Karet Hilir
Karet Hilir
Karet Hilir
MODUL II
TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN KARET HILIR
Materi
1. Karet Busa Alam
2. Sol Sepatu
3. Pipa Karet Apung
4. Benang karet
5. Ban
6. Sarung Tangan
7. Gelang Karet
8. Serat Sabut Kelapa Berkaret
Kompetensi dasar:
Dapat menguasai konsep dasar dan mengaplikasikan teknologi pengolahan karet hilir
mengenai proses pembuatan alat kesehatan dan laboratorium, perlengkapan kendaraan,
perlengkapan olah raga, perlengkapan teknik industry, perlengkapan alat bayi, perlengkapan
rumah tangga. Alat alat tersebut meliputi karet busa alam,sol sepatu,pipa karet apung, benang
karet, ban kendaraan, sarung tangan, gelang karet, serat sabut kelapa berkaret..
Ringkasan
Karet alam sebagai hasil pengolahan hulu dari lateks dapat diolah menjadi
berbagai produk hilir untuk pembuatan alat kesehatan dan laboratorium,
perlengkapan kendaraan, perlengkappan olah raga, perlengkapan industry, alatalat bayi, alat-alat rummah tangga diantaranya karet busa alam, ban kendaraan,
sarung tangan, sol sepatu, benang karet,pipa karet apung, gelang karet . Proses
pembuatan karet busa alam melalui 5 tahap adalah konversi lateks kebun
menjadi lateks pekat, pembuatan kompon lateks, pengocokan dan pembusaan
kompon lateks dan vulkanisasi kompon lateks, pengeringan karet busa dan
finishing pemotongan dan pengemasan. Proses Pembuatan Sol Sepatu ada 2
tahap yaitu pembuatan kompon dan dilanjutkan dengan proses pembuatan sol
luar sepatu. Tahap tahap proses pembuatan pipa karet apung meliputi
pemurnian lateks, Formulasi Komponen, vulkanisasi, pencetakan pipa dan uji
konstruksi.Pada pembuatan benang karet, proses produksi terdiri dari beberapa bagian,
alam cenderung meningkat terutama untuk perlengkapan tidur dan jok mobil. Selain
diproduksi oleh perusahaan yang telah lama ada, berbagai merek kasur dan bantal dari karet
busa alam pun kini bermunculan, walaupun karet busa alam memiliki banyak keunggulan
namun bahan mentah untuk pembuatannya mahal karena harus benar- benar bersumber dari
karet alam yaitu lateks pekat.
Sentrifuse/pendadihan
Dicetak
Vulkanisasi
Pengepresan
Pengeringan 70 C
Anonim. 2011. Jenis Jenis Karet Alam dalam Usaha Agroindustri Karet,http://
binaukm.com/2011/09/jenis-jenis karet alam dalam usaha agroindustri karet.
Rusadi, H 2008. Rekayasa alsin manufaktur kkaret busa untuk industry.Bogor, Balai
Penelitian Tanaman Karet.
Irfan, M. 2009. Pengeringan karet busa alam. Bogor, Balai Penelitian Tanaman Karet.
r
BAB II. PROSES PENGOLAHAN SOL SEPATU DARI LATEKS SKIM
Pembuatan barang menjadi karet, seperti sol sepatu adalah salah satu upaya untuk
meningkatkan nilai tambah karet alam dan untuk mengembangkan industri berbasis karet
alam dalam negeri. Sol sepatu karet merupakan produk barang jadi karet yang dikataegorikan
sebagai produk karet penggunaan umum. Produk ini memiliki serapan konsumsi karet alam
yang cukup besar sehingga apabila dapat mengembangkan industrinya seperti melalui
mendesain kompon karet dengan biaya yang lebih murah maka berdampak pada peningkatan
konsumsi karet dan dalam negeri.
Sol karet yang bermutu biasanya dibuat dari karet alam. Hal ini disebabkan karet alam
mempunyai beberapa keunggulan, yaitu memiliki kepegasan pantul yang baik, kalor timbul
yang rendah, tegangan putus tinggi, ketahanan retak lentur baik, fleksibel baik, kuat dan
tahan lama, bahkan dapat digunakan pada suhu -60oF. Sifat-sifat inilah yang diperlukan dalam
pembuatan sol karet.
Pada pengolahan lateks dengan cara pemusingan akan dihasilkan limbah berupa
serum atau lateks skim. Serum atau lateks skim masih mengandung partikel karet dengan
kadar karet kering sekitar 4-8%. Dengan kadar karet kering sebesar itu, lateks skim masih
berpotensi diambil karetnya dan diolah menjadi karet skim. Karet skim yang diperoleh akan
digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan sol sepatu dengan formulasi kompon
tertentu. Formulasi kompon disusun sedemikian rupa agar dapat menghasilkan sol karet yang
sesuai untuk jenis sepatu dengan sol lunak (soft sole) dan jenis sepatu dengan sol keras (hard
sole).
Proses Pengolahan
Karet alam adalah jenis karet pertama yang dibuat sepatu. Sesudah penemuan proses
vulkanisasi yang membuat karet menjadi tahan terhadap cuaca dan tidak larut dalam minyak,
maka karet mulai digemari sebagai bahan dasar dalam pembuatan berbagai macam alat untuk
keperluan dalam rumah ataupun pemakaian di luar rumah, seperti sol sepatu dan bahkan
sepatu yang semuanya terbuat dari bahan karet. Sebelum itu usaha-usaha menggunakan karet
untuk sepatu selalu gagal karena menjadi kaku di musim hujan dan lengket serta berbau di
musim panas seperti yang pernah dilakukan oleh Roxbury Indian Rubber Company pada
tahun 1833 dengan cara melarutkan karet alam terpentin dan mencampurnya dengan hitam
karbon untuk menghasilkan karet keras yang tahan air.
Struktur dasar karet alam adalah rantai linear unit isoprene (C5H8) yang berat
molekul rata-ratanya tersebar antara 10.000-400.000. sifat-sifat mekanik yang baik dari karet
alam menyebabkannya dapat digunakan untuk berbagai keperluan umum seperti sol sepatu
dan telapak ban kendaraan. Pada suhu kamar, karet tidak berbentuk kristal padat dan juga
tidak berbentuk cairan. Perbedaan karet dengan benda-benda lain, tampak nyata pada sifat
karet yang lembut, fleksibel dan elastis. Sifat-sifat ini memberi kesan bahwa karet alam
adalah suatu bahan semi cairan alamiah atau suatu cairan dengan kekentalan yang sangat
tinggi. Namun begitu, sifat-sifat mekaniknya menyerupai kulit binatang sehingga harus
dimastikasi untuk memutus rantai molekulnya agar menjadi pendek.
Proses mastikasi ini mengurangi keliatan atau viskositas karet alam sehingga akan
memudahkan proses selanjutnya saat bahan-bahan lain ditambahkan. Banyak sifat-sifat karet
alam ini yang dapat memberikan keuntungan atau kemudahan dalam proses pengerjaan dan
pemakainnya, baik dalam bentuk karet atau kompon maupun dalam bentuk vulkanis.
Karet alam mengandung beberapa bahan antara lain: karet hidrokarbon, protein, lipid
netral, lipid polar, karbohidrat, garam organik, dll. Protein dalam karet alam dapat
mempercepat vulkanisasi atau menarik air dalam vulkanisat. Beberapa lipid ada yang
merupakan bahan pencepat atau antioksidan. Protein juga dapat meningkatkan heat build up
tetapi dapat juga meningkatkan ketahanan sobek. Karet alam lama kelamaan dapat meningkat
viskositasnya atau menjadi keras. Ada jenis karet alam yang sudah ditambah bahan garam
hidroksilamin sehingga tidak bisa mengeras dan disebut karet CV (Contant Viscosity). Karet
alam bisa mengkristal pada suhu rendah (misalkan -26 0C) dan bila ini terjadi, diperlukan
pemanasan karet sebelum diolah oleh pabrik barang jadi karet.
