Manajemen Sumberdaya Perikanan
Manajemen Sumberdaya Perikanan
Manajemen Sumberdaya Perikanan
Dosen
Kelompok 7 :
Ahmad Fatoni
(1314521021)
(1314521028)
(1314521030)
(1314521036)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan kawasan Negara maritime yang memiliki begitu
banyak keanekaragaman kekayaan laut. Potensi kekayaan laut tersebut terdapat
manfaat untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. Namun di sisi lain, pertambahan
jumlah penduduk dunia yang relatiF masih sangat cepat, terutama di negara-negara
berkembang seperti Indonesia telah mendorong meningkatnya permintaan komoditas
perikanan dari waktu ke waktu yang mengarah pada pemanfaatan yang tidak terbatas.
Kecenderungan meningkatnya permintaan ikan telah membuka peluang
berkembang pesatnya industry perikanan, baik perikanan tangkap maupun perikanan
budidaya. Hanya sayangnya, perkembangan industri perikanan ini lebih banyak
dilandasi oleh pertimbangan lainnya seperti lingkungan lingkungan, sosial budidaya
serta kelestarian sumberdaya perikanan.
Kedonganan merupakan desa pesisir. Sisi kiri dan kanan desa ini adalah laut.
Hal ini yang menyebabkan sebagian besar penduduknya pada mulanya bergerak di
sektor perikanan dan kelautan. Sekitar 90% warga Kedonganan berprofesi sebagai
nelayan dan sebagian lagi berprofesi sebagai pedagang atau pun buruh. Perikanan dan
kelautan secara umum memang menjadi ikon Kedonganan. Bahkan, Kedonganan
hingga kini menjadi salah satu sentra usaha perikanan dan kelautan terbesar di Bali.
Kehadiran Tempat Pelelangan Ikan (PPI) Kedonganan menunjukkan Kedonganan
memang memegang peranan penting dalam bidang perikanan.
Namun, seperti umumnya daerah pesisir, kualitas sumber daya manusia
(SDM)-nya masih belum tertinggal, setidaknya hingga tahun 1990. Jumlah sarjana
atau pun tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) serta Sekolah Menengah Pertama
(SMP) ketika itu masih bisa dihitung dengan jari. Mayoritas penduduk Kedonganan
hanya tamat Sekolah Dasar (SD). Malah, tak sedikit yang buta huruf.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Umum (Klasifikasi, Morfologi dan Habitat)
2.1.1 Ikan Kakap Merah
Klasifikasi dari ikan kakap merah menurut Saanin (1984) :
Kingdom : Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Pisces
Ordo
: Percimorphi
Famili
: Lutjanidae
Genus
: Lutjanus
Spesies : Lutjanus argentimaculatus
Ciri-ciri morfologi ikan kakap merah (Lutjanus argentimaculatus) adalah
memiliki bentuk tubuh agak pipih, punggung lebih tinggi, kepala lebih lancip,
punggung sampai moncong lebih terjal, tulang rahang atas terbenam ketika mulut
terbuka, deretan sisik di atas linea lateralis yang bagian depan sejajar denan line
lateralis, sedankan bagian bawah sirip punggung keras, bagian belakang sirip
punggung mirip kearah punggung, deretan sisik dibawah linea lateralis sejajar
dengan poros badan, sirip ekor modifikasi homocercal, berwarna merah darah
pada bagian dorsal. Pinna dorsalis terdiri dari 10 jari-jari keras dan 13-15 jari-jari
lemah, pinna analis terdiri dari 3 jari-jari keras dan 8-19 jari-jari lemah, pinna
pectoralis terdiri dari 14-15 jari-jari lemah. Baris sisik yang terdapat pada tubuh
kakap merah Lutjanus argentimaculatus dapat digunakan untuk membedakan
dengan kakap merah lainnya (Purba, 1994).
Selama siklus hidupnya, kakap merah melakukan dua kali ruaya, ruaya
pertama menuju wilayah pantai di dari daerah pemijahan pada fase larva atau
pada awal fase benih, ruaya kedua bermigrasi ke daerah lepas patai pada fase
remaja atau pada fase dewasa (Russell et al., 2003).
