Teknologi Pemadatan Tanah

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

0

TEKNOLOGI PEMADATAN TANAH


Ilmu Konstruksi 10:26 PM Pekerjaan Tanah

Karena kebutuhan lahan untuk pembangunan terus bertambah, bangunan terpaksa harus
didirikan pada daerah-daerah/lahan dengan kondisi tanah yang kurang baik. Untuk itu
diperlukan perbaikan tanah dasar, pembahasan kali ini adalah prinsip dasar, pelaksanaan,
dan pokok perencanaan untuk perbaikan tanah dengan berbagai cara. Meliputi metodametoda pemadatan tanah dalam, pencampuran tanah dengan bahan luar, pabrikan tanah
dengan proses thermal dan perkuatan tanah (reinforcement).
Semua kebutuhan diatas memerlukan pengetahuan tentang perbaikan tanah. Tetapi karena
suatu metoda perbaikan tanah belum tentu tepat untuk jenis tanah yang lain, diperlukan
pemahaman yang cukup tentang teknologi perbaikan tanah yang tersedia dan kesesuaian
penerapannya. Pembahasan metoda perbaikan tanah masa kini secara garis besarnya saja,
serta diberikan juga kondisi-kondisi dimana perbaikan tanah tersebut dapat dilakukan.
Karena luasnya lahan yang diliput, pada tulisan ini tanah dapat disertakan contoh-contohnya
pada proyek-proyek yang sudah ada (case histories) secara mendetail.
.
Pembahasan ini terutama cara-cara perbaikan tanah dalam skala besar. Teknologi perbaikan
tanah masa tersebut meliputi :
1.

Pemadatan tanah dalam (deep compaction) dengan menggunakan penumbuk


berat dan ledakan (blasting). Pemadatan untuk tanah permukaan secara lapis demi lapis
tidak dibahas disini.

2.

Pemadatan tanah (soil precompression), terutama yang menyangkut pemambatan


tanah awal (pre compression) dengan pembebanan awal (preloading) dan penggunaan
drain-drain vertikal (vertical drain), serta pemampatan tanah cara electro osmosis.

3.

Injeksi

dan

grouting kedalam

tanah

untuk

memperkuat

tanah

dasar

dan

menstabilkan struktur tanahnya.


4.

Stabilisasi tanah dengan bantuan bahan luar (tambahan) atau dengan


bantuan bahan-bahan kimia yang dicampur ke tanah asli.

5.

Stabilisasi cara thermal.

6.

Pemberian perkuatan dalam tanah (reinforcement), baik reinforcement tarik


maupun tekan. Disini juga diberikan uraian tentang penggunaan bahan geosinthesis

PEMADATAN TANAH DALAM (DEEP COMPACTION).


Penggunaan dan Mekanisme Pemadatan
Pemadatan dalam deep compaction ini terutama ditujukan untuk tanah non kohesive. Seringkali
dijumpai kondisi dimana suatu lapisan tanah tak berkohesi (cohesionless soil) yang cukup
tebal dalam keadaan yang tidak cukup padat atau relative renggang (loose), atau akibat
reklamasi suatu daerah rendah dibawah air (relamasi laut/pantai waktu tambahan lahan
baru). Pada cara yang disebut belakangan ini, karena tanah reklamasi tidak mungkin di
bawah permukaan air. Jadi pengurugan dilakukan sekaligus dengan cara dumping sampai
tanah urugan melampaui tinggi muka air setempat. Sebagai akibatnya, tanah urugan
tersebut berada pada kondisi renggang (loose). Tanah-tanah seperti ini perlu dipadatkan
dahulu sebelum digunakan.
Tanah tak berkohesi (dominan pasir) yang renggang harus dipadatkan dahulu karena pada
tanah-tanah seperti ini mudah terjadi peristiwa liquefaction bilamana terjadi getaran yang
cukup kuat (dari gempa bumi atau lainnya). Liquefaction ialah peristiwa dimana tanah
seolah-olah bersifat seperti cair dan mudah bergerak dan berubah bentuk akibat adanya
getaran dan tekanan dari tanah dan bangunan (diatas tanah). Walaupun tanah tak berkohesi
tersebut umumnya mempunyai daya dukung dengan kekuatan yang cukup baik dalam
kondisi renggang tersebut, struktur tanah tersebut mudah runtuh bilamana ada getaran
atau gempa. Jadi tidak baik mendirikan bangunan diatas tanah tak berkohesi yang
renggang, kecuali dapat dipastikan pada daerah tersebut nantinya tidak akan ada getaran
yang berarti.
Pemadatan tanah untuk lapisan tanah renggang tak berkohesi yang cukup tebal juga
menggunakan

prinsip

getaran.

Teknologi

cara vibrocompaction, blasting (ledakan),

pemadatan
dan heavy

masa

kini

meliputi

tamping (penumbukan

berat). Vibrocompaction adalah cara yang menggunakan alat penggetar (menghasilkan


getaran) yang dilakukan dengan cara memasukkan alat tersebut ke dalam tanah yang
renggang sampai pada kedalaman lapisan tanah terbawah yang ingin dipadatkan. Seringkali
dengan adanya cara vibro ini diperlukan tambahan material pengisi untuk tempattempat/space yang kosong akibat adanya pemadatan tanah arah ke samping. Termasuk
dalam cara vibrocompaction ini adalah penggunaan tiang-tiang pancang untuk pemadatan.