Dalam bentuk bahan mentah, karet alam sangat disukai karena mudah menggulung
pada roll sewaktu diproses dengan open mill/penggiling terbuka dan dapat mudah bercampur
dengan berbagai bahan-bahan yang diperlukan didalam pembuatan kompon. Dalam bentuk
kompon, karet alam sangat mudah dilengketkan satu sama lain sehingga sangat disukai dalam
pembuatan barang-barang yang perlu dilapis-lapiskan sebelum vulkanisasi dilakukan.
Keunggulan daya lengket inilah yang menyebabakan karet dalam pembuatan sol karet yang
sepatunya diproduksi dengan cara vulkanisasi langsung.
Vulkanisasi karet alam sangat baik dalam hal-hal berikut: Kepegasan pantul; hal ini
menyebabkan timbulnya kalor (heat build up) rendah, yang sangat diperlukan oleh barang
jadi karet yang akan mengalami hentakan berulang-ulang. Sifat inilah yang menyebabkan
karet alam selalu dipakai dalam pembuatan ban truk dan kapal terbang yang sulit disaingi
oleh karet sintetik, Tegangan putus, Ketahanan sobek dan kikis, Fleksibilitas pada suhu
rendah, Daya lengket ke fabric atau logam.
Sol sepatu sangat memerlukan sifat-sifat tersebut diatas, karena itu karet alam adalah
pilihan yang tepat. Secara umum sol sepatu membutuhkan kekuatan, ketahanan kikis, dan
ketahanan sobek yang tinggi. Vulkanisat karet alam kuat dan tahan lama bahkan dapat
digunakan pada suhu -600F. Karet alam bisa dibuat menjadi karet yang agak kaku tetapi
masih mempunyai fleksibilitas dan katahanan kikis, ketahanan retak lentur serta kekuatan
tinggi. Hal ini menguntungkan dalam pembuatan sol sepatu karena sol sepatu bisa dibuat tipis
(seperti sol luar sepatu olahraga), sambil tetap menjaga agar tidak merasakan batu sewaktu
berjalan.
Karet yang tidak elastis cenderung sulit untuk dimanfaatkan lebih jauh, oleh karena
itu karet mentah harus terlebih dahulu diproses dengan perlakuan-perlakuan tertentu serta
penambahan bahan-bahan kimia tertentu untuk memperoleh suatu kompon. Kompon
merupakan campuran karet dengan bahan-bahan kimia yang mempunyai komposisi tertentu
dengan cara pencampuran digiling pada suhu tertentu, kompon karet dapat dibuat pada mesin
giling 2 rol atau pada mesin pencampur tertutup (Banbury mixer, Internalmixer). Akan tetapi
Proses Mastikasi
dalam pembahasan makalah ini hanya dibahas tentang kompon sol luar sepatu.
Proses Pembuatan Sol Sepatu ada 2 tahap yaitu pembuatan kompon dan dilanjutkan
dengan proses pembuatan sol luar Pencampuran
sepatu:
Pemasukan Belerang
Lembaran Kompon
Pemberian Bentuk
Proses Vulkanisasi
10
bank, kemudian bahan kimia bentuk serbuk segera ditambahkan kecuali belerang.
Penggulungan dan pemotongan juga dilakukan. Penambahan bahan pengisi dilakukan
sedikit demi sedikit. Langkah terakhir adalah pemasukan belerang. Setelah semua bahan
kimia tercampur, kompon karet yang dihasilkan dipotong dan dikeluarkan dari gilingan,
kemudian dimasukkan gilingan lagi untuk dibentuk menjadi bentuk lembaran dengan
ketebalan sesuai dengan kebutuhan dan biasanya dalam proses ini disebut dengan
Press Moulding.
Pada mesin kempa vulkanisasi, kompon karet diberi bentuk dan divulkanisasi
pada mesin yang sama. Proses vulkanisasi adalah proses pemasakan karet mentah
menjadi vulkanist. Vulkanisasi merupakan proses irreversible (tidak dapat balik) yang
menggabungkan rantai-rantai molekul karet secara kimiawi dengan molekul belerang
membentuk ikatan tiga dimensi. Dalam proses ini menggunakan suhu 150 0C, Sehingga karet
mentah yang semula plastis setelah vulkanisasi berubah menjadi elastis, kuat, dan ulet.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2008. Karet Alam. http://industrikaret.wordpress.com/ (diakses 11 oktober 2011)
Anonim.
2011.
Jenis-jenis
karet
Alam
Dalam
Usaha
Agroindustri
Karet.
http://binaukm.com/2011/09/jenis-jenis-karet-alam-dalam-usaha-agroindustri-karet/
(diakses 10 oktober 2011)
Alfa,A.A., D.Suparto., S.1longgokusumo dan O.Siswantoro.1998. Pemanfaatan Karet Skim
Berkualitas Tinggi Sebagai Bahan Baku Gelang Karet. Jurnal Penelitian Karet,1998,16
(1-3); 22-34.
Arizal, R. 1994. Pengatahuan Dasar Elastomer. Kursus Teknologi Barang Jadi Karet. Balai
Penelitian Teknologi Karet, Bogor. Babbit, R. O.1975.Rubber Handbook. R.T.
Vandebilt Company Inc.J. Tek.Ind. Perl.Vol.11 (1),11-19
Alfa dan Bunasor Blackley, D.C.1966. High Polymer. Latices. Volume 1: Fundamental
Principles their science and Technology. Mac1..aren, London.1966,pp.206-207.
Eko.2008. Karet Alam. http://eckonopianto.blogspot.com/2009/04/karet-alam.html (diakses
10 oktober 2011).
11
Suseno,S dan I. Soedjon.1969. Pengolahan Karet Skim Dengan Teepol Dan Sabun dan
Penjelidikan Sifat-Sifat Karet Skim Yang Diperoleh. Menara Perkebunan, 38 (9/10), 817
Salah satu produk karet yang masih sepenuhnya diimpor adalah pipa apung. Pipa apung
(floating pipe) adalah salah satu produk karet berteknologi tinggi terbuat dari material karet,
kanvas, kawat baja, kawat slinge dan flange. Pipa apung dapat digunakan pada industri
pengerukan (sebagai media untuk mengalirkan pasir, batu karang dan air dari kapal keruk ke
pantai), industri perminyakan (media untuk mengalirkan berbagai jenis minyak dari kapal
tanker ke terminal atau pangkalan dan sebaliknya), penggunaan pipa apung juga pada industri
lepas pantai lainnya seperti on-shore, sub marine hoses range, dock, shore terminal hose, dan
mariculture fish cage (Wahyu, 2004).
2.3.1 Proses Pembuatan Pipa Apung
Dalam proses manufaktur atau pembuatan pipa karet apung ini terdiri atas beberapa
tahap produksi, yaitu tahap pemurnian lateks alam, formulasi komponen, proses vulkanisasi,
penggabungan material penyusun pipa dan uji konstruksi.
PEMURNIAN LATEKS
FORMULASI KOMPONEN
PROSES VULKANISASI
PENCETAKAN PIPA
UJI KONSTRUKSI
12
13
karet. Berikut Tabel 1 menunjukkan formula komponen karet dalam, sedangkan Tabel 2
formula komponen karet luar:
Sebelum karet mentah dicampur dengan bahan kimia, bandela karet terlebih dahulu dipotong
dengan alat pemotong bandela hidrolik atau mekanik menjadi bagian-bagian karet yang
besarnya cukup untuk digiling pada mesin dua rol (open mixer). Potongan-potongan karet
dan bahan pembantu yang diperlukan ditimbang sesuai dengan berat rancangan formula
kompon yang dibuat.