2.1.2 Ikan Kakap Putih
Klasifikasi dari ikan kakap merah menurut FAO (2006) :
Kingdom : Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Pisces
Ordo
: Percimorphi
Famili
: Centropomidae
Genus
: Lates
Spesies : Lates calcariter
Ikan kakap putih memiliki bentuk tubuh memangjang, gepeng, batang sirip
ekor lebar dengan bentuk bulat, mata berwarna merah cemerlan, bukaan mulut
lebar sedikit serong dengan gigi-gigi halus dan tidak memiliki taring, terdapat
lubang kuping bergerigi pada bagian penutup insang, sirip punggung terdiri dari
jari-jari keras sebanyak 3 buah dan jari-jari lemah sebanyak 7 8 buah. Ikan
kakap putih yang berumur 1 3 bulan berwarna terang, selanjutnya ikan kakap
putih yang melewati umur 3 bulan akan berubah menjadi keabu-abuan dengan
sirip berwarna gelap. Badan atau sirip tidak terdapat corak bintik-bintik (FAO,
2006).
Ikan kakap putih merupakan ikan yang memiliki kemampuan toleransi
yang tinggi terhadap kadar garam (Euryhaline). Selain itu, ikan kakap juga
termasuk ikan katadromus (besar di air tawar dan kawin di air laut). Karaktersitik
ikan kakap putih tersebut menyebabkan pembudidayaan dapat dilakukan di laut
ataupun di tambak. Kisaran toleransi fisiologis ikan kakap putih cukup luas,
fekunditas dan pertumbuhannya juga cepat sehingga dalam waktu 6-24 bulan
ikan sudah siap dipanen dengan ukuran 350-2000 gr (FAO, 2006).
Habitat ikan kakap putih (Lates calcarifer) berada di sungai, danau, muara
dan perairan pesisir. Ikan kakap putih di alam memakan krustasea dan ikan-ikan
kecil. Pemijahan ikan kakap putih terjadi di muara sungai, di hilir muara atau
sekitar tanjung pesisir. Ikan kakap putih bertelur setelah bulan purnama dan
bulan baru. Kegiatan pemijahan bergantung dengan musim dan pasang surut air
laut yang membantu penyebaran telur dan larva ke muara (Schipp. Et al., 2007)
2.2 Distribusi Ikan
2.2.1 Ikan Kakap Merah
Ikan kakap merah (Lutjanusargenti maculatus) umumnya menghuni daerah
perairan karang kedaerah pasang surut di muara, bahkan beberapa spesies
cenderung menembus sampai keperairan tawar. Jenis kakap merah berukuran
besar umumnya membentuk gerombolan yang tidak begitu besar dan beruaya
kedasar perairan menempati bagian yang lebih dalam daripada jenis yang
berukuran kecil.
Selain itu biasanya kakap merah tertangkap pada kedalaman dasar antara
4050 meter dengan substrat sedikit karang dan salinitas 3033 ppt serta suhu
antara 5-32C (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, 1991). Jenis yang
berukuran kecil seringkali dijumpai beragregasi di dekat permukaan perairan
karang pada waktu siang hari. Pada malam hari umumnya menyebar guna
mencari makanannya baik berupa jenis ikan maupun crustacea. Ikan-ikan
berukuran kecil untuk beberapa jenis ikan kakap biasanya menempati daerah
bakau yang dangkal atau daerah-daerah yang ditumbuhi rumput laut. Famili
Lutjanidae utamanya menghuni perairan tropis maupun sub tropis, walau tiga
dari genus Lutjanusada yang hidup di air tawar (Baskoro et al. 2004).
Penyebaran kakap merah di Indonesia sangat luas dan hampir menghuni
seluruh perairan pantai Indonesia. Penyebaran kakap merah arah keutara
mencapai Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan serta
Filipina. Penyebaran arah keselatan mencapai perairan tropis Australia, arah
kebarat hingga Afrika Selatan dan perairan tropis Atlantik Amerika, sedangkan
arah ke Timur mencapai pulau-pulau di Samudera Pasifik (Direktorat Jenderal
Perikanan,1983 dalam Baskoro et al. 2004).
Menurut Djamal dan Marzuki (1992), daerah penyebaran kakap merah
hampir di seluruh Perairan Laut Jawa, mulai dari Perairan Bawean, Kepulauan
Karimun Jawa, Selat Sunda, Selatan Jawa, Timur dan Barat Kalimantan, Perairan
Sulawesi, Kepulauan Riau.
