Laporan PKL
Laporan PKL
Laporan PKL
Disusun Oleh :
Nama : Sri Lestari
Nim : 4311412073
Prodi : Kimia
Halaman Pengesahan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
3
laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dengan judul Verifikasi Metode Uji
Sulfida Dengan Biru Metilen Secara Spektrofotometri .
Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, dan saran
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan PKL ini. Ucapan terima kasih
penulis tujukan kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam segala hal sehingga
laporan ini dapat terselesaikan.
2. Bapak Prof. Dr. Fathur Rokhman selaku Rektor UNNES.
3. Bapak Prof. Dr. Wiyanto, M.Si selaku Dekan FMIPA UNNES.
4. Ibu Dra. Woro Sumarni, M.Si. selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA UNNES.
5. Bapak Drs. Eko Budi Susatyo, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing PKL.
6. Direksi Balai Besar Teknologi Pancegahan Pencemaran Industri (BBTPPI)
Semarang.
7. Bapak Drs. Budi Nur Prasetyo, M.Si selaku Kepala Bidang Penilaian dan
Sertifikasi yang telah memberikan izin PKL di laboratorium BBTPPI
Semarang.
8. Bapak Armas Arifin Arbunowo, S.Si. selaku Pembimbing PKL yang
senantiasa
membimbing
dan
memberi
pengarahan
selama
10. Ittaqa khusnul, dhewi gandaningrum, hani pertiwi, dan solikhah, selaku
teman seperjuangan PKL yang selalu memberikan semangat dan
dukungan.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas
sumbangan baik moral maupun spiritual demi terwujudnya penulisan
laporan PKL.
12.
Penulis
20. ABSTRAK...................................................................................................
21. KATA PENGANTAR...................................................................................
22. DAFTAR ISI................................................................................................
23. DAFTAR TABEL.........................................................................................
24. DAFTAR GAMBAR.....................................................................................
25. DAFTAR LAMPIRAN................................................................................
26. BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................
1.1.1
1.1.2
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
Sulfida................................................................................................................
2.2.2
2.2.3
Spektrofotometer...............................................................................................
2.2.4
Metode Analisis.................................................................................................
2.2.5
Verifikasi Metode..............................................................................................
2.2.6
Pengolahan Data................................................................................................
3.8.2
4.3 Pembahasan.........................................................................................................
37.
38...................................................................................................BAB V : PENUTUP
5.1 Kesimpulan..........................................................................................................
5.2 Saran....................................................................................................................
39. DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
40. LAMPIRAN................................................................................................
41.
42.
8
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55. DAFTAR TABEL
56.
57. Tabel 1. Data Kalibrasi Larutan Standar Sulfida.........................................
58. Tabel 2. Data Uji Verifikasi Standart Sulfida..............................................
59. Tabel 3. Hasil Uji Linearitas Kadar Sulfida................................................
60. Tabel 4. Hasil Standar Deviasi, %RSD, dan %CV......................................
61.
10
10
11
97.
12
98. BAB I
99. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.1.1 Latar Belakang Umum
100.
Ilmu kimia merupakan salah satu bidang ilmu yang secara
langsung menentukan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pemanfaatan ilmu dan teknologi melalui praktik industrialisasi mampu
menciptakan suatu tatanan kehidupan dan kesejahteraan umat manusia
yang semakin baik.
101.
Pengetahuan yang diperoleh mahasiswa di bangku kuliah
harus juga dilengkapi dengan pengetahuan tetnang kondisi lapangan yang
sesungguhnya. Menyadari realita tersebut, maka setiap mahasiswa tidak
dapat hanya mengandalkan teori dan praktik di pendidikan formal, tetapi
juga harus mau dan siap untuk menghadapi kenyataan yang ada di
lapangan khususnya dunia kerja. Hal ini dimungkinkan karena mahasiswa
dapat melihat dan terjun langsung dalam penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi di lapangan. Oleh karena itu, Praktik Kerja Lapangan (PKL)
dipandang sebagai solusi yang tepat untuk permasalahan di atas.
102.
Dalam melaksanakan PKL, mahasiswa juga
akan
Dalam baku mutu air limbah, apabila limit deteksi lebih besar dari baku
mutu maka metode tersebut tidak boleh digunakan. Untuk itu diperlukan
suatu metode alternatif yang dapat digunakan dalam menganalisa
kandungan sulfida dengan konsentrasi rendah.