Proses mastikasi merupakan proses pemutusan rantai-rantai karet untuk dicampur
dengan bahan kimia lainnya. Tujuan utama dari proses mastikasi adalah membuat karet
menjadi homogen dan konstan sehingga terbentuk sifat plastis untuk mempermudah
pencampuran antara karet dengan bahan kimia, bahan pengisi dan bahan-bahan lain yang
ditambahkan.
Sedangkan
tujuan
utama
dari
proses
pencampuran
adalah
untuk
menjadikankomponen karet yang telah mengalami proses mastikasi menjadi kompon yang
bersifat elastis. Proses pencampuran ini umumnya dilakukan dengan alat: open mill, banbury
dan dispersion kneader
2.3.1.3 Vulkanisasi
Guna mendapatkan hasil produk karet yang diinginkan maka lateks harus dicampur
dengan berbagai bahan kimia lainnya sebelum dilakukan proses vulkanisasi. Proses
vulkanisasi secara sederhana adalah proses peningkatan karakteristik atau kegunaan karet
dengan jalan pemanasan bersama belerang. Tujuan vulkanisasi adalah menghubungkan secara
kimiawi rantai-rantai karet dengan jalan crosslinks guna membentuk suatu jaringan tiga
dimensi. Dalam vulkanisasi konvensional biasanya terdapat 2 hingga 3 bagian belerang
dalam per 100 bagian komponen karet. Sebelum dilakukan vulkanisasi umumnya guna
mendapatkan hasil produk karet yang berkualitas tinggi maka ditambahkan pula beberapa
bahan kimia antara lain: Bahan pencepat (accelerator) : Thiazole, Sulphenamide, bahan
14
penggiat (activator) : ZnO, Asam Stearat, anti Oksidan, anti Ozonan, bahan pengisi (filler) :
carbon black, bahan pelunak : minyak aromatic, bahan pewarna, bahan peniup : BSH, bahan
pencegah pra vulkanisasi
Proses vulkanisasi umumnya menimbulkan emisi uap yang kaya akan bahan-bahan
organik yang terlepas ke udara. Perlu suatu pengelolaan limbah udara untuk menjaga
kesehatan lingkungan sekitar tempat produksi.
2.3.1.4 Pencetakan Pipa
Setelah proses vulkanisasi dilakukan pencetakan pipa karet apung dengan
menggabungkan material-material lain seperti kanvas, kawat baja, kawat slinge dan flange.
Pencetakan dilakukan menggunakan mesin silinder berputar dengan tahap pelapisan material
secara berurutan mulai dari kanvas hingga kawat baja dan flage. Desain pipa apung perlu
dilakukan untuk mendapatkan bentuk produk serta spesifikasi teknis sesuai dengan keperluan
industri pengguna. Proses pencetakan ini berlangsung dengan sistem batch dengan ukuran
panjang pipa yang sesuai standar dan kebutuhan industri.
2.3.1.5.Uji Konstruksi
Tahapan selanjutnya dari proses produksi pipa apung yaitu pengujian terhadap pipa
apung tersebut. Secara umum pengujian sifat terhadap vulkanisat yang dilakukan adalah
untuk mengetahui kekuatan, ketahanan terhadap lingkungan dan kemantapan dimensi, antara
lain: Uji waktu pematangan (curing test), uji ketahanan kikis (abrasion test), uji tarik
(tension test), uji kekerasan (hardness test), uji berat jenis (density test)
Adapun Uji Mekanik terhadap kekuatan pipa apung itu sendiri dilakukan dengan: uji
tarik, uji tekan, uji tekuk, uji getar, uji adhesive.
2.3.2 Masalah Limbah
Selain kegiatan utama pada proses manufaktur gunama menghasilkan pipa apung, juga
muncul problem atau masalah limbah ke lingkungan akibat sisa proses pada berbagai
tahapankegiatan produksi. Industri pengolahan karet sendiri sebenarnya sejak dari hulunya
sudah banyak menghasilkan limbah terutama cair dan gas. Semenjak persiapan dan
pengangkutan lateks berpotensi menghasilkan limbah lateks itu sendiri. Kemudian saat
pemurnian lateks maka akan menghasilkan limbah berupa serum water dengan kandungan
organik yang cukup tinggi dan berbahaya bagi lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
15
Laporan Akhir RUK (2000). Pembuatan Komposit Matrik Karet Untuk Floating Pipe. Jakarta
: direktorat TPR-TIRBR
Wahyu, P. 2004. Kajian Penerapan Prinsip Produksi Bersih Pada Proses Manufaktur Pipa
Apung. Jakarta : BPPT
16
Compounding Departement
Compound adalah lateks pekat yang telah bercampur dengan bahan kimia. Adapun
bahan kimia tersebut yang dicampurkan ada tiga bentuk, yaitu:
1. Dispersi
Merupakan padatan yang sukarlarut dalam fase cair dengan kata lain mencampur
bahan kimia berbentuk powder yang sukar larut dalam air sehingga proses ini akan
memadukan antara powder tersebut dengan air. Dengan bahan tambahan bahan kimia
tertentu, powder dibuat di wetting powder dimana untuk menghomogenkan digunakan
bahan kimia berikut: sulfur, titanium,wingstay, ZnDBC, zink okside. Dan bahyan
untuk menghaluskan partikel size diproses di griding molteni dengan menggunakan
pompa, kemudian dimasukkan ke dalam trolly lalu ditransfer ke masing-masing tanki
dan dicek ke laboratorium kimia
2. Emulsi
Yaitu cairan yang sukar larut dalam fase cair atau dengan kata lain harus
mencampurkan bahan kimia cair yang tidal larut dalam air, seperti minyak, sehingga
proses ini memadukan antara cairan tersebut dengan air menggunakan bantuan bahan
tertentu yang biasa disebut emulgator.
3. Solution
Solution adalah larutan yang mudah larut dalam fase cair. Bahan ini dapat langsung
dicampurkan dengan lateks pekat.
Tahap-Tahap Pembuatan Compound
Tahapan dalam pembuatan compound ada dua yaitu tahap inaktive compound dan
tahap active compound. Pada tahap inactive compound terdiri atas:
1. Bahan baku utama yaitu lateks pekat
2. Bahan baku penolong yaitu: KOH sebagai stabilisator, dispersi ZnMBT+KOH 50%
sebagai oksidator, dispersi wingstay-L sebagai antioksidan, dispersi TiO2 sebagai
filter, emulsi potassium oleat, emulsi sunproof wax sebagai antioksidan, pewarna,
demin water sebagai pelarut.
Bahan-bahan tersebut kemudian disimpan dalam bentuk dispersi, emulsi, dan solusi
dalam dispersion storage tank, emulsion storage tank, dan solusi storage tank.
Prinsip proses pengolahan inactive ini adalah pencampuran lateks pekat yang sudah
ditimbang dalam weighting lateks tank (WTL) kemudian dialirkan ke inactive compound
tank (ICT) dengan menggunakan pressure. Demin water dialirkan ke inactive compound
dengan menggunakan vacum pump sistem. Setelah dua jam compound diperiksa oleh
chemical laboratory. Kemudian setelah tujuh jam dari pencampuran maka compound
dipindahkan ke active compoun tank (ACT).
17
Didalam tahap active compound, pada active compound ditambahkan bahan kimia
KOH 20% sebagai stabilisator, dispersi ZnDBC 50%, sebagai akselator, dan ZnO 60%
sebagai aktivator.