Cara blasting (ledakan) ialah cara pemadatan dengan menggunakan bahan peledak;
sedangkan heavy tamping ialah pemadatan dengan menggunakan alat penumbuk super
berat yang dijatuhkan dari suatu ketinggian ke permukaan tanah. Kedua jenis pemadatan ini
menghasilkan gelombang getaran tekan dan geser (compaction wave dan shear wave) yang
cukup besar sehingga susunan partikel tanah (semula) runtuh dan membentuk susunan
yang lebih rapat.
Cara vibrocompaction, blasting, dan heavy tamping pada prinsipnya sama, yaitu menghasilkan
getaran yang dapat meruntuhkan struktur susunan partikel tanah (mula-mula) sehingga
partikel

membentuk

susunan

yang

lebih

rapat

dan

lebih

kokoh. Vibrocompaction menghasilkan energi yang jauh lebih kecil dari pada kedua cara yang
disebut terakhir. Getaran akibat vibrocompation biasanya terasa hanya sejauh jarak satu atau
dua meter dari sumbernya, sedangkan pada cara blasting dan heavy tamping, getaran
dapat berpengaruh sampai 10 meter dari sumbernya.
Cara vibrocompaction lebih efektif bila digunakan untuk memadatkan tanah dominan pasir
bilamana jumlah fraksi tanah yang lolos ayakan no. 200 (persen berat). Adanya fraksi
lempung dan lanau yang lebih besar menyebabkan tanah sulit (berat) untuk dipadatkan
dengan cara vibrocompaction ini. Untuk kasus bilamana fraksi lanau dan lempung cukup
tinggi sebaiknya digunakan cara blasting atau heavy tamping.
Adapun cara-cara untuk mengukur hasil pemadatan tanah setelah di treatment dengan cara
getaran diatas, atau mengukur perubahan kepadatan dan kekuatan tanah sebelum dan
sesudah pemadatan, dapat dilakukan cara sebagai berikut :
o

Pengukuran dengan bantuan patok-patok settlement di permukaan.

Pengukuran dengan SPT (Standard Penetration Test, CPT), sebelum dan sesudah
treatment.

Pengukuran dengan alat sondir (Cone Penetration Test, CPT), sebelum dan sesudah
treatment.

Pengukuran jumlah volume bahan pengisi tambahan yang dimasukkan dalam tanah
pada cara vibrocompaction menggunakan bahan pengisi.

Pengukuran kepadatan tanah cara gelombang geser seismic (sismic shear wave
method).

Cara pemancangan tiang dan mengukur resistance tiang tersebut pada kondisi
sebelum dan sesudahtreatment.

Pengukuran dengan plate loading test.

Pengukuran dengan cara alat density meter dalam lubang bor (down-hole density
meter).

Dan beberapa cara lainnya.

Perlu diketahui bahwa pemadatan dengan getaran ini memang menghasilkan perubahan
kepadatan yang drastis secara berarti, tetapi perubahan kekuatan tanah tidak langsung
terjadi. Diperlukan waktu yang cukup lama untuk tanah
tersebut membangun strukturnya melebihi kekuatan tanah mula-mula.
Sebagai perkiraan kondisi tanah pasir, perkiraan kekuatan perlawanan pasir dan sifatsifatnya dalam berbagai tingkat kepadatan dapat dilihat pada Tabel berikut :

catatan:
*

pada tegangan vertikal overburden 100 Kpa

**

untuk pasir yang normally consolidated dan baru saja mengendap pada peristiwa

sedimentasi.
*** Menurut Seed (1979).

1. Pemadatan Metode Vibrocompaction


Sebagaimana telah dijelaskan, pemadatan dengan cara vibrocompaction umumnya hanya
efektif untuk tanah bergradasi pasir dan lebih kasar dari pasir. Rentang ukuran butiran tanah
yang sesuai untuk cara ini dapat dilihat pada gambar berikut :

Cara ini umumnya dilakukan dengan bantuan alat vibrocompaction yang dapat berupa tiang
(pancang) berujung terbuka atau tertutup. Tiang tersebut dimasukkan ke dalam tanah
dengan digetar. Pada sebagian dari cara ini, tanah dipadatkan dengan menusuk-nusukkan
tiang pancang yang bergetar kedalam tanah (tanpa tambahan material pengisi) dan
sebagian lagi dengan menambahkan meterial pengisi (pasir atau kerikil).

Adapun pada prinsipnya cara vibrocompaction ini dapat dibedakan menjadi beberapa cara
berikut :
- Sistem tiang bergetar (vibrating probe)
Sistim ini mula-mula dikembangkan di USA berupa bentuk tiang pancang tertentu (diameter
0, 76 m) yang dipancang ke dalam tanah dengan bantuan alat Foster Vibrodriver, dan pile
hammer (penumbuk getar). Bentuk tiang pancang pada umumnya adalah pipa baja berujung
terbuka. Biasanya alat tersebut dioperasikan pada frekuensi getar 15 Hz dan amplitudo arah
vertikal antara 10-25 mm. Bentuk lainnya ialah bentuk bentuk Vibro-rod (batang getar)
dikembangkan oleh Saito (1977) di Jepang. Pada bentuk Vibro-rodini digunakan pipa baja
berujung tertutup.
Prinsipnya kedua cara ini dioperasikan dengan menusukkan pipa ber- getar (pergerakan
pipa arah vertikal) kedalam

tanah

sampai pipa

mencapai kedalaman penetrasi yang

diinginkan. Kemudian pipa ditarik keatas sambil tetap digetarkan. Cara ini dilakukan
berulang kali (tekan dengan digetar kemudian ditarik dengan getar) pada titik-titik berjarak
1,0 sampai 3,0 m diseluruh area yang dipadatkan sampai kepadatan tanah mencapai harga
yang diinginkan.

2. Sistem Vibroflotation.
Sistem

Vibroflotation

ini

dikembangkan

mulanya

di

Jerman

60

tahun

yang

lalu.

