidasi primer (Primary consolidation).
Vertical drain umumnya berupa tiang-tiang vertikal yang mudah mengalirkan air (berwujud
sand drain/tiang pasir atau dari bahan geosynthetis yang dikenal dengan wick drain atau
juga dikenal dengan Prefabricated Vertical Drain (PVD). Tiang-tiang atau lubang-lubang
tersebut dipasang didalam tanah pada jarak tertentu sedemikian rupa sehingga
memperpendek jarak aliran drainase air pori (drainage path). Karena waktu yang diperlukan
untuk mencapai derajat konsolidasi tertentu adalah fungsi dari tebal/panjang lapisan aliran
drainase
(drainage
path),
maka
menurut
rumus
berikut
Dimana H = panjang drainage path, dengan adanya vertical drains waktu dapat sangat
diperpendek.
Pada Gambar dibawah ini, harga D adalah jarak antara vertical drain. Jadi adanya vertical
drain sangat menyingkat waktu konsolidasi. Biasanya untuk lebih menyingkat waktu lagi,
cara pemampatan awal (precompression) digabung dengan penambahan vertical drains.
Jadi
waktu
berubah
tanpa
vertical
drains
menjadi
yang
kira-kira
mula-mula
(Catatan : rumus waktu untuk vertical drain agak berbeda karena masih ada faktor-faktor
lainnya yang terlibat)
dimana : D = jarak antara vertical drains.
Karena
Tanahnya adalah tanah lanau jenuh air atau tanah lempung berlanau yang jenuh air.
2.
3.
Air pori dalam tanah mempunyai konsentrasi ion yang rendah (bukan air yang
banyak mengandung garam atau kapur).
Metode pemampatan cara electro-osmosis ini juga dapat digunakan untuk mempercepat
waktu konsolidasi tanah yang sedang dimampatkan dengan cara preloading. Jadi berbagai
cara pemampatan tanah dapat digabung untuk mempercepat waktu konsolidasi.
PERBAIKAN
TANAH
DENGAN
CARA
INJEKSI
DAN
dari
tanah
(ground
movement).
Cara
ini
dilaksanakan
dengan
(cair).
(chemical
Selain semen,
grout)
kapur,
dan
bentuk
grouting
kimiawi ini umumnya lebih mudah diinjeksikan pada tanah-tanah yang berbutir halus,
sedangkan bahan grouting semen dan sejenisnya terutama ditujukan untuk tanah-tanah
pasir.
Pada umumnya grouting dengan cara injeksi mempunyai 3 (tiga) fungsi :
1.
Permeating grouting, yaitu grouting untuk mengisi pori-pori dalam tanah. Disini
bahan grouting harus cukup encer untuk menyusup dalam pori-pori tanah tanpa
merubah volume tanah. Permeating grouting biasanya hanya terjadi pada tanah-tanah
yang lebih kasar dari pasir kasar.
2.
Displacement grouting yaitu grouting yang ditujukan untuk mengisi pori tanah dan
menyibak pori tanah menjadi besar. Grouting ini menyebabkan terjadinya displacement
dan perubahan volume pori dalam tanah.
3.
tipis
grouting
yang
berada
disela-sela
gugusan
tanah/batuan
dan
Untuk mengisi pori-pori tanah dan ruang-ruang kosong dalam tanah guna mencegah
penurunan yang berlebihan.
Untuk meningkatkan kekuatan tanah mendukung bangunan yang ada dan mencegah
adanya pergerakan tanah bila disebelah bangunan tersebut diadakan penggalian tanah
(excavation), pemancangan tiang, dan lain sebagainya.
Untuk mencegah dan mengurangi pergerakan tanah pada saat pembuatan tunnel
(terowongan). Grouting sekitar daerah lubang tunnel akan menstabilisir tanah dan
batuan sehingga dinding terowongan tidak mudah bergerak atau runtuh.
Untuk menyatukan dan menstabilisir lapisan pasir yang renggang sehingga tidak
mudah mengalamiLiquefaction.
PERBAIKAN
TANAH
CARA
PENCAMPURAN
DENGAN
pencampuran
dalam
(Deep
Mixing
Method). Pencampuran
dangkal
ialah
pencampuran langsung antara bahan penguat dengan tanah sampai kedalam yang relatif
dekat dengan permukaan tanah . Pencampuran dapat dilakukan via alat mixer setelah
tanahnya digaruk dahulu sampai kedalam yang diinginkan. Setelah dicampur dengan bahan
penguat, biasanya tanah dihamparkan kembali lapis demi lapis dimana tiap lapis dipadatkan
dengan baik.
Deep Mixing dilakukan dengan cara mengebor tanah dengan alat rotary drill dan mata auger
pembor tanah yang khusus. Saat Rotary Drill mencapai kedalaman yang diinginkan, alat
perlahan-lahan ditarik keatas sambil mencampur tanah diantara rotary drill dengan bahan
penguat. Sebagai hasilnya didapatkan tiang-tiang (kolom-kolom) tanah yang sudah
bercampur dengan bahan penguat (misalnya semen atau kapur). Cara seperti ini di Jepang
sudah berhasil dilakukan untuk stabilisasi tanah sampai kedalam 60,0 meter.