Prinsip-prinsip proses active ini pencampuran pengaktivan swelling dan maturasi
antara lain:
1. Compound yang ada di inactive tank ditransfer dengan vakum system ke active
compound tank
2. Semua bahan kimia (zat pengaktif) dimasukkan satu per satu ke active compound
kemudian dilakukan maturasi pada temperatur 28-32 0C selama kurang lebih 8 jam
3. Titik akhir maturasi ditandai dengan kesesuaian standart pada pengujian swelling
indeks
4. Compound dianalisa oleh chemical laboratory yang kemudian dilanjutkan pada proses
homogenazing dan proses pendinginan
Tahap Cooling Compound
Bahan yang digunakan adalah bahan yang ada di active compound tank dengan
prinsip pengolahan cooling yaitu pendinginan, menghilangkan buih, dan menghomogenkan
menggunakan vacum system. Penghomogenan menggunakan vacum system antara lain:
1. Compound yang ada didalam compound active tank (ACT) ditransfer ke cooling
compound storage tank (CCST) melalui mesin homogenezer agar benar-benar
homogen
2. Compound diaduk-aduk dengan stirer
3. Compound didinginkan hingga 13 0C selama kira-kira 18 jam
4. Compound siap diolah menjadi benang karet di extruction departement
Extruction Departement
Tugas semua extruction departement adalah mengolah compound yang ada di cooling
compound system tank (CCST) menjadi benang karet sesuai dengan oreder (pesanan) dari
pelanggan. Bagian-bagian proses extruction departement adalah: wet area (acid bath, water
bath), dry area (drying dan curing), talcum area (talcum box), kipas talcum, dan ribboning,
packing area (pengepakan, penimbangan, dan labeling).
Waste Water Departement
18
Tegangan dari pengolahan limbah ini dilakukan agar air limbah dari pabrik industri
karet dapat dikendalikan sesuai dengan persyaratan baku mutu limbah dari pemerintah.
Pengolahan limbah cair dilakukan dengan tiga proses yaitu:
1. Proses kimia
Pengelolaan limbah secara proses kimia terdapat pada; Alkalization basin; dengan
penambahan caustic soda untuk menaikkan pH, neutralization basin dengan
penambahan sulfur acid untuk mencapai pH netral
2. Proses Fisika
Proses limbah cair dengan proses fisika terdapat pada: equalization basin,
sedimentation basin, aerated lagoon, thickening basin, filter station, clarifier basin
3. Proses Biologi
Pengolahana air limbah dengan cara pengembangan bakteri di dalalm aerated lagoon
pada awal pendirian pabrik. Bakteri ini didatangkan dari polcon Italia sesuai asal
lisensi.
Compound pada storage tank
dialirkan ke bottom service tank
Dipompakan ke Top container filter dan top service tank
Compound yang ada pada top service tank turun dan mengalir ke acid bath
Di acid bath, awal pembentukan benang karet melalui capilary (nozzle) menjadi padatan/menggumpal
Benang2 karet yg ada di acid bath dialirkan ke dlm water bath pd temperatur 70 00C, untuk
menghilangkan kadar asamnya hingga mencapai pH netral
19
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2009.
Latar
Belakang
Industri
Tanaman
Karet.
Oktober
2011]
Suprianto. 2010. Tanaman Karet Komplit. http://supriantokomkaret.blogspot.com [9 Oktober
2011]
20
getaran
yang
disebabkan
ketidakteraturan
permukaan
jalan,
melindungi roda dari aus dan kerusakan, serta memberikan kestabilan antara
kendaraan dan tanah untuk menciptakan percepatan dan mempermudah
pergerakan.
21
ban. Jadi dilihat dari samping konstruksi cord adalah dalam arah radial terhadap pusat atau
crown dari ban. Bagian dari ban berhubungan langsung dengan permukaan jalan diperkuat
oleh semacam sabuk pengikat yang dinamakan Breaker atau Belt. Ban jenis ini hanya
menderita sedikit deformasi dalam bentuknya dari gaya sentrifugal, walaupun pada kecepatan
tinggi. Ban radial ini juga mempunyai Rolling Resistance yang kecil. Ban Tubeless adalah
ban yang dirancang tanpa mempunyai ban dalam. Ban tubeless ini diciptakan sekitar tahun
1990.
22
Goodyear Indonesia, Bogor melalui proses yang dilakukan dengan mekanisasi teknologi
tinggi. Standar kualitas, control mutu yang ketat, serta pengawasan pasca produksi dilakukan
agar diperoleh produk dengan kalitas tinggi. Selanjutnya penjelasan lebih rinci tentang
pengolahan ban di PT Goodyear Indonesia, Bogor dapat dijelaskan seperti di bawah ini :
1. Pencampuran Bahan
Pembuatan sebuah ban radial dimulai dengan mempersiapkan berbagai jenis bahan
mentah seperti pigmen, zat-zat kimia, kurang-lebih 30 jenis karet yang berbeda, benangbenang, kawat bermanik-manik (bead wire) dan sebagainya. Proses lalu dimulai dengan
mencampurkan bahan-bahan dasar karet dengan oli proses, warna hitam karbon, pigmen,
anti-oksidan, akselerator, dan berbagai zat tambahan lainnya. Masing-masing dari bahan
ini menambahkan sifat tertentu dari campuran semua dari bahan iaduk dalam blender
raksasa yang dikenal sebagai mesin Banbury. Mesin ini bekerja dengan tekanan dan suhu
yang sangat tinggi. Bahan campuran yang panas, hitam dan lembek ini diproses
berulang-ulang kali.
2. Pencetakan Ban
Setelah itu, karet ini didinginkan ke dalam beberapa bentuk. Biasanya diproses menjadi
lembara-lembaran yang lalu dibawa ke kilang pemisah. Kilang ini memasukkan karet
tadi di antara pasangan penggulung (roller) berulang-ulang shingga menjadi komponenkomponen ban. Mereka lalu dibawa dengan ban berjalan lalu menjadi dinding samping,
telapak ataupun bagian-bagian lain dari ban. Ada jenis karet yang melapisi rajutan
benang yang akan menjadi badan dari ban. Rajutan ini datang dalam rol-rol yang besar
dan mereka juga sama pentingnya dengan mencampur karet yang dipakai. Berbagai jenis
benang dipakai, termasuk polyester, rayon atau nylon. Kebanyakan dari ban untuk
kendaraan penumpang dewasa ini menggunakan badan yang terbuat dari benang
polyester.
3. Kawat Pengikat
Sebuah komponen lainnya yang berbentuk gulungan, disebut bead. Komponen ini
memiliki kawat baja high-tensile yang berfungsi sebagai tulang ban yang akan menempel
pada pinggiran velg mobil. Kawat baja tersebut diselaraskan dengan pita yang dilapisi
dengan karet untuk pelekat, kemudian digulung dan diikat untuk selanjutnya disatukan
dengan bagian ban lainnya. Ban-ban radial dibuat menggunakan satu atau dua mesin ban.
Di bagian dalam sekali dari ban ada dua lapis karet lembek sintetis yang dibuat interliner.
Lapisan-lapisan ini akan mengurung udara dan membuat ban menjadi tubeless.
23
4. Lapisan
Kemudian ada dua lapisan rajutan ply. Dua strip yang dinamakan apex membuat kaku
area pas di atas bead. Lalu ditambahkan sepasang strip chafer, yang dinamakan demikian
karena keduanya mencegah kerusakan yang diakibatkan pinggiran velg ketika ban
dipasang. Mesin perakit ban membentuk ban-ban radial menjadi bentuk yang sudah
sangat dekat dengan dimensi final untuk memastikan bahwa semua komponen yang
berjumlah banyak itu berada dalam posisi yang tepat sebelum ban masuk ke mesin
pencetak.