Alat vibroflotation pada umumnya terdiri dari 3 bagian utama yaitu : alat vibrator, pipa
pemanjang (extension tube), dan mobil derek/crane pemikul. Prinsip dasar kerja alat seperti
pada Gambar berikut.

Cara kerja sistem Vibroflotation

Perbedaan

sistem

ini

dengan

sistem vibrating

probe ialah

bahwa

pada vibroflotation penggetaran bekerja akibat perputaran pada poros alat vibrator
yang tidak sentris sehingga menghasilkan gaya centrifugal pada arah horisontal dan
menyibak

tanah

kesamping

dan

menghasilkan

lubang

pada

tanah.

Akibat

getarancentrifugal dan berat sendiri dari vibrator, alat ini dapat dengan cepat masuk
kedalam tanah. Penggetaran menyibak tanah kesamping itu juga dapat dilakukan dengan
bantuan air yang dipompa ke alat vibrator dengan tekanan (water jet). Pada saat penarikan
keatas, lubang yang ditimbulkan oleh sistem ini diisi dengan pasir atau kerikil, sambil tetap
digetarkan untuk memadatkan bahan pengisi tersebut.

3. Sistem Vibro Compozer.


Sistem ini mula-mula dikembangkan di Jepang oleh Murayama (1958). Prinsipnya
ialah sebuah pipa casing dipancangkan kedalam tanah dengan digetar (melalui alat
vibrator diujung atas pipa). Kemudian pasir dimasukkan kedalam pipa casing dengan
bantuan tekanan udara. Pasir tersebut kemudian dipadatkan dengan cara menarik turunkan
pipa casing (sambil dicabut) berkali-kali sehingga terbentuk tiang pasir padat dengan
diameter yang lebih besar dari pada pipa casing tersebut. Selama pemadatan, tanah pasir
pengisi tetap dalam keadaan mendapat tekanan udara (lihat Gambar dibawah untuk
jelasnya).

Pelaksanaan kolom-kolom pasir padat dengan cara Vibro-Compozer.

4. Sistem Soil Vibratory Stabilization


Sistem Soil

Vibratory

Stabilization (SVS)

ini

juga

dikenal

sebagai

sistem Toyomenka (dikembangkan oleh PT.Toyomenka di Jepang) merupakan kombinasi


antara vertikal vibration akibat Vibratory driving hammer (penumbuk getar arah vertikal)
dan sistem getar putar pada vibroflotation. Pemadatan ini menggunakan bahan pengisi

pasir atau krikil (pada waktu pencabutan alat ke atas), tetapi water jet tidak digunakan
sama sekali.
Sistem vibrocompaction yang diuraikan diatas dapat memadatkan tanah sampai kedalam
20,0 meter, tetapi umumnya sistem ini tidak banyak digunakan untuk kedalaman > 30.0
meter.
Sistem vibroflotation, vibro-compozer dan SVS juga dapat digunakan pada tanah lempung
yang lunak. Tetapi tujuannya terutama ialah untuk pemasangan sand column atau stone
column pada

tanah

tetapi instalasi

asli.

Jadi

sand/stone

yang

dituju

bukan

column (kolom-kolom

perubahan

kepadatan

pasir

kerikil)

dan

tanah

asli

tersebut.

Bila

kepadatan tanah asli ingin dirubah dengan penggetaran, cara vibrocompaction ini lebih
efektif untuk tanah-tanah dominan pasir.

Pemadatan Cara Ledakan (Blasting)


Ini adalah salah satu cara yang ekonomis untuk pemadatan lapisan pasir renggang yang
cukup tebal (dalam). Prosedur pamadatan pada umumnya adalah :
1.

Pembuatan/pemancang pipa dengan cara getar, jetting, auger boring atau lainnya.
Kedalaman pipa sampai sedalam ledakan yang diinginkan.

2.

Pemasangan bahan peledak (dinamit) dalam pipa tersebut.

3.

Pengurangan kembali pipa (backfilling of pipe).

4.

Peledakan bahan dinamit menurut pola ledak dan kekuatan ledak yang direncanakan.

5.

Peledakan akan menghasilkan gelombang getar tekan dan geser yang akan
meruntukhan susunan partikel tanah asli dan membentuk susunan yang lebih padat.

Berdasarkan pedoman pemadatan dengan ledakan (sampai kedalaman tanah 20 meter


yang terpengaruh) sebagai berikut :
1.

Ukuran ledakan : 1 kg sampai 12 kg per hulu ledak.

2.

Kedalaman pusat ledakan : Pusat ledakan harus tertimbun pada kedalaman > 1/4 x
kedalaman total (sampai kedasar lapisan tanah yang ingin dipadatkan); tetapi letak
pusat ledakan pada kedalaman 1/2 sampai 3/4 x kedalaman total lebih umum dilakukan
orang.

3.

Jarak pusat-pusat ledakan : 4 - 15 meter

4.

Jumlah kali ulangan peledakan : 1 sampai 5 kali, dan ummnya 2-3 kali. setiap ulangan
terdiri dari beberapa ledakan beruntun dari masing-masing pusat ledak. Setiap ulangan
biasanya berjarak beberapa jam sampai beberapa hari dari ledakan sebelumnya.

5.

Jumlah total bahan explosive yang digunakan : 8 - 150 gr/m3 tanah, biasanya sekitar
10-30 gr/m3.

6.

Settlement permukaan tanah akibat pemadatan : 2 - 10 % tebal lapisan yang


dipadatkan.