2.2.2 Ikan Kakap Putih
Daerah sebaran kakap putih di daerah tropis dan subtropis, daerah pasifik
Barat dan Samudera Hindia, meliputi Australia, Papua New Guinea, Indonesia,
Philipina, Jepang, China, Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapura,
Bangladesh, India, Srilanka, Pakistan, Iran, Oman dan negara-negara disekitar
laut Arab. Penyebaran ikan kakap putih di Indonesia terutama terdapat di pantai
utara Jawa, di sepanjang perairan pantai Sumatera bagian timur, Kalimantan,
Sulawesi Selatan dan Arafuru.
umum ditangkap adalah jenis ikan yang bermigrasi ke daerah pantai, seperti ikan
belanak, julung-julung, udang dan lain-lain.
2.4.2 Pancing Rawai
Rawai (Long Line) terdiri dari rangkaian tali utama dan tali pelampung,
dimana pada tali utama pada jarak tertentu terdapat beberapa tali cabang yang
pendek dan berdiameter lebih kecil dan di ujung tali cabang ini diikatkan pancing
yang berumpan.Rawai yang dipasang di dasar perairan secara tetap dalam jangka
waktu tertentu disebut Rawai Tetap atau Bottom Long Line atau Set Long Line
digunakan untuk menangkap ikan-ikan demersal (Gambar 4.18). Ada juga Rawai
yang hanyut biasa disebut Dript Long Line digunakan untuk menangkap ikanikan pelagis.Bahan tali pancing dapat terbuat dari bahan monofilament (PA) atau
multifilament (PES seperti terylene, PVA seperti kuralon atau PA seperti nylon).
Beberapa perbedaan dari ke dua jenis bahan tersebut dilihat dari segi teknis
diantaranyaBahan multifilament lebih berat dan mahal, mudah dalam
perakitannya dan lebih sesuai untuk kapal-kapal kecil. Bahan multifilament lebih
tahan dan mudah ditangani, sehingga dalam jangka panjang harganya relatif lebih
rendah; Monofilament lebih kecil, halus dan transparan, sehingga dalam
pemakaiannya akan memberikan hasil tangkapan yang lebih baik.
Pelepasan pancing (setting) dilakukan menurut garis yang menyerong,,
atau tegak lurus pada arus. Waktu pelepasan tergantung jumlah basket yang akan
dipasang, diharapkan pada dini hari sehingga settingan selesai pada pagi hari
dimana saat ikan sedang giatnya mencari mangsa.Umpan yang umum dipakai
adalah jenis ikan yang mempunyai sisik mengkilat, tidak cepat busuk Berta
mempunyai rangka yang kuat tidak mudah lepas pada saat disambar ikan.
2.4.3 Pukat Harimau
Trawl atau pukat harimau merupakan alat tangkap ikan modern yang telah
digunakan beberapa puluh tahun yang silam. Namun tidak diketahui dengan pasti
asal-usul tentang alat tangkap ini. Beberapa para ahli memprediksi trawl berasal
dari Eropa Barat dan banyak digunakan di daerah pantai dan lepas pantai pada
abad ke-16 dan ke-17 di sepanjang perairan pantai Perancis. Alat tangkap ini
berasal dari bahasa Perancis yaitu troler dan kata trailing jika diartikan dalam
bahasa Inggris mempunyai arti tarik ataupun mengelilingi seraya menarik.
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Lokasi Praktikum Manajemen Sumberdaya Perikanan
Praktikum ini dilaksanakan pada:
Hari
: Jumat
Tanggal
: 15 Mei 2015
Pukul
: 06.00 - Selesai WITA
Penelitian
: Pengambilan Data Nelayan (wawancara)
Tempat
: PPI Kedonganan
3.2. Alat dan Bahan Penelitian Manajemen Sumberdaya Perikanan
Penelitian Manajemen Sumberdaya Perikanan
NO
1.
ALAT
Alat Tulis
GAMBAR
KEGUNAAN
Mencatat atau menulis
data kuisioner nelayan
2.
Kuisioner
3.
kamera
Untuk mengambil
dokumentasi pada
praktikum manajemen
sumberdaya perikanan
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian
PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan) Kedonganan terletak di barat pulau Bali,
tepatnya di Desa Kedongan, Kecamatan Jimbaran, Kabupaten Badung. Di pangkalan
pendaratan ikan tersebut pula sudah terdapat beberapa instansi pemerintahan yang
berada dikawasan tersebut seperti PPI Kedonganan yang berada di tiap-tiap kampung,
Polisi Perairan, Angkatan Laut dan Cah bandar. Mata pencaharian penduduk lokal
sebagian besar adalah nelayan. Kapal-kapal nelayan tersebut tidak terlalu besar
berkisar antara 5 GT karena dekat dengan daerah fishing ground ikan pelagis seperti
lemuru.