5. Tapak Ban
Lalu pembuat ban menambahkan sabuk baja yang menahan kebocoran dan menekan
telapak ban ke permukaan jalan. Telapak ban adalah bagian terakhir yang dipasang.
Setelah sebuah pemutar otomatis menjepit semua komponen sehingga menempel kuat
satu dengan yang lain, ban radial yang kini disebut green tire kini siap untuk diperiksa
dan disempurnakan.
6. Pengadukan dan Pemanasan Bahan
Alat penekan curing memberi ban bentuk final serta pola telapaknya. Alat yang panas
seperti setrika membentuk dan memvulkanisir ban. Cetakan ini digrafir dengan pola
telapak, kode-kode di dinding samping sebagaimana diwajibkan oleh peraturan yang
berlaku. Ban-ban dipanaskan dalam temperatur lebih dari 300 derajat selama 12 hingga
25 menit tergantung ukurannya. Begitu mesin pencetak terbuka, ban-ban akan keluar dari
cetakannya dan langsung jatuh ke ban berjalan yang lalu akan membawanya ke bagaian
finish dan inspeksi terakhir.
7. Pemeriksaan
Setelah berakhirnya proses produksi selanjutnya adalah pengetesan. Roda berputar di
tengah, dengan kecepatan yang konstan sebesar 340 km/jam, sebenarnya kecepatannya
tergantung jenis bannya itu sendiri. Jadi ada gesekan ban di roda sehingga seperti
simulasi saat anda berkendara. Kalau ada yang tidak beres dengan ban atau dicurigai
tidak beres, walaupun hanya cacat sedikit, ban itu ditolak (reject). Sebagian dari cacat
bisa dideteksi dengan mata dan tangan pemeriksa yang sudah terlatih, sebagian lagi baru
bisa ditemukan menggunakan mesin-,mesin khusus. Inspeksi tidak hanya dipermukaan
saja. Ada ban yang ditarik dari lini produksi dan diperiksa dengan X-ray untuk
mendeteksi kelemahan-kelemahan yang tersembunyi atau kerusakan-kerusakan internal.
Di samping itu, para teknisi pengendalian mutu secara rutin membongkar ban yang
24
diambil secara acak untuk mempelajari setiap detail dari konstruksinya yang
mempengaruhi performa, kenyamanan dan keselamatan pemakai. Demikianlah cara
menyatukan semua komponen : telapak dan dinding-dinding samping ban, didukung oleh
bodi dan disatukan ke velg oleh manik-manik baja berlapis karet. Apapun detailnya,
bahan-bahan dasarnya sama saja: baja, rajutan, karet dan pekerjaan yang menuntut
kehati-hatian, desain dan rekayasa.
25
sentrifugal, walaupun pada kecepatan tinggi. Ban radial ini juga mempunyai Rolling
Resistance yang kecil.
Ban Tubeless
Ban Tubeless adalah ban yang dirancang tanpa mempunyai ban dalam. Ban tubeless
ini diciptakan sekitar tahun 1990.
2.6 PARAMETER PENGUJIAN BAN
Saat ini pemerintah memberlakukan SNI wajib untuk 5 jenis ban kendaraan bermotor.
Hal ini dilakukan sebagai proteksi dalam menghadapi kerasnya gempuran masuknya produk
ban impor dari cina yang umumnya berkualitas rendah namun berharga murah. Langkah yang
ditempuh untuk mensukseskan program pemerintah tersebut dengan mengembangkan
laboratorium uji ban. Laboratorium tyre testing BPTK Bogor mampu melakukan uji
resiliometer dan plunger tester untuk evaluasi mutu ban mobil berpenumpang, truk ringan
dan ban motor.
Uji Dimensi
Setiap ban harus memenuhi standar dimensi yang sesuai dengan standar dimensi yang
terdapat pada SNI wajib ban atau standar dimensi lain seperti JATMA, ETRTO, TRAA, TRA
dan STRO.
Uji Breaking Energi
Uji ini merupakan uji ketahanan ban terhadap tusukan benda tumpul. Ban ditusuk
dengan menggunakan plunger baja berbentuk bulat dengan ujungnya setengah bulat. Energi
penembusan dihitung dengan rumus W=FxP/2, dimana F adalah gaya (N atau kgf) dan P
adalah jarak penembusan (m atau cm).
Uji Endurance
Uji ini merupakan uji ketahanan ban pada berbagai beban. Ban diputar dengan
menggunakan alat drum test pada kecepatan tertentu dan pada berbagai beban. Ban yang diuji
harus terbebas dari kerusakan-kerusakan seperti: separation, chunking, open slice, cracking,
dan broken cord.
Uji High Speed
Uji ini menggunakan alat yang sama seperti uji endurance, yang membedakan pada
uji ini adalah ban diputar pada beban tertentu dan pada berbagai kecepatan. Ban yang diuji
harus terbebas dari kerusakan-kerusakan seperti: separation, chunking, open slice, cracking,
dan broken cord (Centa,2008).
26
aspal
jalanan.
Pada
komponen
itulah
keselamatan,
pengendalian,
akselerasi, pengereman dan berapa luas area tapak ban yang menempel pada jalan akan
memberikankeamanan pada pengendara. Hal ini penting manakala kita akan mengganti ban
kendaraan entah itu modifikasi ataukarena ban aus, ini yang harus diperhatikan. Pada saat
kita akan mengganti bankendaraan, biasanya kita hanya mengatakan ukuran ban yang akan
kita ganti atau beli,misal ukuran 2.75-17 atau 100/90-18. Karena parameter itu menunjukan
ukuran lebar,tebal dan diameter, tetapi sesungguhnya masih banyak kode maupun symbol
yang harus bikers ketahui agar mendapat ban yang sesuai dengan spesifikasi yang dinginkan
sertamengetahui batasan-batasan yang aman untuk pemakaian.Kita simak dari bagian yang
paling umum dahulu untuk standar sebuah ban (Wikipedia, 2010).
1.Bahan Dasar
Dalam proses pembuatan ban dalam, diperlukan beberapa bahan bahan baku, antara
lain adalah:
a
Karet alam atau polyisoprene merupakan bahan dasar yang berfungsi sebagai
27
g
h
i
j
vulkanisasi.
Activator, membantu vulkanisasi terutama zinc oxide.
Antioxidants dan antiozonants mencegah retaknya dinding samping akibat cahaya
awal,
proses
yang
dilakukan
adalah
28
c. Extruding
Pada tahapan ini, compound dimasukkan ke dalam alat ekstruder yang nantinya akan
dibentuk menjadi ban dalam atau tube. Fungsi dari mesin ekstruder adalah adalah untuk
mencetak atau membentuk lembaran compound menjadi telapak. Pembuatan telapak dalam
ekstruder ini adalah dengan cara memberikan tekanan dan pemanasan dari uap yang
dihasilkan oleh ketel uap.
d. Tube Cutting/Slicing
Pada tahapan ini, tube dipotong sesuai dengan ukuran ban. Proses pemotongan
menggunakan alat yang sudah diatur sesuai standart ban yang diguakan.
e. Curing
Proses curing merupakan akhir dari proses pembuatan ban. Di sini ban mentah dicetak
dengan suhu sekitar 178 Celcius selama kira-kira 8 menit, tergantung ukuran bannya. Keluar
dari mesin curing, ban sudah terbentuk termasuk profil, tulisan merek, tipe, ukuran ban dan
semua informasi yang ada di dinding ban.
f. Controling
Setelah selesai, ban diperiksa secara visual apakah ada cacat atau tidak. Proses ini tentu
saja tidak menggunakan mesin, jadi ketelitian pekerja sangat dibutuhkan. Selain visual,
kontrol juga dilakukan dengan pemeriksaan balance dan menggunakan sinar X. Ban tidak
mungkin bisa 100% balance seperti pelek, namun ada batasannya. Jika melebihi batas, berarti
ada kesalahan pada proses produksi.
