Tugas Kelompok Biologi - Evolusi
Tugas Kelompok Biologi - Evolusi
Tugas Kelompok Biologi - Evolusi
KELOMPOK 8:
1. Ivan Wisnu Adipradana
2. Nurita Suci Lestari
3. Rininta Triaswinanti
4. Rizky Rivonda
(28)
(19)
(25)
(29)
XII IPA 3
SMA NEGERI 91
JAKARTA
A.Spesiasi
Spesiasi adalah proses suatu spesies berdivergen menjadi dua atau lebih spesies. Ia telah terpantau
berkali-kali pada kondisi laboratorium yang terkontrol maupun di alam bebas. Pada organisme yang
berkembang biak secara seksual, spesiasi dihasilkan oleh isolasi reproduksi yang diikuti dengan divergensi
genealogis.
Terdapat empat mekanisme spesiasi. Yang paling umum terjadi pada hewan
adalah spesiasi alopatrik, yang terjadi pada populasi yang awalnya terisolasi secara
geografis, misalnya melalui fragmentasi habitat atau migrasi. Seleksi di bawah kondisi
demikian dapat menghasilkan perubahan yang sangat cepat pada penampilan dan
perilaku organisme. Karena seleksi dan hanyutan bekerja secara bebas pada populasi
yang terisolasi, pemisahan pada akhirnya akan menghasilkan organisme yang tidak
akan dapat berkawin campur.
Mekanisme kedua spesiasi adalah spesiasi peripatrik, yang terjadi ketika sebagian
kecil populasi organisme menjadi terisolasi dalam sebuah lingkungan yang baru. Ini
berbeda dengan spesiasi alopatrik dalam hal ukuran populasi yang lebih kecil dari
populasi tetua. Dalam hal ini, efek pendiri menyebabkan spesiasi cepat melalui
hanyutan genetika yang cepat dan seleksi terhadap lungkang gen yang kecil.
Mekanisme ketiga spesiasi adalah spesiasi parapatrik. Ia mirip dengan spesiasi
peripatrik dalam hal ukuran populasi kecil yang masuk ke habitat yang baru, namun
berbeda dalam hal tidak adanya pemisahan secara fisik antara dua populasi. Spesiasi ini
dihasilkan dari evolusi mekanisme yang mengurangi aliran genetika antara dua
populasi. Secara umum, ini terjadi ketika terdapat perubahan drastis pada lingkungan
habitat tetua spesies. Salah satu contohnya adalah rumput Anthoxanthum odoratum,
yang dapat mengalami spesiasi parapatrik sebagai respon terhadap polusi logam
terlokalisasi yang berasal dari pertambangan. Pada kasus ini, tanaman berevolusi
menjadi resistan terhadap kadar logam yang tinggi dalam tanah. Seleksi keluar terhadap
kawin campur dengan populasi tetua menghasilkan perubahan pada waktu
pembungaan, menyebabkan isolasi reproduksi. Seleksi keluar terhadap hibrid antar dua
populasi dapat menyebabkan "penguatan", yang merupakan evolusi sifat yang
mempromosikan perkawinan dalam spesies, serta peralihan karakter, yang terjadi ketika
dua spesies menjadi lebih berbeda pada penampilannya.
Gmbar isolasi geografis burung Finch di Kepulauan Galapagos menghasilkan lebih dari satu lusin
spesies baru
a) Mekanisme Pengisolasian
1. Spesiasi Alopatrik ( Allopatric Speciation)
Isolasi Ekologis
Isolasi Mekanis
Perkawinan tidak dapat terjadi akibat organ seksual eksternal yang tidak
cocok satu sama lain. Organ kopulasi pada banyak insekta jantan hanya
6
sesuai untuk betina dari spesies yang sama. Banyak spesies tumbuhan
mempunyai struktur bunga yang beradaptasi dengan polinator tertentu
(insekta/hewan lain misal burung), contohnya tanaman sage hitam memiliki
bunga kecil, penyerbukan dilakukan oleh lebah kecil. Sage putih memiliki
struktur bunga yang besar sehingga penyerbukan hanya dapat dilakukan oleh
lebah besar.