110. Metode biru metilen dapat dipilih sebagai alternatif untuk
menguji sulfida dalam konsentrasi rendah. Kemudian metode ini di
Verifikasi agar dapat diterapkan dalam laboratorium pengujian. Hasil
analisis yang diperoleh haruslah valid karena metode akan digunakan
pada kondisi laboratorium yang berbeda.
111.
1.2 Rumusan Masalah
112. Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
permasalahan yang muncul adalah apakah metode biru metilen secara
spektrofotometri dapat dijadikan sebagai metode alternatif untuk uji
sulfida berkadar rendah?
113.
1.3 Tujuan
1.3.2
Tujuan Khusus
115.
1.4.2
-
1.5 Pelaksanaan
117.
Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan di Laboratorium Air
dan Air Limbah Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri
(BBTPPI), Jawa Tengah mulai 19 Januari 20 Februari 2015. Selama
kurang lebih satu bulan tersebut terdapat beberapa kegiatan yang
dilakukan mulai pukul 07.30 WIB 16.00 WIB dan waktu istirahat pada
pukul 12.00 WIB 13.00 WIB.
118.
1.6 Pengumpulan Data
119.
1.6.1
Pengujian
120.
:
Metode pengujian, yaitu praktikan melakukan
Wawancara (Interview)
122. Wawancara dilakukan secara langsung dengan
petugas atau staf mengenai cara kerja, jenis contoh dan segala hal
yang berkaitan dengan metode uji analisis dan proses yang
1.6.4
dilakukan di Laboratorium.
Studi Pustaka
123. Metode studi pustaka atau pengumpulan data
sekunder ini merupakan metode pelengkap. Metode ini dilakukan
dengan mencari data mengenai verifikasi metode uji sulfida secara
spektrofotometri di BBTPPI Semarang selama satu bulan serta
data-data lain mengenai pengujian sampel menggunakan instrumen
secara umum dan khusus yang diperlukan sebagai tambahan
referensi kerja maupun laporan.
124.
125.
126.
127.
128.
129.
130.
131.
132.
133.
134.
135.
136.
137.
138.
139. BAB II
140. Tinjauan Pustaka
2.1 Tinjauan Umum
2.1.1. Sejarah Singkat
141.
Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri
Semarang yang lebih dikenal sebagai BBTPPI Semarang adalah Balai
Besar bidang litbang teknologi pencegahan pencemaran industri
dibawah Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri (yang
sejak bulan Oktober 2010 merupakan nama baru dari Badan Penelitian
dan Pengembangan Industri) Kementerian Perindustrian sesuai dengan
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 47/M-IND/PER/6/2006 tanggal
29 Juni 2006.
142.
Riwayat singkat Balai Besar Teknologi Pencegahan
Pencemaran Industri Semarang
143.
1962 1964
Yogyakarta.
1964 1971 :
145.
Kimia.
1975 1980
Sebagai
Unit
Penelitian
dan
Unit
Pelaksana
Teknis
149.
Industri.
150.
2.1.2. Visi dan Misi
151.
Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri
Semarang memiliki visi dan misi sebagai berikut :
1. Visi
Menjadi pusat unggulan (center of excellence) untuk litbang
teknologi dan layanan teknis dibidang pencegahan pencemaran
industri untuk mendukung pembangunan industri yang berkelanjutan
berorientasi pada kualitas produk dan pelestarian alam
2. Misi
1) Memberikan layanan teknis dalam mendukung pengembangan
industri yang berorientasi pada teknologi, jaminan mutu dan
akrab
lingkungan
melalui
penelitian
dan
pengembangan,
pencegahan
pencemaran
industri
secara
Melaksanakan
kegiatan
penelitian,
pengembangan,
10
2. Fungsi
1. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan dalam bidang teknologi
bahan baku, bahan pembantu, proses, produk, peralatan, dan
pencegahan pencemaran industri.
2. Pelaksanaan rancang bangun dan perekayasaan peralatan proses,
alih teknologi dan konsultansi untuk membantu pengembangan
industri guna meminimalisasi dan mencegah pencemaran akibat
industri.
3. Pelaksanaan layanan teknis pengujian mutu bahan baku, bahan
pembantu, produk akhir, hasil ikutan dan limbah industri serta
sertifikasi dan kalibrasi.
