LAPORAN PENDAHULUAN BRPN
LAPORAN PENDAHULUAN BRPN
LAPORAN PENDAHULUAN BRPN
A. Pengertian
Bronkhopneumonia adalah salah satu peradangan paru yang terjadi pada jaringan paru atau
alveoli yang biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratus bagian atas selama beberapa hari.
Yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda
asing lainnya.
Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan diameter sekitar 3
sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 2006:
805).
Kesimpulan Bronchopneomonia adalah salah satu jenis pneumonia tepatnya pneumononia
lobaris yang penyebaran daerah infeksinya berupa penyebaran bercak dan dapat meluas ke
parenkim paru yang ada disekitarnya.
B. Etiologi
Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya
penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang
normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang
terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan
kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri,
mikoplasma, dan riketsia. antara lain:
a. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
b. Virus
: Legionella pneumoniae
Dimana paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa terjadi konsolidasi di dalam
alveolus yang terserang dan eksudat yang ada pada pleura masih ada bahkan dapat berubah
menjadi pus.
d.
Dimana eksudat lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada struktur
semula.
Bakteri dan virus penyebab terisap ke paru perifer melalui saluran napas menyebabkan reaksi
jaringan berupa edema, sehingga akan mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman. Bagian
paru yang terkena mengalami konsolidasi yaitu terjadinya sel PMN (polimofonuklear) fibrin
eritrosit, cairan edema dan kuman alveoli. Kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibril dan
leukosit PMN di alveoli dan proses fagositosis yang cepat dilanjutkan stadium resolusi dengan
meningkatnya jumlah sel makrofag di alveoli, degenerasi sel dan menipisnya febrio serta
menghilangkan kuman dan debris.
Pathway
Bakteri ,virus,jamur,aspirasi makanan.
Proses peradangan
Edema
antara kaplier dan alveoli
Infeksi saluran pencernaan
Dilatasi pembuluh darah
Peningkatan
suhu
Anoreksia
Diare
Intake kurang
Gangguan keseimbangan cairan dan eletrolit
Suplai O2 menurun
Hipoksia
Hiperventilasi
Metabolisme anaeraob meningkat
Dispneu
Retraksi dada / nafas cuping hidung
Fatigue
Gangguan pola nafas
Intoleransi aktivitas
D. Gejala Klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas
selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan
gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung
kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis.
Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi
(pengisian rongga udara oleh eksudat).
Tanda gejala yang muncul pada bronkopneumonia adalah:
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
1)
Nyeri pleuritik
2)
3)
Takipnea
2)
Krekels, ronki,
Pemerikasaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
a.
Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah
neutrofil).
2) Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan
untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen
infeksius.
3)
Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa.
4)
5)
Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba
Pemeriksaan Radiologi
1) Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal atau
klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus.
2)
Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Keperawatan yang dapat diberikan pada klien bronkopneumonia adalah:
a. Menjaga kelancaran pernapasan
b. Kebutuhan istirahat
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan
d. Mengontrol suhu tubuh
e. Mencegah komplikasi atau gangguan rasa nyaman dan nyaman
Sementara Penatalaksanaan medis yang dapat diberikan adalah:
a. Oksigen 2 liter/menit (sesuai kebutuhan klien)
b. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feeding drip
c. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk transpor muskusilier
d. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Fokus Pengkajian
Usia bronkopneumoni sering terjadi pada anak. Kasus terbanyak sering terjadi pada anak berusia
dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak terjadi pada bayi berusia kurang dari 2 bulan, tetapi
pada usia dewasa juga masih sering mengalami bronkopneumonia.
b.
c.
Riwayat Penyakit
1)
Pneumonia Virus
Didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran nafas, termasuk renitis (alergi) dan batuk, serta
suhu badan lebih rendah daripada pneumonia bakteri.
2)
Didahului oleh infeksi saluran pernapasan akut atau bawah dalam beberapa hari hingga
seminggu, kondisi suhu tubuh tinggi, batuk mengalami kesulitan pernapasan.
d.
penyakit peradangan pernapasan dengan gejala bertahap panjang dan lama yang disertai
wheezing (pada Bronchopneumonia).
e.
