5 - Informed Consent Dan Penelitian Kesehatan
5 - Informed Consent Dan Penelitian Kesehatan
5 - Informed Consent Dan Penelitian Kesehatan
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Undang-Undang
Dasar
1945
mengamanatkan
bahwa
pelayanan
kesehatan
dalam
rangka
mempertahankan kesehatan yang optimal harus dilakukan bersamasama, oleh semua tenaga kesehatan sebagai konsekuensi dari
kebijakan. Pelayanan kesehatan di rumah sakit sebagai salah satu
sarana kesehatan yang diselenggarakan baik oleh pemerintah
maupun masyarakat menempatkan tenaga keperawatan sebagai
tenaga kesehatan mayoritas yang sering berhubungan dengan
pasien sebagai pengguna jasa pelayanan rumah sakit. Perawat hadir
24 jam bersama pasien dan memiliki hubungan yang lebih dekat
dengan pasien dibandingkan tenaga kesehatan lain. Pelayanan
keperawatan
berupa
bantuan
yang
diberikan
karena
adanya
suatu
profesi,
sehingga
pelayanan
atau
asuhan
dahulu
Persetujuan
memberikan informed
tindakan
medik
consent kepada
atau informed
pasien.
consent adalah
permenkes
585/Men.Kes/Per/
IX/1989
tentang
consent yang
jelas,
bisa
dikategorikan
kasus-kasus
malpraktek
baru
mulai
bermunculan.
BAB II
PEMBAHASAN
consent
suatu
adalah
tindakan,
persetujuan
seperti
individu
operasi
atau
terhadap
prosedur
kewajiban
untuk
hukum
memberikan
bagi
penyelengara
informasi
dalam
pelayanan
istilah
yang
Persetujuan ini harus diperoleh pada saat klien tidak berada dalam
pengaruh obat seperti narkotika.
Secara harfiah informed consent adalah persetujuan bebas
yang didasarkan atas informasi yang diperlukan untuk membuat
persetujuan tersebut. Dilihat dari pihak-pihak yang terlibat , dalam
praktek dan penelitian medis, pengertian informed consent
memuat dua unsur pokok, yakni:
1.
tersebut,
khususnya
apabila
kegiiatan
ini
memuat
menjawab
pertanyaan
ini
standard)
b.
standard)
c.
standard)
Munurut Permenkes No.585/Menkes/Per/IX/1989, PTM berarti
persetujuan yang diberikan pasien atau keluarganya atas
dasar
penjelasan
mengenai
tindakanmedik
yang
akan
tersebut
disebut
dengan
Informed
Consent
Adanya
kesepakatan
antar
pihak,
bebas
dari
paksaan,
c.
oleh
peraturan
perundang
undangan
serta
hukum
Inggris-Amerika,
akjaran
tentang
informed
manusia
Penghormatan terhadap hak otonomi perorangan yaitu hak
mengobati pasien
Menghindari penipuan dan misleading oleh dokter
Mendorong diambil keputusan yang lebih rasional
Mendorong keterlibatan publik dalam masalah kedokteran dan
kesehatan
Sebagai suatu proses edukasi masyarakat dalam bidang
kepada
profesi
medis
untuk
Menyertakan
publik
Semua
tindakan
terhadap
medik/keperawatan
pasien
harus
mendapat
ada
dasar
pembenarannya
yang
dilakukan
tanpa
sepengetahuan pasiennya.
Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu
kegagalan dan bersifat negatif, karena prosedur medik
modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap tindakan medik
ada
melekat
suatu
resiko
Permenkes
No.
290/Menkes/Per/III/2008 Pasal 3 ).
2.5. Dasar Hukum Informed Consent.
.
Kesehatan
Peraturan
b/Menkes/SK/Per/II/1998 Tentang RS
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 749A/Menkes/Per/IX/1989
Medis di RS
Fatwa pengurus IDI Nomor: 139/PB/A.4/88/Tertanggal 22
Menteri
Kesehatan
RI
No.
159
medis
yang
mengandung
resiko
cukup
besar,
perawat
professional
adalah
dapat
dalam
sebagai
client
untuk
membantu
klien
dan
keluarga
dalam
persetujuan
(informed
consent)
atas
tindakan
of
clients
rights.
sebagai
Apabila
infomasi
sudah
diberikan,
maka
keputusan
2. Risiko
Risiko yang mungkin terjadi dalam terapi harus diungkapkan
disertai upaya antisipasi yang dilakukan dokter untuk terjadinya hal
tersebut. Reaksi alergi idiosinkratik dan kematian yang tak terduga
akibat pengobatan selama ini jarang diungkapkan dokter. Sebagian
kalangan berpendapat bahwa kemungkinan tersebut juga harus
diberitahu pada pasien.
11
tiroidektomi.
Dokter
harus
menjelaskan
prosedur,
terapi
pada
pasien-pasien
tertentu.
Pengadilan
12
oleh dokter. Kejadian yang jarang atau tidak biasa bukan merupakan
bagian dari informed consent.
2.9. Aspek Hukum Informed Consent
Dalam hubungan hukum, pelaksana dan pengguna jasa
tindakan medis (dokter, dan pasien) bertindak sebagai subyek
hukum yakni orang yang mempunyai hak dan kewajiban,
sedangkan jasa tindakan medis sebagai obyek hukum yakni
sesuatu yang bernilai dan bermanfaat bagi orang sebagai subyek
hukum, dan akan terjadi perbuatan hukum yaitu perbuatan yang
akibatnya diatur oleh hukum, baik yang dilakukan satu pihak saja
maupun oleh dua pihak.
Dalam masalah informed consent dokter sebagai pelaksana
jasa tindakan medis, disamping terikat oleh KODEKI (Kode Etik
Kedokteran
Indonesia)
bagi
dokter,
juga
tetap
tidak
dapat
merugikan
pasien,
maka
sudah
dapat
dimintakan
pelaksana
jasa
tindakan
medis
(dokter)
tanpa
adanya
pelaksana
jasa
tindakan
medis
dapat
dituntut
telah
pihak
yang
seimbang
dan
dapat
dipertanggungjawabkan.
Masih banyak seluk beluk dari informed consent ini sifatnya
relative, misalnya tidak mudah untuk menentukan apakah suatu
inforamsi sudah atau belum cukup diberikan oleh dokter. Hal
tersebut sulit untuk ditetapkan secara pasti dan dasar teoritisyuridisnya juga belum mantap, sehingga diperlukan pengkajian
yang lebih mendalam lagi terhadap masalah hukum yang berkenaan
dengan informed consent ini.
14
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Informed
consent
adalah
persetujuan
individu
terhadap
invasif,
berdasarkan
pemberitahuan
lengkap
consent
penyelengara
merupakan
pelayanan
kewajiban
kesehatan
untuk
hukum
bagi
memberikan
didasarkan
atas
informasi
yang
diperlukan
untuk
1.
kelinci
percobaanmedis)
untuk
dimintai
persetujuannya
ini
memuat
kemungkinan
resiko
yang
akan
Kewajiban
dokter
(tenaga
riset
medis)
untuk
Peran
perawat
professional
adalah
dapat
sebagai
dalam
client
DAFTAR PUSTAKA
17