4. Pelaksanaan pemasaran,
kerjasama,
pengembangan
dan
11
12
Mempunyai
kearsipan,
tugas
melakukan
perjalanan
dinas,
urusan
rumah
surat
tangga,
tugasnya,
Bidang
13
14
184.
produksi
bersih,
serta
rancangan
bangun
dan
perekayasaan.
b. Seksi Bioteknologi Lingkungan
186.
15
189.
16
17
18
Control,
proseccing,
finishingend
produk
berbagai
komoditi.
198.
7. Jasa Kalibrasi
199.
19
Adapun
mengenai
tarif
mengacu
pada
Peraturan
dengan tingkat racun yang sangat tinggi lima sampai enam kali lebih
beracun dari karbon monoksida. Dapat larut dalam air maupun Hidrogen
cair. (Albert dan Santika, 1984)
203.
20
204.
sulfida (H2S), yang terbentuk karena adanya proses reduksi senyawa sulfur
yang terjadi di bawah permukaan air danau dan lapisan bentik di badan air
yang teraduk perlahan di bawah kondisi kekurangan oksigen. Hidrogen
sulfida sangat toksik dan dapat menurunkan kualitas air suatu perairan.
Badan air yang digunakan untuk sanitasi, keperluan higienik dan
perikanan harus bebas dari kandungan hidrogen sulfida (UNESCO &
WHO, 1978).
205.
beracun, mudah terbakar dan berbau seperti telur busuk. Gas ini dapat
timbul dari aktivitas biologis ketika bakteri mengurai bahan organik dalam
keadaan tanpa oksigen (aktivitas anaerobik), seperti di rawa, dan saluran
pembuangan kotoran. Gas ini juga muncul pada gas yang timbul dari
aktivitas gunung berapi dan gas alam. (Wikipedia, 2013)
207.
21
memiliki berat jenis yang lebih besar dari udara. Gas ini dapat
melumpuhkan sistem pernafasan dan dapat membunuh dalam sekejap.
Pada konsentrasi rendah H2S memiliki bau yang menyengat seperti telur
busuk. Pada konsentrasi yang tinggi bau tidak dapat cium lagi karena gas
tersebut secara cepat mematikan indra penciuman dan mematikan sistem
saraf kita. Gejala-gajala yang timbul akibat terhirup gas H 2S pada
konsentrasi yang rendah baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama
sebagai berikut: pusing, mual, rasa melayang, gelisah, mengantuk, batukbatuk, rasa kering dan nyeri dihidung, tenggorokan dan dada. Bahaya
utama dari gas ini adalah kematian akibat menghirup. Bilamana jumlah
gas yang teresap kedalam sistem peredaran darah melampaui kemampuan
oksidasi dalam darah maka akan menimbulkan keracunan terhadap sistem
saraf . sesak nafas ini terjadi secara singkat dan diikuti kelumpuhan
(praliysis)
pertambangan
dan
industri
pelokimia,
tempat
Gas
Hydrogen
Sulfide
(H2S)
sangat
beracun
dan
22
Karateristik H2S :
Sangat beracun dan mematikan
Tidak Berwarna
Lebih Berat dari udara sehingga cenderung berkumpul dan
211.
23
2.1.3
Spektrofotometer
214. Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang
24
Metode Analisis
216. Analisa sulfida dapat menggunakan SNI 6989.70_2009
218.
219.
220.
(SNI 6989.70:2009)
25
2.1.5
Verifikasi Metode
221.
ketepatan,
Metode analisis
ketelitian,
spesifisitas,
sensitivitas,
kemandirian,
dan
26
224.
2.1.6 Pengolahan Data
2.1.6.1 Standar Deviasi dan RSD
225.
226.
227.
230.
229.
Keterangan :
231.
SD = standar deviasi
232.
27
233.
x = nilai rata-rata
234.
n = jumlah ulangan
235.
236.
rumus :
238.
239.
28
242.
Limit
deteksi
metode
adalah
jumlah
atau
konsentrasi terkecil suatu analit yang masih dapat diukur dan yang
mempunyai tingkat kepercayaan 98%. Perhitungan :
243.
244.
Standart Devisiasi :
245.
246. Limit Deteksi Metode (LDM) = t (99%,n-1) x SD
247. ( BPTPPI, 2011)
248.