Dengan cara ini, jelas akan terlihat adanya pemadatan yang berarti dari tanah setempat,
tetapi kekuatan tanah tidak segera membaik. Perlu waktu lama untuk tanah tersebut
menguat kembali. Akan tetapi pada tanah dominan pasir, kekuatan tanah minimal biasanya
sudah memenuhi syarat untuk bangunan, hanya kepadatannya saja yang menjadi masalah
bilamana ada getaran nantinya.
Pada tanah-tanah yang tidak terletak di bawah air, akan lebih mudah dipadatkan bila tanah
tersebut lebih dahulu dijenuhkan dengan air kemudian baru diledakkan, cara ini
disebut hydro-blasting. Jadi kedalam tanah dipompakan air sampai lapisan tanah disitu
sampai jenuh, baru baru kemudian sistem pemadatan cara blasting dilakukan.

Pemadatan Cara Heavy Tamping (Penumbuk Berat)


Cara ini dilakukan dengan menjatuhkan suatu massa yang sangat berat dari suatu
ketinggian (dengan bantuan derek/crane) keatas permukaan tanah yang akan dipadatkan.
Berat massa penumbuk bervariasi dari yang terkecil 1-2 ton sampai 20 ton yang terbuat dari
beton atau kotak baja yang berisi beton atau pasir. Tinggi jatuh bisa sampai 40 m dari muka
tanah. Bentuk penampang penumbuk biasanya bulat atau segi empat. Pada Gambar
diabawah ditunjukkan bentuk pemadatan cara ini. Biasanya diperlukan 2-3 kali ulangan
penumbukan yang sudah direncanakan.
Untuk memprakirakan besarnya pengaruh pemadatan tanah yang didapat dengan cara ini
dapat digunakan rumus oleh Lukas (1980) sebagai berikut :

dimana :
D = Kedalaman maximum pengaruh pemadatan heavy tamping, dalam meter.
W = berat massa penumbuk, dalam ton.
H = tinggi jatuh massa penumbuk, dalam meter.

Gambar Pemadatan dengan cara Heavy Tamping.

PERBAIKAN TANAH DENGAN TEKNIK PEMAMPATAN AWAL


(PRECOMPRESSION).
Perbaikan tanah dengan teknik pemampatan ini terutama ditunjukkan untuk tanah-tanah
yang mengalami penurunan yang besar bila dibebani. Memampatkan tanah yang lembek
dan compressible (mudah mampat) dapat menyebabkan peningkatan kekuatan tanah (daya
dukung tanah), karena tanah yang memampat mempunyai struktur susunan partikel yang
lebih rapat dan lebih kokoh.
Pada prinsipnya bangunan tidak boleh dibangun di atas tanah yang compressible bila
dikhawatirkan nanti akan terjadi perbedaan penurunan tanah (differensial settlement) yang
lebih besar dari pada batas toleransi bangunan tersebut. Selain itu tanah lunak (biasanya
juga compressible) sering tidak memiliki daya dukung yang cukup untuk memikul beban
bangunan

yang

didirikan

diatasnya.

Untuk

itu

perlu

memampatkan

tanah

yang

bersangkutan sebelum bangunan didirikan dengan tujuan pokoknya adalah sebagai berikut :
o

Menghilangkan sama sekali (atau sebagian besar), penurunan konsolidasi yang akan
terjadi akibat beban bangunan tersebut. Penghilangan penurunan konsolidasi ini
dilakukan dengan cara membebani tanah dengan beban awal yang lebih besar atau
sama dengan beban bangunan yang direncanakan. Bila total penurunan tanah yang
dicapai sesuai dengan yang direncanakan, beban awal tersebut dapat dihilangkan

(dibongkar). Baru kemudian bangunan yang sebenarnya dapat dilaksanakan, dan


perbedaan penurunan nantinya diharapkan akan sangat kecil. Karena beban awal
tersebut diberikan sebelum beban sesungguhnya (hanya untuk memampatkan tanah
saja), cara seperti ini juga lebih dikenal dengan cara preloading. Sistem pemampatan ini
juga disebut sebagai precompression.
o

Meningkatkan daya dukung (tanahan geser = shear strength) dari tanah dasar.
Pemampatan dapat meningkatkan tahanan geser tanah sehingga tanah yang semula
lunak dan mempunyai daya dukung yang rendah menjadi lebih kuat dan lebih stabil
dalam mendukung beban bangunan.

Perbaikan tanah cara pemampatan awal (precompression) ini umumnya cocok untuk
tanah-tanah lempung jenuh air yang lunak, tanah-tanah lanau yang compressible, tanah
lempung

organik

dan

tanah

peat.

Untuk

mempercepat

waktu precompression, dapat

digunakan drainase vertikal (vertical drains) yang memperpendek panjang aliran (drainage
path) dari air pori. Teknik precompression atau preloading ini telah berhasil diterapkan pada
tanah-tanah yang mendukung pondasi gedung, embankment, jalan raya, rurnway, tangkitangki dan abutment jembatan dengan sukses.
Jenis Teknik Pemampatan Awal (Precompression)
Teknik pemampatan awal dapat dibagi menjadi 2 (dua) cara utama yaitu :
1. Pemberian beban awal external.
Beban dapat berupa beban tanah timbunan di atas tanah asli (yang ingin dimampatkan),
beban tangki air atau kolam air buatan atau beban luar lainnya yang diletakkan diatas tanah
aslinya. Karena pemberian beban luar tersebut, tanah dasar memampat.
2. Pemberian beban awal internal. Termasuk dalam teknik ini adalah :
a. Cara pemadatan menggunakan metoda vacuum.
b. Cara pemadatan dengan menurunkan muka air tanah.
c. Cara pemadatan konsolidasi cara elektro osmosis.
Cara kedua dilakukan bila cara pertama tidak mungkin dilaksanakan karena alasan teknis
pelaksanaan, karena mahalnya bahan tanah timbunan atau karena alasan lainnya.
Cara pertama dan kedua diatas pada prinsipnya sama, yaitu memampatkan tanah
dengan cara menaikkan tegangan efektif dalam tanah. Cara vacuum dilakukan
dengan melakukan pemompaan vacuum dari lapisan tanah di bawah lapisan tipis membrane
yang kedap air sehingga tegangan air pori didalam tanah dapat dibuat negatif. Menurunkan
muka air tanah dengan pemompaan juga dapat menyebabkan penurunan konsolidasi tanah.
Tetapi kecuali disekitar daerah tersebut tidak ada bangunan yang tidak boleh ikut turun,
cara pemampatan tanah dengan penurunan muka air tanah ini dapat membahayakan