Isolasi Gametik
Jantan dan betina dari spesies yang berbeda dapat melakukan perkawinan,
tetapi pembuahan yang terjadi tidak akan menghasilkan zigot. Hal ini berlaku
pada pembuahan internal maupun eksternal. Pada banyak mamalia sperma
tidak dapat bertahan hidup di dalam saluran reproduksi betina spesies lain,
jantan dan betina bulu babi mengeluarkan sperma dan telur di laut. Fertilisasi
dapat berlangsung jika molekul pada permukaan sperma dan telur dapat
bersatu. 2. Penghalang poszigotik (mencegah perkembangan makhluk hidup
dewasa yang fertil) zigot yang dihasilkan disebut hibrid zigot. Ada tiga
macam penghalang poszigotik:
a. Ketidakmampuan hibrid untuk berkembang (hybrid inviability); misal
katak dari genus Rana yang hidup di habitat sama dapat saling kawin
tetapi hibrid tidak dapat berkembang sempurna atau menjadi individu
yang lemah.
b. Sterilitas hibrid (hybrid sterility), hibrid yang dihasilkan dari perkawinan
dua spesies berbeda, bersifat steril, oleh karena itu hibrid ini tidak dapat
mewariskan sifat tetuanya; misalnya hibrid (disebut bagal) antara kuda
dan keledai.
c.
Isolasi Hibrid
Isolasi hibrid terjadi ketika dua organisme yang berbeda melakukan
perkawinan, tetapi zigot hibrid yang terbentuk gagal berkembang mencapai
tingkat kematangan seksual. Kalupun amampu berkembang mencapai tingkat
kematangan seksual, individu hibrid yang terbentuk infertil atau steril.
Contohnya adalah bagal (mule) yang merupakan hasil persilangan antara
kuda betina dan keledai jantan.
3. Spesiasi Parapatrik/ Semi Geografik
Jika seleksi menyokong dua alel berbeda yang berdekatan atau parapatrik,
frekuensi sudah dapat ditetapkan. Dengan cukupnya seleksi pada suatu lokus yang
berkontribusi terhadap isolasi reproduktif, populasi dapat membedakan kepada
spesies yang terisolasi secara reproduktif. Endler (1977) dalam Widodo dkk (2003)
berargumen bahwa zona bastar yang biasanya menandai untuk dapat terjadinya
kontak sekunder sebenarnya sudah muncul secara in situ (melalui perbedaan
populasi parapatrik dan spesies yang muncul juga parapatrik).
Spesiasi parapatrik merupakan spesiasi yang terjadi karena adanya variasi
frekuensi kawin dalam suatu populasi yang menempati wilayah yang sama. Pada
model ini, spesies induk tinggal di habitat yang kontinu tanpa ada isolasi geografi.
Spesies baru terbentuk dari populasi yang berdekatan. Suatu populasi yang berada di
dalam wilayah tertentu harus berusaha untuk beradaptasi dengan baik untuk
menjamin kelangsungan hidupnya, dan usaha itu dimulai dengan memperluas daerah
ke daerah lain yang masih berdekatan dengan daerah asalnya. Apabila di area yang
baru ini terjadi seleksi, maka perubahan gen akan terakumulasi dan dua populasi
akan berubah menjadi teradaptasikan dengan lingkungan barunya. Jika kemudian
mereka berubah menjadi spesies lain (spesies yang berbeda), maka perbatasan ini
akan diakui sebagai zona hibrid. Dengan demikian, dua populasi tersebut akan
8
Perbandingan frekuensi (penyebaran) alel dominan yang non letal dan alel
resesif yang letal dapat diketahui dengan menghitung frekuensi alel populasinya.
Atau, perbandingan frekuensi genotip homozigot terhadap frekuensi genotip
heterozigot pada gen non letal maupun gen letalnya dapat diketahui dengan
menghitung frekuensi gen (genotip) populasinya.
c) Poliploidi
Poliploidi merupakan suatu kondisi dimana makhluk hidup tertentu memiliki
lebih dari dua perangkat kromosom. Keadaan ini terjadi akibat adanya induksi
poliploidisasi. Pada umumnya tiap organisme mempunyai dua perangkat kromosom
(diploid). Akan tetapi tidak ditutup kemungkinan akan terjadinya perubahan
perangkat kromosom tersebut. Organisme yang mengalami perubahan perangkat
kromosom menjadi lebih dari dua perangkat kromosom disebut poliploid, sedangkan
10
11
keturunan tanpa fertilisasi), seperti kumbang, kupu-kupu malam, udang, ikan mas,
serta salamander.
PROSES PEMBENTUKAN POLIPLOIDI
Poliploidi terjadi karena penggandaan kromosom secara keseluruhan sehingga
dari individu diploid akan muncul individu-individu triploid dan tetraploid.
Poliploidi juga bisa memunculkan individu-individu pentaploid, heksaploid, dan
sebagainya. Poliploidi mungkin terjadi karena kegagalan meiosis atau karena
penggandaan perangkat kromosom di dalam sel-sel somatik secara spontan.