249.
250.
251.
252.
253.
254.
255.
256.
257.
BAB III
29
258.
PROSEDUR PENGUJIAN
N,N
dimetil-p-fenilendiamin
([(CH3)NC6H4NH2]2.H2C2O2
CAS
No.62778-12-5,
oksalat
Mr
30
31
3.3.2
segera
278.
Kondisi Penyimpanan : 4C 2C
279.
3.5 Persiapan pengujian
3.5.1 Pembakuan Larutan Natrium Tiosulfat dengan Kalium Dikromat
280. Memasukkan 10 mL larutan kalium dikromat 0.025
N dalam Erlenmeyer. Memasukkan 10 mL kalium iodide 20%.
Menambahkan 2.5 mL asam klorida 1:1. Menitrasi dengan natrium
tiosulfat 0.025 N sampai bewarna kuning muda. Menambahkan 3
32
3.5.2
33
34
291.
292.
3.8.2
35
36
302.
Mengambil 10 mL laruta 303.
induk sulfida 100 mg/L dalam labu ukur 100 mL. Tepatkan sampai ta
304.
305.
306.
307.
308.
Mengencerkan
3 dalam
ml
larutan
induk
dengan
engencerkan
2 ml
larutan
induk
dengan
ke
labu
ukur 50
ml. akuades ke dalam lab
an
1 ml larutan
induk
dengan
akuades
keakuades
dalam labu
ukur
50
ml.
309. memasukkan dalam labu ukur 100 mL. tepatkan sampai tanda tera de
engambil 0.75 g Na2S.9H20.
310.
311.
n
induk dengan
akuades
dalam
labu ukur
50 ml.
engencerkan
5 ml
larutankeinduk
dengan
akuades
ke dalam labu ukur 50 ml.
312.
313.
314.
315.
316.
317.
318.
BAB IV
321.
Standar
322.
Konse
323.
324.
Abso
37
No.
325.
326.
STD 1
ntrasi
327. 0.0000
328.
rbansi
329. 0.000
1
330.
331.
STD 2
332.
333.
334.
0.182
2
335.
336.
STD 3
337.
338.
339.
0.364
344.
0.546
3
340.
341.
STD 4
342.
mg/L
45mg/L
3
343.
4
345.
346.
STD 5
347.
348.
349.
0.728
5
350.
351.
STD 6
352.
353.
354.
0.508
6
355.
356.
Sampel 2-1
359. Absor
bansi
362. 0.201
1
363. 364.
Sampel 2-2
365.
0.199
2
366. 367.
Sampel 2-3
368.
0.197
3
369. 370.
Sampel 2-4
371.
0.207
4
372. 373.
Sampel 2-5
374.
0.209
5
375. 376.
Sampel 2-6
377.
0.200
6
378. 379.
Sampel 2-7
380.
0.200
Sample ID
38
381.
382.
383.
4.2 Analisis Data
384. Analisis data dilakukan dengan menghitung harga RSD yang
merupakan standar pengujian untuk mengetahui kontrol kerja yang kita
lakukan, yang diberlakukan oleh laboratorium instrumentasi BBTPPI
Semarang. Kemudian linearitas digunakan untuk mengetahui kemampuan
metode analisis memberikan respon secara langsung atau dengan bantuan
transformasi matematik yang baik, proporsional terhadap konsentrasi analit
dalam sampel.
385.
4.2.1 Linearitas Spektrofotometer UV-VIS
386.
387.
Konsentrasi (mg/L)
389.
0,0000
391.
1,0000
393.
2,0000
395.
3,0000
397.
4,0000
399.
5,0000
401.
388.
Absorbansi (A)
390.
0,000
392.
0,105
394.
0,202
396.
0,307
398.
0,431
400.
0,508
39
402.
Kurva Standart
0.6
0.5
f(x) = 0.1x + 0
R = 1
0.4
Abs 0.3
0.2
0.1
0
Cons (mg/L)
403.
404.
konsentrasi maka semakin besar pula nilai absorbansi yang dihasilkan dengan
mengalurkan nilai absorbansi terhadap konsentrasi didapatkan kurva standar
dengan R= 0,9978 sehingga dengan kurva ini dapat digunakan untuk penentuan
40
kadar logam sulfida dalam sampel. Kurva standar ini baik karena memiliki harga
R 0,995 (SNI 6989.70:2009).