stabilitas

gedung-gedung/bangunan

disekitar

lokasi

proyek. Cara

pemadatan

konsolidasi electro-osmosis adalah dengan menimbulkan tegangan negatif pada air pori (air
pori disedot dengan cara pengaliran arus listrik searah) sehingga tegangan efektif tanah
meningkat.
Cara pemberian beban internal (vacuum, penurunan air tanah, dan electro-osmosis)
mempunyai kelebihan karena pada cara ini tidak didapati masalah stabilitas talud timbunan
dan cara ini tidak memerlukan bahan timbunan yang sangat banyak (seperti pada cara
pembebanan

external).

Tetapi, kelemahan cara

pemberian

beban

internal

ialah

bahwa cara ini lebih kompleks dan lebih sulit dilaksanakan dari pada cara
pemberian beban external.
Dasar Teori Perbaikan Tanah dengan Pemampatan Awal.
Penurunan tanah yang dibebani dengan beban preloading pada waktu t dapat dituliskan
sebagai berikut :

Dimana :
St = settlement total pada waktu t.
Si = immediate settlement (settlement segera karena deformasi elastis tanah).
U = harga rata-rata derajat konsolidasi (pada waktu t)
Scons = settlement toal tanah akibat konsolidasi, dan
Ss = secondary compression settlement (pemampatan sekunder) akibat pemampatan dari
struktur partikel tanah sendiri (setelah waktu t).
Sistem precompression atau preloading ialah dengan memberikan beban awal yang
berlebih Pf+s sedemikian rupa sehingga pada waktu yang pendek tsr didapatkan penurunan
yang sama besarnya dengan totap penurunan Sf dari beban rencana Pf sebagaimana
terlihat

pada

Gambar

dibawah.

Bila pada beban awal pf+s penurunan Sf terjadi pada waktu tsr, beban surcharge Ps dapat
dibongkar. Kemudian dengan asumsi bahwa tanah sudah termampatkan sampai Sf, beban pf
tidak lagi menyebabkan penurunan tambahan. Makin besar pf+s makin pendek waktu tsr.
Cara pemampatan diatas sebetulnya tidak benar-benar menghilangkan seluruh penurunan;
karena

akibat

beban

pf+s

berubah

menjadi

pf

sebagian

lapisan

tanah

menjadi overconsolidated dan sebagian lagi masih underconsolidated. Jadi masih akan ada
lagi penurunan tambahan, meskipun pf tetap. Cara yang betul ialah menghentikan
preloading pada waktu tm > tsr sedemikian rupa sehingga lapisan tanah sudah hampir
semuanya overconsolidated.

Pada tanah lempung organik peat, pemampatan tanah sekunder (secondary compression)
relatif cukup besar dibanding dengan primary compressionnya. Untuk jenis tanah seperti ini,
waktu preloading harus diperpanjang lagi sampai derajad konsolidasi

Uz

rata-rata

mencapai harga sebagai berikut :

Dimana Ssec = besar secondary compression akibat beban Pf. Pada saat tz dimana derajat
konsolidasi minimum dalam tanah sebesar Uz, pembebanan preloading dapat dibongkar.

Gambar Prinsip pembebanan preloading pada pemampatan tanah dengan beban awal
Pf+s>Pf.
Meskipun nantinya secara teoritis penurunan sekunder masih akan terjadi (dengan beban
Pf), tetapi besarnya sudah sangat kecil dan dapat diabaikan.
Selama terjadinya pemampatan tersebut kekuatan geser undrained tanah (undrained shear
strength) meningkat; dan besar peningkatan kekuatan tersebut dapat diperkirakan misalnya
dengan prosedur SHANSEP.

Penggunaan Vertical Drain pada Pemampatan Tanah


Sering dijumpai dalam perencanan bahwa cara preloading (serta precompression) masih
memerlukan waktu yang terlalu lama (umumnya lebih dari 1 tahun), padahal proyek tidak
dapat menunggu selama itu. Untuk mempercepat konsolidasi, digunakan vertical drain.

Cara ini diterapkan pada tanah-tanah dimana pemampatan terjadi sebagian besar akibat
konsolidasi primer (Primary consolidation).
Vertical drain umumnya berupa tiang-tiang vertikal yang mudah mengalirkan air (berwujud
sand drain/tiang pasir atau dari bahan geosynthetis yang dikenal dengan wick drain atau
juga dikenal dengan Prefabricated Vertical Drain (PVD). Tiang-tiang atau lubang-lubang
tersebut dipasang didalam tanah pada jarak tertentu sedemikian rupa sehingga
memperpendek jarak aliran drainase air pori (drainage path). Karena waktu yang diperlukan
untuk mencapai derajat konsolidasi tertentu adalah fungsi dari tebal/panjang lapisan aliran
drainase

(drainage

path),

maka

menurut

rumus

berikut

Dimana H = panjang drainage path, dengan adanya vertical drains waktu dapat sangat
diperpendek.
Pada Gambar dibawah ini, harga D adalah jarak antara vertical drain. Jadi adanya vertical
drain sangat menyingkat waktu konsolidasi. Biasanya untuk lebih menyingkat waktu lagi,
cara pemampatan awal (precompression) digabung dengan penambahan vertical drains.
Jadi

waktu

berubah

tanpa

vertical

drains

menjadi

yang

kira-kira

mula-mula

(Catatan : rumus waktu untuk vertical drain agak berbeda karena masih ada faktor-faktor
lainnya yang terlibat)
dimana : D = jarak antara vertical drains.
Karena

maka waktu menjadi

Gambar Pemasangan vertical drain pada tanah yang compressible.