4.2. Potensi Jenis Sumberdaya Ikan
Data jenis-jenis sumberdaya perikanan yang didaratkan di PPI Kedonganan
diperoleh dari wawancara nelayan-nelayan mengenai hasil tangkapan yang diperoleh
setiap kali melaut seperti ikan kembung, tuna, layaran, cakalan, tongkol, dan lain
sebagainya.
Ikan-ikan di PPI Kedonganan semua didaratkan pada keadaan yang masih
segar bisa saja ikan-ikan yang berasal dari PPi Banyuwangi, Madura, dan juga
Klungkung. Apabila produksi ikan tegolong dalam keadaan BS (Barang Sisa) maka
ikan-ikan tersebut akan diolah menjadi tepung yang berada di daerah Negara.
Tabel 1. Jenis-jenis sumberdaya perikanan yang didaratkan di PPI Kedonganan
No
1.
Nama
Nama
Lokal
Layang-
Umum
Ikan
layang
Layang
Nama Ilmiah
Famili
Genus
Carangidae
Decapterus
Gambar Ikan
2.
Tuna
Ikan Tuna
Scombride
Thunnini
3.
Jangki
Pedang-
Ikan
Xiphiidae
Xiphias
pedangan
Todak
Kembung
Ikan
Scombridae
Rastrelliger
Scombridae
Euthynnus
Mollusca
Mastigoteut
sembung
4.
5.
Kembung
6.
Tongkol
Ikan
Tongkol
7.
Cumi-cumi
Cumicumi
8.
Jangki Sulir
9.
Barakuda
his
Ikan
Sphyraenida
Barakuda
Sphyraena
8,000
6,000
4,000
2,000
0
2011
2012
2013
2014
2015
Ta
bel 4.2. Grafik Produksi Ikan Kakap per Tahun
4.4. Sosial Ekonomi Nelayan
Nelayan-nelayan yang terdapat di daerah Kedongan, dominan dari luar daerah
seperti Negara, Banyuwangi, Sidoarjo, dan beberapa daerah lainnya di Jawa Timur.
nelayan tersebut yang masuk ke wilayah Kedonganan akan melapor secara hukum ke
pihak PPI Kedonganan dengan menunjukkan Surat Izin Penangkapan Ikan (SIUP)
didaerah tersebut. Namun pada musim paceklik, nelayan yang beroperasi didaerah
PPI Kedongan adalah nelayan lokal. Nelayan-nelayan didaerah tersebut terbagi
menjadi dua bagian yaitu, nelayan kelompok dan nelayan pribadi, dimana nelayan
kelompok sudah disediakan kapal dan alat tangkap dari pemilik utamanya, sedangkan
nelayan pribadi menyediakan kapal miliki pribadi dan alat tangkapnya serta tidak ada
sistem bagi hasil untuk nelayan lainnya. Hasil yang diperoleh dari tiap-tiap nelayan
berbeda tergantung dari target tangkapan yang diinginkan. Alat tangkap yang
digunakan para nelayan di PPI tersebut umumnya adalah purse seine (pukat cincin)
dengan mta jaring berkisar antara 1 inch bahkan sampai 10 cm dan long line (pancing
ulur) dengan panjang 20-60 m.
Nelayan tradisional biasanya memiliki daerah tangkapan sekitar 4 mil dari
daratan. dan untuk nelayan yang lebih besar daya tampung kapalnya akan cenderung
melaut hingga batas ZEE yaitu 12 mil. Namun karena fishing ground ikan dekat
dengan daerah pesisir, baik kapal dengan kapasitas besar maupun kecil akan melaut
diskitar daerah pesisir. Untuk nelayan kelompok yang memiliki "pengambek" istilah
masyarakat kedonganan bagi orang-orang yang merupakan langganan dari ikan-ikan
yang ditangkap. Dan "pengambek" itulah yang kaan menyediakan bbm, kapal, mesin
kapal, perbekalan selama melaut bagi para nelayan.
Pada hasil penangkapan nelayan tergantung pula pada musim yang terjadi
pada saat penangkapan. Umumnya terdapat dua musim yang terjadi yaitu, Musim
Puncak dan Musim Paceklik. Musim Puncak merupakan musim dimana ikan target
hasil tangkapan sangat mudah ditemui dengan jumlah yang banyak, sedangkan pada
musim paceklik, cenderung hasil tangkapan akan rendah dan harga ikan pun akan
meningkat. Pada saat musim paceklik, pedagang daerah tersebut mendapat kiriman
dari lain daerah sehingga di pasar akan tetap terdapat ikan-ikan yang siap untuk
diperjualbelikan. Berikut adalah data-data yang didapat dari wawancara terhadap
beberapa nelayan di PPI Kedonganan.