4.2.2
406.
407. Xi
N
(SAMPEL)
O
412.413. 0.353
1.
421. 422.
2.
427.
3.
433.
4.
439.
5.
445.
6.
451.
7.
457.
408. (Xi
Xn)2
414.
(-
409.
SD
415.
416.
7.7
410. %
RSD
411. Tab
el Horwizt
417.
418.
419.
420.
2.
11.
0.349
0.002)
423. (0.006)
6 x 10-3
186 %
43%
428.
0.347
429.
(0.008)
2
434.
0.354
435.
(0.009)
2
440.
0.367
441.
(0.012)
2
446.
0.351
447.
(0.004)
2
452.
0.351
453.
(0.004)
2
458.
Xn =
0.355
459.
Tot
361.10-6
463.
4.3 Pembahasan
464.
41
Pada saat pengujian sampel apabila sampel tidak dapat segera di uji
maka sampel harus diawetkan, pada saat pengawetan pH diatur hingga lebih besar
dari 9 Karena sulfida di air akan bereaksi sesuai reaksi kesetimbangan dibawah :
467.
468.
gas H2S yang berbau busuk menjadi HS- dan S2- yang tidak berbau dan non
volatile. Menurukan pH akan mengeser kesetimbangan ke kanan, mengubah HS dan S2- yang tidak berbau dan non volatile menjadi gas H2S. Sehingga itulah
gunanya pengaturan pH.
469.
terlarut (S2-, HS-, dan H2S(aq)) di air tergantung terutama pada pH dan sedikit
42
H2S(aq)
Pada pH 9, sekitar 99 % dalam bentuk HS-.
S2- menjadi terukur di atas pH 10.
470.
471.
(Eugene R. Weiner)
43
44
476.
mgS2-/L = [(A x B) (C x D) ].
16000
V
Keterangan :
477.
478.
(mL)
45
479.
milliliter (mL)
480.
481.
milliliter (mL)
482.
483.
484.
Verifikasi Metode
Linearitas
sekurang-kurangnya
sebanyak
lima
standar.
46
pengaruh matriks pada larutan yang dianalisis. Nilai intersep yang semakin
jauh dari nol dipengaruhi oleh matriks dalam larutan yang semakin besar.
Hal ini dapat mengganggu penentuan analit. Persamaan regresi kurva
standar mempunyai intersep yang mendekati nol, yaitu 0.00011 sehingga
matriks contoh tidak terlalu mempengaruhi penentuan kadar sulfida.
Sedangkan nilai kemiringan garis (b) menunjukkan sensitivitas suatu
metode. Nilai kemiringan garis yang besar menunjukkan bahwa perubahan
konsentrasi yang kecil sangat berpengaruh terhadap sinyal detektor yang
dihasilkan, sehingga metode dapat dikatakan mempunyai sensitivitas yang
sangat baik.
487.
488.
47
489.
490.
Presisi (Ketelitian)
dari tiap individu ketika metode tersebut diterapkan berulang kali pada
berbagai pencuplikan suatu contoh homogen. Ketelitian dapat dinyatakan
dengan dua cara, yaitu keterulangan dan ketertiruan. Syarat metode
tersebut baik atau tidak digunakan persamaan koefisien variasi Horwitz
sesuai AOAC (Association of Official Analytical Chemist 2005).
491.
492. RSD =
493.
SD
Xn
X 100%
tidak baik ketelitian pada pengukuran, karena simpangan baku yang besar
menunjukkan bahwa data pengukuran tersebar. Pengujian dilakukan
dengan metode repeatability (pengulangan) sehingga diperoleh ketelitian
48
dengan mengukur respon sampel beberapa kali lalu dihitung nilai simpangan baku
dari respon sampel (Harmita 2004)
499. Menurut SNI 6989.70:2009 tentang cara uji sulfida dengan biru
metilen secara spektrofotometri limit deteksi terletak pada kisaran konsentrasi
49
0.02 mg/L. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai limit deteksi sebesar 0.0204
mg/L atau 0.02 mg/L. Nilai yang diperoleh sama dengan baku mutu yang
ditetapkan sehingga metode ini cocok untuk menganalisis sulfida dalam kadar
rendah.
500.
501.
502.
503.
504.
505.
506.
507.
508.
509.
510.
511.
512.
513.
514.
50
515.