Lapisan sand mat (sand blanket) diperlukan untuk mengalirkan air yang keluar dari vertical
drains pada permukaan tanah. Jadi pada vertical drains dapat dijaga tekanan air tetap
hidrostatis. Selain itu, pada pemampatan primer (primary consolidation) biasa tanpa adanya
vertical drain, arah pengaliran air adalah sebagian besar vertikal, sehingga harga Cv yang
dipakai adalah Cv arah vertikal. Padahal dengan adanya vertical drains arah pengaliran air
sebagian besar horisontal dan harga Ch adalah untuk arah horisontal. Karena pada
umumnya Ch > Cv, maka waktu konsolidasi t makin bertambah pendek lagi. Umumnya
harga Ch/Cv = 2 sampai 10.

Pemampatan Awal dengan Cara Electro-Osmosis.


Pada prinsipnya, air sebagai eletrolit dalam pori-pori tanah dapat dibuat mengalir dalam
tanah dari suatu kutub listrik Anoda ke kutub Katoda. Bila didalam tanah dipasangkan
batang-batang Anoda, dan kemudian setelah terjadi aliran pada batang-batang Katoda air
yang masuk di pompa keluar, maka di dalam pori tanah tercipta tegangan negatif yang
menyebabkan kenaikan tegangan efektif pada partikel tanah yang mengakibatkan
terjadinya konsolidasi.
Metode pemampatan dengan cara electro-osmosis diketahui efektif dan ekonomis bila
kondisi tanahnya sebagai berikut :
1.

Tanahnya adalah tanah lanau jenuh air atau tanah lempung berlanau yang jenuh air.

2.

Tanahnya dalam kondisi normally consolidated.

3.

Air pori dalam tanah mempunyai konsentrasi ion yang rendah (bukan air yang
banyak mengandung garam atau kapur).

Metode pemampatan cara electro-osmosis ini juga dapat digunakan untuk mempercepat
waktu konsolidasi tanah yang sedang dimampatkan dengan cara preloading. Jadi berbagai
cara pemampatan tanah dapat digabung untuk mempercepat waktu konsolidasi.

PERBAIKAN

TANAH

DENGAN

CARA

INJEKSI

DAN

GROUTING BAHAN PENGUAT KEDALAMAN TANAH


Injeksi dan grouting ini merupakan salah satu usaha untuk memperkuat tanah,
mengurangi settlement (compressbility) dari tanah, dan mengurangi pergerakanpergerakan

dari

tanah

(ground

movement).

Cara

ini

dilaksanakan

dengan

menginjeksikan bahan penguat (grouting) ke dalam tanah. Bahan penguat tersebut


kemudian bereaksi dengan partikel tanah atau mengeras dalam tanah sehingga membentuk
ikatan yang kokoh dan lebih kaku.
Bahan grouting yang paling umum adalah semen. Disamping itu juga sering digunakan
bahan lempung (bentonite, dan lain-lain), atau campuran antara semen dan tanah. Kapur
juga sering digunakan sebagai bahan grouting; biasanya kapur tersebut dalam
pasta

(cair).

(chemical

Selain semen,

grout)

kapur,

dan

bentuk

tanah, sering pula digunakan bahan kimia

seperti silicates, lignins, resins, acrylomides danurethanes. Bahan

grouting

kimiawi ini umumnya lebih mudah diinjeksikan pada tanah-tanah yang berbutir halus,
sedangkan bahan grouting semen dan sejenisnya terutama ditujukan untuk tanah-tanah
pasir.
Pada umumnya grouting dengan cara injeksi mempunyai 3 (tiga) fungsi :
1.

Permeating grouting, yaitu grouting untuk mengisi pori-pori dalam tanah. Disini
bahan grouting harus cukup encer untuk menyusup dalam pori-pori tanah tanpa
merubah volume tanah. Permeating grouting biasanya hanya terjadi pada tanah-tanah
yang lebih kasar dari pasir kasar.

2.

Displacement grouting yaitu grouting yang ditujukan untuk mengisi pori tanah dan
menyibak pori tanah menjadi besar. Grouting ini menyebabkan terjadinya displacement
dan perubahan volume pori dalam tanah.

3.

Encapsulation grouting, ditujukan untuk mengisi retakan-retakan yang terjadi


dalam tanah akibat tekanan injeksi. Grouting ini tidak menyusup ke pori-pori tanah
tetapi mengisi retakan-retakan sekitar gugusan tanah atau batuan, sehingga berbentuk
lensa-lensa

tipis

grouting

yang

berada

disela-sela

gugusan

tanah/batuan

dan

membungkus tanah dalam gugusan-gugusan yang cukup besar.


Grouting dengan cara injeksi ini diprakarsai oleh seorang insinyur Prancis di tahun 1802
untuk memperbaiki saluran yang terkena erosi yaitu dengan cara menyuntikkan campuran
lempung dan kapur encer kebawah saluran tersebut. Sejak saat itu grouting digunakan
orang, dan dibanyak pemakaiannya grouting dengan injeksi dilakukan sebagai cara
mengurangi rembesan air (dibawah tubuh bendungan)
rembesan.

atau sebagai penahan

Kegunaan Umum Injeksi dan Grouting pada Perbaikan Tanah


Kegunaan cara injeksi dan grouting pada perbaikan tanah, selain untuk mengontrol
rembesan dalam tanah, dapat diringkas sebagai berikut :
o

Untuk mengisi pori-pori tanah dan ruang-ruang kosong dalam tanah guna mencegah
penurunan yang berlebihan.