2.3.3 Manfaat Ban
Manfaat ban ada bermacam-macam, fungsi asli ban adalah bahan pelengkap di mobil.
Namun, manusia kini mulai kreatif dan bereksperimen untuk memanfaatkan ban ini dengan
bermacam-macam kegunaan. contohnya, ban sebagai alat pelampung, ban sebagai ayunan di
pohon. (http://tolololpedia.wikia.com/wiki/Ban)
DAFTAR PUSTAKA
Centa.
2008.
Mengenal
Karakter
ban
Mobil.
http:
sicentol.wordpress.com/2008/04/21/mengenal-karakter-ban-mobil/(diakses
tanggal 14 Januari 2010)
//
pada
29
Goodyear
Indonesia,
Bogor.
30
31
vulkanisasi belerang hanya mampu disimpan sekitar 3 minggu. Disamping itu lateks alam
iradiasi bebas nitrosamin (bahan penyebab kanker) dan rendah protein, sehingga bila
digunakan untuk barang karet tidak menyebabkan penyakit kanker atau alergi.
TEKNOLOGI LATEKS ALAM IRADIASI
Teknologi Lateks Alam Iradiasi adalah suatu teknologi bagaimana cara membuat/
memproduksi barang-barang karet dari lateks alam iradiasi. Saat ini ada lima cara membuat
barang-barang karet dari lateks alam iradiasi, yaitu dengan cara celup, cara tuang, cara
semprot, cara pelapisan dan dengan cara pembusaan.
Secara rinci adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan barang karet dengan cara celup. Cetakan dimasukkan ke dalam lateks alam
iradiasi, kemudian lateks yang menempel pada cetakan dikeringkan, selanjutnya dilepas
dari cetakannya. Barang barang karet yang dihasilkan dengan cara celup ini mempunyai
ketebalan di bawah 0,5 mm. Barang karet tersebut adalah sarung tangan, balon, kondom,
dll.
2. Pembuatan barang karet dengan cara tuang. Lateks alam iradiasi dituangkan ke dalam
cetakan, kemudian setelah lateks yang melekat pada cetakan kering, dilepas. Barangbarang karet yang dihasilkan dengan cara tuang ini mempunyai ketebalan di atas 0,5 mm,
misalnya topeng, perlak bayi.
3. Pembuatan barang karet dengan cara semprot. Lateks alam iradiasi disemprotkan
melalui lubang kecil, kemudian lateks yang keluar dari lubang kecil tersebut
digumpalkan, dicuci dan dikeringkan. Cara ini hanya bisa dikerjakan oleh industri
menengah atau besar, karena biasanya menggunakan peralatan yang serba otomatis.
Barang karet yang dihasilkan berupa benang karet.
4. Proses pelapisan dengan lateks alam iradiasi. Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk
melapisi suatu benda, yaitu dengan cara mengulaskan lateks alam iradiasi. Dan yang lain
dengan cara menyemprotkan lateks ke permukaan benda. Cara pertama dapat dilakukan
di industri tekstil, yaitu pelapisan kain.
5. Pembuatan barang karet dengan cara pembusaan. Lateks alam iradiasi diberi bahan
pembusa kemudian diaduk sampai lateks tersebut berbentuk busa, lalu dalam keadaan
berbusa lateks digumpalkan. Barang karet yang dihasilkan adalah karet busa.
6.
32
Hemat bahan kimia (hanya 2 macam bahan kimia yang digunakan), hemat energi panas,
dan hemat waktu serta dapat disimpan dalam waktu 6 bulan lebih (lateks alam
vulkanisasi belerang hanya dapat disimpan sekitar 3 minggu).
2.
3.
Lebih mudah didegradasi oleh alam, karena energi aktivitasnya lebih rendah, sehingga
produk karet dari lateks alam iradiasi tidak mencemari dan akrab dengan lingkungan.
33
2. Celupkan cetakan sarung tangan dalam bahan penggumpal, selama 15 detik, angkat dan
balikkan cetakan tersebut, kemudian celupkan lagi ke dalam lateks alam iradiasi balikan
dan ulangi dicelupkan ke dalam lateks alam iradiasi.
3. Kemudian letakkan cetakan lateks alam iradiasitersebut dilantai dan biarkan hingga
kering sendiri,
4. Setelah kering dilepaskan sarung tangan dari cetakan,
5. Rendam sarung tangan tersebut ke dalam air bersih 17 jam, atau direbus selama 1 jam,
kemudian cucilah sampai bersih.
Jemur sarung tangan sampai kering dan kemaslah dalam kantung plastik, selanjutnya siap
dipasarkan
.PEMBUATAN SARUNG TANGAN RENDAH PROTEIN ALERGEN
Pada pembuatan sarung tangan rendah protein bahan yang
digunakan
meliputi
latek
pekat,
amoniak,
belerang,
texapone
angkatan
demi
angkatan
(batch).
Prosedur
ini
pembentuk
sarung
tangan,
yang
sekarang
tertutup
dengan proses
yang
disebut
PEARL
( Protein
and
34
Terdapat dua jenis alergi lateks yaitu alergi tipe I dan tipe IV.
Alergi tipe I adalah reaksi langsung dan berpotensi mengancam
nyawa akibat protein yang ditemukan dalam lateks. Jenis alergi ini
cenderung mengarah pada kondisi serius yang dikenal sebagai
anafi laksis. Anafilaksis ditandai dengan penurunan tekanan darah
secara signifikan yang menyebabkan hilangnya kesadaran.
Tipe kedua alergi lateks dikenal sebagai alergi tipe IV, yang
juga dikenal sebagai dermatitis kontak. Kondisi ini disebut pula
sebagai
reaksi
hipersensitivitas
tertunda
yang
biasanya
atau
dengan
menghirup
partikel
lateks
dari
udara.
35
Mata berair
Keluar ingus
Batuk
Jika reaksi alergi memburuk dan mengarah pada anafi laksis,
maka gejala berikut dapat diamati:
Sesak napas
Dada sesak
Tekanan darah rendah
Kebingungan
Pusing
Susah berbicara
Mual dan muntah
Denyut jantung lemah
(Prasetyo, 2010)
yaitu
antihistamin,
lateks.Selain
kortikosteroid,
itu,
dan
alergi
bisa
suntikan
diobati
dengan
epinefrin.Suntikan
36
. Skema kerja
.1 Pembuatan Dispersi
Bahan kimia
Ditimbang
Masukkan guci yang didalamnya dilengkapi peluru
Tutup rapat
Diletakkan pada wadah berputar (gulungan dispersi)
Putar 20 jam
Hasil
Aduk merata
Simpan 3-5 hari
37
2 Persiapan cetakan
Cetakan
Dicelupkan dalam asam
dan disikat
Bilas
Dicelupkan dalam
koagulan
Keringkan
.3 Proses pencetakan sarung tangan karet
Cetakan
Dicelupkan dalam koagulan
(2x)
Keringkan
Penggulungan
Pencucian
Pemberian powder
Vulkanisir, T=100-120 0 C, selama 40 menit
Striping
Pembersihan powder
Sortasi
Sarung tangan
DAFTAR PUSTAKA
38
terhadap
Bakteri
Aktivitas
Streptococcus
Tanin
dengan
pyogenes
dan
2010.
Pengaruh
Protein
Alergen.
Popy.2006.