Umum
cara
thermal
dalam
stabilisasi
tanah meliputi
pemanasan
dan
pendinginan tanah (sampai beku). Pemanasan tanah yang berbutir halus (lempung atau
lanau kelempungan) sampai temperatur diatas 100C menyebabkan tanah mengering dan
tanah menjadi keras akibat bekerjanya proses kapiler pada saat tanah mengering.
Hilangnya sifat sensitivitas tanah terhadap air; kadar air tidak lagi mempengaruhi
sifat material tanah.
Jadi tanah seolah-olah membatu dan tidak lagi bersifat sebagai tanah lempung. Pendinginan
tanah yang umumnya dilakukan ialah sampai dibawah titik beku air. Pembekuan ini
menyebabkan air pori tanah mengeras jadi es padat sehingga lebih mudah untuk
ditangani. Pembekuan tanah ini dilakukan sementara sampai bengunan permanen yang
diinginkan selesai dikerjakan (misalnya pada galian terbuka tanah saturated yang sangat
lembek dimana pelaksanaan konstruksi turap-sementara kurang ekonomis dari pada cara
pembekuan tanah). Selain itu proses freezing ini perlu untuk mempertahankan sifat tanah
di daerah permafrost (permanen frost).
Pemanasan
dan
pendinginan/pembekuan
sebagai
cara
untuk
perbaikan
tanah
umumnya lebih efektif dilakukan untuk tanah berbutir halus seperti lempung atau
lempung kelanauan. Pembekuan terutama dilakukan pada tanah yang jenuh air.
Perbaikan tanah cara thermal ini memerlukan biaya energi yang relatif tinggi dan
penggunaannya mungkin tidak dapat diterapkan dibanyak tempat di bumi ini; karena faktor
cuaca, keberadaan bahan bakar/energi, kondisi tanah dan lain-lain. Hanya kondisi yang
specifik saja yang memungkinkan penggunaan cara ini. Karena diperkirakan cara ini
mungkin tidak akan pernah digunakan di Indonesia.
PERBAIKAN
TANAH
CARA
PEMBERIAN
PERKUATAN
(REINFORCEMENT)
Soil reinforcement ini merupakan cara yang paling pesat berkembang dalam dua dekade
akhir-akhir ini dan cara ini merupakan yang paling banyak dipelajari dan diminati orang.
Metode ini dapat dibagi menjadi empat metode yaitu :
1. Metode Stone Column.
Pada metode ini, pada tanah yang lunak dipasang kolom-kolom dari batu atau kerikil yang
dipadatkan berdiameter 0,6 1,0 meter dengan jarak tertentu. Pemasangan stone column
bisa dengan cara vibroflotation atau cara pneumatic compaction. Stone column tersebut
berfungsi untuk meningkatkan kekuatan geser tanah dan mengulangi settlement. Selain stone
column juga umum dilaksanakan sand column yang dipasang dengan cara vibro-compozer
sebagaimana telah dijelaskan didepan.
2. Root Piles atau Micro Piles.
Ini adalah penggunaan tiang pancang kecil berdiameter 7,5 25 cm, yang umumnya dari
beton dengan penulangan ditengah-tengah. Tiang-tiang micro ini dipasangkan sebagai
group tiang atau tiang satu-satu secara vertikal dan miring. Fungsi tiang micro ini disamping
memberikan tambahan dukungan terhadap pondasi juga sebgai pasak terhadap geseran
pada bidang longsor geser sirkular. Di Indonesia sistem seperti ini lebih dikenal dengan
sistem cerucuk, yaitu penggunaan tiang-tiang kayu/bambu sebagai pasak dalam tanah.
3. Paku-paku Tanah (Soil Nailing).
Cara ini terdiri dari sekelompok batang-batang dalam tanah serupa paku-paku dalam tanah.
Batang-batang tersebut umumnya digroutingkan didalam tanah. Soil nailing ini hampir
serupa dengan rock bolt pada batuan. Fungsi utamanya ialah memperkuat tanah dengan
menyatukan massa tanah disuatu bagian tanah yang kurang stabil (misal pada talud dan
lereng-lereng).
4. Earth (tanah yang diperkuat dengan bahan pengikat buatan).
Reinforced earth disini termasuk semua perkuatan-perkuatan tanah menggunakan bahan
geosynthetis, bahan-bahan khusus dari metal, ground anchor dan perkuatan sistem tieback. Yang termasuk bahan geosynthetis untuk perkuatan tanah (soil reinforcement)
meliputi geotextile, geogrid, dan geolinear elemen.
Stone column terutama untuk mendukung beban tekan dan geser. Disamping menaikkan
daya dukung tanah, stone column juga mengurangi settlement dari tanah yang diperbaiki.
Disamping itu stone column juga berfungsi seperti vertical drain untuk mempercepat waktu
konsolidasi dari tanah yang compressible sehingga waktu pemampatan tanah dapat
dipercepat.
Micro-piles
berfungsi
sebagai
penahan
tarik,
tekan
dan
lentur.
Micro-piles
juga
Untuk keempat metode diatas, sebetulnya masih banyak uraian yang disampaikan,
terutama untuk metode stone column dan reinforced earth. Tetapi karena keterbatasan
waktu, penulis terpaksa tidak dapat menambah uraian lagi. Pembaca disarankan melihat
pada sumber referensi yang disebutkan di atas.
Sumber : Indrasurya B. Mochtar