Untuk meningkatkan kekuatan tanah mendukung bangunan yang ada dan mencegah
adanya pergerakan tanah bila disebelah bangunan tersebut diadakan penggalian tanah
(excavation), pemancangan tiang, dan lain sebagainya.

Untuk mencegah dan mengurangi pergerakan tanah pada saat pembuatan tunnel
(terowongan). Grouting sekitar daerah lubang tunnel akan menstabilisir tanah dan
batuan sehingga dinding terowongan tidak mudah bergerak atau runtuh.

Untuk memperkuat dan menyatukan massa tanah sehingga mengurangi kebutuhan


atas perkuatan arah horisontal (lateral support), misalnya pada galian-galian, turap dan
lain sebagainya.

Untuk memperkuat tanah dan meningkatkan ketahanan tiang pancang terhadap


beban lateral (tegak lurus sumbu tiang pancang).

Untuk menyatukan dan menstabilisir lapisan pasir yang renggang sehingga tidak
mudah mengalamiLiquefaction.

Sebagai penopang (ganjal) dibawah pondaasi (bila pondasi mengalami penurunan


atau dibawah pondasi tercipta rongga-rongga).

Untuk mengurangi perubahan volume pada tanah-tanah yang ekspansive (tanah


mengembang).

Teknologi Injeksi dan Grouting


Injeksi dan grouting dilaksanakan dengan memasukkan pipa kedalam tanah. Dengan
tekanan bahwa grouting disuntikkan kedalam tanah melalui pipa tersebut. Jarak lubang pipa
grouting umumnya antara 1,3 sampai 2,5 meter. Makin dekat jarak pipa grouting makin
baik hasilnya, tetapi harga injektor grouting menjadi sangat mahal. Sebaliknya, jarak lubang
yang terlalu jauh tidak menjamin hasil grouting yang cukup baik.
Cara yang terbaru untuk grouting diantaranya ialah dengan bantuan tenaga listrik
sistem electrochemical injection dan jet grouting. Electrochemical injection ialah gabungan
antara cara elektro-osmosis dan grouting dengan bahan kimia. Grouting dilewatkan Anoda
sehingga akibat arah pengaliran air dari Anoda ke Katoda, bahan grouting ikut menyebar di
dalam tanah. Cara jet grouting adalah cara baru yang dikenal di Jepang. Cara kerja jet
grouting ini ialah dengan mengalirkan air bertekanan sangat tinggi kedalam tanah

untuk mencairkan tanah sehingga tanah mudah dicampur dengan bahan


grouting. Selain itu cara jet grouting juga dapat mencampur tanah dengan bahan grouting
(semen misalnya) dalam dimensi/ukuran yang cukup besar. Dari hasil percobaan dihasilkan
bahwa dengan cara jet grouting, tanah lempung lunak dapat diperbaiki sehingga memiliki
kekuatan tekan unconfined (Unconfined Compressive Strength) sebesar 30 kali kekuatan
semula.

PERBAIKAN

TANAH

CARA

PENCAMPURAN

DENGAN

BAHAN LUAR (PENGUAT)


Perbaikan tanah dengan cara pencampuran adalah cara yang paling tua dan banyak
dilakukan orang. Pada prinsipnya, perbaikan tanah dilakukan dengan cara mencampur tanah
asli dengan bahan penguat dari luar secara setempat. Bahan campur yang paling umum
adalah kapur dan semen. Tujuan utama dari pencampuran adalah untuk memperkuat
struktur tanah, mengurangi plastisitas dan compresibilitas tanah. Disamping kapur dan
semen juga dikenal berbagai macam bahan kimia sebagai stabilisator.
Untuk pencampuran ini dikenal cara pencampuran biasa, yaitu pencampuran dangkal dan
cara

pencampuran

dalam

(Deep

Mixing

Method). Pencampuran

dangkal

ialah

pencampuran langsung antara bahan penguat dengan tanah sampai kedalam yang relatif
dekat dengan permukaan tanah . Pencampuran dapat dilakukan via alat mixer setelah
tanahnya digaruk dahulu sampai kedalam yang diinginkan. Setelah dicampur dengan bahan
penguat, biasanya tanah dihamparkan kembali lapis demi lapis dimana tiap lapis dipadatkan
dengan baik.
Deep Mixing dilakukan dengan cara mengebor tanah dengan alat rotary drill dan mata auger
pembor tanah yang khusus. Saat Rotary Drill mencapai kedalaman yang diinginkan, alat
perlahan-lahan ditarik keatas sambil mencampur tanah diantara rotary drill dengan bahan
penguat. Sebagai hasilnya didapatkan tiang-tiang (kolom-kolom) tanah yang sudah
bercampur dengan bahan penguat (misalnya semen atau kapur). Cara seperti ini di Jepang
sudah berhasil dilakukan untuk stabilisasi tanah sampai kedalam 60,0 meter.

STABILISASI TANAH CARA THERMAL


Prinsip

Umum

cara

thermal

dalam

stabilisasi

tanah meliputi

pemanasan

dan

pendinginan tanah (sampai beku). Pemanasan tanah yang berbutir halus (lempung atau
lanau kelempungan) sampai temperatur diatas 100C menyebabkan tanah mengering dan
tanah menjadi keras akibat bekerjanya proses kapiler pada saat tanah mengering.

Pemanasan tanah (lempung) sampai temperatur antara 600-1000C dapat menyebabkan


hal-hal sebagai berikut terhadap lempung atau lanau :

Hilangnya sifat sensitivitas tanah terhadap air; kadar air tidak lagi mempengaruhi
sifat material tanah.