Teknologi
Pembuatan
Sarung
Tangan
Karet
http: //habibiezone.wordpress.com/2009/12/07/mengenal-tanaman-karet/
http: //disbun.kuansing.go.id/_uploads/2010/06/budidaya-yanaman-karet.pdf
http://binaukm.com/2010/04/panen-dan-pasca-panen-dala-usaha-budidaya-tanaman-karet/
http: //id.wikipedia.org/wiki/Latek
39
40
c. Pengawetan
.Tabung karet kemudian dipaksa lebih dari tiang aluminium disebut Mandrels, lalu
diberi bedak untuk menjaga agar tidak lengket.Meskipun karet telah divulkanisir pada saat ini
masih agak rapuh dan perlu diolah kembali sebelum menjadi elastis dan dapat digunakan.
Untuk mencapai hal ini kutub dimuat ke rak yang dikukus dan dipanaskan dalam mesin
besar..Pencucian untuk menghilangkan bedak ,lalu tabung karet dimasukan kedalam mesin
lain menjadi irisan karet gelang .
Kegunaan karet gelang
Karet gelang bersifat elastic sehingga berguna untuk membantu pekerjaan ikat
mengikat, bungkusan makanan , kantong plastik berisi gula ,kacang tanah atau bahan
makanan yang lain, menguncir rambut, sebagai penggerak pada bolang baling pesawat
terbang model atau mainan anak anak.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Karet gelang. http://www,madehow.com/volume-1/Rubber-Band,html.(11
oktober 2011)
Rivai, A. 2010. Karet gelang. http://2 kepribadian. Blgspot. Com/2010/04/karet-gelang.html.
(11 oktober 2011)
Tunkid.
2010.
Karet
gelangPenemuan
http://www.kaskus.us/showthread.php (11 oktober 2011).
sepanjang
masa.
41
pendadihan,
penguapan,
dan
elektrodekantasi,
namun
berdasarkan
kemudahan secara teknis dan konsistensi mutunya untuk memproduksi lateks pekat
umumnya dilakukan dengan cara pemusingan.
Bahan yang akan disemprotkan ke dalam pembuatan serat sabut kelapa berkaret
adalah lateks pekat yang sudah dicampur dengan berbagai macam bahan kimia melalui
proses vulkanisasi sehingga menghasilkan kompon. Vulkanisasi adalah suatu proses
mengaplikasikan panas kepada campuran elastomer dan bahan kimia untuk menurunkan
plastisitas dan meningkatkan elastisitas, kekuatan dan kemantapan karet. Bahan yang biasa
digunakan dalam proses vulkanisasi di industri pengolahan karet adalah belerang yang
fungsinya untuk mempercepat kematangan kompon karet. Bahan lainnya yang biasanya
juga digunakan adalah peroksida organik dan damar fenolik.
Selain itu, bahan-bahan kimia yang juga biasa digunakan dalam proses pemekatan
lateks dilakukan melalui proses dispersi. Adapun fungsi bahan pendispersi adalah untuk
membantu dalam proses pembasahan dari bahan yang terdispersi, mengurangi atau
mencegah pembentukan busa serta mencegah terjadinya penggabungan kembali partikel.
Secara khusus bahan kimia yang ditambahkan ke dalam lateks adalah stabilizer,
accelerator, activator, antioxidant dan curing agent. Bahan-bahan kimia yang ada dalam
kompon lateks menurut Goutara, dkk(1985) adalah:
1
Bahan Pemvulkanisasi
Bahan pemvulkanisasi berfungsi untuk mengikat molekul-molekul karet
membentuk jaringan tiga dimensi, sehingga karet mentah yang semula lunak dan plastis,
akan berubah menjadi barang jadi karet yang kuat dan elastis. Bahan pemvulkanisasi yang
biasa digunakan adalah belerang.
42
43
Lateks pekat merupakan produk olahan lateks alam yang dibuat dengan proses
tertentu. Pemekatan lateks alam dilakukan dengan menggunakan empat cara yaitu:
Sentrifugasi, pendadihan, penguapan, dan elektrodekantasi. Diantara keempat cara
tersebut sentrifugasi dan pendadihan merupakan cara yang telah dikembangkan secara
komersial sejak lama.
Pemekatan lateks dengan cara sentrifugasi dilakukan menggunakan sentrifuge
berkecepatan 6000-7000 rpm. Lateks yang dimasukkan kedalam alat sentrifugasi
(separator) akan mengalami pemutaran yaitu gaya sentripetal dan gaya sentrifugal. Gaya
sentrifugal tersebut jauh lebih besar daripada percepatan gaya berat dan gerak brown
sehingga akan terjadi pemisahan partikel karet dengan serum. Bagian serum yang
mempunyai rapat jenis besar akan terlempar ke bagian luar (lateks skim) dan partikel karet
akan terkumpul pada bagian pusat alat sentrifugasi. Lateks pekat ini mengandung karet
kering 60%, sedangkan lateks skimnya masih mengandung karet kering antara 3-8%
dengan rapat jenis sekitar 1,02 g/cm3.
Pemekatan lateks dengan cara pendadihan memerlukan bahan pendadih seperti
Natrium atau amonium alginat, gum tragacant, methyl cellulosa, carboxy methylcellulosa
dan tepung ilesiles. Adanya bahan pendadih menyebabkan partikel-partikel karet akan
membentuk rantai-rantai menjadi butiran yang garis tengahnya lebih besar. Perbedaan
rapat jenis antara butir karet dan serum menyebabkan partikel karet yang mempunyai rapat
jenis lebih kecil dari serum akan bergerak keatas untuk membentuk lapisan, sedang yang
dibawah adalah serum.
Mutu lateks yang dihasilkan ditentukan berdasarkan spesifikasi menurut ASTM
dan SNI. Menurut ASTM lateks pekat dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan sistem
pengawetan dan metode pembuatannya yaitu :
Jenis I : Lateks pekat pusingan dengan amonia saja atau dengan pengawet formaldehida
dilanjutkan dengan pengawet amonia.
Jenis II : Lateks pekat pendadihan yang diawetkan dengan amonia saja atau dengan
pengawet formaldehida dilanjutkan dengan amonia.
Jenis III : Lateks pusingan yang diawetkan dengan kadar amonia rendah dan bahan
pengawet sekunder(Soeharsono, 1978).
44
45
dipisahkan dari sabut kelapa dengan menggunakan mesin pemisah serat. Dari sabut
kelapa dapat diperoleh 227,8 gram serat kering, yang terdiri dari 62,6 gram serat panjang
(bristle), 38,2 gram serat pendek dan medium (mattress), dan 127 gram debu sabut.
Dengan kata lain, kandungan sabut kelapa terdiri atas 35,3% serat panjang dan sedang,
6,9% serat pendek, 49% gabus (serbuk sabut), dan 16,8% bagian yang hilang (Van-Dam,
1997 dan Pujiastuti,2007).
Menurut Martini (2007) serat sabut kelapa memiliki panjang antara 150-350 mm,
bahkan ada yang mencapai 400 mm dengan diameter serat sekitar 0,1-1,5 mm (Djatmiko
et al, 1990). Hasil pengolahan sabut kelapa dari 1000 butir kelapa yang setara dengan
227,8 kg kg sabut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil pengolahan 1000 butir kelapa setara dengan 227,8 kg sabut
Komposisi
1. Bristle fibre
2.
Mattress
Bobot (Kg)
Rendeman
62,6
38,2
%
27,5
16,8
fibre
3. Coir fibre
a. Epicarp
42,6
b. Fibrous dust
6,2
c. Pith (gabus)
78,2
Jumlah
227,8
Sumber: Djatmiko et al (1990); Martini (2007)
18,7
2,7
34,3
100,0
Serat kelapa terdiri dari serat dan gabus yang menghubungkan satu serat
dengan serat lainya (anonym, 2005; Martini, 2007). Serat sabut kelapa sangat elastis
dan tahan terhadap pembusukan (Awang, 1991; Martini, 2007). Adapun komposisi
kimia sabut dan serat sabut kelapa adalah seperti pada Tabel 4.