Proses Pembentukan Ikan Normal
Ikan normal tumbuh dari telur 2n yang dibuahi oleh sperma 1n. Zigot yang
terbentuk dari hasil fertilisasi ini memiliki 3n kromosom. Selanjutnya sel-sel
embrional yang memiliki 3n kromosom tersebut akan mengalami peloncatan
polar body II. Sewaktu peloncatan polar body II tersebut 1n kromosom dar
sel tersebut akan meloncat keluar sehingga di dalam sel hanya tertinggal 2n
kromosom yang masing-masing berasal dari induk jantan dan induk betina.
Selanjutnya akan terjadi pembelahan mitosis dan sel-sel embrio tersebut akan
berkembang menjadi ikan normal yang memiliki 2n kromosom.
Proses Pembentukan Ikan Triploid
Ikan triploid terbentuk apabila terjadi perkawinan antara ikan tetraploid (4n)
dengan ikan diploid (2n). induk yang memiliki 4n kromosom akan
menghasilkan gamet yang diploid (2n), sedangkan induk yang memiliki 2n
kromosom akan menghasilkan gamet yang haploid (1n). Apabila kedua
gamet ini melakukan fertilisasi maka akan terbentu individu yang triploid.
Selain akibat perkawinan antara ikan tetraploid (4n) dengan ikan diploid
(2n), ikan triploid juga mungkin terbentuk akibat induksi panas. Adanya
induksi panas ini akan mencegah peloncatan polar body II selama proses
pembelahan meiosis sehingga embrio yang tumbuh memiliki 3n kromosom.
Ada juga pendapat bahwa ikan triploid alami terbentuk akibat adanya
multiple fertilization (1 sel telur dibuahi oleh dua inti sperma).
Proses Pembentukan Ikan Tetraploid
Proses pembentukan ikan tetraploid dapat terjadi karena persilangan antara
dua genus yang berlainan tapi masih dalam satu famili. Hybrid ini bersifat
steril karena memiliki genom yang berlainan.
paling awal, struktur kehidupan pertama, ataupun identitas dan ciri-ciri dari leluhur
universal terakhir dan lungkang gen leluhur. Oleh karena itu, tidak terdapat konsensus
ilmiah yang pasti bagaimana kehidupan dimulai, namun terdapat beberapa proposal
yang melibatkan molekul swa-replikasi (misalnya RNA) dan perakitan sel sederhana.
Menurut teori evolusi, asal-usul kehidupan dibedakan menjadi evolusi kimia dan
biologi. Kedua evolusi tersebut akan dijelaskan lebih mendalam lagi dalam uraian
sebagai berikut.
1. Evolusi Kimia
Menerangkan bahwa terbentuknya senyawa organik terjadi secara bertahap
dimulai dari bereaksinya bahan-bahan anorganik yang terdapat di dalam atmosfer
primitif dengan energi halilintar membentuk senyawa-senyawa organik kompleks.
Stanley Miller mencoba mensimulasikan kondisi atmosfer purba di dalam
skala laboratorium. Ia merancang alat yang seperti terlihat dalam gambar di bawah
ini.
Miller memasukkan gas H2, CH4 (metan), NH3 (amonia) dan air ke dalam
alat. Air dipanasi sehingga uap air bercampur dengan gas-gas tadi. Sebagai sumber
energi yang bertindak sebagai "halilintar" agar gas-gas dan uap air bereaksi,
digunakan lecutan aliran listrik tegangan tinggi. Ternyata timbul reaksi, terbentuk
13
senyawa-senyawa organik seperti asam amino, adenin dan gula sederhana seperti
ribosa.
Hasil percobaan di atas memberi petunjuk bahwa satuan-satuan kompleks di
dalam sistem kehidupam seperti lipid, gula, asam amino, nukleotida dapat terbentuk
di bawah kondisi abiotik. Yang menjadi masalah utama adalah belum dapat
terjawabnya bagaimana mekanisme peralihan dari senyawa kompleks menjadi
makhluk hidup yang paling sederhana.
Teori evolusi kimia dikemukakan oleh beberapa ahli berikut ini:
1. A.I. Oparin (Rusia)
Dia adalah orang pertama yang mengemukakan bahwa evolusi zat-zat
kimia telah terjadi sebelum kehidupan ini ada. Dalam bukunya The Origin of
Life, dia mengemukakan bahwa asal mula kehidupan terjadi bersamaan dengan
evolusi terbentuknya bumi dan atmosfernya. Atmosfer bumi mula-mula memiliki
air, karbondioksida, metana, dan ammonia, namun tidak memiliki oksigen.