Pengkajian Fisik
1)
cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif menjadi produktif, serta nyeri
dada pada waktu menarik nafas pada pneumonia berat, tarikan dinding dada akan tampak
jelas.
2)
Palpasi : Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba
mungkin meningkat pada sisi yang sakit dan nadi mengalami peningkatan.
3)
4)
Auskultasi : Pada pneumoniakan terdengar stidor suara nafas berjurang, ronkhi halus
pada sisi yang sakit dan ronkhi pada sisi yang resolusi, pernafasan bronchial, bronkhofoni,
kadang-kadang terdenar bising gesek pleura.
f.
Data Fokus
1)
Pernapasan
4)
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (pleritis), meningkat oleh batuk, nyeri dada subternal
(influenza), maligna, atralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada posisi yang sakit untuk
membatasi gerakan)(Doengos,2000).
2. Diagnosa keperawatan
a.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli.
sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan toksin
bakteri bau dan rasa sputum, distensi abdomen atau gas.( Doenges, 2000 : 171)
f.
Rencana keperawatan
1.
b.
a)
b)
Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya: mengi, krekels dan
ronchi.
Rasional: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat dimanifestasikan dengan
adanya bunyi nafas adventisius
2)
Rasional: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada
penerimaan atau selama stress atau adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat
melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
3)
Berikan posisi yang nyaman buat pasien, misalnya posisi semi fowler
Rasional: Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dipsnea
dan menurunkan jebakan udara
5)
upaya batuk.
Rasional: Batuk dapat menetap, tetapi tidak efektif. Batuk paling efektif pada posisi
duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi dada.
6)
(adrenalin, Vaponefrin).
b)
Intervensi :
1)
Rasional: Manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat keterlibatan paru dan
status kesehatan umum
2)
Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis.
Rasional: Sianosis menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam atau
menggigil dan terjadi hipoksemia.
3)
Rasional: Takikardi biasanya ada karena akibat adanya demam atau dehidrasi.
5)
Awasi suhu tubuh. Bantu tindakan kenyamanan untuk mengurangi demam dan
menggigil.
Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam, dan batuk
efektif
Rasional: Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran
sekret untuk memperbaiaki ventilasi.
7)
b)
Intervensi :
1)
Rasional: Kecepatan biasanya meningkat, dispnea, dan terjadi peningkatan kerja nafas,
kedalaman bervariasi, ekspansi dada terbatas.
2)
Rasional: Bunyi nafas menurun atau tidak ada bila jalan nafas terdapat obstruksi kecil.
3)
4)
Rasional: Memudahkan upaya pernafasan dan meningkatkan drainage sekret dari segmen
paru ke dalam bronkus.
8)
b)
c)
Intervensi :
1)
2)
b)
c)
Intervensi :
1)
Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin, bantu
kebersihan mulut.
Rasional: Bunyi usus mungkin menurun bila proses infeksi berat, distensi abdomen
terjadi sebagai akibat menelan udara dan menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada
saluran gastro intestinal
5)
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan makanan yang mudah dicerna,
:metode makan den kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau kebutuhan
individu.
6.
hidup sehari-hari.
Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktifitas.
Hasil yang diharapkan :
a)
b)
Intervensi :
1)
Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama fase akut.
Jelaskan
pentingnya
istitahat
dalam
rencana
pengobatan
dan
perlunya
Pelaksanaan
Adalah mengelolah dan mewujudkan dari rencana perawatan meliputi tindakan yang
Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang menyediakan nilai informasi
mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil
yang diamati dengan kriteria hasil yang telah di buat pada tahap perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA
Martin tucker, Susan. 2000. Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan, Diagnosis, Dan
Evaluasi halaman 247.EGC: Jakarta.
Mansjoer,
Arif.2000. Kapita
Selekta
Kedokteran.
Edisi
ke
Jilid
ke
2.
Media