46
Sabut%
Serat Sabut
%
Air
26,00
5,25
Pektin
14,25
3,00
Hemiselulosa
8,50
0,25
Lignin
29,23
45,84
Selulosa
21,07
43,44
Sumber : Joseph dan Kindangen (1993); Martini (2007)
Menurut Wildan (2010) rasio antara serat panjang, serat medium dan serat pendek
yang dihasilkan berkisar antara 60% serat panjang, 30% serat medium dan 10% serat
pendek. Panjang serat panjang adalah lebih dari 150 mm (dapat mencapai 350 mm),
panjang serat medium antara 50 sampai 150 mm dan panjang serat pendek adalah kurang
dari 50 mm. Ukuran diameter serat kelapa adalah antara 50 hingga 300 m. Serat kelapa
terdiri dari sel serat kelapa dengan ukuran panjang 1 mm dan ukuran diameter 5-8 m
(Van Daam, 2002).
8.4 Pembuatan Serat Sabut
Serat sabut tersebut dapat diperoleh dengan cara melakukan perendaman pada
sabut. Menurut Awang (1991) dan Pujiastuti (2007), ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan dalam pembuatan serat, yaitu:
1. Pemisahan sabut kelapa yang telah masak dari tempurung kelapa.
2. Perendaman dalam bak berisi air, diusahakan di dalam air yang mengalir supaya
terjadi penggantian air yang baik dan kontinyu. Maksud perendaman adalah untuk
melunakan sabut kelapa agar mudah terjadi pemisahan serat-serat dari gabus dalam
sabut kelapa. Apabila lapisan epicarpium dihilangkan, maka lama proses perendaman
hanya 3-5 hari dan bila tidak dihilangkan maka proses perendaman antara 3-6 minggu.
3. Pemisahan serat sabut kelapa dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama pemisahan
serat menggunakan rol berputar dengan sejumlah besar paku sepanjang 4-5 cm. Rol
pemecah (breaker roll) akan berputar dan pakunya merobek sabut kelapa tanpa
47
merusak serat. Tahap ini menghasilkan serat yang berukuran besar, panjang dan
kasar yang disebut bristle fiber.
4. Tahap kedua adalah tahap membersihkan serat kasar melalui proses penggilingan
dengan rol pembersih yang permukaannya terpasang paku-paku yang lebih halus
dari rol pemecah. Tahap ini menghasilkan serat yang lebih halus yang disebut
matress fiber.
8.5 Pembuatan Serat Sabut Kelapa Berkaret (SEBUTRET)
Pembuatan Sebutret meliputi empat proses yakni proses pengolahan sabut kelapa
menjadi serat keriting, proses pengolahan disperse kimia, proses pengolahan lateks dan
proses pembuatan sebutret. Adapun penjelasannya, yaitu sebagai berikut:
1
48
Pada proses ini serat sabut kelapa yang sudah keriting, sesuai ukuran, density dan
ingredientnya kemudian dicetak dalam cetakan secara manual sesuai dengan kebutuhan.
Setelah serat keriting dalam cetakan kemudian disemprot tahap I dengan kompon
menggunakan gunsprayer didorong udara dari kompresor. Setelah terlapis kompon kemudian
dioven (tahap I) selama 1 jam dengan suhu 60OC. Setelah satu jam, kemudian dikeluarkan
dari oven dan semprot tahap II, setelah itu dioven kembali selama 4 jam dengan suhu 8090OC. Dan jadilah sebutret.
49
50
disaring
Lateks Pekat 60 %
ditambahkan
Larutan Kimia yang dibakukan
selama 4 jam menggunakan
homogenizer
Kompon
51
52
53
54
jok mebelair , jok kapal bahkan jok pesawat telah menggunakan aplikasi sebutret .
Kegunaan lain dari sebutret dapat digunakan sebagai aplikasi peredam suara studio
musik yang hasilnya dapat dibandingkan dengan peredam suara sintetis.
Beberapa produk sebutret antara lain :
Kasur dan bantal guling Sabutret
Matras olah raga sebutret / Coir Matrass
Jok sabutret untuk Pesawat, mebel air, dan kapal (Van, 2002).
DAFTAR PUSTAKA
Abednego, J. G. 1990. Pembuatan Kompon Karet. Bogor: Balai Penelitian Teknologi Karet.
Anonim, 2005. Pohon Serba Guna. www.e-smartschool.com.
55
Martini T. 2007. Pengaruh Cara Pengeritingan Serat sabut Kelapa dan Jumlah Karet
Terhadap Karakeristik Serat Sabut Kelapa Berkaret (Sebutret) [Skripsi]. Bogor:
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Maspanger, D., M. Sinurat, dan B. Drajat. 2005. Mengenal Lebih Jauh Teknologi Pembuatan
Barang Jadi Karet. Di dalam. Bogor: Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Vol. 27 no. 1.
Nazaruddin dan F.B. Paimin. 1996. Karet Strategi Pemasaran Tahunan 2000 Budidaya dan
Pengolahan. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.
Palungkun, R. 1999. Aneka Produk Olahan Kelapa. Jakarta: Penebar Swadaya.
Pujiastuti L. 2007. Pengaruh Waktu dan Suhu Vulkanisasi pada Pembuatan Kasur dari Serat
Sabut Kelapa Berkaret [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Rindengan B, Lay A, Novarianto H, Kembuan H dan Mahmud Z. 1995. Karakterisasi
Daging Buah Kelapa Hibrida Untuk Bahan Baku Industri Makanan. Laporan Hasil
Penelitian. Kerjasama Proyek Pembinaan Kelembagaan Penelitian Pertanian Nasional.
Badan Litbang 49p.
Sinurat, M, B. Handoko, A. Alam dan R. A. Arizal. 2000. Teknologi Pembuatan Serat Sabut
Kelapa Berkaret. Bogor: Forum Komunikasi Teknologi Hasil Penelitian Karet Puslit
Karet Medan. Balai Penelitian Teknologi Karet.
Sinurat, M. 2001. Pembentukan Serat Keriting Sebagai Bahan Pembuatan Serat Berkaret.
Bogor: Balai Penelitian Teknologi Karet.
Sinurat, M, B. Handoko, R. Arizal, A. M Santosa, dan D. Suparto. 2001. Peningkatan Mutu
Serat Sabut Kelapa Berkaret dengan Memperbaiki Sistem Vulkanisasi. Bogor: Laporan
Akhir Penelitian, Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor.
Sinurat, M. 2003. Pemanfaatan Serat Sabut Kelapa Berkaret Menjadi Jok Kursi. Di dalam
Prosiding Konferensi Nasional Kelapa V. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan.
Soeharsono, M. 1978. Pengolahan karet (HEVEA Branciliensis). Yogyakarta: Teknologi
Tanaman industry, yayasan Pembina FTP UGM
Van Dam JEG. 1997. Prospect of Coir Technology and Market Development. Di dalam
Evironment friendly Coconut and Coconut Product. Proceeding of the XXXIV Cocotech
Meeting. Manila, Philipines, July 14-18.
Van Dam JEG. 2002. Coir Processing Technologies: Improvement of Drying,Softening,
Belaching and Dyeing Coir Fibre/Yarn and Printing Coir Floor Coverings. FAO and
CFC : Netherlands.
56
Wildan A. 2010. Studi Proses Pemutihan Serat Kelapa Sebagai Reinforced Fiber[Tesis].
Teknik Kimia Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
http://eprints.undip.ac.id/25180/1/achmad_wildan.pdf.[19 Desember 2012].