Menurut data dari Kepala PPI Kedonganan, Bapak Made Kener, musim
puncak yang biasanya terjadi di PPI Kedonganan dari bulan Mei - Oktober dan
puncak biasanya terjadi pada bulan Juni dan Juli. Pada saat bulan November,
Desember sudah terjadi angin barat sehingga produksi akan menurun hingga bulan
April. Dan pada seminggu sbeelum dan seminggu sesudah tilem (bulan mati) maka
produksi akan meningkat di daerah Kedonganan tersebut. Namun pada saat purnama
produksi ikan akan menurun, dan ikan yang biasanya didapatkan adalah cumi-cumi.
Pada saat pengambilan data dilapangan yaitu pada bulan Mei, angin yang
terjadi adalah angin timur, sehingga angin tidak terlalu kencang namun kondisi
perarian yang lebih bergelombang besar, dan pada saat kondisi tersebut nelayannelayan tidak akan pergi melaut agar tidak berisiko. Dan para nelayan didaerah
tersebut menangkap ikan dengan istilah berburu, karena apabila saat melaut terdapat
segerombolan ikan maka nelayan akan kembali kedarat dengan membawa hasil
tangkapannya ikan, namun apabila saat melaut tidak terdapat segerombolan ikan,
maka nelayan-nelayan akan mendarat dengan topong (tidak mendapat apa-apa).
Tabel 4.3. Hasil Tangkapan Nelayan Menurut Kuisioner
No
Bulan
Jenis Tangkapan
Musim
11 - 2
Ikan
1. Lemuru
(kg)
1500/trip
per Kg
5000/kg
Puncak
Musim
7 atau 8
1. Layar
2. Tongkol
3-4 ekor
25.000/kg
1000/trip
10.000/kg
Jenis Tangkapan
Ikan
1. Plotolan
2. Tongkol
3. Kembung
(kg)
80 ekor
per Kg
1000
50 ekor
5000
50 ekor
5000
Pacekli
k
No
Musim
Bulan
3
Puncak
Musim
9-5
Pacekli
k
No
Bulan
Musim
3 dan 4
Puncak
Musim
Jenis Tangkapan
Ikan
1. Layang-layang
2. Cumi-Cumi
3. Tuna
(kg)
300
per Kg
10.000/kg
600
20.000/kg
900
200
50.000/kg
20.000/kg
1. Layang-layang
2. Cumi-Cumi
30.000/kg
Pacekli
3. Tuna
400
300
Jumlah Tangkapan Harga Ikan
k
No
Bulan
Jenis Tangkapan
Musim
Ikan
1. Kembung
2. Selungsung
Puncak
Musim
12 - 4
Pacekli
k
No
Bulan
Musim
Puncak
Musim
11 - 12
1. Kucing
2. Layang-layang
3. Tongkol
Jenis Tangkapan
Ikan
1. Layang-layang
2. Tongkol
3. Protolan
1. Protolan
60.000/kg
(kg)
50
per Kg
20.000
100
1000
20.000
10.000
25.000
18
12.000
Jumlah Tangkapan Harga Ikan
(kg)
100
per Kg
3.000/kg
50
8.000/kg
200-300
1 ton
2.000/kg
5.000/kg
Pacekli
k
Dari data kuisioner diatas, dapat dilihat perbedaan jenis tangkapan permusim
dari tiap nelayan di PPI Kedonganan berbeda-beda. Pada saat wawancara dengan
beberapa nelayan, dominan nelayan yang bingung mengenai jumlah tangkapan yang
didapatkan tiap melaut pada musim tertentu dan harga pada ikan. Hal tersebut karena
sistem nelayan di daerah tersebut, ada yang berperan sebagai nelayan dan ada yang
sebagai tukang angkut hasil tangkapan. Tukang angkut hasil tangkapan itulah yang
akan berurusan dengan pihak PPI mengenai perhitungan jumlah tangkapan dengan
harga ikan per kg. Musim puncak dan musim paceklik menurut beberapa nelayan pun
berbeda-beda karena ikan tangkapan nelayan juga berbeda. Hasil dari kedua musim
tersebut dilihat dari keberadaan ikan di perairan PPI Kedongan.