516. BAB V
517. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
518.
Dari data pengujian diperoleh nilai linearitas sebesar
0.99770, nilai presisi meliputi nilai %RSD sebesar 2.186% dan CV
Horwitz sebesar 12.43% dan limit deteksi sebesar 0.02 mgS 2-/L
sehingga metode biru metilen secara spektrofotometri dapat
dijadikan sebagai metode alternatif untuk uji sulfida berkadar
rendah di Laboratorium Pengujian.
519.
5.2 Saran
520.
Apabila metode ini akan digunakan maka perlu
dikaji lebih mendalam sehingga diperoleh hasil yang lebih valid.
521.
522.
523.
524.
525.
526.
527.
528.
DAFTAR PUSTAKA
51
529.
Logam Copper (Cu) dan Plumbum (Pb) dalam Jagung dengan cara
Spektrofotometer Serapan Atom Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner 2006 [internet]. [waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui].
Jakarta (ID): Fakultas Farmasi Universitas Pancasila. hlm 1003-1007;
[diunduh 2013 Agustus 27]. Tersedia pada: http://www.bbalitvet.litbang.
deptan. go.id/eng/attachments/247_60.pdf [AOAC] Association of Official
Analytical Chemists. 2002.
532.
533. AOAC International methods committee guidelines for validation of
qualitative and quantitative food microbiological official methods of analysis.
J AOAC Int[internet]. [diunduh 2013 25 Aguatus]; 85: 1 5. Tersedia pada:
xa.yimg.com/kq/groups
9510554/664948175/name/Food_Micro_Validation_Guidelines.pdf
534.
52
540.
541.
Jakarta
542.
543.
(US): Mc-Graw-Hill
544.
Spektrofotometri
549.
550.
Utama.
553.
554. UNESCO & WHO. 1978. Water quality survey. A guide for the collection
and interpretation of water quality data: 352 pp.
555.
556.
557.
558.
53
559.
560.
561.
562.
Lampiran 1.
563.
1000 mgS2-/L
1. Normalitas Tiosulfat
564.
N1 x V1 (K2Cr2O7) = N2 x V2 (Tiosulfat)
565.
0.025 N x 10 mL = N2 x 10.28
566. N2 = 0.0243 N
567.
2. Normalitas Iodin
568.
N1 x V1 ( Tiosulfat) = N2 x V2 (Iodin)
569.
0.0243 N x 9.87 mL = N2 x 10 mL
570.
N2 = 0.0239 N
571.
3. Konsentrasi larutan baku sulfida 1000 mgS2-/L
16000
572.
mgS2-/L = (A x B ) (C x D ) .
V
573.
574.
= 0.478 0.1934 .
575.
= 0.2846 .
576.
577.
578.
= 910,72 mgS2-/L
16000
5
16000
5
16000
5
579.
580.
581.
582.
583.
584.
Xi
585.
(Xi
586.
SD
587.
588.
Tab
54
Xn)2
(SAMPEL)
RSD
el Horwizt
O
589.590.
0.353
1.
598. 599.
2.
604.
3.
610.
4.
616.
5.
622.
6.
628.
7.
634.
0.349
591.
(-
592.
593.
0.002)2
600. (0.006)
7.7
6 x 10-3
594.
595.
2.
186 %
596.
597.
11.
43%
605.
0.347
606.
(0.008)
2
611.
0.354
612.
(0.009)
2
617.
0.367
618.
(0.012)
2
623.
0.351
624.
(0.004)
2
629.
0.351
630.
(0.004)
2
635.
Xn =
636.
Tot
361.10-6
0.355
640.
641.
642.
643.
644.
645.
646.
647.
648.
649.
650.
651.
652.
N
Xi
(SAMPEL)
654.
(Xi Xn)2
655.
SD
656.
M
LD
55
O
657.
658.
0.019
(0.001)2
659.
1.
664.
665.
0.019
2.
669.
670.
0.020
671.
(0)2
3.
674.
675.
0.020
676.
(0)2
4.
679.
680.
0.020
681.
(0)2
5.
684.
685.
0.020
686.
(0)2
6.
689.
690.
0.020
691.
(0)2
7.
694.
695.
Xn = 0.02
Tot
361.10-6
699.
0.55 x
10-3
(0.001)2
666.
696.
660.
661.
662.
663.
204
0.0