Dengan adanya panas dari berbagai sumber energi, zat-zat tersebut mengalami
serangkaian perubahan menjadi berbagai molekul organic sederhana. Senyawasenyawa ini membentuk semacam campuran yang kaya akan materi-materi
dalam lautan yang masih panas, yang disebut primodial soup. Bahan campuran
ini belum merupakan makhluk hidup, tetapi bertingkah laku mirip seperti sistem
biologi. Primodial soup ini melakukan sintesis dan membentuk molekul organik
kecil atau monomer, misalkan asam amino dan nukleotida.
Monomer-monomer lalu bergabung membentuk polimer, misalnya protein
dan asam nukleat. Kemudian agregrasi ini membentuk molekul dalam bentuk
tetesan yang disebut protobion. Protobion ini memiliki ciri kimia yang berbeda
dengan lingkungannya.
Kondisi atmosfer masa kini tidak lagi memungkinkan untuk sintesis
molekul organic secara spontan, karena oksigen atmosfer akan memecah ikatan
kimia dan mengekstrasi elektron.
Polimerasi atau penggabungan monomer ini dapat dibuktikan oleh Sidney
Fox. Beliau melakukan percobaan dengan memanaskan larutan kental monomer
organic yang mengandung asam amino pada suhu titik leburnya. Saat air
menguap, terbentuk lapisan monomer yang berpolimerasi. Polimer ini oleh
Sydney Fox disebut proteinoid. Selanjutnya dalam penelitiannya di laboratorium,
proteinoid dicampur dengan air dingin dan akan membentuk gabungan
proteinoid yang menyusun tetesan kecil yang disebut mikrosfer. Mikrosfer
diselubungi oleh membrane selektif permeable.
2. Harold Urey
Dia mengemukakan teori yang didasari atas pemikiran bahwa bahan
organik merupakan bahan dasar organisme hidup, yang pada mulanya dibentuk
sebagai reaksi gas yang ada di alam dengan bantuan energi.
Menurut teori Urey, konsep tersebut dapat dijabarkan atas 4 fase berikut ini:
14
sop purba diberbagai areal akan mengarah kepada terbentuknya komposisi kimia
Koaservat yang merupakan penyedia bahan mentah untuk proses biokimia.
Tahap selanjutnya substansi didalam Koaservat membentuk enzim. Di
sekeliling perbatasan antara Koaservat dengan lingkungannya terjadi penjajaran
molekul-molekul Lipida dan protein sehingga terbentuklah selaput sel primitif.
Terbentuknya selaput sel primitif ini memungkinkan memberikan stabilitas pada
koaservat. Dengan demikian, kerjasama antara molekul-molekul yang telah ada
sebelumnya yang dapat mereplikasi diri kedalam koaservat dan penagturan kembali
Koaservat yang terbungkus lipida amat mungkin akan mnghasilkan sel primitif.
Kemampuan koaservat untuk menyerap zat-zat dari medium memungkinkan
bertambah besarnya ukuran koaservat. Kemungkinan selanjutnya memungkinkan
terbentuknya organisme Heterotropik yang mampu mereplikasi diri dan
mendapatkan bahan makanan dari sop Primordial yang kaya akan zat-zat organik.
Teori evolusi biologi ini banyak diterima oleh pakar ilmuwan. Namun, tidak
sedikit Ilmuwan yang membantah tentang interaksi molekul secara acak yang dapat
menjadi awal terbentuknya organisme hidup.
Teori evolusi kimia dan teori evolusi biologi banyak pendukungnya, namun
baru teori evolusi kimia yang telah dibuktikan secara eksperimental, sedangkan teori
evolusi biologi belum ada yang menguji secara eksperimental.
hidup dari bahan tak hidup sangat mungkin terjadi. Pada saat Darwin menyusun
teorinya, teori abiogenesis masih dianut oleh dunia ilmu pengetahuan pada waktu
itu dan merupakan landasan bagiu teori evolusi. Akan tetapi, penemuan Louis
Pasteur telah menggugurkan teori abiogenesis yang menyatakan bahwa kehidupan
berasal dari materi tidak hidup. Karena itu, teori evolusi yang dibangun atas dasar
teori tersebut (karena menyatakan sel pertama berasal dari benda tak hidup)
mestinya juga gugur atau perlu ditinjau kembali.