Ikan-ikan hasil tangkapan para nelayan akan dilaporkan pada pihak koperasi
yang selanjutnya akan ditimbang dan dicatat keadaan kapal, SIUP, alat tangkap, dan
berapa jumlah yang diperoleh, serta harga dari ikan tersebut. Konflik nelayan pada
umumnya yang terjadi di daerah Kedongan ketika salah satu nelayan memasang
jaring dan jaring tersebut terpotong oleh kapal nelayan lain pada saat malam hari.
Kebiasaan nelayan didaerah tersebut adalah ketika hasil dari tangkapan
tersebut sudah diberikan kepada pengepul, selanjutnya sisa ikan berkisar 10-20
keranjang akan diberikan pada nelayan sebagai ongkos pikul bagi para nelayan.
Upah untuk para nelayan biasanya diberikan langsung dari para "pengambek"
ikan berdasarkan jumlah ikan yang diperoleh yang selanjutnya akan di bagi dengan
kelompok nelayan yang ikut melaut dalam satu kapal. Upah yang diterima oleh para
nelayan pun tergantung dari "pengambeknya", ada yang dibagikan upah per hari dan
ada pula yang perbulan. Bagi kesejahteraan nelayan dan juga layanan kesehatan,
biasanya petugas Puskesmas akan turun langsung ke PPI untuk memeriksa nelayannelayan di daerah Kedonganan, karena dari pihak Puskesmas tidak memiliki kantor
resmi didaerah tersebut.
4.5. Saran Pengelolaan
Subsidi dari pemerintah yang diterima oleh nelayan adalah SPDN (Solar
Paket Dealer Nelayan) dan 2 unit kapal besar berkapasitas 30 GT. Mesin, box, modal
operasional, freezer, alat olah, dan gedung juga diberikan oleh pemerintah untuk
mengolah hasil penangkapan ikan. Semua subsidi pemerintah diberikan melalui
penyuluhan kepada para kelompok nelayan di daerah Kedonganan, bukan secara
perseorangan agar mempermudah dalam mengontrol subsidi pemerintah. Namun
beberapa pedagang didaerah tersebut megeluh agar diberikan subsidi dari pemerintah.
Pengelolaan yang baik bagi para nelayan maupun para pedagang di daerah
PPI Kedonganan adalah baik pemerintah, pihak swasta, maupun pemuda didaerah
tersebut harus melakukan pengamatan dan turun langsung ke masyarakat untuk
mengamati kehidupan sosial nelayan daerah tersebut dalam waktu beberapa minggu
maupun beberapa bulan. Selama ini pemerintah hanya mengamati nelayan dari
kebiasaan nelayan saat melaut, akan lebih baik ketika memahami kehidupan sosial
masyarakat dan berbasis masyarakat. Berbasis masyarakat itu sendiri dengan
mengetahui peran lembaga masyarakat didaerah tersebut, dan potensi-potensi dari
tiap nelayan didaerah tersebut, dan pengembangan berdasarkan pemikiran-pemikiran
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Laporan Evaluasi Bulanan Pendaratan Ikan. Kedonganan: UPT. PPI
Kecamatan Kuta dan Kuta Selatan.
Baskoro. M. S, Ronny. I.W, dan Arief Effendy. 2004. Migrasi dan Distribusi Ikan.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Davis, C.C. 1955. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan: Michigan
University Press.
Djamal, R. dan S. Marzuki. 1992. Analisis Usaha Penangkapan Kakap Merah dan
Kerapu dengan Pancing Prawe, Jaring Nylon, Pancing Ulur dan Bubu. Jurnal
Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan Laut. Balitbang
Pertanian. DepartemenPertanian. Jakarta. No. 68. Hal 11-25.
FAO (2006) Status and trends in mangrove area extent world wide.By Wilkie, M.L.,
Fortuna, S. Forest Resources Assessment Working Paper No. 63.Forest
Resources Division. FAO, Rome (Unpublished)
KLUST, G., 1987. Bahan jaring untuk alat penangkapan ikan. Semarang: Balai
pengembangan penangkapan ikan Semarang.188 hal.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bandung:
Bina Cipta.
Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut
Indonesia. Jakarta: Balai penelitian Perikanan laut. Departemen Pertanian. hal
248.
Zulkarnaen, I. 2007. Pemanfaatan Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.) dengan Bubu di
Perairan Mempawah Hilir, Kabupaten Pontianak. Bandung: Institut Tinggi
Bandung.