Hilangnya sifat kembang-susut tanah.

Hilangnya sifat compressible dari tanah.

Jadi tanah seolah-olah membatu dan tidak lagi bersifat sebagai tanah lempung. Pendinginan
tanah yang umumnya dilakukan ialah sampai dibawah titik beku air. Pembekuan ini
menyebabkan air pori tanah mengeras jadi es padat sehingga lebih mudah untuk
ditangani. Pembekuan tanah ini dilakukan sementara sampai bengunan permanen yang
diinginkan selesai dikerjakan (misalnya pada galian terbuka tanah saturated yang sangat
lembek dimana pelaksanaan konstruksi turap-sementara kurang ekonomis dari pada cara
pembekuan tanah). Selain itu proses freezing ini perlu untuk mempertahankan sifat tanah
di daerah permafrost (permanen frost).
Pemanasan

dan

pendinginan/pembekuan

sebagai

cara

untuk

perbaikan

tanah

umumnya lebih efektif dilakukan untuk tanah berbutir halus seperti lempung atau
lempung kelanauan. Pembekuan terutama dilakukan pada tanah yang jenuh air.
Perbaikan tanah cara thermal ini memerlukan biaya energi yang relatif tinggi dan
penggunaannya mungkin tidak dapat diterapkan dibanyak tempat di bumi ini; karena faktor
cuaca, keberadaan bahan bakar/energi, kondisi tanah dan lain-lain. Hanya kondisi yang
specifik saja yang memungkinkan penggunaan cara ini. Karena diperkirakan cara ini
mungkin tidak akan pernah digunakan di Indonesia.

PERBAIKAN

TANAH

CARA

PEMBERIAN

PERKUATAN

(REINFORCEMENT)
Soil reinforcement ini merupakan cara yang paling pesat berkembang dalam dua dekade
akhir-akhir ini dan cara ini merupakan yang paling banyak dipelajari dan diminati orang.
Metode ini dapat dibagi menjadi empat metode yaitu :
1. Metode Stone Column.
Pada metode ini, pada tanah yang lunak dipasang kolom-kolom dari batu atau kerikil yang
dipadatkan berdiameter 0,6 1,0 meter dengan jarak tertentu. Pemasangan stone column
bisa dengan cara vibroflotation atau cara pneumatic compaction. Stone column tersebut
berfungsi untuk meningkatkan kekuatan geser tanah dan mengulangi settlement. Selain stone

column juga umum dilaksanakan sand column yang dipasang dengan cara vibro-compozer
sebagaimana telah dijelaskan didepan.
2. Root Piles atau Micro Piles.
Ini adalah penggunaan tiang pancang kecil berdiameter 7,5 25 cm, yang umumnya dari
beton dengan penulangan ditengah-tengah. Tiang-tiang micro ini dipasangkan sebagai
group tiang atau tiang satu-satu secara vertikal dan miring. Fungsi tiang micro ini disamping
memberikan tambahan dukungan terhadap pondasi juga sebgai pasak terhadap geseran
pada bidang longsor geser sirkular. Di Indonesia sistem seperti ini lebih dikenal dengan
sistem cerucuk, yaitu penggunaan tiang-tiang kayu/bambu sebagai pasak dalam tanah.
3. Paku-paku Tanah (Soil Nailing).
Cara ini terdiri dari sekelompok batang-batang dalam tanah serupa paku-paku dalam tanah.
Batang-batang tersebut umumnya digroutingkan didalam tanah. Soil nailing ini hampir
serupa dengan rock bolt pada batuan. Fungsi utamanya ialah memperkuat tanah dengan
menyatukan massa tanah disuatu bagian tanah yang kurang stabil (misal pada talud dan
lereng-lereng).
4. Earth (tanah yang diperkuat dengan bahan pengikat buatan).
Reinforced earth disini termasuk semua perkuatan-perkuatan tanah menggunakan bahan
geosynthetis, bahan-bahan khusus dari metal, ground anchor dan perkuatan sistem tieback. Yang termasuk bahan geosynthetis untuk perkuatan tanah (soil reinforcement)
meliputi geotextile, geogrid, dan geolinear elemen.
Stone column terutama untuk mendukung beban tekan dan geser. Disamping menaikkan
daya dukung tanah, stone column juga mengurangi settlement dari tanah yang diperbaiki.
Disamping itu stone column juga berfungsi seperti vertical drain untuk mempercepat waktu
konsolidasi dari tanah yang compressible sehingga waktu pemampatan tanah dapat
dipercepat.
Micro-piles

berfungsi

sebagai

penahan

tarik,

tekan

dan

lentur.

Micro-piles

juga

diperuntukkan bagi peningkatan daya dukung dan menaikkan stabilitas tanah.


Paku tanah terutama berguna untuk penahan tarik dan geser dan tujuan utama pada
perbaikan tanah ialah meningkatkan stabilitas tanah.
Perkuatan pada reinforced earth seperti bahan geotextile dan sejenisnya berfungsi terutama
untuk penahan tarik. Bahan ini dapat meningkatkan daya dukung tanah dan memperkokoh
stabilitas tanah. Besar settlement tanah umumnya tidak banyak berubah akibat adanya
bahan reinforcer tersebut.

Untuk keempat metode diatas, sebetulnya masih banyak uraian yang disampaikan,
terutama untuk metode stone column dan reinforced earth. Tetapi karena keterbatasan
waktu, penulis terpaksa tidak dapat menambah uraian lagi. Pembaca disarankan melihat
pada sumber referensi yang disebutkan di atas.
Sumber : Indrasurya B. Mochtar

Anda mungkin juga menyukai