Alasan utama mengapa teori evolusi ini tidak dapat menjelaskna tentang asalusul kehidupan adalah karena sel hidup yang paling sederhana pun ternyata
dijelaskan dengan peristiwa kebetulan adalah terbentuknya protein yang
merupakan salah satu penyusun sel hidup. Asam nukleat atau DNA makhluk hidup
hanya dapat bereplikasi dengan bantuan sejumlah protein tertentu (enzim). Namun,
sintesis enzim-enzim tersebut hanya dapat terjadi dengan adanya informasi yang
tersimpan dalam DNA. Pada kejadian tersebut, sangat tidak mungkin protein dan
asam nukleat, yang keduanya berstruktur kompleks, muncul secara spontan di
tempat dan pada saat yang sama.
2. Tidak Ada Temuan Ilmiah yang Menunjukkan bahwa Mekanisme Evolusi
yang Diajukan Teori Evolusi Memiliki Kekuatan untuk Berevolusi
Menurut teori mekanisme seleksi alam, makhluk hidup yang lebih kuat dan
sesuai dengan kondisi alam habitatnya akan bertahan hidup, sedangkan yang
lemahcenderung mengalami kepunahan. Mekanisme seleksi alam tidak memiliki
kekuatan kekuatan evolusioner. Kenyataan ini juga disadari oleh Darwin, dengan
menyatakan bahwa seleksi alam tidak dapat melakukan apa pun hingga tejadi
variasi yang menguntungkan.
Namun, hukum pewarisan sifat yang ditemukan oleh Mendel dan diakui oleh
ilmu genetika yang berkembang pada abad ke-20, menggugurkan pendapat bahwa
sifat-sifat yang diperoleh melalui seleksi alam diteruskan ke generasi berikutnya.
Denagn demikian, menurut pengamat teori penciptaan, seleksi alam tidak dapat
menunujukkan mekanisme evolusi.
Menurut teori evolusi, jutaan makhluk hidup yang ada di atas bumi terbentuk
sebagai hasil dari proses mutasi banyak organ kompleks organism. Akan tetapi,
sebuah fakta ilmiah seketika melemahakan teori tersebut. Berdasarkan fakta,
mutasi tidak menyebabkan makhluk hidup berkembang, tetapi cenderung selalu
merugikan. Telah dipahami bahwa mutasi, yang ditampilkan sebagai sebuah
mekanisme evolusioner, sebenarnya merupakan peristiwa genetik yang merugikan
makhluk hidup dan menjadikan mereka cacat. Dengan demikian, tak diragukan lagi
bahwa sebuah mekanisme yang merusak tidak mungkin menjadi mekanisme
evolusioner.
3. Terdapat Catatan Fosil yang Menunujukkan Adanya Hal-Hal yang
Berlawanan dari Apa yang Dikemukakan oleh Teori Evolusi
Para penaganut teori penciptaan menyebutkan makhluk-makhluk peralihan
merupakan makhluk khyalan yang tidak pernah ada. Para penganut teori penciptaan
berkeyakinan bahwa jika spesies transisi tersebut benar-benar pernah ada, pasti
terdapat jutaan makhluk peralihan yang jumlahnya tiap spesies juga berjuta-juta.
18
Darwin pun mengemukakan pendapatnya bahwa jika teori tersebut benar, akan
ditemukan banyak sekali jumlah spesies transisi/antara yang menghubungkan
semua spesies dalam grup yang sama dan bukti keberadaannya dapat ditemukan di
antara sisa-sisa fosil.
Meskipun sejak pertengahan abad ke-19 telah dilakukan pencarian fosil-fosil
di seluruh penjuru dunia, tidak pernah ditemukan bentuk-bentuk transisi tersebut.
Semua fosil yang ditemuakn dalam penggalian menunjukkan tanda-tanda bahwa
kehidupan muncul di bumi secara tiba-tiba dan dalam bentuk yang sempurna.
Catatan fosil tidak menunjukkan adanya evolusi bertahap, tetapi memperlihatkan
adanya ledakan tiba-tiba satu kelompok makhluk hidup yang disertai kepunahan
kelompok lain. Denagn kata lain, semua spesies makhluk hidup muncul tiba-tiba
dalam bentuk sempurna, tanpa bentuk-bentuk peralihan apa pun di antaranya. Tentu
saja, hal tersebut sangat berlawanan dengan asumsi-asumsi dalam teori Darwin. Hal
itu merupakan bukti kuat bahwa makhluk hidup diciptakan.
Hasil kajian terhadap fosil-fosil yang ditemukan menunjukkan bahwa
makhluk hidup muncul di muka bumi dalam keadaan sudah maju dan sempurna.
Hal itu berarti bahwa asal-usul spesies bukan karena evolusi melainkan melalui
penciptaan.
19